Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT KEMBANG KAMPUS (collab with @killertomato)

Siapa tokoh perempuan favorit kalian d cerita ini?

  • Safira

  • Yasmin

  • Indira

  • Laras

  • Amira

  • Naura


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
Aihh teganya pas kenceng2nya...
Panjang sbnrnya gpp sih.. hehehe..
Ga sabar nungguin Safira Yasmin dan Indira jd makin hanyut
 
Bu Indira Mulai Bermain Hati Dengan Pak Agustinus. Sama Sama Smart. Tapi Tentu nya Tidak Akan Semudah Itu Fergusooo !!! Ada Serigala Bernama Andrew. Sang Murid Sekaligus Sang Calon Anak Tiri (Harapan Saya) huehuehue

Ahmad Yang Terkekang Oleh Ajaran Norma Norma Agama Dari Ummi Mulai Bermain Dengan Amira Sang Betina Haus Material. Tentunya Tidak Akan Hanya Hubungan Singkat Antara Ahmad & Amira. Simbiosis Mutualisme Harus Terus Berjalan Sampai Kondom Terlepaskan. huehuehue

Arga Yang Patah Hati Oleh Safira & Amira Mulai Mencari Target Buruan Baru nya ke Duo Dosen Paporito Semua Semproters. Apakah Akan Mulus ?? Mengingat Lawan Arga Adalah Serigala Serigala Tua Berpengalaman

Saya Kira Pak Dar Don Juan Pertama Yang Akan Unbooxing Ternyata Masih Ada Kejutan Dari Penulis. huehuehue
Safira Seperti nya Akan di Ubah Pelan Pelan. di Doktrin Untuk Menjadi Pemuas Nafsu Sang Rektor Tanpa Adanya Paksaan. Makin Menarik Kalau Safira Binal Manjalita. huehuehue
 
Makasih updatenya

Loh kasihan sekali Indira, sudah jadi target dicekali oleh orang lain, tapi gercep juga nih pergerakan pak Agustinus. Mana momennya tepat dengan ketidakjelasan hubungannya dengan Ahmad.

hubungan Ahmad sama Amira kalau sampai ketahuan Indira mantep nih. Maksudnya biar Indira bisa benar-benar lepas dari Ahmad, sedangkan Amira? Dua kali jadi orang ketiga dalam hubungan orang lain hahaha.

Ane ga kepikiran kalau bakal ada scene yang nunjukin Arga membayangkan Indira dan Yasmin, sebenarnya agak gmn ya dengan si Arga ini, tapi kalau kejadian boleh deh. Kalau ngarepin si Andrew mah kayaknya sampai tahun 2024 hampir ga mungkin hahaha.

Safira ini pinter sebenarnya, cuma sayangnya yang dia hadapin itu pak Dar, yang sudah berpengalaman dalam menjebak wanita. Ya tinggal tunggu waktu saja ini mah.

Ditunggu kelanjutannya
 
Karyanya layak disebut duet maut

Hahaa ... Makasihh ...

Curiga Sofyan yang dapet Yasmin neh

Jangan suka curiga, mending dinikmati aja, hee

@fathimah waduh klo ane tetep ama laras hu lagian kenapa karakter laras dibuat makin kuat dengan nyeritain masa lalunya waktu sma kan ane jadi susah move on nya bikin pengen ngajak tuh guru olahraga ma mang ujang buat nge gangbang bu laras wkwk.. bu laras you are the real innocent bitch
Mungkin klo bu yasmin ntar kena patil ama stranger mgkn bru bisa move on ke bu yasmin hehe..

Vote masih bisa diganti lho, ada tombol change vote di atas, hee
Tapi setuju sih, Laras is an innocent bitch ...

Wah....siapa yg dapat perawan Safira n Indira....menarik untuk disimak....
Gas pooollll...sampai 31 des...sist @fathimah ....

Semuanya bakal terkuak kok
Mudah-mudahan bisa lancar terus sampai akhir tahun

Makasih updatenya suhu... Diantara sekian karakter tokoh, kayaknya yg keliaran polos safira aja nih, padahal gg polos polos jg sih karena keliatannya safira untuk sex bebas sepanjang suka sama suka fine fine aja. Tp knp selalu nolak ajakan agra yah utk diajak enak enak... 🤔

Di episode2 awal ada penjelasan kalau Safira fine2 aja kalau orang lain melakukan sex bebas
Tapi dia sendiri masih ingin fokus ke pendidikan dan karir, jadi mau terus jaga perawan sampai entah kapan

Sebenarny klo buka voting nya di saat masing2 prempuanya sudah kena ekse dgn caranya masing2 aku yakin bkn laras tu hu yg dpt voting pertama , hahaha jd voting yg terlalu awal masih akan terus bisa brubah harusnya , saya kmrn terlanjur voting laras , eh si yasmin malah makin seru hahhaha

Cek deh, di atas ada tombol change vote lho :D

baca ceritanya udh keren, baca komennya jg ga kalah keren, out of the box klo tiba2 sofyan yg dpt runtuhan meki yasmin, tp klo liat peringatan pak yo sih mgkn aj sbg sop iler kejadian selanjutnya.... wah imajinasi ane makin kemana2 dah, mending duduk manis, seduh kopi n tunggu apdet berikutnya aj dah

Aku juga suka baca komen-komen di sini
Dan selalu usahakan untuk bales2in semua

So, keep it coming ya ... dengan semua imajinasi kalian

Bertubi tubi masalah yang datang ke Safira. Lalu Safira di exe rektor, waktu berjalan, Safira cari kedamaian dengan lanjut studi keluar negeri dan kejadian malang berlanjut, Safira di - exe paksa oleh afro spek kon**l sebesar tiang listrik, lalu Safira commit suic*de.

Akankah? Ah... sudahlah... hanya penulis yang tahu.
#SAFESAFIRA

Hahaa, imajinasi yang liar yakk

Semoga sebelum akhir tahun udh ada yg kena icip2 bro..

Seharusnya kalau tidak ada halangan berarti, pasti ada :D
 
Part 15: Kenangan Lama

Hari sudah begitu gelap saat Pak Agustinus tiba di rumahnya. Ketika melirik jam tangan sebelum masuk ke dalam rumah, ia melihat jarum pendek ternyata sudah mendekati angka delapan. Begitu sampai di dalam, ia langsung disambut oleh anaknya, Andrew.

“Lho, kamu kenapa di sini? Biasanya di kamar,” tanya Pak Agustinus.

“Habis makan malam, Pa. Tadi aku nunggu Papa untuk makan bareng, tapi Papa nggak pulang-pulang. Akhirnya aku makan duluan. Memangnya habis dari mana Pa?” tanya Andrew.

“Tadi ada kejadian di kampus kamu. Ada yang harus Papa urus terlebih dahulu.”

“Kejadian? Kejadian apa?”

“Tadi Papa ke kampus untuk mengurus segala macam urusan administrasi kuliah kamu. Nah, begitu keluar Gedung 1, Papa melihat Bu Indira sedang menyeberang ke arah area parkir. Tidak disangka tiba-tiba ada mobil yang melaju kencang lalu menyerempet Bu Indira hingga jatuh,” jelas Pak Agustinus.

Ia memang mengubah sedikit ceritanya agar sang anak tidak terlalu banyak bertanya, terutama apabila Andrew tahun kalau Pak Agustinus sempat mengajak Indira makan siang bareng.

“Hahhh !! Bu Indira yang Bu Indira? Bu Indira yang sering ke sini kan?”

“Iya. Memangnya ada yang lain?”

“Ya ampun, Pa! Sekarang Bu Indira di mana?”

“Tadi langsung Papa bawa ke rumah sakit. Papa masukkan di ruang perawatan VIP. Makanya Papa jadi telat pulangnya. Sekarang beliau sudah dijaga oleh orang tuanya.”

“Kondisi Bu Indira bagaimana Pa? Apa ada luka yang parah?”

“Sepertinya tidak ada. Tadi sewaktu Papa pulang juga beliau sudah baikan katanya. Tapi Papa sudah tinggalkan nomor telepon sih di ruang suster, sehingga kalau ada apa-apa nanti Papa akan dihubungi. Kita doakan yang terbaik saja ya untuk dosenmu itu.”

“Iya, Pa. Semoga Tuhan menyembuhkan Bu Indira, serta memenuhi beliau dalam kedamaian dan suka cita.

“Amiinnn…”

“Duh, sebenarnya sedang ada apa sih di dunia ini? Kemarin Andrew kecelakaan, sekarang Bu Indira yang kecelakaan.”

“Sudahlah. Kamu jangan berpikir yang aneh-aneh. Namanya juga musibah, sudah takdir. Tidak ada yang tahu kapan akan datang,” ujar sang Papa menenangkan.

“Iya, sih. Papa betul.”

“Ya sudah. Kamu kembali ke kamar sana, Papa mau bersih-bersih dulu lalu makan, lapar juga perut Papa dari siang belum makan.”

“Masih ada banyak kok makanannya, Pa. Itu, di atas meja makan.”

“Oke, Andrew. Oh iya, kamu lihat Pak Jono supir kita nggak?”

“Sepertinya ada di belakang, dekat kamar Bi Ijah. Tadi Andrew kaget waktu lihat Pak Jono pulang duluan, aku pikir dia pergi bareng Papa.”

“Tadi dia izin mau ada urusan keluarga, makanya Papa pergi sendiri ke kampus. Baiklah. Terima kasih, Andrew.”

Keduanya pun berpisah. Andrew langsung naik ke kamarnya di lantai dua, dengan niat untuk mengirimkan lebih banyak doa kepada sang dosen. Sedangkan sang ayah menuju bagian belakang rumah tempat kamar asisten rumah tangganya berada. Di sana, ia menemukan supirnya sedang duduk-duduk di kursi sambil mengisap rokok, memandang ke arah taman belakang yang cukup luas.

“Heh, Jono. Enak banget neh ngudud-nya,” ledek Pak Agustinus saat ia telah berada di dekat sang supir. Pria berusia 40 tahun tersebut tampak tidak menyadari kedatangan majikannya.

“Eh, Tuan. Mengagetkan saja,” jawab Jono. “Yang tadi bagaimana hasilnya Tuan? Beres semua?”

“Beres kok Jon. Setelah menyerempet perempuan tadi, kamu bisa keluar kampus dengan aman kan?”

“Aman kok, Tuan. Seperti yang Tuan sampaikan, tidak ada pasukan keamanan sama sekali di sana, jadi saya bisa keluar begitu saja. Plat mobil juga sudah saya buramkan sesuai instruksi, jadi kalau ada yang melihat pun tidak akan bisa mengetahui siapa pemilik mobil yang saya gunakan.”

“Memangnya kamu tadi pakai mobil siapa sih, Jon?”

“Ada punya teman saya, Pak. Kalau ada imbalannya mah, urusan begini serahkan saja pada Jono, hehehe.”

“Bisa saja kamu. Tapi saya salut sih sama kamu, perempuan tadi memang sempat pingsan, tetapi tidak sampai luka berat. Kamu sudah melakukan apa yang saya perintahkan dengan tepat. Kerja bagus.”

“Saya sih apa yang diperintah, itu yang saya lakukan. Tapi jujur saya sempat takut tadi, Tuan. Karena perempuan itu hampir bergerak ke arah kiri, sehingga saya khawatir menabrak betulan. Untung saya jago bisa ngepat-ngepot kayak Valentino Rossi, jadi cuma keserempet doang itu perempuan, hee.”

“Valentino Rossi kan pembalap motor, bukan mobil. Gimana sih kamu ini?”

“Pokoknya saya jago lah, Tuan. Benar kan?”

“Hahaa… Iya, Jon. Iya. Kamu memang jago. Saya salut sama kamu.”

“Tapi boleh tahu nggak, Tuan. Kenapa Tuan menyuruh saya menyerempet perempuan tadi sih? Bukannya itu dosennya Den Andrew yang suka datang ke sini kan?”

“Sudah. Tentang hal itu kamu tidak perlu tahu. Ini uang buat tutup mulut, cukup kan?” Ujar Pak Agustinus sambil menyerahkan sebuah amplop berwarna putih kepada sang supir.

Jono mengambil amplop tersebut yang ternyata berisi beberapa helai uang tunai pecahan seratus ribu. Ia pun menghitungnya dengan cepat. “Cukup banget ini, Tuan. Tapi akan lebih tertutup lagi mulut saya kalau ada bonusnya. Tuan pasti tahu yang saya maksud, hee.”

“Dasar kamu, Jon. Saya kasih anak magang di kantor saya mau?”

“Ihh, mau banget, Tuan. Yang masih mahasiswi itu kan? Duh, saya kemarin lihat kayaknya masih kinyis-kinyis banget. Kalau bisa saya tindih dan sodok-sodok mekinya, dia pasti bakal mengerang-erang binal, Tuan. Hahaa…”

“Hahaha. Ya sudah nanti saya atur. Saya pamit dulu ya.”

“Siap, Tuan. Kalau ada kebutuhan lain yang kayak begini, serahkan semua pada Jono The Explorer, hehehe.”

“Itu Dora, Jon. Dora The Explorer. Itu pun nama tokoh kartun anak-anak, bukan super hero.”

“Ya, intinya saya hebat lah, Tuan. Hahaa.”

“Haish, hahaha…”

Setelah mengobrol dan berbagi guyonan dengan sang supir, Pak Agustinus kemudian masuk ke bagian dalam rumah dan langsung menuju ke kamar tidurnya yang terletak di lantai dasar. Setelah menutup pintu, sang anggota dewan berusia 55 tahun tersebut tampak duduk di pinggir ranjang, lalu menelepon seseorang.

“Halo, Pak Sam. Apa sedang bisa diganggu?”

“Halo juga, Pak Agustinus. Tidak sibuk kok, Pak. Yang tadi sukses kan?”

“Iya, sukses kok. Terima kasih banyak atas bantuan Bapak sebagai dekan Fakultas Ilmu Komputer, yang bisa membuat sibuk petugas keamanan kampus. Rencana saya berhasil dengan baik.”

“Syukurlah. Tapi sebenarnya untuk apa sih rencana tadi siang itu, Pak. Saya cuma penasaran saja, karena ada beberapa selentingan soal terjadinya kecelakaan atau apa, gitu.”

“Oh, tenang saja, Pak. Tidak ada urusan kriminal atau semacamnya di sini, apalagi yang bisa membuat Pak Sam kehilangan jabatan Bapak. Kalau pun ada yang mengganggu, Bapak langsung bilang saja sama saya, nanti saya bereskan,” jelas Pak Agustinus dengan nada yang meyakinkan.

“Baik kalau begitu, Pak. Saya tentu tidak pernah meragukan pengaruh dan kewenangan Bapak selama ini. Makanya saya menurut saja ketika Bapak meminta saya menarik petugas keamanan kampus selama dua jam tadi siang.”

“Sama-sama, Pak. Oh iya, untuk imbalannya cukup kan? Hee …”

“Duh, saya jadi tidak enak. Bapak jadi repot-repot begini. Kebetulan memang istri saya sudah saya minta menginap di rumah mertua. Saya bilang ada pekerjaan kampus sehingga harus lembur hari ini.”

“Wah, sudah persiapan ya? Hee …”

“Sudah dong, Pak. Saya kan tidak mau semuanya berantakan kalau ketahuan istri saya.”

“Hahaaha… Kalau begitu Bapak langsung meluncur saja ke apartemen salah satu staf saya yang bernama Johana, yang saya kirimkan alamatnya kemarin. Di sana dia sudah menunggu dengan… duh, apa ya saya jadi lupa… seragam pramugari ya kalau nggak salah?”

“Hee, iya betul Pak. Habisnya kemarin saya ngaceng banget naik maskapai baru yang seragam pramugarinya cuma tanktop putih menerawang, terus pakai jaket coklat muda yang hanya diresleting sampai tepat di bawah payudara. Pengin banget ngentotin cewek muda dengan seragam kayak gitu, Pak.”

“Hahaa…” Pak Agustinus hanya tertawa saja mendengar Pak Sam mengisahkan fantasi seksualnya. “Oke, Pak. Mumpung belum terlalu malam langsung saja ke sana. Johana sudah siap memuaskan Pak Sam sampai nggak bisa bangun lagi nanti, hehehe.”

“Terima kasih banyak, Pak Agustinus.”

Sambungan telepon pun terputus, dan Pak Agustinus merasa tubuhnya sedikit gerah dan gatal. Ia pun berniat untuk langsung membersihkan diri. Namun sebelum beranjak ke kamar mandi, pria tua tersebut menyempatkan diri untuk mengirim pesan kepada perempuan yang tadi meminta ia untuk mengirim kabar.

“I just got home… Are you still feeling okay?”

Pak Agustinus kemudian berjalan ke kamar mandi dan mulai melepas pakaiannya satu per satu, mulai dari kaos polonya yang langsung menampakkan dadanya yang dipenuhi bulu. Pria tersebut mematut dirinya di depan kaca besar yang ada di kamar mandi. Ia kemudian mengusap-usap bulu lebat di dadanya, serta memainkan jemari di puting dadanya sendiri.

“Apakah kamu akan tergoda kalau melihat bulu dadaku ini, Bu Indira?” Gumam Pak Agustinus.

Pria tersebut kemudian menurunkan celana panjangnya, beserta celana dalam yang ia kenakan, lalu melemparnya ke keranjang cucian kotor. Karena itu, kemaluannya yang berukuran besar dan berwarna hitam pun langsung mengacung bebas. Berbeda dengan kebanyakan penis pria yang lain, ujung kemaluan Pak Agustinus tampak masih tertutup kulup karena belum disunat. Ia pun mulai mengusap penis tersebut dari pangkal hingga ujungnya.

“Atau kamu baru akan tergoda kalau melihat yang ini, Bu Indira?” Desis Pak Agustinus sambil mengelus-elus kemaluannya.

Banyak yang tidak tahu bahwa kehidupan Pak Agustinus tidak langsung sempurna sejak lahir. Ia datang dari keluarga kelas menengah yang harus bekerja delapan jam sehari dan lima hari seminggu, bahkan terkadang lebih, hanya untuk bertahan hidup. Orang tuanya adalah pegawai swasta yang seluruh hidup mereka hanya dihabiskan dengan terus bekerja untuk membayar cicilan, tanpa waktu untuk menyenangkan diri mereka sendiri.

Namun orang tua Pak Agustinus rela mengambil utang dan menghabiskan waktu mereka untuk membayar cicilan bukanlah untuk sesuatu yang sia-sia. Mereka melakukannya untuk membangun tempat tinggal, membayar biaya pendidikan, serta membeli fasilitas pendukung seperti komputer hingga kendaraan, untuk anak-anak mereka.

Sebagai anak pertama, Pak Agustinus benar-benar merasakan kehidupan keras tersebut, yang akhirnya membentuk mentalnya hingga menjadi seseorang yang kuat menghadapi cobaan. Ia pun tumbuh sebagai sosok yang terus bekerja keras untuk menimba ilmu, karena dia percaya hanya dengan ilmu ia bisa membuat perubahan dalam hidup. Itulah penyebab utama ia bisa menjadi secerdas sekarang.

Di mata orang luar, Pak Agustinus mungkin tampak sebagai seseorang yang suci. Ia rajin datang ke rumah ibadah, serta memberikan sumbangan kepada rakyat miskin, yang akhirnya membangun persona politiknya. Ia pun terkenal sebagai pebisnis properti yang mempunyai hotel di banyak kota.

Namun tidak banyak yang tahu bahwa Pak Agustinus adalah salah satu pemimpin jaringan prostitusi terbesar di tanah air. Bisnis properti miliknya pun hanya menjadi kedok dan alat pencuci uang bagi usaha kotornya. Dan karena kecerdasannya, pria tua tersebut pun bisa berdiri di kehidupan gelap dan terang, dengan sama kuatnya.

Pak Agustinus mulai masuk ke bisnis prostitusi sejak masih berada di bangku kuliah, dengan menjadi tangan kanan bos mafia. Saat sang pimpinan meninggal dunia, ia pun maju menggantikannya. Sejak saat itu, ayah dari Andrew tersebut pun sering menggunakan uang dan perempuan untuk membangun pengaruh politik. Tak jarang ia memanfaatkan perempuan untuk menyuap pejabat, atau sebagai alat tukar untuk mendapatkan pengaruh di daerah lain.

Dan sebagai bos di bisnis prostitusi, Pak Agustinus pun mempunyai beberapa perempuan berparas rupawan yang ia simpan sebagai pelacur pribadinya. Ia tidak akan mau berbagi perempuan-perempuan tersebut, kecuali di kesempatan-kesempatan penting.

Namun situasi berubah sejak kematian istrinya beberapa tahun lalu. Satu-satunya perempuan yang ia cintai dengan hati, kini telah pergi meninggalkan dirinya. Pak Agustinus sempat depresi, dan menutup diri dari semua orang. Namun lama kelamaan dia sadar bahwa ia harus kembali bekerja dan melanjutkan karir politiknya demi orang-orang yang bekerja di bawah kepemimpinannya.

Pak Agustinus pun kembali dan menjadi lebih serius dalam menjalankan bisnis prostitusi dan membangun karir politik. Puncaknya, ia berhasil menjadi anggota dewan perwakilan daerah dan digadang-gadang merupakan calon kuat untuk menjadi gubernur ibu kota.

Satu-satunya hal yang berubah adalah pria tersebut telah melepaskan seluruh gundiknya, tanpa tersisa satu pun. Ia memang masih bermain cinta dengan beberapa perempuan dari waktu ke waktu. Namun Pak Agustinus seperti tidak tertarik lagi untuk mempunyai seseorang yang berada dekat di sisinya untuk jangka waktu yang lama. Pengaruh kepergian sang istri sepertinya masih berbekas, bahkan hingga sekarang.

Namun saat melihat Indira untuk pertama kalinya di Gedung 1 beberapa minggu lalu, darah muda Pak Agustinus seperti menggelegak kembali. Perempuan tersebut terlihat amat cantik, dan dengan pengaruhnya di kampus ia pun mengetahui nama dan data diri lain dari sang dosen muda tersebut.

Pak Agustinus bahkan sampai datang ke makam istrinya untuk meminta izin untuk mendekati perempuan muda itu. Siapa sangka sepulangnya kembali dari makam, sang anak yang baru saja kecelakaan memberi kabar bahwa seorang dosen akan datang seminggu sekali ke rumah untuk membantunya mengerjakan skripsi. Dan ketika ia mengetahui bahwa dosen tersebut adalah Indira, Pak Agustinus pun merasa ini seperti jawaban sang istri dari surga, yang menyetujui permintaannya.

“Puji Tuhan, terima kasih Mama atas izin yang kau berikan…” Gumam sang anggota dewan saat itu.


***​


Seusai mandi, Pak Agustinus keluar hanya dengan mengenakan handuk untuk menutupi pinggang sampai lututnya. Saat akan menuju ke lemari pakaian, ia melihat ada sebuah pesan masuk di ponsel miliknya, yang tengah tergeletak di atas ranjang. Begitu membuka pesan tersebut, sang pria tua tersebut pun tersenyum.

“What took you so long?”

Pria tua tersebut kemudian langsung membalas. “So, you missed me now, Bu Indira?”

MEHN2HU_t.png


Perempuan yang tadi mengirimkan pesan tersebut sepertinya sedang memegang ponselnya, karena balasan darinya langsung tiba.

“Ihh, Bapak kepedean. Ini juga balesnya lama, lagi ngapain hayoo?”

Pak Agustinus kembali tersenyum, lalu merebahkan tubuhnya yang masih tanpa busana di atas ranjang. Handuk yang tadi membungkus tubuhnya pun telah terlepas dari posisinya semula.

“Saya baru saja selesai mandi, Bu Indira.”

“Yakin? Saya nggak percaya.”

“Saya belum sempat pakai baju lho ini, mau saya kirimkan buktinya?”

“Eh, nggak usah Pak. Percaya … Saya percaya kok.”

Pak Agustinus tertawa saja melihat jawaban setengah panik dari perempuan bernama lengkap Indira Nur Aisyah tersebut.

“Bu Indira bagaimana kabarnya? Dokter sudah datang untuk memeriksa?”

“Sudah. Kata dokter dalam sehari atau dua hari saya sudah bisa pulang. Hanya kaki kiri saya saja yang sedikit terkilir, jadi mungkin ada sedikit kesulitan dalam berjalan. Tapi yang lainnya alhamdulillah aman.”

“Puji Tuhan, saya turut senang mendengarnya, Bu.”

“Hmm, sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan, Pak.”

“Apa itu, Bu? Sampaikan saja.”

“Tadi dokter bilang bahwa saya sebaiknya membatasi aktivitas. Karena itu dia menyarankan untuk tidak mengajar dulu di kampus sampai minggu depan.”

“Bagus kalau begitu. Ibu ikuti saja arahan dokter, agar cepat sembuh.”

“Hmm, tapi mungkin saya jadi tidak bisa datang ke rumah Bapak dulu untuk membantu Andrew.”

“Oh, urusan itu tidak usah dipikirkan. Tadi juga saya telah cerita sama Andrew, dan dia khawatir akan kesehatan Bu Indira. Sudah, sudah… Jangan pikirkan tentang Andrew dulu, yang penting Ibu bisa sembuh saja.”

“Baik, Pak. Terima kasih atas pengertiannya.”

“Sama-sama,” jawab Pak Agustinus. “Oh iya, Ibu di sana ditemani siapa?”

“Ada orang tua saya, Pak. Mereka berdua menginap di sini. Kebetulan ada tempat istirahat yang nyaman juga di sini.”

“Baguslah, saya memang sengaja memesan kamar perawatan tersebut agar Ibu dan yang menunggu merasa nyaman.”

“Orang tua saya juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak.”

“Salam kembali untuk orang tua kamu ya. Pacar Ibu tidak ikut menemani?”

“Ehm, bagaimana ya? Ada kemungkinan hubungan kami berdua sudah usai, Pak.”

“Kemungkinan? Bagaimana bisa putus hubungan kok mungkin?”

Indira akhirnya menceritakan semuanya tentang Ahmad, mulai dari ketidaknyamanannya dengan sikap dan perilaku sang pria, hingga kejadian yang melibatkan Annisa beberapa hari lalu. Entah mengapa, Indira seperti merasa nyaman menceritakan itu kepada Pak Agustinus. Mungkin karena ia merasa tidak punya teman bicara yang lain, karena Yasmin sahabatnya pun akhir-akhir ini sulit sekali dihubungi.

“Begitu rupanya. Saya jadi bisa memahami apa yang Bu Indira rasakan. Ibu yang sabar ya. Saya rasa dosen sepintar dan secantik Ibu pasti akan dengan mudah mendapatkan pasangan hidup.”

“Hahaha… saya sepertinya sudah tidak mau memikirkan tentang pasangan, Pak. Mau fokus bangun karir sebagai dosen saja, dan mungkin selanjutnya peneliti. Saya ingin lanjut kuliah ke S3 untuk membuktikan pada diri saya sendiri bahwa saya bisa dan untuk membanggakan orang tua saya. Saya ingin punya gelar prof suatu saat nanti.”

“Wow, that’s a big dream, you can do it.”

“Terima kasih, Pak. I think having a relationship with knowledge is more fun than having a relationship with a human.”


“Kok bisa begitu? Tapi kan… you can’t get pleasure from having sexual intercourse with knowledge, right?”

“Who says? I always have a dream of having sex with a smart man, while having a deep talk about science.”

“Hmm… That’s a solid dream. So why don’t you do it with your boyfriend?”

“First, my religion forbids it. The second one, all of my boyfriends are dumb. Atau memang saya saja yang bodoh dalam memilih pasangan. Tidak ada kotak yang bisa dicentang.”


“Hahaha… that's bad. Apa kriteria Ibu saat memilih pasangan?”

“Saya suka pria yang… ambitious, caring, and smart.”

“And why don’t you approach the most ambitious, most caring, and smartest person you know that can charm your brain, heart, and of course fulfill your passion?”

“I’m thinking of it, but there is a problem. Ada masalah besar.”

“Oh? And what is that?”

“I don’t know whether he likes me or not.”

“How can someone resist and reject a beautiful and smart person like you, Bu Indira?”

“We have a big difference, so big. I know that he is caring and smart, but he just lost someone years ago, and I don't know if he has any interest in building a relationship. And he is in the middle of an ambitious project, and I don't know whether he needs more distraction from me.”


Oh? Pak Agustinus mulai bisa membaca arah pembicaraan Indira, tetapi dia berniat untuk terus menggoda perempuan tersebut sampai akhirnya ke sudut yang ia cari. Apakah angin akan bertiup ke arah yang diharapkan?

“I think I know the feeling of a man in that position, Bu Indira.”

“I believe that you must know it really well, Pak.”

“If he is so caring, he will set a part of his heart, time, and brain, to be available for you, Bu. And he’s so smart, he must know how to do it, then.”

“But how about the difference? The huge one?”

“He’s ambitious, right? I think he will go through despite the difference, of course if you are willing to do it too, Bu.”

“If that’s right? What should I do then?”

“You don’t have to do anything. If he is that smart and ambitious, he will approach a wonderful person such as you without having any doubt.”

“Pak, do you believe in sin?”

“Bu Indira, I'm a religious person. I believe in God, and I worship him. But in my opinion, sin is only a way of God to prevent us from giving harm to other people. But if it’s two people, doing everything that they want without harming other people, I dare to do that sin.”


Cukup lama Indira tidak menjawab pesan tersebut. Baru beberapa belas menit kemudian, akhirnya ia mengirim sesuatu.

“Thanks for everything, Pak.”

“You’re welcome, Bu.”


Pak Agustinus tahu bahwa sang perempuan pasti tengah larut dalam berbagai pikiran yang sedang hinggap di kepalanya. Dan malam ini, ia akan membiarkan dosen muda tersebut menentukan keputusan yang akhirnya akan ia ambil.


***​


Begitu pintu kamar dibuka, Amira langsung masuk ke dalam dan melihat-lihat kondisi kamar hotel bintang empat yang dipesan Ahmad tersebut. Luas ruangannya sedikit lebih besar dibanding hotel bintang tiga di mana Amira biasa menginap bersama teman kencannya. Kasurnya pun tampak empuk, dengan sebuah lukisan bertema pemandangan tergantung di atas tempat tidur. Perempuan tersebut langsung duduk di pinggir ranjang untuk merasakan kenyamanannya.

MEHN2HV_t.png


Di belakangnya, Ahmad langsung menutup dan mengunci pintu kamar. Setelah meletakkan tasnya di samping lemari, pria tersebut langsung melepas kaos yang ia kenakan, sehingga bagian atas tubuhnya langsung terbuka.

Amira hanya tersenyum melihat tingkah pria berusia 30 tahun tersebut. “Sudah nggak tahan banget ya, Mas? Tadi bukannya udah puas remas-remas toket aku di mobil?”

Sepanjang perjalanan, Ahmad memang tak henti-hentinya meraba payudara dan paha Amira yang begitu menggoda gairahnya. Sayangnya, mobil pria tersebut bertransmisi manual, sehingga ia pun sering harus melepaskan genggaman tangannya untuk mengganti gigi. Apalagi kondisi jalanan ibu kota menjelang malam hari ini begitu semrawut.

Karena itu, sang pria pun seperti tidak bisa menahan birahinya begitu masuk ke dalam kamar. Artinya, ia kini hanya berdua saja di ruangan tertutup bersama mahasiswi muda berusia 21 tahun yang bertubuh gemuk tersebut, dan tidak ada seorang pun yang akan mengganggu mereka.

“Siapa sih yang bisa tahan kalau berduaan sama mahasiswi curvy kayak kamu, Amira. Emutin puting aku dong,” ujar Ahmad begitu ia berada tepat di hadapan sang perempuan.

Pria tersebut kemudian menarik tubuh Amira yang masih terduduk di sisi ranjang, untuk menjilat dadanya. Perempuan tersebut sebenarnya enggan, karena tubuh sang pria yang masih sedikit berkeringat. Namun karena ada imbalan yang akan ia terima setelahnya, sang perempuan pun tidak menolak.

Amira meletakkan tangannya di pinggang Ahmad, dan mulai mendekatkan kepalanya ke dada sang pria. Secara perlahan, perempuan tersebut mulai mengeluarkan lidahnya dan menyentuhkannya ke puting dada sang pria. Baru begitu saja, Ahmad tampak sudah terpancing birahinya.

“Ngghhh… Geli sekali, Manis,” desah Ahmad sambil mengusap-usap rambut sang perempuan yang terasa begitu lembut. “Aku suka banget rambut kamu yang sebahu ini, Amira.”

Amira hanya tersenyum, sambil melirik ke arah wajah Ahmad dengan tatapan yang binal. Ia pun melanjutkan aktivitasnya mengecup ujung puting dada sang pria, memutar lidahnya di sekitar benda kecil yang mengacung itu, dan menjilat-jilat daerah berwarna coklat di sekitarnya. Sensasi geli yang dirasakan pria tersebut bertambah ketika Amira mulai mengisap-isap kedua putingnya.

“Duhh, enak sayang. Iya, terus begitu,” racau Ahmad sambil memejamkan matanya. Rangsangan lidah dan mulut Amira yang hangat di dadanya telah membuat syahwat sang pria kian meninggi.

Ahmad pun mulai menggenggam tangan Amira, dan mengelusnya dengan erat. Tanpa menunggu lebih lama lagi, pria tersebut langsung mengarahkan jemari indah perempuan muda tersebut hingga menyentuh kemaluannya yang masih tertutup celana panjang. Dengan reflek, Amira pun langsung mengelus-elusnya dengan lembut.

“Mau aku bukain, Mas?”

“Iya dong, Sayang. Mau kan?”

“Apapun yang Mas perintahkan, aku mau,” jawab Amira.

Perempuan tersebut mulai berusaha melepas resleting celana panjang Ahmad, lalu memelorotkannya ke bawah. Setelah itu, ia pun turut menarik celana dalam berwarna biru dongker yang dikenakan sang pria, hingga batang penisnya terlihat jelas. Ukurannya memang tidak terlalu besar, tetapi bulu-bulu lebat di sekitarnya membuat perempuan tersebut sedikit tergoda.

“Gede ya, Mas,” ujar Amira sedikit berbohong. Ia tentu pernah melihat kemaluan yang lebih besar dari itu. Namun berdasarkan pengalamannya, para pria memiliki ego yang besar, dan pasti merasa senang apabila dipuji seperti itu.

“Kamu suka, Amira?”

“Suka banget, Mas,” jawab sang perempuan sambil meneteskan sedikit air liurnya ke ujung penis Ahmad, dan mengusapnya hingga ke pangkal kemaluan tersebut agar lebih mudah dikocok dengan tangannya. Amira tampak tidak perlu diperintah lagi untuk melakukan itu.

Ahmad kemudian menarik tubuh Amira yang masih berpakaian lengkap untuk turun ke lantai, sedangkan ia duduk di pinggir ranjang yang tadi ditempati sang perempuan. Mahasiswi muda tersebut pun mengerti, dan langsung berlutut di hadapan sang pria yang sudah mengangkangkan kakinya.

“Jilatin dong, sayang,” ujar Ahmad sambil mengusap-usap rambut Amira yang indah. Ia membayangkan bahwa perempuan di hadapannya tersebut adalah seorang budak yang akan menuruti apa saja perintah yang ia ucapkan.

Dan benar saja, Amira pun menurut dan langsung menempelkan bibirnya ke ujung penis Ahmad. Begitu keduanya bersentuhan, sang pria merasa gairahnya memuncak, dan sedikit menahan tubuh perempuan tersebut agar tidak terlalu tergesa-gesa. Sang pria khawatir kalau dia akan langsung orgasme karena tidak tahan dengan rangsangan hebat perempuan muda itu.

“Pelan-pelan saja, Amira. Nahh… Ahhh, iya begitu,” lanjut Ahmad begitu sang perempuan mulai menjilati batang kemaluannya yang sudah tegang. Perempuan tersebut pun tak sungkan untuk mengusap-usap biji pelir sang pria yang penuh bulu dengan lidahnya. Selangkangan Ahmad pun menjadi lembab karena air liur sang mahasiswi.

Amira mulai memperkuat rangsangannya dengan cara memasukkan ujung penis Ahmad ke dalam mulutnya. Makin lama, ia semakin memajukan kepalanya, hingga penis tersebut masuk lebih dalam ke rongga mulutnya. Kemudian ia menariknya agar penis tersebut hampir terlepas, dan bisa bergesekan dengan lidahnya yang hangat dan bibirnya yang lembut. Perempuan tersebut pun seperti tidak bermasalah dengan bau pesing yang menyeruak dari selangkangan sang pria.

“Sluuurrrpphh… Sluurrrppphhh…”

Sungguh perasaan yang tidak bisa dilupakan bagi Ahmad, yang tidak pernah merasakan blow job seenak ini sebelumnya.

“Kamu kenapa tadi terlambat datang ke kafe, Amira?” Tanya Ahmad sambil menikmati kuluman Amira di lubang kencingnya.

“Aku baru pulang kuliah, Mas. Aku kan masih mahasiswi, belum bekerja seperti Mas Ahmad,” jawab Amira. Perempuan tersebut tahu bahwa statusnya sebagai mahasiswi muda pasti begitu menggairahkan di mata pria itu.

“Kamu ikut mata kuliah apa tadi?”

“Teknik public speaking, Mas.”

“Hmm, berarti mulut kamu yang indah ini tadi dipakai untuk latihan public speaking ya?”

Fakta tersebut membuat Ahmad makin bergairah. Ia pun ikut memaju-mundurkan pinggulnya untuk menyambut gerakan mulut Amira, seperti genjotan orang yang sedang bersetubuh.

“Iya, Mas. Tapi sekarang dipakai untuk ngemut kontolnya Mas Ahmad.”

“Nghh… Tapi kamu suka kan?”

“Suka banget, Mas.”

“Besar mana sama kontol HTS-an kamu?”

“Besar kontol kamu Mas Ahmad.”

Amira pun mempercepat gerakannya mengocok batang penis Ahmad dengan mulutnya. Kepalanya terlihat maju mundur di hadapan selangkangan sang pria, serta sesekali merapikan rambutnya agar tidak menghalangi pandangan Ahmad akan aktivitas seksual tersebut. Perempuan itu bisa merasakan penis sang pria sudah begitu tegang.

“Stop, Amira … Sekarang kamu berdiri,” ujar Ahmad.

Amira pun menurut, meski ia sempat mengakhiri kulumannya dengan sebuah kecupan mesra di ujung penis Ahmad. Perempuan tersebut kini sudah berdiri tegak di hadapan sang pria, yang tampak mengagumi tubuhnya yang meski gemuk, namun tetap terlihat seksi.

“Sekarang buka kaos kamu, cantik,” perintah Ahmad.

Dengan gerakan lambat, perempuan tersebut mengangkat kaos lengan pendeknya yang berwarna hitam ke atas, hingga tubuh bagian atasnya terbuka. Di balik kaos ketat tersebut, ia hanya mengenakan sebuah bra berenda yang berwarna krem. Bra tersebut tidak bisa menutup payudaranya yang berukuran besar, yang selama ini menggoda Ahmad dan pria lain yang sempat memandang perempuan itu, meski masih tertutup pakaian.

Ahmad pun berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan mendekati Amira. Pria tersebut langsung merengkuh tubuh setengah telanjang perempuan tersebut, hingga payudara sang perempuan menempel erat di dadanya. Pria tersebut pun mengecup bibir Amira dengan penuh nafsu. Lidahnya bahkan langsung menyelusup masuk ke dalam mulut Amira, yang langsung disambut sang perempuan.

Sembari mereka berciuman, Ahmad tampak mengusap-usap pundak kiri Amira yang terbuka. “Mulus banget kulit kamu, Amira.”

“Mas suka?”

“Suka banget,” jawab Ahmad yang langsung disambut dengan kecupan binal sang perempuan muda tersebut di bibirnya.

Tangan kanan Ahmad kini mulai membelai lembut payudara Amira dari balik bra krem yang masih menempel di tubuhnya. Buah dada berukuran besar tersebut pun langsung diremas dengan gemas oleh sang pria. Selama ini, payudara berukuran sedang milik Annisa dan Indira saja sudah membuat Ahmad horny. Apalagi payudara jumbo milik sang mahasiswi yang sedang berada di hadapannya ini.

“Ngghhh… Enak, Mas… Hmmmppp… Ahh…” Desah Amira saat sang pria mulai mengecup-ngecup lehernya yang terbuka.

Ahmad yang sudah tidak sabar langsung melepas kaitan bra di punggung Amira, dan menariknya hingga tergeletak di lantai. Payudara yang kenyal milik sang perempuan pun langsung ia remas. Puting Amira yang berwarna coklat ia mainkan dengan jemari, sambil sesekali ia cubit manja.

Kancing celana panjang Amira pun sudah dilepaskan oleh sang pria. Perempuan tersebut pun mengerti akan maksud Ahmad, dan turut membantu melepaskan celana panjang, serta celana dalam di baliknya. Tangan sang perempuan kemudian ditarik oleh Ahmad ke arah ranjang, hingga mereka berdua rebah di atasnya.

“Toket kamu lembut banget Amira,” ujar Ahmad sembari mengelus-elus payudara montok milik sang perempuan. “Benar-benar toket yang menggairahkan, apalagi putingnya yang sudah tegang ini.”

“Kalau suka, emutin donk Mas… Nghhhh,” lanjut Amira dengan nada bicara yang binal.

“Mana mungkin aku menolak, hehehe.”

Ahmad mulai mengeluarkan lidahnya untuk bermain-main di puting payudara Amira. Saat ia menjilat puting yang sebelah kanan, maka tangannya akan meremas payudara yang sebelah kiri. Begitu juga sebaliknya.

“Nghhh… terus mas. Amira suka bangeeeeettt,” desah sang perempuan.

Mendengar lenguhan tersebut, Ahmad makin bersemangat. Ia pun mulai mengelus-elus vagina Amira yang sudah lembab, dan coba memasukkan jari ke dalamnya. Amira tampak melotot saat jari telunjuk Ahmad masuk ke dalam liang senggamanya, dan menggesek klitoris yang menggantung di bagian atas bibir vaginanya. Meski tak bersuara, Ahmad bisa merasakan betul betapa terangsangnya perempuan tersebut saat ini.

“Kalau begini, kamu suka juga nggak?”

Ahmad kemudian mengangkat tangan Amira hingga ketiaknya terbuka dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya masih ia gunakan untuk mengocok vagina sang perempuan. Tak menunggu lama, pria tersebut kemudian menjilat-jilat ketiak Amira yang begitu mulus karena selalu mendapat perawatan.

“Suka banget, Mas. Terus kobel-kobel memek Amira, ngghhh…”

Kebinalan mahasiswi muda yang berada di atas ranjang bersamanya tersebut membuat Ahmad semakin tidak tahan. Ia pun mengambil kondom yang tadi sempat ia letakkan di atas ranjang, lalu menyelimuti batang penisnya dengan karet pengaman tersebut. Pria tersebut kemudian langsung memposisikan diri di selangkangan Amira yang sedikit sulit merenggangkan paha karena bentuk tubuhnya yang gemuk.

“Ahhhh… Mas Ahmad… Besarnya kontol kamu masssss…” desah Amira saat kejantanan Ahmad mulai masuk ke dalam vagina miliknya.

“Memek kamu juga anget banget, Amira. Beda memang memek mahasiswi sama perek yang udah biasa dipake, ngghhhhh…” Balas sang pria.

Amira bisa merasakan tusukan demi tusukan Ahmad yang menyerbu liang senggamanya dengan irama yang teratur, dan makin lama makin cepat. Pria tersebut pun turut meremas-remas payudara sang perempuan dengan penuh nafsu.

“Terus Maasssssss… Ahhhhh… Penuh banget memek aku gara-gara kontol kamu…”

Dari atas, Ahmad seperti disuguhkan dengan payudara berukuran besar yang begitu indah, dan tak henti menggoda sang pria untuk memuaskannya. Setiap Ahmad menyodok vagina sang mahasiswi, payudara tersebut pun berguncang indah, yang akhirnya menambah gairah sang pria untuk menggenjot lebih kencang.

“Beruntung aku dapet mahasiswi semanis kamu di twit**ter, Amira. Udah bodinya semok, memeknya juga rapet bangeeeeettt…”

Kamar hotel tersebut pun dipenuhi oleh desahan demi desahan kedua insan tersebut. Mereka terus mengadu birahi tanpa berkata apa-apa. Kulit Amira yang putih, tampak begitu kontras dengan Ahmad yang sedikit gelap. Perbedaan tersebut pun seperti menambah gairah mereka dalam bermain cinta.

Beberapa menit kemudian, Amira sudah merasakan kemaluan pasangannya tersebut menebal. Semakin kencang genjotan pria tersebut, semakin sesak pula vagina sang mahasiswi. Amira tentu tahu tanda-tanda ini, karena ia sudah sering mengalaminya.

“Aaaaaaahhhhh… Aku keluaaaaaaaaarrrrrrrrrr…” teriak Ahmad kencang.

Tubuh pria tersebut pun langsung mengejang, seiring dengan penisnya yang menusuk kian dalam. Ia menyemprotkan sperma berkali-kali di vagina sang perempuan, yang langsung tertampung di kondom yang ia kenakan.

Pria tersebut masih mempertahankan posisinya, sampai ia merasa bahwa cairan kental yang keluar dari testisnya tersebut telah habis, dan batang penisnya telah menciut. Ia pun kemudian bergegas ke kamar mandi untuk membuang sisa-sisa persetubuhan mereka, dan membersihkan batang kemaluannya.

“Hahh… hahh…” desah Amira yang tampak kelelahan, dan berusaha mengatur napasnya. Tubuhnya yang montok tampak berkeringat akibat persetubuhan yang baru saja ia lakukan.

Saat Ahmad masih berada di kamar mandi, perempuan binal itu pun mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di atas ranjang. Ia sempat membuka DM twit**ternya dan melihat pesan dari seseorang yang sudah cukup lama juga berhubungan dengannya di dunia maya.

“Aku beberapa minggu lagi ke ibu kota, bisa ketemu?”

Amira pun hanya tersenyum, sambil memandang ke arah kamar mandi di mana pasangan kencannya hari ini berada.


***​


Di saat yang sama, seorang mahasiswi cantik lain tengah jatuh di pelukan seorang pria tua yang usianya bahkan lebih tua daripada ayahnya sendiri. Sang perempuan muda yang masih mengenakan blus putih dengan motif bunga dan jilbab berwarna merah muda. Ia tidak menolak saat tubuhnya dirangkul oleh sang pria. Bibirnya yang indah bahkan baru saja dikecup dengan liar oleh pria tua tersebut.

“Bagaimana? Suka?” Tanya pria yang biasa dipanggil Pak Dar tersebut. Ia puas sekali berhasil mencium bibir ranum sang dewi pujaan, sang kembang kampus.

Safira hanya terdiam. Dia harus menjawab apa?

MEHN2HQ_t.png


Kalau boleh jujur, ia sebenarnya tidak suka cara sang rektor mencium bibirnya yang terlalu liar. Dia ingin dicium dengan lembut dan penuh rasa sayang, bukan diserang seperti seekor binatang yang buas dan penuh nafsu. Namun tentu saja perempuan tersebut tidak bisa mengatakannya secara langsung.

Demi amannya, Safira mengangguk.

Melihat hal tersebut, Pak Dar tampak tidak senang. Ia pun kembali mengangkat dagu sang mahasiswi idaman banyak pejantan di kampus tersebut, agar menatap ke arahnya.

“Seperti itukah yang biasa kamu lakukan dengan pacar kamu? Ingat ya, Safira. Aku tidak segan-segan untuk melanggar aturan pertama hubungan kita, apabila kamu juga tidak sungguh-sungguh dalam melakukan aturan ketiga.”

Jantung Safira seperti hampir copot mendengar ucapan sang rektor. Itu artinya dia sudah jatuh ke dalam blackmail yang menjebak. Itu artinya, Pak Dar mengancam akan memaksa Safira untuk menyerahkan keperawanannya, jika sang mahasiswi tidak mau menuruti permintaan untuk bersikap mesra di hadapannya. Mendengar itu, Safira yang gemetar berusaha menguasai dirinya sendiri, ia berusaha menahan air matanya yang sewaktu-waktu siap untuk tumpah.

Dengan mengumpulkan seluruh keberaniannya, Safira mengikuti permintaan sang rektor. “Aku suka sekali ciuman kamu, Pak Rektor. Safira ingin terus dicium nggak berhenti-berhenti,” ujar Safira dengan suara gemetar.

“Kalau suka, kok nggak langsung cium aja?” Tantang Pak Dar.

Dalam hati, Safira merasa kesal dengan tingkah sang pria tua yang terus menggoda dirinya dengan permintaan-permintaan aneh. Namun Pak Dar telah berjanji untuk menjaga keperawanannya. Karena itu, perempuan tersebut harus menuruti semua permainan sang pria, seaneh apa pun itu.

Sang mahasiswi pun menyentuh pipi Pak Dar dengan tangannya yang halus, lalu mendekatkan kepalanya ke arah sang rektor. Dengan lembut, perempuan tersebut langsung mengecup bibir pria tua tersebut yang sudah keriput. Ia bahkan memainkan lidahnya di bibir sang pria, seperti yang pernah ia lakukan dengan Arga, mantan kekasihnya. Dan tentu saja, Pak Dar pun tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut untuk beradu lidah dengan mahasiswi teladan tersebut.

“Hmmppphh… Hmmmpphh…” Desah Safira di sela-sela kecupan mereka. Perempuan cantik itu tampak tengah memejamkan mata demi tidak melihat raut wajah Pak Dar yang sudah begitu terangsang.

Pak Dar mulai menyelipkan tangannya ke balik blus yang dikenakan Safira. Ia kini bisa merasakan betapa halusnya kulit perut sang perempuan muda, yang selama ini tertutup oleh busana sopan di area kampus.

“Halus sekali kulit perut kamu, Safira. Yang di atasnya pasti lebih lembut lagi ya, heheheh,” kekeh Pak Dar.

Merasakan tangan yang kasar mengelus-elus tubuhnya, tanpa sadar birahi Safira pun mulai naik. Dengusan nafasnya mulai tidak beraturan, dan terasa ada sesuatu yang gatal di selangkangannya. Perempuan tersebut pun berusaha bertahan agar ia tidak menikmati rangsangan yang diberikan sang rektor.

Dalam hati, Safira merasa menyesal atas keputusannya melanjutkan pendidikan ke ibu kota. Padahal, ia sudah berkali-kali diingatkan oleh keluarganya, bahwa menjaga diri di kota lain bukanlah sebuah hal yang mudah. Dan kali ini, ia pun merasakan sendiri akibatnya.

“Aku mau menyentuh payudara kamu, boleh tidak, Safira?” Tanya Pak Dar dengan nada suara yang dibuat-buat.

“Boleh, Pak Dar. Hnggghhh…”

“Apa, Safira? Bapak tidak dengar?” Tanya sang rektor lagi, seakan kembali mengingatkan bahwa kata-kata sang mahasiswi masih kurang mesra, dan tidak sesuai dengan perjanjian yang telah mereka buat sebelumnya.

“Tolong sentuh payudara saya, Pak Dar. Saya mohon sentuh payudara saya…”

“Hmm, mengapa kamu mau saya melakukan tindakan tercela itu, Safira? Bukankah kamu merupakan mahasiswi teladan, dan anak dari orang tua yang kaya raya pula? Tentu tidak pantas kan disentuh tubuhnya oleh rektor tua seperti saya?”

Safira pun berusaha memilih kata-kata yang tepat, agar ia tidak kembali dianggap salah di mata sang pria tua. “Karena dengan semua kelebihan tersebut, saya ingin sekali menjadi gundikmu, Pak Dar.”

“Saya sudah tua lho, dan mungkin tidak bisa membuat kamu puas.”

Safira akhirnya terpaksa mengeluarkan jurus terakhirnya. Perempuan tersebut menarik wajah Pak Dar, dan mulai mengecup-ngecup lehernya yang terbuka. Bekas lipstik Safira yang merah merona, tampak sedikit menempel di sana. Hal tersebut akhirnya berhasil membuat sang rektor tidak tahan.

“Nggghhhh… Baiklah, Safira. Kalau itu maumu,” ujar Pak Dar.

Pria tua itu akhirnya menaikkan tangannya dari perut ke arah buah dada Safira. Meski masih tertutup bra, jemari Pak Dar tetap bisa menyentuh puting milik sang mahasiswi, yang terasa sudah menegang. Ia pun mulai memutar-mutar puting tersebut seperti tombol tuner radio, membuat safira mengeluarkan desahan pertamanya malam ini.

“Aaaaaahhhhh… Gggghhhh… Pak Dar, ahhhhh…”

Seandainya ada yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan tersebut, mereka pasti akan merasa heran melihat seorang mahasiswi muda yang tampak begitu cantik karena baru saja melalui proses belajar mengajar di kelas, kini sedang mengecup-ngecup leher sang rektor yang bertubuh gendut. Perempuan yang masih mengenakan pakaian lengkap tersebut bahkan tidak menolak ketika tangan sang pria tua yang duduk bersamanya di sofa, masuk ke sela-sela blus dan bermain-main dengan payudaranya.

“Kamu tahu kan, Safira. Kalau saya sudah lama tidak merasakan kenikmatan seperti ini setelah ditinggal istri saya, nghhh…” Ujar Pak Dar tiba-tiba. “Saya sudah mengincar tubuh kamu sejak tiga tahun lalu, saat kamu pertama kali menginjakkan kaki di kampus ini. Dan saya tidak menyangka akhirnya bisa mendapatkannya juga, hahaha.”

Dalam hati, Safira merasa ada gejolak aneh di kemaluannya. Namun ia tidak tahu apakah ini karena kata-kata Pak Dar barusan, remasan pria tersebut di payudaranya, atau keinginan terpendamnya untuk merasakan kepuasan seksual untuk pertama kalinya.

“Berhenti berkedut-kedut vagina sialan. Kita harus bertahan sampai waktunya tiba nanti,” batin sang mahasiswi.

“Aroma tubuh kamu sangat harum, Safira. Saya tidak sabar untuk segera menggagahi tubuhmu dan menikmati keperawananmu,” bisik Pak Dar di telinga sang perempuan. Kata-kata tersebut selain membangkitkan libido sang perempuan, tetapi juga membuat telinganya terasa geli.

“Seluruh tubuhku kini sudah jadi milikmu, Pak Dar. Ngghhh…” Jawab Safira yang masih berusaha menutupi birahinya yang mulai naik.

Pak Dar tiba-tiba menghentikan aksinya, tepat di saat Safira menginginkan rangsangan itu untuk terus berlanjut.

Perempuan tersebut tampak heran dan kebingungan, melihat Pak Dar yang kemudian bangkit dari sofa, untuk menuju meja kerjanya. Ia membereskan beberapa barang dan memasukkannya ke dalam tas jinjing antik yang telah ia miliki sejak puluhan tahun lalu. Ia melakukannya dengan begitu cuek seakan-akan tidak terjadi apa-apa barusan.

“Kok kamu diam saja di situ?” Tanya Pak Dar saat ia telah berjalan menuju pintu ruang rektor, sedangkan Safira masih tetap duduk di sofa. “Hari sudah malam, mari saya antar kamu pulang.”

Bagaikan sapi yang dicocok hidungnya, Safira pun menuruti ajakan Pak Dar, dan langsung membereskan pakaiannya yang sedikit berantakan, lalu menghampiri pria tua tersebut. Saat telah berada di samping sang rektor, Safira secara reflek langsung menggamit lengan Pak Dar untuk bergandengan.

Pak Dar pun tersenyum. “Saya suka perempuan pintar seperti kamu, Safira. Tidak perlu diperintah terlalu banyak untuk bisa memuaskan saya dengan cara yang luar biasa,” ujarnya.

Mendengar hal itu, Safira tampak bergidik ngeri. Ia mulai ragu akan kemampuannya untuk bertahan dari rangsangan birahi sang rektor, apalagi mereka nanti hanya akan berdua saja di rumahnya. Pikiran sang mahasiswi pun langsung melayang ke hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada dirinya.

(Bersambung)
 
Bimabet
Deep Talk Antara Bu Indira & Pak Agustinus Tolong Sedikit di Berikan Translate Bahasa Indonesia Om. hehe. Biar Para Pembaca Paham Akan Alur Pembicaraan nya.
Overall Bagus Banget sii. Apakah Pak Agustinus Akan Menemukan Sosok Pengganti Mamah Andrew di Bu Indira ?? Atau Justru Andrew Yang Akan Menyelamatkan Bu Indira Dari Cengkeraman Sang Ayah. huehuehue
Sejauh Ini Pak Agustinus Memimpin Dengan Kriteria Calon Idaman Bu Indira, Meskipun Bu Indira Belum Paham Akan Tabiat Buruk Sang Pejantan.

Ahmad Cepat Banget Keluarnya. huehuehue
Semoga Next Pertemuan Mereka Bisa Making Love Tanpa Mengunakan Pengaman Dan Timbul Percikan Cinta Antara Keduanya. Pasangan Duo AA

Safira oh Safira. Sampai Kapan Kamu Akan Tahan Dengan Godaan Pak Dar. hehe
Tarik Ulur Untuk Menjadi kan Safira Sebagai Wanita Binal Kedepannya. hehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd