Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Cinta di Kantor Desa

Status
Please reply by conversation.
Wiiiih kadek udh nyebar jala aj, tinggal nunggu siapa yg nyangkut duluan
 
Bagian 12 : Sisi Lain Anisa 2

Rian POV.


Jancukk!

Bukannya video bokep atau sejenisnya, hanya ada beberapa video Anisa yang merekam dirinya saat berada di kantor desa, di jalanan, di minimarket dan sebagainya. Gak ada yang telanjang atau berhubungan seks!

Terus kenapa foldernya diisi label xxx, gak adil neh, pikirku sambil melihat beberapa video itu dan secara acak dan tidak menemukan apa yang kucari.

Eh, tunggu dulu!

Pikirku sambil melihat video terakhir dari awal dan di pertengahan video itu terlihat salah satu adegan yang membuatku menahan nafas. Akhirnya ada video yang cocok dengan label xxx.

Di video yang berlatar belakang kantor desa, atau tepatnya di mejanya Anisa, terlihat Anisa yang duduk dengan kemungkinan hp nya diletakkan di bawah, di tasnya kemungkinan besar. Kudengar suara Anisa dan yang lain sedang mengobrol ringan, kalau tidak salah ada suara Rani dan Lesti disana.

Terlihat dari video itu bagian bawah tubuh Anisa, pahanya yang mulus dan samar celana dalamnya terlihat disana. Beberapa menit berlalu dan terlihat tangan Anisa bergerak pelan kearah roknya yang perlahan dinaikkan sehingga paha dan celana dalamnya terlihat dengan semakin jelas. Lalu tangan itu menyeruak masuk kedalam roknya dan bermasturbasi disana.

“Wahhhh… Lain nih kelasnya, ” gumamku sambil melihat bagaimana Anisa dengan cepat terangsang, terlihat dari tangannya yang sudah basah walaupun dia baru saja memasukkannya ke dalam sana.

“Jangan-jangan dia ini sukanya ditempat umum atau exhibisionist?” pikirku sambil menelan ludah mengetahui apa yang bisa dilakukan dengan Anisa jika benar hal itu. Misalnya tak sengaja payudaranya terlihat saat membuat surat untuk masyarakat, atau celana dalamnya terlihat ketika mengangkat tangan.

Untuk memastikan dugaanku, aku melihat video saat dia berada di minimarket, disana dia menaruh hp di rak barang dan terlihat dengan jelas bagaimana roknya tersingkap ketika menungging dan celana dalamnya terlihat , terekam di video itu. Tangannya juga dengan pelan menggesek celana dalam itu sehingga tak lama kemudian sudah basah oleh cairannya.

“Duh, penjaga tokonya pasti untung besar kalau lihat,” gumamku sambil membayangkan bagaimana penjaga toko akan bereaksi kalau melihat hal ini. Sayangnya video itu hanya sebentar, mungkin dia takut ketahuan.

Video terakhir yang juga merupakan video terpanjang di folder ini adalah sebuah video yang berlatar belakang di kantor desa. Dalam video hanya ada Anisa sendirian di ruang pelayanan, dengan kemeja putih serta mungkin rok di bawahnya. Saat itu kelihatan sudah sore dengan suara rintik hujan di latar belakang. Perlahan dia menggerai rambutnya, mengenakan kacamata lalu tangannya meraih kebelakang.

Tak lama kemudian tangan itu masuk kedalam kemeja putihnya dan mengeluarkan sebuah bra warna hitam lalu memasukkannya ke dalam tas. Terlihat dua tonjolan kecil dari balik kemeja putihnya itu.

Anisa terlihat sedikit gelisah dan juga sedikit grogi saat itu, entah apa yang ada pikirannya. Beberapa kali di video dia terlihat melihat ke arah tangga. Kemudian terlihat dia melangkah ke pintu lalu menutup pintu, jendela serta gorden sehingga ruangan menjadi agak gelap.

Sambil menuju ke meja pelayanan, dia mengambil hp yang ada di mejanya lalu meletakkannya di meja pelayanan, lalu menuju ke kursi di meja pelayanan dan duduk sedemikian rupa sehingga roknya yang pendek tersingkap ke atas, memperlihatkan paha putihnya yang membuatku menelan ludah. Sambil sesekali melihat kearah hp nya, mungkin, untuk memastikan kalau semua gerakannya terekam kamera. Tangannya kemudian membuka satu kancing kemejanya paling atas sehingga sedikit sedikit bagian payudaranya mengintip malu-malu.

Fuck!

Anisa yang sekarang, berbeda jauh dengan yang sehari-harinya kulihat. Dia sekarang terlihat menggoda, walaupun masih terkesan malu-malu, namun aura seksinya mulai kelihatan di video itu. Suara langkah kaki samar terdengar, Anisa menoleh ke arah tangga, dan sambil tersenyum tangan kirinya kemudian mulai meremas payudaranya dari balik kemeja yang dikenakannya.

Gerakannya pelan, seolah menikmati yang dilakukannya, langkah kaki tadi terdengar pun berhenti, seolah yang punya hendak menikmati apa yang dilakukan Anisa. Anisa yang sadar kalau ada yang menonton dirinya pun lebih berani lagi dengan kedua tangan mulai meremasi payudaranya sementara nafasnya mulai terdengar memburu.

Dia lalu menoleh ke arah tangga, lalu dengan ekspresi terkejut menyapa orang yang ada di tangga.

“Eh, Pak Sekdes, kok diem disana pak?” tanya Anisa pura-pura terkejut sambil tangannya merapikan kemeja yang dikenakannya, atau lebih tepatnya, menarik kemeja yang dikenakannya sehingga menempel dengan lebih ketat di badannya. Dua titik kecil itupun semakin jelas tercetak disana.

“Nggak pulang?” tanya pak sekdes sambil duduk di meja pelayanan sehingga dia bisa dengan lebih leluasa melihat payudara Anisa yang tercetak di kemejanya.

“Hujan pak, dingin,” kata Anisa lalu seolah mengetikkan sesuatu di keyboard komputer.

“Tipis gitu bajunya, pantes dingin” kata Pak Kades sambil melirik ke arah puting Anisa yang semakin jelas tercetak di bajunya.

“Biasanya kan panas pak, sekarang saja baru dingin,” kata Anisa lalu mengambil hp nya yang ada di atas meja lalu menunduk, meletakkan hpnya di atas tasnya di lantai, dengan kamera menghadap ke arah selangkangannya.

“Iihh, Bapak matanya itu!” kata Anisa seolah marah melihat pandangan Pak Sekdes ke arah payudaranya.

“Men ada barang bagus masa gak dilihat, hehehe” kekeh pak sekdes terdengar dari balik meja.

“Siapa suruh gak pake beha juga” kata pak sekdes lagi.

“Putus pak, weeeeek, dilarang liat-liat” kata Anisa ketus sambil terlihat tangannya mengancingkan kancing kemejanya dengan tangan kiri yang mulai mengarah ke selangkangannya. Badannya dirapatkan ke arah meja sehingga pak sekdes akan sulit melihat apa yang dilakukannya di bawah meja. Tangannya lalu menyibakkan celana dalam yang digunakannya, terlihat rambut kemaluannya yang lumayan lebat, menyembunyikan liang yang sudah mulai basah.

Sambil mengobrol dengan pak sekdes yang kelihatan dari, tangan Anisa mulai menggesek klitrosnya di bawah meja.

“Eh, kok merah gitu wajahnya?” tanya pak sekdes mungkin melihat perubahan warna wajah Anisa yang mulai terangsang.

“Sakit perut,” jawab Anisa sambil pura-pura memegang perutnya.

“Minum air hangat nae,” kata pak sekdes lalu terdengar kakinya melangkah, mungkin duduk di depan meja pelayanan, di tempat duduk biasanya masyarakat duduk.

Tak lama kemudian sebuah lagu dangdut terdengar, mungkin pak sekdes yang lagi menonton dangdut di hp nya.

Ditengah suara musik dangdut itu, suara desahan Anisa kadang terdengar, tangannya yang ada dibawah meja menggesek klitorisnya dengan semakin cepat dan tak lama kemudian pahanya terlihat mengatup dengan kaki yang sedikit gemetar.

Video itu berhenti sampai disana. Terjawab sudah alasan kenapa Anisa tidak pernah dapat orgasme di rumahnya, jika dia memang cenderung terangsang kalau main ditempat umum, atau merasakan kenikmatan jika ada orang lain yang entah tau atau tidak jika dia masturbasi sendirian, bagaimana mungkin dia bisa dengan mudah dapat orgasme di kamarnya sendiri, tanpa stimulus atau bermain peran dengan suaminya.

Aiihhhh… Sayang-sayang, kalau dia terbuka dengan suaminya....

“Hmmm… Bisa dapet dia gak ya?” pikirku sambil melihat video itu sekali lagi.

Ai… Sudahlah, kita lihat besok saja… Pikirku sambil berbaring di ranjang dan browsing internet, namun tak lama kemudian gelap malam membuatku terlena.

Esok paginya aku bersiap ke kantor desa. Karena hari ini jumat, kalau tidak salah harus memakai training dan baju olahraga.

Saat akan memakai baju aku membuka lemari dan melihat ‘hadiah’ dari Dayu.

“Hehehe…. Ada bahan sama Irina nanti,” pikirku melihat sekumpulan sex toys yang ada disana.

Dengan semangat aku menuju ke kantor desa dan harapan untuk melihat sesuatu yang fresh kali ini terwujud, melihat sekumpulan wanita cantik yang mengenakan celana training warna hitam ketat, dengan kaos putih yang tak kalah ketat nan tipis sehingga terbayang dalaman yang memakainya.

Irina yang melihatku memandang mereka dengan mata lebar tertawa dan berkata kepada gadis-gadis yang ada disampingnya.

“Neh kan, bener, ampe melotot gitu matanya,” katanya sambil melihat kearahku.

“Ye biarin, ada yang bening-bening gini, gak boleh lewat dong,” kataku lalu dengan terang-terangan melihat kearah Anisa, Lesti, Rani, Vian dan tak ketinggal si centil Mbok Budi.

“Wih, kok bisa kompakan gini?” tanyaku sambil melihat Lesti yang bagian depan dan belakangnya terlihat menonjol. Namun tentu saja dia masih kalah dengan Rani yang asetnya paling besar diantara mereka.

“Ssstttt, Pak Kades yang milihin kita seragam ini, tau sendiri kan pak kades,” kata Mbok Budi sambil melihat ke arah dadanya yang tak sebesar yang lain.

“Jadi kelihatan paling kecil,” lanjutnya sambil melihat dada Rani dan Irina yang paling menonjol kelihatan.

“Eh, aku kok gak dapet?” kataku pura-pura protes.

“Tuh, dapet, cuma celana training dan kaos olahraga biasa,” kata Rani sambil menunjuk pakaian olahraga yang ada diatas meja.

Kuambil pakaian itu dan memasukkannya kedalam tas. Tak sengaja aku melihat bagian belakang Lesti, disana, terlihat tiga garis celana dalam membentuk seperti huruf T.

G-string lagi….

“Eh, Ti, gak nyelip pakai daleman gitu?” tanya Irina melihat arah pandangan mataku.

“Ihhhh… Ina, coba aja ndiri,” katanya balik ke arah Irina namun dengan wajah yang memerah.

“Gak ah, entar nyelip-nyelip gitu, jadi geli bayanginnya” kata Irina yang membuatku mengernyit membayangkan tali itu nyempil di bagian sensitif Lesti.

“Eh, ada yang mupeng tuh,” seru Mbok Budi melihatku yang hanya bengong saja sambil melihat kearah Lesti dan Irina, dan membayangkan bersama mereka berdua dalam satu kamar, telanjang tentunya.

“Ah sudahlah, aku mau buat laporan dulu,” kata Rani sambil menuju ke ruangannya yang diikuti oleh Lesti sehingga hanya tersisa 4 orang gadis saja di meja pelayanan ini.

Tepat saat itu ada masyarakat yang datang untuk membuat surat keterangan usaha yang kali ini dibuatkan oleh Mbok Budi. Prosesnya cukup lama, dari melihat data di KTP masyarakat yang datang, lalu menginputkannya manual di word.

Sekitar 10 menit kemudian baru surat itu selesai.

“Eh, kok nggak buat program atau pake sistem aja buat suratnya? Jadinya gak repot seperti ini” saranku.

“Buatin nae Dek, capek neh input data satu-satu,” seru Mbok Budi.

“Ada si program yang sudah jadi, cuma perlu database penduduknya, harus nyari di Capil dulu Mbok,” kataku sambil mengingat sebuah program yang kemarin aku lihat saat iseng browsing, kalau tidak salah sebuah aplikasi sistem informasi desa yang berbasis website dengan databasenya bisa di import dari excel yang diambil dari data Capil.

“Data apa dek? Kalau minta data biasanya tinggal buat surat saja, nanti pak kades yang tandatangan,” terang Mbok Budi.

“Minta database penduduk ke capil, ini contoh suratnya,” kataku sambil menuju ke komputer dan mencari contoh surat permintaan data penduduk yang sempat aku lihat kemarin.

“Eh, kalau mau minta data ke Capil, biar Vian saja ya, ini mau ganti kartu keluarga,” sela Vian dari sebelahku.

Saat itu juga Mbok Mirna datang bersamaan dengan pak sekdes.

“Minta data apa Dek?” tanya Pak Sekdes. Kuterangkan program yang tadi kusarankan ke Mbok Budi yang disambut antusias Pak Sekdes. Dengan persetujuan nya Vian mengetik surat itu lalu meminta tanda tangan pak kades ke lanatai 2.

“Eh Dek, gimana pencatatan untuk di Dusun Utara?” tanya pak sekdes mengenai pencatatan aset yang kulakukan dengan Lesti dan Mbok Budi kemarin.

“Sudah selesai bli, mau dilanjut sekarang atau gimana?” tanyaku.

“Senin saja dah dek, itu program yang Kadek bilang tadi, perlu biaya gak?” tanya pak sekdes.

“Kalau cuma diakses dari sini saja gak sih bli, cuma kalau biar bisa diakses darimana saja, dengan catatan punya internet, dan kalau mau mengembangkan websitenya, perlu biaya untuk domain dan hostingnya saja bli,” kataku lalu memberikan penjelasan lanjutan mengenai hosting dan domain website.

“Wah, kalau begitu, mumpung anggaran belanja desa belum selesai, masukkan disana Dek, gak terlalu mahal juga itu, nanti sama Anisa buatnya.” kata pak sekdes sambil menuju ke ruangannya.

Aku lalu duduk di meja dan menoleh kearah Anisa yang duduk dibelakangku. Mau tak mau pikiranku melayang ke arah video yang kemarin aku tonton.

“Duh, ketat banget ne baju, transparan gini juga,” seru Mbok Mirna yang baru saja selesai berganti baju dengan seragam yang didapat di kantor desa. Bra warna merahnya terlihat dengan jelas di balik kaos putih yang dikenakannya.

“Hahaha, pilihan pak kades, pastilah, ” seru Anisa santai.

“Perut jadi kelihatan buncit gini,” tambah Mbok Mirna sambil melihat kearah perutnya yang terlihat menonjol di bajunya itu.

“Dah berapa bulan mbok?” tanya Mbok Budi sambi tertawa melihat Mbok Mirna yang berusaha agar perutnya yang membuncit tidak terlalu kentara kelihatan.

Apane beling, sing taen celepina kin kurenane (Apanya hamil, gak pernah dimasukin sama suaminya?)” kata Mbok Mirna.

“Kan sudah ada serepnya?hihihi” tanya Mbok Budi sambil tertawa mengikik.

“Ban serepnya kan pakai bungkus, aman lah, kamu gimana di? Gak buat lagi?” tanya Mbok Mirna balik.

“Buatnya sih sering, cuma semprotannya dikit, gak ngegol jadinya,” sahut Mbok Budi yang membuatku terdiam mendengar percakapan mereka yang blak-blakan.

“Beh, goyangannya kurang kenceng, kalau gak jepitannya gak maksimal, makanya gitu,” saran Mbok Mirna.

“Beh, udah maksimal Mbok, udah kayak Inul goyangannya, tapi gimana mau maksimal goyang nya, kalau tiang yang digoyang lemes duluan?”

“Beh, kalian ne, pagi-pagi bahas goyang-goyang, kayak sempat digoyang aja dirumah, paling serepnya yang goyang, eh iya, Mbok Budi serepnya kan gak ada sekarang, neh Kadek suruh nyerep,” kata Anisa memotong perkataan Mbok Budi.

“Beh, Anisa kaya dapat aja dirumah, palingan nanggung, kasian-kasian,” ejek Mbok Budi balik.

“Mending nanggung, setidaknya dapet digoyang, daripada Mbok Budi, dapet aja jarang, kasian lobangnya jarang disiram,” ejek Anisa balik.

“Beneran jarang disiram Mbok Di? Perlu bantuan?” kataku sambil tersenyum kearahnya.

“Beh Bli Kadek, punya Irina saja disiram? Kering neh, perlu yang besar, panjang dan keras ne Bli Dek,” goda Irina yang baru saja datang dari belakang.

“Beh, kenapa gak sekalian aja berdua tak siram? Airnya banyak loh, cukup buat berdua, hehehe” kataku sambil melihat penuh arti kearah Irina dan Mbok Budi.

“Eh, dua cewek? Gimana caranya?” tanya Anisa penasaran.

Threesome lah,” kataku.

Threesome? Apa itu? Ihh… ogah ah, masa main dilihat cewek lain?” tanya Anisa dengan muka memerah.

“Emang kalau gak dilihat baru boleh?” tanyaku penuh arti kearah Anisa.

“Itu yang seru, maen, tapi gak dilihat sama orang lain,” seru Anisa.

“Iya lah, gak dilihat, wong main dikamar, sudah pasti gak dilihat,” potong Irina.

“Paling maksudnya mainnya sembunyi-sembunyi, gak dikamar, di mobil misalnya, tapi gak ada yang tau atau lihat kan?” kataku sambil melihat ke wajah Anisa. Sesaat kulihat dia tertegun sebelum wajahnya memerah.

“Wah, Anisa! Ternyata sukanya main di mobil, ehmm..ehemmm” seru Mbok Budi sambil melihat kearah Anisa.

“Ye, sesekali main gak di kamar seru tuh, apalagi kalau sambil takut ketahuan gitu, seru tau!” seru Anisa membela diri.

“Eh, jadi pernah main di mobil nih? Gimana rasanya? Cerita-cerita,” tanay Mbok Mirna sambil menarik kursinya, mendekat kearah Anisa.

“Wih, seru Mbok, bayangin, mainnya di mobil, gak buka baju, cuma turunin celana dikit, terus dimasukin. Sambil lihat kesekeliling biar gak dilihat orang, enak tau mbok!” kata Anisa dengan wajah memerah.

“Masa bisa sih? Kalau suaminya mbok suruh gitu, paling gak bangun burungnya! “ tanya Mbok Mirna penasaran. “Emang bisa horny kayak gitu? Mbok sudah sulit basah nih, di kamar aja lama dirangsangnya, apalagi dimobil, takut ketahuan yang ada burung suaminya gak bisa masuk nanti hihihi” katanya blak-blakan.

“Tapi boleh juga tuh idenya, perlu dicoba, biar ada variasi, biar gak buka baju, telentang, dinaikin, crot, udah gitu aja terus,” saran Mbok Budi.

“Memang seru, coba main ditempat umum sekali-sekali, seru loh,” saranku sambil memperhatikan reaksi mereka, terutama Anisa. Sementara Vian masih terlihat berkonsentrasi membuat surat ke Capil.

“Emang nya Bli Kadek pernah?” tanya Irina penasaran.

“Pernah lah, di pantai tepatnya,” kataku sambil terneyum.

“Gak ketahuan Dek?” tanya Anisa dengan mata berbinar.

“Jangan siang hari lah, cari tempat yang sepi juga, ” kataku tak memberi detail yang cukup.

“Wih, ceritain dek, seru tuh,” kata Mbok Mirna penasaran.

“Itu…. Saat aku kuliah dulu….”

Hati² bli Kadek....
Jgn ska ngebangunin singa² betina yg lg tidur...

Ntar kl pada bangun semua, bsa² jd keris itu konti....

Lanjoetkeun, hu...

:top:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd