Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kalian puas, aku juga puas (Dito Beranjak Gede)

Part 24

Minus One



Segera aku membimbing bi Nana untuk memposisikan diri. Mereka berdua Nampak masih canggung meskipun sama-sama sudah saling melihat ketika aku entoti mereka berdua. Aku meminta bi Nana untuk bertumpu pada Kasur dan menunggingkan pantatnya. Tak lama berselang, kontolku telah berada pada posisi siap menerobos memek bi Nana.

Kepala bi nana sendiri menghadap pada selangkangan tante Wulan, namun posisi tante Wulan sendiri masih agak jauh dan belum pada posisi terenak untuk mendapatkan servis mulut dari bi Nana. Segera aku menghentakkan pinggangku dan tentu saja kontolku langsung dapat amblas ke dalam memek bi Nana, karena telah banyak lendir kenikmatan yang keluar akibat dari rangsanganku sebelumnya.

Sodokanku tersebut membuat bi Nana tersentak sejenak karena kaget aku langsung membenamkan kontolku. Aku sendiri tak langsung memompa memek bi Nana, melainkan aku biarkan sejenak amblas di memek beceknya itu. Sementara itu, tanganku meraih kedua kaki dari tante Wulan agar mendekat ke arah bi Nana. Awalnya bi Nana tampak ragu untuk menjilati memek dari Tante Wulan itu, namun berkat genjotan yang mulai aku lancarkan kini perlahan ia terbawa dengan nafsunya.

Sementara itu, tante Wulan masih Nampak tegang dan tak biasa dengan apa yang dilakukan oleh bi Nana. Ia sepertinya masih belum bisa menikmati permainan ini. Sementara aku, berusaha terus menggenjot bi Nana dengan tempo yang lumayan cepat, dan perlahan namun pasti aku merasakan kontolku telah menyodok-nyodok leher Rahim dari bi Nana. Bi Nana pun semakin tak karuan dan semakin liar memainkan mulutnya pada area intim dari tante Wulan tersebut.



“ahhmmppppp…. Uhhhhmmmm…..” rintihan dari bi Nana yang mulutnya masih bermain-main di area sensitive dari tante Wulan.

“ahhhh…. Ohhhh….” Desahan dari tante Wulan yang mulai terbawa suasana.



Aku yang melihat kedua Wanita dewasa ini mulai menikmati permainan ini pun semakin liar menggenjot bi Nana. Sembari menggenjotnya, pantat bahenolnya juga aku remasi dan aku tampari. Tak luput juga lubang anusnya, aku memainkan jariku pada area yang mungkin tak pernah tersentuh oleh suaminya sendiri.

Bi Nana semakin liar dengan permainanku tersebut dan tentu saja menimbulkan efek domino yang juga dirasakan oleh Tante Wulan. Tante Wulan Nampak kini telah benar-benar terbawa suasana, dimana ia merintih dan mendesah yang dibarengi dengan meremas-remas sendiri toketnya itu. Wajahnya juga didongakkan keatas sembari menutup matanya.

Aku semakin bersemangat untuk menggenjoti bi Nana. Tempo genjotanku semakin ku percepat dan menimbulkan irama yang benar-benar menggema mengisi seluruh ruangan. Pantat bi Nana pun Nampak bercak keremahan akibat dari remasan dan tamparan yang aku lakukan. Sementara aku melihat memek tante Wulan sudah sangat basah dari percampuran antara air liur bi Nana dan juga lendir kenikmatan yang ia keluarkan.



“yashhh…. Ohhhh….”

“keluarmmpp….. mmmphhh… ohhhmm” kata yang keluar dari mulut bi Nana pun tak jelas akibar dari genjotanku dan mulutnya yang menempel pada memek tante Wulan.



Kembali memek bi Nana berkedut dan menyemburkan cairan kenikmatannya. Bersama dengan itu, aku mencabut kontolku yang masih tegang perkasa. Setelahnya, bi Nana juga melepaskan mulutnya yang tadinya masih bermain-main pada area meki tante Wulan. Bi Nana pun terkulai lemas di depan ranjangku. Segera aku memawanya menuju ke atas Kasur dan bergantian dengan tante Wulan.



“Bi, Tan, gentian ya.” Ucapku.

“bibi istirahat bentar ya, To.” Ucap bi Nana dengan napas terengah-engah.



Aku pun memberikan kesempatan kepada bi Nana untuk beristirahat sejenak. Namun, aku yang tak ingin turn off segera menuju ke tante Wulan dan mulai mencubunya Kembali, karena aku yakin setelah servis dari bi Nana tersebut ia sudah Kembali turn on dan masih ingin sampai pada kepuasannya Kembali.

Segera aku mencium bibir tante Wulan dengan menindihnya dan langsung disambut juga dengan permainan ganasnya tersebut. Setelahnya, ciumanku berpindah menuju ke area leher dan kupingnya. Dan berlanjut hingga ke toketnya itu. Meskipun toketnya kalah gede dari bi Nana tetapi tante Wulan menang dari segi tingkat kencangnya, selain itu juga pentilnya masih coklat muda, maklum saja, ia belum pernah melahirkan dan menyusui.

Aku sengaja tidak menuju area memek tante Wulan karena tak ingin ia orgasme lagi sebelum kontolku memporak-porandakan pertahanannya. Aku melihat bi Nana dengan nafas yang masih terengah-engah menyaksikan pertempuranku dengan tante Wulan. Kami bertiga saat ini sudah sama-sama bermandikan keringat akibat dari pertempuran hebat yang kami lakukan malam ini.



“gimana bi? Udah siap main lagi?” tanyaku.



Bi Nana tak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya pelan. Segera aku mengatur posisi mereka agar mendapatkan sensasi yang menarik. Aku membiarkan tante wulan tidur telentang dan memintanya untuk membuka pahanya lebar-lebar, sementara bi Nana aku minta untuk duduk dengan menekuk kakinya tepat di atas kepala tante Wulan dan tentunya memeknya berada di depan mulut tante Wulan. Aku berpesan kepada bi Nana untuk tidak menekan pinggulnya agar tante Wulan tetap dengan leluasa bernapas.

Sementara aku, Bersiap dengan posisi missionary. Kepala kontolku sudah siap sedia untuk Kembali menerobos lubang senggama tante Wulan. Dengan perlahan, kepala kontolku telah masuk ke dalam memek tante Wulan. Nampaknya, meskipun telah beberapa kali ngentot dengan tante Wulan, lubang memeknya tidak bisa sepenuhnya menampung kontolku.

Setelah itu, perlahan aku Kembali memompa memek tante Wulan tersebut. Desahan dari keduanya pun perlahan mulai terdengar. Bi Nana yang berada sejajar denganku pun langsung aku sergap mulutnya dan aku remasi toketnya. Genjotanku pun semakin aku percepat seiring dengan berjalannya waktu. Sama halnya seperti tadi, tante Wulan pun lambat laun juga semakin liar menjilati memek bi Nana tersebut, meskipun masih terdapat lelehan cairan kenikmatan yang keluar akibat dari orgasmenya tadi.

Sergapanku pun beralih, dari yang semula mengenyoti mulut dan beradu lidah dengan bi Nana, kini mendarat di toket besar milik bi Nana tersebut. Sementara tante Wulan yang menikmati genjotanku pun hanya bisa merem di bawah sana.



“ohhh…. Yahhhh….”

“Mmmpphhhh….”



Kedua Wanita tersebut pun sudah mabuk birahi dengan permainan ini dan semakin merancau dan mendesah tak jelas. Aku menjadi semakin bersemangat untuk menggenjoti dan mengenyoti kedua Wanita di hadapanku ini.



“tan udah mau keluar belom?”

“mmphhh… belummhhh… mmphhh….” Jawab tante Wulan.

“ganti posisi ya tan.”

“ughhhh… iyahh…”



Aku meminta ganti posisi dengan tante Wulan dan ingin melihat bagaimana reaksi mereka berdua saat berada hadap-hadapan, apakah akan meneruskan permainan mereka atau tidak. Segera aku meminta tante Wulan untuk beranjak dari posisi tidurnya. Kini aku yang tidur terlentang dengan kontol Panjang yang masih tegak berdiri kokoh. Setelah itu aku meminta bi Nana untuk memposisikan diri persis seperti apa yang tadi ia lakukan kepada tante Wulan, setelah itu aku meminta tante Wulan untuk Bersiap dengan posisi WOT.

Permainan pun dimulai, dengan perlahan kontolku dimasukkan ke dalam memek tante Wulan. Dan tante Wulan pun Nampak sedikit mendongak ke atas menikmati sensasi tersebut. Sementara aku lekas menjilati lubang peranakan dari bi Nana tersebut. Bersama dengan itu, aku juga menggunakan tanganku untuk membantuku memainkan mekinya.

Tante Wulan kini telah berhasil menguasai diri dan mulai menaik turunkan tubuhnya. Sementara bi Nana masih sangat menikmati permainanku. Keduanya pun Kembali beradu saling mendesah. Aku yang berada di bawah pun sungguh sangat menikmati permainan ini, bagaimana tidak, untuk sekali waktu aku bisa menikmati dua memek sekaligus.



“ayo, kalian berdua saling main dong.” Ucapku ditengah-tengah permainan ini.

“mmhhh… main gimana maksudmu?” tanya bi Nana.

“ya remes-remesan kek, cipokan kek. Apalah.” Jawabku.



Nampaknya kecanggungan diantara keduanya masih menghinggapi. Tante Wulan yang nampaknya tidak seliar biasanya pun kurang maksimal dalam menaik turunkan tubuhnya. Aku pun tak tinggal diam, kini aku yang menggenjot tante Wulan dari bawah. Tentu saja genjotanku lebih liar dibandingkan dengan pompaan yang dilakukan oleh tante Wulan.

Kini mereka menjadi berhadapan lebih dekat lagi, dan tante Wulan mulai memberanikan diri mengecup bibir bi Nana, dan mulailah permainan mereka berdua. Bi Nana dan tante Wulan mulai saling mencumbu satu sama lain. Dan setelahnya, cumbuan tante Wulan berpindah pada toket dari bi Nana dan juga meremas-remasnya.



“ohhhh….”

“yaahhhh…. Mmmpphhh…” desahan dari bi Nana.

“tan, aku keluarghhhh…. Ahhhh….”

“tante juga toooo…..”



Aku pun akhirnya mencapai orgasmeku, hampir bebarengan dengan tante Wulan. Pejuhku pun tumpah ruah membanjiri meki tante Wulan dan bercampur Bersama sel telur kepunyaannya. Setelahnya tante Wulan pun merebahkan diri di sampingku. Bi Nana pun memutuskan untuk melakukan hal yang sama. Kami pun sama-sama terengah-engah setelah permainan barusan. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami selama beberapa saat dan lebih memilih untuk diam sesaat.

Aku menengok jam yang berada di meja komputerku dan tak berasa permainan kami ini hampir tiga jam. Aku benar-benar tak percaya bahwa dalam tiga jam ini aku bisa bertahan untuk tidak klimaks dan membuat dua Wanita disampingku ini orgasme berkali-kali. Mungkin efek dari sudah terbiasa mengobrak-abrik memek Wanita-wanitaku ini menjadi salah satu penyebabnya, dan aku juga meyakini bahwa semenjak kejadian meminum susu dari tante Wulan itu seolah-olah bertahan cukup lama, terlebih lagi tentang durasi berhubungan badan. Kalau suka ngaceng aku rasa emang bawaan dari lahir.



“warung bibi gimana? Udah dikunci tadi.” Tanyaku memecah keheningan diantara kami.

“udah. Tinggal pulang aja habis ini.”

“nanti aku anterin deh, Bi.”



Setelah beberapa saat, aku pun berinisiatif untuk mengantarkan bi Nana pulang. Sementara tante Wulan Nampak sudah ngorok di kasurku. Segera aku mengeluarkan motorku dari garasi rumah dan mengantar bi Nana pulang ke rumahnya. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut bi Nana ketika kami dalam perjalanan menuju ke rumahnya. Mungkin ia kaget karena baru pertama kali bermain seliar tadi, bahkan dengan tambahan satu Wanita lain lagi. Ditambah lagi bi Nana merupakan tipe orang dengan karakter lemah, lembut, dan pemalu, khas Wanita desa.

Setelah sampai di rumah bi Nana, aku langsung berpamitan untuk pulang, karena badanku juga terasa capek setelah permainan beronde-ronde barusan. Di sepanjang perjalanan aku terus kepikiran tentang permainan gila tadi dan merasa ada yang kurang, tapi aku masih terbuai akan kemikmatan itu dan belum menemukan apa yang kurang dari permainan tadi.



“oh iya, mbak Devi. Seru kali ya main berempat.” Batinku dengan angan-angan kotorku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd