Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kau jual, Aku beli. TAMAT [No Quote]

Status
Please reply by conversation.
Episode 12


Sabtu pagi, hari libur yang menyenangkan bagiku, cici sudah diantar nur kesekolah, wati menggantikan nur masak pagi ini. sedang aku masih tergolek dipembaringan. badan rasanya remuk redam, efek mengerjai wita mulai terasa dibadan. berat namun nikmat. sesekali aku buka hp, melihat layar yang dari tadi tidak berubah, kecuali bagian penunjuk jam nya, damai sekali hp ku, tidak banyak bekerja pagi ini.

hampir pukul sembilan, wati mengetok pintu kamarku yang memang tidak tertutup rapat, nur lupa menutupnya ketika keluar dari kamar ini setelah selesai mengoralku. nur dari tadi malam menawarkan tubuhnya untuk aku nikmati, namun aku tolak dengan alasan sangat capek, padahal stok pejuh sedang defisit.

"mas sudah bangun?" panggil wati pelan
"sudah ti, kenapa?" jawabku
"maaf mas, kata mbak nur kalo sudah matang masakannya suruh panggil mas, ayo sarapan dulu"
"iya, sebentar, aku mandi dulu ya" jawabku, namun aku tak kunjung bangun dari ranjang
"iya mas, jangan lama-lama, nanti dingin" tawar wati, dna ia pun tak kunjung beranjak dari depan pintu.

sedikit lama kali berdiam.
"kenapa ti?"
"emmm… enggak mas… boleh aku masuk? ada yang mau aku omongin, mumpung mbak nur gak ada"
"masuklah, boleh, tak mengapa" jawabku sambil duduk dipinggiran kasur.
wati masuk kekamar, wajahnya sedikit tertunduk, kedua tangannya mengepal didepan dadanya. terlihat sangat grogi.

"masss…"
"iya…"
"gimana ya,.. malu bilangnya.. "
"bilang aja"
"mas, tolong, pake aku"
"HAH" aku terkaget
"mas, mas rudi juga nyuruh, aku juga mau. pake aku mas, paling tidak sentuh aku"
"kamu kenapa wati?"
"gak papa mas, cuma….."
"wati, rudi dan kamu itu sudah seperti saudara bagiku, kamu tau kan aku sama rudi tu gimana, mosok aku tega ganggu."
"gak kok mas, mas baik, aku bersyukur ada mas, lebih dari saudara bagiku. mas, paling tidak sentuh aku mas. seperti mas sentuh mbak nur"
"kok"
"mbak nur sudah cerita mas, mas sering pake mbak nur kan, tadi pagi aja aku intip mbak sedang bj-in mas, aku juga mau mas"
"ah, kamu ni, jangan aneh aneh ah, baru seminggu ditinggal rudi, kok sudah mau sama laki lain"
"enggak kok mas, mas rudi juga nyuruh aku, kalo gak percaya tanya aja sama mas rudi"
"iya, nanti aku tanyain" jawabku sekenanya
"sekarang, aku ituin mas ya….." pinta wati dengan muka sumringah
"nakal, aku mau mandi" aku pencet hidung wati lalu berlalu kekamar mandi. mandi biasa, karena tadi pagi nur tidak berhasil bikin aku keluar, keburu cici selesai sarapan.

selesai mandi dan berpakaian, aku menuju dapur, wati dan nur sedang bekerja sama menghidangkan makanan, sesekali nur memberitahu wati kesukaanku, juga kebiasaanku. padahal wati tidak akan lama disini, mungkin cuma beberapa minggu, tidak sampai sebulan. tapi melihat keduanya terasa seperti beristri dua yang akur dan damai.

"ibuk mana ti?" tanyaku memecah keheningan
"ada disebelah"
"sudah makan?"
"lagi mas, sudah aku siapkan tadi" jawab wati sambil menyuapi aldi.

"mas" panggil wati
"iya"
"besok aku kekota ya sama aldi, bisa tolong titip ibuk? "
"mau kemana ti,"
"mau jenguk mas rudi, ibuk bisa semua sendiri kok mas, tinggal siapin aja makanan, selebihnya ibuk bisa sendiri"
"iya, nur bisa bantu kalo itu" jawabku
"iya, tenang aja" tambah nur
"makasih mbak"

"kok manggil mbak si ti" tanyaku
"kan mbak nur lebih tua, juga lebih dulu disini"
"emang tuaan kamu nur?"
"selisih bulan aja mas, aku suruh panggil nama aja gak mau dia"
"gak papa mbak, biar lebih akrab" elak wati
"kalo akrab harusnya panggil nama " tambahku

"besok bukannya minggu ti, emang bisa besuk?" tanyaku
"eh, besok minggu ya, bukannya sekarang senin?" jawab wati dengan muka bingungnya
"sekarang sabtu, besok minggu, besoknya lagi senin"
"oh, kalo gitu ijinnya besok aja mas, mau jenguk selasa, jadwalnya kan selasa rabu kamis"
"iya, boleh, kalo sempat aku antar, aku juga belum ketemu rudi lama"
"gak usah mas, nanti repot"
"tidak, nanti lihat dulu"

pembicaraan terus berlanjut. kebersamaan ini terus terulang. cici pulang tengah hari, langsung nempel dipelukanku, caca tak mau kalah, nempel juga dia disebelahnya, keduanya sangat manja, aku tidak membedakan antara keduanya, toh walau bukan hasil perbuatanku, emaknya juga sering berbuat bersamaku. cici juga menganggap caca adiknya, tidak ada cemburu ketika aku perhatian ke caca.
dan senin pun datang.

==

senin pagi, nur kembali menawarkan tubuhnya, dan aku kembali menolaknya. alasannya aku mau cepat kekantor, mengantar cici. lagian minggu dini hari nur sudah kugenjot hingga subuh, membuat nur tidak terlalu sedih aku tolak.

cici aku antar dengan mobil kecilku, mobil peninggalan mendiang istriku. cium tangan menjadi penanda cici meninggalkanku menuju meja belajarnya. kupacu mobilku menuju kantor, berharap tidak ada tumpukan berkas dimejaku.

harapan tinggal harapan, bahkan mejaku tidak terlihat lagi, berkas sebanyak ini datang dari mana, teriakku ketika kumembuka pintu, diikuti gelak ketawa semua stafku, tak terkecuali satupun. bahkan bibik kantin sampai bingung mau meletakkan kopiku dimana.
seharian aku berkutat dengan pekerjaan, sesekali ranti datang memberiku pijitan dengan susunya yang kenyal, juga beberapa kali bu ani datang membereskan berkas yang telah selesai, tentu dengan kancing baju tak terpasang dengan baik. entah sengaja atau tidak, tapi itu lumayan menggoda.

pukul tiga lebih semua selesai dengan baik, kulihat hp, ada pesan dari fitri.

fitri : mas, ada dikantor?
aku : ada, diruangan, kenapa
fitri : tuan putri kangen, boleh mampir?
aku : boleh
fitri : (mengirim foto vaginanya penuh pejuh, dengan ujung penis masih menempel dipaha. aku yakin itu vaginanya) tuan putri mau dihangatin seperti ini
aku : gak takut jadi bayi kamu ya
fitri : takut si, tapi biar jaka nikahin aku, mosok tiap hari minta kawin cuman
aku : atur lah.

tak lama kemudian wati menelponku, dia pamit mau kekota menjenguk rudi, wati pergi bersama aldi. aku minta maaf tidak bisa mengantar, hanya menitip salam saja, mungkin kunjungan berikutnya aku bisa ikut menjenguk.

selesai bertelfon, fitri dan risa masuk menemuiku, risa nampak malu-malu, swdang fitri dibelakangnya terus mendorong agar risa segera masuk dan mendekat. fitri memberi kode ke bu ani agar jangan ada yang mengganggu, kemudan mengunci pintu ruanganku, risa semakin malu-malu.

"ris kamu duduk disini lah" perintah fitri, sambil mendorong risa sampai jatuh kepangkuanku, lalu fitri mengatur agar risa duduk rapi dipangkuanku seperti orang bermesraan.
"ah kakak ni, malu aku…" keluh risa tapi tidak kunjung turun dari pangkuanku, sedang fitri duduk di kursi seberang meja.
"malu lah, terakhir kali ketemu kan lagi kuda kudaan, eh gak jadi ya" ejek fitri
"kakakkkkk…" protes risa

"dah, malah pada berantem" cegahku sambil kupeluk risa, risa jadi menyandarkan diri ke tubuhku, senyum manisnya terlihat sangat manis.

"mas, malam ni, kita main kerumah mas ya" ajak fitri
"siapa aja?" tanyaku
"kita lah, aku jaka risa"
"boleh"
"asik, tapi aku pinjam kamar depan lagi ya"
"ih, kamu ni fit"
"ya mosok kita main berempat, kasian risa"
"kaka ni, main apa" protes risa
"ah kamu ni ris, kayak gak mau aja, kan ini ide kamu" jawab fitri
"iiiih kakak ni…" risa malin malu dibuatnya
kami hanya tertawa, sedang risa makin merah mukanya.

akupun mulai jelaskan kalo dirumah bertambah penghuni, fitri kenal rudi, tapi tidak dengan wati, kenal pun sebatas tau sepak terjangnya.

"ah, kalian mesra banget si, aku jadi pengen, ikut ya di sebelah" umpat fitri
"gak boleh" jawab risa ketus
"aku panggil jaka ah"
"gak boleh" jawabku tak kalah ketus
"curang" kata fitri
kini giliran aku dan risa yang mengetawai fitri.

risa memang sangat manja kepada fitri, fitri sudah seperti kakak kandungnya, mereka lebih akrab daripada siapapun di kantor ini.

sore pun datang, kita pulang seperti biasa, anakku aku ungsikan ke rumah budenya, karena malam ini bakalan rame. nur juga aku kasih tau kalo akan ada tamu, nur pasti tau maksud dan tujuan mereka datang, muka nur seakan berat menerima mereka.

sesuai rencana mereka datang selepas isya, jam delapan malam lebih. jaka dengan mobil dinasnya, fitri dan risa diangkut bersamanya. mereka langsung masuk begitu kubukakan pintu, fitri terlihat membawa banyak cemilan dan perlengkapan lainnya, jaka memarkirkan mobil dihalaman, sedang risa malu malu menempel fitri, mukanya memerah, fitri selalu mengejeknya, risa hanya bisa pasrah sambil sesekali mencubit fitri.
selesai memarkir mobil jaka mengunci gerbang, masuk dan mengunci pintu, fitri beres beres belanjaannya dibantu risa dan menyuguhkan padaku dan jaka yang sedang duduk didepan ruang tv.

"yang lain kemana mas?" tanya fitri
"cici dirumah budenya, nur dan caca dirumah sebelah" jawabku
"udah siap siap tempur rupanya" ejek fitri sambil duduk dipangkuan jaka.
fitri sudah tidak sungkan lagi, malah jaka yang terlihat malu.
"risa, kamu duduk kayak gini juga dong" protes fitri ketika risa duduk disebelahku
"ih kakak ni…" jawab risa malu

fitripun bangun dari pangkuan jaka, menarik risa dan menempatkannya di pangkuanku, risa hanya pasrah setengah mau tapi malu. dan fitri kembali ke pangkuan jaka. kupeluk pelan risa, dia hanya tertunduk malu sambil membenarkan duduknya agar lebih nyaman.

"nonton apa kita " seru jaka, memecah keheningan
"gak ada yang asik" imbuh fitri sambil memencet remot, mengganti channel hingga berulang.
"aku jarang nonton tv, jadi gak tau jadwal acara" kataku

"main yuk" ajak risa
"hah, masih sore risa, ngebet banget yang masih muda ni" sergak fitri
"KAKAKKKK. main kartu kak, kan tadi kita beli." kata risa
"ohhh, kirain main itu" jawab fitri sambil senyum senyum

fitri mengambil kartu dari kantong belanjaan, jaka memposisikan diri agar berhadapan denganku.
fitri kembali kepangkuan jaka, membuka dan mengambil kartu kemudian mengocoknya.
"main apa kita" tanyaku
"main yang biasa aja" jawab jaka
"biasanya main apa?" tanyaku lagi
"itu tu yang begitu" imbuh fitri menjelaskan permainan
"oke" jawabku
"kita main tim ya, yang kalah dapat hukuman" kata fitri
"hukumannya apa?" tanyaku
"buka baju" jawab jaka spontan. spontan pula fitri nempeleng pacarnya.
"mau aku dilihat telanjang atau mau lihat risa telanjang jak?" marah fitri
"enggak beb, bercanda"
"awas ya"
kita tertawa bersama melihat kelakuan mereka.

"yang kalah harus cium pasangannya, cium bibir yang lama, pake lidah" kata fitri
"ih kakak ni" protes risa
"biarin, biar kamu asik" jawab fitri

permainan cangkulan kita mainkan, aturan sudah ditentukan, hukuman sudah dibuat. kita bermain bersama. jaka+fitri vs aku+risa.

putaran pertama jaka kalah, fitri langsung melumat bibir jaka, jaka tak kalah melumat bibir fitri. lidah keduanya tak malu lagi menari didepan kami. risa hanya bisa melihat sambil menutup setengah mukanya, dia malu sendiri.
putaran kedua jaka dan fitri kalah lagi, jaka kembali melumat bibir fitri, tangan jaka mulai ikut bermain, meremas dada fitri.
putaran ketiga mereka kalah lagi, kini kedua tangan jaka meremas kedua susu fitri, lumatan bibir lebih lama dari sebelumnya. muka fitri lebih merah dari biasanya. jaka tak bersuara lagi, sudah sange keduanya.

"jaka, main yang bener, kalo kalah lagi aku buka baju ni, iklas gak?"
"he, kok ngancam" jawab jaka

putaran keempat aku yang kalah, dengan sedikit malu, aku cium pelan risa. risa hanya menutup matanya, tangannya menjaga dadanya agar tidak tertekan. bibir risa ikut bergerak, lidahnya mulai memilin lidahku.

putaran kelima jaka kalah, fitri membuka bajunya, namun masih mengenakan kaos dalam seperti tanktop berwarna putih. jaka tidak protes melihat fitri membuka bajunya. fitri langsung nyosor bibir jaka, jaka melakukan seperti sebelumnya, memainkan bibir dan meremas susu fitri. fitri mengambil tangan jaka dari susunya, memasukkannya kedalam tanktopnya, jaka meremas bebas, memilin pentil dengan seksama.

"ih kakak, kok…" risa malu malu melihat kelakuan fitri
"gak papa, jaka juga iklas aku dilihat mas anto. cuma kamu iklas gak mas mu lihat aku?" tantang fitri
"aku gak papa si kak, tapi kan…" ucap risa pelan

permainan berlanjut, putaran keenam aku kalah, kita berciuman lebih santai, risa lebih bisa memainkan lidahnya. putaran demi putaran kita mainkan, risa tak canggung lagi melumatku didepan fitri dan jaka. fitri juga tinggal memakai tanktop dan celana pendek sesenti dari memek, rok panjangnya sudah terlepas, baju dan bh juga sudah terlepas. fitri sudah terlihat sangat bernafsu, putingnya terlihat sekali menonjol di tanktop putihnya. jaka juga berulang kali membenarkan posisi kontolnya yang telah tegak keras namun menyamping.

hampir tengah malam, jajan hampir habis, fitri hanya bersandar didada jaka, kadang mengecup bibir pacarnya itu walau sedang tidak kena hukuman.

"udahan yuk" ajak fitri
"iya yuk" risa mengikuti
"mas, seperti biasa ya" pinta fitri
"apa itu?" tanyaku
"he he" fitri nyengir
"malah nyengir"
"aku pake kamar depan ya, kalian senang-senang dibelakang"
"pake kamar depan apa dipake dikamar depan"
"tau lah mas,,, kan sama kita, ya kan ris"
"weeeekkkkk" risa menjulurkan lidahnya ke fitri

fitri bangun dan menarik tangan jaka hingga ikut bangun dari duduknya.
"kami duluan ya, dadaaaaaa" senyum fitri hingga masuk kekamar depan dan menutupnya.
"gak usah ditutup fit" teriakku
"gak mau" teriak fitri dari dalam

sepeninggalan mereka risa menatapku, akupun menatapnya, tatapannya cukup dalam, aku tau risa akan memberikan segalanya malam ini, namun ia cukup malu dan canggung. kudekap risa yang masih duduk dipangkuanku, kepalanya menyandar di pundakku. kuusap kepala risa, senyum risa mekar sangat manis.
nafas risa mulai berat, pengaruh hukuman permainan tadi ditambah perlakuan jaka ke fitri cukup berpengaruh.

"ahhh.. jaka…….. " teriak fitri tertahan, namun cukup jelas terdengar. risa terkaget, menatapku, aku menatapnya, kudekatkan wajahku ke wajahnya, kukecup elan bibirnya, risa pelan melumat bibirku.

kuberanikan mengelus badan risa, kuelus punggung pelan, perlahan berpindah ke dada. dada risa terasa kenyal dan bulat, tak ada penolakan darinya, risa hanya memeluk leherku, memilinkan lidahnya ke lidahku. cukup lama kita berciuman, cukup lama juga aku menjamah dada risa.
risa melepas ciumannya, nafasnya tersengal, wajahnya memerah, matanya sayu.
aku turunkan tanganku dari kedua dada risa, kutelusupkan kedalam kaosnya, kuangkat hingga setinggi dada. kembali kuremas dada risa, kini lebih terasa, tak ada lagi penghalang selain bh.

"mas… lepas aja bhnya, tolong" ucap risa lirih.
kuraih kaitan bh risa dipunggung, sekali klik terlepas, kutarik talinya melewati pundah dan tangan, risa membantu hingga bh berwarna coklat muda terlepas. kembali kuremas dada lembut risa.

"ahhh.. mas….." eluh risa, diikuti mengecupku kembali

dari kamar depan terdengar jeritan dan desahan fitri, desahan cukup konstan. tebakanku fitri sudah ditunggangi jaka. risa menatapku sambil menajamkan pendengarannya.

kutatap risa, kami berciuman sangat dalam, puting risa tak lepas dari permainan jariku, risa mulai berani bertindak, dielusnya kontolku yang telah keras semenjak permainan kartu tadi. risa mengelus cukup pelan namun pasti.

"keras mas…. "
"iya ris"
"aku takut"
"takut apa"
"kalo masuk kepunyaku sakit mas,"
"kalo kamu takut, aku tidak maksa"

"em...meeemmm…" risa menggelengkan kepalanya
"kenapa"
"harus masuk, gak boleh gagal kayak kemaren" jawab risa sambil memonyongkan bibirnya
kujawab dengan senyum, lalu mengecup bibir risa sambil meremas kedua susunya.

"ahhhh" jerit risa pelan

kulepas susu risa, kupeluk tubuh kecilnya, risa memelukku juga, kukecup keningnya.

"masss"
"iya ris"
"nikahi aku mas"
"kamu yakin ris?"
"kalo gak yakin gak mungkin aku disini seperti ini mas"
"aku duda ris, anak dua"
"aku gadis mas, masih perawan, siap jadi istrimu, jadi ibu kedua anakmu, jadi ibu anak kita yang akan kita bikin dari malam ini"

kukecup kening risa, senyumku disambut senyumnya.

"yuk kita nikah" ajakku
"yuk, tapi sekarang kita kawin dulu aja ya"
"yakin…"
"yakin sayang"
"yuk" ajakku
"yuk" ajak risa

risa bangun, menarik kedua tanganku, kita berdiri bersama. risa kugendong seperti pangeran menggendong tuan putri, kubawa ke kamar. kurebahkan perlahan, risa masih mengalungkan tangannya dileherku. kukecup mesra kening risa, kedua pipinya, ujung hidungnya, dan kedua bibirnya. risa tersenyum dengan perlakuanku.

aku naik ke ranjang, bersebelahan dengan risa, setengah tubuhku menindih setengah tubuhnya. risa mengelus lembut wajahku, sesekali jempolnya menyapu bibirku.
"aku bahagia mas"
"kenapa"
"aku milikmu"
"aku juga bahagia ris"
risa menarik tubuhku, memposisikan agar aku menindihnya dengan sempurna, aku ikuti kemauan dia. kutindih risa seperti biasanya aku menindih para wanitaku, kedua siku ku menumpu agar tidak terlalu membebani. risa memelukku, matanya terpejam, sedikit berkaca-kaca.

"berat ris?"
"enggak mas, nanti juga aku bakalan sering mas giniin" jawab risa sambil bercanda
"iya risa.sayang, setiap hari"
"jangan dong, gak capek ya sayang"
"kan enak sayang"
"takut sakit"
"pelan saja, biar tidak sakit"
"sakit juga gak papa mas, aku siap, aku bahagia"

risa menarik kaos ku, dibukanya melalui kepalaku, aku bantu agar lebih cepat dan mudah melepasnya. kini aku telanjang dada, risa mengelus seluruh badanku, punggungku, dadaku, perutku. semua risa elus, seperti sedang merekam seluruh inci tubuhku.
disela aktifitas risa, aku kecup bibir risa, aku cium mesra, aku pilin lidahnya, risa hanya bisa mendesah sambil mengelus pundakku. kunaikkan kaos risa, naik hingga menampakkan kedua dada risa yang sudah tidak ber bh. sambil tetap melumat bibir lembut, aku elus dada kiri risa dengan tangan kananku, elusan pelan namun menjangkau semuanya. puting risa mengeras namun tidak kehilangan sensasi lembutnya.

dada risa memang bukan yang terbesar, namun cukup besar. dengan kulit terlembut, puting pink coklat, tidak se pink puting wita, namun sangat lucu. dada risa yang paling sempurna dari semua yang pernah aku nikmati.

perlahan elusanku turun menuju perutnya, aku elus memutar, risa senyum kegelian, diremasnya pantatku, aku tak mau kalah, kuturunkan lagi elusanku, menelusup kedalam celana panjang risa, agak sempit, tanganku susah masuk. kubuka kaitan celana risa, kuturunkan resletingnya, nampaklah seluruh perut risa hingga ke cd nya, cd dengan warna yang sama dengan bh nya tadi, diujung celana ada sedikit gundukan yang mengembang, aku yakin itu akan sangat nikmat.

"lepas aja mas celananya" bisik risa pelan
kuturuti kemauannya, kutarik lepas celana panjang risa, kulempar kepinggiran ranjang. risa nampak malu, mukanya memerah, dipalingkannya wajahnya hingga tak melihatku. kupandangi tubuh sempurna gadis telanjang didepanku, sungguh sempurna.

wajah cantik dan manis dihiasi rambut panjang terurai, dada bulat sempurna, tidak terlalu besar namun tidak bisa dikatakan kecil. perut rata dan datar, pinggang bergelombang, vagina tertutup cd dengan gambar beruang lucu didepan kemaluannya. kaki putih tak kekar, sangat sempurna. dia yang memberikan semuanya, dia yang menginginkan aku miliki, dia yang sudah siap aku nikmati.

"jangan dilihatin terus mas, aku malu" rengek risa
"kamu cantik sayang" kataku sambil merebahkan kembali tubuhku diatas tubuhnya
"aku milikmu mas"
"iya, aku suka"
"aku bahagia mas"
kembali kucium bibir risa, risa mengimbangi ciumanku, tangannya menelusup kedalam celanaku, diraihnya kontolku, sedikit dielus dan dikocok. aku juga melakukan hal yang sama, dutelusupkan tanganku ke cd risa, kuelus vaginanya, sesekali jariku menekan celah kecil ditengahnya, semua sudah basah, banjir.

"ahhh…" jerit risa ketika kacangnya aku temukan
"kenapa sayang?"
"enak sayang, aku maluuu"

kumainkan kacang risa dengan semakin cepat, risa mulai tak bisa mengontrol badannya, pinggulnya meliuk keenakan, tangannya sudah tidak fokus lagi mengocokku. kamarku penuh dengan desahan risa, menyaingi desahan fitri dikamar depan yang masih sayup terdengar.

"ah.. masss.. sayang… enakk… aku enakkkkk" rengek risa, aku julat susu risa, aku sedot bergantian keduanya, membuat risa semakin tak dapat menahan gejolak kenikmatan yang ia rasakan.
cukup lama aku memainkan vagina dan dada risa, aku bangkit dari tubuhnya, muka risa merah padam, berbeda dari biasanya yang putih merona.
kulepas cd risa perlahan, dibantunya mengangkat pantat, pertanda persetujuan. kulempar cd risa yang telah basah keatas celana panjangnya tadi, risa malu, ditutupnya gundukan vaginanya dengan sebuah telapak tangan.

aku buka paha risa pelan, risa menurut namun sedikit mengeras, hingga risa benar-benar mengangkang, kini dua telapak tangannya menutupi kewanitaannya. aku berpindah, berjongkok didepan vagina risa. aku rendahkan kepalaku, kugeser tangan risa, dan aku kecup vaginanya.

"ah…" jerit risa
aku jilat permukaan kemaluan risa, cairan segar membasahi setiap dindingnya. cairan yang tidak berbau aneh, tidak juga amis. jilatanku mulai masuk kedalam celah vagina, aku jilat habis dari ujung hingga pangkal celah. ketika di klitoris aku putar dahulu baru melanjutkan perjalanan. risa semakin tak karuan mendesah, dijambaknya rambutku, ditekannya kepalaku, dijepitnya dengan kedua paha mulus miliknya.

"mas… sayang… enakkk…." jeritan tertahan risa, walau ditahan namum cukup keras, aku yakin fitri dapat mendengarnya. tapi aku tak peduli, fitri pasti juga sedang berlendiran sekarang. kulanjutkan oralku,risa semakin lama semakin tak karuan, kuraih susu risa, kupilin putingnya, kuremas kedua bongkahan gunung kembar putih mulus pujaan para pria.

"mas… ahh… mas… sayang… udah… aku tidak kuatttt……" teruliak risa kembali, diiringi orgasme pertamanya, sedikit cairan menyiramku, hanya sedikit. badan risa berkedut keras, badannya seperti bergerak sendiri. seperti waktu itu, orgasme pertamanya denganku hari ini, kedua kalo dihitung sejak pertama ketemu.

tak lama risa kembali tenang, ditatapnya wajahku yang juga menatapnya, mukanya menghitam, malu setengah mati. diambilnya bantal disampingnya, ditutupnya mukanya.
"aku malu massssss"
"kenapa malu, ini kan bukan yang pertama"
"malu lah, punyaku habis mas apain tadi.. ahhhh malu…."
kupeluk tubuh risa, kusingkirkan bantalnya, ku kecup seluruh bagian wajah risa.
"gak usah malu sayang, nanti kalo sudah nikah bakalan lebih sering lho"
"nanti kan udah biasa mas, ini belum"
"anggap aja udah biasa"
"malu mas…"
"tapi enak kan"
"enak"
"mau lagi?"
"mau tapi malu"

langsung kusambar susu risa, kuremas pelan, risa terkejut, langsung dipeluknya tubuhku.

setelah mereda malunya, risa bangkit, dia duduk disampingku yang masih berbaring, risa melepas bajunya, kain terakhir yang masih nyangkut diatas dada. risa telanjang dengan sempurna. sungguh cantik ucapku.
risa menarik celanaku, dilepaskannya, dilemparkannya ketumpukan bajunya. kini kita sama sama tak berpakaian lagi.

dengan sedikit canggung, risa yang duduk diantara kedua pahaku, perlahan menggenggam kontolku, diusapnya pelan, dikocoknya perlahan. kedua tangannya menggenggam bersamaan, mengocok seirama, sesekali dielusnya telur kembarku. risa tersenyum saat kedua matanya menyaksikan kontol keras mengeluarkan pelumasnya, dimainkannya cairan bening itu mengitari kepala penis hingga rata. perlakuan risa cukup pelan namun penuh penghayatan, rasa canggung dan kikuk terasa, namun tekat dan niat untuk memberikan yang terbaik mengalahkan segalanya.

risa membungkukkan badannya, dilepasnya satu genggaman menyisakan genggaman yang satunya, risa membuka mulutnya, diarahkannya ke penisku. sekali lahap risa sudah mengulum kepala penis, lidahnya terasa berputar didalam mulutnya, kepala risa naik turun perlahan, membuat kocokan yang cukup nikmat. risa lebih bisa mengoral kali ini, tidak seperti sebelumnya yang sangat terasa pemula. entah dia belajar dari siapa, tapi kali ini bisa aku nikmati.

sepongan risa makin dalam, makin terasa sempitnya rongga mulutnya, lidahnya tak berhenti berkeliling, sesekali terasa risa menelan ludah, ludah bercampur pelumasku.
aku bangun dan duduk, sementara risa tak bergeming, ia masih mengoralku sekuat tenaga. kuraih susu risa, kurema pelan, kupelintir ujungnya. risa melepas sepongannya, mulutnya kembali mendesah sambil mengocok penisku kuat.

"enak sayang, kamu hebat" pujiku. risa hanya tersenyum malu mendengarnya.

"yuk mas" ajak risa
"sudah siap?" tanyaku,
"iya, sudah"

risa langsung berbaring terlentang, diposisikan badannya senyaman mungkin. risa terlentang disampingku, kaki lurus sejajar dengan tubuhnya, dadanya terlihat membulat dan menggunung, dengan puting sedikit mengkerut lucu. dadanya naik turun cukup cepat, menandakan risa sedang menahan grogi. perut risa datar berlekuk tanpa ada lipatan ataupun tonjolan lemak, pantat cukup besar membuat tubuh risa sangat sempurna.

"mau aku atau kamu yang masukkan?"
"mas aja, aku takut"
"kemaren kamu yg mau masukkan, kok sekarang takut"
"biarin, mas aja."
"iya, aku lakukan ya"
"lakukanlah mas, pelan ya, ini yg pertama"

aku beranjak dari ranjang, membuka lemari pakaian, kuambil sebuah handuk muka berwarna putih yg biasa aku pakai kalo bercinta dengan istriku dulu. aku selipkan handuk itu dibawah pantat risa, risa membantu dengan mengangkat badannya.

kunaiki badan risa, aku merayap pelan sambil menciumi seluruh badannya, disedot kedua putingnya, risa menjambakku sambil mendesah. kedua puting risa aku kulum, kubuat sebuah cupang di dada kirinya, aku tandai badan ini milikku. cupang yang cukup merah, kontras dengan kulit risa yang putih merona. puas dengan susunya, aku kecup bibir risa, kulumat dengan rakus, begitu pula risa mengimbangi dengan rakus pula. risa meraih kontolku yang menggantung diatas perutnya, dikocoknya sembari kali berciuman.

puas berciuman kuturunkan ciumanku, kujilat leher risa, ku jilat kembali putingnya, kuciumi perut dan pusarnya. beberapa kali aku kecup gundukan vagina risa, vagina sedikit tembam, dengan sedikit rambut diatasnya, tertata rapi, terlihat sangat terawat.

perlahan aku buka kaki risa, aku kangkangkan, risa terlihat malu vaginanya mulai terbuka, kuciumi paha risa, kanan dan kiri, menuju kepusatnya.
paha risa aku buka sampai habis sendinya, hingga risa terkangkang sempurna, vagina indah merekah ditengahnya, dengan satu tangan, dua jari, aku buka lipatan vagina risa, vagina yang persis seperti kerang, begitu dibuka, terlihat daging merah muda merona, dengan celah kecil dibawahnya. risa memiliki vagina yang kecil dengan gundukan yang sedang.

kini giliran aku yang mengoral risa, kujilati perlahan dari mulut lubang kenikmatan hingga ke klitorisnya, risa menjambak rambutku, kakinya dirapatkan menjepitku. risa mendesah sejadinya. aku yakin fitri dan jaka mendengarnya kali ini. kusedot itil risa, kumainkan dengan lidahku, risa makin tak karuan mendesah. vaginanya banjir sederas derasnya.
risa.mendapat orgasme keduanya malam ini. ada sedikit cairan bening keluar ketika risa menjerit keenakan. tubuhnya bergelinjang hebat, risa menikmatinya.

selesai gelombang nikmatnya, saatnya gelombang sakit aku berikan. kudekati risa aku pertemukan selangkanganku dengan selangkangannya, kuusap rambur risa, kuusap pipi risa. rasa kawatir terlihat di raut mukanya ketika kelamin kami terasa bertemu.

"aku cinta kamu mas" ucap risa
"aku juga cinta kamu sayang" balasku.
risa adalah perempuan ketiga yang mendapat ucapan itu dariku, setelah istriku dan pacarku ketika kuliah.

risa mengelus pipiku, ditariknya kepalaku, diciumnya pelan bibirku, aku mengimbangi pelan ciumannya.

"lakukanlah mas, ambil dan simpan mahkotaku"
"iya sayang"

kutegakkan badanku, kutegakkan kontolku, kuusap pelan mengikuti alur vagina risa, kudorong sedikit ketika berada di depan lubang senggama risa.

"siap sayang?" tanyaku
"siap, ayo" jawab risa setelah menarik nafas dan menghembuskannya dengan kuat

kuposisikan kepala kontolku di lubang risa, sedikit kuputar dan kudorong, sedikit dorongan dan kutarik lagi, aku ulangi berkali kali hingga kepala kontolku dapat masuk. lubang risa sangat kecil, lebih kecil dari perawan manapun yang pernah kuambil. risa mulai merasakan sakit, air matanya berlinang tanpa tangis, tangan risa meremas tanganku dan bantal dibawah kepalanya. perlahan namun pasti aku keluar masukkan kontolku.

begitu semua kepala kontolku masuk, aku tindih risa, aku biarkan kontolku menancap disana, kuciumi seluruh wajah risa, sesekali aku susu dadanya.

aku naikkan badanku, kedua tanganku bertumpu di kasur samping kepala risa, kudorong lagi kontolku, begitu mentok aku tarik lagi, dan dorong lagi hingga sedikit demi sedikit kontolku masuk ke rongga kewanitaan risa.

air mata risa makin deras mengalir, namun tak ada tangis yang terdengar, risa menutup matanya, sesekali dibuka dan melihatku. wajahnya penuh ketakutan, namun juga kesakitan. perlahan kontolku melesak, penetrasi pertama hampir selesai hingga aku merasakan dinding batas yang lain dari sebelumnya, seperti keras namun lentur, dinding yang langsung menutup jalan kontolku.
kini penetrasiku hanya sebatas dinding itu, aku keluar masukkan kontolku dengan sebuah batas kedalaman yang pasti.

risa mulai terbiasa denga rasa baru ditubuhnya, wajah kawatir mulai hilang, namun reaksi sakit masih, aku yakin rasanya sangat perih.

"sayang, aku sampai di selaputmu"
"robek sayang, ambil secepatnya"
"sepertinya tebal sayang, ini akan lebih sakit"
"aku siap sayang, lakukanlah, aku milikmu"

kukecup kening risa aku pegang pundaknya, aku rapatkan tubuhku ke tubuhnya, kucium bibirnya mesra. selepas berciuman, aku kangkangkan kembali paha risa dengan pahaku, aku posisikan kontolku, sekali dorong selesai semua.

"siap sayang" bisikku
"iya" jawab risa

kudorong pelan namun kuat kontolku, selaput risa sangat tebal, cukup kuat pertahananya, risa.menjerit keras, tangannya mencengkeram punggungku, kuhentak tanpa menarik kontolku, perawan risa pecah, risa memekik, melepas cengkeramannya, memelukku dan menangis sejadi jadinya.
kubiarkan kontolku tetap disana sambil memeluk risa yang masih menangis.

cukup lama risa menangis, semua ditumpahkannya dalam tangisan ini.

setelah tangis risa mereda, aku usap air matanya, aku usap rambutnya.

"sakit mas, tapi aku lega" kata risa, aku sambut dengan senyum

aku naikkan lagi badanku, bertumpu denga kedua tanganku, risa menguap wajahnya kemudian mengusap wajahku.

"lanjutkan mas" pinta risa sambil menggerakkan pantatnya

akupun meniyakan, kugerakkan kontolku perlahan, risa kesakitan, perih katanya. perlahan aku keluar masukkan hingga risa bisa lebih nyaman.

lama waktu yang dibutuhkan untuk risa bisa merasakan kontolku, lama hingga risa bisa tersenyum kembali.

"enak mas?" tanya risa
"enak sayang, ini yang terbaik"
"aku juga mulai enak mas, tapi perih banget"

sedikit demi sedikit ku percepat tusukanku, namun kalo terlalu cepat risa meringis kesakitan.

kudekap kepala risa, kucium bibirnya sambil tetap menusuk vaginanya. risa merangkulkan tangannya di leherku, nafasnya bercampur desahan dan erangan kesakitan, aku tidak tega berlama lama.

"aku mau keluar sayang" bisikku
"keluarin didalam sayang"
"kamu yakin sayang"
"pokoknya harus didalam, ini pengalaman pertamaku, harus didalam" pinta risa sedikit mengeras.

kuremas dada risa, kini aku bertumpu di kedua dada risa sambil meremasnya, risa meremas tanganku yang meremas dadanya.

"aku keluar sayang" kataku memberi peringatan
risa tersenyum manis, "aku cinta kamu mas" bisiknya, diangkatnya pantatnya hingga tusukanku menjadi sangat dalam.

nikmat perawan, lebih nikmat lagi perawan risa. kusemburkan calon anakku ke vagina risa, langsung menuju kandungannya, mungkin akan menjadi adiknya cici kelak.

selesai menyembur, aku peluk risa, masih menindihnya, risa kembali berlinangan air mata, namun kini dihiasi senyum manis nan cantik darinya, dari seorang wanita yang baru saja menjadi wanita.

"hangat mas, mani nya"
"kerasa?"
" hu uh" jawab risa sambil memelukku erat
"calon anak kita"
"tanggung jawab lho"
"pasti"

suasana jadi hening, hanya senyum dan kecupan yang ada.

"mas, jangan hianati aku ya, seperti orang sebelumnya"
"iya sayang"
"masalah sama mbak nur?"tanya risa, aku terkaget, tak tau arah pembicarannya
"masalah apa"
"aku tau kok mas, mbak nur disini, kenapa disini, dan ngapain disini. tapi itu tidak papa, toh itu sebelum kita ada komitmen, tapi sekarang kita sudah ada komitmen, jadi jangan sakiti aku."
"iya sayang"
"karena mbak posisinya mas beli, mas masih boleh kok lanjutin sama mbak seperti biasanya, tapi aku tidak boleh tau. jangan sampai aku tau atau curiga, selebihnya nikmatilah mas. tapi nanti setelah kita nikah, mas harus lepaskan mbak, mau dia masih kerja disini atau yang lain terserah mas dan mbak, tapi mas harus bebaskan mbak. setelah nikah, mas harus cuma nikmati aku, tidak boleh yang lain.
"iya sayang"
"mas mengerti kan"
"iya, mas mengerti"
"makasih mas, setelah ini mas bebas nikmati aku kapanpun mas mau, aku siap mas"
"makasih sayang"

kukecup kening risa, kau beranjak dari tubuhnya, kucabut kontolku. risa kesakitan ketika kontolku melesak keluar perlahan. aku kaget melihat selangkangan kami, vagina risa penuh dengan darah, banyak sekali, darah merah segar, mengalir ditemani lendir risa dan pejuhku yang keluar. handuk putih menjadi ternodai. ini kedua kalinya handuk ini terkena darah perawan.

risa kaget melihatnya, air matanya kembali mengalir, kupeluk dia, kuucapkan terimakasih, risa memelukku.

malam ini kami mandi berdua, lalu tidur bersama tanpa berpakaian lagi. tidur telanjang.

=

sekitar pukul tiga pagi, aku terbangun, terdengar suara asing dari arah dapur. kuambil celanaku, kupakai, kudatangi arah suara itu dengan sedikit mengintip. rupanya fitri sedang minum, setengah telanjang juga. fitri hanya menutup tubuhnya dengan selimut tipis membalut badannya seperti sedang memakai baju khas india, sepertinya dalamnya tak memakai apapun lagi.

"kebangun mas?" tanya fitri ketika kudekati dia
"iya, kamu?"
"maaf ya" jawab fitri sambil tersenyum dan menjulurkan lidahnya
"gak tidur fit"
"baru bangun juga, habis dikerjai jaka"
"nambah ya"
"jaka ma gitu, habis ngecrot pasti tidur, nanti bangun gangguin aku, minta ngecrot lagi terus tidur lagi"
"habis di crotin lagi ding kamu"
"iya lah"
"pantesan telanjang, jaka mana?"
"molor lagi. jangan dicari, kalo bangun nanti minta ngecrot lagi dia" jawab fitri agak kesal

kududuk disamping fitri, kuambil air, kutuangkan dengan gelas bekas fitri tadi, lalu meminumnya.

"risa tidur mas?"
"iya"
"sudah mas masukin?"
"sudah"
"waaaaahh, selamat ya mas, akhirnya"
"gimana rasanya?"
"paling enak fit"

fitri bangun dari kursinya, menuju ruang tv dengan tetap memegang selimut kecilnya. diambilnya bh risa, lalu berjalan menuju kamarku. entah apa yang fitri perbuat disana. mungkin ada sekitar lima menit, fitri keluar kembali, bh risa tidak dibawanya lagi.
fitri mendatangiku, berdiri tepat didepanku, dipeluknya badanku, dikecupnya keningku.

"selamat ya mas, jaga risa baik baik, jangan sakiti dia, kalo dikawini sama dihamili boleh"
"pasti fit,"
"giti dong, selamat ya" ucap fitri lirih

fitri memelukku lebih erat, selimutnya sudah tidak dipegangnya lagi, tertahan badan kami yang berhimpitan. fitri melemahkan pelukannya, mengecup keningku kembali, kemudian mengecup pipiku, kemudian mengecup bibirku.

"sesekali kalo sama aku gak papa kan"
"entah lah fit"

fitri melepas pelukannya, mundur setengah angkah, namun tangannya masih merangkulku, selimutnya terjatuh, menampilkan tubuh telanjang fitri, dadanya penuh dengan cupang jaka, puting fitri terlihat lebih besar dan panjang dari sebelumnya, kemaluannya penuh dengan bulu, seperti kurang terawat.

"ganas juga jaka" ucapku sambil membelai dada fitri, sedikit mencubit putingnya
"iya, nafsunya gede, tapi gak papa, aku juga dibuat puas mas"
"rimbunnya fit" kataku sewaktu membelai hutan fitri
"jaka maunya gitu"

"tadi mas keluarin dimana?"
"didalam fit"
"lomba yuk, siapa duluan yang hamil"
"kamu juga didalam ya?"
"iya, udah seminggu ini jaka keluarin didalam terus"
"kamu gak papa?"
"gak mas, aku suka kok, cepat hamil cepat nikah"

fitri kemudian berjongkok didepanku yang masih duduk. fitri menarik celana kolorku, mengeluarkan kontolku yang telah keras. diusapnya lembut kontolku.

"selamat ya, yang barusan dapat perawan" obrolan fitri dengan kontolku
"gak lupa sama aku kan?" lanjutnya

lalu fitri mengecup kontolku, mengulum nya pelan. kuluman yang lebih nikmat dari kuluman risa. fitri melakukan tugas mulut dengan telaten dan profesional. sesekali fitri mengocok sambil mengatur nafas, lalu mengoralnya lagi.
fitri mengambil tanganku, meletakkanya di dadanya, kuremas sesuai permintaannya.

"ah… tak akan lupa kok sama yang seenak ini" pujiku. fitri hanya tersenyum sambil tetap mengoral penisku.
"aku mau keluar fit…." kataku memberi aba aba.
fitri memberi kode dengan tangannya, seperti kata tunggu sebentar.

fitri bangun dari jongkoknya, dipeluknya tubuhku, diambilnya kontolku, dibenamkannya di memeknya, sekali hentak dari fitri kontolku masuk ke vaginanya, fitri mendesah kecil.
"keluarin lah mas" kata fitri sambil menggoyangkan pantatnya lalu melumat bibirku.
kulumat balik bibir fitri, kupeluk badannya, kusemburkan maniku didalam vagina fitri.

"ahhhh…" erangku
"sekali lagi selamat ya mas"
"makasih fitri"

fitri mengecup bibirku lalu melepas kontolku dari vaginanya. dioralnya lagi hingga bersih sambil memegang vaginanya agar maniku tidak menetes.
setelah kontolku bersih, dinaikkannya celanaku, lalu fitri mengecup pipiku.

"yuk bobok lagi"
"iya, yuk"
"mas keloni risa ya, ku mau dikeloni jaka" kata fitri sambil menahan vaginanya
"iya"

kukecup kening fitri, fitri kecup keningku lalu berlari ke kamar mandi depan. aku kembali kekamar, bh risa aku lihat ada ditumpukan bajunya. kubuka selimut risa, kupandang tubuh telanjangnya, tubuh yang baru saja aku perawani.

kubuka celanaku, aku berbaring disamping risa, kupeluk tubuh telanjangnya, risa bereaksi memelukku dalam mimpinya. kutarik selimut, menutupi tubuh telanjang kami. dan kami tertidur kembali.

paginya kami berempat terlambat bangun, kabarnya fitri di crotin jaka lagi sesaat suara subuh menghilang.

risa terlambat bangun, ia tak bisa bangun, vaginanya perih sekali katanya. akhirnya aku dan risa tidak masuk kantor. fitri dan jaka masuk.

semenjak malam, hingga sekarang, nur belum juga masuk rumah ini. baru tengah hari nur datang, nur dan risa masak bersama, mereka nampak akrap namun penuh kecurigaan. dasar wanita, batinku.


sebulan kemudian, aku dapat berita besar.
risa dan fitri hamil.
risa hamil anakku, fitri entah anak jaka atau anakku.





.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd