Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kalian puas, aku juga puas (Dito Beranjak Gede)

Bimabet
Part 17

Olahraga Bersama Tante Wulan


Entah apa yang ada di pikiranku ketika berani mengajak tante wulan untuk yoga bareng. Memang selama ini aku selalu mengaguminya dari jauh ketika melihatnya yoga, terlebih lagi aku bisa menikmati keindahan dari setiap lekuk tubuhnya ketika ia mengenakan pakaian yoga-nya yang sangat menggairahkan tersebut. Untung saja ia tak menolak ajakan ku tersebut, sehingga aku bisa mencuri-curi pandang ketika berolahraga bersamanya nanti.

Sepulang dari jalan-jalan Bersama tante Wulan, aku langsung beristirahat di kamar, begitu pun juga dengan tante Wulan, karena aku tak mendengar bunyi dari televisi yang berada di ruang tengah. Mungkin tante Wulan kecapekan karena aktivitas yang telah kami lakukan tadi, terlebih lagi emosinya sangat terkuras ketika membicarakan mengenai masalah yang sedang ia alami dengan keluarga suaminya itu.

Malam ini aku tertidur lebih awal, karena kepadatan aktivitas yang aku lakukan pada hari ini, dari mulai bertemu dengan dosen pembimbing skripsi, hingga hangout Bersama dengan tante Wulan. Rasa kantuk langsung menyerangku ketika aku sampai di rumah dan bersih-bersih diri. Bayang-bayang akan tubuh tante Wulan benar-benar menghantui menjelang tidurku. Rasanya ingin sekali aku menyusul ke kamar tante Wulan dan tidur bersamanya, tentunya setelah melakukan kegiatan seperti yang telah aku bayangkan, hehehe…



“weits, anak muda udah bangun aja nih.” Ucap tante Wulan yang datang dari belakang rumah ketika aku ingin menyantap sarapan yang telah tersaji di meja makan.

“iya nih, Tan. Semalem tidur cepet, kecapekan soalnya.” Jawabku.

“ya ampun, masih muda kok Cuma gitu doang capek.” Ucap tante Wulan.

“ayok olahraga habis ini.” Lanjutnya.



Setelah itu, tante Wulan bergegas menuju kamarnya. Mungkin ia ingin berganti pakaian mengenakan setelan yang selama ini selalu menjadi pakaiannya ketika melakukan yoga. Sementara aku masih terduduk di depan meja makan untuk menyelesaikan ritual sarapan pagi yang sangat jarang aku lakukan itu.



Setelah menyelesaikan sarapan pagiku aku hendak menuju ke teras rumah sebelum tante Wulan menegurku.

“hee… mau kemana, ayo… katanya ngajak olahraga bareng.” Ucap tante Wulan yang telah berganti pakaian menjadi setelan tanktop dan legging yang sangat menggairahkan itu.

“ngerokok dulu lah tan. Habis makan nggak enak rasanya kalo belum ngerokok.” Jawabku.

“nggak ada, nggak ada ngerokok-ngerokokan. Ayo sini.” Ucapnya.



Aku pun menuuruti permintaan tante Wulan dan menghampiri dirinya. Rasanya benar-benar gemas melihat tubuh tante Wulan yang aduhai itu dari dekat. Ingin rasanya segera aku remas itu toket dan pantatnya yang nyeplak, hingga tanpa aku sadari, kontolku mengeras dibuatnya. Untung saja saat itu aku mengenakan sempak, sehingga sedikit menyamarkan tonjolan dari balik celanaku itu.

Tante wulan mulai menggelar matras miliknya, sementara aku menggunakan karpet yang berada di ruang tengah milikku. Hal tersebut karena tante Wulan hanya memiliki satu matras saja, sehingga aku menggunakan karpet tersebut untuk di jadikan sebagai alas. Tante wulan memulai dengan Gerakan-gerakan yang cukup simple dan sederhan. Mungkin bisa dikatakan Gerakan-gerakan tersebut mirip stretching ketika kita hendak berolahraga.

Sepengetahuanku memang Gerakan-gerakan yoga sangat mirip dengan stretching, namun lebih variative. Hingga tiba waktunya tante wulan merubah posisi seperti posisi doggy. Hal tersebut membuat batangku menjadi sangat tegang, aku tak lagi focus pada Gerakan-gerakan yang diajarkan oleh tante Wulan, melainkan lebih focus untuk dapat menikmati keindahan tubuhnya dari dekat.

Beberapa saat kemudian, tante Wulan membimbingku untuk Gerakan-gerakan yang dirasa butuh arahan darinya. Fokusku Kembali amburadul ketika ada bukit kembar yang menggesek-gesek bagian tubuhku. Selain itu juga terdapat Gerakan seperti sikap kayang, dan Gerakan tersebut dilakukan ketika batangku sedang tegang-tegangnya, sehingga mau tidak mau kontolku tercetak dari celana yang aku pakai. Aku yakin, pasti tante Wulan menyadarinya, namun entah karena malu atau sungkan atau tak percaya dengan ukuranku, ia memilih untuk diam dan tetap focus pada tujuan utamanya, yaitu mengajariku.



“udahan lah, Tan. Capek nih.” Ucapku.

“ya ampun, To. Baru segini aja udah capek.”

“ya gimana, Tan. Namanya juga udah lama nggak olahraga.” Jawabku.



Akhirnya kami beristirahat setelah lebih dari satu jam kami melakukan aktivitas yoga tersebut. Setelah itu, aku bergegas ke dapur untuk minum air putih dan tak lupa juga membawakan air minum untuk tante Wulan. Aku melihat tante Wulan sudah mandi keringat, begitu pula dengan diriku. Rasa sangeku bener-bener meningkat ketika melihatnya bermandikan keringat, seperti menambah aura kecantikan yang terpancar dari dalam tubuhnya, terlebih lagi tanktop dan legging yang ia kenakan juga cukup basah oleh keringat.



“gimana, masih mau olahraga bareng tante kan?” tanya tante wulang setelah meneguk habis air putih yang aku bawakan.

“masih lah, apalagi instrukturnya cantik nan seksi.” Ucapku semangat.

“gombalnya mulai lagi ya. Dah ah, tante mau mandi dulu.”



Setelah tante Wulan beranjak pergi, aku pun bergegas keluar rumah untuk menuntaskan hasratku untuk merokok yang sempat tertunda. Di tengah-tengah aktivitasku yang merilekskan tersebut, bayang-bayang akan tubuh seksi tante Wulan masih menghantuiku. Ini seperti Hasrat yang ingin segera aku salurkan kepadanya, tapi kapan dan bagaimana?



“Tante mau ke rumah mbak Devi dulu ya, To.” Ucap tante Wulan ketika melihatku masih di beranda rumah.

“mau ngapain, Tan?” tanyaku.

“biasalah.” Jawabnya enteng.



Pikiranku Kembali melayang mengingat tentang bagaimana tuntutan dari keluarga suami tante Wulan yang sangat menginginkan tante Wulan untuk segera mendapatkan momongan, hingga mungkin ia mengalami depresi dan memutuskan untuk keluar sejenak dari rumah mereka. Aku juga yakin bahwa tante Wulan sendiri juga sangat menginginkan kehandiran anak kecil di tengah keluarga mereka, namun apa boleh dikata, ternyata takdir berkata lain.

Setelah menyelesaikan ritual merokokku, aku Kembali ke kamarku untuk beristirahat Kembali. Badanku berasa habis ditekuk-tekuk akibat Gerakan yoga yang dikomandoi oleh tante Wulan itu. Setelah cukup beristirahat, aku membuka komputerku untuk melakukan revisi dari skripsiku sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh dosen pembimbingku kemarin. Aku diminta olehnya untuk segera menyelesaikan tugas akhir milikku ini, karena kebanyakan dari temanku juga telah selesai dan lulus.

Malam harinya, aku melihat tante Wulan sedang berada di ruang tengah dan sedang menatap serius layar laptop miliknya tersebut. Pada awalnya aku ingin menemaninya untuk sekedar ngobrol, mungkin saja ia merasa kesepian. Namun, karena aku melihatnya begitu serius di depan laptopnya, aku urungkan niatku untuk menemaninya dan membiarkannya untuk menyelesaikan urusannya tersebut.



“eh, To. Belum tidur kamu?” tanyanya ketika melihatku sedang berada di meja makan sambil memainkan hpku.

“belum, Tan. Masih belum ngantuk.”

“oh gitu, yaudah, tante masuk dulu ya. Capek, mau tidur.” Ucapnya dan lalu beranjak menuju kamarnya.



Aku melihat mata tante Wulan sudah begitu sayu dan tergurat dari wajahnya juga menandakan bahwa ia memang sedang capek. Mungkin bukan hanya badannya saja yang capek, tetapi juga pikirannya. Aku jadi teringat, jika seseorang sedang capek-capeknya biasanya akan tidur dengan sangat pulas. Mungkin ini kesempatan bagiku untuk melihat keindahan tubuhnya dari jarak yang lebih dekat lagi. Kedengarannya sangat menarik.

Aku menunggu beberapa saat untuk memastikannya sudah tertidur dengan pulas. Setelah aku rasa cukup, segera aku menuju ke kamarnya dan masuk dengan sangat perlahan. Ternyata dugaanku benar, tante Wulan sudah tidur dengan sangat pulas, bahkan selimut yang diniatkan untuk menutupi tubuhnya telah berubah acak-acakan dan hanya menutupi kakinya saja. Bahkan, daster tidur yang ia kenakan sudah sedikit tersingkap ke atas hingga memamerkan pahanya yang putih mulus.

Perlahan aku mulai mendekati tubuhnya. Hingga Gerakan dari tidurnya yang secara tiba-tiba mengagetkanku. Kini yang awal mulanya ia miring ke kanan, alias memunggungi pintu kamar, berubah menjadi terlentang. Lagi dan lagi, seolah-oleh semesta mendukungku untuk lebih leluasa bertindak lebih jauh.

Aku benar-benar mengagumi tubuhnya, meskipun beberapa saat terakhir ini aku sudah sering melihat tubuh seksinya. Dengan perlahan aku mengangkat dasternya untuk lebih ke atas hingga terpampang celana dalam ungu miliknya itu dan yang lebih menggairahkan adalah cd tersebut berenda yang seolah menambah keseksian dari memeknya. Dan Nampak bahwa ia rajin mencukur jembutnya hingga menyisakan rambut pendek.

Lagi-lagi aku Kembali takjub dengan keindahan ciptaan Tuhan ketika aku berhasil sedikit membuka cd-nya hingga Nampak guratan dari memeknya itu. Putih dan pink merekah, itu yang bisa aku gambarkan dari pemandangan indah ini. Segera aku keluarkan kontolku dari celana tanpa sempak milikku itu untuk mengocoknya. Lagi-lagi aku masih belum berani untuk bertindak lebih jauh, apalagi menyetubuhinya.



“memekmu cantik banget tanteeee…..”

“astagaa… pasti nikmat banget kontolku di jepit memek tante Wulann…” ucapku dalam hati.



Aku membayangkan jika suatu saat kontolku bisa menerobos masuk ke dalam celah memeknya yang sempit itu. Ohhhh…. Rasanya pasti sempit dan menjepit-jepit. Aku terus mengocok kontolku, sementara tangaku yang lain masih menjaga cd tante Wulan agar tak menutupi memeknya. Setelah itu, aku berpindah menuju ke atas untuk membuka kancing daster miliknya hingga sedikit terpampang bukit indah yang selama ini menjadi idamanku. Namun, aku masih tak berani untuk melorotkan bra miliknya, karena takut ia tiba-tiba terbangun. Sementara itu, aku juga baru menyadari bahwa bibir milik tante Wulan juga sangat sensual.

Aku membenturkan kepala kontol ku dengan pelan ke arah bibir dari tante Wulan. Ahhhh… terbayang dipikiranku tentang bagaimana jika kontolku dilahap habis oleh bibirnya itu. Aku sangat menahan diriku agar tidak bertindak bodoh yang tentunya akan sangat merugikan bagiku. Sementara itu, aku masih terus mengocok batangku hingga aku merasa ingin segera keluar. Aku pun menumpahkan seluruh spermaku di tanganku sendiri, karena aku tak ingin mengotori tubuh maupun tangan tante wulan. Setelahnya, aku mengelap tanganku dengan tisu yang berada di meja yang ia gunakan sebagai meja rias.

Setelah merasa cukup dengan aksiku, aku pun beranjak pergi dari kamar tante wulan untuk Kembali ke kamarku. Hingga tak terasa aku terlelap dalam mimpiku yang mana aku bermimpi sedang bersetubuh dengan tante Wulan. Dan aku terbangun ketika sinar Mentari mulai masuk ke dalam kamarku yang hordennya lupa aku tutup semalam.



“baru mimpi aja rasanya senikmat itu.” Ucapku dalam hati setelah terbangun dari tidurku.



“nggak olahraga pagi kita nih, Tan?” tanyaku setelah aku keluar kamar dan mendapatinya sudah berada di depan laptopnya dengan masih mengenakan pakaian yang sama seperti semalem.

“sore aja ya, To. Tante lagi ngurusin bisnis tante yang semrawut setelah tante tinggal ini.” Jawabnya.



Aku pun memahami kesibukan tante wulan, meskipun memiliki suami dengan penghasilan yang bisa dibilang sudah sangat cukup, namun ia tetap mau bekerja demi memghasilkan uang sendiri. Tante wulan sendiri memiliki bisnis baju yang memiliki beberapa toko di Kota dia tinggal Bersama dengan suaminya, selain itu juga baju-bajunya terpampang di online shop ternama.

Setelah itu, aku Kembali ke dapur untuk menyantap makanan dan setelahnya Kembali ke kamarku untuk Kembali mengerjakan skripsi yang dalam waktu dekat ini harus aku selesaikan. Aku hampir lupa jika hari ini aku Kembali harus menemui dosen pembimbingku untuk mendapatkan arahan atas apa yang aku kerjakan.



“tan, aku pamit ke kampus dulu ya.” Ucapku setelah siap dan hendak pergi ke kampus.

“iya, To. Hati-hati ya.” Jawab tante wulan yang masih dengan serius menatap layar laptopnya.



Sora harinya aku baru pulang ketika hendak maghrib karena setalah melakukan bimbingan tadi, aku bertemu dengan kawan lamaku yang sudah beberapa bulan ini tidak bertemu, sehingga kami ngobrol dengan lepas hingga lupa waktu.



“ayok jadi olahraga gak nih, ditungguin dari tadi juga.” Ucap tante Wulan yang sudah siap dengan pakaian dan perlengkapan miliknya dengan menggerutu ketika aku memasuki rumah.

“lah, ayok. Tapi bentar, aku ganti baju dulu tan.” Jawabku.



Setelah siap, aku Kembali menghampiri tante Wulan dan memulai yoga bersamanya. Kurang lebih apa yang kami lakukan hari ini, sama dengan apa yang kami lakukan kemaren. Namun, karena aktivitas yang aku lakukan di luar rumah tadi membuatku lebih cepat merasakan capek kali ini. Sementara tante wulan masih terlihat sangat semangat. Aku cukup kewalahan menandingi energi miliknya itu.



“udah ya tan. Capek banget nih.” Ucapku sembari ngos-ngosan dan mengatur napas.

“yah, payah. Baru segitu udah minta udahan.” Ucap tante Wulan.



Melihatku Nampak kecapekan, tante Wulan pun menghentikan olahraga kami kali ini. Setelahnya ia beranjak pergi ke dapur yang mungkin mengambil minum. Ia Kembali dengan membawa segelas air putih (bukan bening) yang aku duga adalah susu.



“nih diminum, biar gak loyo lagi.” Ucapnya sembari menyodorkan minuman yang dibawanya dari dapur.

“ini apa tan?” tanyaku.

“udah, minum aja.”



Aku pun meneguk habis minuman yang diberikan oleh tante Wulan tersebut. Ternyata benar, minuman tersebut adalah susu. Mungkin maksud tante Wulan memberikan aku susu supaya energiku Kembali dan menghilangkan rasa capek akibat dari olahraga yang kami lakukan barusan.



“gimana? Enak kan?” tanya tante Wulan

“enak tan.”



Setelah aku meneguk habis minuman tersebut, tante wulan pun beranjak pergi ke kamar mandi untuk mandi. Sementara aku, masih berdiam diri di ruang tengah untuk beristirahat sejenak setelah berolahraga. Saat aku masih duduk di ruang tengah tersebut, aku melihat tante wulan masuk ke dalam kamarnya dengan masih mengenakan handuk yang tak mampu menutupi seluruh pahanya dan hingga beberapa saat tak keluar.



“mungkin kecapekan terus langsung tidur.” Pikirku.



Aku pun Kembali ke kamar untuk merebahkan diri dan yang aku sadari adalah entah kenapa kontolku yang sedari tadi tegang karena melihat pemandangan tante Wulan yang hanya mengenakan handuk, hingga kini aku sudah Kembali ke kamar dan rebahan beberapa saat tak kunjung mengecil, bahkan masih sangat gagah menjulang.



“kenapa nih kontolku, kok berdiri terus.” Ucapku dalam hati sembari masih memandangi kontolku yang tegang.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd