Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT KEMBANG KAMPUS (collab with @killertomato)

Siapa tokoh perempuan favorit kalian d cerita ini?

  • Safira

  • Yasmin

  • Indira

  • Laras

  • Amira

  • Naura


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part 16: Libido Tinggi

Hari ini, kota Semarang tengah diterangi sinar matahari yang nun jauh lebih terik dari biasanya. Sebentar saja berada di luar ruangan, maka seseorang akan langsung berkeringat dan merasa gerah. Namun, aktivitas kehidupan toh harus terus berjalan, sehingga para penduduk dan turis dari luar daerah tetap saja berseliweran di sudut-sudut kota.

Salah satu lokasi yang kerap kali dikunjungi oleh para wisatawan adalah sebuah museum yang telah menjadi ikon kota Semarang. Entah apa daya tarik bangunan tua yang sebenarnya hanya diisi dengan ruangan-ruangan kosong dengan banyak sekali pintu dan jendela tersebut. Sebagian orang mungkin datang untuk menghitung jumlah pintu apakah sesuai dengan nama tenarnya, sebagian datang karena penasaran dengan kisah mistis yang menyelimuti bangunan tersebut, sedangkan sebagian yang lain hanya bingung saja harus mengunjungi tempat mana lagi di kota itu.

Seorang perempuan berparas rupawan berjalan menuju pintu gerbang museum tersebut.

Ia sebenarnya tidak terlalu ingin datang ke sana, tetapi bila dibanding harus menemani pria tua penuh misteri seperti Pak Bas, opsi ini terdengar jauh lebih baik. Perempuan yang mengenakan jilbab berwarna merah muda itu membeli tiket masuk yang harganya tidak terlalu mahal, dan mengantri di pintu masuk.

Perempuan bernama lengkap Yasmin Wulandari itu sudah akan masuk ke dalam area museum, ketika tiba-tiba ada yang mendorongnya dari belakang.

MEHN2HR_t.png


Brkgh!

Yasmin sampai tersungkur ke tanah karena dorongan keras itu.

Saat menoleh ke belakang, ia melihat serombongan keluarga yang terdiri dari pria dan wanita dewasa yang membawa beberapa anak-anak, sedang berbondong-bondong masuk ke area museum. Sepertinya… rombongan itulah yang tadi mendorong tubuhnya.

“Aduuuuh. Maaf sekali ya, Mbak. Kami tidak sengaja, Mbak tidak apa-apa?” ujar seorang pria tua sambil menghampiri Yasmin. Pria itu sepertinya berusia sekitar 50 tahun, dan merupakan pemimpin rombongan tersebut.

Yasmin bangkit dengan raut wajah yang kesal. Perempuan itu langsung menepuk-nepuk pakaiannya yang sedikit kotor akibat debu. Ia pun semakin merasa sebal saat pria tua itu nekat menyentuh tangannya.

“Hei ! Apaan pegang-pegang?” tukas Yasmin sambil menarik tangannya dari genggaman sang pria tua. Suaranya yang lantang membuat para petugas dan beberapa pengunjung lain sampai menoleh ke arahnya.

“Ma… Maaf, Mbak. Sungguh saya hanya ingin meminta maaf. Tidak lebih,” jawab pria tersebut.

“Dasar kampungan,” gumam Yasmin sambil melengos pergi meninggalkan pria itu. Sayangnya, suara tersebut masih bisa terdengar oleh pria yang kini berada di belakangnya itu.

“Hihh… galak nemen si cah wadon, arep njaluk ngapuro kok malah mbleketut. Njaluk ngapuro salah ora njaluk ngapuro ya salah. Kepriwe lha.” gerutu sang pria tua yang mengomentari kegalakan dan cemberutnya Yasmin saat ia berusaha meminta maaf tadi.

Meski merasa kesal, mood pria tersebut langsung berubah drastis saat melihat gemulai tubuh sang perempuan berjilbab galak, yang dari penampilannya seperti berasal dari ibu kota. Perempuan itu pun tampak sebagai seseorang yang berpendidikan. Tentu jauh berbeda dengan sang pria tua yang hanya bekerja sebagai buruh tani di desa, dan setelah sekian lama menabung akhirnya baru bisa membawa keluarga besarnya berwisata ke Semarang.

“Pasti wuenak kae. Pasti bakalan nikmat sekali kalau bisa membuat wanita sombong itu bertekuk lutut dan mengemis-ngemis di hadapanku. Apalagi kalau dikasih izin buat nenen dari toketnya yang gede itu,” batin pria tua tersebut.

Namun lamunan mesum sang pria akhirnya terhenti, saat seorang anak kecil memanggilnya. “Kakek … Kakek … Ayo cepat ke sini, kita mau foto-foto. Ngapain sih berdiri di situ terus?”

“Eh, iya… Nanti Kakek nyusul,” ujar pria yang dipanggil Kakek tersebut, sambil melirik untuk terakhir kalinya ke arah Yasmin yang tengah berjalan sendirian ke dalam museum.


***​


“Semarang ternyata cukup panas hari ini…” Yasmin mengelap dahinya yang basah oleh keringat dengan punggung tangan.

Udara yang panas membuat Yasmin berulang kali mengipas-ngipaskan tangan ke tubuhnya. Keringat mulai mengucur dari tubuh indahnya, sehingga ia harus terus menerus mengusap tubuhnya dengan tissue. Agar tidak mengalami dehidrasi, perempuan cantik tersebut pun langsung berusaha mencari kedai yang menjual minuman di sekitar museum.

“Oh iya, tadi kan Pak Bas memberi minuman elektrolit favoritku,” gumam Yasmin.

Ia langsung mengambil botol berukuran sedang dari dalam tasnya, dan meminum isinya hingga habis. Perempuan itu sempat merasa aneh karena botol tersebut seperti lebih gampang dibuka dari biasanya. Berbeda dengan botol baru yang biasanya masih tersegel. Namun Yasmin tampak tidak mau ambil pusing, dan langsung membuang botol tersebut ke tempat sampah.

Hari ini, ia merasa senang karena tanggung jawab dengan Pak Bas sepertinya sudah ia selesaikan dengan baik. Berkat kehadirannya, konglomerat asal Semarang yang menjadi harapan mereka akhirnya berkenan untuk memberikan donasi kepada kampus tempatnya bekerja. Ia pun teringat betul kata-kata Pak Bas yang menyatakan bahwa setelah ini Yasmin tidak perlu memikirkan soal kesalahannya dalam pengaturan anggaran Entrepreneurship Day kemarin. Lega sekali rasanya istri Ferdian itu.

“Ternyata solusi dari suatu masalah itu sebenarnya cukup mudah, selama kita mau menjalaninya dengan penuh dedikasi dan semangat,” bisik Yasmin pada dirinya sendiri sembari menatap ke arah tugu yang terlihat di tengah persimpangan jalan.

Dalam hati, ia ingin menunjukkan kesuksesannya ini pada sang suami, yang sebelum berangkat terus menerus merongrongnya tanpa memberikan alternatif solusi yang lebih baik.

Baru beberapa menit berkeliling museum, Yasmin mulai merasa tubuhnya menjadi lebih hangat dari biasanya. Selain itu, rasa gatal pun mendera bagian-bagian tubuhnya yang sensitif, seperti puting payudara dan selangkangan. Tak hanya itu, bagian ketiaknya pun kini mulai terasa ingin digaruk oleh apa pun, demi menghilangkan rasa gatal yang muncul.

Jantung wanita jelita itu pun berdegup dengan kencang. Celaka! Apakah terulang kembali?

“Duh, ini persis banget kayak kemarin waktu ketemu Pak Dewo. Ada apa sih dengan tubuhku ini?” Yasmin mengerutkan kening dan bertanya-tanya dalam hati..

Awalnya ia berpikir bahwa ini adalah reaksi alami karena ia baru saja datang ke kota baru. Jet Lag atau apalah. Namun apabila perasaan ini tidak kunjung hilang, apakah ia harus segera memeriksakannya ke dokter? Aneh sekali rasanya. Reaksinya mendadak dan muncul dari dalam diri.

Museum yang didatangi Yasmin mempunyai banyak sekali ruangan, sehingga cocok untuk tempat bermain petak umpet. Meski begitu, pengelola museum telah membuat rute perjalanan yang seharusnya diikuti oleh para pengunjung, mulai dari lantai dasar, ke lantai kedua, sebelum kemudian kembali ke taman depan yang dihiasi dengan lokomotif besar yang begitu ikonik. Akibatnya, banyak ruangan di dalamnya yang jarang sekali terjamah oleh para pengunjung, karena memang tidak ada hal yang menarik di sana.

MEHN2HR_t.png


Hal ini pun disadari oleh Yasmin, yang seperti hendak menyendiri ke dalam salah satu ruangan, sembari menunggu perasaan hangat dan gatal tersebut hilang.

“Kemarin, setelah aku kabur dari taksi online Pak Dewo, rasa hangat ini pun hilang dengan sendirinya. Mungkin memang harus ditunggu saja,” pikir perempuan tersebut. Napas Yasmin mulai memburu.

Yasmin sebenarnya sempat berpikir untuk pergi ke toilet, di mana dia bisa berdiam diri di sana tanpa takut diganggu. Namun, museum tersebut ternyata hanya mempunyai beberapa toilet umum, dan semuanya dipenuhi antrian pengunjung. Karena itu, apabila Yasmin sembunyi di sana, pintu toiletnya pasti akan langsung digedor-gedor orang lain yang menunggu giliran. Ia pun memutuskan untuk mencari tempat sepi, dan tetap diam di sana sampai perasaan aneh ini hilang.

“Untung aku perginya ke tempat seperti ini yang mempunyai banyak ruangan sepi, bukan tempat ramai yang tidak memungkinkan aku untuk menikmati perasaan ini tanpa dilihat orang,” ujar Yasmin dalam hati.

Nikmat? Ya, meski merasa terganggu, Yasmin harus mengakui bahwa ia menikmati perasaan tersebut. Ia hanya lebih senang apabila perasaan tersebut datang saat ia sedang sendirian di kamar hotel atau ketika ia tengah bersama sang suami di rumah. Perasaan aneh tersebut seperti memberikan rangsangan yang aneh ke sekujur tubuhnya.

Saat tengah berada di lantai dua, Yasmin akhirnya melihat sebuah ruangan yang cukup jauh dari rute wisata yang biasa dilewati pengunjung lain. Ia pun melihat ke sekelilingnya, dan tampak tidak ada orang sama sekali baik di dekatnya maupun di dalam ruangan tersebut.

“Ahh, sepertinya lebih baik aku istirahat di sana dulu. Kalau aku pulang ke hotel pun nanti malah akan mengalami kejadian yang sama seperti kemarin di taksi online,” batin Yasmin.

Ruangan tersebut tidak berisi apa-apa, hanya sebuah area berukuran 5x3 meter yang dibatasi dinding beton, dengan akses masuk tanpa pintu di pojok. Ada beberapa jendela yang menjadi jalan masuk sinar matahari, sehingga ruangan tersebut tidak terlalu gelap.

Setelah merasa aman, Yasmin langsung bersender di dinding, dan mulai meraba-raba payudaranya sendiri dari luar kaos hitam ketat yang ia kenakan. Setelah melakukannya selama beberapa menit, perempuan tersebut masih merasa tidak puas. Ia pun memberanikan diri untuk memasukkan tangannya ke dalam kaos, lalu kembali meremas payudaranya dari balik beha.

“Ngghhh … kalau begini, sepertinya jadi tidak terasa terlalu gatal. Tapi mau tidak mau, gairahku jadi makin naik, ahhh. Ada apa sih sebenarnya dengan tubuhku?”

Yasmin memejamkan mata, seperti ingin meresapi setiap remasan di buah dadanya, yang secara otomatis membangkitkan libido tersembunyi di dalam dirinya.

“Aaaahhh… ahhh… ahhh…”


***​


“Ayo, semuanya naik tangga pelan-pelan. Jangan sampai jatuh,” ujar seorang pria tua sambil menuntun beberapa anak kecil untuk naik ke lantai dua museum tersebut.

“Iya, Kakek,” jawab anak-anak itu.

Meski kelihatan lelah, tetapi pria yang dipanggil Kakek itu merasa bahagia dalam hatinya yang terdalam. Momen berwisata ke kota Semarang telah lama ditunggu-tunggu oleh keluarga besarnya. Selama ini, mereka memang belum pernah merasakan hingar bingar perkotaan, dan hanya berkutat di kampung halaman mereka di desa. Ia gembira karena saat ini mereka tampak senang, hatinya pun ceria.

Saat rombongan tersebut sampai di lantai dua, sang Kakek tua samar-samar mendengar sebuah suara aneh. Suara tersebut berasal dari sebuah ruangan yang cukup jauh dari rute yang biasa dilewati wisatawan.

Jangan-jangan… jangan-jangan mitos yang beredar itu benar adanya? Mitos yang menyatakan tempat ini masuk ke dalam jajaran lokasi paling diburu untuk mencari wangsit dan uji nyali?

“Weleh-weleh. Museum iki pancen angker jare. Tempat ini memang angker katanya. Tapi apa iya ada setan nongol mak bedunduk di siang hari? Wagu tur ra lucu. Aneh dan sepertinya tidak lucu. Setan di siang bolong? Wagu,” gumam Kakek.

Pria tersebut kemudian coba memicingkan telinga demi menangkap suara tersebut. Lama kelamaan, suara itu semakin jelas terdengar. Ia pun jadi penasaran dari mana suara tersebut berasal.

“Nek, tolong jaga anak-anak dulu, saya mau ke belakang,” ujar Kakek kepada istrinya, seorang wanita berambut putih. Usia mereka sepertinya tak jauh berbeda.

Iyo, Kek. Jangan lama-lama ya,” ujar perempuan yang dipanggil Nenek itu.

Setelah merasa lepas dari tanggung jawab menjaga anak-anak kecil di rombongannya, Kakek kemudian mendekati sumber suara yang tadi sempat ia dengar. Semakin ia mendekati ruangan yang berada di ujung bangunan tersebut, semakin santer pula suara yang ia dengar. Suara tersebut mirip dengan desahan perempuan yang sering ia dengar saat menonton film porno di VCD.

Sang pria tua meneguk ludah. Ketegangan menerpanya. Apa ya yang ada di depannya sana? Masa iya ada setan ngeseks? Sepertinya sih bukan. Tapi kalopun iya, dia jadi penasaran bercampur takut. Gimana kalau tiba-tiba dia ketemu siluman jaran sedang ngenthu siluman babi? Kan nggilani, nggegirisi, dan medeni. Menakutkan sekaligus menjijikkan.

Sang Kakek sempat menoleh ke belakang, khawatir ada orang lain yang mengikuti langkahnya. Namun lantai dua museum tersebut masih terlihat sepi, tanpa ada pengunjung yang lalu lalang. Pria tua itu pun merasa aman dan melanjutkan langkahnya mendekati ruangan yang tidak berpintu tersebut.

Betapa terkejutnya sang Kakek saat melihat pemandangan di dalam ruangan!

“Ahaahkkkghh…. Aaahhhh… ahhhhh…” suara desahan misterius itu ternyata berasal dari seorang wanita jelita sedang memuaskan dirinya sendiri dengan bersandar pada satu tembok.

Sang Kakek melotot, “Lah, bukannya itu mbak-mbak berjilbab yang ketemu di pintu gerbang tadi? Lagi ngapain dia di situ?”

Sang Kakek bisa melihat kondisi di dalam ruangan dengan cukup jelas, meski posisi berdirinya saat ini masih cukup jauh.

Dari tempatnya berada, Kakek bisa melihat bagaimana perempuan berjilbab tersebut sedang memejamkan mata sambil bersandar di dinding. Perempuan itu tengah meremas-remas payudara dengan tangannya sendiri, yang ia selipkan ke balik kaos hitamnya yang ketat.

“Wuedyan. Apik tenan ikih. Apik tur nyenengke. Pemandangan yang luar biasa indah. Duh, cantik-cantik kok sukanya main sendiri sih? Di tempat umum begini pula. Apa dia itu termasuk golongan disebut-sebut Mbah Kromo sebagai sosis eh… kismis… eh.. eksorsis… eh apa itu ya?”

Yang dimaksud sang Kakek tentu saja exhibitionist.

Pria tua itu pun memutuskan untuk mendiamkan terlebih dahulu perempuan cantik itu larut dalam birahinya sendiri, sembari melihat ke sekeliling apakah kondisi di tempat tersebut benar-benar aman.

Lama kelamaan, pria tua itu mulai tidak tahan. Kemaluan di balik celana panjangnya sudah membesar, hingga membuat celana dalamnya sesak. Kakek pun berjalan dengan perlahan memasuki ruangan tersebut.


***​


Yasmin tengah larut dalam gelombang birahinya sendiri, saat ia merasakan tubuhnya disergap dari belakang oleh seseorang. Dengan cepat, sosok yang sepertinya merupakan seorang pria tersebut langsung menutup mulut Yasmin agar tidak berteriak, dan langsung memeluk tubuhnya yang indah.

“Kalau mau selamat, jangan berteriak. Mengerti?” Ujar sang pria.

Celaka.

Yasmin pun mengangguk, demi menjaga keselamatannya.

MEHN2HR_t.png


Ia terkejut ketika melirik ke belakang, karena yang tengah memeluk tubuhnya saat ini adalah sang pria tua yang tadi sempat berdebat dengannya di pintu gerbang museum. Ia pun menyesali keteledorannya yang tidak waspada akan kondisi tempat dia berada saat ini, akibat terlalu menikmati rangsangan yang ia terima dari tangannya sendiri.

“Tolong lepaskan saya, Pak. Maafkan saya soal yang terjadi di pintu gerbang tadi,” pinta Yasmin pada sang pria tua yang biasa dipanggil Kakek tersebut untuk mengurangi tekanan di tangan yang menutup mulut sang perempuan.

“Saya bukan orang yang pendendam kok Mbak, jadi saya sudah melupakan soal yang tadi,” ujar Kakek sambil tersenyum dan mulai merenggangkan sekapannya. “Tapi sepertinya Mbak sedang perlu bantuan, jadi saya datang ke sini justru untuk menolong Mbak. Sebagai manusia, kita kan perlu membantu satu sama lain, benar kan?”

Kakek pun langsung mengarahkan tangannya ke kedua payudara Yasmin, lalu meremas-remasnya dari luar kaos yang dikenakan perempuan tersebut. Remasan itu terasa begitu lembut, hingga sang perempuan tidak bisa berbohong kalau dia juga menikmatinya. Sesuatu yang seharusnya tidak boleh terjadi, karena kedua insan tersebut sudah mempunyai pasangan masing-masing.

“Ja-jangan! He… Hentikan, Pak! Saya mohon… jangaaaan!” desak Yasmin. “Aaaahhh…”

“Lho, bukannya Mbak sendiri yang tadi melakukan ini? Saya itu kan cuma nolong, hanya membantu supaya tangan Mbak nggak pegal. Lagipula kalau memang suka diremas-remas begini toketnya, nggak perlu marah-marah di depan seperti tadi, Mbak. Minta saja baik-baik, pasti akan saya kasih, huihihihi….”

Tanpa terasa, setetes air mata mengalir di pipi Yasmin. Ia yang tadinya merasa senang berhasil menghindar dari Pak Bas, kini malah jatuh ke pelukan pria tua yang ia tidak kenal sama sekali. Kemarin tubuhnya sempat digerayangi oleh seorang pengemudi taksi online bernama Pak Dewo, sekarang seorang Kakek tua. Bagaimana sih ini? Kenapa dia jadi sebinal ini tiba-tiba? Yang lebih membuat Yasmin kesal, adalah fakta bahwa dirinya justru menikmati semua pelecehan tersebut.

Yasmin pun tambah bergairah ketika tangan Kakek mulai berani masuk ke balik kaosnya, dan meraba-raba puting payudaranya. Keberadaan bra yang masih menutupi sepasang buah dada montok miliknya seperti bukan masalah bagi sang pria tua.

“Hentikan, Pak! Hentikan! Nanti ada orang yang datang, ahhh … Kita nanti bisa ketahuan,” ujar Yasmin berusaha mencegah Kakek untuk bertindak lebih lanjut. Namun sayangnya, kata-kata tersebut seperti hanya menjadi angin lali di telinga sang pria tua yang sudah begitu bergairah.

“Saya sudah periksa tadi, Mbak. Tidak ada orang yang akan ke sini kok. Selama kamu tidak berisik, kita aman,” jawab Kakek. “Duh, imut banget sih puting toket kamu, Mbak. Habis ini ikut saya ke desa yuk, jadi istri kedua saya, ngghhh.”

Kata-kata tersebut membuat Yasmin merasa benar-benar terhina. Namun di saat yang sama, perempuan tersebut juga merasa bergairah, yang ditandai dengan makin lembabnya liang senggama di selangkangannya. Selama menikah dengan suaminya, jarang sekali ia bisa merasakan birahi setinggi ini. Apalagi kemudian si Kakek juga mulai mengecup lehernya yang masih berbalut jilbab.

“Nama kamu siapa, Mbak?”

Nghhh… Bapak tidak perlu tahu.”

“Kok malu-malu sih, ayo dong kasih tahu saya,” ujar Kakek sambil memperkuat remasannya di buah dada Yasmin, sambil menarik-narik puting payudaranya ke arah luar. Rangsangan tersebut praktis membuat Yasmin menggelinjang hebat.

“Ahaaaaaakgghhhh..!!” Birahinya meluap-luap, Yasmin menatap pria tua itu dengan pandangan penuh gairah yang tiba-tiba saja bangkit entah darimana asalnya. “Ya… Yasmin, Pak. Nama saya Yasmin.”

“Nah, begitu. Apa susahnya jujur sama aku, sayang. Kamu dari ibu kota?”

“I… Iya, Pak. Nggghhhh..,” jawab Yasmin di sela-sela desahan binal yang mulai meluncur dari balik bibir indahnya.

“Kerja apa kamu di ibu kota, Nduk?”

“Sa… Saya dosen, Pak.” entah mengapa Yasmin jadi patuh saja menjawab dengan jujur saat didera pertanyaan demi pertanyaan oleh sang pria tua cabul.

“Wahahahaha, beruntung sekali saya hari ini, bisa meremas-remas toket besar milik dosen cantik dari ibu kota, hahaahaha… ini mungkin yang disebut ketiban ndaru, kejatuhan untung”

Di tengah-tengah rangsangan yang ia terima, Yasmin bisa merasakan sesuatu yang besar dan keras mulai menusuk-nusuk bokongnya dari belakang. Perempuan cantik itu tidak perlu melihat secara langsung untuk tahu benda apa yang tengah mendesak bagian belakang tubuhnya tersebut.

Tubuh Yasmin kemudian diputar oleh Kakek, hingga keduanya saling berhadapan. Sesaat, ia mengagumi paras cantik dosen muda tersebut, dengan kulit putih dan hidung mancung, yang semakin membangkitkan birahinya. Pria tua tersebut perlahan mendekatkan wajah mereka, hingga hanya terpisah beberapa senti.

“Keluarkan lidah kamu, sayang…” ujar Kakek, yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Yasmin. Perempuan tersebut sepertinya masih bisa bertahan dengan baik di sela-sela libidonya yang menjulang tidak karuan.

Namun sang pria tua tidak kehabisan strategi. Ia pun menempelkan bibirnya ke bibir Yasmin, dan mulai mengoleskan bibir kering tuanya dipadukan dengan lidah yang sesekali menjulur. Bibir sensual Yasmin bagaikan dilumat oleh sang Kakek tua.

“Hmmppphh… Sluurrrppphhh…”

Merasakan bibirnya dikulum dengan penuh nafsu, birahi Yasmin pun semakin bangkit. Ia pun coba menjemput kepuasan dengan cara mengeluarkan lidahnya sendiri. Hal yang jelas-jelas sudah ditunggu oleh sang pria tua.

“Hhhmmmmppphhh… Sluuurrrrrppphhhhhh…”

Si Kakek langsung menghisap lidah Yasmin, lalu mengeluarkan lidahnya sendiri hingga sepasang organ lunak tersebut beradu dan saling membelit, bagaikan ular yang menari saat bertemu pasangan, saling menggesekkan diri untuk memuaskan pasangan. Begitu panasnya permainan lidah mereka, hingga Yasmin tidak protes saat tangan sang pria tua kembali menyelusup ke dalam kaos hitam yang ia kenakan, dan meremas-remas payudaranya.

Hmmppphh… manis sekali bibir kamu, Yasmin sayang. Kamu suka ya dicium kakek-kakek seperti saya?”

Yasmin hanya diam mendengar kata-kata yang penuh dengan unsur pelecehan tersebut. Apalagi kemudian si Kakek langsung menarik tangan perempuan tersebut yang halus, agar mulai mengelus-elus kemaluannya dari balik celana panjang berwarna coklat yang ia kenakan.

“Ahhh… terus elus-elus seperti itu, Cantik,” goda sang pria tua yang telah begitu menikmati sentuhan nakal dari sang wanita jelita yang bertingkah tidak seperti seharusnya sesuai predikatnya itu. “Mau seperti ini saja atau kamu lebih suka memegangnya secara langsung? Heheh. Kamu bakal suka apa yang saya punya, sayang…”

Beberapa menit keduanya saling mengelus dan meremas bagian sensitif pasangannya masing-masing sambil terus berciuman mesra, si Kakek lebih dahulu menyerah. Ia tidak bisa membohongi diri sendiri. Usia tuanya tidak bisa bohong, bahwa ia telah merasa begitu terangsang meskipun pemanasannya teramat singkat. Pria tua itu pun langsung menurunkan celana panjang dan celana dalam yang ia kenakan. Setelah itu, ia berusaha menekan tubuh Yasmin yang sintal agar segera berlutut di hadapannya.

Napasnya yang memburu terdengar oleh Yasmin, bau mulut perokok sebenarnya tidak begitu disuka oleh sang wanita jelita, entah kenapa hari ini bahkan itupun terasa amat merangsangnya.

“Kamu nunduk ya, Mbak dosen cantik. Isepin kontol aku pakai mulut kamu yang suci itu,” ujar sang pria tua. Begitu Yasmin menuruti permintaannya, si Kakek langsung menyentuhkan batang kemaluannya yang sudah begitu tegang ke pipi Yasmin.

Perempuan tersebut tampak enggan saat pipinya yang indah bersentuhan langsung dengan batang kemaluan tersebut. Tidak hanya hitam dan keriput, tapi juga bau dan berurat. Namun, ia juga tidak bisa menjauh karena tubuhnya sebenarnya masih menginginkan rangsangan hebat yang sedari tadi ia dambakan. Dan batang kemaluan si Kakek mempunyai urat besar yang seperti ingin meledak keluar seiring dengan ukurannya yang bertambah besar.

“Emutin kontol aku ya, Mbak Yasmin. Nah gitu, iya… kecup-kecup dengan bibirmu yang indah itu.”

Si Kakek semakin tidak bisa menahan birahinya saat Yasmin akhirnya menyerah, dan mulai membuka bibirnya sedikit demi sedikit. Bibir indah sang wanita berhijab yang luar biasa cantik itu akhirnya bersentuhan dengan ujung lubang kencing sang pria yang berbau tidak sedap. Tak lama kemudian, Yasmin mulai mengeluarkan lidahnya, dan menyentuhkan organ kenyal nan hangat itu untuk menjilat-jilat batang penis yang tegak menegang di hadapannya.

Sang suami yang bernama Ferdian Jayadi sebenarnya sudah lama ingin mendapatkan pelayanan seperti itu dari Yasmin, tetapi dosen cantik itu selalu menolak. Perempuan tersebut selalu beralasan bahwa aktivitas oral seks adalah sesuatu yang tidak higienis, dan bau kemaluan yang biasanya kurang sedap akan membuatnya jijik. Yasmin jelas tidak menduga bahwa ia kini akan bersedia melakukan blow job untuk pertama kalinya terhadap seorang pria tua yang bahkan tidak ia ketahui namanya. Semua terjadi karena dorongan aneh yang tiba-tiba melanda tubuhnya, seperti mendorong semua naluri seksualnya keluar ke permukaan.

Apabila ada orang yang tiba-tiba masuk, mereka akan melihat pemandangan sensual yang menakjubkan. Seorang perempuan cantik jelita yang terlihat alim dengan hijabnya sedang bertekuk lutut di hadapan seorang pria tua yang sudah berusia 50 tahun dan menikmati batang kejantanannya. Sang perempuan seperti sudah tidak peduli lagi dengan kehormatannya, dan memaju-mundurkan kepalanya di depan selangkangan sang pria dengan gerakan yang teratur. Seorang wanita jelita berpendidikan tinggi dan bekerja sebagai seorang dosen bisa-bisanya melakukan hal memalukan itu.

“Terus emut yang kuat, sayang. Hati-hati, jangan sampai penis hitamku ini kamu gigit. Nggghhhh… enaaaaakghhh…

Pria tua yang tengah berdiri di hadapan Yasmin tersebut seperti tidak bisa lagi menahan gairahnya. Tangannya menarik kepala sang perempuan yang berbalut jilbab berwarna merah muda itu dan menekannya kuat-kuat ke arah selangkangannya. Ujung kemaluannya yang panjang pun seperti menembus begitu dalam ke kerongkongan Yasmin.

“Haeeeeekghhhhh!!” Yasmin melotot karena sodokan itu hampir membuatnya tersedak.

“Nikmati pejuh-ku yang amis ini, Mbak Dosen… aaaaaaahhhhhhh….”

Crrrrttttttt… crrrrrtttt… crrrrrttttt…

Yasmin pun bisa merasakan sensasi unik saat cairan kental milik si Kakek muncrat keluar di dalam mulutnya yang baru pertama kali melakukan aktivitas oral seks tersebut. Bau amis dari cairan tersebut seperti menjadi penyegar bagi birahi Yasmin yang menggelegak. Teksturnya yang kental seperti merekatkan seluruh rongga mulut sang perempuan, hingga menjadi satu kesatuan. Saat ia membuka mulut seperti ada lem yang menyatukan bagian atas dan bawah.

Namun di tangah birahinya, sang perempuan masih bisa berpikir jernih untuk mencegah sperma tersebut agar tidak tumpah ke pakaiannya. Ia pun menampung semua sperma si Kakek di mulutnya. Saat sang pria tua menarik penisnya keluar, barulah Yasmin bisa memuntahkan seluruh sperma tersebut ke lantai. Ia pun mengambil tissue dari dalam tasnya untuk membersihkan bekas sperma yang mungkin menempel di pipinya.

“Bffhh. bffhhhh. Bfffh.” Yasmin meludah-ludahkan sperman sang Kakek.

“Duhh … Nikmat sekali sih ngentotin mulut indah kamu, Mbak Yasmin. Bagaimana rasanya kalau bisa langsung ngenthu tempik kamu ya? Hahaa.”

Karena merasa kelelahan, tubuh si Kakek langsung rebah di atas lantai yang sedikit berdebu. Ia terduduk dengan celana panjang yang masih tergeletak, dan selangkangan yang terbuka. Pria tua tersebut kini sedang mengatur napasnya yang sedikit tidak beraturan akibat orgasme yang ia rasakan sesaat tadi.

Melihat situasi tersebut, Yasmin menganggapnya sebagai kesempatan. Tanpa bicara apa-apa lagi, perempuan cantik itu langsung pergi meninggalkan si Kakek. Pria tua tadi sebenarnya berniat mencegah perempuan jelita itu meninggalkannya, namun gagal karena merasa kelelahan dan tidak sempat membetulkan posisi celananya.

“Sial…! Sial…!! Aku tidak boleh terjebak di kubangan nista birahi seperti itu lagi,” gumam Yasmin sambil terus berlari menuju pintu keluar museum, dan kembali ke kamar hotelnya.

Ada apa dengan dirinya!?

Ada apaaaa sebenarnyaaaa!?


***​


Saat Yasmin tengah dilecehkan oleh seorang pria tua tak dikenal di museum, sang suami Ferdian kembali mangkal di dekat sebuah rumah dengan nomor 10, yah tidak begitu jauh dan tidak seberapa dekat. Posisinya tidak akan menimbulkan kecurigaan siapapun.

Ini sudah kesekian kalinya Ferdian memarkirkan mobilnya dalam waktu yang cukup lama di lokasi itu, bahkan sejak beberapa hari lalu ia selalu mangkal di tempat yang sejatinya tidak ramai itu. Anehnya, pria yang berprofesi sebagai pengemudi taksi online tersebut tidak pernah turun dari mobilnya, dan hanya diam saja di kursi pengemudi seperti tengah menunggu sesuatu.

“Dengan terus berada di sini, peluangku untuk kembali mendapatkan si seksi itu sebagai penumpang tentu akan jauh lebih besar,” gumam Ferdian.

Teeeeetttt.

Tiba-tiba terdengar bunyi notifikasi di ponsel milik pria yang sedang terobsesi dengan nafsu itu, tanda bahwa ada pesanan yang masuk ke aplikasi taksi online miliknya. Setelah dicek, pemesannya adalah seorang pria. Ferdian pun langsung membatalkan pesanan tersebut, sesuatu yang selama ini jarang sekali ia lakukan.

“Bodo amat deh kalau nanti rating gue jeblok. Yang penting gue pengen ketemu lagi dengan mahasiswi kemarin, si tubuh indah itu…” ujar Ferdian dalam hati.

Teeeeetttt.

Sebuah pesanan kembali masuk ke aplikasi taksi online milik Ferdian. Kali ini, nama pemesannya adalah Naura Salsabila, yang minta diantar ke sebuah bar di salah satu sudut ibu kota. Melihat pesanan tersebut, sang pria pun langsung sumringah. Apa yang ia tunggu selama seharian ini akhirnya terjadi juga.

Agar tidak tampak mencurigakan, Ferdian menunggu beberapa menit, sebelum kemudian mengirim pesan lewat fitur chat. “Saya sudah sampai di titik penjemputan ya, Mbak.”

“Baik, Mas. Tunggu ya, sebentar lagi saya keluar,” balas perempuan yang memesan layanan taksi online tersebut melalui chat yang sama.

MEHN2HY_t.png


Ferdian mematut diri sebentar di depan kaca spion tengah, berusaha merapikan rambut dan pakaiannya agar tampil sempurna di hadapan sang penumpang yang sebentar lagi akan datang. Jantungnya berdebar kencang, seperti anak remaja yang baru pertama kali menjemput pacarnya. Sensasi menegangkan inilah yang terus dirasakan Ferdian sejak beberapa hari lalu, dan dia menyukainya. Sudah lama sejak terakhir kali ia merasakan adrenalinnya menggelegak.

Menikah dengan seorang dosen cantik dan pengertian seperti Yasmin memang merupakan idaman banyak orang. Apalagi wanita jelita itu mempunyai tubuh yang seksi dan payudara yang membusung, seperti mengundang semua pria dari berbagai kalangan untuk melirik. Namun kesempurnaan itu justru membuat kepercayaan diri Ferdian sebagai seorang laki-laki seperti jatuh ke titik terendah.

Sejak masih berpacaran saja, penghasilan Ferdian sudah lebih rendah daripada Yasmin. Dan kini, sejak ia dipecat dari tempatnya bekerja dan harus menjadi pengemudi transportasi online yang penghasilannya tidak tetap. Bisa dibilang kini justru ia yang menggantungkan hidup kepada sang istri. Dinamika tersebut tentu sangat berbeda dengan budaya yang selama ini ia rasakan di keluarganya, di mana ibunya sendiri bahkan tidak bisa lepas dari bapaknya meski sering disakiti.

Yasmin sebenarnya tidak pernah mempermasalahkan soal perbedaan penghasilan mereka. Ia tetap mencintai sang suami dengan tulus. Namun di dalam kepala Ferdian, secara otomatis muncul imajinasi bahwa sang istri bisa mencampakkannya begitu saja suatu saat nanti. Itulah mengapa ia kemudian menjadi sosok yang posesif, tidak ingin istrinya mempunyai peluang untuk pergi darinya. Tak hanya itu, di atas ranjang pun pria tersebut seperti mati kutu dan tidak bisa terangsang secara maksimal karena terus menerus memikirkan betapa rendah posisinya di mata Yasmin.

Ia merasa rendah, bodoh, dan tak mampu mengerjakan apa-apa dengan baik.

Karena itu, ketika bertemu dengan perempuan muda yang cantik seperti Naura, Ferdian pun seperti menemukan kesempatan untuk membuktikan bahwa dia adalah seorang lelaki sejati. Lelaki yang mempunyai kekuasaan atas perempuan yang dia gagahi, lelaki yang punya penghasilan lebih dari perempuan yang dia setubuhi, lelaki yang bisa membuat perempuan tersebut memohon ampun atas sodokan penisnya yang bertubi-tubi.

Tkk… Tkk…

Ketukan di kaca mobil menyadarkan Ferdian dari lamunannya. Pria tersebut kemudian menurunkan kaca, dan langsung berhadapan dengan sosok cantik yang hari ini mengenakan blus berwarna merah menyala, yang bagian depannya begitu rendah sehingga sampai menunjukkan belahan dadanya. Ferdian pun sampai bingung, sebenarnya perempuan tersebut pakai beha atau tidak. Untuk bawahan, perempuan itu tampak menggunakan celana jeans yang ketat menutup paha dan betisnya.

“Mas Ferdian ya?” Tanya perempuan tersebut.

“I… Iya. Mbak Naura ya? Silakan masuk,” Ferdian membalas pertanyaan itu dengan sedikit terbata. Ia terpukau oleh keindahan wajah dan tubuh Naura. “Tu-tujuan sesuai titik di aplikasi, Mbak?”

“Betul, Mas,” jawab Naura lagi begitu ia telah duduk di kursi belakang.

“Baik, Mbak.”

Ferdian pun langsung menjalankan mobilnya sesuai dengan perintah. Berkali-kali ia melihat ke arah spion belakang yang memang diarahkan persis ke tempat Naura duduk. Karena itu, Ferdian jadi bisa melihat belahan dada Naura yang begitu menggoda untuk diremas-remas, yang sempat ia sentuh saat terakhir mereka bertemu.

Pria tersebut pun tersenyum. Bila rencananya berjalan dengan lancar, maka bukan hanya payudara perempuan tersebut saja yang akan menjadi santapannya, tetapi juga liang senggamanya yang pasti sangat sempit dan hangat.

Ah… Naura. Betapa indahmu.

“Anu… Mbak, mohon maaf sekali ini. Kira-kira boleh tidak ya kalau kita mampir sebentar ke rumah saya? Dompet saya ternyata ketinggalan di rumah,” tanya Ferdian tiba-tiba.

“Hah, kok bisa begitu, Mas? Kalau butuh uang tunai, ini saya ada. Nanti Mas tinggal transfer saja lewat dompet digital di aplikasi,” jawab Naura yang tampak enggan. Semua penumpang taksi online tentu tidak mau membuang waktu mereka untuk mampir ke tempat lain. Selain aneh juga mencurigakan.

“Bukan masalah uang sih, Mbak. Tapi SIM dan STNK saya yang ketinggalan. Nanti kalau tiba-tiba di jalan kena tilang, bisa jadi masalah. Sekarang kan sedang musim razia.”

“Ihh, Mas ini gimana sih? Masa taksi online lupa bawa SIM dan STNK, huhh …” Naura mulai kesal, ia pun menggerutu perlahan, “jadi sopir kok tidak becus…”

“Ya namanya juga lupa, Mbak. Kan jadi tidak ingat.”

“Jauh nggak rumahnya?”

“Nggak kok, kebetulan satu arah dengan tujuan Mbak.”

Naura akhirnya menyerah. “Ya sudah, tapi jangan lama-lama ya,” ujar perempuan tersebut sambil kembali sibuk dengan ponselnya.

“Iya, Mbak. Janji cuma sebentar kok.”

Beberapa menit kemudian, Ferdian pun mengarahkan mobilnya ke dalam sebuah komplek perumahan, dan berhenti di depan salah satu rumah.

“Sebentar ya, Mbak,” ujar Ferdian yang langsung mematikan mesin mobil dan masuk ke dalam rumah.

Naura hanya mengangguk, sambil menahan perasaan sebal, lalu kembali fokus pada ponselnya. Saat itu, ia tengah sibuk berkirim pesan dengan kekasihnya Fadil, dan beberapa temannya yang lain. Mereka telah menunggu Naura di bar, dan siap untuk berpesta hingga tengah malam. Itulah mengapa sang perempuan berpakaian seksi seperti itu.

Mahasiswa muda tersebut tidak sadar bahwa sudah hampir lima menit dia menunggu di mobil. Kondisi mesin mobil yang mati membuat AC tidak menyala, sehingga ia pun merasa kepanasan. Naura akhirnya berinisiatif untuk mencari sang pengemudi.

“Mana sih itu supir, udah berapa menit kok nggak balik-balik juga,” gumam Naura. “Nyebelin. Kasih bintang satu aja ah.”

Ia melihat daerah sekeliling rumah tersebut, tampak cukup sepi tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Karena merupakan komplek perumahan baru, memang belum banyak orang yang menghuni rumah di sana. Di blok rumah sang pengemudi, bahkan hanya rumahnya saja yang tampak telah ditempati.

Mahasiswi cantik itu melihat pintu rumah Ferdian yang terbuka, dan memutuskan untuk masuk ke dalam guna mencari sang pengemudi yang meninggalkannya begitu saja di mobil.

“Mas? Ini sudah kelamaan. Mas? Mas?”

Begitu masuk ke dalam rumah, Naura hampir meloncat karena terkejut saat pintu rumah tiba-tiba ditutup, tubuhnya pun dipeluk dari belakang tanpa aba-aba.

“Akhirnya…” Dengusan napas Ferdian terdengar memburu di telinga Naura yang begitu dekat hingga menempel padanya, “Sudah lama aku menunggu saat-saat ini, Naura. Mungkin kamu lupa siapa aku, tetapi aku tidak akan mungkin melupakan momen pertama kita bertemu,” bisik Ferdian di telinga sang perempuan muda. Tangannya pun langsung menggerayangi payudara sang perempuan yang sedikit terbuka.

Naura benar-benar tidak tahu apa yang dibicarakan Ferdian. Seingatnya, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu, dan sang pria sudah bertindak kurang ajar kepadanya. Perempuan tersebut berusaha berteriak, tetapi mulutnya pun langsung dibungkam oleh sang pria.

“Kamu teriak pun tidak akan ada yang dengar, Cantik. Di blok ini baru rumah saya saja yang dihuni. Satpam komplek ini pun semua kenalan saya, yang ada nanti kamu yang ikut jadi santapan birahi mereka, heheheh…”

Berbeda dengan perempuan-perempuan lain, Naura tampak tidak terlalu panik meski tengah dipeluk dari belakang oleh pria yang tidak ia kenal. Ia seperti tengah bersiap untuk melakukan sesuatu yang sudah ia siapkan untuk momen-momen seperti ini.

“Bukkk…”

Naura menghentakkan sikutnya ke belakang, hingga menusuk perut Ferdian dan membuat pria tersebut kesakitan. Dekapannya pun terlepas, sehingga sang perempuan bisa membalikkan badan dan menghantamkan tinju keras ke arah wajah sang pria. Ferdian pun terpelanting ke belakang, dan langsung terduduk di atas sofa ruang tamu rumahnya.

Pria tersebut memang sudah menguntit Naura sejak beberapa hari, dan merasa telah mengetahui setiap aktivitas perempuan tersebut yang biasanya hanya diisi dengan pergi ke kampus atau kumpul-kumpul dengan teman. Ia pun menganggap Naura sebagai perempuan lemah yang akan mudah untuk dikuasai apabila mereka tengah berdua di tempat sepi.

Namun Ferdian tidak tahu bahwa sebelum mereka berdua bertemu, sang perempuan justru aktif mengikuti latihan karate di kampus. Naura secara rutin menjaga kebugaran tubuhnya dengan berolahraga di gym. Tubuhnya bahkan lebih fit daripada kebanyakan pria di kampus, apalagi dibandingkan Ferdian yang memang jarang berolahraga.

Tak menyangka akan menghadapi perempuan yang punya kekuatan untuk melawan, Ferdian tiba-tiba panik. Ia khawatir kalau perempuan tersebut akan melaporkannya ke pihak yang berwajib. Naura pun bisa mengadukan dirinya pada sang istri yang merupakan dosen di tempatnya menuntut ilmu. Bila itu terjadi, entah bagaimana kehidupan pria tersebut setelah ini. Dipenjara? Diceraikan istrinya? Tanpa ia sadari, beberapa tetes air mulai mengalir dari sudut kornea matanya.

Ia merasa kalah, lemah, dan tak berdaya. Ia memang laki-laki yang memalukan. Selalu ditundukkan oleh wanita.

Namun perempuan muda di hadapannya tersebut tidak kunjung lari keluar rumah. Ia terus berdiri di ruang tamu, sambil menatap ke arah Ferdian yang tengah tersungkur di sofa sambil memendam rasa takut. Tatapan Naura terasa seperti tengah menelanjangi sang pria dari atas ke bawah.

Naura tiba-tiba tersenyum, dan berjalan mendekati Ferdian. Sang pria semakin merasa khawatir atas apa yang akan terjadi pada dirinya, di dalam rumahnya sendiri.

“Berani-beraninya kamu…”


***​


Kota Semarang telah diselimuti langit gelap, tanda bagi seluruh penghuni bahwa sudah waktunya untuk beristirahat. Seorang perempuan cantik yang sedang menginap di sebuah kamar hotel pun telah selesai mandi dan mengenakan setelan piyama yang terdiri atas kemeja lengan pendek dan celana panjang berwarna merah muda. Ia merasa sangat lelah atas apa yang terjadi hari ini, dan langsung merebahkan tubuhnya yang indah di atas ranjang. Meski berukuran longgar, namun piyama tersebut tetap tidak mampu menutupi payudara montoknya yang seperti menyembul ke atas.

Lelah sekali rasanya.

Perempuan tersebut merasa otaknya benar-benar dikuras saat melakukan presentasi di hadapan seorang konglomerat bersama pimpinan yayasan kampusnya tadi siang. Lalu tepat setelah itu, birahinya juga dikuras oleh seorang pria tua di museum yang sama sekali tidak ia kenal. Sang perempuan memang tidak sampai membiarkan dirinya disetubuhi pria tersebut, tetapi birahinya yang sudah tidak tertahankan jadi tidak tersalurkan. Karena itu, begitu sampai di hotel, ia pun langsung membersihkan diri dan meluangkan waktu untuk melampiaskan birahinya dengan cara mengelus-elus vaginanya sendiri.

Dkkh… dkkhhh…

Terdengar ketukan di pintu kamar hotel yang ditempati perempuan tersebut. Ia pun bergerak menuju pintu, dan mengintip lewat lubang kecil yang mengarah ke luar kamar. Di depan pintu ternyata sudah ada sosok pria tua yang sangat ia kenal. Pria tersebut sepertinya membawa beberapa kantong plastik yang entah berisi apa.

Dengan rasa malas, perempuan berusia 28 tahun tersebut akhirnya mengambil jilbab siap pakai berwarna merah muda yang ada di lemari, lalu mengenakannya. Ia pun tak lupa menggunakan cardigan berwarna hitam untuk menutup lengannya yang terbuka. Sebagai seorang perempuan yang alim, ia tentu tidak mau auratnya terlihat oleh pria selain suaminya. Setelah itu, ia pun kembali ke pintu kamar dan membukanya.

“Selamat malam, Bu Yasmin,” sapa pria berusia 60 tahun tersebut. “Saya tidak mengganggu kan?”

“Malam, Pak Bas. Ada apa ya malam-malam begini ke sini?” Jawab perempuan bernama lengkap Yasmin Wulandari tersebut. Sang perempuan sempat melirik ke arah jam dinding dan melihat jarum pendek sudah melalui angka 9.

“Ini saya bawa makanan, setahu saya Ibu belum makan ya?”

Tahu dari mana dia?

Yasmin pun curiga, dari mana pria tua bangka ini tahu kalau dia belum makan malam. Sejak kejadian tadi siang, perempuan itu memang merasa dirinya terlalu lelah untuk keluar hotel untuk mencari santapan, atau memesan hidangan secara online. Karena itu, ia tidak bisa bohong kalau ia memang tengah kelaparan saat ini. Namun apakah ia harus menjawab yang sebenarnya di hadapan pemilik yayasan tersebut?

MEHN2HR_t.png


Krruuuukk… Krrruuuukkk…

Tanpa ia rencanakan, perut Yasmin tiba-tiba berbunyi. Wanita berparas cantik itu pun langsung tersipu malu dengan wajah memerah yang kian menggemaskan.

“Tuh kan, benar kalau Bu Yasmin sedang lapar, hehehe…”

“Hmm, tapi bagaimana ya, Pak? Kalau sekiranya berkenan mungkin bisa…”

Yasmin sempat ingin meminta Pak Bas untuk meninggalkan saja makanan yang ia bawa, lalu kembali lagi ke kamarnya. Namun apakah itu adalah sesuatu yang sopan? Ini dia sedang bicara dengan pemilik yayasan yang tengah menawarkan sesuatu untuknya.

“Sudah-sudah tidak perlu sungkan. Hitung-hitung kita merayakan kesuksesan tadi siang, Bu. Boleh kan kita makan bareng di sini?” Tanya Pak Bas lagi. “Berat lho ini saya pegang dari tadi, hehehe.”

Yasmin pun berusaha mengingat-ingat interaksi dirinya dengan Pak Bas selama beberapa hari terakhir. Sang pria tua memang sama sekali tidak pernah melakukan pendekatan dengan cara yang tidak biasa. Perempuan tersebut justru mendapatkan perlakuan mesum dari pria asing yang tidak ia kenal, bukannya dari Pak Bas. Karena itu, ia pun berpikir sepertinya tidak masalah untuk membiarkan pria tua yang mungkin sudah tidak punya nafsu seksual tersebut untuk masuk ke dalam kamarnya.

“Erhh… Baik deh, Mari, Pak. Silakan masuk.”

Pak Bas pun tersenyum penuh arti. “Terima kasih, Bu Yasmin.”

Begitu mereka berdua berada di dalam kamar, Yasmin pun menutup pintu. Pak Bas tampak melihat-lihat kondisi kamar yang cukup rapi, berbeda dengan kamarnya sendiri yang berantakan. Pria tersebut langsung meletakkan bungkusan yang ia bawa tadi di atas meja, serta sebuah bungkus rokok di rak yang berada di bawah TV.

“Saya bawa ayam goreng dan nasi, serta pizza untuk cemilan. Semoga cukup untuk mengisi perut Bu Yasmin yang lapar ya,” ujar Pak Bas. “Ada soda dan air putih juga untuk penutup.”

“Terima kasih, Pak,” jawab Yasmin.

“Tentunya tidak lupa, satu botol minuman elektrolit kesukaan Bu Yasmin, hehehe.”

“Wah, Bapak sampai repot-repot,” jawab perempuan tersebut sambil menerima botol yang diberikan sang pria. “Oh iya, Pak. Tadi siang kan Bapak kasih minuman yang sama ke saya, ternyata segelnya seperti sudah terlepas. Yang ini juga sepertinya sama neh.”

Pak Bas mengerutkan kening, Ia nampak sedikit panik, meski kemudian bisa kembali menguasai situasi kembali. “Hah, begitu ya? Mungkin sering kebanting-banting waktu proses pengiriman, sehingga jadi terlepas. Besok saya tidak beli di tempat yang sama deh. Duh, maaf sekali, Bu Yasmin.”

“Iya, Pak. Mungkin sebaiknya beli di tempat lain saja, agar lebih terjaga kualitas dan keamanan produknya,” lanjut Yasmin.

“Baik, Bu,” ujar Pak Bas yang merasa lega karena Yasmin tidak memperpanjang masalah tersebut. “Oh, iya. Boleh kita sambil menyalakan televisi? Biar tidak terlalu sepi. Aneh rasanya sunyi begini.”

“Boleh, Pak. Mau nonton apa? Kalau tidak salah di TV hotel ada aplikasi Netflix kan, jadi tinggal pilih saja.”

“Sini bu remotenya. Aada film laga yang ingin saya tonton. Kebetulan pemerannya juga terkenal, mungkin Ibu suka,” ujar Pak Bas sambil membuka aplikasi Netflix di TV dan langsung memilih film laga yang ia maksud.

Yasmin tidak tahu bahwa sang pria memilih film tersebut bukan karena pemeran di dalam filmnya, melainkan karena waktu tayangnya yang mencapai tiga jam. Ia merasa waktu tersebut cukup untuk membuatnya bisa lebih lama bersama dengan sang dosen muda pemilik kamar tersebut.

Mereka berdua pun langsung menyantap makanan yang tersedia, karena telah sama-sama lapar. Di kamar hotel tersebut ada sebuah meja bundar, serta dua buah kursi yang akhirnya mereka gunakan sebagai ruang makan mini. Tak sampai 15 menit, hanya satu loyang pizza berbentuk bundar dan beberapa minuman saja yang masih tersisa.

“Duh, kenyang banget ya, Bu Yasmin,” ujar Pak Bas.

“Iya, Pak. Untung Bapak tadi datang, sebenarnya saya memang sudah sangat lapar. Hihihi.”

“Hahaha, begitu ya? Syukurlah… Oh iya, ini… jangan lupa diminum elektrolitnya. Sudah dibeli khusus untuk Ibu lho ini.”

“Iya, Pak,” ujar Yasmin yang langsung meneguk botol minuman elektrolit yang diberikan Pak Bas hingga habis setengah.

Yasmin kemudian bangkit dari kursinya, dan langsung menuju kamar mandi. Dari luar, Pak Bas bisa mendengar sang perempuan muda tersebut sedang menggosok gigi dan mencuci muka. Aktivitas tersebut sepertinya merupakan ritual yang selalu dilakukan sang dosen cantik itu sebelum tidur.

Begitu kembali, Yasmin pun duduk di tepi ranjang, sambil sesekali menatap film yang sedang diputar di TV.

“Hmm, Pak Bas belum ngantuk?”

Pria tua tersebut tahu bahwa itu adalah kode halus untuk mengusirnya dari kamar. Namun, tentu bukan Basuki namanya kalau ia akan menyerah begitu saja.

“Tanggung Bu Yasmin, filmnya belum selesai. Saya numpang nonton di sini ya, hahaha. Malas saya jalan balik lagi.”

Yasmin pun terlalu lelah untuk protes. Ia membiarkan saja Pak Bas menonton karena mengira film tersebut akan selesai seperti film-film lain, yaitu sekitar 1,5 jam sejak mereka makan tadi. Ia pun langsung naik ke atas ranjang, dan menutup tubuhnya dengan selimut. Sedangkan Pak Bas masih duduk di kursi tempat ia berada sebelumnya.

Tapi…

Celaka..

Beberapa menit kemudian, Yasmin kembali merasakan kehangatan yang seperti ingin menyeruak dari tubuhnya, membuat gatal payudara serta vaginanya. Kali ini, perasaan tersebut seperti lebih kuat dari yang pernah ia alami sebelumnya. Bila tidak ada Pak Bas di kamar tersebut, ia pasti sudah akan membuka seluruh pakaiannya dan melakukan masturbasi di kamar mandi. Namun dengan kehadiran pria tua itu, Yasmin terpaksa harus menahannya sambil tetap mengenakan pakaian lengkap.

“Bu Yasmin kenapa?” Tiba-tiba terdengar suara Pak Bas yang saat ini sedang menatap tajam ke arah sang perempuan. “Kok gigit-gigit bibir begitu, sambil merem-merem?”

“Gawat. Bahaya… Ini berbahaya…” batin Yasmin.


***


“Sa… Saya minta maaf, Mbak. Sungguh… saya…”

Ferdian terus berusaha memohon agar perempuan yang ternyata cukup terampil bela diri tersebut memaafkan kelancangannya. Apalagi kini perempuan tersebut tengah berjalan mendekat ke arahnya, dan pria tersebut tidak tahu apa yang akan ia lakukan terhadapnya.

MEHN2HY_t.png


Begitu Naura tepat berada di hadapan Ferdian, mahasiswi cantik tersebut tanpa diduga langsung naik ke pangkuan sang pria, dan mengangkangi pahanya. Perempuan tersebut membelai rambut pendek Ferdian, dan mendekatkan bibirnya ke telinga sang pria.

“Kalau memang pengen, kan bisa bilang saja baik-baik. Tidak usah memaksa seperti tadi, Mas,” bisik Naura dengan suara mendesah menggoda..

“Ma… Maksud Mbak gimana?” Ferdian masih bingung akan apa yang terjadi di hadapannya.

“Saya tahu Mas dari tadi lirik-lirik ke sini kan,” ujar Naura sambil menarik tangan Ferdian agar masuk ke dalam blus yang ia kenakan, dan menyentuh payudaranya.

Tebakan sang pria ternyata salah, Naura masih memakai sebuah bra untuk menopang buah dadanya. Namun bra tersebut hanya menutup sebagian kecil saja payudara tersebut, sehingga Ferdian pun bisa dengan mudah menemukan putingnya yang sudah mengeras.

“Ko… Kok udah keras, Mbak?” Ferdian meneguk ludah.

“Siapa sih yang nggak keras putingnya, kalau mau dikasih enak-enak, Mas?” Jawab Naura sambil mengedipkan mata dengan raut wajah yang binal.

Naura memang sosok perempuan yang menganut pola hidup seks bebas. Karena itu, sebelum bersama dengan kekasihnya yang bernama Fadil, ia pun sudah pernah melakukan hubungan seks dengan pria lain. Namun selama ini ia selalu melakukannya dengan pria yang sebaya dengannya. Dalam hati, ada keinginan terpendam Naura untuk merasakan bersenggama dengan pria yang lebih tua darinya.

Tak jarang Naura menggoda beberapa om-om yang sering berkunjung ke bar tempat ia biasa nongkrong hingga tengah malam. Namun keberadaan Fadil selalu bisa mencegahnya untuk pulang bersama om-om tersebut, yang sejauh ini belum berani untuk berbuat lebih jauh kepada Naura. Padahal, apabila om-om itu memberikan nomor telepon, Naura bersedia untuk menghubungi dan menjalin hubungan dengan mereka tanpa sepengetahuan Fadil.

Tidak disangka tidak diduga, hari ini ternyata ada seorang pria yang lebih tua darinya melakukan sesuatu yang justru terlalu berlebihan, yaitu hendak memperkosanya di rumah yang sepertinya memang milik pria tersebut. Secara reflek, Naura pun langsung menghajarnya. Namun setelah dilihat lebih lama, pria yang merupakan pengemudi taksi online ini sebenarnya cukup tampan. Dari segi usianya yang lebih tua membuat gairah Naura jadi meledak-ledak.

“Hmmpphh… Cpppphhh…”

Naura pun langsung menyentuhkan bibirnya dengan bibir Ferdian, lalu mengeluarkan lidahnya untuk beradu dengan lidah pria yang tengah memangku tubuh indahnya saat itu. Sang pria pun menyambutnya dengan senang hati. Rasa kekhawatirannya berganti dengan birahi yang telah lama ia simpan, pria tersebut pun langsung melumat bibir dan lidah Naura dengan liar.

“Bagaimana rasanya mencium bibir seorang mahasiswi seperti aku, Mas?” Goda Naura. Suaranya yang serak-serak basah kian membuat seksi nada godaannya.

“Enak banget, Mbak… “ jawab Ferdian yang dari raut wajahnya tampak sudah sangat terangsang.

“Kalau sama ini, enak mana?”

Naura tiba-tiba mengangkat blus merahnya ke atas, lalu melemparkannya ke lantai. Bra warna merah muda yang ia kenakan pun langsung ia lepas kaitannya, dan langsung bergabung bersama blus yang tadi ia buang begitu saja.

Ferdian tidak menjawab. Ia memeluk tubuh perempuan muda tersebut dan langsung menyentuhkan bibirnya ke puting payudara Naura, menjilat-jilatnya seperti seekor anjing yang haus. Pria tersebut tentu tidak menyangka payudara yang sempat ia remas-remas beberapa hari lalu, kini terpampang jelas di hadapannya. Sang pemilik yang cantik jelita tersebut bahkan mengizinkan dirinya untuk langsung mengisap-isap payudara tersebut.

Hngghhhh, ahhh… Aku suka dijilat-jilat begitu, Mas. Ayo terus, puaskan aku hari ini, Massss … Hnnnnghhhhkk… enaaaaak…”

Naura mendongak ke atas sambil memejamkan mata. Ia begitu menikmati rangsangan demi rangsangan yang dillontarkan oleh Ferdian. Jilatan dari kekasihnya Fadil memang luar biasa sedap, namun kebersamaan terlarangnya dengan sang pria tua di hadapannya jelas lebih menantang.

Sang pria pun semakin bersemangat untuk memasukkan seluruh payudara Naura ke dalam mulutnya. Ia langsung mengemut, mengisap, dan menyedot buah dada sang perempuan yang terasa begitu gurih. Sesekali, ia memainkan puting payudara tersebut dengan lidahnya, sehingga tubuh sang perempuan yang telah telanjang bagian atasnya pun menggelinjang hebat.

“Ma… Mau lanjut di kamar?” Tanya Ferdian dengan ragu-ragu.

“Yuk. Tapi gendong ya Mas,” jawab Naura dengan binal. Ia mengedipkan matanya.

Ferdian pun tersenyum. Menggendong sang perempuan yang tubuhnya cukup mungil tersebut jelas bukan masalah baginya. Ia pun membopong Naura ke dalam kamar yang biasa ia gunakan untuk bermain cinta dengan Yasmin, lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

“Tu-tunggu dulu! Itu kan… itu kan…!?”

Naura terbelalak melihat foto pernikahan yang tergantung di kamar tersebut, yang menampakkan sang pengemudi taksi online dengan seorang perempuan yang jelas ia kenal. Perempuan berjilbab di foto itu adalah salah satu dosennya di kampus, yang dalam proses mengajar selalu tampak ramah di mata para mahasiswa. Dosen yang terkenal di kalangan para pria karena buah dadanya yang lebih besar dari mayoritas perempuan lain.

“Sebentar sebentar… jadi, pria ini adalah suami dari Bu Yasmin? Wow… gila juga gue,” batin Naura geli. “Sebuah prestasi ini namanya.”

“Hmm, kenapa, Mbak? Kamu tidak apa-apa kan?” Tanya Ferdian yang sudah menindih perempuan tersebut di atas ranjang saat melihat Naura seperti bengong selama beberapa detik.

“Eh…? Hmm, iya nggak apa-apa Mas,” ujar Naura berbohong sambil tersenyum manis. “Mulai sekarang, panggil aku Naura saja ya.”

“Iya, Naura.”

Mereka pun kembali berciuman, sambil tangan Ferdian berkali-kali meremas payudara Naura dengan gemas. Sang perempuan pun sudah bisa merasakan benda berukuran besar yang sudah mengeras di balik selangkangan pria tersebut.

“Sekarang mas berdiri donk, sambil lepas baju Mas satu per satu,” perintah Naura.

Ferdian pun menurut. Pria tersebut kemudian turun dari ranjang, dan mengangkat kaos yang ia kenakan ke atas, lalu melemparkannya ke lantai. Hal yang sama juga ia lakukan dengan kaos dalamnya. Tubuh bagian atas sang pria yang tidak terlalu berisi tersebut pun terlihat jelas.

“Nghh … seksi banget sih dadanya, Mas,” ujar Naura setengah berbohong. Namun ia merasa perlu melakukan itu untuk membangkitkan gairah sang pria. “Sekarang celananya juga.”

Pria itu kembali menurut, bagai domba yang rela melakukan apa saja sesuai perintah penggembalanya. Ia menurunkan celana panjangnya, serta celana dalam di baliknya. Kemaluannya yang berukuran sedang dan dipenuhi bulu tersebut kini terpampang jelas di hadapan Naura.

“Wow … gede banget kontolnya Mas,” uja Naura sambil menggigit bibirnya sendiri. Ia berbohong demi kebaikan Ferdian. Perempuan tersebut pun mulai melepas celana jeans yang ia kenakan, serta celana dalam berwarna merah muda di baliknya.

Ferdian tampak menelan ludahnya sendiri, akibat pemandangan yang begitu indah di hadapannya. Seorang mahasiswi dari kampus tempat istrinya mengajar, kini sudah bugil tanpa busana di ranjang pengantinnya, meminta untuk dipuaskan. Hal tersebut membuat penisnya tegang dengan maksimal, membuat birahinya naik lebih tinggi dibanding saat ia tengah bermain cinta dengan istrinya sendiri.

Naura kembali memberikan perintah selanjutnya. “Sekarang Mas jilat tubuh saya, dari kaki hingga kepala.”

Pria yang berusia lebih tua darinya itu pun menurut. Ferdian mulai menjilati jari kaki Naura, sebelum kemudian naik ke betis dan pahanya yang mulus. Kaki sang perempuan memang tampak mulus dan halus karena rutin mendapat perawatan waxing, membuat sang pria semakin naik birahinya saat mengusap dan menjilatnya.

Ferdian sempat berhenti saat jilatannya tiba di selangkangan Naura yang bersih tanpa bulu. Ia bisa melihat jelas bukit mungil tempat liang senggama perempuan tersebut berada. Belahannya tampak begitu sempit dan menggiurkan, menggoda Ferdian untuk langsung menjilatnya.

Namun setelah beberapa menit melakukan jilatan, Naura menahan gerakan Ferdian. “Naik dulu ke atas, Mas. Kamu punya waktu semalaman nanti buat nikmatin memek aku.”

Sang pria pun menurut, dan melanjutkan jilatannya ke pusar dan belahan payudara Naura. Kedua puting buah dada perempuan tersebut pun kembali menjadi santapan mulut Ferdian. Setelah itu, sang pria memberikan jilatan hangatnya ke ketiak Naura yang berbau khas.

“Ahh, nikmat banget dijilat di situ, Mas…”

Desahan Naura membuat Ferdian makin bersemangat. Ia pun melanjutkan petualangan birahinya dengan menjilat leher sang mahasiswi muda, serta bagian belakang telinganya yang sensitif. Perempuan tersebut pun menggelinjang hebat saat merasakan seluruh rangsangan yang diberikan Ferdian.

Kemaluan Ferdian pun sudah begitu tegang. Pria tersebut tidak sabar untuk segera memposisikannya di hadapan liang senggama Naura. Namun lagi-lagi, sang perempuan mencegahnya.

“Sebentar, Mas. Sekarang kamu berbaring dulu di ranjang, biar aku yang di atas,” ujar Naura dengan suara desahan yang membuat semua pria yang dekat dengannya takluk..

Ferdian kembali menurut, dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tempat tidur di mana dia biasa menyetubuhi tubuh istrinya yang molek. Bedanya kini, ia tengah ditindih oleh seorang perempuan muda berusia 21 tahun, yang siap untuk memuaskan birahinya. Dan yang lebih menggairahkan, semua itu ia lakukan tanpa perlu dipaksa oleh Ferdian.

Naura mulai memposisikan tubuhnya di atas kemaluan sang pria, dan mengalahkan batang penis tersebut ke liang cintanya yang sudah mulai lembab karena dirangsang bertubi-tubi oleh suami dosennya tersebut. Tak butuh waktu lama, ujung penis Ferdian pun mulai menyelusup masuk ke dalam vagina Naura yang sempit, menggesek-gesek dinding liang senggamanya yang hangat.

“Ahhh… memek mahasiswi memang enak banget, nggghhhhh… “ desah Ferdian yang tak jelas juntrungannya.

Naura tersenyum dan menikmati, “Tusuk lebih dalam, Mas. Aku suka yang besar seperti punya Mas Ferdian, ahhh…”

Mendengar kata-kata binal dari perempuan tersebut, Ferdian menjadi tambah terangsang.

Selama usia pernikahannya dengan Yasmin yang baru seumur jagung, hampir tidak pernah ia mendengar kata-kata kotor seperti itu dari istrinya yang meski seksi, tapi mempunyai sikap yang begitu alim dan terpelajar.

Naura pun mulai menggerakkan tubuhnya naik turun di atas selangkangan Ferdian, membuat sang pria terbakar birahi. Pria yang sudah mempunyai istri tersebut pun kembali meremas-remas payudara Naura yang begitu menggairahkan di matanya, serta memainkan putingnya yang membusung.

Dalam hati, Naura memang merasa bangga bisa menjadi sosok yang mendominasi persetubuhan tersebut. Bersama Fadil, ia juga sering melakukannya, dan sang kekasih terpaksa membiarkan karena ia memang hanya ingin kepuasan dari tubuh Naura. Apabila perempuan tersebut senang, ia juga senang. Untungnya, Ferdian juga tidak terlalu banyak protes saat diperintah oleh Naura.

“Nikmat mana ngentotin aku sama ngentotin istri kamu, Massss?”

“Enak ngentot kamu Naura, ahh… siaaaaal! Memek kamu empot-empot kontol akuuu…! Enak bangeeeettt!”

Naura hanya tersenyum melihat sang pria yang tampak tidak mampu menahan birahinya saat mahasiswi tersebut memperkuat kedutan di vaginanya, sehingga menjepit batang penis pria tersebut dengan kuat. Tubuh keduanya kini sudah sama-sama berkeringat, tanda stamina mereka mulai terkuras akibat persetubuhan tersebut.

“Kita ganti posisi lagi ya, Mas,” ujar Naura yang langsung melepaskan kemaluan Ferdian dari vaginanya, meski batang penis tersebut masih begitu tegang.

“Kamu mau ke mana, Naura?”

Naura hanya tersenyum. Ia membalikkan badan, dan kembali memasukkan penis Ferdian ke dalam liang senggama miliknya. Posisi tersebut serupa dengan yang mereka lakukan sebelumnya, namun kali ini posisi Naura justru membelakangi kepala sang pria.

“Sialaaaannn…! Apa lagi ini!? Enak banget kayak gini, Naura, ahhhh…!!”

“Belum pernah ngerasain reverse cowgirl kayak gini kan, Mas? hihihi,” tanya Naura sambil terkekeh, yang langsung disambut oleh Ferdian dengan tusukan-tusukan dari bawah yang menghujam sampai ujung rahim sang perempuan. “Nah, gitu Mas Ferdian. Terus tusuk-tusuk rahim aku sampai mentok, nggghhh…”

Dari posisinya sekarang, Naura bisa melihat dengan jelas foto pernikahan Ferdian dan Yasmin yang tepat berada di hadapannya. Hal tersebut membuatnya semakin terangsang, hingga birahinya pun kian mendekati puncak.

“Tarik-tarik rambut aku, Massss …”

Ferdian pun menurut, dan langsung menarik rambut Naura yang sebenarnya tidak terlalu panjang, hingga wajah sang perempuan mendongak ke atas. Naura mungkin tidak tahu bahwa Ferdian juga melihat foto pernikahan yang sama, dan pria tersebut pun turut merasa terangsang karenanya. Ia seperti ingin membuktikan kepada sang istri yang wajahnya terpampang di situ, bahwa Ferdian juga bisa merasakan kenikmatan dari perempuan lain yang jauh lebih muda darinya.

“Ngghh, Nauraaa… Aku mau keluaaaarrr… Pengen keluarin di daleeeeemmm…”

“Keluarin aja Maaassss…!! Aku lagi nggak subur… Ahhhh… Semprot sperma kamu di memek aku, Maaassss…!!”

Beberapa menit kemudian, Ferdian tidak bisa lagi menahan syahwatnya. Dia langsung menekan penisnya ke vagina Naura dalam-dalam. Ujung lubang kelaminnya pun menyemprotkan banyak sekali sperma. Gelombang demi gelombang, cairan hangat yang membanjiri liang cinta sang bidadari muda.. Naura memang belum sampai ke titik orgasme, namun ia juga sudah merasa kelelahan.

Keduanya pun sama-sama rebah di atas ranjang, sambil menikmati perasaan lega setelah bersetubuh dengan nikmat.

Ini semua bagaikan surga yang mewujud di bumi.


***​


“Bu Yasmin kenapa?” ujar Pak Bas sambil menatap wajah Yasmin yang masih berbaring di ranjang hotel. “Kok gigit-gigit bibir begitu, sambil merem-merem?”

“Sa… Saya tidak apa-apa kok, Pak. Hanya sedikit dingin saja mungkin,” jawab Yasmin bohong. Pak Bas tidak boleh apapun tentang hal ini.

“Oh, mau saya kecilkan AC-nya?”

“Tidak usah, Pak. Nggak apa-apa kok.”

“Jaman sekarang kita tidak boleh meremehkan gangguan-gangguan kesehatan kecil, Bu. Karena nanti kalau sudah terlambat, susah menanganinya.”

MEHN2HR_t.png


Pria berusia 60 tahun tersebut kemudian berjalan mendekati tempat Yasmin berbaring, dan duduk di tepi ranjang. Melihat hal itu, jantung perempuan muda tersebut pun jadi berdebar kencang. Selain karena rangsangan yang berasal dari dalam tubuhnya, keberadaan pria lain di kamar tersebut pun membuatnya khawatir.

“Coba ibu duduk sebentar, saya mau periksa keningnya,” ujar Pak Bas.

Yasmin pun menurut, karena posisi berbaring jelas akan membuatnya merasa lebih terangsang. Dan begitu ia duduk di atas ranjang, pemimpin yayasan kampus tersebut pun langsung menempelkan punggung tangannya ke kening sang perempuan.

“Hmm, tidak terlalu panas. Berarti bukan demam,” lanjut Pak Bas.

Posisi mereka berdua kini sudah sangat dekat. Pak Bas tampak sedikit memajukan kepalanya ke arah perempuan yang sudah bersuami tersebut, tetapi masih dalam batas wajar. Pria tua itu bisa melihat bongkahan payudara Yasmin yang hampir menempel ke dadanya, dan semakin menggairahkan karena deru napas yang menggebu membuat dada dosen cantik itu maju mundur tidak karuan.

Mereka berdua sama sekali tidak mengeluarkan suara, selain hambusan nafas yang menderu. Satu-satunya suara yang mengisi ruangan tersebut berasal dari film yang sengaja diatur oleh Pak Bas agar tidak terlalu kencang.

“Bu Yasmin,” desis sang pria tua saat melihat sang dosen muda di hadapannya bergerak mendekat.

“Pak Bas,” balas Yasmin saat bibir keduanya hanya terpisah beberapa senti satu sama lain.

Pak Bas tampak kaget ketika Yasmin tiba-tiba mengeluarkan lidahnya, dan mengusap bibirnya dengan lidah tersebut. Perempuan yang masih mengenakan jilbabnya tersebut bahkan tidak hanya sekali melakukannya, tetapi terus menjilat-jilat bibir pria tua itu yang seperti membangkitkan birahinya. Sedangkan Pak Bas hanya diam saja melihat bibirnya dijilat seperti itu.

Yasmin bahkan meletakkan tangannya ke pundak Pak Bas, seakan tidak ingin sang pria tua mundur atau pergi dari hadapannya. Sang pimpinan yayasan masih tidak membalas, dan hanya mengelus-elus kepala Yasmin yang berbalut jilbab warna merah muda.

“Bu Yasmin? Apa yang kamu lakukan, Bu?”

“Tidak ada, Pak.” lirih jawaban dari Yasmin.

“Lalu kenapa kamu menjilat bibirku seperti ini?” bisik

“Saya hanya mau…”

“Hanya mau apa, Bu Yasmin?”

“Saya tidak tahu apa yang saya mau, Pak. Tapi saya hanya ingin melakukan ini, nggak apa-apa kan?”

Yasmin yang sudah tidak menjadi dirinya sendiri menjadi tidak sabar. Ia bahkan mulai berani mengecup bibir pria tua yang sesungguhnya tidak ia sukai itu. Napasnya pun sudah semakin menggebu, tetapi Pak Bas tidak juga membalas kecupan tersebut.

“Bu… Kita tidak bisa melakukan ini. Saya adalah seorang suami dan ayah, tentu tidak mungkin melakukan hal yang tercela. Ibu pun sudah mempunyai suami kan?” Ujar Pak Bas. “Kita tidak bisa berzina, Bu.”

Perempuan muda tersebut mengangguk. Namun apa yang terjadi di dalam tubuhnya seperti membuat Yasmin lupa akan posisi dia sebagai istri terhormat, lupa akan posisi dia sebagai seorang dosen, dan lupa kalau pria tua di hadapannya yang sudah mempunyai istri dan anak.

“Kita berdua pun adalah sosok terhormat di kampus. Apa jadinya kalau ada yang mengetahui aktivitas kita di kamar ini?” Lanjut Pak Bas.”Sudah ibu pikirkan baik-baik?”

“Tidak… Tidak akan ada yang tahu, Pak. Saya janji …” ujar Yasmin memelas. Payudaranya kini sudah begitu gatal, dan putingnya pun sudah begitu tegang. Bagaimana ini? Dia sudah kepayahan sekali. Dia tidak tahaaaaaan!

Pak Bas tersenyum. Tidak semudah itu. “Begini saja, Bu Yasmin coba minum dulu, dan setelah itu menenangkan diri. Kalau sudah kita lihat apa Ibu masih menginginkan ini. Apabila masih, saya akan merelakan diri saya untuk membantu ibu. Bagaimana? Deal?”

“D-deal.”

“Tapi Ibu janji tidak akan mengatakan ini kepada siapa-siapa? Karena toh yang menginginkan ini semua adalah Ibu sendiri?”

“Iyaaaaa.” Nafas Yasmin sangat pendek, patah-patah. Matanya sudah sangat sayu, ia mencoba menahan gejolak yang meeldak-ledak. “S-saya janji. Cepat ambil minumnya, Pak.”

Saat bangkit untuk mengambil minum, Pak Bas tersenyum. Ia senang strateginya untuk menguasai sang dosen cantik dengan tubuh montok tersebut akhirnya berhasil terlaksana. Namun untuk berjaga-jaga, ia pun memutuskan untuk menambah dosis RSVP ke dalam minuman yang akan ia berikan untuk Yasmin.

“Kok lama banget sih, Pak? Cepetan dong,” ujar Yasmin yang sudah tidak sabar. Dia sudah dikuasai oleh nafsunya sendiri.

“Iya, Bu Yasmin. Tunggu sebentar.”

Pak Bas akhirnya kembali mendekati Yasmin yang masih terduduk di atas ranjang, lalu memberikan segelas air putih. Perempuan tersebut pun meminum air tersebut hingga habis.

“Bagaimana, Bu Yasmin? Sudah lebih enak kondisinya?” Tanya Pak Bas yang kembali duduk di pinggir ranjang, berdekatan dengan perempuan muda tersebut. Ia menunggu sampai beberapa saat lamanya.

Yasmin pun terdiam. Sebagai seorang perempuan terhormat, ia tentu berharap dorongan aneh yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan aktivitas seksual akan menghilang. Namun, dorongan itu justru makin meningkat, hingga membuat tubuhnya seperti akan terbakar.

Perempuan cantik tersebut tiba-tiba menarik kaos yang dikenakan Pak Bas, dan kembali mencium bibir tua pemilik yayasan tersebut. Kali ini, ciuman tersebut pun terasa lebih binal dibanding sebelumnya.

“Hmmmmphhh!”

Pak Bas berakting terkejut saat tiba-tiba Yasmin mengecup bibirnya. Yasmin yang menyadari apa yang mereka perbuat langsung melepas ciumannya. Mereka berdua mundur perlahan, wajah cantik Yasmin sudah tidak karuan, matanya penuh nafsu birahi yang tak tertahankan.

“B-Bu Yasmin..”

“Nggak, Pak. Perasaan saya tidak hilang… saya… saya butuh…”

“Jadi…?”

“Jadi, saya mohon Pak…”

“Mohon apa Bu?”

“Saya mohon bantu saya,” ujar Yasmin sambil memasukkan lidahnya ke sela-sela bibir Pak Bas, dan menembus ke rongga mulutnya. “Tolong saya…”

“Tolong apa?”

“Bapaaaaaak! Masa sih nggak tahu? Tolong puaskan saya…”

“Baiklah, kalau itu yang Bu Yasmin mau. Tapi Ibu beneran janji tidak akan menceritakan ini ke siapa-siapa?”

“Saya janji, Pak… Nggghhhh…

Setelah mendapat persetujuan tersebut, Pak Bas pun mulai membalas kecupan Yasmin, dan ikut membelitkan lidahnya ke lidah hangat sang perempuan. Pria tua tersebut pun mengelus bagian tubuh Yasmin yang sudah menggodanya sejak pertama kali mereka bertemu.

“Nggghhhh…”

Yasmin melenguh binal saat tangan Pak Bas mulai meremas-remas payudaranya yang besar dari luar piyama yang ia kenakan. Cardigan yang ia kenakan pun telah terlepas, sehingga pria tua tersebut bisa melihat lengannya yang halus dan putih.

“Kamu benar-benar cantik, Bu Yasmin. Bagai bidadari yang turun dari langit. Hmmppphhh… sluuurrrppphhh…” ujar Pak Bas sambil mengulum bibir indah sang perempuan.

Dengan lembut, Pak Bas mulai melepas kancing piyama yang dikenakan Yasmin satu per satu, mulai dari atas hingga bawah. Akibatnya, tak lama kemudian payudara membusung milik sang perempuan pun terbuka bebas, seperti menantang pria tua di hadapannya untuk segera menyentuh sepasang buah dada tersebut.

“Indah sekali toket kamu, Bu Dosen… besar dan montok… tubuhnya langsing, susunya besar. Wajahnya cantik, pantatnya bulat. Kamu memang idaman.”

Pak Bas mulai mengusap lembut bagian leher Yasmin, kemudian turun ke belahan dada sang perempuan. Setelah itu, barulah tangannya bermain-main di payudara sang perempuan yang masih tertutup bra. Jemarinya pun ikut berputar-putar di sekeliling puting payudara Yasmin.

“Duuuuhh… Ahhh… Enak begitu, Paaakkk …” Yasmin memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya sendiri.

“Ini yang Bu Yasmin inginkan dari tadi? Disayang-sayang susunya yang montok ini?”

“Iyaaaa, Pak. Saya ingin diremas-remas begini sejak tadi… Nggghhhh…

Pria tua tersebut tersenyum, dan mulai menarik piyama yang dikenakan Yasmin hingga terlepas. Dengan romantis, Pak Bas mengecup-ngecup pundak sang perempuan yang terbuka, dan menggesek-gesekkan hidungnya di sana.

“Harum sekali aroma tubuhmu, Bu Yasmin. Beruntung sekali lelaki yang bisa menikmati keindahan tubuhmu ini setiap hari,” bisik Pak Bas. “Aku ingin menjadi lelaki seperti itu…”

Di kesempatan biasa, Yasmin tentu akan marah apabila mendengar kata-kata tidak pantas seperti itu dari bibir sang pimpinan yayasan kampus. Namun, kali ini perempuan tersebut justru merasa terangsang akan ucapan tersebut.

Apalagi setelah itu Pak Bas langsung membuka kaitan beha di punggungnya, hingga payudaranya yang berukuran besar terbuka bebas. Tanpa menunggu aba-aba, sang pria tua pun langsung meremas-remas payudara tersebut, yang disambut dengan kecupan liar di bibirnya. Setiap remasan tersebut seperti menghilangkan rasa gatal yang sejak tadi mendera Yasmin, dan dosen muda tersebut sangat menyukainya.

“Nggghhh… Pak Baaassssss…”

“Kenapa, Bu Yasmin? Nggak sakit kan?”

“Nggak Pak, tapii…”

“Tapi apa, Bu?”

“Tapi enaaaakkkk…”

Pak Bas tersenyum mendengar kata-kata tersebut, yang artinya sang perempuan muda berdada besar itu sudah takluk di hadapannya. Dia sudah menjatuhkan martabat Yasmin Wulandari sang dosen angkuh dan cerdas di kampus di bawah magisnya.

“Kalau Bu Yasmin sudah enak, saya juga dibikin enak dong.”

Secara otomatis, Yasmin pun menarik ujung bawah dari kaos yang dikenakan Pak Bas, lalu menariknya ke atas. Pria tua tersebut ternyata tidak mengenakan kaos dalam di baliknya, sehingga dosen muda nan cantik itu bisa langsung mengusap-usap dada sang pria.

Pak Bas kemudian mengusap-usap kepala Yasmin dengan lembut, sambil terus tersenyum. Seperti tahu apa yang diinginkan sang pria, perempuan berkulit putih itu langsung mendekatkan wajahnya ke dada sang pria, dan mulai menjilat-jilat dada Pak Bas dengan lidahnya. Puting dada sang pria tua yang kendor pun tak luput dari hisapan bibir Yasmin.

“Coba kalau dari awal Ibu bilang kalau suka jilat-jilat dada seperti ini, kan saya langsung akan mengizinkannya, ahhhhh…”

Kata-kata tersebut membuat Yasmin tidak tahan. Ia pun menarik Pak Bas untuk naik ke atas ranjang. Begitu keduanya telah sama-sama di atas tempat tidur, sang perempuan langsung mendorong pria tua tersebut hingga rebah di ranjang. Dengan bernafsu, bidadari jelita itu pun menarik celana panjang Pak Bas ke bawah.

Alangkah terkejutnya Yasmin, karena sang pria tua ternyata sudah tidak mengenakan celana dalam lagi di baliknya. Karena itu, kemaluannya yang berukuran sedang pun langsung melompat dari tempat persembunyiannya dan berdiri tegak.

“Kenapa, Bu.”

“Ah… ti-tidak…”

“Suka dengan kontol saya?”

Tidak. Jawabannya jelas tidak, Yasmin. Yasmin! Sadarlah!

Batin Yasmin berperang dengan nafsu birahinya yang menggelegak tanpa bisa dicegah.

“Su… Suka, Pak,” jawab Yasmin sambil menelan ludahnya sendiri. Perlahan, ia pun mendekatkan wajahnya ke selangkangan Pak Bas, dan menjilat-jilat batang penis tersebut dengan penuh nafsu.

“Ahh, gitu Bu Yasmin… Enak bangeeett… Beda memang bibir yang sering dipakai mengajar di kelas, nikmat banget kalau buat ngemut kontol, ahhh …”

Yasmin dalam hati sebenarnya merasa terhina mendengar kalimat tersebut dari sang pimpinan yayasan. Namun gairahnya yang sudah tidak tertahankan seperti lebih mendominasi otaknya. Karena itu, ia pun tidak menggubris kata-kata itu, dan justru makin liar memasukkan batang penis sang pria tua ke dalam mulutnya, lalu mengemut-emutnya dengan binal.

“Ngghhh… terus, begitu Bu… emutin kontol tua saya, ahhhh…”

Saat merasa kemaluan milik sang pria tua sudah begitu tegang, Yasmin pun melepaskan kulumannya dan bangkit dari tempat tidur. Dengan gerakan pelan, ia menurunkan celana panjang yang seharusnya ia gunakan untuk tidur, serta celana dalamnya yang juga berwarna merah muda. Gerakan tersebut pun membuat Pak Bas yang sudah telanjang semakin bergairah.

Ketika sang perempuan akan melepas jilbabnya, Pak Bas justru mencegahnya. “Jangan. Biarkan saja. Saya ingin Bu Yasmin tetap mengenakannya.”

Meski merasa aneh, Yasmin pun tidak menolak. Ia langsung naik lagi ke atas ranjang, dan memposisikan tubuhnya di atas selangkangan Pak Bas yang sudah tak sabar menanti untuk dipuaskan. Kenikmatan tersebut akhirnya dirasakan sang pria tua saat kemaluannya bersarang di liang senggama Yasmin yang masih rapat.

“Ahaaaaaaakghhhh!!” Yasmin melemparkan kepalanya ke belakang. Batang penis Pak Bas akhirnya masuk ke liang cinta suci yang harusnya terjaga dan hanya dipersembahkannya untuk sang suami.

Tidaaaaak. Tidaaaak! Yasmin! Apa yang kamu lakukan?

Batin bidadari itu terus saja bergejolak, apa yang dipikirkan dan apa yang dilakukan berbeda seratus delapan puluh derajat. Bagaimana ia bisa melakukan ini? Bagaimana ia bisa mengkhianati janji sucinya semudah ini?

Kamu seorang istri, Yasmin! Apa yang kamu lakukan dengan laki-laki yang bukan suamimu!!

“Duhhh… memang beda sekali rasa perempuan berjilbab yang baru menikah … Memeknya masih peret bangeeettt…!!”

Pak Bas pun menarik tubuh Yasmin, agar ia bisa mengulum puting payudara sang dosen yang berukuran jumbo. Pria itu pun melahap pesona utama sang bidadari dengan rakus sambil merasakan penisnya dikocok-kocok oleh pinggul Yasmin yang bergoyang dengan kecepatan sedang. Goyangan tersebut bertambah cepat seiring dengan kian kuatnya emutan Pak Bas di puting payudara sang dewi.

Aaaaaah, nikmatnya luar biasa. NIkmatnya luar biasa. Nikmatnya luar biasa.

“Nggghhh… Nikmat sekali punya Pak Bas, nggghhhh…”

Desahan Yasmin akhirnya keluar dan membahana di seantero ruangan, seperti menjadi bensin segar yang membangkitkan birahi Pak Bas. Sang pria pun tersenyum melihat sang perempuan cantik tengah menunggangi kemaluannya dengan penuh nafsu seksual.

Yasmin terus bergoyang-goyang secara sensual di atas tubuh sang pejantan yang sudah tidak berusia muda lagi selama beberapa menit. Sampai akhirnya, apa yang ia inginkan sejak merasakan kehangatan yang melanda tubuhnya beberapa hari lalu, kini tuntas sudah. Satu hal yang tersisa hanyalah ia butuh dibuat orgasme dari persetubuhan ini.

Untungnya, Pak Bas seperti mengerti akan hal tersebut. Pria tua itu kemudian membalik posisi mereka, sehingga Yasmin berada di bawah. Ia pun langsung menusuk-nusuk kembali vagina sang dosen muda yang merupakan bawahannya tersebut. Meski sudah tidak muda lagi, penis berukuran sedang milik Pak Bas tetap berfungsi dengan baik untuk menggaruk-garuk liang senggama milik Yasmin.

“Sudaaaah…. aku sudah mau keluar,, Paaaaakkk …” Teriak Yasmin yang merasakan gelombang birahinya kini telah menanjak hingga mendekati puncak. “Ahaaaaaaaaaaakghhh!”

Demi menjemput kenikmatan birahi tersebut, ia pun menjepit kemaluan Pak Bas begitu kuat, hingga akhirnya cairan cintanya mengucur deras memenuhi liang kemaluannya yang selama ini ia jaga.

Merasakan jepitan Yasmin yang makin kuat, dan semburan cairan yang ia tahu sangat berharga bagi sang perempuan, Pak Bas pun mempercepat genjotannya di vagina tersebut. Beberapa menit kemudian, ia pun semakin tak tahan, apalagi sambil melihat goyangan payudara besar milik Yasmin yang terus naik turun secara menggoda.

Ia pun menarik kemaluannya dari vagina tersebut, dan menyemprotkan spermanya ke belahan payudara sang perempuan. Cairan pejuh tersebut pun tumpah dalam jumlah yang banyak.

“Ccrrrrrttttt … Crrrrroootttt … Cccrrrrooooooooootttt …”

Tak ayal, cairan lengket nan kental berwarna putih tersebut akhirnya mengenai jilbab yang dikenakan Yasmin, hingga selimut ranjang yang menjadi saksi persetubuhan mereka.

Tanpa merasa jijik, Pak Bas langsung memeluk tubuh telanjang perempuan tersebut, dan mengusap-usap spermanya yang masih menempel di sana. Ia pun mencium lembut bibir Yasmin, yang langsung disambut oleh perempuan tersebut.

Apa yang kamu lakukan, Yasmin? Apa yang kamu lakukan?

Yasmin memejamkan mata sesaat sebelum membukanya dan menatap wajah pria tua di sampingnya dengan penuh kasih. Seakan-akan ia menafikan semua peringatan yang muncul dari dalam batinnya untuk Pak Bas seorang.

“Terima kasih ya Pak Bas, sudah mau membantu aku,” ujar Yasmin dengan lirih.

“Sama-sama, Bu. Enak tidak?”

Yasmin mengangguk manja, “Enak banget…”

“Syukurlah. Saya juga puas sekali.”

“Boleh saya minta Pak Bas berjanji untuk tidak menceritakan hal ini ke siapa pun? Terutama ke orang-orang di kampus?”

“Tentu saja. Saya hanya minta satu hal saja dari Ibu.”

“Apa itu, Pak?”

“Saya minta, ini tidak menjadi yang terakhir.”

Kata-kata Pak Bas jelas membuat Yasmin terhenyak. Apa ini artinya ia harus memenuhi permintaan pemimpin yayasan tersebut setiap kali dia menginginkan?

Tidak. Ini yang terakhir. Yasmin harus yakin pada dirinya sendiri. Ini yang terakhir. Atau… atau tidak? Ini bukan yang terakhir? Sekali lagi logika dan nafsu Yasmin berperang. Sampai akhirnya bidadari jelita itu mendapatkan sebuah keputusan.

“Semua bisa kita bicarakan, Pak,” desis Yasmin saat merasakan bibir Pak Bas mulai mengecup-ngecup puting payudaranya kembali.

Pak Bas hanya diam. Dalam hati, ia tersenyum karena rencananya telah berhasil dengan baik. Ia pun melirik bungkus rokok yang sebelumnya ia letakkan di bawah televisi. Tentu saja, itu bukan bungkus rokok biasa.

(Bersambung)
 
Safiranya masuk kloter berikutnya yaa ??padahal mau jadi bacol niih . .
 
Damn yasmin ur first blowjob for stranger … thats fuckin crazy
Mantap sist @fathimah nyisipin scene dengan stranger lagi tentunya dengan peningkatan stimulan seks pada yasmin dan tetep terasa klimaks walopun tanpa intercourse scene yeah because yasmin gave her first blowjob for stranger good job sist
Scene stranger menjadi narasi pembuka yang mengesalkan sekaligus menegangkan dan ditutup dengan ciamik saat perentotan yasmin dan paketu terwujud
Dan gw ga nyangka aja efek obat rsdv dibuat se ekstrim itu anjir mungkin karena pemberian yang rutin dan di tambah bulus nya pak ketu yg bikin yasmin nyosor duluan ampe mohon mohon
 
Wow..yasmin yg galak sampai mohon2..keren bro fatimah..awal mula buat yasmin jd gundiknya..
 
Bimabet
Menanti kedua payudara jumbo yasmin bergelantungan di kampus tanpa bra
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd