KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN
Author
Reinal.Writer
Chapter 8
POV MERRY
Gila, bahkan dengan kekasihkupun pada kesempatan pertama dan kedua ketika melakukan hubungan seks, aku tidaklah seheboh barusan. Ataupun tidak se hot tadi. Malahan juga tidak seantusias tadi. Padahal, tadi itu justru kulakukan tidak dengan kekasihku akan tetapi kulakukan dengan pak Jacky, yang adalah suami orang. Meski kami sudah sama-sama mengutarakan perasaan kami. Dan kami sama-sama sadar untuk melakukannya dengan rasa, dan bukan hanya dengan nafsu dan birahi belaka.
“Sudah gilakah aku ini..... ?” tanyaku sedikit bingung, meski anehnya aku tidak merasa bersalah dan bahkan menikmatinya.
Meski bertanya secara retoris seperti di atas, sesungguhnya aku merasa sangat heran dengan percumbuanku yang barusan itu. Sedemikian hot dan sedemikian antusiasnya aku bersetubuh dengannya. Sedemikian terlibatnya emosiku hingga apa yang kulakukan barusan, kulakukan dengan kesadaran penuh. Bahkan aku menikmati dan memperlakukan persetubuhan hot tadi, sebagai sesuatu yang tak boleh kulupakan nantinya.
Karena itulah, sama sekali aku tidaklah merasa berat dan tidak merasa sudah melakukan sebuah kesalahan. Karena memang tidak ada sama sekali sejumput penyesalan yang kurasakan karena persetubuhan tadi, bahkan juga tidak ada ketakutan meskipun spermanya memenuhi rahimku. Semuanya kujalani serta kulakukan dalam kesadaran dan dalam rasaku yang menggunung kepadanya. Karena buatku, dia layak memasukiku, menjadi bagian tubuhku, hidupku dan juga perasaan dan emosiku.
Karena memang terus terang saja aku sangatlah bahagia, sangat gembira, dan bahkan perasaanku terasa begitu lepas, lega. Dan meski tubuhku lemas, akan tetapi aku sangatlah bahagia. Benarkah ini kulakukan dengan cinta ? entahlah, tak mampu kujawab. Tapi benarkah ini kulakukan sepenuh hati dan bukanlah sekedar nafsu ? untuk pertanyaan seperti ini, jelas aku bisa menjawab. Dan jawabannya adalah YA.
Dengan penuh keyakinan.
Aku malah merasa, seakan semua fantasiku selama beberapa tahun belakangan tersalurkan dalam adegan luar biasa yang baru saja kami lakukan dan membuat aku merasa sangat lemas diujungnya. Gilanya, kami melakukan dalam mobil, di ruangan sempit dan juga dengan luapan emosi, rasa dan gairah yang meletup letup. Masih kurasakan sodokan bertenaga dan kerasnya batang pak Jacky ketika menyodok dan membongkar vaginaku. Juga ketika pada akhirnya benda itu memasukiku dan meninggalkan jejak sperma disana.
Masih kuingat betapa aku merintih, melenguh dan mendesah keenakan sampai merasa mencapai surga. Kuingat saat merasakan serta meresapi kenikmatan tak tertahan itu. Bahkan klimaksnya, aku sampai nyaris berteriak untuk bisa melepas gejolak emosi dan juga rasaku yang bergelombang dan bergelora. Dan yang sangat kusuka adalah, pak Jacky menyaksikannya dengan tatapan penuh kasih, meski gairah dan juga birahinya sudah tersalurkan.
Dia kurasakan memang bukan sekedar menyalurkan hasrat birahinya, akan tapi juga menyalurkan rasanya. Terpenting dan yang kusukai dan membuatku sama sekali tidak menyesal disetubuhinya adalah, karena dia menghargaiku, malahan dia memperlakukan aku tidak sekedar tubuh pelampiasan. Tetapi, menggiring dan sabar untuk menempuh puncak bersama. Bahkan menungguku untuk bisa sama-sama menikmati puncak kenikmatan sepasang manusia yang memadu kasih, rasa, emosi dan nafsu.
Aku merasa menjadi PEREMPUAN di saat bersetubuh hingga aku merasa amat bahagia ketika harus melenguh karena gelombang kenikmatan yang tak mampu kutahan. Aku menjerit pada saat puncak kenikmatan kugapai sambil menerima kucuran spermanya.
Rela dan total.
“Yang, kamu menyesal..... ?“ bisinya lembut disaat aku termenung beberapa saat menikmati arus dahsyat yang mereda.
Aku menatap lurus matanya, dan kemudian berkata,
“Apakah aku terlihat menyesal yang..... “? bisikku dengan pandangan sayu dan sedikit merasa lemas. Maklum, getaran, gerakan, lenguhan dan jeritan penuh nikmat, juga butuh tenaga soalnya.
“Aku hanya khawatir engkau menyesal saat melihatmu melamun tadi.... “ sambil tersenyum lembut dia menjawab. Sambil dia memelukku dari samping serta membelai mesra kepalaku.
“Yang, engkau mendadak menjadi bodoh selama beberapa hari terakhir.... “ aku berbisik lirih sambil memandangnya. Dan memang, kurasakan selama berapa hari terakhir, kekasihku ini berubah lebih emosional, penuh rasa dan berbeda dengan profilnya selama menjadi atasanku.
Aku berkata jujur.
Memang, di kantor pak Jacky sangat pintar, smart, cepat mengambil keputusan serta mampu menganalisis situasi, prilaku dan mengurai masalah seberat apapun. Akan tetapi, bersamaku beberapa kali aku menemukan sisi manusia biasa dan normal dalam dirinya. Termasuk kegagalannya memahami bahwa diamnya aku, justru karena sangat meresapi dan menikmati kebersamaan kami. Diamnya aku atau melamun tadi, bukan karena menyesal. Sama sekali bukan. Tetapi karena bahagia. Kadang orang bahagia tidak harus tertawa atau tersenyum, tetapi menikmati dalam diam dan meresapkannya.
Pada saat ini, tubuh bagian bawah kami yang masih telanjang, masih menempel dan kontolnya masih tertanam di vaginaku. Sampai kesadaranku sudah normal seperti sekarang, tak kutemukan rasa sesal dan penyesalan. Sebaliknya rasa senang dan nyaman. Tapi dia memang tidaklah cepat memahaminya. Di saat menggunakan rasio, dia sangat hebat, tapi saat menggunakan perasaan, rasionya terasa jadi tumpul. Apalagi saat kami sedang beradu nikmat tadi.
“Maaf yang, aku tadi khawatir engkau menyesal. Apalagi karena tadi sengaja aku keluar didalam..... “ desisnya khawatir. Sadarlah aku kalau dia mengkhawatirkan masalah yang satu itu.
“Tidak yang, didalam atau diluar, sejak menerima kemesraanmu aku sudah amat siap.... “ desisku dalam senyum, meski kutahu sambil aku menahan rasa senang dan nyamanku.
Sebelum dia merespons lagi, aku melanjutkan,
“Belum mau dikeluarkan.... “?
“Biarin dulu yang, saat begini tidak sering kita dapatkan..... “ desisnya lembut. Ini benar-benar aku suka. Karena dia memilih memanfaatkan dan mengoptimalkan waktu yang kami miliki. Dan waktu itu, saat ini memang terbatas.
Kami terus bercakap-cakap sambil berbisik dengan sangat mesra sampai berapa menit lamanya. Meskipun kontolnya sudah melemas, akan tetapi dia tetap saja menancapkan dan menjaganya terus berada dalam memekku. Dan akupun tidak perduli, dan menikmati kebersamaan dan kedekatan kami saat itu. Sebagaimana bisikannya tadi, bahwa kebersamaan seperti ini biarlah lama kami resapi dan nikmati, karena waktu seperti sekarang ini memang tidak akan banyak.
Akan tetapi, ada yang tentu saja tidak mampu kami kontrol. Turunnya hujan dan berhentinya hujan, tidak bisa kami atur sesuka hati. Turunnya hujan tidak menunggu kita atur, saat mau hujan, ya hujan saja, saat berhenti, ya berhenti saja. Rasa senang dan emosi masih bisa kita atur, tapi saat hujan berhenti tak bisa diatur manusia. Begitulah, beberapa saat kemudian kami sadar jika hujan ternyata mulai reda. Jika berhentinya hujan bisa tergantung kepadaku, maka hujan akan kubiarkan paling tidak satu atau dua jam lagi.
Sungguh sayang, hujan tidak tunduk dibawah perintahku.
Keadaan di luarlah yang pada akhirnya membuat kami tahu diri dan sama-sama tersenyum karena tahu bahwa kemesraan seperti ini, mesti segera kami sudahi. Tetapi, perlakuannya selanjutnya benar-benar membuatku luruh dan tersentuh.
Saat dia mencari CD ku, bahkan bersamaku kemudian membersihkan memekku dan kemudian dia memakaikan CD putihku. Malah dia juga ikutan memakaikan stocking dan membantu aku untuk membenahinya. Itu dilakukannya dengan kesabaran yang luar biasa, dan tidak merasa risih untuk membantuku membenahi diriku, dan malah dia diujung memujiku dengan berkata,
“Engkau makin cantik sayangku..... “
Akupun jadi bertingkah sama. Membantunya memakaikan celana panjangnya, dan juga merapihkannya. Kami melakukannya bersama dalam suasana yang sangat mesra. Kubayangkan bahwa kami seperti suami dan istri dalam kerja sama untuk membenahi diri pasangan kami.
Rasanya moment ini akan menjadi momen yang tidak akan mungkin kulupakan. Dia bukan hanya menusuk memekku, bukan hanya mendesakkan kontolnya dan bukan hanya sekedar mengguyur rahimku dengan spermanya yang hangat dan banyak tadi. Akan tetapi yang paling mengesankan adalah, dia bisa meluruhkan hatiku, menyentuh hati dan meresapkannya sekalian.
“Duch, ternyata ada lelaki selembut dan semesra dia...... “? desisku dalam hati dan mensyukuri karena dia mencintaiku. Terlepas dari dia suami dari perempuan yang lain, dan terlepas dari dia itu bukan suamiku. Terlepas dari kami kekasih gelap karena berdua kami memiliki pasangan. Tetapi, sentuhan dan perlakuan pak Jacky, memang begitu menyentuh. Akan bohong besar jika tidak kukatakan jika apa yang kami lakukan, adalah salah satu episode terindah dalam hidupku. Sekali lagi, terlepas dari semua fakta di atas.
Pada akhirnya, setengah jam lebih kami berada di parkiran dan memadu kasih beradu nikmat dan meraihnya bersama. Dan disitu jugalah untuk pertama kalinya aku menikmati dan mengalami bersetubuh dalam mobil, dan pertama kalinya bersetubuh dengan suami orang. Tapi sungguh ini pula persetubuhanku yang paling menembus relung hatiku. Dapat kupastikan jika tidak mungkin kulupakan pria yang satu ini. Tak juga akan kulupakan persetubuhan hebat dan gila dalam mobil di tengah hujan deras.
=============
POV JACKY
Percakapan ketika kami baru saja menyelesaikan making love pertama kami tadi membuatku menjadi lebih lepas. Terus terang saja, meskipun benar aku sudah dapat mencapai puncak tadi, akan tetapi aku masih ingin lebih. Rasanya masih belum puas melahap kebersamaan dan juga menikmati indahnya hingga aku bisa menyatu dengan Merry. Entah bagaimana, secara tiba-tiba aku ingin melewatkan semalam suntuk dengannya. Berdua saja.
Meskipun benar kami bergumul hebat dan aku sampai menumpahkan spermaku ke dalam rahimnya, akan tetapi pergumulan kami tadi kurang begitu leluasa dan kurang lepas. Karena dilakukan dalam ruang terbatas dan membuat kami mau tak mau membatasi gerakan dan kreatifitas persetubuhan tadi. Itu yang membuatku jadi merasa ada yang masih kurang, meskipun sesungguhnya kami bergumul hebat dan berakhir sungguh dahsyat. Masing-masing mencapai klimaks.
Sesaat setelah keluar dari parkiran Holywood KC, akupun mengendarai mobil secara perlahan. Situasi jalanan masih macet karena memang baru saja turun hujan yang sangat lebat. Dan dengan mesra serta tanpa malu-malu lagi Merry segera menyandarkan kepalanya kepundakku. Sementara akupun kemudian merangkulnya dengan mobil tetap saja melaju kedepan secara perlahan-lahan. Saat kami meresapi kebersamaan dengan mobil merangkak maju karena jalanan yang memang agak macet, akupun mengutarakan keinginanku,
"Yang, gimana kalau aku tidur ditempatmu saja sekalian.... ?” usulku dengan berbisik lembut kepadanya. Setelah apa yang kami lakukan tadi, aku semakin ingin menghabiskan banyak waktuku dengannya. Jika memang malam ini dia setuju, maka aku akan sangat senang.
Sejenak dia terdiam, aku paham bahwa dia pastilah mengkhawatirkan suasana dan situasi di kamar kost nya. Atau, entah apa yang sedang dia pikirkan pada saat itu.
”Ehm, gimana ya yang..... ?” ragu dia untuk beberapa saat lamanya, dan tentu saja aku cukup paham. Paham karena tempat tinggalnya bukan miliknya pribadi, tetapi rumah kost. Dan penghuninyapun banyak, bukannya dirinya sendiri dan tidak begitu bebas dia memutuskan.
“Emangnya tempat kostmu gak bisa menerima aku ya.... ”? kejarku untuk bisa memperoleh persetujuannya.
”Bukan gitu yang, ngggggg..... ” terlihat dia ragu selama beberapa saat, dan akupun kemudian berkata,
“Aku bener-bener ingin melewatkan malam ini berdua denganmu..... “ bisikku mesra dan lembut.
“Yang, gimana kalau di hotel saja..... “? usulnya tiba-tiba dan memang pilihan itu cukup masuk di akal.
“Gak mau yang, aku mau ditempat dimana biasanya kamu tidur. Biar aku bakalan terus melekat dalam hatimu, dan kamu terus melekat dalam hatiku..... “ desisku agak melankolis. Sebenarnya aku memang ingin memasuki kehidupan pribadinya lebih jauh, dan bukan sekedar mereguk kenikmatan sementara.
“Yangggg...... “ desahnya senang, sambil memelukku hingga tubuhnya condong ke arahku, meski tetap stabil aku mengendarai mobil yang melaju dengan lambat ini.
Dan memang, jalanan juga masih agak macet. Pada saat seperti sekarang ini, aku berpikir bahwa kadang jalanan macet menguntungkan, dan ini tergantung perspektif dan kebutuhan orang pada saat tertentu.
“Gimana.... “? bisikku meminta persetujuannya setelah melihat responsnya yang tiba-tiba saja menjadi demikian manja.
“Ngggg, baiklah yang. Tapi, gak apa dengan di rumah..... “? tanya Merry yang mengingatkanku dengan keluargaku.
Jangankan Merry, bahkanpun Mirna yang jauh lebih dahulu mengenalku dan juga mengenal keluargaku memang tidak paham dan tidak tahu apa dan juga bagaimana keadaan rumah tanggaku. Karena bagiku, masalah rumah tanggaku adalah masalah pribadiku, masalahku dengan istriku. Dan bukannya sesuatu yang bisa dibagikan dan dibahas sembarangan dengan orang lain dengan satu alasan maha klasik, curhat. Hal seperti itu sesungguhnya adalah ranah private yang tak semarangan bisa dibagikan.
Aku menatapnya mesra dan kemudian berkata,
“Mestinya tidak yang..... “ jawabku, karena memang istriku sedang di luar kota, dan yang kedua, belakangan istriku sedang ngadat. Ngadatnya bahkan berada jauh diluar jangkauan pemikiran normal manusia. Untuk satu hal ini, kurasakan bukan saatnya dibahas dengan Merry. Ada waktu yang tepat.
Yang jelas, bukan sekarang.
“Kamu sendiri? bagaimana dengan Dodo pacarmu Mer.... “? tanyaku perlahan untuk memastikan hubungannya dengan Dodo. Bagaimanapun juga, aku sendiri tidak mau terganggu dengan urusan-urusan yang gak perlu terkait diriku.
“Mestinya juga gak masalah yang..... “ meski dia menjawab dengan sedikit ragu, tapi aku tak mengejarnya.
Prinsipku adalah, semua orang memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Serta setiap orang memiliki rahasianya sendiri-sendiri. Ada yang bersedia membuka dan siap membagikan kisah dan rahasianya, dan ada yang merasa nyaman dengan tetap menutup dan menjaga rahasianya. Apapun pilihan seseorang atas kehidupan dan rahasia kehidupannya, adalah haknya untuk menetapkan dan menjaga pilihannya tersebut.
Dengan kalimat Merry yang terakhir, kupiki akhirnya semua beres. Meskipun aku juga sangat memahami bahwa Merry sesungguhnya masih gamang untuk bisa menerimaku bermalam di kamar kostnya. Lama setelah berpikir panjang barulah pada akhirnya dia setuju untuk menghabiskan malam bersamaku. Akupun tahu, bukannya dia tidak mau, akan tetapi agak was-was dengan Dodo, dan juga khawatir dengan tetangganya yang lain.
Sangat bisa dimaklumi, kamar kost bukan milik kita eksklusif. Tetapi, ruang pribadi secuil yang dimana kita mesti berbagi dengan orang lain. Dan ruang secuil itupun mesti kita kuasai dengan uang.
Begitulah, perjalanan kami lanjutkan secara perlahan. Baik karena memang jalanan yang macet, maupun karena kami memang memaknai jalanan macet ini dengan terus menerus menyalurkan kemesraan dan kasih yang bertumbuh subur dengan cepatnya beberapa waktu terakhir. Butuh waktu satu jam untuk kami pada akhirnya tiba di tempat kostnya. Dan Merry kembali ragu. Itu bisa kulihat saat dia terdiam sejenak ketika kami sudah tiba di parkiran,
”Kenapa sayang.... ”? bisikku lembut ketika kami akhirnya tiba dan akan segera memasuki halaman parkir yang cukup luas.
”Enggg, enggak yang..... ” gumamnya ragu. Tentu saja percikan keraguan Merry terlihat jelas di mataku, dan aku sangat memahami keraguannya pada saat ini, keraguan yang mudah kumengerti.
”Kamu takut kita dilihat banyak orang ya.... ”?
”Iya siy yang. Ehm, tapi ayolah, kita cuek ajalah.... ” pada akhirnya Merry mampu memutuskan dan bertindak mengajakku. Sepertinya dia mengumpulkan segenap keberaniannya untuk kemudian mengajakku memasuki kostannya.
”Bilang aja aku kakakmu, kan kita mirip-mirip dikit... ” candaku dengan tersenyum untuk mencoba memberinya kekuatan.
”Iya, bener juga yang, aku bilang kakakku saja ya... ?” Merry ternyata setuju, dan aku senang dengan persetujuannya. Pada akhirnya kami sama-sama tersenyum dengan akal-akalan kakak beradik. Padahal, meski bisa saja kami mengaku adik kakak, tapi mana bisa kami berlaku kakak adik setelah yang tadi ?. Karena itu akupun kemudian nyeletuk karena merasa rada lucu,
”Kakak ketemu gede, hahahaha..... ”
Celetukan itu sukses membuat kami tertawa bersama. Dan selanjutnya kamipun berjalan memasuki rumah kost yang memiliki parkiran lumayan besar itu. Dapat dilihat jika memang, semua kamar kost, atau setiap penghuni mendapat jatah satu mobil untuk parkir. Dan itu diatur serta berbaris rapih di depan kamar kost dan memanjang hingga ke belakang. Mirip aprtemen saja.
Tapi, rumah kost ini terhitung ramai juga. Besar dan penghuninya cukup banyak, karena bangunannya sendiri memang dua lantai memanjang ke belakang. Boleh jadi ada 30an kamar jumlahnya saat kuhitung secara sekilas, dan memiliki kelas yang berbeda. Sesuai fasilitas yang tersedia dalam kamar. Kebetulan kamar Merry terletak di lantai 2 dan agak ke belakang.
Untungnya, ternyata tempat kostnya cukup sepi saat itu, terutama di lantau dua. Saat itu hanya ada seorang dua orang yang papasan dengan kami. Dan juga ada dua orang cewek yang senyam senyum tidak jelas meski dengan pandang mata penuh pengertian ketika kami melangkah ke kamar kost Merry. Tapi tak kuperhatikan lagi, karena begitu sampai di tempat kost, kami berdua sudah sama-sama tidak mampu menahan diri.
Meski sama-sama sudah klimaks tadi, akan tetapi situasi dan ruangan yang rada sempit tadi, terhitung sangatlah membatasi kreatifitas percintaan kami. Meskipun kami sama sebenarnya, yakni sama sadar, bahwa yang kami lakukan akhir-akhir ini sebetulnya adalah sebuah kesalahan. Akan tetapi, pertimbangan rasional jelas sudah runtuh oleh paduan tuntutan nafsu, emosi dan rasa.
Apalagi kewanitaannya telah bangkit walaupun Merry sendiri tahu bahwa hal ini adalah kekeliruan. Kekeliruan yang disengaja, menurut orang lain, tidak dapat dan tak bisa lagi disebut kekeliruan.
Keliru bagaimana lagi jika sesaat dia membuka pintu kamar dan menyalakan lampu, juga air conditioning dalam kamar, dan sesaat kemudian berbalik dan memelukku dalam gairah yang tak tersembunyikan lagi ? jelas saja tidak lagi ada pertimbangan lebih jauh yang bisa dilakukan. Pertimbangan itu mestinya jauh hari dan bukan di masa seperti saat kami berada di kamar kostnya. Lupakan pertimbangan moral, just enjoy it.
Karena itulah akupun dengan sangat sadar menikmati saat dia menciumi bibirku, menikmati cara bagaimana dia berusaha untuk menyamakan posisi tinggi kami dengan aku sedikit menunduk. Dan menikmati bagaimana liarnya dia berupaya untuk mengemoti bibirku, memasukkan lidahnya kemulutku dan menghisap lidahku dengan sangat bernafsu. Apakah aku menganggapnya liar, binal dan perempuan nakal ? tentu saja tidak. Karena akupun senang dengan bagaimana ekspresifnya dia saat ini.
Maka terus kunikmati dengan sedikit agak pasif bagaimana Merry mencoba untuk menyalurkan bara dan gairah dalam dirinya. Bahkan bukan lagi hanya sekedar mencium, karena kedua lengannya dengan cepat berusaha untuk coba meloloskan pakaianku. Pada saat itulah akhirnya kurespon dengan hisapan lembut pada bibir bawahnya yang basah. Kami saling menghisap bibir beberapa saat, bahkan lidah kami saling lilit dan saling berusaha memperoleh rasa nikmat dari upaya saling lilit lidah dan mengemoti bibir masing-masing.
Semua berlangsung cepat dan nikmat, dengan gaya Merry yang lebih menuntut, lebih ekspressif dan lebih aktif ketimbang sebelumnya. Sampai akhirnya akulah yang lebih dulu melepas ciuman panas kami saat itu.
“Sayang.... ?” kataku lembut dan memandang matanya. Benar-benar aku mau menatap wajahnya seutuhnya, menikmati kebersamaan dan pancaran cintanya melalui kedua bola matanya.
Otomatis, kami saling menatap selama beberapa saat. Komunikasi tanpa kata-kata akhirnya memberi jawaban dan keputusan yang sama dalam hati kami. Jelas terlihat gairah dan sinar yang menyiratkan keinginan untuk diintimi, guna dibelai, dimesrai, disayangi. Bukan, bukan sekedar pelukan dan ciuman, sebab bara dimatanya menuntut penyaluran hasrat, nafsu dan rasa yang sudah berpadu dan sedang meminta untuk dapat segera dipenuhi.
Aku takjub dengan pemandangan yang demikian erotis dan melihat bagaimana dia kini tidak malu-malu untuk mengekspressikan keinginan dan kemauannya kepadaku. Setelah sekian lama kami sama-sama menahan diri dan memastikan apakah memang kami cocok dan klop untuk tiba pada tahapan seperti sekarang ini. Saat ternyata frekwesi rasa, nafsu dan kebutuhan kami sama, dan mampu kami konfirmasikan sebelumnya, lalu hampir berbarengan, wajah kami sama-sama maju dan kembali saling berciuman. Kali ini, sebagaimana tadi, kami lakukan dengan mesra dan juga tentunya hangat.
Tidak lagi dibutuhkan warming up, karenanya kami langsung saling menghisap bibir, lalu tidak tunggu lama seperti sebelumnya, sama-sama memulai, aku dan Merry saling menghisap lidah. Sontak ciuman itupun semakin bertambah panas dan bergairah. Saling kait dan mendorong lidah, dan kemudian saling menghisap dan menyedot lidah.
Ciuman kali ini lebih lepas dan jelas menjadi lebih kreatif. Selain karena situasi dan suasana yang kini sangat mendukung, juga karena ruangan yang berbeda dengan ketika kami melakukannya di dalam mobilku tadi. Karena itulah makanya ciuman dan hisapan kami berlanjut terus, tanpa harus merasa dikejar-kejar atau rasa takut dipergoki orang. Sementara itu, kini tanganku sudah mulai beralih dari betisnya, kemudian merayap ke pahanya dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir.
Mata Merry sudah mulai kembali terpejam. Entah bagaimana Merry pun semakin memejamkan matanya dan semakin melayang perasaannya, dan aku menikmati kelembutan yang memancing gairah ini. Aku melakukan dengan kesadaran yang penuh dan Merry menyambutnya dengan kepasrahan, seakan dia melakukannya dalam ikatan resmi.
Kembali aku melepas bibirku dari bibirnya. Namun kali ini, dengan lembut namun tegas, aku mendorong tubuhnya kearah ranjangnya sambil satu tanganku masih terus membelai pahanya meski masih terhalang stocking hitamnya. Selanjutnya aku membuat kedua tangannya yang menahannya untuk tetap pada posisi dia terduduk. Pada posisinya ini, akuoun kemudian berlutut dan perlahan-lahan terus melepas stockingnya. Dan ini untuk yang kedua kalinya kulepas pada hari yang sama dengan maksud yang sama.
Akan tetapi sebagaimana juga tadi kulakukan di mobil, bersama dengan stocking hitamnya itu akupun langsung saja sekaligus juga melepas CD putihnya. Juga, itu kulakukan untuk kedua kalinya. Dan semua itu kulakukan tanpa perlawanan, bahkan Merry membantuku untuk melepaskan semuanya dengan mengangkat sedikit tubuhnya dan membuatku mampu meloloskannya dari tubuhnya. Kini, dia kembali telanjang bagian bawah tubuhnya.
Dia terlihat tidak kuasa melawan hasrat dan nikmat sehingga Merry pun terbaring pasrah menikmati belaianku di paha bagian dalamnya sembari kulepas stocking dan CD putihnyaBahkan, semakin panas karena kemudian bibirku datang dan menggantikan belaian lenganku, dan menyusuri belahan dalam pahanya. Jilatan yang kulakukan secara perlahan sukses menyentak nafsunya. Dengan cepat dia mulai mengeluh dan merintih sebagaimana di mobil tadi.
“Ouuuuchhhh, ngggggggg, sssshhhhhhh, yaaaaaaanggggg...... “
Bahkan, tanpa rasa jijik sekalipun aku menyusuri belahan pahanya, menjilati dan sesekali memberi tekanan melalui gelembung pipiku. Tak ada rasa enggan dan jijik meski barusan berapa jam lalu belahan yang dijaganya dengan amat rapih itu, kumasuki dan kubobol dengan kontolku. Bahkan, ketika akhirnya bibirkupun semakin mendekati belahan memeknya, justru Merry yang menahan kepalaku untuk berhenti sejenak.
“Yang, kamu, kamu mau bikin apa lagi.... “? desisnya antara mau dan pengen, tetapi aku paham apa maksud dia menahanku.
“Yang, nikmati saja dulu ya..... “ desisku dengan suara serak, karena akupun sudah sangat terangsang memang.
“Tapi, kan tadi, kan tadi...... nggggggg..... “ tetapi dia tak mampu melanjutkan apa yang mau dikatakannya.
Merry terdiam. Dan tersengal tak mampu menahan karena sergapanku atas belahan memeknya membuat semua percakapan kami tadi terputus. Kembali dan sekali lagi kuulangi memesrai organ vitalnya, dengan tak ada rasa jijik dan rasa enggan sekalipun. Aku tahu dia mengira aku jijik karena baru dua jam lalu kami bercinta dan aku ikut membersihkan memeknya yang baru tadi kumasuki dengan kontolku. Percintaan yang dahsyat meskipun berlangsung tidak terlalu lama di parkiran Holywood KC.
Sejujurnya, akupun baru pertama kalinya melakukan persetubuhan di dalam mobil. Meski sesekali pernah nonton film biru mengenai percintaan dan ataupun persetubuhan dalam mobil, akan tetapi belum pernah melintas dalam fantasyku untuk melakukannya dalam mobil. Apalagi melakukannya dengan Merry, saat rasa, emosi dan cintaku melimpah kepadanya. Adalah suasana dan situasi yang menuntunku dan menggiringku untuk melakukannya.
Ternyata ? fantastis.
Ternyata, meskipun sudah melalui persetubuhan dahsyat itu, aku dan juga Merry masih belum merasa tuntas. Dan kini, kami sudah kembali memacu hasrat dan nafsu untuk kembali berenang di laut kenikmatan. Bahkan sekarang ini, kembali aku tidak perduli dengan rengekan untuk tidak memesrai memeknya, dia takut aku merasa jijik. Justru aku memotong kalimatnya dengan menyergah belahan yang amat menggemaskan itu. Dan diapun hanya bisa mendesah dan mengeluh dengan kenikmatan tak tertahan.
“Ouuuuuucghhhhhhhhh............ ssssshhhhhhhhhh....... “ lenguhan dan jeritannya kini semakin kuat dan terasa lebih lepas.
Perlahan kutelusuri belahan vagina yang sudah basah kuyup dengan bibirku dan bergantian dengan lidahku, sontak Merry menggeram dan mengeluh nikmat. Aku paham, kenikmatannya pasti tak tertahankan, kakinya sampai menggeliat dan ingin bergerak liar jika tak kutahan dengan kedua lenganku. Tetapi tubuhnya yang tergolek menahan kenikmatan, bergerak-gerak melepaskan deraan nikmat yang menjalari seluruh raganya.
“Yang, kamu curang, aarrrchhhhh, nggggg, accch, terus yang.... “ desisan dan rintihannya berkali-kali dan berulang-ulang. Terutama karena kedua kakinya dengan sengaja kukunci sehingga tidak banyak bergerak lebih liar, dan tentu saja disalurkannya melalui lenguhan dan rintihan penuh nikmat. Maklum saja karena kutahu kika geliatan dan juga gerakan-gerakan erotis tubuhnya itu seiring dengan kemotan dan hisapan yang kulakukan di memeknya.
Terus dan terus Merry mengeliat, meracau dan entah apalagi pada saat aku terus mencumbu dan memesrai vaginanya. Sekeliling vaginyanya kubersihkan, akan tetapi cairan kenikmatannya tak henti membasahi belahannya, dan lidahku tidak henti bergerak memesrainya. Menusuk, mengulik-ulik vaginanya, setengah menelan belahan itu dan membuat Merry bergerak semakin liar. Mulutnya makin meracau tidak keruan, sampai dia merintih,
“Yang, aku, aku pengen.... gantian yang..... “ desisnya yang ingin kulepaskan kuncian di kedua belah kakinya.
“Gak bisa yang, kali ini aku ingin engkau menimatinya saja..... “ desahku penuh kenikmatan dan membiarkannya menikmati dan belum berksempatan untuk bisa berbalik mencumbuku. Kendati, aku tahu kalau diapun sangat ingin mengulum kontolku saat ini. Akan tetapi aku masih sangat ingin dan masih bersemangat untuk membuat dan mendengarnya mendesah, melenguh dan malah menjerit menahan dan merasakan kenikmatan. Kunikmati goyangan erotisnya, geliatan kenikmatannya dan desah merangsang telinga karena kenikmatan menderanya. Ini sungguh membawa rasa puas tak tertahan,
Tanpa kusadari, desahan dan lenguhannya semakin sering dan semakin keras. Kini barulah kusadar dan yakin bahwa ternyata Merry agak “ribut” jika sedang bercinta. Terutama jika memang dia dibawa ke situasi seperti sekarang ini, yakni terbangkitkan sisi liarnya karena gairah dan kenikmatan yang mendera dan tidak bisa ditahannya lagi. Belakangan baru dia memberitahuku, jika bercinta dengan dahsyat, dengan rasa, cinta dan gairah maka dia akan menjadi sedikit histeris. Aku senang mengetahuinya.
Justru karena itulah maka dengan semakin bersemangat maka semua kulakukan dengan lebih intens lagi. Dengan sangat bersemangat, karena merasa bahwa apa yang kulakukan, membuatnya menikmati sensasi yang luar biasa dari apa arti dari tindakan bercinta. Sambil tetap mengunci kedua belah pahanya dengan sudah menempatkannya di leherku, dan terus menahan dengan kedua belah lenganku, kulanjutkan aktivitasku di memeknya, pahanya dan kuaktifkan lidahku lebih kreatif lagi. Cara ini membuatnya sulit berbalik mencumbuku.
Setelah beberapa menit memberinya kenikmatan tak tertahan, tak kusangka dia malah kembali mengalami orgasme. Padahal sudah mengalaminya sewaktu di parkiran Holywood KC beberapa waktu lalu, dua atau tiga jam lalu. Akan tetapi gelagatnya, karena aku mengunci kedua belah pahanya, dia terbatas bergerak, terus menggeliat dan terus melenguh bahkanpun kini malah setengah berteriak saat melepas nafsunya. Sedangkan keduatan di vaginanya bisa kurasakan meningkat dalam getaran yang terasa di bibir dan lidahku.
“Yang, aku mau, aku sampai. Oucccchhhhhhhhh....... “ lenguhan dan jeritannya saat melepaskan hempasan kenikmatan dalam gelombang orgasme sungguh luar biasa. Butuh beberapa saat lamanya aku terdiam dan memberikan Merry kesempatan menikmati betapa nikmat dia menggapai sorganya.
Dan.........
Kedua belah tangannya menggenggam erat kasur, sedangkan kedua kakinya menggeletar hebat. Kedutan menghebat di vaginanya dan menggetar hingga pada akhirnya, tak tertahankan diapun melepaskan kenikmatan dahsyat yang terus menderanya dan kudorong hingga gelombang besar itu digapainya. Tidak sampai lebih dari lima belas menit aku mencumbu dan menguncinya sekaligus mengoral dan memberinya kenikmatan yang tak terbayangkan.
Kubiarkan dia menggapai bulan, dan kuberi waktu dia bercengkerama dengan indah sinar rembulan. Meskipun benar nafasnya memburu, akan tetapi tentu saja dia tadi mengalami sesuatu yang sangat menggetarkan dan membawanya untuk meraih keindahan dan juga kenikmatan yang susah dibeli. Dan setelah beberapa detik dan menit belalu, mulai turun dan terus sampai mulai terasa dan terdengar dia bernafas normal kembali. Bahkan kaki dan juga tubuhnya melemas sampai dia kemudian berbisik,
(Bersambung)