Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kalian puas, aku juga puas (Dito Beranjak Gede)

Part 10

Kejutan Tak Terduga



Aku masih terpikirkan tentang isi pesan dari bi Nana tersebut. Kira-kira apa yang akan terjadi kepadaku? Apakah aku akan diarak warga dengan ditelanjangi? Entahlah. Memang aku harus siap dengan segala konsekuensi yang telah aku lakukan, meskipun aku merasa jika persetubuhan yang aku lakukan dengan bi Nana kemarin tanpa unsur paksaan, toh dia terlihat sangat menikmati setiap sodokan dari kontolku.

Apapun yang akan terjadi aku harus siap menghadapi kenyataan tersebut, meskipun kenyataan tersebut terasa pahit. Lama aku membayangkan tentang apa yang akan terjadi kepadaku besok membuat rasa kantukku datang, hingga tak terasa mataku terpejam dengan sendirinya.

Aku terbangun ketika hari mulai gelap. Karena merasa lapar, aku pun memutuskan untuk memasak mie instant. Karena tidak memungkinkan juga jika aku Kembali ke warung bi Nana, karena dengan kejadian tadi, ia terlihat marah denganku. Disaat sedang menyantap mie buatanku itu tiba-tiba terdapat pesan masuk dari bi Nana.



“besok kesininya lewat belakang, jangan lewat depan, sama jangan bawa motor.” Isi pesan dari bi Nana tersebut.



Aku pun keheranan dengan isi pesan tersebut. Jika memang, besok adalah hari dimana aku akan disidang lalu dihukum, kenapa harus lewat belakang? Pertanyaan demi pertanyaan Kembali terlintas di otakku. Rasanya aku seperti dihantui oleh rasa cemas. Namun, sejurus kemudian aku berpikir. Atau mungkin bi Nana ngajak aku ngentot di rumahnya? Eh, tapi kan ada suami dan anaknya di rumah itu. Entahlah, perempunan memang penuh dengan teka-teki.

Segera aku menghabiskan makananku dan mencuci segala barang yang telah aku pakai tadi. Setelah semuanya beres dan aku memutuskan untuk merebahkan diri, tiba-tiba hp-ku berdering, tanda panggilan suara masuk.



“halo, Ma.” Ucapku saat aku mengangkat panggilan tersebut yang ternyata berasal dari mamaku.

“iya, halo. Gimana kabar kamu nak?” tanya mamaku dari balik telepon.

“baik, Ma. Ada apa? Tumben-tumbenan telpon dito.” Jawabku, karena mamaku memang jarang menelponku, lebih sering bertukar pesan WhatsApp denganku.

“ini, mama mau ngasih kabar, kalo mungkin dua minggu lagi tantemu bakal nginep di situ.”

“ha? Tante siapa ma? Dan kenapa harus nginep di rumah Dito?” tanyaku.

“tante wulan. Dia lagi butuh tempat buat nenangin diri, makanya mama suruh dia nginep di rumah kamu, dari pada dia kabur entah kemana.” Jawab mamaku.



Tante wulan merupakan adik dari papaku satu-satunya dan dia telah bersuami sejak beberapa tahun lalu. Terakhir aku bertemu dengannya adalah ketika ia menikah dengan suaminya itu, dan selepasnya ia diboyong oleh suaminya ke sebrang pulau karena memang suaminya juga berasal dari situ. Tak banyak yang bisa aku gambarkan tentangnya karena aku juga tidak begitu akrab dengannya.



“kenapa nggak nginep di rumah mama aja si?” tanyaku lagi. Aku memanglah orang yang suka dengan kesendirian dan kurang suka jika harus berurusan dengan orang asing yang tidaklah akrab denganku.

“kamu kan tau sifat papamu, nak. Nanti kalo tantemu nginep disini yang ada malah diceramahin lagi sama papamu.” Jawab dari mamaku.

“iya deh, Ma.” ucapku pasrah menerima.

“gapapa kan, Nak. Kasian lo tantemu.” Bujuk mamaku yang nampaknya kurang puas dengan ucapanku.

“iya, Ma. Gapapa, tenang aja.”



Setelah itu mamaku menutup teleponnya. Ingatanku Kembali flashback tentang tante Wulan itu. Namun ternyata tak banyak yang bisa aku ingat. Ia setauku tidak beda jauh usianya denganku, mungkin kira-kira hanya terpaut 10 tahun saja. Seingetku dulu ia merupakan sosok dengan body yang cenderung gemuk, dengan tinggi rata-rata Wanita Indonesia, lah. Sementara itu, aku berusaha mengingat tentang spek tete dan pantatnya dan setelah aku berusaha mengingat ternyata aku malah kecewa, lantaran seingatku tetenya tidak besar dan pantatnya juga biasa saja.

Tak terasa aku pun Kembali terlelap dan bangun ketika matahari sudah menunjukkan eksistensinya. Karena hari ini merupakan hari minggu, aku pun memutuskan untuk lari pagi, setelah sekian lama tidak berolah raga. Selain untuk melepaskan stress karena terus kepikiran akan rencana dari bi Nana, aku juga ingin menjaga staminaku ketika menggenjot mbak Devi nantinya.



“eh mas dito, nggak mampir nih mas?” ucap mbak Devi ketika ia sedang menjemur baju dengan manjanya ketika melihatku melewati depan rumahnya.

“besok aja deh mbak.” Ucapku sambil berlalu.



Sementara itu, Nampak raut kekecewaan dari wajah mbak Devi tersebut, karena aku menolak ajakannya untuk mampir. Namun apa boleh dikata, pikiranku sedang berkecamuk saat ini dan dimana ketika aku mampir, pasti ujung-ujungnya ngentot, sedangkan aku tidak ingin bersetubuh dengannya untuk saat ini.

Setelah beres berolahraga, aku pun memutuskan untuk mandi dan setelahnya hujan melanda kampungku itu. Karena capek berolahraga dan didukung oleh suasana hujan, tak terasa aku Kembali terlelap dan bangun ketika sore hari tiba. Tak ingin terus terbayangkan waktu hari ini yang mungkin akan menjadi waktu “eksekusi mati”-ku, aku pun memutuskan untuk bermain game melalui pc-ku. Berkat kegiatanku tersebut, waktu menjadi berjalan sangat cepat. Hingga tiba waktuku untuk mendatangi rumah bi Nana itu. Tiba-tiba hp-ku berbunyi tanda pesan masuk.



“kamu ada masalah apa, mas Dito? Cerita sama mbak dong.” Bunyi pesan yang dikirimkan oleh mbak Devi.

“besok ya, mbak.” Jawabku singkat



Aku menyusuri jalanan kampung yang basah akibat hujan tadi, dengan suasana sepi dan hawa yang sangat pas sekali jika ingin melakukan per-entot-an duniawi. Dengan pakaian yang cukup rapih dan wangi, aku telah sampai di belakang rumah bi Nana, sesuai dengan yang ia pinta kemarin. Dengan rasa gugup nan takut, segera aku chat bi Nana dengan maksud memberi tau jika aku sudah sampai. Tak berselang lama kemudian, pintu pun terbuka dengan wajah datar dari bi Nana menyambutku dan menyuruhku untuk masuk.



Ketika aku masuk ke dalam rumahnya, ternyata semua dugaanku salah. Tak ada seorang pun di ruang tengah dan kemungkinan juga di ruang tamu karena kondisi ruang tamu yang gelap.

“duduk situ dulu.” Pinta bi Nana yang langsung masuk ke dalam kamarnya.



Tak berselang lama kemudian, ia Kembali dari kamarnya.

“masuk sini.” Pintanya Kembali yang memintaku untuk masuk ke dalam kamarnya.



Aku terkejut sekaligus terheran-heran dengan permintaannya tersebut. Kenapa aku tiba-tiba disuruh masuk ke dalam kamarnya? Bukankah suaminya masih sakit dan nggak mungkin pergi jauh? Pertanyaan yang muncul dalam otakku. Aku masih tak habis pikir dengan rencananya tersebut.

Sesudah memasuki kamarnya, betapa terkejutnya aku ketika melihat suaminya sedang tidur dengan pulas di atas ranjangnya. Sejurus kemudian aku Kembali terkejut karena dengan tiba-tiba bi Nana melucuti seluruh dasternya dan hanya menyisakan bra dan cd-nya dengan warna cream senada.



“ini kan yang kamu mau?” ucapnya setelah melucuti pakaian luarnya tersebut.

“eh, ttttapi kan…. ada suami bibi.” Ucapku gugup.

“biarkan… biarkan aku bisa menunjukkan bahwa aku telah menemukan yang jauh lebih perkasa darinya.” Ucapnya lagi.



Aku hanya bisa tercengang mendengar ucapannya itu. Namun ketika aku sedang tidak focus lantaran memikirkan tentang perkataannya tersebut dan khawatir jika suaminya tiba-tiba terbangun, ia langsung mendekatiku dan menyosor bibirku. Awalnya aku hanya pasif karena masih khawatir hal tersebut bakal benar-benar terjadi. Bersama dengan ciumannya tersebut ia melucuti pakaianku satu persatu.



“tenang aja, dia udah aku kasih obat tidur paling ampuh.” bisiknya menenangkan.

“aku millikmu mala mini, Dito.” Lanjutnya.



Merasa mendapatkan lampu hijau, aku langsung membalas ciumannya tersebut dengan sangat ganas. Segera juga aku lorotkan bra dan cd-nya itu. Ia melepaskan ciumannya karena rangsanganku pada meki dan toketnya tersebut. Bibirku berpindah pada belakang telinga dan lehernya.



“ahhhhh…. Iyahhhh….. aku milikmu toooo…. Terussss….” Ia terus merancau ketika rangsanganku di ketiga area sensitifnya terus aku jalankan.

“enakkkkk toooo….. terussss……. Ahhhhh…. Ohhhhh….”



Aku menyudahi semuanya setelah Lelah berdiri dan lalu memintanya untuk duduk di Kasur samping suaminya. Setelah ia terduduk, aku berjongkok dan mengarahkan kepalaku langsung menuju pada area selangkangannya dan mengoral mekinya. Bersama dengan lidahku, aku juga menggunakan jariku untuk merangsang mekinya.



“toooo…. Ahhhh….. apaahh… yanggg…mmmhhhhh…. Kamuuuu…. Lakuinnn…..” ia terus merancau sebagai respon atas rangsanganku.

“terussshhh… ahhhh……. Jangannnn…. Berhentiiii……ouhhhh”



Aku terus mengobel mekinya hingga kurang lebih 10 menit dan bi Nana pun akan sampai pada orgasmenya.

“toooo…. Ouuchhhhh…… akuuuu…. Sampaiiiii….ohhhh…..” ucapnya sambil menengadahkan wajahnya ke atas dan menjepit kepalaku.



Setelah itu, aku merebahkannya di samping suaminya. Aku mulai Kembali menyosor bibirnya yang sejurus kemudian disambut dengan permainan lidah dari kami berdua. Setelah itu bibirku pindah menuju lehernya yang kemudian turun ke tete-nya. Ia terus-terusan merancau tak karuan atas rangsangaku tersebut.



“masukinnn…. Kontolmuuu… sekarangg…. Ahhh… mmhhhhhh….” Pintanya ketika aku memainkan lidah dan mulutku pada tete-nya.

“kontol siapa biii?” tanyaku mencoba memancingnya.

“kontoolll…. Mmmmhhhh…. Ditooo….. uhhhhh….. yang gagah perkasaaa…..mhhhhh” ucapnya.



Aku Kembali turun ke bawah untuk menjilat memeknya sekali lagi sebelum mengarahkan kontolku menuju sarangnya. Pertama-tama aku mainkan dulu kepala kontolku dengan mengoles-oles bibir mekinya dengan palkonku.



“cepetttt…. Aku udah ngga tahannn….” Gerutunya.



Segera aku masukkan kepala kontolku dan mengeluarkannya lagi.



“masukin semuanyaa too…. Aku pengen kontolmuuu….” Ucapnya sambil memejamkan mata ketika aku melakukan itu.

Dan…

“bless…” hampir ¾ kontolku masuk dalam memeknya.

“ouhhhh…. Kontolmuu gede bgtt toooo… enakkkkhhhh….”

“Lebih cepat lagiiii…..akhhhhhh……” pintanya.



Aku pun mempercepat tempoku itu, hingga ranjang yang kami gunakan pun ikut bergoyang mengikuti irama persetubuhan ini. Meskipun demikian, suaminya tetap tidur dengan nyenyak dan tak bergerak sedikitpun. Tak ingin menyiakan kesempatan di depan mata, Kembali aku menjamah toketnya. Meremasnya, memilinnya, hingga mengenyotnya.



“iyahhh… iyahhhh…. Sedottt terussshhh….. entotttt lebih dalemmmhh…. Ohhhh….” Bi Nana Kembali merancau.

“ini yang dari dulu aku pengennn…. Mmmhhhhh…..” ucapnya.

“pengen apahhhh…. Biii…..” pancingku sambil terus menggenjotnya dan memainkan tete-nya.

“pengenn… dientot… kontol gedeehhh…..” sautnya.



Aku terus menggenjotnya dengan irama cepat dan membuatnya merem-melek karena aksiku tersebut. Hingga tak berasa selama kurang lebih 20 menit, kami berada pada posisi tersebut.

“tooooo….. ooouhhhhh….. akuuhhh…. Keluarrr…. Lagiiiii…. Ohhhh…..” ucapnya.

Dan benar saja, ia langsung memuncratkan cairan kenikmatan tersebut dan menjepit erat kontolku. Setelah itu ia pun menatapku lalu tersenyum.



“masih kuat bi?” tanyaku.

Ia hanya tersenyum dan mengangguk pelan. Setelahnya, aku memintanya untuk bergantian. Kini aku yang merebahkan diri di samping suaminya, sementara ia menunggangi kontolku. Dengan perlahan namun pasti, ia membimbing kontolku untuk masuk ke dalam liang senggamanya tersebut.



“ahhhh… penuhhh bangettt…. Kontolmuuu….”

“ahhhh… memekmu juga masih sempittt…. Bii….” Sautku.



Bi Nana memulai goyangannya dengan tempo pelan.

“ahhhh…. Ahhhh….. ahhhhh…..” ucapnya sambil menengadahkan wajahnya ke atas. Aku pun meremas serta memilin-milin puting susunya.

“ohhh…. Lebih cepat biiii….” Pintaku. Bi Nana pun mempercepat goyangan naik turunnya.

“plokkk…..plokkkk…..ploookkkkk….” suara dari persetubuhan ini.

“Ahhhh….ahhhhh….mmmhhhhh….. aku ingin jadiii milikkmmuuhh…. Selamanyahhh….” Ucapnya.



10 menit kami berada pada posisi tersebut. Hingga tiba-tiba terdengar suara dari arah luar dengan memanggil bi Nana, yangmana aku prediksi merupakan anaknya yang kecil memanggilnya. Awalnya bi Nana hanya memelankan desahannya. Namun, pintu kamarnya pun di ketok oleh anaknya tersebut.

Kami pun kelimpungan, karena anaknya ini bukanlah anak bayi seperti anaknya mbak Devi yang belum mengerti tentang hubungan lawan jenis, terlebih lagi, aku merupakan orang asing. Segera bi Nana mengambil selimut untuk menutup tubuhnya dan mencabut meki-nya dari kontolku dan bergegas untuk membuka pintu. Aku pun di pinta untuk mengikutinya dari belakang dan memintaku untuk sembunyi di balik pintu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd