Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Siapa profil perempuan yang anda favoritkan dalam cerita ini hingga Chapter 16 terakhir?

  • 1. Merry

    Votes: 33 19,5%
  • 2. Mirna

    Votes: 66 39,1%
  • 3. Rachma

    Votes: 55 32,5%
  • 4. Winda

    Votes: 15 8,9%

  • Total voters
    169
Para penggemar kisah panas, untuk pertama kalinya saya memberanikan diri untuk membagikan kisah dengan genre ini di forum ini. Meskipun sudah cukup lama juga menjadi pembaca setia forum ini, akan tetapi baru sekarang mencoba menjajal kemampuan menulis dengan genre erotis dan bahkan hot. Karena itu, mohon maaf jika terdapat banyak kekurangan dalam kisah pertama yang saya sajikan ini.

Cerita ini, sudah TAMAT pada BAGIAN I, dan masih akan dilanjutkan dengan editing finalnya sebelum disajikan ke forum ini untuk dinikmati para pembaca. Sejujurnya, kisah ini sekitar 30% nyata dan sisanya adalah rekaan. Meskipun, dari beragam pengalaman bercakap, berkisah dengan sesama pekerja di bilangan segi tiga emas, atau bahkan di rana pekerjaan manapun, godaan dan kenikmatan bekerja dengan teman berbeda jenis kelamin menghadirkan sensasi, getar membahana, memicu adrenalin dan beragam kesan yang bisa saja berbeda. Akan tetapi, kisah ini saya pastikan dialami banyak dari kita yang gemar membaca genre kisah panas, sebab memang dibuat dan diciptakan untuk maksud itu.

Sekilas maka tokoh-tokoh utama pada bagian I ini adalah,

1. JACKY, seorang profesional muda berusia 32-33 tahun dan menjadi tokoh utama disini.
2. MERRY, seorang pekerja perempuan berusia 20-21 tahun, supel, menarik, smart dan berdedikasi dalam kerja
3. MIRNA, boleh dibilang waki JACKY dan juga istri sahabat dekatnya berusia 34-35 tahun, cantik menarik dan bersahabat.
4. RACHMA, staf JACKY, akan berperan lebih pada kisah lanjutan
5. WINDA, Staf JACKY, akan lebih berperan pada lanjutannya.

Selain itu, ada tokoh-tokoh lain yang akan muncul namun pusat cerita ada di 3 tokoh teratas.

Baiklah, mari kita menengok potret kehidupan para pekerja, para profesional muda di pusaran super sibuk perkantoran Jakarta. Jangan kaget jika ada kemiripan dengan pengalaman kalian. Anyway, let's start the story,


KISAH INDAH (KLASIK) PROFESIONAL MUDA

Author
Reinal.Writer

Pembuka Kisah,

Di belantara perkantoran awal tahun 2000an, bekerja di daerah segi tiga emas adalah GENGSI. Dan sangat beruntung, karena akupun memiliki kesempatan untuk berkarya secara professional di daerah ini. Bahkan pada usia yang ke 32 posisi dan jabatan profesionalku sudah terhitung tinggi. Sudah menjadi Direktur Program dan Media, dan membawahi beberapa staf.

Kisah-kisah ini sesungguhnya adalah tumpukan kisah standar, diakui atau tidak, dan bahkan banyak sekali dialami dan diarungi oleh mereka yang dulu pernah, sedang dan bahkan yang kelak akan bergelut disana. Berkutat dengan tumpukan kerja, stress yang dikelolah, mengejar target dan tentu juga mengejar karir dan uang. Jangan bilang tidak jika kehidupan pribadi pastilah banyak terlibat secara amat dalam disana.

Karena kisah kasih, isak tangis, kegagalan dan kesuksesan terbentang banyak disana. Dan, jatuh cinta, pacaran, menikah, juga pastilah diiringi dengan selingan yang disebut selingkuh, juga banyak terjadi disana. Bahkan, tidak jarang ataupun malah sering, dengan kawan sekantor.

Kisah ini adalah pergulatan kehidupan personal beberapa tokoh, yang sebagian besarnya, lebih 50% dan kurang dari 75% merupakan kisah nyata dan bahkan tokoh nyata, dengan perubahan nama belaka. Dan akan diceritakan dengan berpusat pada beberapa tokoh. AKU, Jacky berusia 32 tahun, dengan nama disamarkan. Untuk lebih menarik, ditambahkan dengan kisah dari sudut pandang tokoh lain. Misal Merry, Mirna, Rachma, Ratna, Winda, dan sejumlah nama lain.

Tokoh AKU dengan nama Jacky, atau nama panggilan Jack. Memang, juga pas karena actor kesukaanku adalah Jacky Chan. Tak ada film action yang peran utama adalah Jacky Chan yang kulewatkan. Usiaku memang sekitar 32 tahun, menjelang 33 tahun, memiliki seorang istri dan 2 orang anak. Praktis seorang eksekutif muda yang cukup sukses dengan istri cantik berusia 30 tahun dan sudah berumah tangga kurang lebih 8 tahun.

Sesungguhnya, adalah Mirna yang menawarkan pekerjaan untuk bergabung di kantornya. Mirna sendiri adalah istri sahabat dekatku, berusia mungkin saja sama atau jika lebih dari usiaku paling hanya satu atau dua tahun saja. Sahabat dekat semasa study Magister di UI yang juga suaminya, yang merekomendasi namaku setelah melihat prestasi studyku dan kerja kerasku. Sebelumnya, aku memang bekerja di sebuah NGO Internasional.

Mari kita memasuki sajian pengalaman dan dinamika hidup para professional di Jakarta khususnya daerah Sudirman dengan kesibukan, dengan professionalism dan dinamika hidup personalnya. Dan kisah ini berlatar awal tahun 2000an, saat itu dan juga sekarang, perkantoran daerah jalan Jendral Sudirman memang jadi impian orang berkarya disana.

Chapter 1
POV JACKY,


Bukannya ketika bekerja di kantor yang sama dan menjadi staf media relation. Tetapi, justru setelah dia pindah tempat kerja baru (kantor), barulah affair kami ini dimulai. Dia Mery, mungkin saja tidaklah nampak amat cantik bagi banyak orang, akan tetapi bagiku sebaliknya. Wajar sebenarnya ya, karena kecantikan itu juga bisa sangat subjektif. Melibatkan persepsi dan rasa subjektif.

Tubuhnyapun tidaklah tinggi-tinggi amat, bukan type model, bertubuh tinggi dan ber high heel. Paling banyak 155 cm dengan berat paling banyak 45 atau 46 kg, dan ini kupastikan. Dan begitu juga dengan buah dadanya tidaklah besar-besar amat. Dia ini memang agak mungil. Tetapi, bagiku sudah cukup memadai dan juga cukup seksi dan memiliki seks appeal yang menantang. Ini yang paling unik sebenarnya. Sex appeal, tidak mesti dalam tubuh sempurna.

Jika dibandingkan dengan staf perempuan di bagianku, ada Mirna, Rachma dan Winda, maka secara objektif Merry kalah dari segi tinggi badan jika dibanding dengan Mirna. Atau dia kalah alim dengan Rachma yang berjilbab, tentu dia juga kalah besar buah dadanya dibandingkan dengan Winda dan Mirna.

Mereka berempat, ditambah dengan Mas Joko menjadi staf media di bawah koordinasiku. Sementara dukungan admin, ada orang lain yang seorang perempuan sudah berusia 50an dan seorang laki-laki. Kadang, Ratna juga ada dan hadir bersama kami dari administrasi umum jika pekerjaan sedang sangat padat dan lembur.

Tapi, mereka berempat ini, terkenal sangat dekat hubungannya. Baik pekerjaan maupun urusan keseharian mereka. Tapi, kutahu Merry paling akrab dan erat dengan Mirna. Sementara Winda, teman curhatnya adalah Rachma. Dasarnya, mereka berempat memiliki hubungan yang cukup baik. Hal itu kuketahui amat jelas karena membuat pekerjaanku banyak terbantu.

Mirna sendiri hanya terpisah 1 atau 3 tahun denganku, meski aku belum yakin apakah usianya diatasku atau aku diatas usianya. Yang pasti, suaminya berusia 3 tahun diatasku dan masih sahabat baikku selama study S2. Suaminya itu sama denganku, bekerja sambil kuliah. Sebagai pekerja, suaminya sangat ulet.

Haruslah dikatakan, jika Mirna sesungguhnya amatlah menarik, terutama karena body nya memang lebih matang dan berisi. Maklum, sudah pernah melahirkan. Akan tetapi, diusianya saat ini, dia terlihat sangat menarik dan seksi. Tapi karena dia istri sahabatku, kami jadi bersahabat cukup dekat. Meski di kantor tidak kami tunjukkan kedekatan itu. Hal yang menjadi kesepakatan kami.

Merry sendiri, baru belakangan kutahu merupakan sahabat paling dekat dan juga teman curhat specialnya Mirna. Di kantorku Mirna memang menjadi wakilku dan dia mengurus banyak hal yang bersifat administratif, namun dia bukan sebagai sekretaris. Karena di kantorku tidak ada jabatan sekretaris.

Yang menarik dari Merry adalah betis dan juga pahanya yang sangat indah, dan membuatnya memperoleh nilai tinggi dariku dalam urusan sex appeal. Paduan betis, paha dan buah dada yang serasi memang menjadi preferensiku. Meskipun wajahnya tidak berlebihan, bukan wajah selevel artis. Tetapi menonjolkan apa yang disebut kesederhanaan namun juga kemauan yang keras dalam bekerja.

Selain itu, yang sangat menentukan dan menonjol dalam bekerja adalah tentu saja gaya bergaul Merry yang memang supel. Sifat positifnya dalam bergaul ini yang membuatnya menjadi andalanku dalam pertemuan-pertemuan dengan para relasi, klien dan kaum journalis.

Karena memang tatap mata dan sekaligus gaya bicaranya, membuatnya sangat bernilai dalam membangun komunikasi. Menarik, berkelas isi bicaranya dan juga menantang dimataku secara pribadi. Meskipun benar tidaklah begitu cantik tetapi justru menjadi idola dan fantasi seksualku. Itulah Merry. Gadis yang saat bekerja dibawahku, justru tak pernah memiliki hubungan dekat denganku, kecuali akrab sebagai sesama rekan sekerja.

Setelah lulus dari sebuah akademi komunikasi publik, Merry melamar di kantor dan ditempatkan di divisiku hingga bekerja selama dua tahun lebih bersamaku. Tepatnya di dalam team media yang kupimpin. Sayangnya karena kebutuhan lainnya, dia memilih resign dan pindah bekerja di daerah selatan. Jikalau tak keliru di daerah pertumbuhan, seputar Simatupang dan banyak memegang klien dari perusahaan perminyakan. Kalau tidak salah dengar, ini karena pengaruh pacarnya. Sekali lagi, jika tak salah.

Akan tetapi, sebagaimana dengan wanita-wanita lainnya yang menarik, aku lebih cenderung memendam rasa sukaku kepadanya. Sebagaimana juga rasa sukaku pada Mirna, perempuan pekerja berusia 30 tahun lebih dan sudah memiliki dua orang anak. Meski rasa itu, jelas saja kupendam. Ataupun Rachma, gadis sunda berjilbab dan berusia 26 tahun yang selalu alim didepan orang, tetapi cukup cerewet dalam team kami.

Apalagi dibandingkan dengan Winda, gadis yang terhitung sering menonjolkan buah dadanya yang sekal. Sehingga meski berjilbab, tetapi berbeda dengan Rachma, seringkali buah dada montok miliknya, ngintip dari balik kemejanya. Winda beda dengan Mirna yang sudah menikah, tetapi pakaiannya lebih sopan dan lebih matang. Meskipun, Mirna sendiri tidak berkurang daya tariknya jikalau dibandingkan dengan winda.

Meski sesungguhnya modalku lebih dari cukup, akan tetapi sikap dan prilakuku memang suka menjaga wibawa dihadapan rekan kantor. Dan ini membuatku tidak terlampau diakrabi banyak rekan wanita. Meskipun dalam bekerja, kami kompak sebagai satu team. Di kantorku, tidak ada rekan perempuan dan staf perempuanku yang akrab dan bebas bercakap denganku. Paling melebihi yang lain, ya adalah Merry ini. Meski, juga tidak terlampau dekat.

Karena gaya bergaulnya, dia yang paling berani berkelakar denganku. Tentunya juga Mirna, akan tetapi dilakukannya saat kami bercakap berdua saja. Merry, beda dengan Mirna. Bahkan saat rapat sekalipun, dia tak segan menyapaku dalam nada akrab dan berkelakar saat karaokean bareng misalnya, meskipun tak meninggalkan rasa hormatnya.

Sekali lagi, dengan Mery ini memang agak berbeda. Mungkin karena kami ini berasal dari etnis yang sama, maka anak itu seringkali berakrab ria denganku. Hanya saja, keakrabannya nampak wajar dan tidaklah dengan maksud tertentu. Meskipun dia kutahu, juga mengagumi gaya leadershipku, amat terutama dalam mengksekusi hal dan kesepakatan besar dengan klien.

Untuk urusan satu ini, adalah Merry, Mirna, Winda atau Rachma yang memang seringkali menemaniku untuk urusan dengan klien. Meski Rachma adalah yang paling jarang, karena sifatnya agak pendiam, dia baru menemaniku jika sangat terpaksa. Biasanya adalah Merry dan juga Winda yang berpakaian agak sensual, Merry dengan tampilan rok pendeknya namun sekalian mengenakan stocking. Atau dengan Winda yang sering berjilbab akan tetapi tetap saja sexy, terlebih gunung kembarnya suka terekspose dan menantang, serta sesekali melongok melalui sela kemejanya.

Mereka berdua ini pastilah tampil dan muncul dengan dandanan yang atraktif, sexy dan menonjolkan keindahan tubuh mereka saat melakukan percakapan atau negosiasi proyek. Ini tidak kuwajibkan sesungguhnya, akan tetapi sudah menjadi standar, dan biasanya yang megatur ini adalah Mirna. Karena dialah yang paling lama bekerja di kantor kami ini.

Di atas semua staff perempuan divisiku, maka terutama skill dari Merry, yakni kemampuan dan skill personalnya yang memang menonjol dalam urusan seperti itu. Karena itu dia mengenalku lebih. Dan lebih sering menemaniku untuk banyak urusan dengan klien, tentu saja bersama Mirna atau Winda. Begitu juga jikalau Winda yang tampil, maka biasanya ditemani antara Mirna atau Rachma yang bertugas dalam pencatatan dan aspek yang lebih detail.

Aku bisa melihat dari rona wajah Merry dan juga sinar matanya yang wajar dan menghormatiku sebagai atasan di kantor. Usianya sendiri sudah sekitar 20 atau 21 tahunan, lulusan D3 dari sebuah intitute komunikasi, berbeda jauh dengan usiaku yang masuk ke 33 dan menjadi salah satu senior di tempat kerjaku. Dan, bekal master degree, serta bakalan menyelesaikan doctoral degree, membuatku jadi amat diandalkan bos besar kami.

Sekali lagi selama dua tahun di kantorku, Merry ini memegang tugasnya sebagai media relation. Dan dalam tugasnya, memang banyak membutuhkan keluwesan dan gaya komunikasi yang baik. Dia mampu membangun semua itu dengan apik dan bahkan menurutku sangat sukses. Relasi media dan journalisnya luas dan banyak, karena kemampuannya membangun komunikasi itu. Kombinasinya saat itu dengan Winda dan dukungan Mirna dan Rachma, membuat team kami cukup handal dan bisa diandalkan. Apalagi, karena Winda dan Rachma memang juga berkecimpung banyak dengan dunia journalism sebelumnya.

Sayangnya dia kemudian mengajukan pengunduran dirinya. Alasannya, karena dia kurang cocok dengan bos besar kami. Memang, bos besar kami seringkali menuntut bekerja di luar jam kerja normal, beda denganku yang sering memberi mereka kebebasan dan juga haruslah enjoy. Tetapi, menurut Mirna, lebih karena ajakan pacarnya. Entahlah mana yang benar. Akupun tak tahu.

Hanya, aku lebih mempercayai penjelasan Mirna. Bukan apa-apa. Merry dan Mirna memang sahabat dekat. Meski berbeda jauh usia mereka, akan tetapi mereka lebih dekat satu dengan yang lain, dan setahuku mereka memang teman curhat satu dengan yang lain. Sehingga, info akurat mengenai Merry, senantisa aku mengandalkan Mirna. Begitu sebaliknya.

Mirna jugalah yang kutugaskan untuk melakukan penilaian guna rekruitmen baru menggantikan posisi Merry. Kebetulan, persetujuan untuk melakukan rekruitmen tenaga pengganti Merry sudah turun. Mirna khusus kuminta untuk mencari staff baru pengganti dengan kualifikasi tehnis setara Merry. Meski, aku cukup paham dan sadar jika ini bukan pekerjaan mudah. Mencari kemampuan berkomunikasi yang baik, gaya luwes dalam bersahabat, memiliki kecakapan emosional dalam percakapan dan juga cerdas, bukan hal mudah.

“Ini syarat yang sulit Pak Jacky.... “ desis Mirna. Dan itu aku tahu.

Sudah seputar dua bulanan dia pindah kerja, dan selama dua bulan terakhir ini kami jadi jarang berkomunikasi. Paling sekali ataupun dua kali melalui sms saling bertanya kabar, atau melalui FB. Dan awalnya adalah sekedar iseng belaka, saat mengucapkan ucapan selamat ulang tahun melalui sms ke handphone Merry. Dan tanpa maksud apa-apa saat itu,

”Gak di traktir makan siang niy pas ulang tahunnya..... ”? candaku.

Setelah itu, aku lupa dan baru sadar jelang pulang kantor ketika membuka hp nokia milikku. Ini disebabkan padatnya pekerjaanku, selain juga menyiapkan pemeriksaan daftar pustaka disertasiku. Saat itu, aku akan memasuki tahapan promosi terbuka di UI untuk doktoral Ilmu Politik. Jadi, maklum jika aku sangat sibuk menata waktuku.

”Weeeeeeeehhh si bapak. Kemana aja? kan kemaren temen2 sekantor (kantor aku maksudnya) sudah ditraktir.... ” balasnya di sms.

”Wuaduh, ketinggalan dong aku ”? masih dalam canda. Sungguh, aku melewati acara mereka karena kesibukanku.

”Yeee, salah bapak dong.... ”

”Kalo gitu, aku ditraktir khusus aja dech... ” candaku ringan, masih tanpa maksud yang lain, murni bercanda. Karena, dia sendiri memang suka bercanda dengan aku semasa kami sama-sama.

”Ehm nanti ada yg marah lho.... ” selorohnya ringan

”Tanggung gak ada yg marah dech.... ”

”Yakin.... ?” cecarnya

”Yakin, harus dibuat supaya tidak ada yang marah dong... ” aku mulai cheating dech, batinku. Jarang aku seperti ini, meski tak kurencanakan.

”Yeeeeee, si bapak ”

”Yaaaaaa sudah dech, kalo gak mau.... ” aku pura-pura merajuk

”Keenakan si bapak dong kalo gt. Kalo pacarku tahu ? hayo..... ”

”Emangnya aku mau ngomong2 sama siapa kalo lunch sama kamu... ”? kejarku

”Gak siy. Btw, liat nanti dech... ” ech dia jadi serius, padahal tak kurancang untuk serius soal lunch ini. Sekedar mengganggunya saja.

Percakapan soal lunch kemudian terhenti. Dan smsan kamipun terhenti. Maklum jam kantor sudah berakhir, dan akupun bersiap untuk pulang, kulihat waktu telah menunjukkan pukul 18.00. Macet siy, tetapi mau tidak mau harus diterobos, ini karena ada urusan persiapan disertasiku di rumah.

Tetapi, begitu duduk di belakang kemudi mobilku (aku malas menggunakan sopir waktu itu), tiba-tiba saja hp Nokia berbunyi lagi. Bukan nada panggil, tetapi tanda ada sms yang masuk.

”Bapak sudah pulang ya.... “? tanya Merry

”Iya, barusan naik mobil niy.... ” balasku

”Enak dong ya, waktu Mery disana kayaknya gak ada dech luangnya. Pulangnya selalu paling cepet jam 18.30an.... ”

”Kalo masih disini, pasti kubuat kamu banyak luangnya Mer Hahaha... ” lagi ini candaku saja.

”yang bener? tersanjung dech aku.... ”

”Bener dong, masak gak bener siy.... ”

”Yess, kalo memang luang, biar Mery traktir dech lunch besok. Tapi di Citos ya supaya deket kantor Mery.... ”

”Wuaduh? jauh banget Mer... ?” kaget juga aku, tiba-tiba Merry jadi serius dan kini akan traktir aku.

”Kalo gak bisa, ya sudah..... ” kali ini dia yg merajuk.

Gimana ya ? bingung aku. Tapi, kemudian,

”Ehm ya sudah dech, iya aja. Tapi gimana kalo agak sorean, jam 4 or 5 gitu... ”? aku jadi ingat ada tugas ke kampus besok, jadi dekat dari kampus. Lumayan, tak terlampau jauh.

“Itu namanya dinner pak…… bukan lunch. Huh si bapak.... ”

“Iya dech, dinner aja. Kalo gak keberatan siy, jam 3 kan aku selesai di UI Mer, nyiapin promosi terbuka tuch.... ”

”Jadinya mau lunch or dinner.... ?” kejarnya

”Dinner aja biar lebih banyak waktu Mer.... ”

”Gak janji dech pak..... ”

”Lho... ?”

”Iya, nanti repot kalo dinner..... ”

”Ya sudah, jam 4an aja dech.... ” lumayan juga, waktunya hanya satu jam dari Depok, tapi aku yakin terkejar.

”Ngabur dari kantor dong Mery jadinya ”

”Bilang sakit aja gt, hahahaha.... ”

”Yessssss, see u besok pak.... ”

Percakapan ataupun sms kami berhenti lagi. Karena itulah aku kemudian segera melaju pulang. Akan tetapi setengah jam kemudian ada pesan di hp, isinya:

”Jangan lupa besok jam 4 sore, dan ingat gak boleh ada yang tahu lho ya. Kalo ketahuan tanggung masing-masing..... hahahaha”.

Akupun segera tertawa kecil, sebenarnya sejak awal benar-benar tidaklah ada maksud apa-apa dengan omongan dan ajakanku. Iseng saja tetapi mengapa jadi serius begini ya?

”Hmmmmm.... ” desisku.

===============
Ini edisi update yg membakar fantasi. Luar biasa.....
 
KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Author
Reinal.Writer

Chapter 8
POV MERRY

Gila, bahkan dengan kekasihkupun pada kesempatan pertama dan kedua ketika melakukan hubungan seks, aku tidaklah seheboh barusan. Ataupun tidak se hot tadi. Malahan juga tidak seantusias tadi. Padahal, tadi itu justru kulakukan tidak dengan kekasihku akan tetapi kulakukan dengan pak Jacky, yang adalah suami orang. Meski kami sudah sama-sama mengutarakan perasaan kami. Dan kami sama-sama sadar untuk melakukannya dengan rasa, dan bukan hanya dengan nafsu dan birahi belaka.

“Sudah gilakah aku ini..... ?” tanyaku sedikit bingung, meski anehnya aku tidak merasa bersalah dan bahkan menikmatinya.

Meski bertanya secara retoris seperti di atas, sesungguhnya aku merasa sangat heran dengan percumbuanku yang barusan itu. Sedemikian hot dan sedemikian antusiasnya aku bersetubuh dengannya. Sedemikian terlibatnya emosiku hingga apa yang kulakukan barusan, kulakukan dengan kesadaran penuh. Bahkan aku menikmati dan memperlakukan persetubuhan hot tadi, sebagai sesuatu yang tak boleh kulupakan nantinya.

Karena itulah, sama sekali aku tidaklah merasa berat dan tidak merasa sudah melakukan sebuah kesalahan. Karena memang tidak ada sama sekali sejumput penyesalan yang kurasakan karena persetubuhan tadi, bahkan juga tidak ada ketakutan meskipun spermanya memenuhi rahimku. Semuanya kujalani serta kulakukan dalam kesadaran dan dalam rasaku yang menggunung kepadanya. Karena buatku, dia layak memasukiku, menjadi bagian tubuhku, hidupku dan juga perasaan dan emosiku.

Karena memang terus terang saja aku sangatlah bahagia, sangat gembira, dan bahkan perasaanku terasa begitu lepas, lega. Dan meski tubuhku lemas, akan tetapi aku sangatlah bahagia. Benarkah ini kulakukan dengan cinta ? entahlah, tak mampu kujawab. Tapi benarkah ini kulakukan sepenuh hati dan bukanlah sekedar nafsu ? untuk pertanyaan seperti ini, jelas aku bisa menjawab. Dan jawabannya adalah YA.

Dengan penuh keyakinan.

Aku malah merasa, seakan semua fantasiku selama beberapa tahun belakangan tersalurkan dalam adegan luar biasa yang baru saja kami lakukan dan membuat aku merasa sangat lemas diujungnya. Gilanya, kami melakukan dalam mobil, di ruangan sempit dan juga dengan luapan emosi, rasa dan gairah yang meletup letup. Masih kurasakan sodokan bertenaga dan kerasnya batang pak Jacky ketika menyodok dan membongkar vaginaku. Juga ketika pada akhirnya benda itu memasukiku dan meninggalkan jejak sperma disana.

Masih kuingat betapa aku merintih, melenguh dan mendesah keenakan sampai merasa mencapai surga. Kuingat saat merasakan serta meresapi kenikmatan tak tertahan itu. Bahkan klimaksnya, aku sampai nyaris berteriak untuk bisa melepas gejolak emosi dan juga rasaku yang bergelombang dan bergelora. Dan yang sangat kusuka adalah, pak Jacky menyaksikannya dengan tatapan penuh kasih, meski gairah dan juga birahinya sudah tersalurkan.

Dia kurasakan memang bukan sekedar menyalurkan hasrat birahinya, akan tapi juga menyalurkan rasanya. Terpenting dan yang kusukai dan membuatku sama sekali tidak menyesal disetubuhinya adalah, karena dia menghargaiku, malahan dia memperlakukan aku tidak sekedar tubuh pelampiasan. Tetapi, menggiring dan sabar untuk menempuh puncak bersama. Bahkan menungguku untuk bisa sama-sama menikmati puncak kenikmatan sepasang manusia yang memadu kasih, rasa, emosi dan nafsu.

Aku merasa menjadi PEREMPUAN di saat bersetubuh hingga aku merasa amat bahagia ketika harus melenguh karena gelombang kenikmatan yang tak mampu kutahan. Aku menjerit pada saat puncak kenikmatan kugapai sambil menerima kucuran spermanya.

Rela dan total.

“Yang, kamu menyesal..... ?“ bisinya lembut disaat aku termenung beberapa saat menikmati arus dahsyat yang mereda.

Aku menatap lurus matanya, dan kemudian berkata,

“Apakah aku terlihat menyesal yang..... “? bisikku dengan pandangan sayu dan sedikit merasa lemas. Maklum, getaran, gerakan, lenguhan dan jeritan penuh nikmat, juga butuh tenaga soalnya.

“Aku hanya khawatir engkau menyesal saat melihatmu melamun tadi.... “ sambil tersenyum lembut dia menjawab. Sambil dia memelukku dari samping serta membelai mesra kepalaku.

“Yang, engkau mendadak menjadi bodoh selama beberapa hari terakhir.... “ aku berbisik lirih sambil memandangnya. Dan memang, kurasakan selama berapa hari terakhir, kekasihku ini berubah lebih emosional, penuh rasa dan berbeda dengan profilnya selama menjadi atasanku.

Aku berkata jujur.

Memang, di kantor pak Jacky sangat pintar, smart, cepat mengambil keputusan serta mampu menganalisis situasi, prilaku dan mengurai masalah seberat apapun. Akan tetapi, bersamaku beberapa kali aku menemukan sisi manusia biasa dan normal dalam dirinya. Termasuk kegagalannya memahami bahwa diamnya aku, justru karena sangat meresapi dan menikmati kebersamaan kami. Diamnya aku atau melamun tadi, bukan karena menyesal. Sama sekali bukan. Tetapi karena bahagia. Kadang orang bahagia tidak harus tertawa atau tersenyum, tetapi menikmati dalam diam dan meresapkannya.

Pada saat ini, tubuh bagian bawah kami yang masih telanjang, masih menempel dan kontolnya masih tertanam di vaginaku. Sampai kesadaranku sudah normal seperti sekarang, tak kutemukan rasa sesal dan penyesalan. Sebaliknya rasa senang dan nyaman. Tapi dia memang tidaklah cepat memahaminya. Di saat menggunakan rasio, dia sangat hebat, tapi saat menggunakan perasaan, rasionya terasa jadi tumpul. Apalagi saat kami sedang beradu nikmat tadi.

“Maaf yang, aku tadi khawatir engkau menyesal. Apalagi karena tadi sengaja aku keluar didalam..... “ desisnya khawatir. Sadarlah aku kalau dia mengkhawatirkan masalah yang satu itu.

“Tidak yang, didalam atau diluar, sejak menerima kemesraanmu aku sudah amat siap.... “ desisku dalam senyum, meski kutahu sambil aku menahan rasa senang dan nyamanku.

Sebelum dia merespons lagi, aku melanjutkan,

“Belum mau dikeluarkan.... “?

“Biarin dulu yang, saat begini tidak sering kita dapatkan..... “ desisnya lembut. Ini benar-benar aku suka. Karena dia memilih memanfaatkan dan mengoptimalkan waktu yang kami miliki. Dan waktu itu, saat ini memang terbatas.

Kami terus bercakap-cakap sambil berbisik dengan sangat mesra sampai berapa menit lamanya. Meskipun kontolnya sudah melemas, akan tetapi dia tetap saja menancapkan dan menjaganya terus berada dalam memekku. Dan akupun tidak perduli, dan menikmati kebersamaan dan kedekatan kami saat itu. Sebagaimana bisikannya tadi, bahwa kebersamaan seperti ini biarlah lama kami resapi dan nikmati, karena waktu seperti sekarang ini memang tidak akan banyak.

Akan tetapi, ada yang tentu saja tidak mampu kami kontrol. Turunnya hujan dan berhentinya hujan, tidak bisa kami atur sesuka hati. Turunnya hujan tidak menunggu kita atur, saat mau hujan, ya hujan saja, saat berhenti, ya berhenti saja. Rasa senang dan emosi masih bisa kita atur, tapi saat hujan berhenti tak bisa diatur manusia. Begitulah, beberapa saat kemudian kami sadar jika hujan ternyata mulai reda. Jika berhentinya hujan bisa tergantung kepadaku, maka hujan akan kubiarkan paling tidak satu atau dua jam lagi.

Sungguh sayang, hujan tidak tunduk dibawah perintahku.

Keadaan di luarlah yang pada akhirnya membuat kami tahu diri dan sama-sama tersenyum karena tahu bahwa kemesraan seperti ini, mesti segera kami sudahi. Tetapi, perlakuannya selanjutnya benar-benar membuatku luruh dan tersentuh.

Saat dia mencari CD ku, bahkan bersamaku kemudian membersihkan memekku dan kemudian dia memakaikan CD putihku. Malah dia juga ikutan memakaikan stocking dan membantu aku untuk membenahinya. Itu dilakukannya dengan kesabaran yang luar biasa, dan tidak merasa risih untuk membantuku membenahi diriku, dan malah dia diujung memujiku dengan berkata,

“Engkau makin cantik sayangku..... “

Akupun jadi bertingkah sama. Membantunya memakaikan celana panjangnya, dan juga merapihkannya. Kami melakukannya bersama dalam suasana yang sangat mesra. Kubayangkan bahwa kami seperti suami dan istri dalam kerja sama untuk membenahi diri pasangan kami.

Rasanya moment ini akan menjadi momen yang tidak akan mungkin kulupakan. Dia bukan hanya menusuk memekku, bukan hanya mendesakkan kontolnya dan bukan hanya sekedar mengguyur rahimku dengan spermanya yang hangat dan banyak tadi. Akan tetapi yang paling mengesankan adalah, dia bisa meluruhkan hatiku, menyentuh hati dan meresapkannya sekalian.

“Duch, ternyata ada lelaki selembut dan semesra dia...... “? desisku dalam hati dan mensyukuri karena dia mencintaiku. Terlepas dari dia suami dari perempuan yang lain, dan terlepas dari dia itu bukan suamiku. Terlepas dari kami kekasih gelap karena berdua kami memiliki pasangan. Tetapi, sentuhan dan perlakuan pak Jacky, memang begitu menyentuh. Akan bohong besar jika tidak kukatakan jika apa yang kami lakukan, adalah salah satu episode terindah dalam hidupku. Sekali lagi, terlepas dari semua fakta di atas.

Pada akhirnya, setengah jam lebih kami berada di parkiran dan memadu kasih beradu nikmat dan meraihnya bersama. Dan disitu jugalah untuk pertama kalinya aku menikmati dan mengalami bersetubuh dalam mobil, dan pertama kalinya bersetubuh dengan suami orang. Tapi sungguh ini pula persetubuhanku yang paling menembus relung hatiku. Dapat kupastikan jika tidak mungkin kulupakan pria yang satu ini. Tak juga akan kulupakan persetubuhan hebat dan gila dalam mobil di tengah hujan deras.

=============

POV JACKY

Percakapan ketika kami baru saja menyelesaikan making love pertama kami tadi membuatku menjadi lebih lepas. Terus terang saja, meskipun benar aku sudah dapat mencapai puncak tadi, akan tetapi aku masih ingin lebih. Rasanya masih belum puas melahap kebersamaan dan juga menikmati indahnya hingga aku bisa menyatu dengan Merry. Entah bagaimana, secara tiba-tiba aku ingin melewatkan semalam suntuk dengannya. Berdua saja.

Meskipun benar kami bergumul hebat dan aku sampai menumpahkan spermaku ke dalam rahimnya, akan tetapi pergumulan kami tadi kurang begitu leluasa dan kurang lepas. Karena dilakukan dalam ruang terbatas dan membuat kami mau tak mau membatasi gerakan dan kreatifitas persetubuhan tadi. Itu yang membuatku jadi merasa ada yang masih kurang, meskipun sesungguhnya kami bergumul hebat dan berakhir sungguh dahsyat. Masing-masing mencapai klimaks.

Sesaat setelah keluar dari parkiran Holywood KC, akupun mengendarai mobil secara perlahan. Situasi jalanan masih macet karena memang baru saja turun hujan yang sangat lebat. Dan dengan mesra serta tanpa malu-malu lagi Merry segera menyandarkan kepalanya kepundakku. Sementara akupun kemudian merangkulnya dengan mobil tetap saja melaju kedepan secara perlahan-lahan. Saat kami meresapi kebersamaan dengan mobil merangkak maju karena jalanan yang memang agak macet, akupun mengutarakan keinginanku,

"Yang, gimana kalau aku tidur ditempatmu saja sekalian.... ?” usulku dengan berbisik lembut kepadanya. Setelah apa yang kami lakukan tadi, aku semakin ingin menghabiskan banyak waktuku dengannya. Jika memang malam ini dia setuju, maka aku akan sangat senang.

Sejenak dia terdiam, aku paham bahwa dia pastilah mengkhawatirkan suasana dan situasi di kamar kost nya. Atau, entah apa yang sedang dia pikirkan pada saat itu.

”Ehm, gimana ya yang..... ?” ragu dia untuk beberapa saat lamanya, dan tentu saja aku cukup paham. Paham karena tempat tinggalnya bukan miliknya pribadi, tetapi rumah kost. Dan penghuninyapun banyak, bukannya dirinya sendiri dan tidak begitu bebas dia memutuskan.

“Emangnya tempat kostmu gak bisa menerima aku ya.... ”? kejarku untuk bisa memperoleh persetujuannya.

”Bukan gitu yang, ngggggg..... ” terlihat dia ragu selama beberapa saat, dan akupun kemudian berkata,

“Aku bener-bener ingin melewatkan malam ini berdua denganmu..... “ bisikku mesra dan lembut.

“Yang, gimana kalau di hotel saja..... “? usulnya tiba-tiba dan memang pilihan itu cukup masuk di akal.

“Gak mau yang, aku mau ditempat dimana biasanya kamu tidur. Biar aku bakalan terus melekat dalam hatimu, dan kamu terus melekat dalam hatiku..... “ desisku agak melankolis. Sebenarnya aku memang ingin memasuki kehidupan pribadinya lebih jauh, dan bukan sekedar mereguk kenikmatan sementara.

“Yangggg...... “ desahnya senang, sambil memelukku hingga tubuhnya condong ke arahku, meski tetap stabil aku mengendarai mobil yang melaju dengan lambat ini.

Dan memang, jalanan juga masih agak macet. Pada saat seperti sekarang ini, aku berpikir bahwa kadang jalanan macet menguntungkan, dan ini tergantung perspektif dan kebutuhan orang pada saat tertentu.

“Gimana.... “? bisikku meminta persetujuannya setelah melihat responsnya yang tiba-tiba saja menjadi demikian manja.

“Ngggg, baiklah yang. Tapi, gak apa dengan di rumah..... “? tanya Merry yang mengingatkanku dengan keluargaku.

Jangankan Merry, bahkanpun Mirna yang jauh lebih dahulu mengenalku dan juga mengenal keluargaku memang tidak paham dan tidak tahu apa dan juga bagaimana keadaan rumah tanggaku. Karena bagiku, masalah rumah tanggaku adalah masalah pribadiku, masalahku dengan istriku. Dan bukannya sesuatu yang bisa dibagikan dan dibahas sembarangan dengan orang lain dengan satu alasan maha klasik, curhat. Hal seperti itu sesungguhnya adalah ranah private yang tak semarangan bisa dibagikan.

Aku menatapnya mesra dan kemudian berkata,

“Mestinya tidak yang..... “ jawabku, karena memang istriku sedang di luar kota, dan yang kedua, belakangan istriku sedang ngadat. Ngadatnya bahkan berada jauh diluar jangkauan pemikiran normal manusia. Untuk satu hal ini, kurasakan bukan saatnya dibahas dengan Merry. Ada waktu yang tepat.

Yang jelas, bukan sekarang.

“Kamu sendiri? bagaimana dengan Dodo pacarmu Mer.... “? tanyaku perlahan untuk memastikan hubungannya dengan Dodo. Bagaimanapun juga, aku sendiri tidak mau terganggu dengan urusan-urusan yang gak perlu terkait diriku.

“Mestinya juga gak masalah yang..... “ meski dia menjawab dengan sedikit ragu, tapi aku tak mengejarnya.

Prinsipku adalah, semua orang memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Serta setiap orang memiliki rahasianya sendiri-sendiri. Ada yang bersedia membuka dan siap membagikan kisah dan rahasianya, dan ada yang merasa nyaman dengan tetap menutup dan menjaga rahasianya. Apapun pilihan seseorang atas kehidupan dan rahasia kehidupannya, adalah haknya untuk menetapkan dan menjaga pilihannya tersebut.

Dengan kalimat Merry yang terakhir, kupiki akhirnya semua beres. Meskipun aku juga sangat memahami bahwa Merry sesungguhnya masih gamang untuk bisa menerimaku bermalam di kamar kostnya. Lama setelah berpikir panjang barulah pada akhirnya dia setuju untuk menghabiskan malam bersamaku. Akupun tahu, bukannya dia tidak mau, akan tetapi agak was-was dengan Dodo, dan juga khawatir dengan tetangganya yang lain.

Sangat bisa dimaklumi, kamar kost bukan milik kita eksklusif. Tetapi, ruang pribadi secuil yang dimana kita mesti berbagi dengan orang lain. Dan ruang secuil itupun mesti kita kuasai dengan uang.

Begitulah, perjalanan kami lanjutkan secara perlahan. Baik karena memang jalanan yang macet, maupun karena kami memang memaknai jalanan macet ini dengan terus menerus menyalurkan kemesraan dan kasih yang bertumbuh subur dengan cepatnya beberapa waktu terakhir. Butuh waktu satu jam untuk kami pada akhirnya tiba di tempat kostnya. Dan Merry kembali ragu. Itu bisa kulihat saat dia terdiam sejenak ketika kami sudah tiba di parkiran,

”Kenapa sayang.... ”? bisikku lembut ketika kami akhirnya tiba dan akan segera memasuki halaman parkir yang cukup luas.

”Enggg, enggak yang..... ” gumamnya ragu. Tentu saja percikan keraguan Merry terlihat jelas di mataku, dan aku sangat memahami keraguannya pada saat ini, keraguan yang mudah kumengerti.

”Kamu takut kita dilihat banyak orang ya.... ”?

”Iya siy yang. Ehm, tapi ayolah, kita cuek ajalah.... ” pada akhirnya Merry mampu memutuskan dan bertindak mengajakku. Sepertinya dia mengumpulkan segenap keberaniannya untuk kemudian mengajakku memasuki kostannya.

”Bilang aja aku kakakmu, kan kita mirip-mirip dikit... ” candaku dengan tersenyum untuk mencoba memberinya kekuatan.

”Iya, bener juga yang, aku bilang kakakku saja ya... ?” Merry ternyata setuju, dan aku senang dengan persetujuannya. Pada akhirnya kami sama-sama tersenyum dengan akal-akalan kakak beradik. Padahal, meski bisa saja kami mengaku adik kakak, tapi mana bisa kami berlaku kakak adik setelah yang tadi ?. Karena itu akupun kemudian nyeletuk karena merasa rada lucu,

”Kakak ketemu gede, hahahaha..... ”

Celetukan itu sukses membuat kami tertawa bersama. Dan selanjutnya kamipun berjalan memasuki rumah kost yang memiliki parkiran lumayan besar itu. Dapat dilihat jika memang, semua kamar kost, atau setiap penghuni mendapat jatah satu mobil untuk parkir. Dan itu diatur serta berbaris rapih di depan kamar kost dan memanjang hingga ke belakang. Mirip aprtemen saja.

Tapi, rumah kost ini terhitung ramai juga. Besar dan penghuninya cukup banyak, karena bangunannya sendiri memang dua lantai memanjang ke belakang. Boleh jadi ada 30an kamar jumlahnya saat kuhitung secara sekilas, dan memiliki kelas yang berbeda. Sesuai fasilitas yang tersedia dalam kamar. Kebetulan kamar Merry terletak di lantai 2 dan agak ke belakang.

Untungnya, ternyata tempat kostnya cukup sepi saat itu, terutama di lantau dua. Saat itu hanya ada seorang dua orang yang papasan dengan kami. Dan juga ada dua orang cewek yang senyam senyum tidak jelas meski dengan pandang mata penuh pengertian ketika kami melangkah ke kamar kost Merry. Tapi tak kuperhatikan lagi, karena begitu sampai di tempat kost, kami berdua sudah sama-sama tidak mampu menahan diri.

Meski sama-sama sudah klimaks tadi, akan tetapi situasi dan ruangan yang rada sempit tadi, terhitung sangatlah membatasi kreatifitas percintaan kami. Meskipun kami sama sebenarnya, yakni sama sadar, bahwa yang kami lakukan akhir-akhir ini sebetulnya adalah sebuah kesalahan. Akan tetapi, pertimbangan rasional jelas sudah runtuh oleh paduan tuntutan nafsu, emosi dan rasa.

Apalagi kewanitaannya telah bangkit walaupun Merry sendiri tahu bahwa hal ini adalah kekeliruan. Kekeliruan yang disengaja, menurut orang lain, tidak dapat dan tak bisa lagi disebut kekeliruan.

Keliru bagaimana lagi jika sesaat dia membuka pintu kamar dan menyalakan lampu, juga air conditioning dalam kamar, dan sesaat kemudian berbalik dan memelukku dalam gairah yang tak tersembunyikan lagi ? jelas saja tidak lagi ada pertimbangan lebih jauh yang bisa dilakukan. Pertimbangan itu mestinya jauh hari dan bukan di masa seperti saat kami berada di kamar kostnya. Lupakan pertimbangan moral, just enjoy it.

Karena itulah akupun dengan sangat sadar menikmati saat dia menciumi bibirku, menikmati cara bagaimana dia berusaha untuk menyamakan posisi tinggi kami dengan aku sedikit menunduk. Dan menikmati bagaimana liarnya dia berupaya untuk mengemoti bibirku, memasukkan lidahnya kemulutku dan menghisap lidahku dengan sangat bernafsu. Apakah aku menganggapnya liar, binal dan perempuan nakal ? tentu saja tidak. Karena akupun senang dengan bagaimana ekspresifnya dia saat ini.

Maka terus kunikmati dengan sedikit agak pasif bagaimana Merry mencoba untuk menyalurkan bara dan gairah dalam dirinya. Bahkan bukan lagi hanya sekedar mencium, karena kedua lengannya dengan cepat berusaha untuk coba meloloskan pakaianku. Pada saat itulah akhirnya kurespon dengan hisapan lembut pada bibir bawahnya yang basah. Kami saling menghisap bibir beberapa saat, bahkan lidah kami saling lilit dan saling berusaha memperoleh rasa nikmat dari upaya saling lilit lidah dan mengemoti bibir masing-masing.

Semua berlangsung cepat dan nikmat, dengan gaya Merry yang lebih menuntut, lebih ekspressif dan lebih aktif ketimbang sebelumnya. Sampai akhirnya akulah yang lebih dulu melepas ciuman panas kami saat itu.

“Sayang.... ?” kataku lembut dan memandang matanya. Benar-benar aku mau menatap wajahnya seutuhnya, menikmati kebersamaan dan pancaran cintanya melalui kedua bola matanya.

Otomatis, kami saling menatap selama beberapa saat. Komunikasi tanpa kata-kata akhirnya memberi jawaban dan keputusan yang sama dalam hati kami. Jelas terlihat gairah dan sinar yang menyiratkan keinginan untuk diintimi, guna dibelai, dimesrai, disayangi. Bukan, bukan sekedar pelukan dan ciuman, sebab bara dimatanya menuntut penyaluran hasrat, nafsu dan rasa yang sudah berpadu dan sedang meminta untuk dapat segera dipenuhi.

Aku takjub dengan pemandangan yang demikian erotis dan melihat bagaimana dia kini tidak malu-malu untuk mengekspressikan keinginan dan kemauannya kepadaku. Setelah sekian lama kami sama-sama menahan diri dan memastikan apakah memang kami cocok dan klop untuk tiba pada tahapan seperti sekarang ini. Saat ternyata frekwesi rasa, nafsu dan kebutuhan kami sama, dan mampu kami konfirmasikan sebelumnya, lalu hampir berbarengan, wajah kami sama-sama maju dan kembali saling berciuman. Kali ini, sebagaimana tadi, kami lakukan dengan mesra dan juga tentunya hangat.

Tidak lagi dibutuhkan warming up, karenanya kami langsung saling menghisap bibir, lalu tidak tunggu lama seperti sebelumnya, sama-sama memulai, aku dan Merry saling menghisap lidah. Sontak ciuman itupun semakin bertambah panas dan bergairah. Saling kait dan mendorong lidah, dan kemudian saling menghisap dan menyedot lidah.

Ciuman kali ini lebih lepas dan jelas menjadi lebih kreatif. Selain karena situasi dan suasana yang kini sangat mendukung, juga karena ruangan yang berbeda dengan ketika kami melakukannya di dalam mobilku tadi. Karena itulah makanya ciuman dan hisapan kami berlanjut terus, tanpa harus merasa dikejar-kejar atau rasa takut dipergoki orang. Sementara itu, kini tanganku sudah mulai beralih dari betisnya, kemudian merayap ke pahanya dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir.

Mata Merry sudah mulai kembali terpejam. Entah bagaimana Merry pun semakin memejamkan matanya dan semakin melayang perasaannya, dan aku menikmati kelembutan yang memancing gairah ini. Aku melakukan dengan kesadaran yang penuh dan Merry menyambutnya dengan kepasrahan, seakan dia melakukannya dalam ikatan resmi.

Kembali aku melepas bibirku dari bibirnya. Namun kali ini, dengan lembut namun tegas, aku mendorong tubuhnya kearah ranjangnya sambil satu tanganku masih terus membelai pahanya meski masih terhalang stocking hitamnya. Selanjutnya aku membuat kedua tangannya yang menahannya untuk tetap pada posisi dia terduduk. Pada posisinya ini, akuoun kemudian berlutut dan perlahan-lahan terus melepas stockingnya. Dan ini untuk yang kedua kalinya kulepas pada hari yang sama dengan maksud yang sama.

Akan tetapi sebagaimana juga tadi kulakukan di mobil, bersama dengan stocking hitamnya itu akupun langsung saja sekaligus juga melepas CD putihnya. Juga, itu kulakukan untuk kedua kalinya. Dan semua itu kulakukan tanpa perlawanan, bahkan Merry membantuku untuk melepaskan semuanya dengan mengangkat sedikit tubuhnya dan membuatku mampu meloloskannya dari tubuhnya. Kini, dia kembali telanjang bagian bawah tubuhnya.

Dia terlihat tidak kuasa melawan hasrat dan nikmat sehingga Merry pun terbaring pasrah menikmati belaianku di paha bagian dalamnya sembari kulepas stocking dan CD putihnyaBahkan, semakin panas karena kemudian bibirku datang dan menggantikan belaian lenganku, dan menyusuri belahan dalam pahanya. Jilatan yang kulakukan secara perlahan sukses menyentak nafsunya. Dengan cepat dia mulai mengeluh dan merintih sebagaimana di mobil tadi.

“Ouuuuchhhh, ngggggggg, sssshhhhhhh, yaaaaaaanggggg...... “

Bahkan, tanpa rasa jijik sekalipun aku menyusuri belahan pahanya, menjilati dan sesekali memberi tekanan melalui gelembung pipiku. Tak ada rasa enggan dan jijik meski barusan berapa jam lalu belahan yang dijaganya dengan amat rapih itu, kumasuki dan kubobol dengan kontolku. Bahkan, ketika akhirnya bibirkupun semakin mendekati belahan memeknya, justru Merry yang menahan kepalaku untuk berhenti sejenak.

“Yang, kamu, kamu mau bikin apa lagi.... “? desisnya antara mau dan pengen, tetapi aku paham apa maksud dia menahanku.

“Yang, nikmati saja dulu ya..... “ desisku dengan suara serak, karena akupun sudah sangat terangsang memang.

“Tapi, kan tadi, kan tadi...... nggggggg..... “ tetapi dia tak mampu melanjutkan apa yang mau dikatakannya.

Merry terdiam. Dan tersengal tak mampu menahan karena sergapanku atas belahan memeknya membuat semua percakapan kami tadi terputus. Kembali dan sekali lagi kuulangi memesrai organ vitalnya, dengan tak ada rasa jijik dan rasa enggan sekalipun. Aku tahu dia mengira aku jijik karena baru dua jam lalu kami bercinta dan aku ikut membersihkan memeknya yang baru tadi kumasuki dengan kontolku. Percintaan yang dahsyat meskipun berlangsung tidak terlalu lama di parkiran Holywood KC.

Sejujurnya, akupun baru pertama kalinya melakukan persetubuhan di dalam mobil. Meski sesekali pernah nonton film biru mengenai percintaan dan ataupun persetubuhan dalam mobil, akan tetapi belum pernah melintas dalam fantasyku untuk melakukannya dalam mobil. Apalagi melakukannya dengan Merry, saat rasa, emosi dan cintaku melimpah kepadanya. Adalah suasana dan situasi yang menuntunku dan menggiringku untuk melakukannya.

Ternyata ? fantastis.

Ternyata, meskipun sudah melalui persetubuhan dahsyat itu, aku dan juga Merry masih belum merasa tuntas. Dan kini, kami sudah kembali memacu hasrat dan nafsu untuk kembali berenang di laut kenikmatan. Bahkan sekarang ini, kembali aku tidak perduli dengan rengekan untuk tidak memesrai memeknya, dia takut aku merasa jijik. Justru aku memotong kalimatnya dengan menyergah belahan yang amat menggemaskan itu. Dan diapun hanya bisa mendesah dan mengeluh dengan kenikmatan tak tertahan.

“Ouuuuuucghhhhhhhhh............ ssssshhhhhhhhhh....... “ lenguhan dan jeritannya kini semakin kuat dan terasa lebih lepas.

Perlahan kutelusuri belahan vagina yang sudah basah kuyup dengan bibirku dan bergantian dengan lidahku, sontak Merry menggeram dan mengeluh nikmat. Aku paham, kenikmatannya pasti tak tertahankan, kakinya sampai menggeliat dan ingin bergerak liar jika tak kutahan dengan kedua lenganku. Tetapi tubuhnya yang tergolek menahan kenikmatan, bergerak-gerak melepaskan deraan nikmat yang menjalari seluruh raganya.

“Yang, kamu curang, aarrrchhhhh, nggggg, accch, terus yang.... “ desisan dan rintihannya berkali-kali dan berulang-ulang. Terutama karena kedua kakinya dengan sengaja kukunci sehingga tidak banyak bergerak lebih liar, dan tentu saja disalurkannya melalui lenguhan dan rintihan penuh nikmat. Maklum saja karena kutahu kika geliatan dan juga gerakan-gerakan erotis tubuhnya itu seiring dengan kemotan dan hisapan yang kulakukan di memeknya.

Terus dan terus Merry mengeliat, meracau dan entah apalagi pada saat aku terus mencumbu dan memesrai vaginanya. Sekeliling vaginyanya kubersihkan, akan tetapi cairan kenikmatannya tak henti membasahi belahannya, dan lidahku tidak henti bergerak memesrainya. Menusuk, mengulik-ulik vaginanya, setengah menelan belahan itu dan membuat Merry bergerak semakin liar. Mulutnya makin meracau tidak keruan, sampai dia merintih,

“Yang, aku, aku pengen.... gantian yang..... “ desisnya yang ingin kulepaskan kuncian di kedua belah kakinya.

“Gak bisa yang, kali ini aku ingin engkau menimatinya saja..... “ desahku penuh kenikmatan dan membiarkannya menikmati dan belum berksempatan untuk bisa berbalik mencumbuku. Kendati, aku tahu kalau diapun sangat ingin mengulum kontolku saat ini. Akan tetapi aku masih sangat ingin dan masih bersemangat untuk membuat dan mendengarnya mendesah, melenguh dan malah menjerit menahan dan merasakan kenikmatan. Kunikmati goyangan erotisnya, geliatan kenikmatannya dan desah merangsang telinga karena kenikmatan menderanya. Ini sungguh membawa rasa puas tak tertahan,

Tanpa kusadari, desahan dan lenguhannya semakin sering dan semakin keras. Kini barulah kusadar dan yakin bahwa ternyata Merry agak “ribut” jika sedang bercinta. Terutama jika memang dia dibawa ke situasi seperti sekarang ini, yakni terbangkitkan sisi liarnya karena gairah dan kenikmatan yang mendera dan tidak bisa ditahannya lagi. Belakangan baru dia memberitahuku, jika bercinta dengan dahsyat, dengan rasa, cinta dan gairah maka dia akan menjadi sedikit histeris. Aku senang mengetahuinya.

Justru karena itulah maka dengan semakin bersemangat maka semua kulakukan dengan lebih intens lagi. Dengan sangat bersemangat, karena merasa bahwa apa yang kulakukan, membuatnya menikmati sensasi yang luar biasa dari apa arti dari tindakan bercinta. Sambil tetap mengunci kedua belah pahanya dengan sudah menempatkannya di leherku, dan terus menahan dengan kedua belah lenganku, kulanjutkan aktivitasku di memeknya, pahanya dan kuaktifkan lidahku lebih kreatif lagi. Cara ini membuatnya sulit berbalik mencumbuku.

Setelah beberapa menit memberinya kenikmatan tak tertahan, tak kusangka dia malah kembali mengalami orgasme. Padahal sudah mengalaminya sewaktu di parkiran Holywood KC beberapa waktu lalu, dua atau tiga jam lalu. Akan tetapi gelagatnya, karena aku mengunci kedua belah pahanya, dia terbatas bergerak, terus menggeliat dan terus melenguh bahkanpun kini malah setengah berteriak saat melepas nafsunya. Sedangkan keduatan di vaginanya bisa kurasakan meningkat dalam getaran yang terasa di bibir dan lidahku.

“Yang, aku mau, aku sampai. Oucccchhhhhhhhh....... “ lenguhan dan jeritannya saat melepaskan hempasan kenikmatan dalam gelombang orgasme sungguh luar biasa. Butuh beberapa saat lamanya aku terdiam dan memberikan Merry kesempatan menikmati betapa nikmat dia menggapai sorganya.

Dan.........

Kedua belah tangannya menggenggam erat kasur, sedangkan kedua kakinya menggeletar hebat. Kedutan menghebat di vaginanya dan menggetar hingga pada akhirnya, tak tertahankan diapun melepaskan kenikmatan dahsyat yang terus menderanya dan kudorong hingga gelombang besar itu digapainya. Tidak sampai lebih dari lima belas menit aku mencumbu dan menguncinya sekaligus mengoral dan memberinya kenikmatan yang tak terbayangkan.

Kubiarkan dia menggapai bulan, dan kuberi waktu dia bercengkerama dengan indah sinar rembulan. Meskipun benar nafasnya memburu, akan tetapi tentu saja dia tadi mengalami sesuatu yang sangat menggetarkan dan membawanya untuk meraih keindahan dan juga kenikmatan yang susah dibeli. Dan setelah beberapa detik dan menit belalu, mulai turun dan terus sampai mulai terasa dan terdengar dia bernafas normal kembali. Bahkan kaki dan juga tubuhnya melemas sampai dia kemudian berbisik,

(Bersambung)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd