Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah Hidup Dokter Anak dan Sopir Ojol (True Story)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
11

Setelah menjebol Tante Yuli, Gilang girang luar biasa. Teori Rita betul bahwa tidak ada orang yang tidak bisa diajak ML. Asalkan tahu teknik dan situasinya, semua orang bisa dijebol. Gilang pulang dengan sumringah. Berhubung prioritasnya masih lulus cepat dan kerja, Gilang persiapan sidang dulu. Dia puasa ML dulu sampai hari sidang.

Sidangnya berlangsung lancar karena memang Gilang sudah matang. Keluar ruang sidang, dia menunggu hingga semua peserta sidang selesai dan dapat pengumuman nilai sidangnya. Nilainya memuaskan. Setelah sidang, teman-temannya menyambutnya dengan hangat. Di angkatannya, dia adalah kelompok pertama yang lulus. Di antara teman-temannya, ada Ica yang menyambutnya dengan peluk. Lalu Ica dan teman-teman Gilang makan-makan di tempat makan seafood KW dekat kampus. Sambil makan, iseng-iseng Gilang mengirim SMS ke Linda.

“Lin. Saya lulus, loh. Barusan sidang.”

“Oh, selamat.”

“Hadiahnya, dong.”

“Hadiah apa?”

“Kayak enggak tahu aja.”

“Ya, sudah. Sini ke rumah.”

“Nginap, ya?”

“Boleh.”

Lancaaaar.

Pulangnya Gilang mampir ke kosan Ica untuk jatah seksnya hari itu baru naik motor ke rumah.

Di rumah baru ada adiknya saja. Adik perempuannya senang mendengar berita Gilang lulus dan waktu magrib tiba, ibunya sampai di rumah. Ibunya sempat terharu mendengar Gilang lulus. Ibunya mengajak Gilang dan adiknya untuk makan di restoran tapi Gilang menolak. Kata Gilang mending uangnya disimpan untuk pendidikan adiknya soalnya adiknya baru masuk kuliah. Tapi karena ibunya keukeuh, mereka ambil jalan tengah dengan pesan sate dari warung dekat rumah untuk dimakan di rumah. Selepas isya, barulah Gilang pamit untuk pergi ke rumah Linda. Gilang tidak bilang begitu ke ibunya. Dia bilang mau nginap di rumah teman laki-lakinya.

Gilang sampai di rumah Linda sekitar setengah jam kemudian. Rumahnya lebih sepi dari biasanya. Rupanya Tante Yuli membawa beberapa pembantu untuk acara arisan ibu-ibu jaksa dan tinggallah Linda dan dua pembantu yang tersisa. Saya lupa sudah bilang atau belum, kalau belum saya bilang sekarang. Linda punya sebelas pembantu dan mereka tinggal di bangunan yang juga berbeda dari rumah utama. Mereka kayak punya kos-kosan di belakang rumah. Next.

Gilang disambut Linda dan mereka ngobrol sambil nonton TV di kamar Linda.

“S.Kom, dong, ya, sekarang?”

“Yoi. Kamu gimana?”

“Masih ngulang beberapa mata kuliah, nih. Kamu yang kecepatan kayaknya.”

“Pengin buru-buru kerja.”

“Adik kamu masih sekolah, sih, ya?”

“Iya.”

Mereka diam sebentar lalu Gilang nyengir lebar. “Hadiahnya mana, Lin?”

Linda lalu duduk tegak dan menghadap Gilang. “Mau tanya dulu. Kamu belum pernah, kan?”

“Belum.”

“Terus enggak apa-apa sama aku buat yang pertama kali?”

“Justru saya yang mau tanya. Kamu enggak apa-apa kalau begituan sama saya?”

“Memang kenapa?”

“Kan, cewek-cewek biasanya mau mempertahankan keperawanan.”

“Oh. Enggak, sih. Aku mikirnya biasa-biasa. Cuma… yakin kamu mau sama cewek kayak saya.”

“Memang kenapa, sih?”

“Aku gendut.”

“Enggak. Montok.”

Linda diam. “Oke. Tapi aku enggak ada pengalaman sama sekali.”

“Sama.”

Dan malam itu menjadi malam yang tidak terlupakan bagi Gilang. Alasannya dua. Yang pertama adalah dia bisa memerawani Linda.

Bersambung.















Bohong, deng.

Gilang dan Linda duduk di karpet. Di karpet Linda banyak bantal-bantal besar yang nyaman. Mereka sudah duduk berhadapan dan berdekatan. Rambut Linda panjang dan sedikit basah. Dia baru mandi sepertinya. Linda pakai kaus oblong yang longgar dan celana selutut. Kulitnya lumayan putih dan bersih. Memikirkan kalau mereka akan ML saat itu juga membuat Gilang deg degan dan si jenderal sudah setengah berdiri.

“Bawa pengaman enggak? Aku enggak mau kalau enggak aman.”

Gilang ingat kalau di tasnya ada sisa kondom bekas ML dengan Ica. Dia ambil dan menunjukkan pada Linda.

“Ih, kamu siap banget.”

“Ini hadiah lulus sidang dari teman.”

“Bohong.”

“Yeh, kalau persiapannya beli sekotak. Ini cuma sebungkus.”

Linda diam. Gilang juga diam.

“Mulai enggak?” tanya Gilang.

Linda mengangguk. Gilang mulai maju. Pertama dia pegang lengan Linda lalu menariknya dengan perlahan. Wajah mereka mendekat dan Linda menutup mata. Itu tandanya dia siap berciuman. Gilang menempelkan bibirnya. Linda menyambut dengan sigap. Mereka berciuman. Tangan Linda diletakkan di paha Gilang yang bersila. Kemudian Linda membuka mulutnya sedikit dan mengeluarkan lidahnya. Gilang melakukan hal yang sama. Tangan Linda bergerak ke pinggang Gilang dan Gilang memeluk Linda. Mereka kini bersandar ke tembok.

Bibir Linda lembut sekali. Napasnya juga enak. Pasti dia berkumur dengan mouthwash sebelum berciuman. Linda melingkarkan tangannya di pundak Gilang dan menariknya lebih dekat. Gilang menyentuh rambut Linda yang basah. Rambutnya juga wangi.

Gilang memberanikan diri menyentuh dada Linda. Dia remas dan merasakan kekenyalan yang belum pernah dia rasakan. Berbeda dengan Rita, Ica, apalagi Tante Yuli. Payudara Linda kenyal sekali. Gilang semakin terangsang.

Linda berhenti sejenak ketika dadanya diremas. Gilang mengira Linda akan protes tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Dia cuma diam, menunduk dengan mata terpejam. Satu detik, dua detik, lalu Linda mencium Gilang lagi. Gilang meneruskan meremas dada Linda.

Gilang mencium pipi Linda, bergeser ke telinga, lalu turun ke leher. Linda mendesah. Kulit Linda wangi sabun, halus, dan lembut. Gilang meremas payudara Linda lebih keras dan sekarang dia pakai dua tangan.

Napas Linda mulai memburu. Gilang mengangkat kaus Linda dan Linda melepasnya dengan cepat. Branya berwarna biru dan dadanya bulat indah. Gilang membiarkan Linda melepaskan branya dan dia menelan ludah melihat payudara Linda. Ukurannya sama dengan Tante Yuli. bedanya, payudara Linda masih keras dan tampak tidak terjamah. Putingnya berwarna cokelat muda dan berdiri seperti mengundang Gilang untuk merasakannya. Tanpa menunggu lama, Gilang mencium puting Linda lalu menggigitnya lembut. Gilang memainkan puting Linda dengan bibir dan lidah.

Linda bergerak-gerak keenakan. Napasnya makin cepat dan dia mulai mendesah. Linda mengubah posisi duduknya menjadi berlutut agar badannya lebih tinggi dari Gilang supaya Gilang bisa lebih nyaman mengulum putingnya. Linda meremas rambut Gilang dan menekan kepalanya lebih dekat ke payudara.

Gilang membuka kausnya sendiri. Linda diam sebentar lalu menyentuh puting Gilang dengan jari. Kemudian mereka berciuman lagi. Gilang mendorong Linda agar jatuh terlentang. Gilang memelorotkan celana Linda. Lalu celana dalam Linda. Gilang menahan napasnya ketika melihat vagina Linda begitu bersih. Warnanya sama dengan warna perutnya. Kalau Ica, Rita, dan Tante Yuli, warna vagina mereka sedikit lebih gelap dari warna kulit lainnya, tapi Linda enggak. Bahkan Linda mencukur rambut kemaluannya. Gilang lalu mencium paha Linda yang membuat Linda bergetar. Lalu perlahan dia memberanikan diri mencium vagina Linda. Linda mengerang.

“Lang… Lang.... jangan dulu.”

Gilang cuek. Dia mencium vagina Linda, lalu memasukkan lidahnya. Badan Linda berubah tegang. Gilang berhenti sejenak. Itu kali pertamanya merasakan vagina dan dia tidak kecewa. Linda pasti sudah bersih-bersih sampai ke sana karena wanginya harum. Gilang meneruskan permainannya dan Linda mulai megap-megap.

Gilang bangkit. Dia mencopot celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah luar biasa tegang. Dia maju dan mendekatkan penisnya ke wajah Linda. Linda diam sejenak. Dia melihat penis Gilang dan memegangnya. Tangannya maju mundur perlahan lalu dia mencium penis Gilang. Setelah beberapa kali dicium, Linda membuka mulut dan memasukkan penis Gilang.

Ini pengalaman pertama Linda dan terasa amatirnya. Tidak enak bagi Gilang tapi melihat Linda yang menutup mata, kepalanya maju mundur dengan khidmat, membuat Gilang makin terangsang.

Gilang mengambil kondomnya. Dia buka dan pasang. Tapi terasa janggal. Rupanya terbalik. Dia ulangi dan mendekati Linda. Linda sudah siap. Kedua kakinya sudah terbuka. Gilang naik ke atasnya, mencium Linda, lalu menempelkan penisnya ke vagina Linda.

Beberapa kali percobaan, Gilang tidak menemukan lubang vagina. Linda membantunya dan akhirnya terasa bukaan yang hangat. Gilang mulai mendorong. Keras. Linda mendesah.

“Sakit?”

“Iya.”

“Mau sudahan?”

“Tanggung.”

Gilang cuma basa basi memang. Mana mau dia berhenti?

Gilang mendorong lagi. Masih keras. Linda mendesah makin kuat. Gilang mencoba lagi dan kepala penisnya masuk. Gilang berusaha lebih keras. Didorongnya lebih kuat dan setengah penisnya masuk. Linda membuka mulut dan berteriak tanpa suara. Tangannya mencengkeram punggung Gilang. Gilang maju lagi.

Sempit sekali. Beda banget dengan Rita dan Ica. Apalagi Tante Yuli yang langsung slup masuk. Linda sempit. Terasa sekali menjempit si jenderal yang lemah. Gilang menggenjot satu kali, dua kali, tiga kali, dan pada genjotan keempat, penisnya mulai menyerah. Sempit sekali dan terasa enak, terlalu enak malah, sehingga Gilang sudah harus selesai.

Tidak kuat menahan, Gilang crot di dalam.

Gilang mencabut si jenderal, duduk bersandar ke tembok dan melihat Linda yang berguling sambil memegang vaginanya. “Sakit banget.”

Gilang diam. Dia keringatan. Capek banget menjebol perawan, pikirnya. Ada noda darah di kondomnya.

“Kamu berdarah kayaknya.”

Linda mengangguk. “Pasti. Sakit banget.”

“Maaf.”

Linda menggelengkan kepalanya. “Enggak enak, ya, seks itu?”

Buat Gilang, sih, enak bukan kepalang.

“Sakit, ya, ternyata,” kata Gilang sok-sokan.

“Iya.”

Butuh beberapa menit bagi Linda untuk menghilangkan sakitnya. Setelah kembali normal, Linda bilang kalau dia tidak mau lagi ML. Kecuali nanti kalau sama pacar yang dia suka sekali. Gilang mengiyakan. Sudah jebol, ya, dia sudah tidak butuh lagi, pikir Gilang.

Pukul sembilan kurang, Tante Yuli pulang. Karena sudah kemalaman, seperti biasa, Gilang menginap di ruang tengah rumah utama. Jam sebelas malam, Tante Yuli keluar dari kamar. Gilang memang belum tidur. Dia memang menunggu Tante Yuli keluar.

“Belum tidur?” tanya Tante Yuli.

“Baru saja saya mau SMS Tante.”

“SMS apa?”

“Enggak jadi. Takut lancang.”

“Apa memangnya?”

“Mau lagi Tante.”

Tante Yuli tersenyum. “Sini.”

Gilang masuk ke kamar Tante Yuli.

“Lang. Ini yang terakhir, ya. Nanti lagi kalau mau kita jangan di sini. Tante ada apartemen di daerah C. Kita ketemu di sana saja. Takut ketahuan Linda. Nanti Tante siapin kondom.”

Gilang setuju.

Tante Yuli mencium Gilang dan membuka bajunya. Beda dengan Linda yang slow motion, Tante Yuli langsung tancap gas. Keduanya langsung telanjang dan Tante Yuli naik ke atas Gilang. Penis Gilang masuk tanpa halangan dan Tante Yuli mulai naik turun. Daya tahan Gilang meningkat ketimbang dengan Linda. Habis Tante Yuli di atas, Gilang yang di atas, terus Gilang mencoba doggy style. Terus terakhir si jenderal dikocok Tante Yuli sampai crot di dada. Itu adalah alasan kedua kenapa Gilang tidak bisa melupakan malam itu.

Gilang baru saja ML dengan ibu dan anak.

--
 
12

Kita ke Cecil dulu sebelum lanjut kisah Gilang.

Setelah pertemuannya dengan Ben, geng mereka jadi bertiga. Si Ben ini orangnya cerewet kayak ibu-ibu. Suatu hari Ben memergoki Cecil dan Grace lagi cium-ciuman sambil bercanda di kontrakan mereka waktu masuk. Akhirnya Cecil dan Grace cerita soal hubungan mereka.

“Jijik,” adalah reaksi Ben pertama kali.

Cecil dan Grace tertawa.

“Enggak geli apa?”

“Enak malah, Ben. Cowok itu bau soalnya. Terus kalau tidur suka ngorok. Buluan. Beuh,” kata Cecil dan Grace mengamini.

“Tapi terus gimana caranya? Kan, kalian pada enggak punya titit.”

“Rahasia,” kata Grace.

Ben mulai memaklumi hubungan Cecil dan Grace. Dia juga mengerti kalau mereka bukan lesbian tapi hanya bersenang-senang. Ben juga tidak lama setelah itu punya pacar namanya Alina. Ben membocorkan soal hubungan Cecil dan Grace pada Alina karena Alina sempat cemburu kalau Ben main di kontrakan mereka. Setelah tahu, Alina jadi agak tenang walaupun agak risih.

Suatu hari setelah sesi esek-esek, Cecil dan Grace rebahan di kasur tanpa pakai baju. Kemudian Grace menoleh pada Cecil.

“Lu enggak kangen sama titit?”

Cecil meledak tertawa.

“Seriusan ini gua tanya.”

“Enggak juga, sih. Lu?”

“Kepingin nyoba. Sudah lama juga.”

“Terus mau gimana?”

“Beli dildo, yuk?”

“Di mana anjir nyari begituan?”

Grace mencetuskan ide dan Cecil menyetujui. Pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu, berangkatlah mereka ke Singapura. Saya dengarnya agak sebal sebetulnya. Cecil pergi ke Singapura kayak pergi ke kota sebelah. Tanpa pikir panjang dan pikir ongkos. Oke, next.

Di Singapura mereka menginap di hotel berbintang. Sengaja mereka pilih hotel yang biasa dipakai bulan madu. Mereka memesan kamar dengan jacuzzi yang airnya bisa berbuih. Sesampainya di hotel mereka menyempatkan diri untuk mandi berdua sebelum jalan-jalan. Tujuan mereka adalah toko peralatan seks.

Cecil dan Grace terkejut melihat begitu banyaknya peralatan seks yang dipajang. Grace yang awalnya cuma mau beli dildo jadinya tergoda beli yang lain. Setelah diskusi dengan Cecil, akhirnya mereka beli dua borgol dengan rantai panjang dan dildo yang menempel ke celana dalam kulit nan seksi. Mereka keluar dari toko itu sambil tertawa-tawa geli. Mereka sudah gila sepertinya.

Sampai ke hotel agak sore, makan dulu di restoran, bercanda, lalu naik ke kamar. Mereka mandi berdua untuk bersih-bersih.

Cecil dan Grace membongkar belanjaan mereka.

“Siapa yang mau diborgol dan siapa yang mau pakai dildo?” tanya Cecil.

“Lu yang pakai celana, deh. Gua mau disodok.”

“Deal.”

Waktu Cecil coba dan berkaca, dia terpingkal-pingkal. Konyol. Grace tertawa juga sampai batuk-batuk.

“Anjir mana bisa serius gua ngewe kalau tampilannya begini?” kata Cecil sambil cekikikan.

Mereka tertawa cukup lama dan setelahnya barulah mereka tarik napas dalam-dalam. “Yuk, serius, ah,” kata Grace.

Grace memakai borgol di tangannya. Cecil cekikikan lagi tapi tidak lama. Lalu mereka berciuman. Libido naik dan Grace rebahan. Cecil mengambil ujung borgol dan mengaitkannya di kepala ranjang. Melihat Grace diikat begitu membuat Cecil sangat, sangat terangsang.

“Grace…,” bisik Cecil.

“Apa?”

Cecil mencium Grace dengan kasar. Gigi mereka beradu, bibir tergigit, tapi rasa sakit itu menambah gairah Cecil.

“Cil… kalem…,” Grace memprotes tapi tidak lama. Karena tangannya diborgol, dia tidak berdaya ketika Cecil menciumi leher, turun ke payudara, menghabisi putingnya dengan bibir dan lidah, lalu dia turun ke perut. “Anjir… gantian… gua enggak mau diborgol.”

Terlambat.

Cecil membuka kaki Grace lebar-lebar. Grace melawan tapi Cecil lebih kuat. Cecil membuka mulut dan menjilat vagina Grace. Grace menjerit. Teknik Cecil sama tapi karena Grace diikat, nikmatnya jadi kali dua.

“Enggak mau, enggak mau, enggak mau…,” Grace menggeliat-geliat berusaha melepaskan borgolnya. Cecil tidak berhenti. Tangannya meremas payudara Grace dan membuat gadis itu makin gila.

Cecil bangun. Dia membalik tubuh Grace hingga tertelungkup. Diangkatnya pinggul Grace sehingga pantatnya menghadap Cecil. Vagina Grace sudah basah dan napasnya sudah tersengal-sengal. Cecil menempelkan dildo di selangkangannya ke vagina Grace. Grace mendesah. Cecil menggoda Grace dengan menggesek-gesekkan dildonya di vagina Grace.

“Masukin!”

Cecil masih menggoda.

“Masukin, Cil!”

Cecil masih menggoda.

“Masukin, please!”

Cecil masih menggoda.

“Cecil! Masu-.”

Cecil memasukkan dildonya dan Grace kehilangan suaranya. Punggungnya melengkung, kepala terangkat, mulut menganga, dan mata terpejam. Cecil mulai menggenjot. Setiap gerakan membuat bandul yang ada di dalam celana dildo itu menggesek vaginanya dan membuat Cecil juga ikut merasakan kenikmatan yang dirasakan Grace.

Tangan Cecil memegang panggul Grace dan dia menggenjot lebih cepat. Grace menarik borgol, mulutnya masih menganga keenakan, dan matanya terpejam. Suaranya putus-putus terdengar. Saat itulah, Cecil melihat lubang pantat Grace. Dia berpikir sejenak. Berpikir. Berpikir. Lalu dia cabut dildonya, diarahkan ke lubang pantat, dan dia sodok.

“ANJING!”

Grace ambruk ke kasur. Cecil membelalak panik.

“Anjing, Cil!”

“Sakit?”

“Sakit, Setaaan!”

“Sori! Kirain bakal enak.”

Grace meringis dan menangis. Cecil diam lama menunggu Grace bicara.

“Sakit….”

“Maaf.”

“Tapi, kok….”

“Apa?”

“Ada enaknya.”

“Serius?”

“Iya.”

“Mau lagi?”

“Tapi pelan-pelan.”

Cecil menurut. Grace memasang posisi doggy lagi. Cecil mulai bergerak mengarahkan dildonya. Lalu dengan perlahan dia memasukkan dildo itu ke lubang pantat Grace. Grace mendesis nyeri.

“Lanjut?”

“Pelan.”

Cecil mendorong pelan. Dildo mulai masuk. Grace mengerang kesakitan.

“Terus?”

“Berisik! Masukin aja!”

Cecil bergerak maju lagi. Sudah lebih dari setengah dildo masuk tapi tidak mau lebih jauh lagi. Cecil menarik dildonya lalu memasukkannya lagi.

“Anjing enak banget…,” Grace berbisik.

Cecil menganggap itu adalah tanda bahwa Grace sudah siap. Cecil mulai menggenjot.

“Ah! Ah! Ah!” Grace menjerit keras. Cecil tidak peduli. Dia menggenjot lebih keras dan bandul di dalam celananya menusuk lebih dalam. Dia pun mulai keenakan. Cecil bergerak makin cepat, makin keras, dan jeritan keduanya makin nyaring terdengar di kamar hotel.

“Cil! Cil! Lepasin borgolnya! Borgolnya!”

Cecil masih menggenjot!

“Cecil! Borgolnya!” Grace berteriak.

Cecil berhenti. Dia melepas borgol Grace dan Grace langsung mendorong Cecil ke kasur. Kedua tangan Grace meremas payudara Cecil begitu keras Cecil menjerit kesakitan. Lalu mereka berciuman. Tangan Cecil menjambak rambut Grace. Grace melepas borgolnya dan melemparnya jauh-jauh. Cecil mencopot celana dildonya dan mereka berpelukan. Bibir mereka beradu lagi, lidah saling serang. Mereka berguling dan jatuh dari kasur. Tidak pedul, mereka masih berciuman.

Grace menempelkan vaginanya ke vagina Cecil lalu dia menggerakkan pinggulnya. Cecil mengikuti. Nikmat. Seratus kali lebih nikmat dari biasanya.

“Terus! Terus, Sayang, terus!” jerit Grace.

Cecil meremas dada Grace.

“Anjing, Cecil! Fuck!” cairan muncrat dari vagina Grace dan dia megap-megap di lantai.

Cecil duduk dan menunggu Grace kembali normal. “Gua belum selesai.

Grace dengan lemas memeluk Cecil dan menciumnya. “Lemes gua. Maaf. Nanti lagi.”

Cecil balas memeluk Grace. “Ya, sudah.”

“Gua sayang sama lu, Cil.”

Cecil tersenyum. “Iya. Gua juga.”

Dan besoknya mereka pulang ke Indonesia.



Di sini kita kembali ke Gilang yang sudah berhasil menjebol ibu anak dan baru saja lulus kuliah.

Gilang di wisuda dengan senang hati. Dia didampingi ibu dan adiknya. Selepas upacara wisuda selesai, dia foto-foto di gedung wisuda dengan teman-temannya. Ada Ica di sana tentu saja. Selain itu ada Regina juga yang ikut menyelamatinya. Dia menyalami Gilang sambil memeluknya. Gilang sudah senang diberi pelukan. Tidak dapat paling tidak dipeluk juga tidak apa-apa.

Hari-hari Gilang berikutnya diisi dengan mengirimkan surat lamaran kerja. Sambil menunggu panggilan, dia tentu saja ML dengan Ica hampir setiap hari. Dia tidak ada kontak dengan Tante Yuli hingga pertengahan bulan kedua dia menganggur. Waktu itu Tante Yuli mengirimkan SMS pada Gilang menyuruhnya untuk pergi ke apartemen C. Dia datang dan Tante Yuli sudah menunggunya memakai lingerie hitam yang seksi. Mereka ML dan ketika Gilang pulang menuju rumah, dia dapat panggilan wawancara kerja di Ibukota. Dua hari berikutnya Gilang wawancara di Ibukota kemudian lolos. Dia akan bekerja pada hari Senin minggu depan.

Gilang pulang dengan berita baik bagi keluarganya. Dengan bangga, Gilang berkata pada ibunya, “Mah, terima kasih sudah besarkan Gilang, biayain Gilang sampai hari ini. Sekarang Gilang sudah dapat kerja, ijinkan Gilang buat biayain Mamah sama Adek.”

Ibunya nangis sesenggukan. Adeknya, mah, cengar cengir.

Sebelum berangkat ke Ibukota, ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Yang pertama adalah Ica. Gilang sudah bosan dengan Ica. Maka dia putuskan Ica dengan memakai alasan Rita: Gilang tidak bisa LDR. Setelah berargumen alot, Ica setuju. Sebelum berpisah, tidak lupa Gilang ngewe dulu. Hal kedua adalah Tante Yuli. Tante Yuli senang Gilang dapat kerja. Gilang pura-pura sedih dapat kerja di Ibukota karena dia tidak bisa ketemu Tante Yuli lagi.

“Ya, sudah, nanti kalau pulang ke sini, telepon Tante. Nanti kita janjian,” kata Tante Yuli.

Oke. Kalau Gilang sudah bosan dengan Ica, dia tidak bosan dengan Tante Yuli. Main dengan Tante Yuli lebih enak dan dia tidak mau kehilangan itu.

Jadi pergilah Gilang ke Ibukota. Dia bekerja di sebuah perusahaan konsultan untuk perusahaan-perusahaan multinasional di Indonesia. Gilang bekerja sebagai Account Relation Officer dan tugasnya adalah mengurusi semua hal dari mulai mencari klien, maintaining klien, project manager, sampai ke billing. Perusahaan-perusahaan yang dia pegang banyak sekali dan pasti dikenal orang. Yang paling beken adalah perusahaan yang memegang hak merek dagang minuman pengganti ion tubuh.

Karena Gilang tugasnya rangkap sepuluh, selain kerjaan di belakang meja, dia juga sering ikut ke lapangan kalau ada event. Yang paling sering adalah dia ikut dalam syuting iklan untuk memastikan syuting berjalan sesuai kontrak dan lain sebagainya. Maka di situ dia banyak bertemu artis. Di antaranya, CK, CI, RS, TS, ACS, DS, anggota grup cewek-cewek Ibukota yang namanya berinisial AZ dan JV, dan masih banyak lagi.

Gilang berada dalam satu tim kecil yang langsung bertanggung jawab pada Direktur. Direktur ini yang memegang perusahaan Gilang karena Presdirnya tidak pernah ada di Indonesia. Kita sebut Direktur ini Wita, seorang perempuan beranak dua, bertubuh tinggi, montok, putih, dan berjilbab syari. Nanti saya kasih mulustrasi sensornya. Untuk sementara diingat dulu saja nama Wita.

Kemudian yang perlu diingat lagi adalah nama satu artis yang singkatannya JE. Dari sekian banyak artis, JE inilah yang paling memikat hati Gilang. Maka Gilang mulai mencoba-coba mendekatinya. Nanti kita bahas lebih lanjut.

Lalu ada lagi teman kerja Gilang yang namanya Sandra. Sandra ini perempuan keturunan Bali yang kulitnya putih luar biasa, langsing, tinggi, cantik, dan Islami sekali. Bajunya lebih syari ketimbang Bu Wita. Sandra ini kerja di bagian Finance and Accounting di kantor Gilang dan dia pun akan menjadi bagian kisah Gilang.

Ini adalah akhir dari bagian satu kisah Cecil dan Gilang. Bagian duanya menyusul agak lama karena saya agak sibuk. Tapi di bagian dua nanti adegan esek-eseknya mulai berkurang karena di sinilah prahara hidup (tsaaah) mulai melanda kedua tokoh utama kita ini. Semoga masih menarik untuk diikuti

--
 
Gilang dan tante yuli the best sih wkwkw
Tambahin mulustrasi tante yuli hu kalo bisa wkwkk
 
Mantab hu di tunggu kelanjutannya semoga sehat selalu dan lancar RLnya biar lancar juga update nya
 
wuiz...makin menarik ni cerita.....adegan esek nya gpp suhu di kesampingkan tapi diselingi hal2 yang menarik..
lanjut suhu
 
Walaupun ceritanya loncat2 tapi mantap hu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd