Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah Hidup Dokter Anak dan Sopir Ojol (True Story)

Status
Please reply by conversation.
Tks updatenya suhu... izin lanjuut masang pondasi apartemen suhu....
 
Lanjut huuu mumpung ada waktu

PART 2

1

Berhubung usia Cecil dan Gilang terpaut lumayan jauh jadi timeline cerita Cecil jauh berada di belakang Gilang. Oleh karena itu saya mulai Part 2 ini dengan cerita Cecil buat mengejar timeline Gilang. Biarpun saya bilang begitu, bukan berarti di kehidupan Cecil ada hal yang menarik lainnya, sih, karena hari-hari dia diisi dengan kuliah, nongkrong dengan Ben, juga hidup layaknya suami istri dengan Grace. Kalaupun diceritain soal seksnya, tidak ada yang baru.

Semua itu berlangsung hingga perkuliahan mereka mau selesai dan Cecil masuk ke tahap koas. Cecil dan Grace ditempatkan di dua rumah sakit yang berbeda. Untuk dokter yang baru mau jadi, mereka dapat giliran kerja shift yang membuat mereka jadi jarang jumpa di kontrakan. Sekalinya libur, mereka kecapekan biasanya jadi cuma menghabiskan waktu di kontrakan untuk makan, nonton, ngobrol, dan tidur. Sesekali nongkrong dengan Ben kalau waktu senggang mereka kebetulan bersamaan.

Perjalanan kuliah Cecil dan Grace bisa dibilang lancar-lancar. Mereka selesai koas tepat waktu dan masuk ke fase-fase pendidikan berikutnya. Cecil yang bercita-cita jadi dokter anak mengambil spesialisasi untuk tahap berikutnya. Grace juga berniat untuk menjadi dokter bedah dan mau mengambil spesialisasi juga. Lagi-lagi mereka dapat rumah sakit yang berbeda dan tatap muka semakin jarang.

Di saat-saat inilah datang seorang lelaki yang namanya David. Saya susah cari nama palsu buat dia jadi panggil saja David. David ini setahun di atas Cecil dan sudah lebih dulu ambil spesialisasi. Karena mereka satu rumah sakit maka mereka sering bertemu. Karena David sudah lebih senior, Cecil sering minta nasihat David untuk berbagai masalah. Kalau ada kasus yang tidak bisa Cecil tangani, David menjadi orang pertama yang dia mintai tolong. Mereka pun jadi dekat dan kalau sedang tugas di rumah sakit, Cecil sering sekali bersama-sama dengan David.

Satu kejadian yang paling Cecil ingat adalah ketika dia sedang jaga di IGD malam-malam dan datanglah pasien anak yang usianya belum sampai lima tahun dengan luka sobek di paha. Cecil panik karena belum pernah menangani pasien sekecil itu dan anak itu harus dijahit. Cecil meminta tolong David. David membantunya ditemani oleh dokter senior yang kebetulan sedang ada di rumah sakit. Pasien dapat ditangani dengan baik tetapi Cecil yang mengalami syok berkepanjangan. Dia harus menjauh dari IGD untuk beberapa waktu. Cecil duduk-duduk di lobi sambil minum teh manis panas untuk menenangkan diri. David yang harusnya sudah pulang memutuskan untuk menemaninya. Mereka ngobrol panjang dan ternyata mereka punya banyak kesamaan. Cecil merasa nyaman dengan David dan dia pun merasa kalau David berpikir yang sama dengannya.

Selama hampir enam bulan dia bersama David, muncullah benih-benih cinta (wuek) di dalam diri Cecil. Dia makin senang dengan David. Setiap kali senggang, Cecil memikirkan dan mengirimkan pesan pada David. Waktu istirahat, mereka sering makan bersama. Kadang-kadang kalau sedang jaga bersama, David akan mengantarnya pulang.

Suatu hari, Cecil diajak nonton oleh David. Karena waktu jaga mereka kebetulan sama, maka malamnya mereka nonton berdua. Sewaktu nonton, tangan David dengan alamiah memegang tangan Cecil. Cecil menikmati itu. Mereka berpegangan tangan sampai Cecil diantar pulang ke kontrakan.

Gelagat bahagia Cecil dilihat oleh Grace. Grace mulai bertanya-tanya tapi Cecil mengelak. Dia memang suka pada David tapi baru sebatas itu. Maka dia masih merahasiakan itu dari Grace. Tapi lalu dia berpikir kenapa dia harus merahasiakan itu dari Grace. Grace bukan pacarnya. Mereka tidak pernah bilang kalau mereka pacaran. Walaupun, ya, mereka pernah bilang kalau mereka saling sayang. Tapi tidak sekalipun mereka meresmikan hubungan mereka. Grace juga, Cecil rasa, tidak merasa kalau Cecil adalah pacarnya.

Entah kenapa Cecil jadi bimbang. Meskipun dia yakin kalau dia dan Grace bukan pacaran, dia tetap takut menyakiti hati Grace kalau dia suka pada orang lain.

Rahasia itu berjalan lumayan lama. Hingga akhirnya David memberanikan mencium Cecil ketika mereka nonton dan di situlah Cecil memantapkan hati. Ya, Cecil suka pada David. Mereka jadian malam itu.

Sehari dua hari Cecil menyembunyikan hubungannya dari Grace tapi hidupnya tidak tenang. Tidak mau bohong terus, pada satu malam ketika Cecil pulang cukup cepat, dia menunggu Grace pulang. Sekitar jam sepuluh malam Grace pulang dengan tampang lusuh. Dokter baru pasti mukanya lusuh kurang tidur. Beruntung Cecil sempat beberapa kali dapat jatah istirahat untuk mengisi ulang tenaga dan nonton dengan David.

Ketika Grace pulang, Cecil menyiapkan champagne dingin di dapur dan pasta hangat. Grace tersenyum melihatnya. Dia mencium Cecil lalu mereka makan berdua. Di tengah makan itulah Cecil memberikan berita soal dia dan David.

“Oh, ya? Anak RS ITU juga?”

“Iya. Lebih tua setahun, sih. Tapi enggak tahu kenapa kita sering banget jaga samaan.”

“Ganteng?”

“Lumayanlah. Badannya keras-keras tapi soalnya dulu suka olahraga.”

“Mantap.”

“Terus?”

“Terus apa?”

“Lu enggak marah?”

“Ya, enggaklah. Kita, kan, bukan lesbian betulan.”

“Syukur, deh. Gua sempat takut ngomong ini sama lu, Grace.”

“Takut gua cemburu?”

“Iya.”

“Kita bukan pacar, Cil. Lu jangan geer, deh. Memang, sih, gua nyaman banget sama lu. Sayang. Tapi, ya, sebatas itu saja.”

Cecil bersyukur.

“Eh, tapi….”

“Tapi apa?” tanya Cecil.

“Dia tahu soal kita?”

“Enggaklah.”

“Terus kita harus stop ngewe?”

Cecil diam. Sesungguhnya dia belum ada pikiran untuk ML dengan David. Cecil pun masih nafsu kalau lihat Grace. Jadi kalau bisa, sih, kegiatan seks mereka tetap jalan seperti biasa.

“Pengennya, sih, enggak,” kata Cecil.

“Bagus. Gua juga belum mau berhenti,” Grace tersenyum.

Oke, maka tidak ada lagi keraguan dalam diri Cecil. Dia bisa menjalin hubungan dengan Grace dan David sekaligus. Hubungan ini ditentang oleh Ben. Ben bilang Cecil itu biseksual dan biseksual harus bisa memilih salah satu ketika saatnya tiba. Cecil menyanggah kalau dia biseksual (padahal, mah, iya, cuma dia denial) dan mengatakan kalau Grace tidak keberatan. Ben cuma bilang kalau dia sudah kasih Cecil nasihat dan dia tidak mau tahu apa yang terjadi.

Suatu hari ketika Cecil dan Grace sama-sama dapat libur, mereka nonton film di sofa kontrakan berdua ditemani bir dan popcorn. Di tengah nonton, Cecil tiba-tiba dapat wangsit sange yang entah datang dari mana. Maka dia mulai menciumi Grace. Grace tentu membalas. Bibir beradu bibir, lalu lidah bertemu lidah. Cecil mengambil dominasi. Dia mendorong Grace sampai rebahan. Grace mulai menggerayangi Cecil. Tangannya masuk ke balik kausnya, meremas payudara Cecil dari atas bra. Cecil membuka kaus dan branya. Grace mengikuti.

Mereka berciuman lagi. Kini kulit sudah bertemu kulit dan kalau itu sudah terjadi, Cecil berubah menjadi agresif. Dia menggenggam pergelangan tangan Grace, menahannya ke sofa. Bibirnya menelusuri leher Grace, dada, payudara, lalu perut. Grace mendesah. Dia membiarkan Cecil mengambil kendali.

Cecil menarik celana Grace hingga lepas, lalu celana dalamnya. Kemudian Cecil menicum vagina Grace dan membuat perempuan itu menjerit kecil. Grace melepaskan satu tangan dan memegang kepala Cecil. Cecil menciumi vagina Grace, menjilatinya, lalu memasukkan satu jari ke dalam. Grace mengerang nikmat.

Cecil bangun, mencopot celananya, lalu duduk tepat di atas kepala Grace. Grace mencium vagina Cecil dan Cecil mendesah. Cecil menekan bibir Grace supaya dia bisa mencium vaginanya lebih dalam, lebih terasa. Tangannya meremas payudaranya sendiri. Seluruh badannya sudah terbawa.

Grace mendorong Cecil ke lantai dan mencium bibirnya. Mereka berpelukan dan Grace menggerakkan pinggulnya ke pinggul Cecil. Lalu badannya bergerak turun sehingga vagina mereka saling bersentuhan. Grace menarik badannya ke belakang lalu menggesekkan vaginanya dengan vagina Cecil. Grace memejamkan mata ketika kenikmatan dunia menyerbu tubuhnya. Cecil mendesah sambil memegang paha Grace. Semakin lama semakin cepat Grace bergerak dan kedua vagina mereka sudah begitu basah. Cecil ikut menggerakkan pinggulnya dengan bergairah dan tidak lama mereka jatuh sambil menjerit penuh kenikmatan.

“David…,” desah Cecil.

“Siapa?”

“Hah?”

“Lu manggil siapa?”

Cecil menggeleng. Tanpa sadar dia memanggil nama David. Entah kenapa bayangan David muncul di benaknya tiba-tiba.

Besoknya, ketika Cecil jaga di rumah sakit, kepalanya kacau. Sejak semalam setelah ML dengan Grace, otaknya dipenuhi pikiran mesum soal David. Karenanya setiap kali David terlihat, Grace bergairah. Tapi dia terlalu malu untuk menunjukkannya.

Malam tiba dan Cecil harus jaga lebih panjang di rumah sakit. David belum pulang tetapi dia ada di ruangan lain. Tidak bisa berkonsentrasi kerja, Cecil mengirimkan pesan pada David untuk menemuinya di parkiran jam delapan malam. David tiba di sana dengan bingung.

“Sori,” kata Cecil.

“Kenapa?”

“Masuk mobil.”

David masuk mobil lalu Cecil memindahkan mobilnya dari parkiran ke tempat agak pojok di dekat pohon. Dia mematikan mesin lalu mencium David. “Gua enggak tahan.”

Cecil membuka kemejanya dan menunjukkan branya pada David. David bingung untuk sesaat tapi, ya, namanya laki-laki disodori tete, ya, langsung on. David memegang dada Cecil. Cecil mencium David. David ternyata lelaki yang berpengalaman karena tidak butuh satu detik, dia langsung bisa mengimbangi Cecil yang sedang overdosis libido.

David memegang pundak Cecil agar kepalanya tidak remuk di jendela karena Cecil menciumnya begitu penuh nafsu. Cecil memejamkan mata. Tangannya turun ke celana David dan membuka sleting celananya. David mempercepat prosesnya dengan membuka celananya sendiri. Dalam kesempitan mobil, David mesti pintar-pintar cari celah. Setelah berhasil, Cecil memegang penis David dan mengocoknya. David mengerang.

Cecil memasukkan lidahnya ke mulut David dan membiarkan laki-laki itu menikmati lidahnya. David membuka kemeja Cecil. Lalu tangannya melepas bra Cecil dengan mudah. Dia sudah pernah melakukan itu.

Cecil mundur ke kursi belakang. David mengikuti. Cecil melepas celananya sehingga dia benar-benar telanjang di dalam mobil, di parkiran umum rumah sakit. Bagaimana kalau ada yang lihat? Bodo amat. Memikirkannya membuat Cecil semakin bergairah. Penis David sudah tegang. Dia naik ke atas Cecil, mengarahkan penisnya ke vagina lalu dia dorong kuat-kuat.

Cecil mengerang ketika penis masuk ke dalam tubuhnya. David seperti sudah tahu di mana vaginanya dan masuk tanpa halangan. Ketika David mencabut penisnya lalu dimasukkan lagi, Cecil terbang ke awan. Ini kenikmatan yang berbeda lagi. Sudah terlalu lama dia menikmati gesekan vagina Grace dan gerakan jarinya, dia lupa bagaimana rasanya dimasuki penis yang ereksi maksimal.

Cecil memejamkan mata. Sambil terpejam, dia menaruh satu tangan David di dadanya untuk meremas. David mengikuti arahan Cecil. Pinggulnya tidak berhenti bergerak. Penisnya terus keluar masuk vagina Cecil yang sudah sangat sangat basah. Cecil meremas rambut David. Dia mendesah kuat-kuat. Tidak peduli ada yang dengar atau tidak. Ini enak sekali.

David tiba-tiba menegang, dia mencabut penisnya lalu menarik Cecil untuk bangun. Dia menembakkan sperma ke dada Cecil. Cecil menatap penis David yang tegang dan mengilap karena cairan vagina dan sperma. Lalu dia mengulumnya. David tidak siap. Sisa orgasmenya masih ada dan ketika penisnya dimasukkan ke mulut Cecil, ada sensasi yang luar biasa menjalar tubuhnya. Dia menjambak rambut Cecil dan membiarkannya melumat habis penis David.

Ketika penis David melemas, Cecil menatapnya dan memeluk David. “Lima menit. Tidur dulu.”

David diam dan membiarkan Cecil tidur.

--
 
2

Sejak kejadian seks di mobil itu, Cecil dan David jadi lebih dekat dan lebih genit. Setiap kali mereka papasan di rumah sakit, David mencubit pantat Cecil atau meremas dadanya kalau tidak ada yang lihat. Cecil juga suka meremas penis David diam-diam. Lalu kalau ada kesempatan mereka akan ML di mobil. Hari-hari Cecil menjadi lebih berwarna.

Suatu hari di malam Lebaran (kalau tidak salah. Cecil katanya lupa-lupa ingat. Mungkin Lebaran karena waktu itu dia dapat libur dan kalender sedang tanggal merah panjang), dia dan Grace berada di kontrakan. Seperti biasa, kalau mereka sedang nganggur, pasti mereka ciuman, ciuman pakai lidah, lalu berlanjut telanjang-telanjangan dan saling jilat menjilat. Kali ini giliran Grace yang memberikan service.

Cecil merebahkan badannya dan memejamkan mata untuk menikmati lidah dan jemari Grace yang menggerayangi seluruh tubuhnya. Nikmat. Nikmat sekali. Hingga pikiran soal David muncul di benaknya.

“Grace.”

“Hm?”

“Mau pakai dildo, dong.”

“Oh. Oke.”

Grace menurut. Dia mengambil dildo yang didapat dari Singapura, memakainya di pinggang dan siap menusuk. Cecil mengambil posisi nungging dan ketika Grace memasukkan dildonya, Cecil mengerang keenakan. Nikmatnya menjadi lima kali lipat. Cecil mengambil tangan Grace dan memaksanya untuk bergerak lebih cepat. Cecil menggigit bibir bawahnya lalu dia menjerit dan jatuh berguling. Tangannya ditaruh di vagina ketika cairan merembes keluar.

Grace, puas karena telah berhasil melaksanakan tugasnya, mencopot dildo lalu rebahan di samping Cecil. “Tumben mau pakai dildo. Gua sampai lupa kalau kita punya beginian.”

Lalu Cecil menatapnya dengan wajah bersalah. “Gua mau bilang tapi jangan marah.”

“Apa?”

“Gua udah ngewe sama David.”

Grace diam sedetik tapi tersenyum kemudian. “Anjir, lonte lu,” katanya sambil ketawa.

“Lu enggak marah?”

“Ngapain? Mau bahas soal hubungan kita lagi?”

“Enggak, sih. Tapi kalau gua lagi sama David, gua kayak merasa bersalah sama lu.”

“Kita enggak pacaran, Cecil! Ah, enggak mau lagi gua ngewe sama lu!” Grace keluar dari kamar dan membanting pintu.

“Loh, kok, marah?” Cecil mengejar Grace.

Grace sedang pakai baju lalu keluar dari kontrakan. “Mau ke mana?” tanya Cecil.

“Pergi. Males gua ngomong sama lu.”

Cecil membiarkan Grace pergi.

Paginya, Grace tidak pulang. Ketika ditanya melalui pesan, Grace menjawab kalau dia sudah di rumah sakit. Paling tidak Grace tidak kenapa-kenapa pikir Cecil. Cecil bekerja hari itu dan pulang besok paginya. Grace tidak ada. Cecil mengiriminya pesan dan Grace menjawab kalau dia sudah pulang tadi siang lalu sekarang dia sudah di rumah sakit lagi.

Hari berikutnya juga sama. Cecil tidak ketemu dengan Grace. Wajar, sih, toh, mereka sedang jaga di rumah sakit untuk profesi spesialis.

Kesibukan Cecil mulai padat lagi. Selain jaga rumah sakit dan tugas kampus, dia juga ikut berbagai pelatihan dan seminar. Karena semua kegiatan dia di rumah sakit, maka hari-harinya ditemani oleh David.

Di masa-masa akhir profesi spesialisnya, David mengatakan pada Cecil kalau dia ingin mulai serius. Cecil juga merasa kalau hubungan mereka sudah sangat-sangat siap untuk jenjang itu. Maka mereka berjanji untuk saling datang ke rumah masing-masing dan bertemu orang tua.

Hari itu datang di pertengahan tahun depannya. Pertama, Cecil bertemu orang tua David karena dia asli Ibukota. Lalu sorenya mereka berkendara ke Kota Kelahiran untuk bertemu orang tua Cecil. Semua berjalan lancar tapi belum ada wacana pernikahan. Masih banyak tugas kampus yang menunggu.

David yang setahun lebih tua jadi lebih sibuk. Cecil mulai sering ditinggal-tinggal. Suatu hari Cecil pulang ke rumah dan bertemu dengan Grace.

“Hei,” kata Cecil.

“Hoi.”

“Kita udah kayak apaan aja jarang banget ketemu.”

“Apa boleh buat, ya? Gimana RS?”

“Gitu, deh. Lu?”

“Gua vakum.”

“Hah?”

“Gua mau ke Kalimantan.”

“Ngapain?”

“Ada pengabdian di sana. Jadi relawan dulu.”

“Terus S2 lu gimana?”

“Nanti lanjut lagi.”

“Kapan pergi?”

“Belum tahu, sih, tapi kayaknya dekat-dekat ini.”

Cecil agak sedih mendengar Grace akan meninggalkan pendidikannya. Tapi dia tidak mau berargumen. Mereka nonton TV seperti biasa dan Cecil mulai memeluk Grace. Ketika dia mau mencium Grace, Grace menguap. “Ngantuk, Cil. Bobo, ah.”

“Ikut.”

“Pengin tidur sendiri dulu. Biar kasurnya luas. Badan pegal-pegal.”

Cecil membiarkan Grace tidur. Bete, sih, tapi dia memang kelihatan lelah.

Hari-hari berikutnya sibuk sekali buat Cecil sehingga pertemuannya dengan Grace sangatlah sedikit. Ketika akhirnya gelar spesialis didapat, barulah Cecil bertemu Grace yang menyelamatinya. Di hari yang sama, David datang kepadanya, berlutut di satu kaki dan memberinya cincin pertunangan. Seisi rumah sakit heboh dan menyelamati Cecil. Hari yang indah pokoknya.

Beberapa hari kemudian, Cecil diterima di rumah sakit Kota Kelahiran. Selain itu tanggal keberangkatan Grace juga sudah ditentukan. Grace akan lebih dulu pindah ke Kalimantan sebelum Cecil pulang ke Kota Kelahiran.

Suatu hari setelah berkencan dengan David, Cecil pulang ke kontrakan dan melihat Grace keluar dari kontrakan Ben. Ben melihat Cecil dengan tatapan sedih lalu masuk. Grace tersenyum pada Cecil dan mereka berdua masuk ke kontrakan.

“Grace. Berhubung lu bakal pergi duluan, kita beresin kontrakan, ya. Besok David bakal ke sini buat bantuin kita.”

“Oke. Jam berapa?”

“Kayaknya jam sepuluhan. Tapi jam segitu gua mau ketemu dosen dulu. Dia biar suruh beres-beres saja duluan.”

“Oh, siap. Gua ada di rumah, kok. Entar biar gua yang temani.”

Besoknya Cecil menyelesaikan urusannya dengan dosen. Sekitar jam satu siang dia kembali ke kontrakan dan sudah ada David yang beres-beres di sana.

“Mana Grace?”

“Katanya enggak enak badan.”

Cecil mengetuk pintu kamar Grace lalu masuk. Grace sedang tiduran di kasur ditutupi selimut.

“Grace? Sakit?”

Grace menggeleng.

“Kok, selimutan?”

Grace diam.

“Kenapa, sih?”

“Mens. Hari pertama.”

Cecil mengangguk lalu membiarkan Grace tidur.

Setelah selesai packing. David pulang. Grace belum keluar kamar dan Cecil bosan sendirian saja. Dia main ke kontrakan Ben. Ketika dibukakan pintu, Ben tampak kusut.

“Kok, semua orang kusut hari ini?”

Ben cuma senyum. “Mana pacar lu?”

“Pulang.”

“Lu yakin mau nikah sama dia?”

“Yakin. Kenapa?”

“Enggak. Bahagia, ya.”

Cecil bingung tapi tidak bertanya lebih lanjut.

Tibalah hari kepergian Grace. Cecil, David, dan Ben mengantar Grace ke bandara. Grace cipika cipiki pada Cecil, berpelukan pada Ben, tapi dia tidak berpamitan pada David. Ya, karena baru kenal wajar kalau dia tidak dekat dengan David.

Beberapa hari berikutnya Cecil kembali ke Kota Kelahiran dan bekerja. Sebulan setelahnya, dia menikah dengan David. Betapa sedihnya Cecil ketika Grace bilang dia tidak bisa datang karena tidak bisa meninggalkan Kalimantan. Ben juga tidak bisa datang karena kebetulan - kebetulan sekali - hari pernikahan Cecil bertepatan dengan hari pertunangannya dengan Alina.

Ya, sudahlah.

Cecil menikmati masa-masa indah menikah dengan David. Satu masalah saja. David bekerja di Ibukota sementara Cecil di Kota Kelahiran. Tapi tidak masalah. David pulang seminggu sekali dan sebulan sekali Cecil ke Jakarta.

Di bulan keempat menikah, Cecil hamil. Sayang kehamilannya harus berumur pendek karena keguguran. Di tahun kedua pernikahan Cecil hamil lagi. Kali ini pun dia harus keguguran. Hingga empat kali dia hamil dan keguguran. Tapi ketika diperiksa ke dokter kandungan, tidak ada yang salah pada tubuh Cecil dan David. Mungkin belum dikasih Tuhan, pikir Cecil.

Tahun keenam mereka menikah, Cecil membeli rumah sebagai hadiah pernikahan untuk David. Rumahnya tidak mewah tapi menurut saya besar banget. David begitu senang sampai-sampai dia mengambil cuti sepuluh hari.

Hidup Cecil sudah nyaman sekali hingga ada kabar dari Ben.

“Cil. Lu lagi di mana?”

“Di rumah. Kenapa?”

“Lagi duduk atau berdiri?”

“Berdiri.”

“Duduk dulu coba.”

“Apaan, sih?”

“Duduk aja. Udah?”

“Udah.”

“Grace meninggal.”

--
 
3

Grace menjadi dokter yang berkeliling ke daerah-daerah terpencil mengobati masyarakat miskin dan primitif selama enam tahun. Selama itu dia dikenal sebagai dokter yang piawai dan disukai masyarakat. Hingga akhirnya dia harus pulang karena ayahnya sudah sakit.

Ayah Grace kini tinggal di Ibukota mengikuti saudara Grace. Sesampainya di Ibukota, Grace mendedikasikan dirinya merawat ayahnya yang sakit. Setelah ayahnya sehat, Grace berniat menjadi relawan lagi tapi entah kenapa perilakunya berubah. Grace yang peringat jadi pendiam. Dia sering mengurung diri di kamar dan tidak mau makan. Sampai akhirnya ketika Ben datang berkunjung, dia dan ayah Grace menemukannya tidak bernyawa dengan urat nadi pergelangan tangan dipotong.

Cecil histeris mendengar kabar itu. Saat itu David sedang di Ibukota dan Cecil harus menyetir sendirian ke sana. Cecil menangis sambil menyetir dan harus berhenti beberapa kali di bahu jalan tol karena tubuhnya lemas. Ketika sampai di rumah sakit tempat Grace dibawa, Cecil harus dibopong turun dari mobil oleh Ben karena kakinya lemas. Tangisnya pecah sepanjang perjalanan menuju kamar jenazah. Cecil tidak bisa berdiri dan menangis di lantai.

Ketika jenazah Grace dimandikan, didandani dan dimasukkan ke dalam peti, Cecil menangis di samping peti jenazah selama satu hari penuh. Bahkan keluarga Grace tidak berani untuk mendekatinya. Cuma Ben yang duduk bersama Cecil hingga dia tertidur kelelahan.

Di pemakaman Grace, Cecil terus didampingi Ben dan istrinya. Tanpa Ben, Cecil pastilah sudah terjatuh lagi dan lagi. David tidak tampak batang hidungnya. Dia harus bekerja dan tidak bisa menemani Cecil.

Cecil tinggal bersama Ben dan istrinya selama dua hari di Ibukota. Di hari kedua, David menjemput Cecil dan membawanya punya ke Kota Kelahiran. Cecil tidak keluar dari kamar tidur selama tiga hari.

Setelah lebih tenang, Cecil mengatakan pada David kalau dia sudah bisa ditinggal. Maka, David yang mengambil cuti akhirnya bekerja lagi di Ibukota. Cecil juga mulai praktik lagi di rumah sakit.

Beberapa bulan kemudian, Cecil lupa kapan tepatnya, istri Ben - Alina - menelepon Cecil.

“Cil. Apa kabar?”

“Baik. Kamu gimana? Gimana Ben sama anak-anak?”

“Sehat. Cil. Maaf. Kamu bisa enggak ambil cuti dua atau tiga hari?”

“Kenapa memang?”

“Aku mau bicara sama kamu. Tapi enggak di Kota Kelahiran.”

“Di mana?”

“Di Bali.”

Cecil sempat bingung dengan permintaan Alina. Tapi akhirnya dia sanggupi. Sebulan kemudian, Cecil terbang ke Bali dan bertemu dengan Alina di sebuah hotel. Di sana ada Ben juga. Ben tampak berantakan. Tapi dia tersenyum melihat Cecil.

Hotel mereka berada tepat di pinggir pantai. Alina mengajak Cecil untuk makan di restoran yang menghadap laut. Ben tidak ikut. Ben sedang duduk di kursi pantai sambil minum.

“Mau pesan apa?” tanya Alina.

“Bentar. Kok, aku ngerasa aku dibawa ke sini kayak aku punya salah sama kalian?”

Alina menutup menunya. Dia memesan minuman untuk Cecil dan dia. Ketika minumannya datang, Alina menarik napas. “Aku ada cerita. Yang sudah aku pendam selama lebih dari enam tahun ini. Ben juga. Tapi ini sudah kelewat berat. Ben sudah capek memendam cerita ini.”

“Cerita apa?”

“Ini harusnya Ben yang cerita tapi Ben enggak kuat buat natap kamu sambil cerita.”

“Cerita apa, sih, Al?”

**









**
“Ben.”

Ben membuka matanya. Grace membangunkannya dari tidur. “Apa?”

“Enggak bisa tidur.”

Ben duduk di kasurnya. Beberapa jam sebelumnya, Grace mengetuk pintu kontrakannya dan minta diijinkan untuk menginap di sana. Ben ijinkan tanpa banyak tanya. Satu, karena dia sudah ngantuk, dua, karena Ben tidak terlalu peduli alasannya.

“Berdoa sebelum tidur,” Ben bercanda.

Grace tersenyum kecil lalu air mata mengalir di pipinya. Dia menangis.

“Buset. Segitunya enggak mau tidur, Grace? Jangan kayak anak kecil.”

“Gua cinta sama Cecil, Ben.”

“Hah?”

“Gua capek bohongin diri sendiri, bohongin Cecil. Gua cinta sama dia. Gua enggak rela dia punya pacar,” kata Grace sambil menangis.

Ben buru-buru memeluk Grace. “Ya, ampun.”

“Berkali-kali gua bilang kalau kita enggak pacaran padahal gua mau jadi pacar dia. Tapi dia enggak ngerasa gitu sama gua. Gua bohong bilang ke dia kalau gua gak masalah sama hubungan kita yang kayak gini. Padahal gua mau lebih. Dia barusan bilang kalau dia udah ML sama David. Anjir, Ben, gua pengen lompat dari gedung. Sakit banget, Ben.”

Ben tidak tahu harus bilang apa jadi diam saja sambil memeluk Grace.

**

“Kalimantan? Jauh banget. Perlu segitunya buat lupain Cecil?”

Grace mengangguk.

“Terus gua gimana?”

“Ya, lu, kan, ada Alina.”

Ben tidak mau Grace pindah ke Kalimantan. Apalagi kalau alasannya cuma buat melupakan Cecil. Tapi dia bisa apa? Dia tidak tahu sesakit apa penderitaan Grace harus tinggal dengan seseorang yang tidak bisa dia cintai.

**

David mengetuk pintu kontrakan Cecil dan Grace membukakan pintu. “David. Mau beres-beres, ya?”

“Yap,” kata David.

“Barang Cecil banyak banget sumpah. Bakal butuh dua hari buat beresin barang-barang dia.”

“Gua kerjanya cepat, kok.”

Hari itu David datang ke kontrakan untuk membereskan barang-barang Cecil untuk pindahan. Grace pun siap membantu jadi dia memakai kaus kebesaran dan celana pendek yang nyaman untuk keringat-keringatan.

Yang pertama Grace lakukan adalah memisahkan barangnya dengan barang Cecil. Setengah jam dia begitu dan badannya sudah keringatan. Grace mengambil minuman dingin dari kulkas dan memberikan satu botol pada David. Mereka istirahat sejenak.

Grace dan David mengobrol di sofa sambil minum. Lalu tiba-tiba David menciumnya. Grace mendorong David menjauh. David maju dan memegang tangan Grace kuat-kuat. David mencium paksa Grace dan Grace berteriak ketakutan. David menamparnya keras-keras. Grace jatuh ke lantai.

David menarik tubuh Grace dan melemparnya ke sofa. David memelorotkan celananya dan Grace bisa melihat penisnya sudah tegang. Grace mencoba lari tapi David menarik tangannya dengan kasar sehingga dia jatuh lagi. David menimpa Grace dan melepaskan celananya. Grace mencoba berteriak. Tangan David membekap mulut Grace dan menekan kepalanya ke lantai supaya suaranya tidak keluar.

Grace megap-megap mencari napas dan ketika dia lemas, David memasukkan penisnya ke dalam vagina Grace dari belakang. Grace mengerang kesakitan. David tidak berhenti. Dia memaksakan tubuhnya pada Grace. Entah berapa lama Grace dihimpit oleh David dan disakiti olehnya. Ketika semuanya berakhir, David melepaskan spermanya di rambut Grace.

“Jangan bilang Cecil. Gua mau nikah sama dia. Please. Jangan hancurkan hubungan kami.”

**

Grace membuang undangan pernikahan Cecil ke tempat sampah. Butuh enam tahun baginya untuk menghilangkan trauma perkosaannya. Grace tidak bisa datang ke pernikahan Cecil dan melihat David lagi. Ben saja tidak mau datang setelah Grace cerita padanya soal perkosaan itu. Maaf, Cecil, Grace harus berada jauh dari David supaya tidak menyakitimu dan pernikahanmu.

**

Grace mendarat di Ibukota dan langsung menyibukkan diri mengurus ayahnya yang sakit. Grace sempat khawatir kota itu akan membawa kenangan buruk baginya tapi ternyata tidak ada sakit yang datang. Syukurlah.

Perkembangan ayahnya sangat baik dan dia sembuh dengan cepat. Grace sudah bisa melepasnya dan bekerja lagi. Grace memutuskan untuk mencari pekerjaan di Ibukota dan tinggal di sebuah apartemen. Karena bekerja di rumah sakit akan membuat peluang bertemu dengan David menjadi lebih besar, Grace melamar ke sebuah klinik khusus luka di pinggiran Ibukota. Tapi nasib berkata lain dan ketika dia datang, orang yang mewawancarainya adalah David. Rupanya dia bekerja sebagai konsultan di sana.

Grace langsung cabut dari klinik itu tanpa berkata apa-apa. Dia pulang ke apartemennya sambil menangis. Enam tahun dia menghilangkan trauma David dan hanya dengan melihat orang itu selama dua detik, semua ingatan buruk itu kembali.

Grace tidur sambil menangis dan paginya dia berusaha untuk kembali tegar.

Ketika dia sarapan, bel apartemennya berbunyi. Ketika dibuka, Grace melihat David berdiri di luar. Grace membanting pintu tapi David menahannya. Dia merangsek masuk dan mendorong Grace jatuh ke lantai. David mengunci pintu dan menarik Grace lalu melemparnya ke kasur. David membuka celananya. Penisnya sudah ereksi penuh dan Grace tahu apa yang akan terjadi padanya saat itu.

Seketika tubuhnya lemas. Dia tidak bisa bergerak. David menindihnya, membuka baju dan celananya dengan paksa. David membuka kedua kaki Grace dan memasukkan penisnya ke dalam vaginanya. Grace menangis tapi dia tidak berdaya. Dia membiarkan David menodainya sekali lagi.

**

Ben mendapat pesan dari Grace yang isinya:

“Tolong, Ben. Gelap. Gua enggak bisa lihat jalan keluar.”

Ben dengan panik menelepon HP Grace tapi tidak aktif. Dia menelepon ayah Grace dan diberi tahu kalau Grace tinggal di apartemen. Ben dan ayah Grace segera ke sana tapi mereka terlambat. Grace sudah memotong nadinya sendiri
.

**







**

Alina berhenti bercerita dan menunggu reaksi dari Cecil. Cecil diam. Air matanya menggenang.

“Maaf aku cerita begini,” kata Alina.

Cecil menggeleng. Sekuat tenaga dia menahan tangis. “Kenapa Ben enggak cerita ke aku?”

Alina cuma diam. Dia melihat Ben yang duduk di kejauhan.

Cecil bangun dari duduknya lalu berjalan menuju Ben. Ben melihatnya mendekat dan berdiri. Mereka berhadapan sebentar lalu Cecil menamparnya keras sekali. Lalu dia menangis. Ben memeluk Cecil, “Maaf, Cil.”

Cecil menangis menjerit dan jatuh terduduk. Ben hanya bisa memeluknya. Alina ikut menangis memandangnya dari kejauhan.

--
 
Woah ada update ny, tapi kenapa sad ending gini, berat benar dah hidup mereka berdua. Di tunggu next ny gan..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd