Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisah Diana

apik ceritanya gan - ayo lanjut dong :beer: penasaran pengen baca lanjutannya neh
 
Sip banget ceritanya suhu. Silahkan dilanjutkan
 
bagus baget ceritanya suhu..mantabs..
siap menunggu kelanjutanya dah..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Newbie benar-benar masih cetek pengetahuannya, masih butuh bimbingan dari para suhu. Newbie tak berani mengharapkan hadiah cendol, tapi newbie sama sekali tak menolak jika diberi.... hehehehehe  :D

Kali ini newbie mau melanjutkan Kisah Diana, dengan pelaku utama newbie pakai “AKU”.
Semoga saja suhu semua berkenan membaca, memberi komen, arahan dan kritikan pada tulisan newbie ini. Sumber cerita hanya satu, DIANA. Kali ini kisah petualangan Diana akan newbie tulis lagi


Sebelumnya newbie mengucapkan terima kasih kepada pembaca, baik para suhu dan agan yang lebih faham dalam dunia perlendiran maupun pembaca silent reader atas atensinya, atas saran dan dorongannya sehingga newbie jadi bersemangat melatih kemampuan newbie dalam menulis.

Newbie hanya berharap para suhu mau memberi saran perbaikan pada tulisan newbie, maklum newbie baru dalam dunia seprot. Sundulan, senggolan, pujian, kritikan, cemoohan bahkan hadiah berupa ijo-ijo pun pasti akan newbie terima dengan lapang dada.

Akhirnya, newbie ucapkan selamat membaca....

*******************************************************************




Illustrasi : Aku (Diana)

Kejadian beberapa hari lalu telah aku hapus dari memoriku. Aku tak ingin mengingat apapun yang membuatku sakit. Yang harus aku lakukan sekarang adalah memperbaiki kembali apa yang telah hancur, menyusunnya kembali menjadi sesuatu yang bermakna dan berharga.

Dion, hmmm..., laki-laki itu bukanlah pria yang baik. Setelah berhasil merenggut keperawananku dia malah pergi dengan wanita lain meninggalkan aku yang terkapar sendiri dalam kehampaan. Untunglah ada teman-temanku yang terus menyemangatiku.

Wanona, gadis manis berkulit sawo matang, anak Buton sahabat terbaikku yang dengan segala kekocakannya selalu membuatku melupakan beban yang ku rasa.

Wanona agak sedikit tomboy, rambutnya digunting pendek. Tak ada feminimnya sama sekali. selain ke sekolah, kemana-mana tak pernah sekalipun kulihat dia memakai rok atau daster terusan. Biar lebih bebas bergerak katanya. Kadang jika kami duduk berdua dibangku taman samping Kantor Pos yang penerangannya sangat minim, orang-orang mengira bahwa kami adalah sepasang kekasih yang lagi pacaran.

Mas Tri, pemilik rumah makan “Lamongan” yang selalu menjadi tempatku berlindung dan sembunyi ketika Om Dirman marah dan hendak menghukumku. Dia dan isterinya yang juga asal Lamongan selalu menjadi tempatku curhat, bahkan pernah sebulan aku tinggal bersama mereka.

Banyak orng-orang baik disekelilingku, yang menyayangiku, melindungiku, dan mungkin menginginkan tubuhku....


Suatu hari, seminggu kemudian setelah kejadian aku di pukuli Om Dirman, aku diajak Wanona kerumahnya yang agak jauh dari rumahku. Papa, mama, kakak dan adik Wanona semuanya telah mengenalku. Mereka sangat baik padaku bahkan telah menganggap aku sebagai bagian dari keluarga mereka.

Namun ada satu hal yang sering membuat aku menolak diajak Wanona kerumahnya. Rey, kakak Wanona menaruh hati padaku, dan parahnya lagi Bapak dan Ibunya malah dengan semangat ingin menjodohkan aku dengan Rey. Aku sama sekali tak mencintai Rey. Tak ada sedikitpun perasaan suka dalam hatiku. Bukan karena masalah tampang, karena Rey terbilang lumayan ganteng, tapi bukan karena itu sekali lagi, hanya karena memang aku tak mempunyai rasa pada Rey.

Suasana dalam rumah Wanona sepi saat kami tiba disana. Dirumah hanya ada Rey dan adiknya yang masih berumur 7 tahun. Kata Rey, mama dan papanya pergi ke Buton, jadi hanya mereka bertiga yang ada di rumah.

Dengan letih aku menghempaskan tubuh keatas sofa yang terletak di ruang tamu itu. Rumah Wanona memang luas, Bapaknya adalah seorang pemilik Toko Pakaian, jadi tak heran jika rumah mereka bagus.

Tak lama berselang Wanona datang membawakan segelas air putih lalu ditaruhnya diatas meja dekatku.

“Sorry air putih doang. Minum non, biar capeknya hilang” ucap Wanona sabil melangkah pergi ke dapur meninggalkan aku duduk sendiri. Aku mengambil gelas berisi air putih itu dan meminumnya hingga kandas. Haus juga sehabis jalan kaki.

Wanona kembali lagi, ditangannya ada segelas lagi air putih.

“sorry non, aku tinggal lagi. Aku ke warung bentar, mau beli sabun mandi. Gerah nih badan keringatan habis jalan tadi”

“he-eh “ gumamku.

“Kak Rey. Temenin Diana ngobrol. Kasihan dia sendirian. Aku ke Warung bentar” Wanona berteriak memanggil kakaknya. Rey yang seang asyik nonton TV memalingkan wajah ke arahku. Lalu melangkah mendekatiku.

“Lama juga ga apa. Biar aku yang nemenin Diana” kata Rey sambil tersenyum dengan jempol teracung ke arah Wanona.
Wanona tertawa. Mungkin hatinya senang membiarkan aku berdua sama Rey, ataukah jangan-jangan ini memang direncanakan Wanona ?

“Hay Diana. Apa kabarmu sekarang ?” sapa Rey memecahkan kebisuan

“Baik, Kak” Jawabku singkat

“Aku senang kamu mau datang kesini...” ucap Rey sambil memandangku. Matanya sesekali melirik kebagian bawah tubuhku. Astaga ! Rok mini yang kupakai ternyata telah tersingkap ke atas tanpa kusadari. Pahaku otomatis kelihatan. segera ku benahi rokku, ku perbaiki posisi dudukku.

“Ga apa-apa kok non. Aku malah suka ngliatnya “ mesum.... !

“Maaf Kak “ aku berkata agak gugup. Rey tersenyum, penuh arti, mungkin juga penuh nafsu...

“Ya udah, aku bilang ga apa-apa. “

Aku mencoba mengalihkan pembicaraan, hingga akhirnya kami terlibat dalam perbincangan yang seru. Disela percakapan, tagan Rey sesekali ditaruh diatas bahuku, kadang pula dia menepuk pahaku, entah disengaja atau tidak, aku tak tahu.

Aku heran, kok Wanona tak kunjung tiba dari Warung. Aku berdiri sebentar, melihat-lihat siapa tahu Wanona sudah pulang. Tak ada. Kemana dulu sih anak itu ?. Ketika aku berbalik, pipiku tiba-tiba dikecup Rey. Aku kaget, lebih kaget lagi saat Rey tiba-tiba memelukku sambil mendaratkan kecupannya dibibirku. Ugh, aku mendorong tubuhnya dengan keras, namun ternyata tenaga Rey cukup kuat melawan doronganku. Malah aku yang terhempas ke atas sofa dengan posisi seluruh badan terlentang di jok sofa, sementara rok yang kupakai tersingkap ke atas, memperlihatkan CD tipis berwarna putih yang ku pakai. Rey langsung menindihku, kedua tangannya menekan tangan kiri dan kananku. Badannya diposisikan diantara kedua kakiku yang terkangkang.

“Stop Kak ! Hentikan ! “ aku berteriak mengingatkan Rey.

“santai aja Diana. Nikmati saja “ Rey menyeringai.

Aku melenguh ketika tangan Rey menghentak keras mencengkram bajuku hingga kancingnya terlepas tersisa satu kancing bawah yang masih bertahan.

Rey menatap penuh nafsu. Dadaku yang terpampang didepan matanya hanya ditutupi BH semakin membuat mata Rey terbelalak.

Rey pandai memanfaatkan waktu. Tangannya segera meremas payudaraku yang masih terbungkus BH. Nafasku tercekat, satu gelombang aneh menjalari tubuhku. Rey makin bertindak jauh. Cup BH diangkatnya ke atas, payudaraku yang hanya pernah disentuh Dion kini harus menerima sentuhan Rey. Aku berusaha melawan Rey, namun tenaganya terlalu kuat. Pertahananku akhirnya kalah, aku menjadi lemas, tenagaku seakan terkuras, lunglai.

Rey menindihku, tangannya terus mengusap payudaraku, sesekali memelintir putingku. Perlahan birahi mulai melandaku. Ah.... aku mulai terbawa arus kenikmatan lagi....

Sapuan lidah Rey terasa menggelitik, hisapan lembutnya membangkitkan gairah kewanitaanku. Meskipun tak ada rasa cinta dihatiku untuknya, namun entah kenapa aku seperti menyerah dengan ikhlas. Tanpa aku sadari aku melingkarkan tangan ke lehernya. Seperti mendapat persetujuan, Rey makin kuat mengenyot puting payudaraku.

“Uhhhhh....” erangan kecil tak dapat kutahan keluar dari mulutku.

Rey menggesekkan selangkangannya ke selangkanganku. Meskipun dihalangi oleh celana jeansnya dan CD yang ku pakai, namun gesekan itu cukup membuat aku makin melayang ke awang-awang. Libidoku makin terpacu, minta dipuaskan.

“Kak Rey.... uhhhhh..”

Rey terus melancarkan serangannya. Digigitnya puting payudaraku, lalu perlahan turun ke perutku. tangannya mengusap pelan belahan vaginaku yang masih dihalangi CD. Tak tahan dengan hal itu, aku refleks menjambak rambutnya. Tangan Rey disusupkan ke balik CD, lalu ditariknya kebawah, sempurna sudah kebugilanku.

“Kak Rey, aku tak tahan...” seperti sudah terbiasa melakukannya aku mengerang lirih.

Rasa geli dan nikmat melandaku. Organ intimku seperti disedot, lidah Rey bermain dengan lincahnya pada klitorisku.

“uhhhh...” terasa cairan kewanitaanku mengalir keluar, merembes lewat belahan vagina.

“Kak Rey...” sekali lagi aku mengerang, nikmat lar biasa.

Hadeh, aku ternyata salah, suara panggilan “Kak Rey tadi bukan keluar dari mulutku, tapi dari....

“Wanona ?”
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd