Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keluarga, sebuah kebersamaan (TAMAT)

Post 8

(POV Arfan)


Pukul 4 pagi aku sudah terbangun dari tidurku. Aku sudah janji dengan om Julian untuk mengantarnya ke tempatnya bekerja. Aku sebenarnya masih belum tahu juga apa pekerjaan om Julian. Tapi katanya sih dia spesialis membuat video dan pemotretan.

Saat bangun tidur aku masih melihat adik perempuanku terlelap di atas ranjangku. Dadanya masih naik turun dengan tarikan nafas yang teratur, menandakan dia masih berkelana di alam mimpinya. Kutinggalkan saja dia, aku harus segera mandi karena om Julian jam 5 pagi sudah berangkat.

***

Pukul 05:58 pagi. Aku dan om Julian setelah menempuh perjalanan selama 40 menit akhirnya tiba di tempat tujuan kami. Sebuah rumah di pinggiran kota. Rumah itu nampak seperti bangunan tua tapi kelihatan bersih dan terawat. Pagar rumahnya juga tinggi dan mengelilingi batas tanahnya yang memang sangat lebar. Aku terkagum-kagum dan sempat tak percaya ada rumah yang model begitu di kotaku. Seumur hidup baru kali ini aku melihatnya.

“Fan.. bantu turunin koper yang warna hitam itu ya..” pinta om Julian padaku.

“iya om, siapp...” balasku. Setelah memarkir mobil dengan benar akupun menurunkan koper yang dimaksud om Julian tadi.

“Kamu hari ini ikut om dulu ya Fan.. ga sampe sore udah selesai kok...”

“Iya om..” balasku.

Dari keadaan di tempat itu aku bisa memperkirakan kalau om Julian itu adalah seorang sutradara atau pengarah adegan atau apalah sebutannya aku tak tahu. Sambil mengelilingi tempat yang akan dijadikan latar belakang pengambilan foto, kami menyapa kru yang sudah datang duluan. Dalam kesempatan itu om Julian juga mengenalkan diriku pada anak buahnya.

Kuhitung orang yang ada disitu sebanyak 6 orang, termasuk aku. Anak buah om Julian sebanyak 4 orang dan semuanya laki-laki.

“Fan, pagi ini kita ada pengambilan foto untuk produk baru..”

“Produk apa nih om?” tanyaku penasaran.

“Hehe.. produk daleman, lingerie.. tau kan Fan!?” jawab om Julian.

Setelah semua kru yang ada di situ selesai mempersiapkan segala sesuatunya, mereka kemudian gabung denganku dan om Julian yang duduk di serambi belakang rumah. Kuamati anak buah om ku itu masih muda semuanya, kisaran 25-28 lah.

“Haloo semua...” tiba-tiba dua orang wanita cantik datang dari balik pintu.

“Eh.. kalian udah datang ternyata...”

“Iya nih bos.. kesiangan yah kita?” balas seorang perempuan yang bertato mawar di tangan kirinya.

“Enggak... eh, kenalin ponakan gua nih... Arfan namanya..”

“Arfan....” sapaku.

“Ninda”

“Putri”

Akupun bersalaman dengan keduanya. Biar jadi akrab lah, siapa tahu besok-besok aku membutuhkan jasa mereka. Entah jasa apa yah?

Ternyata yang bertato di tangan kirinya itu namanya Putri. Kutaksir umurnya tak jauh beda dengan kakak perempuanku. Wajahnya cantik, dengan alis yang hitam tebal, bibirnya tipis kemerahan dan dagu yang lancip. Sedangkan Ninda orangnya lebih kalem, wajahnya keibuan banget dengan sorot mata yang teduh dan menenangkan. Aku tak heran keduanya jadi model untuk produk pakaian dalam, memang selain wajah mereka berdua cantik, bentuk tubuh mereka juga mendukung banget. Keduanya punya payudara yang montok membusung, pinggang yang ramping dan pantat yang bulat mempesona. Aku harus mengakui om Julian itu memang pintar mencari perempuan.

“Fan.. kamu duduk disini aja ya.. nikmati juga pemandangannya.. hehe...” ucap om Julian. Aku tak mengerti apa maksudnya tapi kubalas dengan sebuah senyum dan anggukan kepala.

Beberapa menit kemudian, semua anak buah om Julian sudah siap di posisi masing-masing. Tak berselang lama, Putri keluar dari ruang ganti lalu dengan cepat menuju lokasi pemotretan. Melihat penampilan perempuan itu membuatku berdecak kagum. Putri yang memakai gaun tidur transparan berenda warna hitam dengan dilapisi celana dalam warna hitam juga, membuat ada kesan misteri pada dirinya. Payudaranya yang bulat membusung itu tak terbungkus bra, namun putingnya tersembunyi tepat di balik renda-renda gaunnya. Membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan penasaran dan tergoda.

“Ok, next....” teriak om Julian yang duduk di sebuah kursi lipat bertuliskan namanya.

Dengan aba-aba itu kulihat Putri melepaskan celana dalam yang tadi dipakainya. Sekarang aku bisa melihat sebuah garis hitam di atas celah vaginanya, mungkin itu rambut kemaluannya. Beberapa orang yang memegang kamera sibuk mengambil foto Putri. Mereka bahkan berganti-ganti sudut pengambilan foto mengikuti gerakan Putri yang berganti pose juga.

“Good....” teriak om ku lagi.

Mendengar ucapan om Julian itu, kulihat Putri mulai melepas tali pengikat gaun tidur transparan yang dipakainya. Kontan saja belahan payudaranya dan daerah pangkal pahanya terlihat jelas. Ternyata benar perkiraanku, garis hitam pada bagian atas vagianya tadi memang bulu kemaluannya yang sengaja dibentuk seperti itu.

“Good, last one..”

Dengan suara itu Putri langsung melepas semua kain yang melekat di tubuhnya. Kini dia berdiri di depan semua orang dengan kondisi telanjang bulat. Pemandangan di depanku semakin menarik.

Dalam kondisi bugil, Putri melakukan berbagai macam pose. Terakhir adalah pose dimana dia duduk mengangkang di depan kamera memperlihatkan celah vaginanya. Aku yang ikut melihatnya sampai harus mendekat untuk mendapatkan penglihatan yang lebih baik. Kapan lagi aku bisa melihat langsung seorang perempuan cantik memamerkan celah memeknya tepat dihapanku.

“Oke... makasih Putri... good job...” ujar om Julian sambil tepuk tangan.

Setelah mendapat pujian dari bosnya, Putri kemudian berjalan mendekatiku kemudian duduk pada kursi di sebelahku.

“Sukses ya Put..” kataku mengawali obrolan.

Meski aku sudah sering melihat perempuan bugil di rumah tapi itu kan saudaraku, yang ini lain. Dari dekat sekarang aku bisa melihat kulit Putri itu ternyata berwarna sawo matang, namun mulus dan terawat. Dadaku makin berdebar melihat ketelanjangan tubuhnya. Apalagi Putri sepertinya cuek dan tak berusaha menutupi kembali auratnya.

“Eh, iya makasih.. kerja sama orang profesional yang bikin hasilnya bagus” balasnya.

Setelah itu diapun sibuk berbincang dengan seorang anak buah om Julian. Rupanya mereka sedang mengevaluasi hasil pemotretan tadi. Aku kembali duduk sambil membuka smartphone milikku, siapa tahu ada panggilan dari kakak atau adikku.

“Fan.. kita pindah ke sana..” tunjuk om Julian pada satu sudut ruangan yang sudah diatur menyerupai pojok kamar mewah.

Aku bergegas membawa beberapa barang bawaan om Julian dan tak lupa kursi tempat duduknya. Entah kenapa aku berasa jadi anak buahnya juga.

“Ninda... ayo sayang.. udah siang nih..” kata om Julian agak kencang memanggil model berikutnya.

“Oke boss.. udah siap nih...” balas gadis yang bernama Ninda tadi.

Kali ini aku kembali terpana dengan penampilan seorang perempuan di depanku. Ninda kali itu memakai kimono berbahan satin, panjangnya pun hanya sampai bawah pantatnya. Aku yakin kalau Ninda menunduk pasti belahan pantat dan belahan memeknya pasti terlihat dari belakang. Namun saat itu kuperhatikan dia pakai celana dalam berenda warna putih juga. Sepertinya tema yang harus dia lakukan hari ini adalah warna putih.

Apa yang dilakukan oleh Ninda tak jauh beda dengan yang dilakukan Putri tadi. Pengambilan gambar dilakukan sampai dia benar-benar bugil di depan kamera. Menurutku tubuh Ninda ini lebih berisi daripada tubuh Putri. Payudaranya juga lebih montok dan menggembung. Puting susunya juga masih merah pucat. Beda dengan miliknya Putri yang kulihat sudah mulai coklat gelap. Atau mungkin warna puting perempuan itu dipengaruhi oleh warna kulitnya juga yah? Karena kulitnya Ninda memang lebih putih daripada kulit Putri.

Pesona Ninda ini semakin bertambah saat dia berada dalam posisi mengangkang memamerkan belahan vaginanya. Bagian kewanitaannya yang bersih tanpa bulu itu bagiku sangat menarik sekali, bahkan saking intens-nya aku melihat tak terasa batang penisku mendadak tegang tak tertahankan lagi. Belahan vagina Ninda nampak lebih tembem daripada milik Putri. Hanya saja bagian Labia Minora vagina Ninda sudah mulai menonjol keluar. Mungkin karena ada yang sering memakainya, hehe.

Pukul 11:30 siang, semua pekerjaan yang melibatkan dua model cantik itu sudah selesai. Mereka kembali berpakaian seperti mereka datang tadi pagi. Setelah ngobrol dengan om Julian akhirnya mereka pergi dari tempat itu karena mobil jemputan untuk mereka sudah datang. Tak lupa aku meminta nomor ponsel mereka secara pribadi, dengan alasan nanti aku bisa memanfaatkan keahlian mereka.

“Suka gak Fan kalo kamu kerja gini?” tanya om Julia saat kami duduk berdua sambil makan siang.

“Hehe... suka sih om, cuma kayaknya bukan passion-ku buat kerja di bidang ini” jawabku sesuai hasil pemikiranku.

“Iya lah.. om yakin juga begitu, memang darah bisnis papa kamu yang dominan Fan”

“Habis ini udah atau ada lagi sih om?”

“Hehe.. belum.. masih ada lagi... kali ini kamu pasti lebih seneng deh Fan” ujar om Julian sambil tersenyum penuh arti.

Selesai makan siang kami semua lanjut pindah ke sebuah ruangan yang cukup luas. Mungkin ukurannya sekitar 4X5 meter. Di dalam ruangan itu sudah ada sebuah tempat tidur yang berbentuk seperti meja, jadi tak ada pembatas pinggirannya. Di sekitarnya sudah ada beberapa kamera yang menyorot ke tengah tempat tidur itu. Aku hanya bisa menduga mungkin kali ini modelnya akan pose di atas ranjang itu.

Setengah jam berlalu tiba-tiba muncullah seorang gadis dengan memakai pakaian abu-abu putih. Gadis itu nampak cantik dalam balutan seragam SMA.

“Siang om...” ucap gadis itu pada om Julian.

“Eh, Dita.. siang juga... gimana? Script-nya udah kamu baca kan?” balas om ku.

“Udah dong om..”

“Oke.. ga da masalah yaa??”

“Siapp... saya pokoknya ikut om Boss aja” balas gadis berpakaian seragam SMA itu.

“Siap-siap aja deh kalo gitu...”

Gadis bernama Dita itu kemudian menuju ranjang yang ada di tengah ruangan dan duduk di atasnya. Semua kru yang ada langsung berusaha mengatur kamera dan pencahayaannya.

“Om.. itu beneran anak SMA yah?” tanyaku agak berbisik karena penasaran.

“Hahaha... ya enggaklah Fan... Dita itu temannya dua model yang ikut sesi pemotretan tadi.. tapi kalo ga salah sih umurnya sama kayak kamu..” balas om Julian.

“Ohh.. aku pikir beneran anak SMA, hehehe...”

“mang kenapa Fan?”

“Em, itu, wajahnya masih unyu-unyu gitu sih om” balasku, aku berharap om Julian tak mengetahui isi hatiku yang sebenarnya tertarik pada Dita.

“Kita di bisnis ginian harus hati-hati banget Fan, salah dikit bisa penjara urusannya, makanya kita pastiin modelnya harus udah dewasa, minimal 19 tahun lah..” jelas om Julian lagi.

“Iya om.. aku ngerti..”

“Dita itu anak baru lho Fan.. hehe... siapa tau kita dapat perawannya..”

“Hah!?” aku ternganga pada perkataan om Julian yang terakhir itu.

Dari awal aku bertemu dengan Dita entah kenapa ada rasa suka dalam hatiku. Kalau mau dijelaskan bakalan susah, tapi intinya wajah dan bodynya type aku banget.

“Oke standby....” teriak om Julian dari tempat duduknya, kemudian dia menganggukkan kepalanya.

"Hai semua... Dita di sini. Aku bakal nemanin kalian, pastinya bakal banyak hal yang bisa nyenengin kalian, tonton terus yah..." ucap Dita dengan wajah ceria dan tersenyum di depan kamera, diakhiri dengan mengedipkan mata kirinya dengan nakal.

“Oke Cut !!” teriak om Julian lagi.

Om ku itu langsung mendekati Dita kemudian mengarahkannya untuk tiduran miring bersandar pada bantal. Tak hanya itu om Julian juga membuka dua kancing baju Dita hingga membuat belahan payudaranya membayang dari balik seragam putih itu. Kemudian om ku juga menarik ke atas ujung rok abu-abu yang dipakai Dita sampai ke tengah pahanya. Ternyata Dita dalam posisi seperti itu seksi banget. Ugh, jadi gak sabar pengen mencicipinya, haha.

Ternyata maksud adegan yang diambil adalah Dita sedang santai di kamarnya sehabis pulang sekolah.

“Cutt..!!” teriak om Julian lagi menghentikan proses perekaman.

“Oke sekarang scene lanjutnya.. Dita.. pelan-pela aja sayang..” kata om Julian kemudian.

“Umm... om bos.. ini aku beneran harus bugil? Soalnya di script bilangnya gitu sih" tanya Dita yang masih berbaring di atas tempat tidur.

“napa? kamu masih malu ya? hehe... pakai ini aja" ujar om Julian sambil menyerahkan potongan stiker untuk menutupi puting dan plester untuk menutupi vagina.

Dita tak protes pada pemberian om Julian. Sepertinya baru kali ini dia akan telanjang di depan kamera, itulah kenapa dia terlihat gugup dan ragu. Gadis cantik itupun kemudian menuju ruang ganti dan beberapa lama kemudian dia datang lagi.

Perekaman kembali di mulai. Kini Dita berdiri membelakangi tempat tidur lalu mendekati kamera. Tangannya kemudian membuka kancing baju yang tersisa satu demi satu. Seakan dia mengajak para penontonnya untuk menikmati lepasnya kancing baju itu, benar-benar menggoda.

Karena Dita tak memakai bra, buah dadanya yang montok langsung terbuka jelas saat baju seragam putih itu lepas dari tubuhnya. Hanya kedua puting susunya saja yang tertutup stiker plastik berwarna sama dengan kulitnya. Entah kenapa aku jadi menahan nafas saat melihatnya? Ahh.. aku semakin horni.

Adeganpun dilanjutkan kembali. Dita perlahan-lahan melepaskan rok abu-abu yang dia kenakan tadi hingga bugil, hanya celah vagina dan putingnya saja yang tertutupi. Aku yakin Dita saat itu pasti merasa sangat malu. Karena baru kali itu dia memperlihatkan bagian tubuhnya sebanyak itu pada banyak pria sekaligus. Kuperhatikan beberapa orang di ruangan itu semakin horni juga melihat kondisi Dita sekarang yang sudah dapat dikatakan 99 % telanjang. Aku dapat melihat bagaimana bagian depan celana mereka sudah menonjol semua.

“Cutt..!!” potong om Julian lagi.

Dengan membawa sebotol minuman om Julian mendekati Dita yang kini duduk di pinggir tempat tidur.

“Kamu jangan gugup gitu dong sayang.. rileks aja, nih minum dulu biar tenang” ujar om Julian memberikan botol minumannya pada Dita.

“Ehmm.. makasih om..” balas Dita yang kemudian menenggak minuman itu sampai habis.

Semua kru istirahat sebentar sambil menunggu Dita agak rileks. Lalu kulihat salah satu anak buah om Julian mulai kebingungan. Dia langsung menuju om Julian yang duduk di sebelahku dengan membawa Hpnya.

“Bos... maap, pemeran laki-lakinya ga bisa datang nih...”

“What !?? apa kamu bilang??” raut wajah om Julian langsung berubah tegang. Sepertinya dia menahan amarahnya.

“Dari manajernya bilang dia ga mau datang karena minta kontrak ulang...”

“Huhh.. kurang gede ya uangnya? Okelah...” om Julian menghela nafas panjang.

“Apa.. apa... kita batalin dulu acara hari ini ya bos?”

“Berapa sih nilai kontraknya?”

“30 juta untuk 3 script..”

“Oke... Fan.. om kali ini minta tolong sama kamu.. plisss... kali ini aja..” ujar om Julian sambil menoleh padaku.

“Iya om.. gimana?”

“Kamu jadi pasangan Dita..”

“Wuaahh.. om becanda nih.. ga mungkin lahh om..” balasku tak percaya.

“Kenapa tidak? Badan kamu bagus, wajah kamu cakep.. kamu punya kontol kan?”

“Iya..iya.. bukan itu masalahnya om..”

“Udah jangan banyak omong kamu.. lekas kamu kesitu...” paksa om Julian sambil mendorongku mendekati posisi Dita.

“Yaahhh... beneran nih si om...” kataku masih tak percaya.

“Oke Dita.. sekarang Arfan jadi pasangan kamu... lakukan scene selanjutnya”

Dita yang melihatku berdiri di depannya melempar senyum manisnya padaku. Aku tahu dia pasti gugup, begitu juga aku. Rasanya aku bisa pingsan ini nanti.

"Sudah siap Dita?"

"Udah"

"Standby, Camera... roll... action"

Kamera mulai merekam. Dita mulai berakting layaknya cewek doyan ngentot. Gadis cantik itu mulai menggodaku dengan gerakan-gerakan nakalnya. Seperti gigit-gigit jari, mengulum jariku, sampai mengusap penisku dari luar celana.

"Ngentot yuk.. aku udah gak tahan nih... kocokin memek Dita yahh... aku pengen digenjotin keras-keras juga" kata Dita memulai dialog aktingnya. Aku yang tak tahu apa-apa hanya bisa tersenyum memandangnya.

Walau mungkin hanya akting saja, entah kenapa aku merasa Dita sangat mendalaminya, seakan itu adalah betul-betul dirinya. Mendengar ucapannya barusan sepertinya aku terpancing jadi semakin horni. Ku yakin semua laki-laki di sini juga demikian.

Kami berdua masih sama-sama berdiri di samping ranjang. Tubuhku mulai disentuh dan digerepe-gerepe olehnya. Aku bingung antara harus merasakan takut dan nikmat saat ini. Suasana semakin memanas saat tangan Dita mulai menelanjangi tubuhku. Kuperhatikan tangannya bergetar saat menelanjangi tubuhku, membuka kemejaku sampai menurunkan celana jeans yang kupakai. Akupun nurut-nurut saja saat dia mulai melepaskan pakaian yang ku kenakan satu-persatu. Kini aku sudah telanjang bulat dengan batang penis yang tegak mengacung bekedut-kedut.

Adegan selanjutnya kami saling bercumbu di atas ranjang, bahkan sampai berpelukan erat. Aku terkejut saat dia mencium bibirku, walau akhirnya aku juga membalas ciumannya tersebut dan kamipun saling membelit lidah. Kurasakan semakin lama Dita semakin mengganas. Sepertinya rasa ragu-ragu dan gugup di pikirannya sudah mulai hilang tergantikan nafsu yang membara.

Puas saling berciuman, aku lalu mengambil inisiatif menurunkan posisi tubuhku hingga kepalaku kini berada tepat di depan selangkangannya. Dita sempat terkejut saat aku mulai menjilati permukaan vaginanya yang masih tertutupi plester hingga ke sekitar anusnya. Aku yakin dia pasti keenakan saat lidahku menari-nari di sana, meskipun tidak menjilati vaginanya secara langsung.

“Aaaahhhh...!!” Tidak perlu waktu lama, Dita akhirnya orgasme.

"Ayo sayang.. jilatin punyaku juga dong" perintahku sambil berdiri dan mengarahkan batang penisku pada mulutnya. Aku sudah tak mempedulikan Dita yang baru saja klimaks.

Dita yang sudah horni hanya bisa nurut saja. Dia mengabulkan permintaanku sambil tersenyum manja. Sekarang gantian dia mengulum penisku yang sudah tegak mengeras ini. Sesekali aku melirik ke arahnya dan dibalasnya dengan senyuman manis. Dita kini bertingkah persis layaknya cewek doyan kontol. Aku rasa dia sudah tidak sedang berakting lagi sekarang.

Adeganpun berlanjut. Sekarang aku berbaring terlentang dan Dita duduk di atas pinggangku. Celah vaginanya tepat berada di depan penisku. Perlahan-lahan dia mulai menggoyangkan pinggulnya sehingga vaginanya dan penisku kini saling beradu dan bergesekan, menimbulkan sensasi yang luar biasa. Rangsangan ini begitu hebat, membuat Dita semakin gelisah dan mulutnya mendesah-desah.

"Bang, plesternya dilepas aja yah?" pinta Dita padaku.

"Kenapa? Biar lebih enak ya? Buka aja.." kataku menyetujuinya.

Aku yakin Dita ingin merasakan nikmat yang lebih. Dia pasti ingin vaginanya bisa bersentuhan langsung dengan permukaan penisku, tanpa dibatasi apa-apa lagi. Setelah Dita melepaskan plester itu, dia juga malah melepaskan tempelan yang menutupi putingnya tanpa aku minta. Sekarang Dita bugil total di hadapan semua orang yang ada dalam ruangan.

Gadis cantik bertubuh ramping itu kembali duduk dipangkuanku. Dia goyangkan lagi pinggulnya, bahkan semakin lama goyangannya semakin kencang dan semakin menjadi-jadi. Aku sudah ingin sekali menyetubuhinya, bahkan ujung penisku beberapa kali hampir terselip masuk ke dalam liang vaginanya. Entah kenapa gerakan pinggul Dita sedikit berubah, membuat peluang penisku bisa secara langsung masuk ke dalam vaginanya semakin besar, tapi ternyata belum terjadi juga.

“Emmmpphhhh.. aarrgghhh...” jeritnya.

"Ada apa sayang?" tanyaku mesra, pura-pura tak mengerti kalau birahi telah menguasainya.

“Ngh? Itu... a-anu..." jawabnya bingung, harusnya dia tinggal bilang saja mau dientot sekarang juga.

“Kamu mau disetubuhi? Kamu mau merasakan tusukan penisku kan?" tanyaku sambil tersenyum mesum.

“I...itu... Iya bang!! pliss... entotin Dita bang! Aku udah gak tahan... pliss..." jawabnya cepat tanpa menungguku bertanya dua kali. Dita sepertinya sudah kehilangan akal.

“Akhirnya... beneran nih Dita mau dientotin?" tanyaku menggodanya.

“Iya bang.. Dita mau dientotin!! Sekarang!! Dita mohon... genjot memek Dita sekarang" ujarnya tanpa malu sambil tetap menggesekkan celah vaginanya pada penisku lebih kencang.

“Silahkan sayang... bikin enak memek kamu..” balasku memandangnya mesra.

Vagina Dita diposisikan tepat di depan penisku. Perlahan dia mulai menurunkan tubuhnya, membuat penisku masuk sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya. Kulihat wajahnya meringis, aku yakin saat ini rasa sakit mulai terasa di pangkal pahanya, tapi rasa horni yang dia rasakan jauh lebih besar hingga membuat Dita nekat meneruskannya. Pada akhirnya seluruh permukaan penisku masuk ke dalam liang senggamanya. Aku sempat merasakan ujung penisku menabrak sesuatu di dalam vaginanya, sepertinya memang benar Dita masih perawan. Saat kulihat memang ada darah di bawah sana.

Dita semakin cepat menaik-turunkan tubuhnya. Rasa sakit saat selaput daranya jebol tadi mungkin sudah tak terasa. Dia sekarang menjelma sebagai gadis yang binal. Liang vaginanya melahap penisku habis-habisan. Apa Dita sudah kehilangan akal sehat? Atau apakah ini memang dirinya yang sebenarnya? Aku juga tidak tahu.

"Kamu suka ya sayang dientotin gini?" tanyaku sengaja menggodanya.

"Iya, aaah... a-aku... suka... genjot Dita lebih keraaaas... Ahhh.." racaunya.

"Hahahaha... kamu memang binal sayang" tawaku merasa bangga.

Aku dan Dita sudah larut dalam nikmatnya irama persetubuhan kami. Aku sudah tak lagi mempedulikan orang-orang di situ, termasuk om Julian yang kini hanya menonton aksi kami. Kurasa durasi rekamannya sudah terlewati tapi kami belum selesai juga. Dita benar-benar gadis yang liar dan binal. Rasanya dia selalu tak puas meski sudah beberapa kali orgasme. Gerakan tubuhnya terus memaksaku untuk terus bisa memuasi. Akhirnya kami beberapa kali harus ganti posisi dan gaya, hanya supaya tidak bosan dan bisa terus saling memberi kenikmatan.

“Ahhh... sampai.. aku sampaaaaaaiiiii..." jerit Dita dibarengi dengan spermaku yang tumpah dengan banyaknya. Ku tekan dalam-dalam pinggulku, mengunci penisku itu di vaginanya agar tetap menembak rahimnya dengan pejuku sampai habis.

“Aaaaaahhh...” tubuh Dita ambruk di atas tubuhku.

“Enak yah sayang memek kamu dipejuin? Hehehe.." godaku.

“Ahh.. Enak banget.. sumpah.. ahh..." jawabnya tersenyum manis.

"Wah, jadi gak sabar nih pengen ngentotin memek kamu lagi, hehe... kamu mau kan jadi pacarku?”

“Hem!? Yakin kamu?” tanya Dita balik sambil menunjukkan wajah imutnya.

“Yakin dong...”

“Umm.. gimana yah... boleh deh... soalnya aku juga ketagihan sama kontol kamu, hihi.. ukurannya mantab sih” balasnya.

Betapa beruntungnya aku hari itu. Secara tak sengaja akhirnya aku dapat seorang pacar yang cantik, imut, manis dan paling penting bisa diajak ngentot sampai puas.

“Fan.. ga nyangka ternyata ponakan om satu ini mantab juga maennya” kata om Julian padaku.

“Ahh.. om bisa aja.. hehe.. eh, tapi ntar videonya di upload di mana?”

“Hahaha.. tenang aja Fan, ini video pesanan khusus.. tak usah aku bilang siapa yang pesan, yang penting itu uangnya...”

“Hehe.. iya om...”

“Oiya.. sebentar nanti om pulang sama anak buah om aja yah.. trus jangan lupa kapan-kapan ajak Amira ke rumah om... kamu pasti tahu kapan waktunya..”

“Maksudnya gimana om?”

“Sudahlah, nanti kamu akan tahu sendiri”

Akhirnya setelah selesai membersihkan badanku dan memakai kembali pakaianku, kutinggalkan tempat itu dengan perasaan bahagia. Aku pulang bersama seorang gadis cantik nan seksi yang statusnya kini adalah pacarku.

“Dita sayang...”

“Iya Arfan sayang..”

“I Love u”


***

Bersambung lagi ya Gaes ^_^
Nyeduh kopi dulu hu... ☕ biar turun dlu ni tensi 🤣😂
 
mantapp mantaap mantappppppppp.... ceritanya bagus, ada unsur lain2 yang dimasukkin... jadi rameeeee
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd