Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keterusan

Thanx buat kelanjutanya suhu @tolrat 😍
sama-sama sooobbb

Geregetaaaannn
gigitlah gigggiiiittt..

Mantap patut dinantikan kembali
siap. dinanti

Jooooooooossssssss
taralalalala

suwun updetnya sob @tolrat
iya booss. samasama

Nuhun upsatenya kang @tolrat
siyaaapp

@tolrat Gak fokus karena gagal ngecrot komen jadi salah lapak haha
haahaha. yaudah kocok lagi aja.


Thanks apdetnya @tolrat

Semakin penasaran dengan apa yang terjadi dengan apem gemuk di bali
hehehe, apem nan gemuk, harum, dan legit

Absen pagi
udah malem sob

Ok huu mantap
mantaaabb

Mangstab apdetnya lanjoooooot
siaaaappp

Buat suhu @tolrat kalau bisa up nya jangan lama² lah, atau kasih tau dulu gt jika blm bisa up ...
hehehe. iya, ini belom bisa update, masih nunggu sumbangan buat beli gadget mengetik

Anjirrrrr mantul banget konflik nya bisa ae ni suhu bawa plot nya, lanjutkan hu masterpiece ini, andai kata klo ada pov nya mela pasti nya lebih greget lagi
aiiihhss... makasih soobb
bolehlah suatu saat dibuatin dari POV berbeda. cuman maap blm bisa dalam waktu dekat ini yaa

Absen siang
udah mau merem malahan

Waduh gila keren bangeeeeet suhu...
Terimakasih banyak
hehehehe. makasih
syukurlah kalo suka

gas suhu, mantab
ngeeeeeennngggg

Mantab suhu... Tp terlalu lama jedanya hehehe
hiya nih, maap. alat ketiknya lagi bermasalah

Suka kesel sama perempuan yang doyan kontol lain tapi pura-pura lugu ga bersalah 😠
emang kebanyakan seperti itu bukan?

Makasih suhu updatenya, ditunggu kenakalan Mela berikutnya hehehe😁😁😁✌️
so pasti. pantengin terus yaaa


Lanjut oom
nggihhh

lanjutin huu.. keren banget sih ini maj
haseeeeek. siaaaaappp

Nice story nihh...
thanks
 
Lanjut suhu walaupun slow update
iya maap. berhubung lagi nabung, belom bisa ketik-ketik cepet di hape

Lanjut oom
pastiiiii

imi mah bukan istri lagi....
mela perek binal
MELA : Mau Entot Lelaki Asing. Hehehe

Monggo dilanjoetken
iyeiyeee

Monggo dilanjoetken
iyeiyeee

Niceee....
kaya merek tissur

Lanjut oom
nggiihh

Ini cerita benar benar gila... Harga diri kekon***** yang tergadai
ya gitu deh

Thanks suhu updatenya..
samasamaaa

Lanjutkan huuu
siaappp

Uuppoppppppppp
up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up up

Semoga sampe tamat hu..semangat
aaaaaammiiinn

Lanjut oom
siaaapp

Sundul Siyang
udah malem sob

Makasih apdet lanjutannya Om..
samasamaaaaa

Update oom
iyeeeee

Lanjut dong gan
sabar yak

Aseli keren,,
Kebawa bgt gw ama crita ini...
TOP hu..👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

Lanjutkan ya hu 🙏🏻🙏🏻
siaaapp. duduk yang nyaman, pasang sabuk pengaman. biar ga kebawa kemanamana

Lanjut suhuu
okeeee

Mantap baang klosingnya menutup penat dengan 2x…wkwkwk sy gak peenat, baca ini juga 2x buang tisue 😂
2x crot crot?
sering-sering aja biar ga kena kanker prostat. hohohoh

Nitip sendal dulu biar ada jejak😁
sejam 5rebu

Wah cerita baru
udah lama kok

Seruu ni om
atsoiy...


Nderek monitoring page
mongggooooooooo
 
anjiiiirrrr boss harus ewean sama tria sih ini :adek::tegang:
 
KETERUSAN
Part 05 - Ucapan Basi


Keesokan paginya, aku terbangun kesiangan. Sepertinya, aku kelelahan akibat terlalu lama mengocok kelaminku. Batang penisku terasa pedih begitu pedih, dengan tonjolan daging di leher penis sebelah kanan. Mungkin aku terlalu keras menyiksa kemaluanku, demi bisa melepaskan penat dikepala karena terlalu membayangkan persetubuhan Mela dan mantan kekasihnya.

“Uhhh…” Ucapku sedikit membetulkan biji peler yang terasa ngilu. Kuatur sedemikian rupa sehingga rasa kemeng di zakarku sedikit terobati.

Kuraih gagang pintu kamar tamuku. Kubuka dan melangkah ke arah dapur. Pagi itu, mendadak kerongkonganku terasa begitu haus. Aku butuh sesuatu yang segar, buat menyegarkan dahaga serta pikiranku.

Ketika lewat pintu kamar tidurku, kuhentikan sejenak langkah kakiku. Kupertajam indra dengarku, sekedar mencoba menangkap suara-suara yang ada dibalik pintu. Sunyi. Sepertinya Mela masih tertidur pulas. Pelan-pelan, kubuka kayu itu dan kujulurkan leherku kedalam.

Remang. Karena memang, korden jendela kamarku masih tertutup rapat.
Sejenak, mataku mencoba beradaptasi dengan minimnya cahaya kamar. Aku sedikit mengintip, dan kulihat Mela memang masih tertidur pulas. Kubuka perlahan pintu kamarku, dan mendekat kearah istriku tidur.

“Zzzzzzz….Zzzzzzz…. “ Suara dengkuran halusnya terdengar nyata. Sepertinya ia tidur begitu nyenyak. Seolah melampiaskan hutang tidur. Mulutnya menganga, dengan kelopak mata yang tak tertutup rapat sepenuhnya. Bola matanya sesekali bergerak-gerak. Menandakan jika ia sedang bermimpi.

Posisi tidurnya pun, seperti anak kecil. Piyamanya terbuka disana-sini, sehingga meskipun kondisi kamar tidurku masih temaran, aku bisa melihat hampir seluruh aurat tubuh Mela yang menggiurkan. Payudaranya tumpah kekanan dan kekiri dan vaginanya yang tak berjembut terpampang jelas tak tertutup apapun.

Melihat raut wajah tidur Mela, tiba-tiba aku merasa begitu tenang. Bahkan, ketika kutatap wajah cantiknya lebih lama, muncul juga rasa sayang.
Dengan perlahan, aku duduk ditepi tempat tidurku. Menyibakkan rambut poninya, lalu mengusap dahi sempitnya yang penuh ditumbuhi rambut-rambut halus.

“Eennggghhh…” Desah Mela sambil menggeliatkan tubuhnya. Membuat aurat tubuhnya makin terlihat tanpa penutup sama sekali. Setelah itu, ia kembali tidur.

Untuk beberapa saat kemudian, kutatap lagi wajah teduh istriku.

DEG
Bercak merah apa itu di pangkal lehernya..” Tanyaku sambil memicingkan mata.

Kubuka jendela kamar tidurku, guna membiarkan bias cahaya matahari mengusir gelap disekitarku.

ANJING.
Setelah kuperhatikan, ada seberkas bercak merah di beberapa titik tubuh istriku. Seperti di sekitaran leher, dada, dan payudara Mela. Meskipun samar, aku tahu benar, bercak merah apakah itu.
DASAR KAMPUNGAN.

Kuambil handphoneku, dan dengan seksama, kurekan semua bukti-bukti di sekujur tubuh Mela.
Setelah itu, aku keluar kamar. Dan bersiap-siap berangkat ke kantor.


# DEAR DIARY
132. Mangsa Baru

Tak terasa, hubunganku dengan Luki sudah berjalan hampir satu tahun. Dan selama berpacaran, sudah tak terhitung lagi, berapa kali kontol besar itu menyemburkan pejuhnya ditubuhku. Entah itu diwajah, dirambut, ditetek, ataupun dimulut. Hampir semua area tubuhku, pernah ia sembur dengan pejuh kentalnya.

Satu-satunya bagian tubuh yang belum pernah ia sembur, adalah di lubang memek, dan lubang anusku. Yah meskipun kontol besar Luki sering menggesek itil, dan muncrat di memekku, akan tetapi hingga detik ini, ia belum pernah aku bolehkan memecah lapisan perawanku.

Iya, selama pacaran bareng Luki, aku masih menjaga sekali keperawananku. Sehebat apapun permintaan Luki untuk meminta lubang memekku, ia sama sekali tak pernah kuijinkan. Aku masih bersikeras, untuk menjaga mahkota kewanitaanku ini, untuk suamiku. Tak peduli, sehebat apapun Luki mengabulkan hampir semua permintaanku, aku masih tak mau memberinya selaput daraku.

Dan karena prinsip itulah, sepertinya Luki mulai menjauh. Mambuat, frekuensi pacaranku dengannya, perlahan-lahan semakin jarang.


- - - - - - -
Selama rehat hubungan bersama Luki, aku berkenalan dengan seorang lelaki. Aldo namanya. Ia adalah anak kuliahan yang kebetulan, ng-kos didekat rumahku. Anak semester empat yang jika dilihat-lihat, mirip dengan perawakan Luki. Ganteng, tinggi, kekar, dan juga kaya. Meskipun tak sekaya Luki, namun status sosial Aldo, masih jauh diatas status sosialku.

Awal perjumpaan kami, sebenarnya tak sengaja. Hari itu adalah Minggu pagi, waktu dimana aku dan ibu membereskan semua pakaian kotor keluargaku di samping rumah. Ibu bertugas mencuci, sedangkan aku membilas dan menjemur. Dirumah memang tak ada mesin cuci, jadi aku dan ibu, selalu membereskan pakaian kotor dengan mencuci secara manual.

“Neng… Ada kosan kosong…?” Tanya sesosok lelaki, yang tiba-tiba muncul dihalaman rumah.

Aku dan ibuku yang awalnya sedang asyik-asyik mencuci, seketika itu merasa terkejut dengan munculnya lelaki baru ini. Ibu buru-buru menyambar handuk yang ada dijemuran, guna membungkus aurat tubuh yang nerawang karena nyeplak akibat pakaiannya yang basah. Sementara aku, tak mengindahkan basahnya pakaianku dan menemui lelaki nyasar itu.

“Bukan Mas, kosannya ada disebelah sana…” Ucapku mendekat kearah lelaki itu sambil menunjukkan letak kosan yang ada tak jauh dari rumahku.

Sepersekian detik, mata lelaki itu melirik ke arah tubuh ibu, dan tubuhku. Melihat dari ujung rambut hingga ujung kaki. Jakunnya terlihat naik turun, seperti seketika itu kering karena melihat kemolekan tubuh kami berdua.

“Ehem… Di rumah paling ujung sana, Mas…” Ucapku sambil berdehem, memperingatkan akan kelakuan mata keranjangnya.
“Aldo… “ Ucap lelaki itu memperkenalkan diri. Menyodorkan tangannya kearahku.
“Mela…” Jawabku yang menyambut dengan senyum.


- - - - - - -

Keesokan harinya, ketika aku sedang berangkat sekolah, secara tak sengaja aku berpapasan dengan Aldo. Ia menawarkan untuk mengantarku kesekolah dengan motor besarnya. Dan semenjak saat itulah, perlahan-lahan hubungan kami berdua mulai akrab.

Aldo orangnya asik. Baik. Murah senyum dan mempunyai sifat humoris yang amat tinggi. Dia punya banyak bahan becandaan, sehingga mudah sekali membuatku tertawa. Seminggu jalan, aku merasa begitu cocok dengan Aldo. Bahkan saking cocoknya, kedua orangtuaku pun tak keberatan jika aku sering main ke kosannya. Karena selain kosan Aldo berada tak jauh dari rumah, dia juga sering membantuku dalam pelajaran.

Yah, bisa dikata, pacaran sembari belajar. Meskipun saat itu, aku masih berstatus pacar Luki.

Karena hubunganku bersama Aldo mulai dekat, perlahan, Aldo mulai berani menyentuh tanganku. Terkadang, ketika aku main kekosannya, Aldo sudah lebih berani untuk meremas jemari tanganku, bahkan tak jarang, ia juga mengecupnya lembut. Aku yang bisa dibilang ‘cewek gatelan’, otomatis terpancing dengan sifat lembut Aldo. Hanya saja, kali ini aku sengaja menunggu. Tak mau agresif ketika melihat lelaki nganggur di kosan kosong seperti ini.

Hingga suatu ketika, ketika aku pulang sekolah dan bermain ke kosan Aldo, ia berani mencium bibirku. Tak ada basa-basi sama sekali. Tiba-tiba saja merebahkan tubuhku di tempat tidurnya, kemudian ia mengecup bibirku.

“Kamu cantik Mel… Jadi pacar aku yaaa…” Ucapnya lirih sambil kembali mencium panjang bibirku.

Aku tak menjawab. Hanya menikmati segala perlakuan lelaki kekar itu. Perlahan-lahan, ciuman Aldo, semakin basah dan agresif. Ciuman-ciumannya lama, sehingga mampu membuat desir birahi tubuhku semakin meninggi.

“Tetekmu besar banget…” Ucap Aldo ketika satu tangannya meremas payudaraku. “Empuk…” Sambungnya lagi sembari terus meremasi secara bergantian.
“Uhhhh…” Desahku lirih, sama sekali tak membalas. Aku hanya membiarkan Aldo melepasi semua kancing baju seragamku hingga terbuka seluruhnya.

Melihat kepasrahanku, Aldo semakin bersemangat. Ia mulai mengigiti bibirku, melilit lidahku, dan bermain dengan air liurku. Tak henti-hentinya, Aldo menciumi wajahku, leherku, dadaku, dan terus hingga kedua payudara besarku.

“Ssshhhhh…” Erangku sedikit menyembunyikan birahi yang semakin tinggi.
“Kamu seksi sekali Mel… Tubuhmu bagus…” Puji Aldo sambil sedikit membetulkan tonjolan di selangkangannya, “Uuuuhh.. Bikin aku cepet sange aja…”

“Hmmm. Besar juga…” Batinku sedikit menyimpulkan ketika Aldo merogoh batang kelaminnya. Namun tetap, walau aku ingin melihatnya lebih jelas, aku tak mau bertindak buru-buru.

Selama 15 menit kemudian, Aldo kembali mencumbuku. Menciumiku tanpa henti.

Meskipun Aldo terlihat mahir dalam mencium dan membangkitkan nafsu wanita, akan tetapi aku bisa menebak jika kemampuan bercintanya terasa hambar. Biasa-biasa saja. Tak sehebat Luki. Yah, walaupun ciuman-ciuman Aldo bisa membuat memekku membanjir basah, akan tetapi, ia tak membuat hasrat ingin bercintaku menggebu-gebu.

Bagiku, biarpun Aldo beberapa tahun lebih tua dariku, dan lebih banyak pengalaman dari Luki, akan tetapi untuk urusan percintaan, ia masih belom ada apa-apanya. Terlebih, ia tak memiliki aura pemimpin dalam urusan ranjang.

KRIING.. KRRRING..
“Mas, Ayah aku telepon…” Ucapku ketika mendengar dering hape di dalam tas sekolahku. “Sepertinya aku harus pulang…”
“Ohhh. Oke…” Ucapnya menurut.

Yup. Ia bukan pemimpin. Karena tak berani menahan kepulanganku dari kamar kosannya.


***



TIIN TIIINN..
Suara klakson yang sangat kukenal, tiba-tiba terdengar ketika aku pulang sekolah.

“LUKI…?” Ucapku kaget, ketika melihat pacarku melambaikan tangan dari dalam mobil, di seberang sekolah. Dan dengan gugup, aku membalas lambaian tangannya.
“MELATI… Cewek cantik yang sedang berdiri di depan pagar sekolah… Pulang bareng Yuk…” Panggil Luki lantang sebelum membuka pintu mobilnya, dan menghambur menghampiriku. Tanpa menunggu jawaban sama sekali, ia menggandeng tanganku lalu menarikku mendekat kearah mobilnya berada.

Sedikit was-was, aku buru-buru celingukan. Mencari-cari keberadaan Aldo yang mungkin saja ada disekitaran sekolah. Namun, karena rasa khawatir yang berlebihan karena kehadiran Luki didekatku, aku lupa, jika hari ini aku bisa pulang lebih cepat. Ada acara rapat guru-guru yang diadakan secara mendadak, sehingga aku bisa pulang 3 jam lebih cepat dari biasanya.

“Aku kangen kamu cintaku…” Ucap luki begitu aku sudah duduk dikursi sebelah kiri. Ia menggenggam tanganku, kemudian dikecupnya perlahan. “Aku benar-benar kangen kamu, Mel…” Sambungnya lagi sembari mengecup pipiku.

CUPPPP.
Kecupan Luki pelan, namun terasa begitu dalam. Dengan satu tangan, ia meraih daguku. Lalu dibelokkannya wajahku, hingga menghadap kearahnya. Setelah itu, Luki langsung mencium bibirku.

“Uhhh… Jago sekali nih cowok…” Batinku ketika merasakan kehebatan Luki dalam bercumbu rayu. Karena tak perlu waktu lama, gairahku pun bangkit. Kecupan, hisapan, dan lumatan lidahnya di dalam rongga mulutku, membuatku melupakan keberadaan kami berdua.

“Cuuuppp…. Lama tak melihatmu, aku jadi pangling loh Sayang…” Ucap Luki menghentikan silat lidahnya. Menatap kearahku, lalu meremas kedua payudaraku.
“Uuuhhhh…” Lenguhku ketika tangan Luki dengan gesit, masuk kedalam bra, dan memilin kedua putting payudaraku.

“Makin besar aja nih tetek…” Puji pacarku sembari melepas kancing-kancing seragam sekolahku dan mencoba melucutiku didalam mobilnya
“Uhhhsss.. Jangan disini Sayang…” Ucapku sedikit menolak. Ini masih area sekolahan.
“Hehehe. Oke. Kita pindah aja dulu kalo gitu…” Balas Luki yang kemudian memacu mobilnya pergi.

Tak beberapa lama kemudian, aku tiba dirumah. Dan seperti biasa, Luki memarkirkan mobilnya di supermarket yang ada diujung gang, lalu berjalan kerumahku.

Tanpa basa-basi, Luki langsung menubrukku. Ia tahu, jika jam segini, kedua orangtuaku memang tak pernah ada dirumah. Oleh karenanya, dengan kecepatan tinggi, pacarku itu langsung melucuti seragam sekolahku, hingga hanya menyisakan bra dan celana dalam saja.

“Gilaaaa. Bodymu, makin semok aja Sayang… Bikin kontolku makin nyut-nyutaaannn…” Puji Luki tak henti-hentinya.
Aku tahu, jika ia sudah melontarkan kalimat-kalimat gombal, itu tandanya jika ia sedang birahi tinggi.

“Aku harus cepat-cepat membuat kontol Luki lemas… ” Batinku menyimpulkan, “Aku harus membuatnya terpuaskan dalam waktu singkat… Supaya ia loyo… Ngantuk… Lalu pulang….”Tambahku lagi sambil sedikit berstrategi untuk bisa mendatangkan ejakulasi pacarku lebih cepat lagi.

Sebenarnya, bermain seks cepat, bukanlah kebiasaanku. Karena jujur, aku sangat menyukai seks. Bahkan, aku tergila-gila dengan seks. Satu-satunya hal yang aku khawatirkan adalah, akhir-akhir ini, Aldo punya kebiasaan main kerumah aku sepulang sekolah.

Dan itu artinya, aku harus bisa membuat Luki pulang, sebelum Aldo tahu, jika ada pacarku yang sedang datang kerumah.

Segera saja, kucumbu sekujur wajah Luki tanpa terlewat satu pun. Kubuat ia makin bernafsu karena tingkah liarku. Kucium lehernya, jakunnya, dagunya. Kubuka kancing baju kemejanya, kujilati dadanya yang bidang, dan kucubit-cubit putting mungilnya. Kuhirup pula ketiak basahnya, membuat ia kelojotan saking bernafsunya.

Setelah itu, kuturunkan jilatanku lebih kebawah. Kearah perutnya yang rata dan mengotak-kotak. Kugelitik lubang pusarnya dengan ujung lidahku sembari membuka ikat pinggangnya. Dan, ketika celana sekolahnya sudah sedikit longgar, dengan satu gerakan panjang, kuturunkan celana semua beserta boxernya.

BREEETTT
TUIIIINGGGG…

Batang kontolnya menjelepat keatas. Menabrak perut bawahnya, dan berkedut dengan kencang. Tanda jika ia sudah benar-benar bernafsu pada keseksian tubuhku.
“Uuuuuhhhssss. Buruan isep kontolku, Sayang…” Erang Luki yang kemudian duduk di sofa lalu meraih belakang kepalaku, dan menggiringnya ke selangkangannya.

HAAAPPP
Caplok mulutku, melahap kepala penisnya yang sudah berprecum.

“Uuugghhh… Sayang…” Lenguh Luki mengejangkan kontolnya ketika mendapat sapuan lidahku.
“Asin…” Batinku kala menyelomot mulut kepala kontolnya.
“Oooohhhh.. Sssshhhh… Enak banget isepan mulutmu, Sayang…” Raung pacarku lagi sambil merem melek keenakan.

Karena khawatir terlalu lama mempermainkan birahi Luki, langsung saja kontolnya yang besar itu kukulum dan kuhisap-hisap dengan kuat. Aku berharap, Luki segera terpuaskan, supaya aku bisa antisipasi semisal Aldo datang berkunjung.

15 menit, 20 menit, 30 menit, Luki hanya mendesah-desah sambil terus menekankan belakang kepalaku kearah selangkangannya. Ia juga kadang meremas payudaraku sembari mempermainkan putingku yang juga mengeras.

Namun sepertinya, kali ini aku salah prediksi. Stamina Luki ternyata jauh lebih hebar dari perkiraanku. Karena sudah hampir 40 menit kontolnya kuhisap-hisap, belum ada juga tanda-tanda jika ia akan ejakulasi. Yang ada, rahang dan mulutku kesemutan akibat terus-terusan menghisap dan mengulum batang kontolnya yang jumbo.

“Kalo begini caranya, bisa-bisa Aldo keburu datang kerumah nih…”Ucapku sedikit memutar otak sambil tak menghentikan hisapan dan jilatan ke batang kemaluannya.

HAAGG GAAGG GAAAGG
Segera saja, kukerahkan satu-satunya jurus andalanku untuk bisa membuat Luki cepat keluar.

Kujejalkan kepala kontol Luki dalam-dalam, ke rongga tenggorokanku. Kubuat kepala jamur raksasanya, menusuk begitu jauh, hingga masuk setengahnya kebatang leherku. Tak lupa, kupelintir batang berurat itu sembari mengocoknya naik turun dengan kuat.

“Huoooohh. Melaaatiiii… Sssshhh… Enak banget seponganmu Sayang….” Erang Luki menggelijang-gelijang keenakan.

Makin ia mengerang, makin cepat pula kocokan tanganku. Kuhisap lagi, kukocok lagi.

JUHHHH.
Tak lupa, kubasahi kontol Luki dengan ludahku, supaya gerakan tanganku semakin lincah. Akibat licinnya pelumas alami mulutku

TEK TEK TEK TEK TEK
Suara kocokan batang kontolnya ter-onani dengan cepat. Sampai akhirnya, aku merasakan jika batang kontolnya makin membesar dan semakin keras.

TEK TEK TEK TEK
Hingga beberapa detik kemudian, aku bisa merasakan, jika tiba-tiba, ada kedutan dari urat-uratnya batang kemaluannya. Buru-buru, kubuka lebar-lebar mulutku. Antisipasi akan adanya semburan pejuh segar dari kontol besarnya.

CROOOT CRROOTTT CRROOCOOOT CRROOTTT CROOTTTT
Benar saja. Enam semburan pejuh, muncrat di dalam rongga mulutku.

“Oooohhhh.. MEEELLAAA… ENAKNYA SEPONGANMU SAYAANG… AKU LEGAAA BANGEETT…” Erang Luki sambil terus menyodok-nyodokkan pinggulnya ke mulutku. Menjejalkan seluruh batang penisnya ke mulutku. Menusuk saluran pernafasanku sedalam mungkin sambil terus membuang persediaan benih kejantanannya kedalam tenggorokanku.

CROOOT CROOOTT CROOOTT
Banyak sekali pejuh Luki hari itu. Jauh lebih banyak dari kontol manapun yang pernah aku hisap. Rasanya seperti puding sutra, namun dengan rasa dan aroma yang benar-benar berbeda.

“Ooohhh.. Melaaa… Aku udah ga sanggup lagi.. Hhhh…Hhhh…Hhhh…” Erang Luki dengan nafas yang begitu memburu. Ia terlihat begitu kelelahan. Mirip seperti orang yang baru saja ikut marathon.
“Puaaahhh…” Erangku berusaha melepaskan diri ketika cengkraman tangan Luki melemah. “Pejuhmu, selalu terasa enak, Sayang…” Sambungku sambil terus menyucup ujung kepala kontolnya. Membuat Luki kelojotan saking nikmatnya.

“UUhhh. Sayang.. Stop stop.. Aku ga kuat…” Larang Luki yang buru-buru menahan kepalaku, supaya tak melanjutkan seks oral tahap kedua. “Jangan sepong lagi kontolku, Sayang. Ampuunn…”
“Iihhh.. Masa segitu doang…?” Ucapku memasang wajah sedikit ngambek. “Ayo keluarin lagi..”
“Hahahaha. Kamu tuh yaaa.. Memang nafsuin…” Tawa Luki mencubit hidungku sembari bangkit dari sofa. Setelah itu, cepat-cepat mengenakan celananya.

“Kamu mau kemana..?” Ucapku berpura-pura bingung. “Aku masih pengen isep pejuh kamu lagi..”
“Uhhhmmm. Aku..” Ucap Luki sedikit berpikir, “Aku mau les. Bentar lagi kan ujian..” Sambungnya sedikit memberi alasan.
“Oh. OK…” Jawabku singkat yang kemudian membawa baju seragamku kekamar dan melepas bra serta celana dalamku. Setelah itu aku ganti dres tipis dengan bawahan superpendek. Sedikit memberikan ‘undangan tantangan’ dariku kepada pacarku.

“Ka.. Kamu bener-bener seksi, Mel…” Ucap Luki kaget ketika melihat perubahan pakaianku
“Seksi juga percuma ihhsss.. Kalo cuman diliatin doang…” Balasku menyindir.

“Nggg. Lain kali deh… Bener deh… Aku langsung pulang aja ya Sayang… Lemes banget nih kontolku… Abis kamu isep semua persediaan pejuhnya…Hehehe…” Ucap Luki menutup pembicaraan.
“Yakin…?”
“Iya… Ngantuk banget nih mata… Sepertinya abis ini, aku mau langsung tidur dan mimpiin kamu…”
“OK..”

“Bodo amat…” Ucapku dalam hati sambil sedikit melambaikan tangan ketika Luki berjalan menjauh dari rumahku. Tak kupedulikan alesan kebohongan pacarku, TOH. Aku juga punya banyak rahasia yang tak kuceritakan padanya.


***
Benar saja, 20 menit setelah kepergian Luki, Aldo mengetuk pintu rumahku. Dan ketika selingkuhanku itu melihat penampilanku, matanya seolah-olah melotot.
“Tak ada Luki, Aldo pun jadi…” Batinku sambil menarik tangan Aldo masuk kedalam rumah. Aku merasa, harus menuntaskan gairah tertundaku secepatnya.

Kudorong tubuh Aldo hingga terlentang di sofa. Kucium bibir Aldo dengan ganas, lidahnya kubelit dengan lidahku. Dan dengan kelincahan jemariku, kubuka kaosnya.
“Eeehhh….?” Ucap Aldo tampak gelagapan karena sama sekali tak menduga jika aku bisa seganas ini.

Perlahan, ciuman, kecupan dan jilatan lidahku mulai menyambar area sekitar wajahnya. Leher, telinga, dada, hingga putingnya. Mirip seperti perlakuanku ke Luki sebelumnya, jilatanku ke Aldo pun perlahan-lahan makin turun sampai ke perut. Setelah itu, kubuka kubuka resleting celananya, dan kuturunkan semua celana dan kancutnya. Hingga,

TUUUIIINNNNGGGG
Hampir saja wajahku tertampar ‘kaki tengah’ Aldo.

Entah kenapa, aku selalu terkagum-kagum kontol besar. Begitupun dengan kontol Aldo yang menurutku lebih besar dari kontol Luki.
“Besar banget Say…?” Ucapku yang tak sabaran, langsung berjongkok di lantai dan menangkap batang kelamin Aldo itu.

Kujilati batang kontolnya yang begitu kekar. Kusedot biji pelernya sambil kuremas-remas lembut. Dan akhirnya, aku mulai masukkan batang kontol itu ke dalam mulutku dengan penuh nafsu. Kukocok batang kemaluan itu naik turun. Dan.

CROOOTT CROOOTT CROOOCOOOT CROOOT CROOOOTTTT
Enam tembakan benih kejantanan pria, menyembur begitu kencang, tepat diwajahku. Rambut, mata, dan hidungku, seketika licin karena cipratan lendir kontol Aldo

SIAL.
Tak pernah kukira, Aldo akan muncrat secepat ini.
Yah, mungkin, ini adalah pengalaman pertama Aldo.
Dan sepertinya, kali ini, aku benar-benar mendapat kontol perjaka.


***​

Selama tiga hari kedepan, aku dan Mela, masih belum berkomunikasi barang sepatah katapun. Kami berdua, yang karena gengsi masing-masing, memutuskan untuk saling berdiam diri. Tak bertegur sapa, tak mengobrol, bahkan tak saling melirik satu dan lainnya. Kami benar-benar seperti tak saling kenal dan mencoba untuk tak menggangu satu dan lainnya.

Jujur, situasi seperti ini, benar-benar menyiksaku. Aku tak bisa berbuat banyak karena merasa kikuk dan segan untuk melalukan apa-apa.
Hingga di hari keempat, tiba-tiba aku mendapat pesan singkat dari Mela.
“Kamu masih dikantor, Mas?” Tanya Mela singkat
“Masih, kenapa..?” Jawabku sok ga butuh.

Semenit, dua menit, tiga menit. Tak ada jawaban. Bahkan hingga sejam kemudian, samasekali tak ada balasan apapun dari Mela. Jariku terasa begitu gatal, ingin sekali kukirim pesan baru guna mengetahui maksud darinya.

TRING TRING
Satu pesan Mela, masuk kembali ke handphoneku.

“Temui aku sekarang di cafe Merindu, Mas. Aku ingin membahas hal yang sangat penting”
“OK” Jawabku singkat.

Segera kupacu kendaraanku. Tanpa mempedulikan lalu lintas yang semakin padat. Dan tak sampai 30 menit kemudian, aku tiba di lokasi yang sesuai dengan permintaan istriku.
Melihat pintu cafe yang terbuka lebar dihadapanku, detak jantungku tiba-tiba berdetak begitu cepat. Bulu kudukku merinding, dan langkah kakiku terasa begitu berat.

“Buat dua orang…” Jawabku ketika salah seorang pramusaji menyapaku. Kupilih posisi tempat duduk yang cukup tersembunyi sebelum memesan kudapan dari menu yang disodorkan.

Tak beberapa lama kemudian, muncullah Mela. Wajahnya terlihat murung dengan kacamata gelap yang menutup separuh wajahnya. Kulambaikan tanganku supaya istriku bisa langsung mengetahui keberadaanku.

“Macet banget diluar sana…” Ucapnya membuka percakapan.
“Pesen makan atau minum gih…” Sahutku menyodorkan menu kearah istriku.
“Gausah mas, aku nggak lama kok…” Tolak Mela tanpa basa-basi.
“Jadi…?” Tanyaku singkat, “Apa yang mau kamu bicarakan…?”

Mela tak menjawab. Ia hanya menatap lurus kearahku dengan kacamata yang masih melekat di wajahnya. Beberapa kali ia menarik nafas panjang, dan menghembuskan kuat-kuat. Seperti ada beban didadanya, yang sulit sekali ia hempaskan.

Dibukanya kacamata yang ia kenakan, lalu diletakkannya diatas meja.
Sekilas, kulihat mata bulat Mela begitu sembab. Seperti baru saja menangis sebelum ia tiba disini.

“Aku cinta kamu, Mas…” Ucap Mela tiba-tiba, “Aku benar-benar sayang padamu…”
“Maksudnya..?” Heranku
“Maafin aku ya, Mas… Hik.. Hik… Hik…” Tiba-tiba, tangis Mela pecah dihadapanku. Ia buru-buru menutup wajah dengan kedua tangannya.

Aku yang merasa kaget akan perubahan mood istriku, buru-buru berpindah tempat dan duduk disampingnya. Kuraih kepalanya, dan kusandarkan di pundakku.

“Kamu kenapa…?” Tanyaku basa-basi karena ku tahu benar, arah pembicaraan ini.
“Maafin aku, Mas… Aku khilaf… Aku benar-benar minta maaf…”
“Kamu ngomongin apa sih…? Apa yang khilaf…?” Pura-puraku lagi.

“Sumpah, Mas. Aku ga bakal ngira kalo hal ini bisa terjadi. Aku khilaf, Mas. Aku ga ada niatan sama sekali buat ngelakuin hal ini…”
“Kamu kenapa sih…? Aku ga ngerti…”
“Hik…Hik…Hik…Kamu pasti marah kalo aku ceritain”
“Justru, aku makin marah kalo kamu ga cerita…”

Mela mengangkat kepalanya dan sedikit menjauhkan wajahnya dariku. Dengan susah payah, ia mencoba mengatur emosinya. Berulangkali, ia kembali menghela nafas panjang, seolah mencoba menghentikan isak tangisnya yang masih terus meneteskan air mata.

“Mas, janji dulu ya… Kamu ga akan marah…” Pinta Mela dengan nada memelas.
“Tergantung…” Jawabku singkat.

Perlu waktu 5 menitan, Mela hanya berdiam diri sambil menatap kearahku.

“Sepertinya, aku udah selingkuh Mas…” Ucap Mela lirih, hampir tak terdengar.
“Hah…?” Hagetku, “Kok sepertinya…?”

Lagi-lagi, Mela menatap tajam kearahku. Kemudian ia menarik nafas panjang dan mulai bercerita.
“Kemarin… Pas aku diajak jadi pendamping pengantin Mila…” Sejenak, Mela menghentikan ceritanya, mencoba menimang-nimang kelanjutan kalimatnya, “A.. Aku ketemu mantan aku…”
“Oh..” Jawabku cuek. Kuambil minum dimeja, dan mencoba menyeruputnya pelan.

“Hanya saja… “ Jeda Mela lagi, “Bukan hanya itu aja yang terjadi, Mas..”
“Lalu…?”

“Aku… Nggg… Aku…. “ Jeda istriku lagi, “Aku… Keterusan, Mas…”
”Keterusan gimana…?”
“Ya gitu deh…”

“Ahhh.. Kalo kamu emang ga mau cerita panjang lebar… Aku mending balik aja deh… Kerjaan aku dikantor lagi banyak… Aku capek menebak-nebak… Kamu tuh………”
“AKU TIDUR BARENG MANTAN AKU…” Celetuk Mela memotong kalimat emosi panjangku.

DEG
Mendengar kalimat lirih yang keluar dari mulut istriku barusan, aku merasa jika jantungku tiba-tiba berhenti berdetak. Apa yang kukhawatirkan, ternyata terjadi.

“Kenapa…?”
“Iya… Aku tidur bareng mantan aku..” Ulang Mela
“Mantan…? Yang mana…?”
“Fadil..”

“Udah…? Cuman tidur aja…?” Ucapku lirih dengan nada bergetar. Mencoba menahan emosi yang begitu bergejolak di dada. Tanganku mencengkram gelas yang ada ditanganku. Hingga jemariku terasa sedikit kebas karenanya
“Cuman tidur aja…?” Ulangku lagi.

Tak menjawab pertanyaanku, tangis Mela makin menjadi-jadi. Ia terisak. Sesenggukan. Hingga beberapa tamu di kafe itu menengok kearah kami karena sedikit mendengar tangisannya.

“Mela… Jawab pertanyaanku… ” Pintaku dengan nafas menderu-deru, “Udah…? Cuman tidur aja…?”
“A… Aku lupa Mas… “
“Coba kamu ingat-ingat...”

“Nggg…”

“Aku tanya sekali lagi…”
“Ngggg.. Aku bener-bener lupa Mas… Waktu itu, aku bener-bener mabok. Jadi aku ga bisa ingat dengan jelas…Hik…Hik… Hik…”
“Lupa…?”
“Iya…” Ucap Mela dengan wajah pasrah.

“Trus…? Enak nggak…?”
“Ehhh…?” Heran Mela mendengar pertanyaanku, “Enak…?”

“Iya…? Pas si kontol sialan itu nidurin kamu…? Enak nggak…?”
“Aku nggak tahu, Mas… Aku benar-benar nggak sadar…”
“Trus… Kalo kamu nggak sadar… Kenapa kamu bisa tahu…? Kalo si Bajingan Fadil itu udah nidurin kamu…?” Geramku dengan gigi gemeretakan, “Trus… Kalo kamu tahu udah ditidurin oleh Kampret Anjinm itu, kenapa kamu ga langsung pulang kerumah…? Ga ngabarin aku…?”
“.………..”

“Kamu suka ya dientotin Mantan kamu itu…? Kamu menikmati ya memek yang udah aku nikahin itu, ditengokin kontol lain…? Enak ya…? Hah…?”

Mela tak menjawab. Ia hanya menatapku kemudian diam.
“Maaf, Mas. Sumpah…Aku ga ingat, Mas.. Malam itu sepertinya aku benar-bener mabuk. Maaf…”

“Ahhhrrggghhhh.. Dasar PEREK…!!!”

BRAAAKKK
Kugebrak meja cafe itu, hingga membuat beberapa pengunjung melihat kaget kearah kami berdua.

“Kita… PULANG… Sekarang…!!!” Ucapku sambil bangkit dari kursi dudukku.
“Kamu marah ya, Mas..?”
“Menurutmu…?”

Kugandeng tangan ramping Mela, lalu kuajak keluar cafe dengan sedikit memaksa.

ANJIM
BAJINGAN
BANGSAAATTT

Aku marah. Benar-benar marah.
Aku harus memberi pelajaran pada Mela, dan juga mantan sialannya itu.

Dengan buru-buru, kutarik tangan Mela kearah parkiran. Kubuka pintu mobilku, dan ku hempaskan tubuh istriku masuk. Setelah itu, kubanting pintu mobilku keras-keras.

Segera saja, kutancap gas kencang-kencang. Seperti pembalap, aku menyalip semua kendaraan yang ada didepanku. Karena emosi yang sudah begitu meluap, aku sama sekali tak peduli dengan keselamatan orang disekitarku.

Dikepalaku, hanya muncul tujuan akhir dari semua ini.
PEMBALASAN.

Namun, sebelum aku melakukan itu semua, ada sesuatu yang harus aku tuntaskan terlebih dahulu.
Yaitu melepas tekanan yang berkumpul tepat ditengah selangkanganku. Karena entah kenapa, mendengar sekilas cerita istriku bersama mantannya barusan, birahiku menjadi meledak-ledak. Membuat batang penisku terasa begitu keras dan dan berdenyut kencang.

Bersambung,
By Tolrat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd