Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kau jual, Aku beli. TAMAT [No Quote]

Status
Please reply by conversation.
EPISODE 20 - END


hai, namaku caca, anak kedua dari dua bersaudara. walaupun sampai tengah SMP aku baru tau kalau sebenarnya aku hanya anak angkat. bahkan aku tak tau apakah namaku ini nama pemberian orangtua yang membuatku.

kakakku seorang wanita, namanya cici, nama lengkapnya suci nuralita. kakaku anak kandung ayah, sedang aku entah anak siapa, aku tau pun karena tak sengaja baca Kartu Keluarga.


hancur hatiku saat itu, ayah yang sangat aku sayangi dan sangat menyayangiku rupanya bukan ayah kandungku, dan kakak ku yang tak kalah sayang padaku bukan kakak kandungku. sampai beberapa hari aku tidak mau makan, hanya mengurung diri dikamar. hingga kakak datang dan memarahiku. katanya apa bedanya anak kandung dan bukan, toh sama saja sayangnya, sama saja cintanya, sama saja semuanya. sekarang malah adek yang membedakan. begitulah kalimat kakak ku kurang lebih.


kakakku wanita yang sangat cantik, umurnya lima tahun lebih tua dariku. saat ini kakak sedang kuliah S2 di universitas jauh banget, lebih dekat ke rumah nenek daripada rumah ini. aku sendiri kuliah baru mulai, di universitas tempat ayah bekerja.


kakakku sangat cantik, aku juga cantik, tapi kakak lebih cantik, anggun, menyenangkan siapapun yang melihatnya. temannya banyak, tapi tak pernah berpacaran sekalipun. aku juga tak pernah, walau banyak cowok menembakku, dari SMP sampai sekarang, tapi tak ada satupun yang aku terima.

tau kenapa? karena itu kesepakatan aku dan kakak, kita tidak boleh pacaran, nanti ayah cemburu. kurang lebih seperti itu.

aneh memang, tapi itu menyenangkan, kita berdua cukup pacarannya sama ayah saja.


ayahku bernama anto, lengkapnya anton nugroho joyowarso. dari namanya sudah ketebak kalau bukan orang batak apalagi orang bali. joyowarso sendiri seperti nama marga, hanya karena ayah saat ini tidak punya anak laki-laki, jadi klan tersebut berhenti dari garis ayah.


ayahku sekarang seorang dosen, sebuah cita-cita yang dari dulu ia inginkan. jadi camat pernah, jadi kadis pernah, jadi plt setda pernah, semuanya begitu menguras tenaga pikiran dan waktu, kata ayah. makanya mau jadi dosen saja sambil menunggu pensiun. dan sekarang jadilah dia.


ayah sudah menduda sangat lama. dulu waktu aku kecil ada seorang wanita dengan seorang anak laki-laki. aku kira dulu ia adalah ibu kami kakak laki-laki kami. wanita itu sangat perhatian dengan kami, juga sering tidur dikamar bersama ayah. tapi rupanya bukan. wanita itu menikah dengan laki-laki lain. setelah menikah, wanita itu pindah bersama anaknya. itu yang aku ingat ketika aku masih SD awal.


setelah kepergian wanita itu. ya aku lupa namanya, aku masih terlalu kecil untuk ingat.

setelah kepergian wanita itu, ayah sering sekali bawa wanita kerumah. nginap. tidur sekamar. awalnya aku risih, kelamaan aku jijik. tapi anehnya, kakakku membiarkannya, seolah itu lumrah dan wajar.


semua terjadi begitu terus hingga aku hampir lulus SD, aku kelas 6 menjelang ujian akhir. ayah membawa seorang wanita yang aku kenal. guru disekolahku. memang seorang wanita lajang sedikit berumur, cantik dan menarik, tapi kenapa harus guruku, kenapa harus yang aku kenal. guruku semalaman dikamar ayahku, walau aku masih SD tapi aku tau kurang lebih yang ayah dan buguru lakukan.


malam itu aku datangi kakak, menceritakan kekesalanku, kejijianku ke ayah. walau aku sayang ayah, tapi aku tak terima ayah begitu. dan seperti biasa kakakku menanggapinya dengan santai. kakak bilang, nanti aku kalau sudah waktunya akan tau. seorang yang telah dewasa, akan sangat membutuhkan hal itu. apalagi bagi yang pernah merasakan nikmatnya hal itu, tak akan bisa menghindarinya. begitulah kata kakakku. aku makin kesal.


siangnya, setelah buguru pulang, aku dan kakak datangi ayah. aku lemparkan kekesalanku ke ayah, semuanya. aku bilang, aku rela ayah nikah lagi, aku punya ibu tiri, asal ayah tidak bawa wanita lain lagi kerumah.


ayah malah senyum mendengarkan ocehanku, aku makin kesal. hingga ayah memelukku dan kakak sekaligus, dan aku menangis sejadinya.


semenjak saat itu aku dan kakak berjanji, tidak akan berpacaran, tidak akan ada laki-laki selain ayah, cukuplah kami wanita ayah sampai ayah menikah lagi. dan kami minta ayah jangan bawa wanita lagi kerumah, kecuali ayah nikahi.


dan ayah menepati janjinya. bu guru itu menjadi wanita terakhir yang ayah bawa kerumah.


semua berlalu, dan kami hidup harmonis, hingga kelas dua SMP, aku untuk pertama kalinya tau kalau aku bukan anak kandung. tiga hari aku mengurung dikamar, setiap ketukan pintu dari ayah aku abaikan, setiap kalimat kakakku yang aku terdengar, entah apa katanya, aku dengar seperti ejekan. aku anak pungut, itu yang ada dihatiku.


hingga dihari ketiga, kakak dengan paksa mendobrak pintu kamarku. kakak memarahiku. aku cuma bisa menangis.


aku cemburu kepada kakak, kakak anak kandung, sedang aku anak tiri pun bukan, aku hanya anak pungut.

tapi kakak malah bilang kalau kakak yang seharusnya cemburu, kakak sebagai anak kandung punya batasan mencintai ayah, punya batasan ketika bersama ayah, sedang adek tidak, bahkan adek menikahi ayah, kawin sama ayah pun bisa, sedang kakak tidak akan bisa. itu kata kakakku.


seharian kakak memarahiku. hingga akhirnya aku luluh, aku minta maaf, dan berbaikan dengan semua.


kini aku telah dewasa, kakak apalagi, mungkin kakak sebentar lagi akan menikah. tapi sama siapa, tak ada seorangpun yang lamarannya kakak terima. dari polisi, tentara, jaksa, pns, direktur, bahkan anak bupati sudah pernah mencoba dekat dengan kakak, tapi kakak tepis dengan anggun tanpa membuat siapapun merasa direndahkan. kakak memang hebat.


hari ini aku sedang berlibur dengan ayah, hanya berdua, kakak kuliah jauh, jadi hanya waktu liburan saja bisa pulang. dan liburan ini sangat menyenangkan. berdua dipantai, menginap disebuah hotel yang kalau cendela dibuka langsung bisa melihat laut. aku senang.


liburan memang menjadi rutinitas kami, kata ayah duit banyak jangan disimpan, tabungan tak akan bikin senang. akupun senang karena bisa sama ayah. dan benar kata kakak cici, ayah berbeda memperlakukanku dan kakak. walaupun tipis tapi berbeda. dan aku menyadarinya.


baik aku maupun kakak sudah biasa tidur berdua dengan ayah, berpelukan dalam satu selimut bertiga. namun ayah selalu menjaga kami, tak pernah ia memaksa kami untuk melakukan hal-hal dewasa. walaupun kalau ayah mau aku tak akan bisa menolak. aku cinta ayah, sebagai seorang anak, dan sebagai seorang wanita.


malam ini, aku dan ayah sedang duduk memandangi lautan malam, ditemani segelas kopi untuk ayah dan teh manis untukku. ayah duduk dikursi memandangi laut, sedang aku dikasur melihat hal yang sama. entah kenapa pandangan ayah begitu jauh dan dalam malam ini.


malam ini aku hanya mengenakan tanktop berwarna putih, tipis, namun tidak tembus pandang kalau malam. sebuah bh hitam didalamnya, menutupi dadaku yang tak sebesar milik kakak. bawahanku sebuah celana pendek berearna hitam, sangat pendek sampai kadang cd hitamku ikutan terlihat kalau aku bersila.


memakai pakaian seperti ini pasti akan membangkitkan selesa lelaki normal manapun, tak terkecuali ayah. aku dan kakak memang selalu memakai setelan seperti ini tiap kali bersama ayah, kami mau menyenangkan ayah dengan tubuh yang ayah besarkan. dan kami akan senang kalau ayah memandangi kami dengan tatapan ingin.


malam ini kami akan tidur berdua lagi. batinku. ya. lagi. ini bukan kali pertama, ini sudah berkali-kali, tapi ayah tak pernah melecehkanku begitu jauh. paling ayah cuma meremas pantatku, atau memelukku erat sampai dadaku menekan dada ayah. dan ayah tak pernah melakukannya ke kakak.


malam semakin larut, rasa capek tadi siang seharian bermain di pantai membuat kantuk cepat datang. tapi ayah belum bergeming dari tempat duduknya. bahkan sepatah katapun belum ia ucapkan. aneh, tak biasanya ayah begitu, batinku.


"ayah?" panggilku lembut

"iya dek"

"kenapa ayah, kok diam saja, capek ya, mau adek pijitin?" tawar ku


ayah diam saja. lalu berdiri menutup cendela dan gorden. menghidupkan ac. lalu duduk disampingku, bersandar di sandaran kasur. aku langsung bangkit dan duduk dipangkuan ayah, aku rebahkan badanku dibadan ayah, nyaman.


"manjanya adek ni" kata ayah

"biarin, nyaman si yah"


lalu suasanya hening lagi


" kanapa ayah, kok kayak ada masalah yang serius?" tanyaku sambil mengusap pipi ayah lembut


" mmmmm " ayah menghela nafas panjang

" adek sudah gede, mungkin ini saat yang tepat untuk adek tau segalanya" kata ayah pelan sambil mengelus rambutku


aku kaget sekagetnya, aku bisa menebak arah pembicaraan ayah.


" ayah. aku bahagia seperti ini, jangan ungkit lagi ayah"

"ya, ayah tau, tapi ada sesuatu yang kalau tidak sekarang, mungkin tidak akan datang lagi"

" kenapa harus sekarang si ayah, bikin bt aja"


ayah diam tanpa membalas kekesalanku. hingga.


" maaf ya adek, ayah akan tanya adek sekali ini, pilihan semuanya ada ditangan adek, ayah akan ikuti maunya adek"

"iya" jawabku

"kemarin ayah ketemu ibu kandung adek"

" APA? " jawabku kaget sampai aku terbangun dari pangkuan ayah. lalu duduk didepan ayah memandangi wajahnya. air mata ayah mengalir deras. apa ayah takut aku akan memilih ikut ibu dan meninggalkan ayah? batinku.


" ibu kandung adek ada dikota ini, hanya sampai akhir pekan ini. sekarang ayah tanya adek, apa adek mau ayah ceritakan semua tentang masa lalu adek, dan ayah pertemukan adek dengan ibu kandung adek. atau kita lupakan semua dan lanjutkan hidup kita bertiga seperti biasanya"


aku lemas mendengarnya, ibu kandungku, masalaluku, aku sangat ingin tau. tapi kenapa ayah begitu sedih, hingga menangis tanpa suara, air matanya terus mengalir tanpa henti.


"ibu sudah membuangku, kenapa aku mau ketemu dia?" jawabku

"adek kan belum tau, ibu adek sangat menyayangi adek, dia tidak pernah membuang adek"


pikiranku berkecamuk, apa yang terjadi dimasalaluku, disaat ingatanku belum tersimpan dengan baik.


" apakah kalau adek bertemu ibu, dan adek tau masa lalu adek, ayah akan berubah mencintai adek?" tanyaku sambil mengusap air matanya


" tidak, tapi mungkin adek yang akan berubah"

" tidak ayah, adek tidak akan berubah"

" semoga saja dek"


"adek sangat ingin tau masa lalu adek, keluarga kandung adek, tapi hanya sebatas tau, karana bagi adek, ayah dan kakak lah keluarga adek."


" jadi, itu keputusan adek"

" iya "

" baiklah, akan ayah ceritakan segalanya, dan besok ayah akan antar adek ketemu ibu kandung adek."


dan ayah mulai menceritakan masalaluku. aku takut mendengarnya, aku tak kuasa menahan tangisku.


=


Ibu adek bernama Nur, Sinta Nur Angraini. nama bapak adek Iwan Sutarjana. nama adek sendiri nama asli pemberian kedua orang tua adek. adek punya seorang kakak kandung laki-laki yang meninggal sewaktu adek masih dalam kandungan.


dan ayah menceritakan segalanya, bagaimana kakek dan keluarga tidak merestui bapak dan ibu, bagaimana ibu dan aku dijual ke ayah, dan juga bagaimana ibu setiap hari melayani ayah seperti seorang istri sekaligus pembantu. dari awalnya terpaksa hingga ibu yang minta ke ayah.


juga diceritakan kalau bapak kandungku dan ibu bersekongkol merampok rumah ayah, yang akhirnya bapak membunuh tunangan ayah dan melukai tante fitri hingga anak tante didalam kandungan meninggal dan tante tidak bisa hamil lagi. akhirnya bapak mati ditembak polisi karena melawan sewaktu digerebek, dan ibu kabur entah kemana.


ayah sangat membenci kedua orang tuaku, namun sayang padaku. itulah yang aku tangkap dari setiap ceritanya.


dan diakhir cerita, ayah bersumpah akan membesarkanku, dan kelak kalau aku ingin tau masalaluku, aku akan diceritakan segalanya, dan ayah akan meniduriku setelahnya. meniduri dalam arti aku akan menggantikan posisi ibu kandungku dulu.


=


" ayah …. " aku shok, aku tak tau harus seperti apa. ternyata selama ini ayah membesarkan seorang anak dari orang yang dia benci. pantas saja tante fitri dan om jaka sangat tidak suka padaku, ternyata ini alasannya.


air mata ayah semakin deras mengalir.


" ayah, adek sangat menyayangi ayah, mencintai ayah. apapun yang ayah mau pasti adek kabulkan. maaf, adek tidak tau kalau ayah memendam sakit ini selama ini. adek tau ayah baik, adek tau ayah pasti sakit. apalagi ayah sering bilang kalau aku mirip ibu. pasti ayah terbebani membesarkan adek. makasih ayah. ayah tetap ayahku kan? kita tetap keluarga kan?" tangis ku pacah, kupeluk ayah yang juga tak kalah menangis.


" terimakasih ayah sudah menjaga dan memanjakan adek, adek merasa sangat lebih beruntung dari anak manapun, sekarang saatnya adek yang manjain ayah "


kulepas pelukan ayah. aku berdiri diujung ranjang. ayah hanya melihat apa yang aku lakukan.


kutatap ayahku. lelaki yang aku cintai.

kulepas tanktop yang aku kenakan, kujatuhkan tepat disampingku. lalu kubuka celana pendekku, kujatuhkan juga diatas tanktop tadi.

ayah memang sering melihatku mengenakan pakaian minim, tapi ini pertama kalinya aku hanya memakai bh dan cd didepannya.


"adek yakin? " tanya ayah

"adek selalu yakin ayah, kapanpun ayah minta, adek selalu siap dari dulu, walau ayah tidak ada cerita tentang masa lalu adek pun, adek siap kapanpun ayah minta. adek sayang ayah, adek cinta ayah. karena adek, ayah tidak pernah lagi bawa wanita kerumah, makasih ayah, adek senang, maaf adek benar-benat tidak tau apa-apa waktu itu, tapi begitu adek tau, adek siap bila harus ayah minta, kapanpun."


perlahan kubuka kaitan bh ku dipunggung. kulepas penyangga payudaraku, kujatuhkan tepat didepanku. kutahan rasa maluku, aku yakin apa yang aku lakukan, inilah saat yang paling dicemburui kakak cici, secintanya ayah, ayah tidak akan menyetubuhi kak cici, tapi tidak denganku, ayah bisa.


ayah terus memperhatikanku, matanya tertuju di gundukan dadaku, dada yang tidak terlalu besar, namun cukup aku banggakan. kulepas cd ku perlahan, kuambil semua pakaianku tadi, aku lempar kelantai. dan aku kembali berdiri, agar ayah dapat menikmati tubuhku, tubuh yang ia besarkan dengan cinta.


ini pertama kalinya ayah melihatku telanjang, semenjak dadaku mulai tumbuh. pertama kalinya tubuhku dilihat ketika telanjang. dulu ayah selalu memandikanku, hingga aku masuk sd, ayah tidak mau lagi memandikanku, katanya dadaku mulai tumbuh, tidak boleh dilihat siapapun termasuk ayah.


ayah melihatku tanpa berkedip, mulutnya sedikit menganga. kudekati ia. kupeluk, ayah juga memelukku. seperti biasa, diremasnya pantatku, hanya kali ini ayah meremas langsung di kulit pantatku. kuusap rambut ayah, rambut yang telah banyak uban. kukecup kening ayah, kukecup semua bagian muka ayah. hingga kukecup bibir ayah. dan aku berhenti disitu. ayah mulai menghisap bibirku, ayah mencium bibirku, aku lakukan hal yang sama ayah lakukan. kami berciuman cukup lama, aku tau, gairah ayah mulai bangkit.


" itu ciuman pertama adek lho yah, adek seneng, ayah yang pertama adek cium."


ayah tersenyum mendengarnya.

kucoba membuka kaos ayah, ayah diam saja ketika aku buka semua kain yang menutupi badannya, aku sedikit ragu untuk membuka celana pendek ayah, tapi buat apa ragu, kan semua aku juga mau.


ayah berdiri, membuatku mudah untuk menurunkan celananya, sebuah tonjolan nampak jelas, aku mau.


kuturunkan celana ayah, kemaluan ayah langsung menyambutku, panjang besar berbulu. itulah yang ada dibenakku. ini pertama kalinya aku melihat kelamin pria. kelamin yang membuatku takut, terlihat keras, apa bisa masuk ke kelaminku?


dengan berat aku coba sentuh kelamin ayah, sebuah sentuhan kecil dengan ujung jariku. kulihat wajah ayah, dia tersenyum padaku. kukumpulkan keberanianku, kugenggam pelan kelamin ayah, dengan satu tangan, terasa hangat dan keras. aku takut, tapi aku mau. maaf ya kakak, aku duluan yang dapat punya ayah.


dengan sedikit kaku, kugunakan tanganku satunya untuk ikut menggenggam kelamin ayah. kedua tanganku tak dapat menutupi semua batangnya.

kupejamkan mata, kucari informasi di otakku tentang bagaimana aku memberikan kenikmatan ke kelamin pria.


aku memang tidak memiliki pengalaman, namun aku sering dengar dan menguping ketika teman-teman cewek ku sedang bercerita bagaimana kelakuannya dengan pacarnya.


perlahan aku gerakkan genggamanku maju mundur, ini pasti yang kawan-kawanku bilang ngocokin. pelan aku gerakkan, takut ayah merasa sakit.

kubuka mataku, kumelihat kelamin ayah keluar masuk didalam genggamanku. kulirik ayah, dia tersenyum padaku.


"benar begininkan ayah?"

"iya, benar dek"


aku senang dengan jawaban ayah, aku lakukan terus hingga tak terasa kocokanku semakin cepat, dan ayah kadang sedikit mendesah lirih.


"ayah mau pakai mulutku tidak?"

"adek bisa?"

"gak tau yah, kata teman-temanku, cowok mereka paling suka kalau pakai mulut"

"semua cowok pasti suka dong adek"

"ayah juga dong"

"iya"


aku tersenyum, demi ayah, batinku. kudekati kelamin ayah, semakin dekat, kubuka sedikit bibirku, kukecup ujung kelamin ayah. asin. kuabaikan rasa itu. kukecup lagi, dan mulai aku kenyot, seperti aku sedang menyedot es lilin. ayah mendesah lagi. aku bahagia mendengarnya.


kubuka mulutku lebar-lebar, kumasukkan kelamin ayah semampuku, dan kukeluarkan lagi. kumasukkan lagi dan keluarkan lagi. dan aku ulangi terus menerus. desahan ayah semakin kuat, membuatku semakin termotivasi untuk melakukannya terus menerus.


kulepas kelamin ayah, aku kehabisan nafas. tak tau seberapa aku bisa memasukkannya kedalam mulutku. aku berlari ke kamar mandi, kubuang semua rasa asin dimulutku, kubersihkan dengan air bersih.


saat aku kembali, ayah sudah berbaring bersandarkan sandaran ranjang. aku naik keatas, dan berdiri tepat diatas paha ayah. kulihat ayah memandangi seluruh tubuhku. aku biarkan walau aku malu. demi ayah.


kulihat mata ayah, pasti sedang melihat dadaku. dada kecil namun bulat, dengan puting cerah kecil dan lingkaran disampingnya sedikit lebih gelap. dada yang belum pernah dijamah siapapun, hanya kakak cici yang pernah meremasnya. dia memang sangat suka menjahiliku. mata ayah mulai turun, kini aku tebak ayah memandang perutku. perut datar dengan sedikit lekukan pinggang. perutku sedikit tercetak kotak-kokak, hasil latihan bela diri yang aku ikuti sejak pertengahan sd.


mata ayah kembali turun. tak lain gundukan vaginaku yang ayah lihat, dengan sedikit rambut yang selalu aku rapikan, agar aku tidak malu kalau ayah tiba-tiba ingin melihat kewanitaanku.


ayah melihatku seutuhnya, melihatku tanpa ada yang aku tutupi.


"adek?"

"iya ayah"

"coba lihat kekaca" perintah ayah


aku berbalik kesamping, melihat tubuhku dikaca besar dikamar. kuperhatikan semuanya, apakah ada yang ayah tidak suka dari tubuhku?


"kamu cantik sekali sayang" puji ayah, membuatku tersipu malu

"ayah yang bikin aku cantik"

"kamu tau sayang, adek mirip sekali dengan ibu adek, hanya adek sedikit lebih berisi, dan dadan adek sedikit lebih besar. mungkin sebesar dada ibu adek ketika masih penuh air asi nya."

"benarkah semirip itu?"

"iya, kalau adek lihat dikaca, adek hampir melihat ibu adek"

"cantik ya ibu adek yah?"

"iya, secanrik adek"

"ayah benci ibu?"

"iya"

"apa ayah tidak benci adek, kan kata ayah kita mirip"

"kalian nemang mirip, tetapi lain"


kembali kubalikkan badan, kutatap lagi ayah. kurebahkan badanku ke badan ayah. kupeluk ayah yang paling aku cintai. terasa kelamin ayah mengganjal di bawah perutku.


kukecup kening bibir ayah, kukecup lagi, lalu ku lumat bibirnya. ayah ikut melumat bibirku. kita berciuman cukup lama dan dalam.


selesai berciuman. aku rebahkan badanku ke sebelah ayah. ayah bangun dan menindih tubuhku. aku takut, tapi mau.


ayah mulai menciumi mukaku, kening, pipi, hidung, mata, semuanya, terakhir ayah mencium bibirku. ayah benar-benar memperlakukanku seperti seorang wanita seutuhnya, bukan sebagai anak. aku suka. ayah menurunkan ciumannya, mengecup leherku, semua ayah kecup. aku merasa geli, namun nikmat. aku suka perlakuan ayah yang tidak kasar padaku. tak terasa aku mulai mendesah kecil.


kecupan ayah turun kembali, pundakku, dadaku, dan payudaraku. ayah mengecup semua bagian payudaraku, menyisakan putingku.


ayah berhenti, sedikit mengangkat badannya. aku malu ayah memperhatikan putingku, keduanya.


ayah menurunkan badannya lagi, langsung mengecup puting kiriku.


"ahhhhh….." aku terpekik, terkaget, geli, nikmat, ini kecupan pertama di putingku.


ayah menyusu di dadaku, aku malu, aku senang. kupeluk kepala ayah, kubiarkan ia menyusu dengan semangat. lebih semangat dari bayi yang kelaparan. ayah, aku mau bayi darimu.

puting kiriku mulai terasa perih, kuangkat kepala ayah, kuletakkan di puting kananku, ahhhh.. betapa nakalnya aku. tapi nikmat.


ayah terus menyusu, sambil sesekali meremas dada satunya. enak, aku suka ayah.


puas menyusu, ayah membuat sebuah cupang di dada kiriku, disamping kanan putingku, cupang sebesar lingkaran puting, namun merah serona. aku anggap sebagai tanda kalau dadaku milik ayah.


ayah kembali mengecup badanku, kini perutku yang ia kecupi, namun kini kebanyakan ayah hanya mengelusnya, sesekali ayah kecup. hingga elusan itu berhenti diatas gundukan kemaluanku. gundukan yang ditumbuhi sedikit rambut tertata rapi. ayah mengecup rambutku.


dengan pelan ayah membuka pahaku, aku malu. ayah mau melihat celah kelaminku. kututup kelaminku dengan kedua tanganku, kubiarkan ayah membuka pahaku hingga aku mengangkang sempurna.

dengan perlahan ayah menyingkirkan kedua tanganku. ayah tersenyum ketika melihat kelaminku, disentuhnya, dielusnya. ahhh… enak tapi malu.


perlahan ayah menurunkan kepalanya, ayah mengecup celah perawanku, dikecupnya berkali-kali, dan.


"ahhhh… ayahhhh….." ayah menjilatnya, ayah menjilat kelaminku, ayah menjilat benda bulat kecil diujung celahku. enakkkk… aku suka….


ayah terus menjilatinya, aku terus mendesah tak karuan. aku merasa ada cairan yang keluar dari lubangku, semakin enak semakin deras cairan itu terasa mengalir.


ayah meletakkan kakiku di pundaknya, kedua tangannya meremas kedua dadaku. sedang mulutnya terus menjilati kelaminku. aku merasa enak sekali, kuremas rambut ayah, aku jambak, aku tak tahan menerima kenikmatan ini.


"aaaahhh ayahhhhh.. enakkkkk… ahhhhh"


tak ada yang lebih enak dari sensasi rasa ini. aku tak tau harus menyimpan dimana rasa enak yang sangat berlebih ini. aku melayang.


"ayahhhh……." kutekan kepala ayah, aku jepit dengan pahaku. aku sampai dibatasku. aku orgasme dimulut ayah.


setelah jepitanku mereda, ayah melepaskanku, aku terkulai lemas. nafasku tak beraturan. kilirik, ayah bersimpuh memperhatikanku, aku malu dilihat ayah ketika kenikmatan.


ayah bangkit, naik mendekat wajahku, dikecupnya keningku, aku hanya tersenyum menikmati suasana ini. ayah mengecup bibirku, mengecupnya lagi, lalu melumatnya, aku lumat juga bibir ayah.


ayah meremas dadaku sambil menciumku, diremasnya bergantian, aku senang ayah menyukai dada kecilku. remasan ayah turun, meremas gundukan kelaminku, ayah remas, ayah elus. aku malu tapi senang. ayah memasukkan satu jarinya kecelah kewanitaanku, digeseknya pelan naik turun melintasi sepanjang garis milikku. ayah memainkan gumpalan daging kecil diujungnya. daging kecil sumber kenikmatanku.


aku tak mau kalah, kuraih kelamin ayah, kukocok pelan dan lembut, kurasa milik ayah sangat hangat, keras dan berair di ujungnya.


ayah mulai memasukkan jarinya di lubang perawanku, aku rasa ini jari manis atau jari tengah, sedang jari jempolnya masih memainkan daging kecilku. aku belingsatan, ciumanku semakin ganas, lidahku bergulat dengan lidah ayah. banyak liur ayah aku telan. aku suka, aku menikmatinya. enak sekali pemainan tangan ayah.


kocokan ayah semakin cepat, namun tetap lembut, lubang kecilku tidak merasa sakit, namun enak.


kuangkat pantatku agar jari ayah semakin dalam, kupejamkan mata membayangkan kelamin ayahlah yang keluar masuk sedari tari. nikmat.


" ayah… adek enak lagi… ahhhhhh yahhhhh" aku mendapat kenikmatan kembali, kenikmatan keduaku, bersama ayah tercinta.


ayah bangkit, mendekatiku, dikecupnya keningku. diacungkannya kelaminnya ke mulutku. aku tau apa yang ayah inginkan. tanpa memegangnya, kumasukkan kelamin ayah ke mulutku, lebih asin dari sebelumnya, ayah sendiri yang memaju-mundurkan kelaminnya dirongga mulutku. aku hanya menahannya agar aku tidak tersedak.


ayah mengeluarkan kelaminnya, lalu kembali bersimpuh diantara kedua pahaku yang masih terkangkang. akhirnya, aku akan memberikannya ke ayah.


ayah menarik pahaku, membukanya lebih lebar, kubiarkan ayahku melakukan apapun yang ia suka, yang penting malam ini ayah menikmati tubuhku, ayah mengambil perawan yang memang selama ini aku jaga untuknya. bahkan seluruh tubuhku aku jaga dan aku rawat hanya untuk ayah tercinta. untuk bisa memuaskannya.


ayah memegang kelaminnya, digesekkannya di celah kelaminku, aku takut, itu besar sekali, tak akan muat, tapi tidak sabar menanti rasa sakit yang hanya sekali itu. ayah menggeseknya terus, rasa nikmat mulai menjalar ke otakku.


"ayah… lakukanlah, adek mau ayah…" ucapku memberi semangat


ayah hanya tersenyum, diarahkannya ujung kelamin ayah ke lubang perawanku, aku rasa tidak akan muat masuk. perlahan ayah mendorongnya, rasa perih langsung terasa. ayah tarik dan dorong lagi perlahan. aku tau, baru sedikit dari kelamin ayah yang mengenai lubanhku, tapi rasa perih ini sungguh menyakitkan. hanya cintaku ke ayah yang bisa membuatku menahannya. walau begitu, air mataku keluar dengan sendirinya.


cukup lama usaha ayah, cukup sakit yang aku rasa. kupandangi wajah ayahku yang tercinta. kutersenyum agar ayah lebih tega memasukkannya. sesekali ayah menciumku, melumat putingku. ayah menikmati tubuhku.


ayah bangkit dari menindihku, diambilnya sebotol air mineral diujung ranjang tanpa melepas kelamin kami. diteguknya beberapa teguk, diberikannya ke aku, aku teguk juga sekali air itu.


bibirku kembali dilumat ayah, sambil kelaminnya kembali mencoba mendobrak perawanku. sakit, tapi aku bahagia.


aku merasa bagian terdalam kewanitaanku tersodok kelamin ayah, apa ini selaputku?.

ayah tidak berusaha lebih dalam lagi, hanya mengelurkan dan memasukkan dengan pelan. rasa perih perlahan memudar, rasa nyaman mulai datang.


"ayah akan menembus perawan adek, tahan sebentar ya"

"iya ayah, lakukanlah, adek tidak sabar lagi"


ayah mulai mendorong lagi, kelamin ayah mendorong dinding terdalamku, rasa sakit, perih, linu kembali datang, kini lebih sakit.


"ayahhhh… sakitttt…….. " teriakku, ayah tidak memperdulikanku, kelaminnya tetap menyeruak masuk lebih dalam lagi.


"AAAAAAHHHHHHHH…." teriakku, aku merasa dagingku dirobek. sakit.


ayah tak bergerak, aku menangis.


"sakit sekali ayah…. " tangisku, ayah mengusap rambutku, juga menyeka air mataku yang bercucuran dikedua mataku.


ayah mengecup keningku, juga kedua pipiku, membuatku sedikit tenang, tangisku mereda.


"ayah….."

"iya adek"

"adek udah tidak perawan lagi ya"

"iya, baru saja"


kupeluk ayah, kuusap punggung ayah, kuberikam senyum termanisku ke lelaki yang telah kuberikam perawanku.


"lanjutkan ayah" pintaku


ayah mulai menarik kelaminnya dengan pelan, perih masih kurasa. lalu ayah mendorongnya pelan juga, masih perih, tapi aku akan menahannya.

terus ayah mencoba mengococok kelaminnya di kelaminku, pelan namun pasti, rasa sakit juga mulai menghilang, berganti rasa nyaman dan sedikit nikmat.


"ayah gak mau nyusu punya adek?" aku sodorkan satu dadaku, kucoba menggoda ayah.

tak butuh jawaban lagi, ayah langsung mengulum dadaku, ayah sedot dengan semangat sambil tetap mengocok kelaminnya pelan.


"enak yah, agak cepetin boleh kok"

ayah mengerti maksudku, dipercepat kocokannya, kelaminnya lebih cepat keluar masuk, lebih cepat juga rasa enak aku rasa.


"enak yah… enak…. ahhhhh… ayah…. " aku mulai mendesah, sodokan ayah ditambah sedotan di dadaku, benar-benar merangsangku. enak. rasa sakit tadi sudah hilang.


sodokan ayah semakin cepat, dilepaskannya dadaku, biarlah, ini sudah sangat enak. aku dan ayah mendesah bersama, mengerang bersama. sungguh aku sayang ayah. aku cinta ayah.


"ayah adek mau sampai enak kayak tadi…. ayah… adek enak….. yahh.. ahhhhh " aku sampai pada batasku lagi, lebih enak dari yang sebelumnya. ayah memberhentikan tusukannya. membiarkanku menikmati kenikmatan dunia ini.


setelah aku kembali tenang, ayah menusukku lagi, sekencang yang sebelumnya, mungkin kebih kencang lagi. kelaminku terasa sangat berair, membuat kelamin ayah lebih leluasa menjelajahnya.


"ayah mau sampai dek…."

"iya yah, nikmati adek yah…"


tiba-bita ayah menusuk begitu dalam, kelaminnya terasa sampai sangat jauh. tubuh ayah bergeter.


"ahhhhh..ah…..ahhhh… " erang ayah, aku merasa ada yang hangat mengalir dari kelamin ayah, hangat sekali. apa ini sperma ayah? aku suka.


setelah getaran di badan ayah hilang, ayah merubuhkan badannya diatas badanku, aku peluk ayah, ayah juga memelukku. kumiringkan badanku, hingga ayah bisa berbaring dikasur tetap memelukku. kukecup kening ayah.


"makasih ayah, adek bahagia bisa puasin ayah"

"makasih juga adek" jawab ayah dengan senyum manisnya.


ayah menarik selimut, menutupi tubuh telanjang kita berdua, dan tidur berdua sambil berpelukan, dan kelamin ayah masih tertancap dikelaminku.


=


paginya, aku terbangun, dan terkaget, begitu banyak darah di kasur, darah perawanku.


=


setelah sarapan, ayah mengajakku keluar, katanya mau ketempat yang lebih sejuk.


ayah menyopir mobilnya, sedang aku duduk disampingnya. kita menuju sebuah kawasan perbukitan. daerah yang terkenal dengan pemandangan diatas bukit sambil memandangi jurang yang ditumbuhi pepohonan hijau, kadang dihiasi kabut yang tak hilang hingga tengah hari.


mobil ayah langsung menuju ke sebuah spot wisata, kita langsung memesan sebuah tempat dan menikmatinya bersama. kurebahkan badanku di sebuah saung yang kami pesan, sambil memandangi lembah yang asri. ayah datang, membawa secarik kertas pemesanan, lalu duduk disampingku. kuangkat kepalaku, kuletakkan di paha ayah. ayah mengusap rambutku pelan. nyaman sekali. aku yakin kakak pasti cemburu kalo tau.


kita bercanda bergurau seperti biasa, membuatku lupa kalau aku sudah tidak perawan lagi, tadi malam. dan perih itu masih terasa.


=


tak terasa tengah hari sudah datang, makanan berat yang kami pesan sudah habis kami santap. pelayan pun sudah selesai mengangkat piring kotor, dan menggantinya dengan sajian ringan yang manis dan segar.


hingga seorang perempuan datang menghampiri kami.


perempuan itu datang dan berdiri tepat dipintu masuk saung yang kami pesan. seorang perempuan berbadan kecil, mirip denganku, mengenakan pakaian serba hitam. baju hitam dengan celana panjang jeans hitam juga. sebuah topi hitam dan kacamata hitam. bahkan sepatu yang ia kenakan juga hitam.


perempuan itu memandangi kami, aku taksir mungkin hampir seumuran ayah, beberapa guratan di mukanya terlihat, namun masih terlihat segar dan muda. tingginya sedikit lebih pendek dariku.


"naiklah" perintah ayah

"siapa ayah?" tanyaku


perempuan itu naik ke saung kami, duduk bersimpuh tepat didepan kami. hanya manisan dan gelas minum yang memisahkan. perempun itu tak lepas memandangiku sedari tadi. dengan pelan ia melepas topinya, meletakkannya disamping badannya. lalu melepas kaca matanya, dan meletakkannya diatas topi tanpa melepas pandangannya kepadaku. matanya berkaca-kaca, ada yang tertahan dihatinya.


"ibu" ucapku lirih, tak sadar aku menutup mulutku ketika aku melihat wajah perempuan itu.


"ayahhhh… dia…. " ucapku terbata

"iya, dia nur, ibumu" kata ayah


aku tak kuasa menahan perasaan ini, air mataku mengalir memandangnya. dia. ibuku. wanita yang melahirkanku. dia. ibuku. kudorong tubuhku, kuterabas minuman dan manisan didepanku, kupeluk ibuku. ibuku memelukku, kami menangis berdua. menangis cukup lama.


itulah pertemuan pertama dan terakhirku dengan ibu.



==


tiga tahun kemudian.


kakak dilamar oleh seorang anak kyai. anak pemilik pondok pesantren yang cukup terkenal. sang anak yang merupakan anak pertama dari istri pertama, penerus pesantren. anak tersebut teman kuliah kakak, kenal karena kakak juga aktif di organisasi keagamaan. ya, kakakku memang sangat cantik dan alim.


kakak dilamar seorang pemuda yang tampan, gagah, hafiz 30juz, memiliki usaha duniawi yang sangat bagus dan banyak lagi yang membuatnya sangat sempurna.


kakak pernah beratanya, kalau pemuda itu melamarku, aku terima tidak. dan aku jawab, aku maunya ayah si kak, tapi kalo ayah menyetujui aku mau. dan kakak menyubit hidungku karena jawabanku.


dimalam lamaran, semua keluarga inti pemuda itu datang, rupanya sang kyai kenal ayah, kenal karena kebaikan ayah. dulu ayah pernah jadi camat dimana saudara kyai tinggal, jadi sang kyai banyak mendengar cerita sepak terjang ayah membenahi daerah dari saudaranya.


lamaran berjalan begitu hikmat, hingga….


"Pak Anto, saya sabagai bapak dari anak saya Ahmad, ingin meminta melamar anak bapak, yaitu nak suci, untuk menjadi istri anak saya Ahmad, sekiranya permintaan kami dapat terbalas" lamar pak kyai


"saya ayah kandung dari anak saya suci, dalam hal ini tidak ada sedikitpun yang memberatkan, namun bagaimanapun juga anak sayalah yang akan menjalankan, jadi sekiranya biar naka saya yang menjawab dan memberikan persetujuan ataupun penolakan" jawab ayah penuh diplomatis


"nah, betul itu, bagaimana nak suci?"


"saya sudah berbicara dengan ayah saya, dan memang tidak ada yang memberatkan untuk menolak lamaran ini, namun sebelum lamaran ini saya terima, saya ada satu syarat agar mas Ahmad dapat mengabulkan" jawab kakak, membuat semua terkaget, termasuk ayahku


"nah, apa itu?" tanya pak kyai


"mohon maaf sebelumnya, ini permintaan akan berat untuk dikabulkan, namun akan ringan setelah dikabulkan. saya memiliki seorang adik perempuan yang saya sayangi sejak kecil. saya ingin mas Ahman selain menikahi saya juga menikahi adik saya" jawab kak cici, membuat semua menjadi gaduh dan tak terkendali


"maaf nak cici, bagaimana mungkin bisa anak saya menikahimu dan adikmu, itu haram, jangan macam-macam dengan syariat" tanya pak kyai dengan nada tinggi


"maaf pak, saya tidak macam-macam, adik saya memang adik saya, tapi ia bukan adik kandung maupun adik tiri, kami tidak ada mahrom sama sekali. sekiranya itu tidak melanggar syariat" jawab kakak, membuat semua menjadi lebih tenang.


"benar itu pak Anto?" tanya pak kyai

"benar pak" jawab ayah singkat


"bagaimana Ahmad" tanya pak kyai ke anaknya yang masih syok.

"Ahmad, jaga pandanganmu" tegus ibu Armad, karena sedari tadi mamandangku setelah mendengar permintaanku.


aku sendiri hanya tertunduk malu, aku tak tau apa yang kakak rencanakan. aku malu.


"iya, saya berdesia" jawab Ahmad terbata


"YEY" teriak kak cici memelukku.


=


dan itulah akhir ceritaku. aku dinikahi tepat setelah mas Ahmad menikahi kakak, dihari yang sama, diwaktu yang sama, di acara yang sama.


setelah menikah, aku dan kakak ikut mas Ahmad ke rumahnya. kita tinggal bertiga dengan harmonis dan damai. ayah sendiri mengajukan pensiun dini, dan kembali ke tanah kelahirannya, tinggal bersama saudara dan saudarinya, ikut membesarkan keponakannya, sambil sesekali melihat kedua orang orang tuanya di sasana-hinggil. sambil menunggu waktu untuk ikut berbaring disamping keduanya.



.
 
menarik ceritanya . thanks. ditunggu karya selanjutnya @anak gawang
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd