Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kehidupanku Yang Baru

Persiapan

POV Author

Tak terasa hari berganti begitu cepat, kini Hana duduk di ruang tamu menikmati acara tv ditemani abah Sarto di sofa sebelah. Dari tadi mereka memang lagi mengobrol dan sesuai rencana Hana dua hari yang lalu setelah mendapat ijin dari Angga suaminya bahwa dia akan segera memberitahukan kemenangan tahuhan mereka dulu.

Memang perbincangan mereka telah berlalu beberapah menit yang yang lalu tetapi Hana belum menyinggung masalah ijin Angga kepadanya. Tapi sesaat kemudian Hana pun mulai membuka topik tersebut dan dia juga tak mau berlama-lama menyimpannya karena takut nanti abah Sarto sengaja lupa.

“abah… Hana mau bilang sesuatu sama abah” dengan wajah sumringahnya Hana membuka obrolan mereka.

“mau bilang apa dek?” abah Sarto menjawab Hana namun matanya tertujuh ke arah TV.

“abah ingat kan janji abah ke Hana waktu itu”

“yang mana dek?” dengan ekspresi heran Abah Sarto mengalihkan pandangannya kepada Hana.

“ituloh abah… yang tentang mendapat ijin dari mas Angga”

“ijin apaan dek”

“Ah… abah pura-pura lupa lagi”

“ya maklum dek, kan abah sudah tua”

“iya abahku yang tua, tapi wajah abah masih ganteng hihihihihih…”

“hahahaha… dasar kamu ya suka godain abah aja”

“hihihihihi… biarin siapa suruh abah sok-sok lupa”

“ya emang abah gak tau dek”

“ituloh abah yang tentang Hana pengen kunjungan ke kampung halam abah”

“ha…. Trus gimana, Pasti mas Angga gak kasih ijin kan?”

“wek… enak aja, siapa bilang Hana gak mendapat ijin bah” Hana menjulurkan lidanya mengejek abah Sarto.

“jadi….?”

“ya pastinya dapat dong abah, tapi sebenarnya alasan mas Angga memberi ijin karena Hana minta sebagai hadiah ulang tahun Hana bah..”

“kamu curang dong kalau begitu”

“gak lah, gak ada syarat tertentu kan sebelumya, cuma minta ijin doang”

“tapi tetap aja….” Ucapan abah Sarto tepotong tiba-tiba

“gak bisa, abah udah janji loh, dan laki-laki gak boleh ingkar janji hihihihihi..” potong Hana secara tiba-tiba .

Setelah melakukan perdepatan ringan antara Hana dan abah Sarto akhirnya abah Sarto pun mengalah dan dengan demikian Hana tentu sangat gembira dengan mengalahnya abah Sarto. Tapi tetap saja abah Sarto bingung kenapa sampai Angga mau memberikan ijin kepada Hana. Tidak seperti biasanya Angga dengan leluasa memberikan ijin kepada Hana. Sifat Angga memang sudah melekat dalam pikiran abah Sarto terlebih saat ini sifat itu sangat canggung dari apa yang dipikirkan olehnya.
***​
POV Abah Sarto

Aku tidak mengereti dengan sifat Angga yang dengan mudahnya memberikan ijin kepada Hana untuk pergi ke kampung halamanku. Karena dalam pikiranku Angga merupakan tipe orang yang sedikit keras mengingat dia adalah tipe pria yang khawatiran dan cepat sekali cemburuan, aku ingat betul ketika awal-awal mereka menikah dulu saat aku juga baru datang ke rumah ini. Pernah dia bertengkar dengan Hana atas keputusan meminta aku tinggal dengan mereka tapi kemudian ayah Hana mau membantu untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Pernah juga mereka bertengkar karena Angga merasa cemburu melihat aku sangat dekat dengan Hana. Lagi-lagi hal tersebut diluruskan oleh orang tua Hana. Tak terhitung sudah larangan-larangan Angga untuk Hana dan yang menjadi momen dramatis ketika Hana meminta untuk bekerja tetapi Angga tidak mau memberikan ijin. Aku tidak serta merta menuduh yang tidak-tidak kepada Angga karena aku anggap dia mempunyai alasan untuk semua itu akan tetapi dari sisi diriku kalau apa yang dia lakukan itu sedikit kelewatan saja. Tapi yasudahlah itu hak dia sebagai suami dari Hana, aku hanya kasihan dengan Hana yang sudah aku anggap anakku sendiri harus dikekang seperti itu karena keegoisan dari suaminya. Tapi seiring berjalannya waktu Anggapun sudah terbiasa dengan kehadiranku terlebih saat kedekatanku dengan Hana, dia sudah tidak mempermasalahkan itu lagi.

Kembali ke topik sebelumnya mengenai Angga yang mau memberikan ijin kepada Hana untuk mengunjungi kampung halamanku. Rasanya kok aneh saja ya, kalau dipikir-pikir mungkin ada sedikit perubahan pada Angga Akhir-akhir ini. Terlihat dari semakin hari kerjaanya katanya semakin padat. Beberapa bulan yang lalu aku rasa tidak sepadat sekarang. Dulu Angga biasa pulang di jam 3 dan kalaupun katanya padat paling lambat pulang jam 5 sore dan itupun tidak sesering seperti sekarang, pernah juga aku dan Hana mendapati dia pulang sekitar jam 7 bahkan ada yang pernah jam 9 malam. Sepuluh bulan aku telah bersama mereka setidaknya aku sudah membaca kapan biasanya suami majikanku ini pulang dan keanehan tersebut baru muncul dalam 2 bulan terakhir.

Meskipun semuanya terasa janggal tapi aku juga tidak mau terlalu memikirkan hal tersebut, yang menjadi fokusku sekarang adalah menepati janjiku kepada Hana mengenai rencana kunjungan kami nanti ke kampung halamanku. Aku bingung dan juga sedikit khawatir apakah Hana akan tahan dalam perjalanan belum lagi nanti harus melewati jalan yang cukup jelek dan yang menjadi masalah utama adalah Hana belum melihat kondisi rumahku sekarang yang sudah tidask layak untuk ditinggali semenjak meninggalnya kedua orang tuaku maka rumah itupun tidak ada yang menempati.

Disana juga jarak antara tetangga agak bejauahan dan posisi rumahku yang sedikit berdah di lereng gunung. Kalaupun kesana nantinya setidaknya kami harus mempersiapkan matang-matang perjalanan ini, aku rencana untuk membeli beberapah peralatan untuk rencana memperbaiki rumah tersebut nantinya karena rumah tersebut sudah lama tidak dihuni. Terakhir aku kesana sudah bertahun-tahun yang lalu saat pemakaman ayahku. Walaupun saat itu aku sempat merenovasi beberapah bagian tapi karena keterbatasan akomodasi dan jalan ke kampungku memang sulit jadi bahan yang kukirim ke sana waktu itu seadanya saja karena biaya pengiriman barang masuk kampung mahal sekali.

Hari ini memang sedikit berat untukku, bukan karena apa tapi aku lebih memikirkan persiapan apa saja yang harus kami lakukan berdua untuk ke kampung terlebih kami hanya berdua karena Hana sendiri mengatakan kalau Angga tidak ikut. Awalnya aku pikir dia akan ikut setelah mengetahui dia memberikan ijin ke Hana tapi dugaanku salah.

Pusing kepala pastinya menyelimuti kepalaku tapi aku juga tidak bisa mengabaikan janjiku kepada Hana karena pernah dulu Hana ngambek kepadaku selama berhari-hari karena ingkar janji mengantar dia ke rumah temannya dan aku tidak mau lagi itu terjadi, di satu sisi aku juga sayang kepada anak ini karena aku sudah menggap dia seperti anak sendiri walaupun aku sendiri belum pernah merasakan mempunyai anak karena aku juga belum pernah menikah setelah kenyataan pahit tentang asmaraku di masa lalu yang membuatku takut untuk dilukai untuk kedua kalinya.

Sekarang ini mungkin aku akan fokus untuk mempersiapakan perbekalan kami untuk ke kampung nantinya. Aku tidak boleh mengecewakan Hana dan sebisa mungkin aku harus bisa menjaganya karena aku tahu betul tempat seperti apa yang akan kami datangi karena bisa saja Hana nantinya mengeluh setelah sampai di sana tapi sebisa mungkin barang yang kami bawah juga jangan terlalu banyak karena akses masuk nantinya Cuma bisa memakai motor saja setelah sampai di kota sebelum menuju desa.
***​
POV Hana

Hatiku begitu gembira setelah berdepat dengan abah akhirnya dia mau mengalah dan rencana kami ke kampung halamanya berhasil, dan rencananya kami mau berangkat 4 hari lagi karena menimbang-nimbang hari tersebut lumayan kosong dan rencana kami berada di sana selama 9 hari saja suapaya jangan kelamaan juga walaupun awalnya rencana 10 hari tapi karena dua hari setelah kepulangan nantinya akan ada acara di rumah ayah untuk merayakan ulang tahun mama. Memang ulang Tahunku dengan mama berada dalam bulan yang sama tapi hanya berbedah 2 minggu.

Rencana besok menjadi sedikit sibuk untuk mempersiapkan semua yang kami perlukan untuk ke desa dan besok juga aku dan abah akan pergi ke pasar untuk membeli semua yang kami butuhkan untuk ke sana. Pas jam 4 sore setelah merawat bunga-bungaku di taman aku pun rencana menemui abah untuk memberitahukan agar besok setelah mas Angga berangkat ke kantor kami akan pergi ke pasar bersama.

Aku pun memasuki rumah dan mencari abah di dapur tapi abah tidak ada di sana dan setelah memcari lagi di teras belakang juga tidak ada dan tinggal satu tempat yang harusnya tempat dia berada yaitu kamarnya sendiri. Tadi sebelumnya aku ketemu abah di taman karena dia mengerjakan untuk merawat beberapah tanaman dan menyiramnya dahulu sebelum menghilang meningglkan aku sendirian di taman karena dia telah lebih dulu berada di taman jadi perkerjaannya lebih cepat selesai dan biasanya memang begitu, setelah mengerjakan taman abah akan selalu menghilang dan biasanya dia menuju dapur atau seperti sekarang dia di kamarnya. Tapi dari dulu aku tidak pernah mencari abah seperti sekarang ini.

Setelah berjalan mendekati pintu kamarnya yang tertutup akupun mengangkat tangan kananku untuk mengetuk pintu akan tetapi tiba-tiba aku membatalkan niatku.

“suara apa itu?” ucapku di dalam hati.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara yang aneh dari dalam kamar abah, walaupun suara itu tidak begitu jelas tapi setidaknya masih bisa terdengar jika tidak ada suara lainnya yang menghalangi dan seperti sekarang dengan keadaan yang begitu sunyi sehingga aku bisa mendengar suara itu dengan sedikit jelas.

Ya ampun seperti suara desahan perempuan yang sedang menikmati persetubuhan, hatiku begitu kaget setelah menyadari suara tersebut, karena terkejut aku berusaha menutup mulutku dengan tanganku. Tapi entah kenapa pikiranku malah menjadi penasaran kenapa bisa suara tersebut bisa keluar dari kamar abah dan apa yang abah sedang lakukan di dalam. Aku menyadari bahwa tidak mungkin ada orang lain di kamar itu karena suara tersebut terdengar sepertinya keluar dari alat elektronik dan bisa aku tebak kalau itu dari handpone.

Saking penasarannya pikirankupun berkecamuk dan entah kenapa aku berusaha ingin mengetahui apa yang terjadi di dalam sana walaupun secara logika kita sudah mengetahui kalau orang di dalam kamar tersebut sedang menyaksikan film porno, tapi apakah sampai segitu saja?. Tidak, entah apa yang merasuki diriku sehingga aku berusaha ingin menyaksikan sesuatu yang bersuara dari dalam.

Tiba-tiba mataku tertujuh pada gagang pintu tersebut karena memang tipe kunci abah ini masih model lama dan tipe kunci yang dipakai masih memakai model yang ada lubang karena rumah ini sendiri kami beli bukan dibangun jadi untuk bagian-bagian rumahnya masih ada sedikit yang tertinggal dari model sebelumnya walaupun sudah kami renovasi.

Dengan perasaan deg-degan aku pun mengarahkan kepalaku ke arah gagang pintu dan menempatkan salah satu mataku untuk menengok kedalam, walaupun lubang kuncinya kecil tapi kita bisa melihat isi kamar di dalamnya karena arahnya langsung menuju ranjang yang ada di dalamnya.

Astaga….

Alangkah terkejutnya aku menyaksikan kegiatan yang ada di dalam sana.
***​
POV author

Kini dengan jelas Hana melihat kegiatan abah Sarto di dalam rungan tersebut yang sedang melakukan onani sambil menyaksikan video porno di hpnya. Tapi yang menjadi perhatian Hana sekarang adalah sebuah benda yang sedang dimainkan oleh tangan kanan abah Sarto. Ya… itu adalah kontol abah Sarto. Meskipun Hana menyadari bahwa kegiatan seperti itu harus dia abaikan dan tinggalkan akan tetapi enatah kenapa justru sebaliknya pikirannya seakan tidak mau berpaling dari kegiatan abah Sarto tersebut.

Hana masih memiliki pemikiran yang waras dan tau apa yang dilakukan oleh abah Sarto adalah sebuah hal tabuh tapi saat ini tubuh Hana malah merespon hal itu secara berbedah dan tetap mengintip aktivitas abah Sarto yang mengutrut-urut kontolnya secara teratur naik dan turun sambil tangan pria tua itu menggengam handpone yang sedang memutar video panas.

Tunggu dulu ada yang aneh menurut Hana, sesaat kemudian Hana menyadari sesuatu setelah 3 menit menyaksikan kegiatan tersebut. Kontol abah Sarto sepertinya janggal buat dia tapi apa yang membuatnya berbedah dalam benaknya. Beberapah detik kemudian dia pun menyadari kalau kontol tersebut ukurannya tidak wajar. Bagaimana tidak ukuran kontol abah Sarto jika Hana perhatikan sangat besar baik panjang dan diameternya dan itu bisa terlihat dengan jelas dari genggaman tangan abah Sarto.

Alasan mengapa Hana mengatakan ukuran kontol tersebut tidak wajar karena selama ini cuma ada satu kontol yang pernah ia lihat yang tak lain adalah kontol suaminya sendiri dan Hana sudah begitu mengenal kontol Angga itu dan memang jika Hana perhatikan secara seksama bahwah ukuran kontol abah Sarto jauh berbedah dengan ukuran kontol Angga yang terbilang ukuran normal. Semakin Hana memperhatikan kontol abah Sarto entah kenapa dirinya merasa panas dan sepertinya ada perasaan lain yang melelusup ke dalam relung jiwanya.

Dan benar saja entah bagaiman bisa Hana ternyata terangsang menyaksikan ativitas abah Sarto mengocok kontolnya tersebut. Kontol yang mungkin hampir sebesar lengannya tersebut sangat menarik di matanya dan seakan tidak mau melepaskan pandangannya ingin terus melihat benda tersebut dimainkan oleh pemiliknya. Sepertinya bagian bawah tubuh hana telah memberikan respon setela menyasikkan onani abah Sarto. Tak sadar kemudian Hana memeriksa selangkangannya dengan memasukkan tangan kirinya dedalam rok panjang yang dia pakai kemudian dengan sedikit tarikan dia menyibak celana dalamnya kesamping dan menekan sedikit belahan memeknya dan benar saja sesuai dugaannya bahwa daerah itu kini telah mengeluarkan lendir yang membuat Hana kini sedikit bergidik ngeri kemudian ia mengeluarkan tangannya tersebut lalu dengan cepat dia mempehatikan jari telunjuknya itu.

“ya ampun…” seakan menyadari apa yang sedang terjadi dengan reaksi tubuhnya tesebut. Hana melihat lendir dari memeknya melapisi jari telunjuknya tersebut dan dia sedikit merenung kenapa bisa ia terangsang melihat pria lain yang notabene buka suaminya tersebut memainkan kelaminnya sehingga membuat reaksi pada tubuhnya tesebut. Namun sesaat kemudian Hana melepas pandangannya dari jari tersebut dan kembali menyaksikan aktivitas abah Sarto di kamarnya.
***​
POV Hana

ya ampun… apa yang terjadi dengan diriku, kenapa aku malah tidak bisa berhenti menyaksikan hal yang seharusnya tidak boleh aku lihat. Tapi entah kenapa tubuhkuh malah memberikan respon berbedah setelah melihat abah Sarto memainkan alat kelaminnya atau apakah karena ini pertama kalinya aku melihat kelamin orang lain selain suamiku atau karena apakah ukuran dari kelamin orang itu yang besar dibanding punya suamiku tapi entahlah aku juga tidak tahu secara pasti apa jawaban yang pasti atau mungkin semua yang aku sebutkan tadi benar semua tetapi satu hal yang kusadari bahwa aku terangsang menyaksikan kegitan abah itu, dan yah.. vaginaku mengeluarkan lendir yang biasanya keluar saat aku berkelamin dengan mas Angga.

Tunggu dulu, apakah dengan keluarnya lendir dan suasana terangsang yang sedang menguasai tubuhku kini menandahkan aku ingin bersenggama dengan abah. Tidak.. tidak… mana mungkin bisa begitu atau aku sudah tidak waras mengingikan seseorang yang sudah aku anggap ayahku sendiri. Ya ampun ada apa dengan diriku tapi aku tidak bisa membohongi reaksi tubuhku ini dan seakan tubuh ini ingin lebih dari sekedar terangsang tapi mana mungkin aku mau bersetubuh dengan abah.

Aku harus mengumpulkan akal sehatku sekarang, aku tidak boleh membiarkan perasaan seperti itu, tapi entah kenapa tubuh ini tidak mau beranjak dari tempat ini dan mungkin aku sudah terhipnotis oleh benda yang sedang dimainkan oleh abah tersebut. Dan sudah berapah lama aku berada di tempat ini menyaksikan kegiatan tabu tersebut dan mungkin akulah yang seharusnya tersangka jika ada yang mau disalahkan karena berani mengintip kegiatan seksual orang lain. Tapi entahlah sekarang ini aku tidak mau membohongi diri sendiri kalau aku nyaman menyaksikan kegiatan tersebut.

Entah kenapa aku makin penasaran dengan penis abah atau apakah ini ada hubungannya dengan kehidupan seksual yang kualamai dengan mas Angga. Ya Tuhan ampuni aku tapi hal ini tidak bisa aku sangkal kalau mungkin saja kini aku mengalami perubahan setelah melihat kelamin orang lain selain kelamin suamiku sendiri.

Namun sekian lama menyaksikan kegiatan abah kini dia telah melepaskan handpone dari tangan, aku bisa melihat matanya seperti memejam seakan fokus untuk memainkan penis besar tersebut dan semakin lama kocokan tangannya bertabah cepat. Sesaat kemudian aku menyaksikan hal yang paling tidak aku duga yaitu abah mencapi puncak setelah terlihat dari ujung penis itu keluar semprotan cairan yang beberapah kali menyemrot dengan kuat ke arah atas sehingga cairan itu aku lihat sangat banyak dan mengarah ke dada dan perutnya. Karena melihat abah mengeluarkan spermanya tambah membuat diriku panas dan sedikit bergidik ngeri seakan respon tubuhku sangat menantikan hal tersebut terjadi, sudah dipastikan juga vaginaku kini lebih basah dan tersa kalau celana dalam yang kini aku pakai terasa begitu basah. Sesaat kemudian abah menghentikan aksinya dan melepaskan tangan kanannya dari penisnya tersebut walaupun sudah mengeluarkan cairan nikmat tersebut abah seakan tidak mau bergerak dan tetap memejamkan matanya seperti sedang meresapi pencapaian yang dia dapatkan. Anehnya lagi kelaminnya masih dengan tegak berdiri walaupun sudah mengeluarkan sperma karena yang aku tahu mas Angga kalau sudah mengeluarkan sperma penisnya secara perlahan akan mengecil tapi kenapa bisa penis abah tetap berdiri kokoh seakan tidak ada perubahan malahan penis abah berkedut –kedut terus menerus.

Ada apa dengan diriku kini, apakah karena suamiku tidak pernah bisa memberiku klimaks sampai-sampai tubuhku merespon kegiatan abah tersebut. Aku tidak mau gegabah dalam memutuskan sesuatu. Dan sesaat kemudian abah pun membuka mata dan mulai berdiri kemudian melepas baju kaos yang dia pakai karena kaos itu penuh dengan tumpahan maninya dan kaos tersebut dia gunakan untuk membersikan kelaminnya dari sisa-sisa sperma yang masih menempel.

Menyadari aktivitas abah telah selesai akupun secara cepat segera meninggalkan tempat tersebut dengan hati yang masih dikuasai birahi tetapi aku berusaha melupakan hal tersebut karena aku berpikir tidak baik seorang istri memikirkan orang lain yang bukan suaminya terlebih abah sendiri sudah aku anggap keluargaku sendiri, aku menuju kamarku di lantai dua dan tidak lain untuk membersikan vaginaku yang kini berceceran lendir di mana-mana sekalian mengganti celana dalam yang kini basah karena cairan rangsangan tersebut.
***​
POV Author

Setelah membersikan dirinya dan menganti celana dalam yang ia pakai Hana kemudian keluar dari kamar mandi menuju tempat tidurnya, sejenak dia pun melamun mengingat kembali kejadian abah Sarto tadi, masih terngiang-ngiang dalam pikirannya gambaran kontol abah Sarto. Tapi dia berusaha menepis dan merenungi sikapnya tersebut yang seharusnya tidak boleh dilakukan mengingat dia sudah memiliki suami dan seakan menyesali perbuatannya dia hanya bisa mengingat Angga sambil mengucapkan maaf namun dengan suara lirih.

Hana duduk di atas tempat tidur yang biasanya dia pakai bersenggama dengan suaminya tersebut sambil merenungi sikapnya tersebut. Terbesit penyesalan masih didalam hatinya apakah dia sudah mengkhianati suaminya tetapi dia juga sadar bahwah bisa jadi hal tersebut karena apa yang dia alami selama ini dalam hubungan seksual mereka dimana Hana merasa belum pernah mendapat orgasme. Apalagi Hana sedikit menyadari perubahan yang terjadi pada suaminya sekarang yang kurang perhatian lagi tidak seperti awal-awal pernikahan mereka.
***​

Di tempat lain yaitu dikamar abah Sarto sendiri, setelah selesai membersikan diri dan menganti pakaiannya hampir mirip dengan Hana, orang tua tersebut juga kembali ke ranjangnya dan sejenak termenung memikirkan sesuatu. Abah Sarto bukan memikirkan kejadian yang ia lakukan tadi tapi lebih ke mengingat sesuatu di masa lalu. Teringat betul sebuah rasa sakit yang masih memenuhi hati pria paruh baya tersebut, kurang lebih kejadian tentang pengkhianatan seseorang terhadap dirinya yang sampai sekarang belum bisa ia lupakan bahkan akan dia bawa sampai mati mungkin.

Alasan sampai saat ini dia belum menikah karena rasa sakit tersebut dan takut mendapat kejadian serupa untuk kedua kalinya membuat abah Sarto menutup hati pada perempuan. Memang selama ada di Jakarta dia sempat berkenalan dengan beberapa wanita tapi dia tidak pernah serius untuk memulai hubungan yang serius sebab rasa trauma lebih mengusai hatinya dengan demikian wanita-wanita yang sempat ingin dekat dengannya mundur secara perlahan karena merasa tidak ada kepekaan di soso abah Sarto.

Rumi adalah sosok perempuan yang masih tertanam dengan jelas dalam pikiran abah Sarto tetapi sosok tersebut baginya hanyalah pembuat sakit hati walaupun begitu wanita tersebut juga adalah cinta pertamanya sekaligus orang yang membuatnya hancur. Teringat dengan jelas kejadian pengkhianatan Rumi di kampung halamannya waktu itu. Wanita tersebut meninggalkan Sarto yang saat itu sangat mencintainya dan berjanji akan menikahinya segera tapi balasan yang didapatkan malah perselingkuhan Rumi dengan juragan tanah di desa sebelah dan lebih parahnya wanita itu lebih memilih menikah dengan juragan itu meninggalkan Sarto tanpa penjelasan apapun.

Walaupun mendapat kejadian yang begitu menyakitkan seperti itu tetapi abah Sarto juga manusia biasa yang masih memiliki hasrat seksual dan masih bisa terangsang dan ya.. walaupun tidak pernah menikah bahkan pria yang sudah lanjut umur tersebut belum pernah merasakan yang namanya bersenggama tetapi itu tidak membuatnya buta akan seksualitas. Hasrat abah Sarto pun masih ada terhadap wanita akan tetapi dia merupakan pria yang begitu menghormati orang lain dan tak mau membuat dirinya terasa rendah dengan menyewa wanita atau pergi memperkosa seseorang karena buat dia kebutuhan batinnya bisa dia salurkan melalui onani dan menonton video porno disamping itu dia tidak mau dikemudian hari mendapat masalah hanya karena kenikmatan sesaat dan sudah cukup baginya menyalurkan hasrat tersebut dengan mengocok kontolnya.
***​
POV Hana

Setelah sekian lama aku merenungi kejadian yang telah berlalu tadi, kini dengan memaksakan diri aku bangkit karena teringat tujuan awalku untuk memanggil abah Sarto agar kami pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan yang nantinya kami bawah ke kampung abah. Dengan langkah yang agak berat aku pun keluar dari kamarku untuk menemui abah. Setelah sampai di depan pintunya aku pun kembali diam sejenak tapi aku berusaha mengumpulkan tekad dan kuberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar abah.

Tok tok tok

“abah… apa abah ada di dalam?”

“iya dek… ada apa?” sahut suara itu membalas pertanyaanku, namu sesaat kemudian aku terlonjak kaget dan sedikikit melompat kebelakang karena tiba-tiba pintu terbuka perlahan tapi aku berusaha kembali bersikap normal saat abah sudah muncul di balik pintu tersebut.

“ada apa dek..”

Namun aku hanya diam menatap abah yang berdiri di depanku, entah kenapa pikiran yang tadi coba aku lupakan kembali muncul dan sebisa mungkin aku tepis tapi malahan yang lebih parah muncul, seolah-oleh pria di depanku sekarang telanjang kemudian wajahku perlahan memerah karena malu memikirkan hal tidak senonoh seperti itu.

“adek… kamu kenapa” tiba-tiba sebuah suara menyadarkan lamunanku.

“oh… iya… tidak kok bah…”

Aku jadi salah tingkah didepan abah karena pikiran yang aku pikirkan tentang dirinya sangatlah tidak pantas, ya Tuhan ada apa dengan diriku sekarang ini. Tapi aku kembali berusaha menekan perasaan tersebut sekuat tenaga.

“abah ayo kita kepasar untuk membeli keperluaan perjalan kita lusa”

“baik dek kalau gitu adek tunggu abah didepan ya, abah ambil kunci mobil dulu.

Sesaat abah pun berbalik ke dalam kamarnya untuk mengambil kunci mobil dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan aku pun pergi meninggalkan tempat itu menuju garasi mobil karena takut abah akan menyadari apa yang sedang aku pikirkan tetang dirinya.

Sesaat kemudian kami berdua pun sudah menuju pasar untuk membeli kebutuhan yang kami perlukan nantinya, selama perjalanan aku gugup untuk memulai percakapan tapi untung abah selalu bisa mencairkan suasana dengan baik dan aku harap dia tidak menyadari sikapku yang sedang gugup. Aku juga berusaha untuk menutup kegugupanku dengan tetap merespon setiap obrolan kami.

Tak rasa tugas kami untuk belanja telah selesai, jam 4 sore kami telah kembali kerumah tersebut dan tak lupa kami juga membeli beberapah bahan makanan instan yang nantinya dimakan mas Angga selama kami tidak ada di Jakarta. Abah juga membeli beberapa bahan bangunan dan membeli terpal yang katanya untuk dipakai oleh kami nantinya di desa.

Hari yang cukup melehlahkan dan menguras tenaga, sunggu hari yang membuatku mengalami pengalaman yang tak terduga. Kejadian tersebut seakan tidak bisa aku lupakan tetapi aku tetap mencoba untuk tidak fokus memikirnnya tapi rasanya sulit sekali apalagi kalau ada abah di dekatku otomatis kejadian tersebut akan terbayang lagi tapi aku berusaha menyembunyikannya.

Tepat jam 5 sore setelah aku dan abah menyelesaikan masak sore mas Angga juga telah tiba di rumah dan seperti biasa wajahnya begitu lesuh dan terlihat capek tapi aku tetap berusaha melayani dia sebagai sorang istri yang baik walaupun hari ini mas Angga kembali aneh seperti biasa bahkan dia melupahkan memberikan ciuman di keningku seperti kebiasaan yang sering dia lakukan tetapi aku berusaha berpikir positif dan menganggap kejadian itu terjadi karena mas Angga kelelahan.

Setelah selesai makan malam sejenak aku berikan waktu untuk mas Angga untuk tudur terlebih dahulu dan tak mau mengganggunya walaupun dalam hatiku ingin bermesrahan dengannya. Aku juga takut mas Angga nantinya marah kalau aku memaksakan kehendakku, aku hanya bisa menahan diri dan menuju ruang keluarga untuk menonton dan ternyata di sana sudah adah abah yang menonton duluan. Aku hanya bisa duduk disofa sebelahnya karena takut pikiranku melayang-layang lagi jika terlalu dekat dengannya. Tapi aku juga takut kalau misalnya sikapku tersebut mebuat abah mengetahui perubahan sikapku tapi abah hanya menoleh sejenak ke arahku yang duduk di sofa sebelah kemudian ia kembali menonton acara televisi.

Aku juga berusaha memperhatikan acara tv tersebut dan sesekali kami mengobrol seperti biasa sampai acara tvnya selesai, obrolan kami sama seperti biasa tidak ada obrolan yang menarik dan hanya seputar bisnis onlineku atau abah menanyakan kabar ayah dan bunda dan Bayu dan sedikit menyinggung persiapan kami lusa ke kampungnya.

Setelah merasa cukup ngantuk kami berduapun menyudahi kegiatan nonton kami dan abah pun menuju lantai satu ke kamarnya dan begitu juga aku berdiri hendak menuju kamarku, namun setelah berdiri aku menatap abah yang sudah melangkan membelakangiku tersebut dan terulang lagi muncul kejadian tadi siang.

Dan setelah di kamarku pun aku hanya bisa berbaring memikirkan kejadian tersebut dan sesekali aku menatap suamiku yang sudah terlelap di sampingku. Dan kali ini pikiranku seakan dipenuhi banyak pertanyaan yang sebenarnya aku pun tak tahu menemukan jawabannya di mana. Seperti perubahan mas Angga dan reaksi diriku yang teranggsang melihat kemaluan abah, sampai akhirnya aku pun tertidur.

Bersambung…
Interesting.... thx for updates ... to be countinue...
 
Mohon maaf ya suhu2 semprot, update masih dikerjakan. Berhubung RL lagi sibuk jd ngerjain update di cicil.
Santai aja om, RL lebih utama 👍👍👍👍
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd