Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Cinta di Kantor Desa

Status
Please reply by conversation.
Bagian 11 : Satu Hari Sejuta Kesan

Rian POV


“Eh, ini dik, diminum dulu. Adik siapa namanya? Kerja di kantor desa juga ya? Sudah berapa lama pacaran sama Lesti? Dari mana asalnya?”

Gubraakkkk!

Yang mana saya jawab dulu bu?


Pikirku mendengar pertanyaan Ibunya Lesti yang panjang lebar.

“Namanya Kadek Rian, kerja di Kantor Desa, jadi Kaur Umum, pacaran baru dua hari wak, asal dari Dusun Tengah,” bantu Mbok Budi yang membuatku tak tahu harus komentar bagaimana.

“Aahhhhh… Gak ada buk, cuma temenan, kenal juga baru hari ini,” sanggah Lesti melihat aku yang kesulitan menjawab pertanyaan ibunya.

“Iya bu, be-”

“Ouhhh… Baru pacarannya, pantes ibu gak tau, bagus nih satu kantor, jadi ada yang jaga Lesti di kantor desa, hati-hati sama pak kades ya Dek, ” potong Ibunya Lesti sambil menyilahkan kami meminum minuman yang disediakan.

“Ah ibu, beneran kok, kenal ba-”

“Ibu pernah muda juga kok, gak masalah punya pacaran, toh kalian sudah pada kerja, kalau dulu ibu melarang kamu pacaran kan karena masih sekolah, kalau sekarang kan sudah kerja, jadi bolehlah, asal jangan kelewatan ya,” potongnya lagi yang membuat aku dan Lesti saling pandang.

“Kelewatan sih enggak, kan ada aku wak, paling curi-curi ciuman aja di kantor desa mereka,” .

“Mbok Diiiiiiiiiiiiiii!!”

“Uhuk-uhuk,,” jawaban Mbok Budi membuat aku terbatuk sedangkan Lesti menjerit sambil mencubit lengannya Mbok Budi.

“Ehem… Ciuman masih wajar, asal jangan lebih, ” kata Ibu Lesti sambil memandang ke arahku dengan serius.

“Kalau kebelet gimana wak?” kompor Mbok Budi yang membuatku berpikir apa yang ada dikepala anak satu ini sehingga semangat sekali menjodohkanku dengan Lesti.

“Ehem… Pakai pengaman lah, tapi boleh juga sih gak pake pengaman, ibu dah pengen punya cucu nih Dek,” sahut Ibunya Lesti menjawab pertanyaan Mbok Budi sambil menoleh kepada anaknya. Jawabannya itu membuatku hanya bisa tersenyum sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

“Ah Ibu, gak ada gitu, diboongin sama Mbok Di, ” protes Lesti yang dianggap angin lalu oleh ibunya.

“Beneran loh Dek, ibu udah pengen punya cucu, bapak juga, sepi ini gak ada yang dirumah, adiknya Lesti selalu keluyuran saja kerjaannya,” kata Ibu Lesti sambil memandangku.

“Eh, itu...”

“Iiihhhh… Ibu, kalau pengen rame, buat aja je adik lagi satu,” potong Lesti.

“Ye… Mana je bisa,” kata Ibu Lesti sambil menggelengkan kepalanya.

“Ayo, diminum dulu,”

“Iya bu,” sahutku sambil menikmati hangatnya kopi di siang yang dingin ini. Sambil mengobrol kami menikmati minuman masing-masing.

“Eh, bu, kalau begitu saya permisi dulu, mumpung belum hujan,” kataku sambil melihat kearah Langit yang terlihat mulai gelap.

“Kok buru-buru? Gak makan siang disini?” tawar Ibu Lesti yang kutolak dengan sopan, Aku dan Mbok Budi menuju keluar rumah yang diantar oleh Lesti dan ibunya.

“Lain kali mampir lagi ya dek, ajak juga Lesti keluar kapan-kapan, dirumah terus ni anak,” kata Ibu Lesti yang membuat aku menoleh ke arah Lesti yang cemberut lalu masuk ke dalam rumah.

“Beh, tenang aja wak, nanti pasti sering kesini Kadeknya,” kata Mbok Budi sambil kabur dengan sepeda motornya.

“Duluan bu,” kataku sambil menuju ke kantor desa dan tersenyum ketika mengingat kesalah pahamannya Ibu Lesti. Hujan rintik-rintik turun ketika aku sampai di kantor desa dan dengan terburu-buru aku masuk kedalam.

“Eh Dek, Bli duluan dulu ya, mumpung belum lebat hujannya, sama Budi aja dulu di kantor, Budi bawa kunci kantor kok kalau nanti ingin pulang sorean,” kata Pak Sekdes di pintu masuk dan tanpa menunggu aku keluar dan menuju sepeda motornya. Sementara itu aku menuju kemejaku dan menaruh berkas aset desa yang aku bawa.

"Yah… Hujan lagi, "kata Mbok Budi ketika hujan turun lagi dengan lebatnya.

"Duh, ngapain enaknya ujan-ujan gini ya?" gumamnya lagi sambil duduk dibelakang meja pelayanan.

"Nonton bokep, " jawabku asal.

"Mana dek?"

"Nonton aja online, "

"Caranya?"

"Suka yang gimana Mbok Di?" tanyaku, sekalian ingin tau preferensi bokep yang disukanya.

Siapa tau…

"Hmmmm….Yang ada variasinya dek, bosen ama yang itu-itu aja, buka baju, telentang, dimasukin, keluar.." gumamnya yang membuatku berpikir beberapa situs video bokep online yang menyediakan video seks yang banyak variasinya.

Aku mengambil mouse dari tangannya lalu memasukkan alamat sebuah situs di browser.

Tak lama kemudian situs itu terbuka lalu kupilih kategori kinky sex. Video-video yang berbau seks yang nakal dan tidak seperti normal seks keliatan di layar.

"Wiihhh, mainnya di bathtub, keluar gak perlu ke kamar mandi lagi. Ah.. Ne mainnya di dapur, isi susu gitu disana," katanya penasaran lalu mengklik sebuah video yang mengambil lokasi di dapur.

Dengan ekspresi serius Mbok Budi menonton video itu, beberapa kali kudengar pekik pelannya ketika pria yang ada di dalam video itu menggoda lawan mainnya.

"Aww.. gak sakit pake pare? " Jerit Mbok Budi ketika si lelaki memasukkan pare dengan ukuran besar kearah vaginan si wanita.

"Kalau dah horny dan vaginanya dah basah, enak tuh" komentarku sambil duduk disebelahnya. Kuambil headset dan mencolokkannya ke komputer lalu memberikan satu headset kepada Mbok Budi, sedangkan aku memakai yang lagi satu.

"Nah itu dah, sekarang Mbok Budi sulit basah deh, mungkin karena usia atau gimana, pas dimasukkin sama suaminya, seringan sakit, jadi gak manikmati, boro-boro orgasme, geli aja nggak, yang ada panas dan sakit" curhat Mbok Budi sambil sesekali merapatkan pahanya.

"Gak pemanasan memangnya?" Tanyaku penasaran dengan kehidupan seksualnya.

"Jarang, Mbok Di dah nafsu, eh suaminya gak bisa bangun adeknya, eh giliran doi nafsu, Mbok Di yang belum siap, jadinya udah beberapa bulan ini gak dapet big O " jawabnya.

"Ye, kalau punya suaminya gak bangun, ya dibangunin dulu lah, " sahutku

"Udah Dek, udah tak belai, cium, tiup, kalau memang suaminya capek, gak bakalan bangun penisnya, " gerutu Mbok Di.

"Kecapean barangkali? " Tebakku.

"Fisik si enggak, pikirannya pasti dek, kerja di lembaga survei suaminya Mbok Di, jadinya Mbok Di sering ditinggal tau. "

"Jablay dong?"

"Iya lah, mau bantu dek?Hihihi" tanyanya sambil tertawa.

"Caranya?"

"Hmmm..." Gumamnya dengan nafas yang mulai memburu diiringi dengan tangan yang membelai Rian Jr dari balik celana yang aku kenakan.

"Pasti enak dah kalau dimasukkin pakai ini" gumamnya dengan tangan naik turun di celanaku.

"Kayaknya lebih besar dari punya suami Mbok Di, lebih keras lagi, pasti mantap dah, lebih gede dari Pak Kades dan Bli Anton juga" bisiknya yang membuatku terkejut.

" Eh, Pak Kades dan Bli Anton?" Tanyaku penasaran mengingat kedua orang itu ada di kantor desa ini.

"Kenapa Dek? Terkejut? Hahaha. Hampir semua yang dikantor ini pasti pernah dicobain Pak Kades dek, kecuali Vian dan Lesti yang masih kesegel, kalau gak pasti diembat juga dah sama bandot tua itu. Untung sekarang ada Irina, jadi pasti doi yang jadi sasarannya. Tapi kasian juga, punya Pak Kades kecil, mana peltu lagi, jadinya gak ada yang puas main sama dia. Kalau Bli Arya, lumayan gede, cuma gak tahan lama juga dek, " curhatnya lagi tanpa malu-malu.

"Jadi pengen nyoba ini…" katanya lagi sambil meremas penisku dari luar celana.

"Awas kalau itu dah keluar sarang, harus dapet mangsa loh" kataku menikmati belaian tangannya.

"Udah dapet berapa perawan nih? " tanyanya dengan pandangan sayu.

"Baru satu, " jawabku pelan dengan tangan membelai dadanya yang lebih kecil daripada punya Irina dan Dayu. Dengan gerakan pelan kuremas dada itu dari balik kemeja dan bra yang digunakannya. Kulihat wajah Mbok Di kalau ada penolakan disana, namun yang ada hanyalah mata sayu dengan nafas yang mulai memburu.

Suara hujan yang sekarang rintik-rintik dan desahan dari film bokep membuat penisku menggeliat di dalam sana. Apalagi sekarang merasakan remasan pelan itu…

"Jadi pengen nyoba" bisik Mbok Di lirih dengan mulut yang dekat dengan wajahku.

"Kenapa gak masukin ke lobangnya Mbok Di biar tau rasanya? " tanyaku sambil memasukkan tanganku ke balik kemeja dan bra yang digunakannya. Kuremas pelan gundukan daging yang masih padat, dengan putingnya yang mulai mengeras.

"Mbok Di pengen sih… Cuma…"

"Cuma..?"

"Cuma, Mbok Di lagi dapet sekarang, hihihi" katanya sambil mengambil sebuah kunci lalu memberikannya kepadaku laku merapikan pakaiannya dan bangun dari kursinya.

"Hahaha… Ada yang bangun tuh, Mbok Di pulang duluan ya, mumpung hujannya sudah reda, matikan komputer dan tutup pintunya ya dek!" seru Mbok Di sambil kabur keluar pintu.

Apesssssss…..

Pikirku sambil melihat celana yang sudah tegang maksimal.

Drtt..drttt…

Getaran hp di saku celana mengalihkan perhatianku. Kulihat ada sebuah pesan whatsapp dari Dayu.

"Sayang, pulang dung… Ada kejutan neh di rumah" pesan Dayu yang kujawab dengan tiga huruf.

"Otw"

Mmmm.. Apa lagi yang dilakukan ne anak?

Gumamku sambil mematikan komputer lalu menutup pintu dan dengan terburu-buru menghidupkan sepeda motor dan melaju ke rumah. Sesampainya dirumah aku memarkir sepeda motor disebelah motor Irina. Membayangkan bisa threesome lagi dengan Dayu serta Irina membuat penisku yang setengah tegang kembali menegang dengan maksimal.Sambil membuka sepatu aku masuk kedalam kamar.

Eh, kok terkunci?

"Sabar sayang, " sebuah suara terdengar dari dalam kamar, entah apa yang direncanakan Dayu sekarang.

"Klik"

"Siap sayang?" Tanya Dayu dengan pakaian yang membuatku tercengang. Pakaiannya terbuat dari kulit yang membungkus ketat tubuhnya dari kaki sampai dengan leher sehingga lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Di bagian pantat dan vagina ada lobang sehingga memudahkan untuk penetrasi nanti. Kulihat dua lobang itu, sekarang tersumpal dengan dua buah dildo atau vibrator mini. Dayu juga mengenakan sepatu hak tinggi warna hitam yang membuat kaki jenjangnya semakin seksi.

"Gimana, suka? " Tanyanya sambil berlenggok , menuju ke arahku, ditangannya terdapat sesuatu seperti cambuk warna hitam.

"Banget.." jawabku sambil mencoba menyentuh dadanya yang menggunung di balik pakaian itu.

"Eitss.. Nanti dulu, hidangan utamanya bukan aku," kata Dayu sambil melangkah ke samping sehingga terlihat Irina di belakangnya.

What the fuck!

Irina!

Tepatnya, Tubuh Irina yang membentuk huruf Y.

Dibelakang Dayu, Irina berdiri dengan ujung kakinya, kedua tangannya terentang ke atas, tergantung ke plafon dengan tali pramuka. Bibirnya tersumbat dengan ballgag, dengan lelehan air liur yang menetes ke lantai. Hanya dengan menggunakan Stocking warna hitam yang membungkus kakinya sampai paha, Irina terlihat sudah siap untuk ‘dinikmati’. Di bagian bawah, tepatnya di pantatnya nya, terdapat vibrator yang mendengung samar.

Tanpa basa basi aku membuka pakaianku dan melemparnya ke ranjang, sementara itu Dayu menutup pintu dan jendela serta menghidupkan lagu di hpnya.

Kuraba puting Irina yang sudah menegang dan mencubitnya pelan.

"Ughh…" suara desahan Irina tidak terdengar jelas karena tersumbat oleh bola itu.

Plakk!

"Uhh.." suara cambuk ditangan Dayu terdengar dari arah pantat Irina diiringi jerit kesakitannya.

"Ayo dek, sudah basah neh," kata Dayu yang tangannya entah kapan sudah menggosok klitoris Irina.

Kuangkat satu kaki Irina ke pundakku lalu mengarahkan penisku yang sudah mengeras maksimal ke vaginanya.

Bles!

"Ahhh!!"

"Ugh"

Dengan sekali hentakan penisku masuk ke vaginanya yang langsung mencengkram penisku dengan kuat. Desahanku dan jeritan Irina terdengar bersamaan.

"Plak! Plak!Plak"

"Ugh"

Kembali suara cambuk terdengar dari pantat Irina. Beberapa kali juga kulihat dia mengernyitkan dahinya, mungkin menahan sakit di pantatnya itu.

"Dek, masukin, tapi jangan buat di dapet" bisik Dayu ditelingaku laku mengambil dildo yang ada di pantat Irina lalu menggerakkannya maju mundur. Dayu sesekali juga menggerakkannya dengan hentakan keras dan sedikit kasar.

"Plok...Plok..Plok…"

"Uughh...uh.."

"Plak..plak! Plak!

Suara hentakan di vagina Irina, desahan Irina dan suara cambuk Dayu terdengar silih berganti di kamar. Tak lama kemudian kudengar nafas Irina mulai memburu yang langsung kurespon dengan menjauhkan penisku dari vaginanya, hanya menyisakan sedikit kepala penis di permukaan vaginanya itu.

"Ughh..bi dkk " suara Irina terdengar tidak jelas karena ballgag yang ada di mulutnya. Tapi bisa ditebak dari bahasa tubuhnya kalau dia sudah dekat dengan orgasmenya.

Dengan gumaman tak jelas dia mencoba menurunkan badannya sehingga penisku bisa menusuk lagi vaginanya, namun tidak bisa karena terhalang tali yang mengikat tangannya. Kulihat tangannya mulai memerah karena kuatnya tarikan Irina.

"Hahaha, pasti mau nyampe neh pelacur, baru main sebentar udah pengen nyampe ya?" Tanya Dayu yang memberi isyarat agar aku menjauh. Setelah aku menurunkan kaki Irina dan menjauh darinya, Dayu mendekat ke arah Irina dan dengan senyum misterius mengarahkan cambuknya kearah klitoris Irina.

Bisa kulihat pandangan panik di mata Irina mengetahui apa yang akan dilakukan Dayu.

"Safe word?" Tanyaku kepada Dayu, untuk mengetahui apa yang akan dilakukan Irina jika memang dia tidak mau mengikuti permainan ini, atau kalau memang dia tidak menikmati apa yang kami lakukan dan ingin berhenti.

"Kalau sekarang mengedipkan matanya terus menerus, kalau nanti, dia akan bilang, ‘pantat lebar’," bisik Dayu sambil melangkah kearah Irina.

"Lanjut atau berhenti? " Tanya Dayu sambil membelai klitoris Irina yang membengkak dengan cambuk ditangannya.

Kulihat Irina menarik nafas beberapa kali namun matanya tidak mengedip.

"Plak!"

"Ughhhhh!" Jerit irina, merasakan cambukan pelan di klitorisnya. Dayu lalu mengarahkan cambuk itu ke putingnya.

"Plak!"

"Ughh"

Jerit Irina lagi, kuangkat kakinya lagi dengan tanganku, sementara penisku menusuk vaginanya dari belakang.

Jleb.

Penisku dengan mudah masuk ke dalam sana dan dengan cepat kugerakkan maju mundur. Pelan tapi pasti, tusukan ku, cambukan Dayu di puting dan klitoris Irina semakin intens dan kudengar desahan dan nafas Irina semakin memburu.

Ketika nafas Irina sudah semakin cepat, kucabut lagi penisku dan menjauh dari Irina yang sekarang wajahnya sangat merah.

"Hihihi, pasti gatel banget dah yang dibawah itu? Pengen dimasukin?" Tanya Dayu yang menungging didepan vagina Irina dan aku yang paham maksudnya mencabut vibrator yang ada di vagina Dayu dan memasukkannya ke vagina Irina.

Kuambil remote vibrator dari tangan Dayu lalu menekannya.

Suara desahan tertahan Irina kembali terdengar.

Kuarahkan penisku ke arah vagina Dayu lalu memasukkannya pelan-pelan.

"Ahhhh"

"Mantap Yu, masih rapet aja" pujiku sambil menghentakkan penisku ke vagina Dayu. Sambil menghentak Dayu kulihat irina yang kembali mendesah nikmat karena getaran vibrator di vagina dan anusnya.

irina hanya bisa mendelik melihat pemandangan di depannya. Bagaimana aku menusuk lubang Dayu dengan keras, bagaimana desahan Dayu begitu menggema di ruangan.

Ketika kudengar nafas Irina mulai mengeras , kutekan tombol off di remote dan mencabut vibrator itu dari vagina Irina.

Mata Irina mendelik ke arahku, wajahnya terlihat marah karena beberapa kali orgasme gagal diraihnya.

Kumasukkan jariku kedalam vaginanya dan mengocoknya dengan cepat selama beberapa menit sebelum menariknya ketika gerakan dan nafas Irina mulai tidak teratur.

Aku melirik Dayu dan memberikan isyarat kepadanya untuk melepaskan ikatan tangan Irina.

“Aaghhh….” jerit Irina ketika ketika ikatan tangannya terlepas. Dengan beringas didorongnya badanku hingga telentang di ranjang lalu sambil mencabut vibrator dari lobangnya yang basah dan ballgag dari mulutnya, dia naik ke atas badanku lalu dengan sekali hentakan penisku masuk ke vaginanya.

Bless!
“Ahhhhhhh...Bangsat, enaknya!” jerit irina yang lalu bergerak maju mundur diatas tubuhku seperti kesetanan, peluh membasahi tubuhnya dengan wajah memerah dan nafas yang mulai memburu.

Dayu berdiri diatas tubuhku lalu dengan badan menghadap Irina, ditariknya kepala Irina untuk menghisap vaginanya yang juga sudah basah.

“Hisep sampai bersih!” perintah Dayu, masih dengan cambuk di tangannya.

“Ugghhh..” balas Irina dengan kepala yang ditekan dengan erat ke arah vagina Dayu.

Kuambil alih mengocok vaginan Irina dari bawah.

Nafas kami bertiga mulai memburu, mengejar puncak kenikmatan yang sedikit lagi akan kami raih. Dayu menekan kepala Irina ke vaginanya dengan kuat sehingga bisa kudengar Irina yang kesulitan bernafas.

Tiba-tiba badan Irina mengejang dan Dayu melepaskan kepala Irina.

“Ahhhhhhh….” teriak Irina merasakan kenikmatan yang akhirnya berhasil diraihnya. Badannya mengejang beberapa kali dengan vagina yang menyemprotkan cairan membasahi penisku didalam sana.

Brugh…

“Hah..hah...hah...” suara nafas Irina satu-satu merasakan puncak kenikmatan. Dayu menggantikan posisi Irina lalu dengan cepat naik turun di badanku.

Dadanya yang bulat kuremas ketika empunya naik turun dengan ganas.

“Ah Dek, keluarin didalem aja, pengen ngerasain semprotan mu di dalem sana,” pinta Dayu lalu menggerakkan pantatnya memutar, vaginanya seolah mau memeras isi penisku keluar.

“Ahh… Yu, dikit lagi,”

“Ahhh… Barengan...” pintanya.

Kugerakkan badanku naik turun berlawanan dengan gerakan Dayu.

Plok...Plok...Plokk….

Suara badan kami yang beradu terdengar memenuhi kamar. Nafas kami mulai memburu dan akhirnya Dayu yang pertama mengejang, dengan kepala menghadap keatas dan badan yang mengejang beberapa kali.

“Ahh..Dek...” desisnya lalu tubuhnya ambruk menimpa badanku. Aku yang belum nyampai memeluk tubuhnya lalu dengan cepat menggerakkan pinggangku.

“Ahh.. Dayu!!!”

Croottt...croottt..crooot

Beberapa kali penisku menyemprotkan sperma di vaginanya.

Kami bertiga kemudian berbaring kelelahan di ranjang. Aroma sperma dan cairan vagina memenuhi kamar.
Maaf bnget ane telat neeh, suhu....
Sayang mbok Di lg ada tamunya, ya...

Tp at least, g dpt 1 mlh 2 sekaligus.

Teruskan perjuanganmu, bli Kadek....

Pkke, tumbuk semua MQ d kntor desa itu....

:semangat:
 
Bagian 12 : Sisi Lain Anisa 1

Rian POV.


Dengan tubuh kecapean kami bertiga berbaring di ranjang. Sambil mengatur nafas yang ngos-ngosan aku melihat kearah Irina yang tersenyum puas.

“Kenapa senyum-senyum gitu na?”

“Hihihi, puas banget Bli Dek, diajarin banyak ilmu baru juga sama Dayu,” jawab Irina yang membuatku menoleh kearah Dayu.

“Kamu ajarin apa Yu?” tanyaku penasaran dengan kejahilan Dayu.

“Hihihi… Ada deh, pokoknya dijamin puas deh nanti, ” jawab Dayu misterius lalu di bangun dan mengambil tissue di atas meja dan melap cairan yang menetes di pahanya. Tangannya kemudian menuju ke resleting kostum nya itu dan membukanya sehingga tak lama kemudian dia sudah telanjang bulat.

“Dek, aku mau mandi dulu ya, habis itu mau berangkat, kamu belum makan siang kan? Aku dah masak tadi, makan dulu gih, ajak Irina juga” katanya lalu sambil melilitkan handuk di badannya dan menuju ke kamar mandi.

“Dayu perhatian banget ama Bli Dek ya, udah gitu tau banget kesukaan Bli Dek, coba Bli Dek bisa sama dia ya?” kata Irina sambil memandang ke arah Dayu yang keluar dari kamar.

“Gak semua yang kita inginkan, bisa kita dapatkan Na, tapi ambil segi positifnya saja, toh kita masih muda, belum tau kedepannya kayak gimana, nikmati saja dulu lah, entah nanti akan gimana,” kataku sambil mengambil boxer dan mengenakannya.

Kulihat Irina yang berbaring dengan kaki mengangkang, kulihat payudaranya sedikit merah karena cambukan Dayu tadi.

“Eh na, itu merah-merah, gak kenapa nanti?” tanyaku melihat kondisinya. Apalagi melihat ke arah vaginanya yang kemerahan dan membengkak seperti itu, pasti bisa diketahui kalau dia habis melakukan hubungan seks nanti oleh suaminya.

“Biarin aja Bli Dek, toh suamiku setiap pulang selalu isi merah-merah lehernya, belum lagi setiap diajak mekatuk gak mau, tau kan dia ngapain aja diluar kalau begitu?” katanya cuek sambil memakai pakaiannya.

“Udah makan na?” tanyaku ketika dia sudah mengenakan pakaian untuk mengalihkan perhatiannya dari topik yang rasanya tidak disukainya itu.

“Hehehe, belum ” jawabnya sambil nyengir.

“Ayo dah makan dulu,” kataku sambil menarik tangannya menuju ke dapur. Disana kami makan siang hasil karyanya Dayu.

“Wih, Dayu mantep bener, udah pinter maen, pinter masak, gak cemburuan, calon istri yang bagus tu Bli Dek,” puji Irina ketika mencicipi lauk buatan Dayu.

“Hahaha… Baru tau positifnya ja Na, belum tau negatifnya,hehehe” kataku sambil tertawa.

“Emang apa negatifnya Dayu?” tanyanya lagi penasaran.

“Weh… Adalah… “ kataku mengambang sambil melihat Irina yang mengernyit sambil melihat sesuatu di hpnya.

“Duh, capek banget, sekarang mesti kerja lagi, gara-gara Dayu dan Bli Kadek neh,” kata Irina sambil cemberut kearahku.

“Loh, emang kerja apa Na?”

Freelance di villa Bli Dek, kalau ada tamu disuruh boss vilanya untuk bersih-bersih, nanti malam katanya ada yang check in, sekarang disuruh kesana untuk bersih-bersih neh,” katanya sambil membalas pesan yang masuk di hpnya.

“Weh, enak neh ada kerja sambilan, gak ada yang nyari tenaga IT nya Na? Mau kerja sambilan juga, ” tanyaku iseng.

“Kurang tau juga Bli Dek, coba tak tanya nanti, enak loh villanya Bli Dek, isi kolam renang, kamar mandinya juga luas, kalau gak ada tamu dan Ina bersihin sana, dikasi berenang sama yang punya, yang punya cewek loh,” katanya sambil tersenyum penuh arti.

“Lah, kalau cewek memangnya kenapa?” tanyaku pura-pura tidak ngerti.

“Beh, Bli Kadek isi pura-pura lagi, tau gak, yang punya dari Jakarta, janda, gak punya anak, punya villa disini, sering ngajak cowok lo ke villanya,” terang Irina.

“Wah, mantap tuh, janda lagi” kataku mendengar penjelasannya.

“Beh, dasar cowok, asal denger janda langsung on,” cibir Irina sambil keluar dapur dan menuju kekamar.

Alamak, harus jemur kasur neh, pikirku sambil melihat ke arah ranjang yang basah kuyup. Resiko maen sama tukang nyemprot. Mana mendung lagi. Pikirku lalu memutuskan mengambil kipas angin dan mengarahkannya ke kasur.

"Bli dek, nitip yang di jemuran ya," kata Irina nakal.

"Apaan?" Tanyaku penasaran.

"Hihihi.. dalemanku ama Dayu, nanti kalau sudah kering tak ambil ," katanya sambil mengambil tasnya dan mendekat ke arahku.

"Bli dek, salam sama yang dibawah sana ya, hihihi" katanya sambil membelai Rian Jr lalu kabur kerah pintu kamar.

Kulihat pantatnya yang bergoyang ke kanan dan kekiri lalu naik ke motornya dan setelah melambaikan tangannya ke arahku diapun mengendarai motornya ke arah jalan.

Sambil menghela nafas kurapikan kamar yang berantakan dengan aroma persetubuhan yang kuat.

"Yang rapi ya Dek, " seru Dayu yang datang dari kamar mandi dengan hanya berbalutkan handuk yang tak mampu menutupi asetnya yang menonjol itu.

Dengan santai handuknya dicopot yang membuatku menelan ludah melihat tubuhnya yang masih ada titik-titik air yang membasahi.

"Bagusan yang mana Dek?" tanyanya sambil memperlihatkan celana dalam di masing-masing tangannya. Keduanya model g-string dengan warna merah di tangan kirinya, sedangkan warna hitam di kanannya.

"Mending gak pake aja," jawabku ambil nyengir.

"Maunya, tapi mau pake jeans, sakit di gesek-gesek, "

"Hmmm… Yang item aja dah, " jawabku akhirnya. Dengan tersenyum manis Dayu membalikkan badannya dan nungging dengan pantat kearahku. Dengan gerakan pelan dia menarik g-string itu keatas, dan dengan gerakan yang menggoda mengatur agar g-string itu pas di celah pantatnya.

"Nyelip dek," godanya lagi ke arahku

Dengan gaya nan menggoda dia memakai tanktop yang dipadukan dengan skinny jeans yang membuat tubuhnya terbalut dengan pas. Terakhir dia memakai jaket dan dan menghadap ke arahku.

“Nitip yang di jemuran, sama yang di lemari ya,” katanya lalu memelukku.

“Jangan main ama semua yang dikantor ya, nanti gak kuat kalau aku kesini lagi,” katanya sambil mengendurkan pelukan kami dan membuatku bertanya-tanya, apa yang ditaruhnya di lemari dan bagaimana dia bisa tahu tentang cewek-cewek yang ada di kantor desa.

“Nginep lagi sekali disini Yu,” pintaku sambil menyelipkan rambutnya yang terjuntai di pipi ke telinganya.

“Nanti kena marah ama boss lagi, ini aja harusnya dan masuk pagi aku Dek,” jelasnya namun masih memelukku.

“Udah punya berapa pacar disana?” tanyaku sambil membayangkan gadis-gadis yang menjadi pelampiasan nafsunya disana.

“Hihihi… Baru satu dek, masih polos, masih kesegel lagi! Tapi sudah tak ajarin gesek-gesek aja sih, masih kalah lah sama Irina, kamu beruntung loh, Irina tu cepet banget ngertinya masalah gituan, calon tuh, bisa diajak ampe BDSM seperti jaman kuliah dulu loh,” katanya yang membuat ingatan ku melayang ke jaman indahnya kuliah dulu.

“Hah… Dasar kamu Yu, yakin gak mau satu ronde lagi?” tanyaku penuh harap.

“Keburu ujan nanti, dingin tau kalau ujanan dijalan, gak ada yang dipeluk entar dikos juga,” jawabnya sambil sedikit menjauh.

“Kenapa gak kamu aja yang ke kos? Banyak cewek cantiknya loh….” godanya.

“Masih perlu bersih-bersih neh, belum mau nyari internet, biar bisa kerja sambilan dari sini Yu,”

“Iya deh,” katanya singkat lalu berjinjit dan mencium mulutku pelan. Ciuman yang sedikit berbeda, tak ada nafsu disana. Kutatap matanya namun tak kuasa rasanya aku untuk melihat pandangan matanya yang seperti sekarang ini.

“Ai… ” katanya pelan lalu melangkah ke sepeda motornya yang hanya bisa aku ikuti dari belakang. Tak lama kemudian dia pun menjauh dengan sepeda motornya, menyisakan aku yang sendirian saja di kamar.

Alamak, ngebabu lagi… Pikirku sambil melihat kamar yang hancur dengan bau-bau yang sedikit menyengat. Akhirnya kuhabiskan siang menjelang sore ini untuk merapikan kamar, mencuci dan ketika matahari sudah tenggelam di ufuk barat, baru akhirnya aku selesai bersih-bersih di kamar, mandi dan akhirnya kuputuskan untuk sekalian makan sisa lauk yang dimasak Dayu tadi siang.

Setelah selesai, udara malam yang semakin dingin membuatku kangen dengan kehangatan Irina dan Dayu, ah… Seandainya saja ada salah satu dari mereka di sini. Kuhidupkan laptop dan tiba-tiba saja aku teringat dengan hardisk external yang berisi foto-foto Anisa yang sempat aku copy dulu. Dengan semangat 45 aku mengambilnya itu dan menghubungkannya dengan laptop.

Kucari folder DCIM yang aku copy dan membukanya, berharap ada sesuatu yang menarik disana!

Kulihat satu-persatu foto Anisa yang ada dan semuanya terlihat normal. Paling banyak foto selfie di kantor. Namun aku tidak menyerah begitu saja dan mulai mencari foto lain yang mungkin saja ada.

Eh, apa ini?

Kulihat sebuah folder didalam folder DCIM.

Folder yang bernama “Pribadi”

Kubuka lagi folder itu dan didalamnya ada lagi sebuah folder yang bernama “xxx”, sampai disini, aku sudah membayangkan berbagai jenis film porno yang dipunyai oleh Anisa. Dengan dada berdebar kubuka folder itu dan gambar yang ada didalam sana membuatku menahan nafas!

Annisa....
:konak:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd