Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kalian puas, aku juga puas (Dito Beranjak Gede)

Part 8

Pagi yang Cerah untuk Batang yang Merekah


Setelah itu, aku berpamitan pulang dan membiarkan bi Nana untuk beristirahat. Aku kepikiran dengan kata-kata terakhir dari bi Nana. Apakah itu sebuah penolakan atau ajakan untuk dilakukan dengan halus? Tak mau memusingkan itu, aku pun tidak pulang, malah mampir ke rumah mbak Devi, kali aja dapet jatah. Karena kejadian tadi membuatku merasa kentang, aku ingin crot pagi ini. Begitu kira-kira akal pikirku.

Ketika aku sampai di rumahnya. Ternyata mbak Devi sedang menjemur pakaian di depan rumahnya. Ia langsung tersenyum ketika melihat kedatanganku.

“alin mana mbak.” Tanyaku yang menanyakan anaknya.

“tuh di dalem, lagi tidur.” Ucapnya dengan masih sibuk menjemur pakaian.

“wihh… bisa nih?” tanyaku merayu.

“nih bisa…” ucapnya yang diikuti dengan menyiramku menggunakan air sisa peresan jemurannya yang diikuti dengan tawanya. Setelah melakukan itu ia langsung masuk ke dalam rumahnya yang sejurus kemudian aku mengikutinya untuk masuk.



“kok aku disiram sih mbak? Kan jadi harus mandi ini mah” ucapku dengan nada kesal.

“abisnya, kamu. Masih pagi udah minta jatah aja.” Jawabnya.

“yaudah, yuk mandi bareng.” Ucapku sambil menariknya ke dalam kamar mandi setelah ia meletakkan ember. Karena sedari tadi aku mengikutinya dari belakang.



“klek..” bunyi pintu kamar mandi yang aku kunci dari dalam.

“eeee… apa-apaan ini.” Ucapnya seolah tak suka.

“masa mbak nggak kangen sih sama ini?” ucapku sambil mengarahkan tangannya ke kontolku.

Tanpa banyak basa-basi lagi ia langsung melumat bibirku dan melanjutkan usapan demi usapan di kontolku. Aku pun tak mau kalah, selain mengimbangi permainan bibirnya. Aku juga menggosok-gosok memeknya yang perlahan mulai basah. 3 menit kami bertahan dalam permainan itu.

“langsung mulai aja yuk mas. Jangan lama-lama, takut anakku nangis.” Ucapnya.



Segera kami pun melucuti satu per satu pakaian kami hingga tanpa sehalai benang pun tersisa pada tubuh kami. Namun ketika ia menggenggam kontolku Kembali ia Nampak terkejut.

“ini apa mas? Kok licin gini.” Tanyanya soal kontolku.

Dan aku pun baru tersadar, bahwa tadi aku lupa mencuci kontolku setelah percobaan pemerkosaanku kepada bi Nana.

“eh anu mbak, bukan apa-apa.” Jawabku gugup.

“udahlah mas, gak usah main rahasia-rahasiaan sama aku, darimana kamu tadi, pagi-pagi udah bawa motor, trus ini kenapa kontolmu kayak ada minyaknya gini.” Ucapnya menyelidik.

“nanti aku certain ya mbak, tapi sekarang kita main aja dulu.” Ucapku sambil menusuk mekinya menggunakan jariku.

“akhhhh…. Uhhhh… janji yahhh….” Ucapnya diiringi dengan desahannya.



Aku tak menjawab pertanyaannya dan terus melanjutkan aktifitasku untuk mengobel mekinya. Ia pun menengadahkan mukanya ke atas sambil mendesah desah tak karuan.

“ahhhh…. Iyaaahh…. Teruss……” ia merancau.

“terusss obok-obok memek ku mashhh….”

“ohhhh…….”

“masss….. terussss….. aku mau sampaiiii… ahhhhh” ucapnya



Akhirnya ia pun sampai pada klimaksnya. Sejurus kemudian ia pun menungging dengan bertumpuan pada bak mandi.

“ayo mas, masukin sekarang. Aku udah nggak kuat nunggu lama-lama.” Pintanya.



Tanpa dikomandoi langsung saja aku posisikan kontolku pada mulut mekinya. Namun sebelum itu aku gesek-gesekkan terlebih dahulu kontolku pada bibir memeknya. Selain itu juga aku meremas toketnya dan memilin-milin putingnya.

“ihhh, buruannn. Udah kangen memekku sama kontol gedemu itu masss…” ucapnya.

“auuhhhh…. Ohhhh…” ia Kembali merancau ketika tiba-tiba kontolku aku sodokkan pada memeknya dengan rada kasar.

“ohhh…. Ahhhhh…. Sodok lebih kencang massshhh….”

“kontolmu enak masshhhh…..”

“memekmu juga legit mbakkk, tetekmu juga gemesin…” ucapku sembari menggenjot mekinya dan meremas-remas toket besarnya.

Genjotan demi genjotan terus aku lancarkan untuk menyerang mekinya, hingga 10 menit kemudian mbak Devi sampai pada orgasmenya yang kedua.

“ohhh. Maaassssss….. kontolmu enakk bangettt…. Aku keluar lagiii… ahhhh….” Ucapnya sambil mekinya menyemburkan cairan hangar yang membasuh batang kontolku.

Sejurus kemudian karena kontolku berasa diremas-remas oleh mekinya yang berkedut setelah orgasme, aku pun sampai pada orgasmeku.

“mbakkkk… aku sampaiii…. Ohhh…” aku semburkan seluruh cairanku ke dalam mekinya hingga luber sampai luar.

“memekmu emang juara mbak kalo buat empot-empotan begini.” Lanjutku.



Setelah itu aku cabut kontolku dari sarangnya dan mbak Devi pun berbalik badan yang lalu tersenyum kepadaku.

“memang gak salah aku mas, aku jadiin kamu partner seksku.” Ucapnya sambil tersenyum.

Setelahnya kita pun mandi secara bersamaan dengan saling sabun-menyabuni tubuh kami. Aku menyabuni seluruh badannya dengan bermain-main pada toket dan mekinya. Sementara ia menyabuniku dan bermain-main dengan kontolku yang Kembali menegang.

“ihhh…. Dasar anak muda. Ini nih berdiri lagi.” Ucapnya sambil menoel-noel kontolku.

“minta main lagi itu mah mbak.” Jawabku.

“nggak ah. Nanti keburu anakku bangun lagi.” Jawabnya. Aku sedikit kecewa dengan jawabannya. Namun aku memakluminya karena ia memiliki tanggung jawab untuk mengurus anaknya, tidak hanya menuruti nafsuku maupun nafsunya.



Setelah permainan di dalam kamar mandi selesai kami pun lekas berganti pakaian. Dan aku diberikan pinjaman pakain dari suami mbak Devi. Setelahnya aku berniat untuk mencari sarapan untuk kita berdua.

“mana nih yang tadi katanya mau cerita?” tanyanya di sela-sela aktivitas sarapan kami.

“iyaa, abis inii ya… tapia da syaratnya.” Jawabku.

“dihh, ada syarat-syaratnya segala.” Ucapnya.

“yaudah kalo ga mau mah.” Ucapku cuek.

“yaudah, apaan syaratnya.” Ucapnya kesel.

“yang pertama, mbak gaboleh nge-judge ataupun nyalahin aku, yang kedua mbak nggak boleh marahin aku, dan yang ketiga…” aku menahan omonganku dan melanjutkan menyantap pecel sisa sesendok yang tadi aku beli.

“apa yang ketiga?” tanyanya masih dengan nada kesal.

“yang ketiga aku mau cerita sambil nenen.” Ucapku dengan nyengir.

“dihhh…. Bisa-bisanya ya kamu.” Ucapnya yang langsung beranjak pergi untuk mencuci piring.

Aku hanya bengong melihat tingkah lakunya itu, namun aku tak memusingkannya. Namun tak lama berselang, ia memanggilku dari dalam kamarnya dan memintaku untuk masuk. Aku pun nurut saja. Dan ternyata ia sudah melepaskan beberapa kancing bajunya dan mengeluarkan togenya dari baju yang ia kenakan, namun ia masih membiarkan bra-nya membungkus toket gede miliknya.



“sini, katanya mau nenen.” Ucapnya memanggilku.

“gilak, selain toketnya yang gede, rasa penasarannya juga gede juga ya.” Ucapku dalam hati.



Tanpa babibu aku pun langsung menghampirinya dan langsung merebahkan diri tepat disampingnya. Sementara anaknya telah ia pindahkan ke dalam kotak bayi. Tanpa basa-basi lagi langsung saja aku melorotkan bra miliknya dan langsung aku kenyot pentilnya, semetara toketnya yang lain tak ku biarkan nganggur. Aku pilin-pilin dan aku remas-remas toketnya yang lain. Ia malah merem melek karena rangsangan yang aku berikan.



“cepet cerita, jangan Cuma mainin teteku aja.” Ucapnya kesal karena aku tak kunjung cerita.



Lalu aku pun menceritakan semuanya dari mulai prosesku merencanakan eksekusi terhadap bi Nana hingga kejadian di rumah bi Nana. Sementara mbak Devi menyimakku dengan seksama namun diiringi dengan desahan-desahan lembut sebagai bentuk respon atas permainan tanganku pada tetenya.



“hahahaha… gila juga kamu ya… berani-beraninya mau memperkosa istri orang. Mana pake minyak goreng lagi buat pelumas.” Ucapnya setelah aku selelsai bercerita.

“ya habis mau gimana lagi mbak, aku nafsu banget sama body-nya bi Nana.” Ucapku.

“ya emang nafsuin sih body-nya bi Nana. Tapi gak gitu juga kali, mas.” Ucapnya sambil mengelus-elus kepalaku yang menyeruput Kembali pentilnya.

“tapi setelah aku denger semua omonganmu kayaknya bi Nana nggak nolak deh kalo kamu ajak ngentot. Kayaknya juga kesepian tuh dia, butuh sodokan kontol gede ginian.” Lanjutnya sambil mengelus-elus kontolku yang telah berdiri sedari tadi.

“tapi inget ya… kalo dapet bi Nana, jangan lupain memekku.” Ucapnya dengan nada mengancam sambil meremas kontolku.



Karena sudah tak tahan lagi, segera aku balik badannya agar tengkurap dan aku pelorotkan celananya, begitu pula dengan celanaku. Langsung aku posisikan kontolku di depan mulut mekinya yang sejurus kemudian aku masukkan kepala kontolku. Namun aku tak langsung memasukkan semuanya. Tetapi aku masukkan lalu keluarkan lagi kepala kontolku.



“ahhh…. Ohhhh…. Buru ihhh…” ucapnya kesal.



Setelah itu langsung aku benamkan seluruh kontolku ke dalam mekinya, yang nampaknya mekinya sudah terbiasa menerima kehadiran kontolku. Pelan namun pasti aku goyangkan pantatku.



“ahhhh…. Iyahhh…. Terusss…” mbak Devi terus-terusan merancau.

“ahhh… kontolmu selalu ngangeninnn…. Ihhhh…” ia merancau Kembali.

“mbak jangan keluar dulu ya, kita ganti posisi habis ini.” Ucapku sambil terus menggenjot mekinya.

“iyahhh…..” jawabnya.

“ncitttt….citttt….cittt…ciitttt…..”suara peer dari Kasur efek dari genjotanku.



Setelah puas dengan gaya itu, aku merebahkan diri dan aku meminta mbak Devi untuk WOT. Perlahan namun pasti, ia membimbing kontolku untuk Kembali ke liang kewanitaan miliknya. Dan langsung ambles kontolku dilahap oleh mekinya. Dan saat amblas itu lah dia memejamkan matanya. Sejurus kemudia ia mulai menaik turunkan tubuhnya.



“plokkk…plokkk…plokk….” Suara yang ditimbulkan dari benturan antara selangkangan dua manusia yang sedang bersetubuh ini.

“ahhhh…. Enakkkk bangett….” Ucapnya sambil menengadahkan wajahnya ke atas.

“uhhhhh… iyahhh…iyahhhh…..iyahhh…” suara merancau yang keluar dari mulutnya menambah gairahku.



Ia memegangi tetenya yang bergerak naik turun seirama dengan genjotannya. Segera aku tepis tangannya untuk beralih dari tetenya dan aku mainkan tetenya. Hal tersebut membuat ia merancau semakin menjadi-jadi.



“terusss…. Pelintir pentillku masssshh…..” ucapnya sembari memegangi rambutnya menggunakan tangan yang membuatnya semakin seksi.

“aku keluar masssss…..” ucapnya sejurus kemudian yang kemudian ambruk ke tubuhku dan memelukku.

“kamu kok tau banyak gaya gini belajar dari mana sih mas?” tanyanya dengan nada lemas.



Aku hanya tersenyum lalu menyuruhnya untuk duduk. Karena aku belum keluar, aku ingin ia meng-oral kontontolku.



“emut kontolku mbak, belum keluar nih.” Pintaku.



Tanpa menunggu permintaan kedua, ia langsung meng-oral kontolku. Nampaknya ia telah belajar dari per-ngentot-an yang pertama, sehingga kini oralnya jauh lebih enak.



“terus mbak… ahhhh.. lebih dalemmmm….” Aku merancau merasakan kenikmatan yang diberikan mbak Devi.



Aku tak memberikannya aba-aba ketika kontolku hendak menyemburkan cairannya. Dan ia pun terkejut ketika aku orgasme, dan langsung saja ia menarikku untuk rebahan lalu menindihkan dan melumat bibirku.



“tuh rasain gimana pejuhmu, jangan Cuma aku doang yang kamu suruh ngerasain.” Ucapnya kesal.



Aku pun melanjutkan ciumannya dan tak berselang lama kemudian aku berpamitan untuk pulang dan istirahat, karena semalaman aku tidak tidur. Sesampainya di rumah aku langsung merebahkan diri dan membayangkan tentang peristiwa antara aku dengan bi Nana. Tak terasa tiba-tiba aku terlelap dan terbangun tepat tengah malam.

Kembali terpikirkan olehku tentang bagaimana rencanaku besok mengenai bi Nana. Terlebih lagi, mbak Devi tadi mengatakan jika sebenarnya bi Nana memberikanku lampu hijau, namun ia hanya terkejut saya dengan perlakuanku yang seperti bajingan. Lalu apa yang harus aku lakukan? Kita lihat besok, aku malah kini merasa canggung dengan bi Nana.
 
Part 9

Jinak-Jinak Merpati



Kembali aku terjaga hingga pagi hari. Adzan subuh telah berkumandang, sebuah panggilan bagi umat muslim untuk beribadah. Namun, aku bukannya menuju masjid malah menuju ke warung bi Nana. Ketika sampai di depan warungnya, Nampak warungnya sedikit terbuka seperti kemarin. Hal tersebut menandakan bahwa bi Nana sedang memasak untuk warungnya. Perlahan namun pasti Kembali aku memasuki warungnya.



“bi…” sapaku ketika aku sudah berada di dapur dan melihat bi nana sedang memasak.

“eh dito, mau makan ya? Bentar ya, belom ada yang mateng” ucapnya.



Perlahan aku pun berjalan mendekat kearahnya dan memeluknya dari belakang dengan posisi kepalaku berada di samping kepalanya.



“maafin dito ya bi…” ucapku yang seolah-olah penuh penyesalan.

Ia malah mematung dan terisak ketika aku memeluknya dan mengatakan itu kepadanya.

“emang apa yang kamu mau sih, To. Dari tubuh bibi yang udah nggak muda lagi ini?” jawabnya sambil masih menangis.

“aku Cuma mau memberikan kepuasan pada bibi ketika suami bibi udah nggak bisa ngasih itu lagi.” Jawabku.



Bi Nana melepaskan pelukanku dan menatapku dalam-dalam.

“oke kalau begitu, sekarang buktikan sama bibi kalo kamu bisa muasin bibi. Tapi kamu harus janji sama bibi, ini rahasia kita aja dan ketika kamu gagal muasin bibi, bibi harap kamu nggak usah datang lagi ke warung bibi.” Ucapnya tegas.

Aku yang tertegun mendengar ucapan dari bi Nana hanya bisa mengangguk. Dan karena merasa di tantang, maka aku akan berusaha sekuat tenaga buat jebolin pertahanan bi Nana.

“sekarang apa yang kamu mau? Cepat katakana.” Ucapnya dengan nada tegas.

“aku Cuma mau bibi ngikutin permainanku aja, setelah itu bisa bibi nilai sendiri.” Ucapku tak kalah tegas.

“oke, tapi tunggu bibi nyelesaiin ini semua dulu.” Jawabnya.



Aku pun membiarkan bi Nana menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum aku bisa menggarapnya. Hampir satu jam aku menunggu dan akhirnya bi Nana telah selesai dengan urusannya tersebut.

“ayo sekarang!” ucapnya setelah mengunci pintu warungnya dari dalam.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, aku langsung menyerbu bibirnya untuk aku lumat. Awalnya ia Nampak kaget, namun terasa lebih rileks beberapa saat setelahnya. Ia Nampak pasif mengikuti irama dari permainanku itu. Sambil bibirku terus bermain dengan bibirnya, tanganku menjamah area pantatnya dengan aku meremas-remasnya. Setelah itu aku menggesek-gesek mekinya dari balik daster yang ia kenakan. Ia Nampak menikmati sekali permainanku itu.

Setelah puas, aku berhenti memainkan bibirnya dan melucuti dasternya, ia pun mengikuti permainanku. Aku segera melancarkan seranganku dengan memainkan tetenya yang bulat berisi itu dari balik bra-nya. Sementara tanganku yang lain sibuk menyelinap cd-nya untuk mengobel mekinya yang detik demi detik semakin basah.



“mmmmhhhh…..” Nampak terdengar suara desahan yang ditahan oleh bi Nana. Tampaknya ia masih gengsi untuk menikmati servisku.



Setelah itu aku menghentikan kegiatanku dan melepaskan bra serta cd-nya. Aku terdiam sejenak mengagumi keindahan dari ibu dua anak yang usianya hampir kepala empat ini. Selain putih, body-nya juga tak kalah dengan mamah muda. Terlebih lagi toket dan pantatnya (meskipun toketnya tak sebesar milik mbak Devi). Meskipun di usia segitu, namun toketnya terlihat masih sangat menantang dan terlihat cukup kencang. Aku berasumsi bahwa anak-anaknya merupakan bayi sufor alias tidak minum asi.

Sejurus kemudian, aku juga melucuti pakaianku helai demi helai. Aku memang sengaja tidak memakai cd sehingga ketika aku melepas kolorku, langsung terpampang nyata si otong dengan gagahnya. Aku melihat mukanya yang langsung berubah ekspresi seperti terkejut dengan “barangku” itu.

Aku langsung berjongkok dan mengobel mekinya yang nampaknya iya cukur, sehingga hanya tersisa bulu-bulu pendek saja. Bi Nana pun menengadahkan wajahnya ke atas buah dari perlakuanku terhadap liang kewanitaan miliknya. Nampak sudah sangat becek meki dari bi Nana ini. Segera aku mainkan mulut dan lidahku pada lubang senggama itu.



“ahhhhhh…..mmmhhhhh…..” terdengar lirih ia mendesah, namun lagi-lagi masih tertahan oleh gengsinya.



Saking dahsyatnya permainanku membuat bi Nana yang semula berdiri, kini terduduk di kursi yang sebenarnya diperuntukkan untuk pelanggan. Seranganku masih berlanjut, hingga aku menemukan itilnya dan aku menggigitnya dengan gemas. Sejurus kemudian ia menggenjang tanda orgasme. Mulutku pun dibanjiri oleh cairan kewanitaan miliknya.



“gimana bi?” ucapku sambil berdiri setelah puas mengobel mekinya.




Ia hanya menatapku dengan sayu setelah orgasmenya itu, aku yakin mekinya masih belum puas jika hanya permainan mulut semacam itu dan butuh untuk digenjot oleh kontol gedhe.



“sekarang bibi rebahan deh. Di kursi situ aja gapapa.” Pintaku yang langsung dituruti oleh bi Nana tanpa banyak bertanya.



Segera aku memposisikan kontolku untuk siap menerobos mekinya. Namun sebelum itu, aku ingin sedikit memberikan “pelajaran” kepadanya karena dengan beraninya ia menantangku. Kontolku yang telah gagah berdiri tak segera aku masukkan ke dalam sarangnya, melainkan aku gesek-gesekkan terlebih dahulu pada bibir mekinya. Dan hal tersebut sukses membuatnya terpejam dan menggigit bibir bawahnya serta meremas-remas tetenya sendiri.

Setelah itu Kembali aku mainkan kontolku untuk aku masukkan ke dalam rongga kewanitaan miliknya, namun hanya sebatas kepalanya saja lalu aku keluarkan lagi, begitu kira-kira berjalan sekitar beberapa menit yang Kembali membuatnya terpejam dan menggigit bibir bawahnya. Namun tiba-tiba aku hentakkan pantatku hingga kontolku masuk ¾ yang membuatnya terkejut.



“heghhh….” Kata yang keluar dari mulutnya setelah hentakanku itu.



Setelahnya aku maju mundurkan kontolku dengan tempo sedang yang membuat kursi yang kami gunakan ikut berdencit, untungnya tertahan oleh pilar kayu penyangga atap, sehingga masih bisa aku control, namun suara yang dihasilkan seperti orang yang sedang memalu.

“dokk…dok…dok..” begitu kira-kira efek yang ditimbulkan dari genjotanku itu ketika kursi yang kami gunakan mengenai pilar kayu tersebut.



“mphhh….mphhhhhh…,mpphhh….” suara lirih dari bi Nana ketika menikmati genjotanku itu dimana ia sampai menggigit bibir bawahnya.

“gimana rasa kontolku bi?” ucapku sembari masih menggenjotnya.



Aku yang ingin melancarkan serangan secara maksimal langsung saja menuju ke tete-nya untuk aku kenyot-kenyot dengan mulutku, selain itu tanganku juga memainkan tetenya yang lain. Sementara itu, bi nana menutupi mukanya menggunakan tangannya, seolah menyembunyikan rasa malunya atas kekalahannya.

Tak berselang lama, tiba-tiba kakinya mengapit tubuhku dan ia menggenjang Kembali, tanda orgasme yang kedua kalinya. Kontolku berasa disiram kuah hangat yang lalu dijepit oleh bibir mekinya.



“gimana bi? Masih mau lanjut?” tanyaku. Lagi-lagi ia masih tak bersuara.

“sekarang bibi nungging deh, tumpuan sama pilar itu juga gapapa.” Dan bi Nana pun menuruti permintaanku, tanda bahwa ia masih ingin menikmati kontolku.



Setelah membimbingnya untuk melebarkan kakinya, mukaku aku benamkan pada pantanya, dan aku jilati mekinya itu. Selain itu juga aku meremas-remas pantatnya dan menggosok kan jariku pada anusnya. Mekinya Kembali mengeluarkan lender-lendir kenikmatan yang membasahi lidahku. Sementara itu, bi Nana Nampak dengan erat memegang pilar itu sembari menikmati servis yang aku berikan.

Tak ingin berlama-lama, aku segera memposisikan kontolku di depan mekinya. Dengan perlahan aku masukkan kontolku. Yang ternyata karena besarnya pantatnya, kontolku hanya bisa masuk setengah. Langsung saja aku menggenjotnya.



”plokkk…..plokkk…..plokkk….” suara yang terdengar dari hentakanku kepada mekinya

“ahhhhh..mmmmppphhhhh……” sementara itu desahan dari bi Nana hanya terdengar samar.

“ahhhh…. Bokongmu gede bgt biiii…. Memekmu legittt….” Ucapku dengan masih menggenjotnya.

“shhhh…mmhhhh…..uhhhhh…..” bi Nana masih mendesah dengan desahan yang tertahan.



Satu setengah jam berlalu dan aku sangat menikmati persetubuhan ini, meskipun di awal ada sedikit ancaman darinya, namun, kini setidaknya aku bisa membuktikan keperkasaanku.

“yahhh..mmmphhhhh…..ahhh……” bi Nana mulai merancau namun langsung menutupi mulutnya dengan tangannya.

“ahhhh…. Mmhhhh…. Biiii…. Aku mau keluarrr…….” Ucapku.

“crotttt….creeee…..creeeet…….” aku menumpahkan semua maniku dalam mekinya. Sementara itu ia juga mengalami orgasmenya yang ketiga kalinya, karena kembali kontolku merasa dijepit oleh dinding-dinding vaginanya dan langsung disembur oleh cairan hangat miliknya.



Setelahnya aku pun terduduk di bangku itu, tetapi otongku masih saja tegak berdiri. Sementara bi Nana langsung memunguti semua pakaiannya dan menutup mukanya dengan bajunya.

“pulang kamu!” ucapnya dengan nada tinggi, namun aku sedikit mendengar isak tangisnya.

“bibi kenapa? Aku salah ya?” tanyaku.

“bibi bilang pulang!” ucapnya Kembali.

Aku pun segera mengenakan Kembali pakaianku dan beranjak pulang meninggalkan bi Nana yang juga beranjak untuk mengunci pintu warungnya. Aku merasa aneh dengan sikap bi Nana tersebut. Awalnya menantang tapi sekarang entah mengapa ia malah mengusirku.



Sesampainya di rumah dan bersih-bersih tiba-tiba hpku bunyi dan terdapat pesan whatsapp masuk. Setelah aku lihat, ternyata merupakan pesan dari bi Nana. Segera aku membukanya.

“Besok ke rumah bibi jam 10 malam.” Isi pesan dari bi Nana.

Entah apa yang akan dilakukan oleh bi Nana terhadapku sehingga menyuruhku untuk datang ke rumahnya jam 10 malam. Apakah ia melaporkan kejadian tersebut kepada pak RT yang lalu akan menyidangku di rumahnya? Kenapa harus jam sepuluh malam kalau memang begitu. Apa karena nunggu anak-anaknya tidur terlebih dahulu, agar tidak mendengar masalah ini? Bukankah tadi juga bi Nana terlihat puas dengan servisku?
 
Terakhir diubah:
OB : "Wah..., Ceritanya mantap suhu...!" ucapku dalam hati sembari menyiapkan kopi untuk para atasan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd