Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT KEMBANG KAMPUS (collab with @killertomato)

Siapa tokoh perempuan favorit kalian d cerita ini?

  • Safira

  • Yasmin

  • Indira

  • Laras

  • Amira

  • Naura


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
Part 2: Dosen Muda

Saat mobil BMW yang dikendarai Arga memasuki gerbang utama Universitas Jaya Abadi, tepat di belakangnya ada sebuah mobil mungil berwarna merah yang masuk kategori low cost green car (LCGC) yang kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia mungkin jadi mobil murah ramah lingkungan. Meski disebut seperti itu, tetapi mayoritas pemilik mobil tersebut sejujurnya hanya peduli pada unsur murahnya dibanding ramah lingkungan.

Di dalam mobil bermerek Toyota tersebut ada seorang perempuan cantik berusia 28 tahun yang sedang asyik menatap layar smartphone. Ponsel itu sendiri sedang menampilkan fitur kamera depan, bukan untuk mengambil potret selfie, tapi hanya mau memastikan kerapian penampilan saja, terutama kerudung yang ia kenakan.

Di samping sang wanita berhijab ada seorang pria yang sedikit lebih tua darinya sedang fokus mengendalikan kemudi mobil. Ia melirik ke arah mobil BMW di depannya yang kemudian berbelok masuk ke area Gedung 2.

“Mobil BMW di depan itu punya mahasiswa kamu?” Tanya sang pria saat mobil yang berada tepat di depannya berbelok ke arah Gedung 2.

Itu adalah pertanyaan yang wajar, karena sang perempuan memang bekerja sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, yang terletak di Gedung 2. Apabila tidak ada agenda untuk mampir ke gedung lain, mereka pun seharusnya berbelok ke lahan parkir di gedung tersebut.

Sang perempuan yang duduk di kursi penumpang mengalihkan sejenak perhatiannya dari layar smartphone ke mobil BMW yang disebutkan oleh pria di sampingnya. “Sepertinya itu mobil Arga, mahasiswa jurusan manajemen.”

“Manajemen kan Fakultas Ekonomi Bisnis, seharusnya di Gedung 3 dong?”

“Paling-paling dia nganterin pacarnya dulu, si Safira, mahasiswiku yang jadi kembang paling populer di kampus ini. Yah kira-kira sama kayak kamu yang lagi nganter aku ini, Mas,” jawab sang perempuan sambil mengelus pipi pria di sebelahnya dengan mesra. Terlihat ada cincin kawin berwarna perak yang tampak sederhana melingkar di jari manis perempuan tersebut.

“Masih muda bawaannya udah keren. Kapan ya kita bisa punya mobil sebagus itu? Masa kalah jauh mobil dosen dibanding mahasiswanya,” gumam sang pria.

“Mulai deh, banding-bandingin diri sendiri sama orang lain. Gak baik seperti itu, Mas. Lebih baik fokus sama kebahagiaan kita sendiri saja, kebahagiaan dan kemewahan itu tidak segaris. Toh mobil kita juga sudah cukup bagus,” ujar perempuan cantik yang hari ini mengenakan jilbab berwarna krem dan kemeja lengan panjang berwarna merah menyala tersebut. “Lagipula kampus ini kan memang terkenal mahal, jadi yang kuliah kebanyakan memang anak orang kaya. Makanya Mas doakan saja aku cepat jadi dosen senior, biar gajiku juga bisa cepat naik terus aku dapat sertifikasi dosen juga dari Dikti, hee.”

“Aminn …” ujar sang pria mendoakan.

MEF83KE_t.png


Perempuan yang terdengar sangat bijak tersebut bernama Yasmin Wulandari, seorang dosen mata kuliah Hubungan Masyarakat di jurusan Komunikasi Universitas Jaya Abadi, yang terkenal di kota tersebut sebagai Universitas Ungu.

Yasmin merupakan anak tunggal dari keluarga yang tidak bisa dibilang berada. Ia berhasil menjadi dosen di salah satu kampus prestisius di kota tersebut berkat kecerdasannya yang memang di atas rata-rata, dan latar belakang pendidikannya sebagai lulusan Universitas Negeri terbaik di tanah air.

Di sebelahnya ada Ferdian Jayadi, suami yang baru dinikahinya sebulan lalu. Karena itu, mereka masih tampak begitu mesra layaknya pengantin baru yang lain, meski dalam kondisi ekonomi yang serba pas-pasan.

Ferdian sebelumnya bekerja sebagai petugas maintenance listrik di sebuah gedung perkantoran. Namun karena minimnya tenant di gedung tersebut, membuat tempatnya bekerja harus merumahkan beberapa karyawan, dan Ferdian termasuk salah satu yang dipecat sekitar setahun yang lalu. Saat itu, ia benar-benar kalut karena baru saja melamar sang kekasih dan ingin segera melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Untungnya, Yasmin merupakan sosok tunangan yang pengertian. Ia dengan setia mendengarkan keluh kesah sang pasangan tentang kantornya yang seperti tidak punya rasa terima kasih karena hanya memberikan pesangon dua kali gaji. Perempuan tersebut pun meyakinkan Ferdian untuk tidak emosi, dan mulai fokus mencari sumber penghasilan baru.

“Tidak usah memikirkan tentang biaya pernikahan Mas, kita cuma ijab kabul di Kantor Urusan Agama (KUA) pun aku rela, asal bisa sama kamu,” ujar Yasmin saat itu.

Kata-kata itu berhasil membangkitkan semangat Ferdian, yang akhirnya banting setir sebagai pengemudi transportasi online. Yasmin bahkan sampai mengambil pinjaman di koperasi kampus sebagai DP untuk membeli mobil baru, karena platform transportasi online memang tidak membolehkan mitra mereka untuk menggunakan mobil yang sudah berusia lebih dari lima tahun. Untuk cicilan tiap bulan, mereka berdua sepakat untuk mengambilnya dari penghasilan Ferdian setiap hari. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari, gaji Yasmin di kampus merupakan sumber utamanya. Semua itu mereka lakukan bahkan sebelum keduanya resmi menikah.

Perjuangan mereka mencapai titik puncak saat Ferdian mengucapkan ijab kabul di depan penghulu sebulan yang lalu. Seperti komitmen mereka sebelumnya, tidak ada pesta besar untuk merayakan hari penting tersebut. Uang tabungan yang seharusnya untuk biaya pesta mereka alihkan untuk mulai mencicil sebuah rumah kecil yang lokasinya tidak jauh dari tempat Yasmin bekerja.

Setiap pagi, Ferdian biasanya akan mengantar sang istri berangkat ke kampus, dan menjemputnya lagi di sore hari apabila dia tidak berencana untuk lanjut mencari penumpang.

“Jadi kamu mau ketemu Indira dan Sofyan di mana?” Tanya Ferdian sambil menyebut nama dua teman akrab istrinya yang juga menjadi dosen di Universitas Jaya Abadi.

“Kata Indira sih disuruh ngumpul di Gedung 1 saja, tempatnya dia.”

“Oke deh,” jawab Ferdian sambil mengarahkan mobilnya ke gedung tempat Fakultas Ilmu Komputer berada. Mereka pun sampai tak lebih dari lima menit kemudian.

“Nanti sore bisa jemput, Mas?” Tanya Yasmin sambil bersiap untuk turun.

“Lihat nanti ya, aku kabarin lewat WhatsApp aku bisa jemput atau tidak. Takutnya pas ada penumpang atau posisiku terlalu jauh dari sini.”

“Oke deh,” ujar Yasmin sambil mengecup bibir suaminya dengan lembut. Tangannya yang halus pun menempel erat di pipi Ferdian, yang kemudian membalas ciuman tersebut dengan penuh cinta. Saat terlepas, senyuman tulus penuh rasa sayang terlukis di wajah sang wanita jelita. Dengan manja Yasmin berucap lirih, “bye suamiku tercinta.”

“Bye istriku tersayang.”

Namanya juga pengantin baru. Sedang panas-panasnya.

Setelah berpisah dengan suaminya, Yasmin langsung berjalan menuju kantin yang berada di lantai dasar Gedung 1. Kantin tersebut sangat mirip dengan kantin yang berada di Gedung 2, karena ya memang semua bangunan di kampus tersebut dibangun dengan struktur yang serupa supaya seragam dan setema. Hanya jenis-jenis penjual makanannya saja yang berbeda dari tiap kantin.

Di depan tukang siomay, terlihat seorang perempuan berjilbab yang mengenakan kacamata sedang mengobrol dengan pria yang seumuran dengan dia. Keduanya tampak jauh lebih dewasa dari pengunjung lain di kantin tersebut yang didominasi oleh para mahasiswa. Yasmin pun langsung menghampiri mereka.

“Halo, guys … lagi ada gosip apa nih hari ini?” Ujar Yasmin begitu sampai di dekat kedua sahabatnya tersebut. Ia pun langsung mengambil tempat duduk di samping sang perempuan.

“Biasa, say. Topic of the week masih didominasi event Entrepreneurship Day minggu depan,” ujar perempuan cantik di sebelahnya yang hari ini mengenakan pakaian serba biru dari atas ke bawah.

“Lho, bukannya semua sudah beres yah? Semua brief untuk publikasi sudah aku berikan ke kamu kan, atau masih ada yang kurang?” Tanya Yasmin, yang menempati posisi sebagai Seksi PR dan Keuangan untuk acara tersebut.

“Udah sih. Tapi kalau boleh jujur, asli aku rada keteteran karena seperti harus mengerjakan semuanya sendiri. Untungnya sekarang sudah hampir selesai, tapi gak tahu deh nanti untuk publikasi dan dokumentasi saat acara berlangsung dan setelahnya akan seperti apa,” jawab perempuan bernama Indira yang ditugaskan untuk memimpin Seksi Dokumentasi dan Publikasi.

MEF83KG_t.png


“Bukannya kamu sudah dapat tenaga bantuan? Dapat asisten? Siapa tuh namanya? Andrew ya kalau gak salah?”

“Judulnya doang tenaga bantuan, ujung-ujungnya aku juga yang harus ngerjain sendiri. Dia itu mahasiswa tingkat akhir, tapi dikasih brief untuk bikin desain dan konten sepertinya gak paham-paham. Ya aku paham sih, background dia bukan DKV tapi biasanya kalau bikin UI/UX tidak selemot ini. Ini sih antara memang dianya tidak paham atau beneran males.”

“Lah. Emangnya dulu gimana ceritanya malah dia yang disuruh bantuin kamu, say?”

“Ya, karena dia anaknya Pak Agustinus Santoso, itu tuh yang bawa e-commerce warna oranye yang terkenal itu buat jadi sponsor utama acara minggu depan.”

“Oalaaaah iya, aku baru ingat,” ujar Yasmin. Dia sebenarnya ingin sekali membantu rekannya tersebut, tetapi tidak banyak yang bisa ia lakukan karena saat ini pekerjaannya juga sudah sangat banyak.

“Mestinya aku minta anak Komunikasi aja, mahasiswa lo tuh Yas. Diajarin dikit pasti langsung bisa bikin konten-konten begini,” lanjut Indira sambil mendengus kesal. Sesaat ia tampak membetulkan posisi kacamata di atas hidungnya, yang membuat wajah cantiknya menjadi kian imut.

Meski matanya minus, Indira cenderung enggan mengenakan kacamata seperti sekarang. Itulah mengapa ia terlihat sedikit canggung apabila mengenakan alat bantu melihat tersebut. Di hari-hari biasa, terutama saat mengajar, perempuan itu biasanya lebih memilih untuk memakai lensa kontak.

“Sudah-sudah, yang penting publikasi pra-acara sudah selesai semua kan? Untuk yang pasca-acara nanti aku carikan mahasiswa yang bisa bantu kamu, deal?”

“Ihh, emang Yasmin teman aku yang paling baik,” raut wajah Indira pun langsung berubah. Ia pun langsung memeluk sahabatnya tersebut.

“Udah lepasin, nanti akunya benyek kayak rempeyek,” ujar Yasmin sambil tertawa.

“Tapi aku penasaran deh. Setahu aku yang namanya kepanitiaan acara, setiap seksi itu biasanya diisi oleh beberapa orang. Ini kok malah setiap seksi cuma ada satu atau dua orang aja sih?” Tanya Indira lagi.

“Kalau yang disampaikan Pak Banu Dekan aku sih, Pak Dar meminta langsung supaya kepanitiaan tahun ini tetap ramping. Sewaktu semua Dekan dan Kaprodi diajak rembugan untuk rapat, Arga yang jadi Ketua Panitia pun ikut dipanggil oleh pak Rektor dan diminta melakukan hal yang sama. Alasannya selain karena faktor biaya, Pak Dar juga meyakini kalau skala acaranya tidak terlalu massive jadi tidak perlu terlalu banyak orang untuk mengurus acara yang cuma satu hari ini, small event lah ini,” jawab Yasmin. “Kalau kamu sendiri bagaimana Sofyan? Urusan perlengkapan dan konsumsi lancar kan?”

Pria bernama Sofyan yang sehari-hari bekerja sebagai dosen mata kuliah akuntansi tersebut pun langsung pucat. Tanggung jawabnya sebagai Seksi Perlengkapan dan Konsumsi benar-benar membuatnya pusing selama beberapa hari terakhir.

“Hmm, untuk perlengkapan sih sudah oke. Vendor untuk booth dan yang lainnya sudah aku bayar DP-nya, tinggal ditunggu pemasangannya sebelum hari H aja.”

“Lalu untuk konsumsi?”

“Nah, ini dia yang jadi masalah. Vendor catering yang aku hubungi itu mendadak gak bisa memenuhi pesanan kita, karena katanya satu kantor kena virus semua. Aku sudah coba cari catering lain, tapi mereka semua menolak karena waktunya mepet cuma sisa seminggu,” ujar Sofyan. “Hari ini aku mau cari lagi sih Yas, tapi kalau melihat pengalaman kemarin-kemarin kok ya aku jadi pesimis.”

“Hmm, seingat aku bukannya istri kamu itu juga jago masak ya? Dia bukannya punya akun Instagram apa itu namanya?”

“Dapur Laras.”

“Nah iya, betul. Dapur Laras. Kenapa gak kamu suruh istri kamu aja yang masak untuk konsumsi acara nanti?”

“Err, bisa saja sih. Tapi memangnya boleh?” Sofyan coba memastikan saran Yasmin tersebut. Ia khawatir dianggap menyalahi aturan apabila dana untuk acara kampus justru mengalir ke istrinya sendiri.

“Kalau kondisi biasa sih lebih baik jangan. Tapi ini kan kondisi darurat, jadi ya mau bagaimana lagi? Daripada nanti semua panitia dan pengunjung komplain karena kelaparan. Kalau memang ada yang nyinyir atau mempermasalahkan, nanti biar aku yang pasang badan.”

“Oke deh, nanti aku tanya dulu sama Laras, seharusnya dia mau sih,” jawab Sofyan.

Dalam hati, dia mengagumi bagaimana Yasmin yang baru mendengar permasalahan itu untuk pertama kalinya, langsung mendapatkan solusi yang efektif. Sofyan sendiri sudah memikirkan hal itu sejak beberapa hari, tetapi tidak kunjung menemukan jalan keluar yang berarti.

Yasmin, nama tersebut sudah menghiasi relung hati Sofyan Pratama sejak lama, tepatnya sejak ia masih duduk di bangku kuliah. Pria tersebut memang menempuh pendidikan di Universitas negeri yang sama dengan Yasmin, meski berbeda jurusan. Karena itu, mereka sebenarnya tidak saling mengenal satu sama lain. Namun karena Yasmin begitu aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan, Sofyan pun diam-diam mulai tertarik padanya.

Sayang, saat itu Yasmin telah berpacaran dengan Ferdian, yang kini resmi menjadi suaminya. Dalam hati, Sofyan sering bertanya-tanya mengapa Yasmin memilih pacar yang menurutnya “tidak sepadan” secara akademis. Berbeda dengan mereka berdua, Ferdian memang hanya tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang langsung bekerja setelah lulus. Sampai sekarang, pria itu belum melanjutkan pendidikan sehingga kariernya seperti tertahan.

Sofyan sering menyebut-nyebut nama Yasmin dalam hati, meski tidak pernah mengungkapkan perasaannya tersebut kepada siapa pun. Satu-satunya kesempatan ia benar-benar mengungkapkan rasa cintanya kepada perempuan berjilbab itu adalah saat ia tengah sendirian di kamar mandi dan mengelus-elus kemaluannya sambil membayangkan Yasmin naik turun di atasnya. Aktivitas masturbasi itu bahkan masih terus berlangsung hingga sekarang, di saat mereka berdua sudah menikah dengan pasangan masing-masing.

Tidak sabar menunggu Yasmin putus dengan Ferdian, Sofyan akhirnya mencari gandengan baru. Pilihannya jatuh pada Laras Kinanti, yang merupakan adik angkatannya di jurusan Ekonomi. Keduanya membangun hubungan cinta sejak masa perkuliahan, dan memutuskan untuk menikah dua tahun lalu. Sayangnya, hingga kini mereka belum diberi kepercayaan oleh Yang Maha Kuasa dengan kehadiran seorang buah hati, meski pasangan tersebut sudah sangat menginginkannya.

Saking inginnya Laras membangun rumah tangga yang ideal, perempuan tersebut bahkan sampai rela meninggalkan pekerjaannya di sebuah bank swasta. Ia berharap setelah keputusan itu dirinya bisa lebih intens melayani sang suami, baik dalam urusan perkara rumah seperti memasak, mencuci baju, dan membersihkan rumah, hingga perkara ranjang. Namun, hasil yang ia dapatkan ternyata belum sesuai yang ia harapkan.

Meski begitu, Laras bukan tipe perempuan yang cepat menyerah akan keadaan. Sempat bosan karena hanya bisa menghabiskan waktu di dalam rumah, perempuan berparas manis tersebut mulai membangun branding di Instagram untuk memperkenalkan kemampuan memasaknya yang memang di atas rata-rata. Hal ini sudah berjalan selama sekitar enam bulan terakhir. Sebelum memulai, tentu ia meminta izin terlebih dahulu kepada Sofyan sang suami, yang akhirnya memberi restu setelah Laras mengajukan berbagai alasan positif.

Sejak saat itu, jumlah follower Laras di Instagram pun bertambah, demikian juga dengan jumlah orang yang memesan makanan dan kue buatannya secara online. Sofyan pun bahagia melihat istrinya bersenang-senang dengan dunia baru tersebut, apalagi hal itu mendatangkan rezeki tambahan untuk keluarga kecilnya.

Satu hal yang tidak diketahui Sofyan adalah banyak pengikut sang istri di media sosial yang sebenarnya tidak peduli dengan kemampuan memasak Laras. Mereka memang rajin menonton setiap video yang diunggah sang perempuan cantik tersebut, tapi fokus mereka justru pada suara Laras yang seperti sedang mendesah dan pakaiannya yang membentuk tubuhnya yang seksi.

“Oke, sekarang urusan Entrepreneurship Day sudah selesai, mari fokus pada diskusi utama kita,” ujar Yasmin sambil tersenyum usil. Diam-diam, ia melirik ke arah perempuan di sebelahnya.

“Diskusi utama apa?” tanya Sofyan yang kebingungan.

Yasmin kemudian menolehkan badan ke samping. “Eh, Ra, jadi kapan kamu meresmikan hubungan dengan Mas Ahmad itu? Hee. Aku lihat foto-foto di Instagram udah semakin mesra aja kalian berdua, tinggal tunggu waktu buat keluarnya foto-foto pre wed nih.”

“Ihh, kirain apa …! Aku sudah serius-serius dengerin, kirain mau ngomongin apa,” perempuan berkacamata di samping Yasmin pun langsung menghindari tatapan sang sahabat dan kembali menyeruput es teh manis miliknya di atas meja. Senyum terbias di wajahnya yang ayu.

“Lho, ini kan juga masalah serius. Sudah lama kan kita pengen si cantik Indira untuk dapat gandengan dan naik ke pelaminan. Iya nggak, Sof?”

Sofyan pun tertawa melihat interaksi kedua dosen cantik di hadapannya. “Sudah lah Yas, kalau orangnya masih belum mau terbuka ya jangan dipaksa.”

“Tuh, dengerin. Jadi orang tuh yang pengertian dikit kayak Sofyan,” ujar Indira yang merasa mendapat pembelaan. “Pandai memahami situasi.”

Namun Sofyan justru melanjutkan ucapannya dengan kata-kata yang menohok. “Tapi kalau sama temen sendiri gak mau terbuka sih rasa-rasanya sedikit kebangetan, aku juga lihat fotonya di Instagram udah bareng-bareng sama keluarga calon mertua. Akrab banget kelihatannya. hahaa.”

Yasmin pun tertawa mendengar serangan balik tersebut, sedangkan Indira hanya bisa tersenyum kecut.

“Tapi bener deh, Indira. Kasih kita satu aja informasi kecil tentang hubungan kalian. Setelah itu kita gak akan nanya-nanya lagi. Iya kan, Yas?” Ujar Sofyan memberikan solusi, yang diikuti oleh gerakan kepala Yasmin naik turun. “Kalau memang sudah tahap serius yang final, kan kami juga ikut mendoakan dan mendukung.”

Indira menghela nafas. Ia tahu bahwa ia tidak akan bisa menghindar dari topik ini untuk waktu yang lama. Karena itu, ia menganggap apa yang dikatakan Sofyan memang cukup masuk akal.

“Oke, jadi apa yang mau kalian ketahui?” Ujar Indira mengalah. “Memang dasar kepo akut kalian ini.”

Yasmin tertawa renyah, “Nah gitu dong. Kami cuma pengen tahu aja, kok. Mas Ahmad pernah gak sih bilang kapan dia bakalan nikahin kamu?”

“Ya, sebenarnya sudah, tapi …”

“Tapi apa? Kalau sudah, jadi kapan dia rencana mau nikahin kamu? Tahun depan, bulan depan, atau jangan-jangan minggu depan?”

Indira mencibir cemberut. “Ish. Nanya-nanya mulu neh Bu Dosen, lama-lama balik ke kantor aja deh. Memangnya ini sidang skripsi?”

“Hahaa, iya maaf. Jangan keseringan jutek dong nanti cantiknya hilang, hee. Yuk, cerita yuk,” ujar Yasmin dengan nada memelas, yang berhasil membuat hati Indira luluh.

“Ya, Mas Ahmad sudah pernah bilang kalau dalam waktu dekat dia bakal menemui Papa Mama buat meminang aku secara resmi, terus membawa hubungan kami ke pernikahan. Tapi dia masih belum bisa memastikan kapannya karena kalau sekarang bisnis yang dia geluti sedang dalam titik puncak, dan kesempatan itu sayang untuk dilewatkan,” jelas Indira. “Jadi sepertinya janjinya belum akan terealisasi dalam waktu dekat.”

“Memangnya dia bisnis apa toh?” Tanya Sofyan.

“Kalau gak salah sih trading nikel gitu.”

Jawaban Indira tersebut pun membuat Sofyan terkejut. “Nikel? Widih! Banjir cuan dong ya Mas Ahmad. Kalian tahu gak? Akhir-akhir ini nikel jadi komoditi populer. Nikel kan bahan baku baterai buat kendaraan listrik,” ujarnya.

Yasmin pun hanya bisa tersenyum mendengarkan hal itu. Dalam hati, ia merasa sedikit iri akan Indira yang mempunyai kekasih kaya raya, sedangkan suaminya sendiri untuk mendapatkan uang untuk cicilan mobil mereka saja harus banting tulang mencari penumpang hingga larut malam.

“Kamu tidak masalah dengan hal itu, Ra?” Tanya Yasmin. Ia seperti ingin meyakinkan bahwa sahabatnya tersebut sedang dalam keadaan baik-baik saja.

“Ya, kalau ditanya bermasalah atau tidak, tentu masalah. Mana ada perempuan yang mau digantung seperti ini kan?” Jawab Indira. “Namun aku lihat sisi positifnya saja. Sekarang aku hanya ingin fokus ke pekerjaan di kampus ini saja. Nanti juga kalau waktunya tepat, takdir pasti akan memudahkan jalanku ke pernikahan dengan Mas Ahmad.”

“Huu, semangat ya sayangkuuu …” ujar Yasmin sambil menghambur dan memeluk sahabat baiknya tersebut.

Indira Nur Aisyah memang telah menjadi sahabat Yasmin sejak mereka bersama-sama menempuh pendidikan tinggi. Perempuan tersebut mengambil jurusan Teknik Informatika, berbeda dengan sang sahabat yang mengambil jurusan Komunikasi. Namun keduanya saling mengenal karena pernah tinggal di rumah kos yang sama.

Persahabatan mereka pun makin erat saat keduanya sama-sama diterima sebagai dosen di kampus swasta yang sama. Di Universitas Jaya Abadi ini, mereka kemudian bertemu dengan Sofyan yang ternyata juga berasal dari Universitas negeri yang sama dengan mereka. Sejak saat itu, ketiganya pun sering nongkrong di kantin dan saling mengobrol seperti sekarang.

Latar belakang keluarganya yang cenderung konservatif, membuat Indira seperti enggan untuk berpacaran layaknya kebanyakan anak muda yang lain. Karena itu, meski mempunyai paras yang ayu, ia belum pernah sama sekali punya pengalaman menjalin cinta dengan lawan jenis. Dari orang tuanya, Indira akhirnya berkenalan dengan seorang pria yang bernama Ahmad Fathullah.

“Eh, sudah jam berapa ini, aku mesti balik ke Gedung 2 buat ngajar,” ujar Yasmin tiba-tiba.

“Oh iya, aku juga harus balik ke Gedung 3,” sahut Sofyan.

“Ya sudah, hati-hati ya kalian. Kalau aku sih gak ada kelas pagi, jadi masih santai. Ketemu lagi nanti siang ya, guys. Kabarin aja kalian mau maksi di mana.”

Yasmin, Indira, dan Sofyan pun melambaikan tangan dan berpisah ke tiga penjuru. Ketiga dosen yang saling bersahabat tersebut berjalan ke arah yang berbeda.

Mereka tidak sadar bahwa ada seorang pria yang memperhatikan ketiganya dari jauh, dan sempat mendengar sedikit apa yang mereka bicarakan. Meski semuanya menarik, tetapi ada cerita dari salah satu dari mereka yang paling mencuri perhatiannya.

“Lapor, Pak. Saya sudah selesai, mungkin kita bisa kembali ke mobil untuk langsung menuju kantor?”

Pria tersebut kaget ketika ada seseorang yang mengenakan kemeja safari berwarna hitam tiba-tiba saja menghampirinya.

“Jabang bayi!!” sergah pria tersebut. “Ya ampun, Jon! Ngagetin ae! Yok opo seh kowe iki? Apa-apaan sih kamu!?”

“Hee. Maaf, Pak.” Pria yang dipanggil Jon cengengesan sembari garuk-garuk kepala yang tidak gatal, “Mo-mohon maaf juga karena tiba-tiba saya kebelet untuk buang air kecil di tengah tugas. Asli, Pak. Saya bener-bener ga tahan. Udah di ujung banget, Pak.”

“Hayah. Kamu kok ya masih kaku aja. Kapan toh saya pernah marah sama bawahan cuma gara-gara soal kebelet? Ada-ada aja. Wes yo, kita balik lagi,” kata pria tersebut sambil berdiri dan berjalan perlahan, “Lain kali jangan bikin kaget lagi.”

“Si-Siap, Pak.”

Keduanya pun berjalan ke arah lahan parkir Gedung 1.

(Bersambung)
 
Kemungkinan besar antara Laras Kinanti atau Yasmin bakal jadi budak pria tua yang muncul di akhir part 2 ini

Kemungkinan hal yang menarik perhatian si pak tua itu adalah niat Sofyan untuk membuat istrinya menjadi vendor konsumsi di acara kampus, ohhh ini conflict of interest sekali hehehe

Bisa jadi si Pria tua akan memblackmail si Yasmin yang siap pasang badan agar Sofyan tidak terkena imbas akibat usulannya apalagi dia butuh uang yang mana sepertinya bisa diberikan oleh si pria tua

Sama halnya dengan Laras yang juga berpotensi jadi budak si pria tua, untuk melindungi karir suaminya akibat pemilihan vendor yang dilakukan suaminya

Baeklah semua Bidadari sudah terkumpul total ada 4, beastnya saja yang masih malu-malu muncul, sementara si beauty sudah menunjukkan pesonanya

1. Safira sang kembang kampus sekaligus asal muasal judul cerita ini, saya harap cerita penaklukan si Safira sangat sangat berkesan, karena ekspektasi tinggi saya terhadap Safira hehehe

2. Yasmin sang pengantin baru, yang baru 1 bulan memulai biduk rumah tangga, yang saat ini masih membangun ekonomi keluarganya, tipe wanita fighter, sederhana yang sayang sekali dengan suaminya

3. Indira, sebutannya apa ya, dosen muda calon pengantin kali ya, yang masih galau soalnya tidak kunjung dilamar pacarnya, bahkan baru pertama kali pacaran dengan pacarnya sekarang, asumsinya masih segel sama seperti safira

4. Laras seorang Selebgram yang sudah 2 tahun menikah namun belum diberikan momongan, meskipun tidak bersentuhan langsung dengan kampus dalam cerita, tapi statusnya sebagai istri dosen di kampus tersebut, cukuplah menghubungkannya dengan ketiga karakter diatas

Semangat terus updatenya sis @fathimah
 
Thanks updatenya, suhu @fathimah


Di Chapter 2 ini... 3 bidadari yang ada yaitu Yasmin, Indira dan Laras sudah diceritakan kondisinya - walaupun khusus untuk Laras memang tidak diceritakan berada di lingkungan Kampus.

Secara umum mulai dari chapter 1-2 ... Status sosial ke-4 bidadari sebagai pemeran Protagonis sudah tergambarkan begitupun dengan pasangan diantara mereka. Dari gambaran umum tersebut... Jelas sekali ada celah yang sangat bisa diangkat untuk terjadi sebuah konflik.


Walaupun saat ini masih bisa dikatakan biasa-biasa aja... Tapi sekilas sudah terlintas di 2 chapter ini - ada sepasang mata yang sedang mengamati mereka. Chapter 1... Safira yang merupakan salah satu dari 4 tokoh utama para bidadari sepertinya sedang diamati oleh sepasang mata tersebut, dan kini... Di chapter 2, 3 bidadari yang ada - paling tidak salah satu dari mereka akan menjadi incaran sepasang mata tersebut - tinggal dipetakan saja yang punya peluang paling memungkinkan untuk ia eksekusi terlebih dahulu.


Siapakah orang yang sedang mengawasi mereka...?


Kalau melihat gambaran ceritanya dan topik yang sama sedang mereka bahas, yaitu tentang event enterpreneur... Maka kemungkinan besar orang tersebut adalah Pak tua yang merupakan Rektor Kampus tersebut yaitu Pak Dar. Sepertinya ada niat jahat yang sedang dia rencanakan selanjutnya... Kita lihat saja, apakah benar seperti yang saya maksudkan...??


Kalau benar... Maka bisa diangkat sebagai genre KBB. Ini baru satu genre, ya...!! Korban dimungkinkan Safira sebagai mahasiswa... Dan dari dosennya, saya perkiraan awal adalah Laras - istri dari Pak Dosen Sofyan. Kenapa Laras...? Sebenarnya... Saya melihatnya pada Sofyan sebagai suaminya sich... Kemungkinan Sofyan akan melakukan sebuah kesalahan fatal pada event enterpreneur tersebut, yaitu masalah konsumsi.


Dengan melibatkan Laras sebagai vendor alternatif di bagian konsumsi, maka dikhawatirkan menyalahi code of conduct aturan kampus - ada berbau unsur KKN-nya. Laras yang akan kena sialnya dari perbuatan lelaki tua tersebut.


Belum kalau tanda-tanda dari Arga dan Sofyan yang sepertinya mereka berdua ini mengidamkan wanita lain - bisa diangkat cerita NTR-nya. Kita lihat saja di chapter selanjutnya, ya kan...?


Kalo melihat gaya penulisan cerita-cerita drama ala Om @killertomato ... Model black mail biasanya sering beliau pakai untuk membungkam seseorang tidak berkutik/tidak berdaya dan terpaksa mau melakukan apa yang diinginkan si pemeran antagonis dari cerita tersebut.


Tapi sekali lagi ini baru awal cerita... Paling tidak kita sudah bisa menelaah problema apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya.


Ini hanya analisa umum saja dari saya, sist @fathimah ... Semoga bermanfaat buat semuanya - paling tidak dari seorang reader yang mencoba mengurai kemungkinan apa yang terjadi menurut perspective pribadi.


Maaf dan Makasih.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd