Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kalian puas, aku juga puas (Dito Beranjak Gede)

PART 20

Hukuman untuk Mbak Devi



Perasaan sebal bercampur dengan napsu bercampur menjadi satu. Bagaimana tidak sebal dan kesal, salah satu rahasia terbesar dalam hidupku telah sampai pada telinga yang tak lain dan bukan merupakan bagian dari keluarga intiku. Mungkin saja jika tante Wulan tidak bisa menutupinya rapat-rapat akan dengan mudah dan cepat sampai di telinga mamaku.

Di sisi lain, aku malam ini juga benar-benar bernapsu, seolah napsuku bertambah berkali-kali lipat akibat ulah dari tante Wulan yang aku Yakini terkena bisikan setan dari mbak Devi untuk memberiku minuman penambah stamina dan napsu. Selain karena ingin membantu tante Wulan, mbak devi pasti juga sudah merindukan sodokan-sodokan manjah yang selama ini telah menjadi pemuas napsunya.



….



Aku pun segera melumat bibirnya dengan kasar dan membuatnya kelabakan. Bersama dengan itu aku langsung meremas-remas dengan liar bokongnya yang masih dibalut daster tanpa bra dan celana dalam tersebut. Setelah itu, toketnya menjadi sasaranku berikutnya. Lagi-lagi aku melakukannya dengan kasar, hal tersebut aku lakukan sebagai bentuk hukumanku kepadanya.



“mmmmpppphhhh….” Ia terus merancau dari setiap cumbuan yang aku lakukan, sementara itu bibirnya terus ku lumat hingga hanya kalimat tak jelas yang keluar dari mulutnya.



Setelah itu, cumbuanku beralih ke lehernya, dimana area tersebut merupakan salah satu area sensitive miliknya. Ia terus mendesah tak karuan dari setiap remasan dan cumbuan yang aku lakukan. Setelah cukup puas, aku pun bangkit dari tempatku duduk dan melepaskan celana kolor yang aku kenakan. Sementara itu, aku meminta mbak Devi untuk turun dari tempat ia duduk seakan mengetahui bagaimana jalan pikiranku.



“tau kan apa yang harus dilakuin.” Ucapku kepadanya.



Tanpa banyak babibu langsung saja dimainkannya kontolku dengan lidah dan mulutnya. Awalnya, ia hanya menjilat-jilat kontolku seperti ia menjilati es krim. Lambat laun, kontolku mulai dimasukkannya ke dalam mulutnya tersebut. Lagi-lagi karena ukuran “barangku” yang cukup meresahkan tak mampu tenggelam sepenuhnya ke dalam mulutnya.



“huueghhh….” Mbak Devi hampir tersedak setelah kendalinya atas kontolku aku ambil alih dan mendorong kepalanya lebih maju agar lebih masuk ke dalam mulutnya.

“nakal banget sih.” Protesnya setelah aku mengeluarkan kontolku dari dalam mulutnya dengan muka memerah.

“Namanya juga hukuman, ayo kulum lagi.” Pintaku.



Setelah itu, aku yang mengambil alih kendali dengan memaju mundurkan kepalanya menggunakan tanganku dimana aku mencengkram rambutnya lalu memaju mundurkan kepalanya. Air liur bercampur dengan pelumas kelamin perlahan menetes dari mulut mbak Devi. Sementara itu, aku belum merasakan kontolku akan memuncratkan laharnya.



“gentian.” Ucapku singkat.



Ia pun memahami maksudku dan kami bergantian, kini mbak Devi yang duduk di kursi, sementara aku beranjak dari kursi tempat dudukku. Setelah itu, aku duduk di pahanya dengan muka kami yang saling berhadap-hadapan. Kembali ku lumat mulutnya yang telah basah oleh air liurnya sendiri yang bercampur dengan pelumas yang keluar dari kontolku.

Setelah itu, aku turun dari pangkuannya dan langsung menyerbu gunung kembar miliknya tersebut seperti sapi yang merindukan susu induknya. Aku mainkan pentilnya yang timbul dari balik daster yang ia kenakan. Aku memainkannya dengan kasar toket miliknya tersebut, aku menggigit-gigit kecil pentilnya dan meremas-remas toket satunya.



*kreekkkkk….*

“kok dirobek sih.” Protesnya setelah dengan paksa aku merobek daster yang ia kenakan tepat di bagian toketnya hingga terpampang dua gunung kembar miliknya.

“Namanya juga hukuman.” Jawabku.



Sejurus kemudian, mulutku telah Kembali sampai di toketnya dan mulai menjalankan tugasnya. Sementara toket lainnya yang kini tak terbungkus apapun tak kubirakan menganggur begitu saja. Bersama dengan permiananku yang semakin liar, desahan dan rintihan kenikmatan keluar dari mulut mbak Devi.



“yahh… ohhh… mainin pentilkuuhh…” mbak Devi merancau menikmati permainanku dan mengobok-obok memeknya sendiri.



Aku pun tak membiarkannya untuk memainkan memeknya sendiri. Langsung saja aku berpindah ke bawah dan menyingkirkan tangannya dari memeknya tersebut. Kali ini tanganku yang memegang kendali untuk memainkan memeknya. Jari jemariku pun segara bermain-main dan menari-nari di liang senggama milik mbak Devi tersebut.



“ahhh… yahhh…. Terusshhh…” kata-kata yang keluar dari mulut mbak Devi.

*kreeekkkk….*



Aku Kembali merobek daster mbak Devi, namun kali ini yang aku robek adalah bagian bawah dasternya hingga sampai di robekanku yang pertama tadi. Kini daster yang ia kenakan sudah tak Nampak seperti daster lagi, akibat dari robekan Panjang yang membentang di tengah. Kali ini mbak Devi tidak protes dengan apa yang aku lakukan dan lebih focus menikmati “hukuman” yang aku berikan.



“aaaa…. Ohhhh…..mmpphhh….” suara yang keluar dari mulutnya ketika jari jemariku mulai dengan beringas mengobok-obok memeknya.



Area memek dari mbak Devi pun sudah sangat becek akibat dari rangsangan yang sedari tadi aku berikan kepadanya. Sementara itu, ia terus merancau tak karuan bebarengan dengan setiap jariku yang menari-nari pada area intimnya tersebut. Setelah cukup puas membuatnya blingsatan, kini giliran lidah dan mulutnya menjalankan aksinya di area meki-nya tersebut.



“ahhh… jilaatttt uuhhhh…. Iseppp… iyahhh….”

“ohhhh…. Ampuunnnn…. Ga tahannn…. Uhhhhh…..”

“iyahhhh……..” lenguhan yang keluar dari mulutnya saat ia sampai pada orgasmenya.



Bersama dengan orgasmenya, kepalaku dijepit di selangkangannya dengan kedua kaki dan tangannya sehingga membuatku sedikit kesusahan untuk bernafas. Cairan kenikmatan yang banjir pun tumaph ruah di mulutku dan menyembur kemana-mana. Setelah orgasmenya selesai, mbak Devi melepaskan jepitannya dan menatapku penuh dengan kemenangan.



“sial, kenapa kepalaku dijepit sih.” Protesku.

“Namanya juga hukuman.” Ucapnya menirukan gaya bicaraku sembari menjulurkan lidahnya.



Setelah itu, aku meminta mbak Devi untuk Kembali mengoral kontolku supaya Kembali basah dengan air liurnya. Selain itu, aku juga memiliki maksud tertentu terhadapnya. Ia pun menuruti permintaanku dan langsung melahap kontolku. Kali ini aku tidak akan melakukan deep throat terhadapnya, karena aku memiliki rencana yang lain.

Aku memintanya menungging dengan ia bertumpu pada kursi yang ia kenakan untuk duduk tersebut. Tanpa banyak babibu, ia pun menuruti permintaanku tersebut dan segera menungging. Awalnya aku Kembali melumat memeknya tersebut dan memasukkan jari tengahku ke dalam lubang anusnya dan langsung disambut dengan rintihan-rintihan manja darinya.



“ohhhhhh…. Ampuunnn akhhh….. masuukkkinnnn….” Ucapnya yang sudah tak tahan menahan gejolak nafsunya.



Segera aku memposisikan kontolku untuk Bersiap menerobos vagina miliknya tersebut. Mulanya, aku gesek-gesekkan kontolku pada bibir memeknya. Namun kali ini yang menjadi targetku bukanlah memeknya, melainkan anusnya. Segera aku pindahkan kontolku dan aku posisikan kepalanya sudah berada tepat di depan lubang anusnya tersebut.



“jangan disituuu… ahhhh….. sakittt…. Ohhh…. Perihhhhh….” Pekiknya ketika perlahan kepala kontolku berhasil masuk ke dalam lubang anusnya tersebut.



Aku tak memperdulikan omongan dari mbak Devi dan terus melanjutkan penetrasiku. Memang sangat sempit dan seret ketika kontolku terus berusaha untuk menerobos anus milik mbak Devi tersebut dan aku yakin bahwa anusnya tersebut aku lah yang pertama kali mencicipinya alias aku yang memerawaninya. Rasa ngilu dan sedikit perih juga aku rasakan lantaran kurangnya pelumas dari gesekan antara kontolku dan dinding anus mbak Devi. Aku cukup sabar dalam bermain-main dengan anusnya tersebut, ketika dirasa kontolku sudah mulai seret dan susah untuk terus masuk, aku menariknya keluar dan memasukkannya Kembali.

Berulang kali aku melakukan hal tersebut dan aku sangat menikmati permainanku pada lubang sempit milik mbak Devi tersebut. Setelah cukup jauh aku berhasil menerobos anusnya, kini aku memompa kontolku di lubang anusnya tersebut dengan tempo yang cukup pelan, Bersama dengan itu, aku juga meremas-remas pantat bohay nan montok miliknya tersebut. Sementara itu, jariku yang lain masuk dan mengobok-obok memeknya.



“ahhh… amppuuunnnn… eeehhhh…. Enaaagghhhh….”

“yahhh…. Terusss….. mmmpppphhhh…..”



Aku terus memompa kontolku dalam anusnya dengan tempo yang perlahan mulai bertambah cepat. Sementara itu, kini anusnya telah berasa bisa menyesuaikan kontolku yang keluar masuk dari anusnya tersebut, sehingga membuatku lebih leluasa untuk terus memompanya. Mbak Devi pun kelimpungan dengan aksi serangan dua sisiku tersebut.



“ohhhh….. sampee lagiiiii…. Ahhhhhhh……” ucapnya.



Bersama dengan itu, mbak Devi menggenjang dan sampai pada orgasme keduanya. Cairan hangat pun membasahi tanganku yang sedari tadi tidak beranjak dari memeknya tersebut. Sementara itu, kontolku masih terus memompa anusnya tersebut. Sementara kontolku, belum merasakan tanda-tanda akan menumpahkan spermanya dan masih dengan gagahnya menyodok-nyodok lubang milik mbak Devi. Mbak Devi pun masih terus meneruskan desahannya setelah orgasmenya tersebut dan sangat menikmati permainan yang aku sajikan.



“masih mau lanjut nggak, Mbak?” tanyaku di tengah genjotanku.

“iyahh…. Terusinn ajahh….” Jawabnya.



Bukannya melanjutkan genjotanku, aku malah mencabut kontolku dari anusnya. Setelah itu, aku meminta mbak Devi untuk berbaring di lantai. Sejurus kemudian, aku memintanya untuk menjepit kontolku menggunakan dua gunung kembar besar miliknya itu. Permaian kontolku dengan dijepit dua toket kembar miliknya pun di mulai dengan aku mulai menggerakkan kontolku maju mundur di tengah jepitan toketnya tersebut.



“kenapa sih kamu suka dijepit gini?” tanyanya.

“kenyel.” Jawabku singkat.



Permainan pun berlanjut dengan kontolku yang masih maju mundur di tengah jepitan susunya tersebut. Selain itu, kepala kontollku juga telah basah oleh air liur dari mulut mbak devi, karena kepala kontolku menyundul-nyundul mulutnya dan mulutnya pun menyambut setiap sodokan yang datang dari kontolku.

Setelah puas bermain Bersama dengan toketnya, aku Kembali berniat untuk meng-anal-nya lagi. Segera aku berpindah posisi menuju ke kakinya. Aku meminta mbak Devi untuk tidur tengkurap dengan sedikit menungging dan langsung dituruti olehnya. Langsung saja aku lumasi kontolku dengan air liurku sendiri dan Bersiap untuk Kembali menerobos liang anus milik mbak Devi.



“ouugghhh….. pelannnn….. aauuuuhhh….”



Pada percobaan kedua kali ini terasa anusnya telah bisa menyesuaikan dengan besaran kontolku sehingga membuatku lebih leluasa untuk dapat melakukan penetrasi. Sementara itu, mbak Devi terus merancau kenikmatan akibat permainanku itu. Aku terus berusaha agar kontolku bisa masuk maksimal ke dalam anusnya. Ketika aku merasa mentok dan tak dapat lagi menembusnya, aku memompanya dengan ritme pelan namun pasti.

Aku terus menikmati setiap sodokan yang aku lakukan terhadap mbak Devi tersebut, hingga kini terasa kontolku hampir sampai pada puncaknya. Bersama dengan itu, aku mempercempat ritme genjotanku dan membuat mbak Devi meringis kenikmatan. Tak berselang lama, spermaku tumpah ruah di dalam anusnya tersebut hingga tak sedikit yang sampai meleleh keluar ketika aku mencabut kontolku dari dalam anusnya.



“ohhh…. Nanggungg…. Bentar lagi aku sampe lagii…” ucap mbak Devi.



Mendengar hal tersebut, aku langsung menurunkan lidahku dan mengoral memeknya tersebut dan memainkan klitorisnya menggunakan bibir serta lidahku. Mbak Devi pun terus merancau kenikmatan akibat dari permainan lidahku tersebut. Tak berselang lama kemudian, ia sampai pada orgasmenya yang ketiga kali.



“mmmmpphhh…. Ahhhh…….”

*crreeetttt… creeetttt….* Mbak Devi Kembali menyemburkan cairan miliknya.

“gila kamu ya, bisa-bisanya merawanin boolku. Sakit tau.” Ucap mbak devi sembari terengah-engah setelah orgasmenya yang ketiga kali.

“Namanya juga hukuman.” Jawabku lagi.



Setelah permaian tersebut kami beristirahat dengan merebahkan diri di ruang tengah. Kami pun berbincang-bincang hal-hal ringan seputar kegiatan kami, tak lupa juga mbak Devi menanyakan tentang bagaimana permainanku tadi Bersama dengan tante Wulan. Aku pun menceritakan secara detail bagaimana kejadian yang tadi aku alami Bersama dengan tante Wulan kepada mbak Devi dan ia pun mendengarkan dengan sangat antusias.



“kayaknya nggak lama lagi aku bakal pindah dari sini deh, Mbak. Soalnya aku mau lulus dan rumahku yang disitu mau aku jual.” Ucapku sesaat sebelum meninggalkan rumah mbak Devi dan sukses membuatnya tercengang.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd