Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Siapa profil perempuan yang anda favoritkan dalam cerita ini hingga Chapter 16 terakhir?

  • 1. Merry

    Votes: 33 19,5%
  • 2. Mirna

    Votes: 66 39,1%
  • 3. Rachma

    Votes: 55 32,5%
  • 4. Winda

    Votes: 15 8,9%

  • Total voters
    169
wah ini juara banget deh bikin memory balik ke masa kejayaan plaza semanggi & planet hollywood, sebelum akhirnya menjadi seperti sekarang. romantisme 2000-an ini yang ditonjolkan dengan cukup baik, bersama dengan alur cerita yang tidak langsung eksekusi tapi pelan dan membakar hingga akhirnya eksekusi berakhir sempurna.

ditunggu update selanjutnya om @Reynalwriter
 
Wah sangat ekspresif banget ceritanya alurnya juga sangat menghanyutkan
 
wah ini juara banget deh bikin memory balik ke masa kejayaan plaza semanggi & planet hollywood, sebelum akhirnya menjadi seperti sekarang. romantisme 2000-an ini yang ditonjolkan dengan cukup baik, bersama dengan alur cerita yang tidak langsung eksekusi tapi pelan dan membakar hingga akhirnya eksekusi berakhir sempurna.

ditunggu update selanjutnya om @Reynalwriter
Betul sekali, jadi ingat masa keemasan Plasa Semanggi dan Holywood KC
 
KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Oleh:
Reynal Writer

28995406ed42bcb514b038d9ad1470678eeadd7a.jpg

(Merry - Ilustrasi)
Chapter 9
POV JACKY - Lanjutan


“Yang, belum pernah aku dikerjai sampai puncak seperti ini...... “ desisnya lirih sambil tetap terus terlentang dan kedua kakinya tergolek lemah di ranjangnya dan akupun kini berbaring di sisinya dengan kini membelai lembut rambut kepalanya. Kutahu dia barusan mengalami orgasmenya yang kesekian malam ini, dan tak kuganggu dia untuk beberapa saat lamanya. Dengan sengaja membiarkannya menikmati dan meresapi makna dari berpadunya rasa kami.

Selanjutnya akupun melepaskan kemejaku. Terang saja aku masih belum bakal memberinya istirahat. Terkecuali istirahat memulihkan tenaga untuk sebentaran saja tentunya. Dan akupun tahu, meskipun sudah dua kali orgasme, akan tetapi Merry pasti masih akan bisa lanjut. Karenanya, akupun perlahan-lahan melepas kemejaku dan lalu melempar kemejaku itu ke bawah ranjangnya. Sementara itu Merry memandangiku dengan sinar mata sayu dan masih berusaha memulihkan nafasnya. Tapi aku tahu jika dia mengikuti semua yang kulakukan. Keadaannya sekarang ini sungguh mampu menahan gairahku tetap tinggi, dan semakin menuntut untuk dipuaskan.

Akan tetapi, sebelum aku melepaskan celana panjangku, tiba-tiba saja Merry yang sudah beristirahat selama beberapa menit, bergerak bangun dan kemudian dia memegang lenganku dan berbisik tegas,

“Biar yang sisanya kulepaskan yang..... “ bisiknya dengan sinar mata genit. Dia kini bebas dan sepertinya ingin mengambil inisiatif lebih dahulu. Sebab pada dua babak yang lebih dahulu, dia selalu dalam posisi pasif, dan aku yang aktif untuk mencumbu dan memuaskannya. Sekali ini, sepertinya dia paham dan sadar bahwa jika tidak bergerak lebih dulu, akan sulit baginya.

“Sudah cukup kuat yang..... “? desisku memandangnya yang kini bersimpuh duduk di ranjang dan berusaha untuk meraih celanaku. Sadar bahwa diapun ingin aktif, aku memberinya kesempatan namun memastikan dulu jika dia sudah cukup fit.

“Pasti, dan buatmu pasti cukup kuat yang.... “ desisnya kembali dengan nada yang genit sambil memandangku. Kutahu jika dia masih belum naik ke tingkatan "bergairah" kembali, akan tetapi jelas dia sangat ingin melakukan sesuatu yang membuatku merasa senang, nyaman dan tentunya meraih puncak permainan maha nikmat ini.

Benar saja, perlahan-lahan diapun membuka gesperku, melepasnya dan dengan lebih cepat lagi, diapun membuka celanaku. Aku membantunya dengan melepas celanaku di lantai dan kemudian membiarkannya. Toh kami nantinya bakal bisa mengaturnya kemudian. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menata dan mengatur kamar agar rapih dan enak dipandang mata. Sekarang waktu untuk menggunakannya dan bukan menata dan merapihkannya.

Tidak lama setelah melepaskan celana panjangku, Merry sudah langsung saja kembali berinisiatif dan menarik CD biru tua yang kukenakan. Dan sambil dia menarik CD ku secara perlahan-lahan, Merry kemudian merogoh sesuatu dari balik CD ku yang sejak tadi sudah menegang dan keras bukan main. Ketika aku memanjakan dan melambungkannya ke langit ketujuh tadi, kontolku sendiripun sudah siaga penuh dan sudah sekeras batu. Begitupun saat ini. Maklum, karena aku belum mencapai puncakku sekali lagi, dan malah sudah siap untuk langsung dapat meraihnya. Meski, tentu harus menunggu Merry lebih dulu.

Sesaat setelah memegang kontolku yang sudah tegak sempurna dan sudah siap dalam sikap sekeras batu, Merry kemudian melirikku untuk kemudian dia dengan sengaja bertanya dengan sangat manja dan nakal,

“Oooooooh, jadi yang ini toch yang tadi “nusuk-nusuk” aku sampai nyaris pingsan di mobil ya.... “? desis Merry gemas sambil mulai membelai kontolku dengan lembut dan perlahan.

“Pingsan atau meregang penuh kenikmatan atau apa yang.... “? tanyaku sambil mengedipkan sebelah mata ketika kami saling memandang. Sengaja aku memancingnya, supaya dia lebih cepat on lagi.

“Ngggggg, sungguh gak bisa ditahan enaknya yang.... “ desisnya mengingat apa yang kami lakukan dalam dua babak sebelumnya. Dan, sepertinya perlahan dia mulai terangsang lagi.

“Masih mau lanjut yang..... “? tanyaku

“Memangnya siapa takut.... “?

Setelah itu, dengan cepat Merry memelorotkan CD ku dan melepaskannya sekalian, dan tidak tunggu lama diapun sudah melanjutkan upaya dan aktifitasnya meremas lembut kontolku. Bahkan, sama dengan aku yang tidaklah jijik “membersihkan” memeknya sehabis kami “pakai” bersama tadi, diapun sama saja. Terlebih karena kontolku memang sudah berdiri tegang sejak tadi. Artinya, telah sangat siap digunakan kembali untuk bertugas. Sejak tadi saat mencumbunya, bermain di parkiran dan kemudian coba menahan sekuatku untuk digunakan pada ronde selanjutnya. Aku memang ingin mereguk kenikmatan bersamanya, sepuas yang kami sanggup.

Dan,

“Plup..... slurp, slurp, slurp..... “

Tanpa tunggu waktu lama, Merry telah menjilati kontolku dan bahkan kemudian menelannya dalam kuluman bibir mungilnya. Bisa kulihat bagaimana gerakan kepalanya maju mundur, karena aku sudah setengah berbaring di ranjang dan membiarkannya mengambil inisiatif. Sudah cukup aku berinisiatif pada dua ronde sebelumnya, dan kini sengaja memberinya kesempatan untuk mengambil kendali atas apa yang akan kami lakukan kemudian.

Meskipun dia sudah menikmati orgasme entah yang kedua atau keberapa pada malam ini, akan tetapi kulihat Merry sendiripun masih antusias untuk memasuki episode selanjutnya. Tatap matanya tetap usil dan nakal, dan kerinduannya guna kelanjutan permainan kami malam ini, tak
kuragukan. Sekarang dia terlihat kembali mencoba menghisap kontolku sehingga aku menegang dan otomatis kontolku sempurna didalam kuluman bibirnya. Tenggelam disana. Masih ada sisanya sedikit siy.

“Ntar yang..... “ desisku dan kemudian dan bergerak berbaring di ranjang untuk diiringi dengan tatapan penasaran dan amat tak sabar Merry. Memegang inisatif dia sangat tidak sabar menunggu posisi idealku untuk bisa menikmati cumbuan nikmat dari bibirnya di kontolku malam ini. Dan dia seperti ingin membalas atas apa yang kulakukan pada tubuhnya tadi, dan membuatnya pasif dalam cumbuan dan deraanku, hingga bisa mencapai klimaks meskipun aku belum.

Begitu aku berbaring, dengan buas Merry kembali menggenggam kontolku dan membawanya kebibirnya, kini menjilati, membersihkan kontolku dan bahkanpun mengisapnya dengan gemas. Semua bagian kontolku, termasuk dua bola di bawah kontol, juga asyik menjadi dan menerima kuluman dan jilatan yang terasa semakin bersemangat dan hangat di mulut dan bibir Merry. Akan tetapi, betapapun sepertinya Merry belum terlatih dengan ritual satu ini, karena sesekali giginya menyentuh kontolku. Tetapi, aku senang saja. Ini artinya bibir dan lidahnya masih perawan dan dipersembahkannya untukku.

“Yang, jangan gunakan gigi please..... “ desisku mengingatkannya untuk tidaklah menggunakan gigi menyentuh atau apalagi menggigit kontolku. Karena sesungguhnya, itu mengurangi intensitas gairahku. Jika keseringan.

“Nggggg...... “ gak ada jawaban kecuali lenguhan karena memang kontolku saat itu sedang penuh di bibir mugil Merry. Karena itu, tidak bakalan ada suara yang bisa dipahami selain lenguhan dari bibir dan mulutnya.

Akan tetapi, hasilnya terasa kemudian. Sentuhan dengan giginya menjadi makin minimal, dan lama kelamaan bahkan sudah mulai tidak terasa lagi. Pintar belajar juga dia.

Sudah tentu dengan begitu, maka kenikmatan semakin memuncak. Karena Merry makin belajar makin terlatih dan semakin dia mampu menghadirkan kenikmatan bagiku saat dia mencoba menggunakan lidah dan bibirnya mengomoti kontolku. Kini akulah yang malahan mulai mendesah menahan gairah yang dengan cepat memuncak. Untungnya, Merry memang belum cukup ahli dalam permainan oral, sehingga tak mampu mengantarkanku mencapai puncak. Kelak, jika dia semakin mahir, bukan tidak mungkin dia akan mampu mengantarkanku dan membuatku berkelojotan dengan kelihayan oralnya.

Pengalaman memang memegang peranan penting dalam bercinta, termasuk dalam memuaskan pasangan melalui oral. Pemula pasti tidak akan mampu dan tidak bakalan sanggup memuaskan atau menghantarkan orgasme pasangannya melalui oral seks. Karena melakukan ritual oral, membutuhkan pengalaman dan jam terbang. Tentu saja Merry jelas masih kekurangan pengalaman dalam mengoral pasangannya, bahkan menurutku bukannya tidak mungkin dia ini masih belum pernah melakukannya. Meskipun, dipastikan dia telah pernah menyaksikannya. Menyaksikan dan pengalaman berbeda.

Ini pasti.

Akan tetapi setelah beberapa menit berlalu, aku jadi sadar bahwa Merry sudah kembali dalam keadaan terangsang. Sepertinya nafsunya sudah mulai kembali terpancing. Meskipun masih butuh waktu untuk sampai ke puncaknya. Maklum, sudah lebih dari 5 menit dia mengoralku dan masih belum terlihat adanya tanda-tanda jika aku bakalan mencapai puncakku. Dan kuputuskan untuk mencari dan mencapai puncak itu secara aktif dengan menyerangnya. Kupastikan aku tidak bakal dapat mencapai orgasme hanya dengan mengadalkan oral lidah dan bibirnya. Harus segera aku menjadi aktif kembali.

Karena berpikir demikian, maka perlahan-lahan aku duduk, dan membuat Merry secara otomatis melepaskan kulumannya. Selanjutnya lenganku yang kemudian mulai kembali aktif bekerja, dan Merry sedikit agak menegang pada saat kedua tanganku menariknya untuk mendekatiku. Dan selanjutnya akupun mulai lagi mencumbunya, dan menciuminya serta bahkanpun membelai bagian tubuhnya yang terbuka. Karena bagian atasnya masih belum telanjang, maka akupun mengarahkan lenganku ke bagian bawah pakaiannya.

Tentu saja dengan sambil tetap terus menciuminya dan kembali adu lidah. Pada saat itulah aku perlahan-lahan melepas retleting di belakang, dan selanjutnya mengangkat bajunya ke atas. Kuingin segera melepaskan pakaiannya dan berbugil ria sebagaimana diriku, dan akupun ingin dia polos sekali ini, dalam persetubuhan ronde selanjutnya.

Dan diapun dengan cepat mengangkat lengannya untuk selanjutnya bajunya melayang ke lantai menyusul sejumlah pakaian kami yang juga sudah teronggok dan terletak disana setelah dilepas tadi.

Dengan segera buah dadanya yang montok dan juga tentunya puting susunya membayang menggoda dari BH-nya yang demikian tipis dan sexy terpampang dihadapanku. Buah dada itu bagaikan menggodaku dan seperti sudah lama menungguku untuk bisa segera memesrainya, segera mencumbu dan menghadirkan kenikmatan baginya. Karena sejak di Holywood KC, kecuali kucumbu dalam Bioskop, belum cukup dia berkenalan dengan bibir dan juga berkenalan dengan lidahku.

Ketika kini mereka terekspose secara demikian indah dihadapanku, membuatku justru semakin penasaran dan sekaligus kepanasan. Jelas buah dada dan puting itu menggodaku untuk segera mendapatkan gilirannya dicumbu. Maklum, belum sepenuhnya kunikmati sejak dalam bioskop dan sejak percumbuan kami di mobil. Artinya, sekarang adalah waktu dan giliran untuk menikmati, mengecup, mencumbu dan juga mengemoti buah dada ranumnya itu.

Perlahan-lahan kami kembali saling mendekat, akan tetapi kini aku tidak lagi mencium bibirnya, akan tetapi langsung mendekapnya dan kemudian kepalaku segera bergerak, dan dalam waktu singkat sudah hinggap di leher jenjangnya. Tempat yang sejak di bioskop sangat ingin kucumbu dan kuhadirkan kecupan, jilatan dan gigitan kecil dan lembut disana. Lehernya memang terlihat indah dan menarik untuk mampu dan dapat dicumbu, dijilat dan dikemot. Karena jelas disitu tentu bukan untuk diam dan menikmati aroma harum tubuhnya, tetapi dari sanalah kepalaku akan mulai bergerilya untuk menuju sasaran utamanya. Tapi, masih ada penghalang terakhir.

Tapi itu tak masalah.

Perlahan sambil terus berciuman, lengan sebelahku menjalar ke balik punggung dan beberapa detik kemudian, kaitan BH di belakangnya sudah terlepas. Dan, kini kelembutan buah dadanya sudah langsung dapat sesekali kurasakan saat bersentuhan dengan dadaku. Aku sengaja membiarkan saja dulu BH nya tetap tergantung di dadanya, dan segera saja bibirku menjilati lehernya dan kemudian perlahan-lahan merayap turun. Perlahan namun pasti.....

“Accccchhhhhhh..... ssssshhhhhhh...... “

Lenguhan dan jeritan Merry mulai kembali terdengar. Terlebih ketika jilatan lidah dan guyuran bibirku semakin turun ke bawah. Bahkanpun kini sudah mendekati bulatan indah itu, sudah mulai menyusur turun dari lehernya tadi, dan terus saja turun ke jenjang dada untuk kemudian mulai kembali mendaki. Jelas gunungan terakhir ini sudah bagian dari bulatan indah di dadanya.....

Kepala Merry terguncang dan meliuk ke belakang, karena secara bersamaan, lenganku yang tadi masih bebas setelah selesai dengan tugasnya melepaskan BH Merry, juga sudah mengarah ke sasaran lain. Malah dia yang lebih dahulu tiba disasarannya, yakni ke pangkal paha Merry. Melingkar dari belakang tubuh Merry, dan kemudian mengobok-obok secara lembut dari belakang. Menyapu bibir memek yang basah dan kemudian menguliknya lembut.

Oh ya, memeknya sudah mulai basah kembali.

“Oooooohhhhh, ssssshhhhhhh, sayang...... “

Otomatis tubuhnya menggeliat, dan kedua tangannya kini bergentayangan dan merangkul erat kepalaku. Otomatis, bibirkupun terpaku di bulatan indahnya itu meskipun masih belum mencapai puncak gunungan kenyal memabukkan itu. Beberapa detik kemudian, rangkulan ketatnya kembali merenggang dan ketika itu segera kumanfaatkan dengan menyusurkan kembali bibirku dan mengemoti bulatan indah kenyal nan memabukkan itu.

Bukan hanya itu, kini akupun dengan rakus menjilatinya, mengelilingi puncak indah kecoklatan dengan putingnya yang sudah tegak menunggu terjangan dan lumatan lidahku. Tetapi, aku masih sabar dan bertekad perlahan agar nafsunya juga cepat menanjak kembali. Perlahan lenganku yang mengobok memeknya dari belakang, kuangkat kembali untuk menopang badannya agar tetap tegak sehingga permainanku di dadanya bisa berjaya bebas.

Bersamaan dengan itu, bibirku dan lidahku bergantian dan kumanfaatkan saat kepalaku bergerak dan membuat bibir dan lidahku mengelilingi perlahan seakan memicu gairahnya menyala. Dan, setelah beberapa putaran,

Happppp.....

Akhirnya bibirku menyergap lembut putingnya itu. Terasa lembut namun sangat kencang di mulut dan lidahku, memainkan bulatan terindah dan yang paling memabukkan yang pernah kutemukan. Dan otomatis diapun terlonjak dan menggeliat manja,

“Ouuuchhhhhh, shhhhhhhh, aaaachhhhhh, yaaaangggg..... “

Akan tetapi, aku mengunci dadanya dan kemudian dengan lahapnya lidah dan bibirku bergantian mencumbu putingnya. Sesekali menyedot, sesekali lembut menggigit puting itu, sesekali mengembungkan pipiku menyedot seutuhnya bulatan indah itu hingga maksimal, dan sesekali sekedar menjilati puting indah itu denan lingkaran sekalian. Pendeknya, aku ingin memainkan bulatan indah sempurna didadanya semauku dan sepuasku sekarang ini.

Tentu saja semua itu diiringi oleh lagu merdu berupa lenguhan, jerintan dan juga gelinjang tak henti dari Merry. Setelah dia mampu menahan kenikmatan itu dan gelinjangnya tidak heboh lagi, tekananku di punggungnya pada akhirnya mulai lebih kulunakkan. Supaya geliatan dan juga gerakannya, membuatku mampu dan bisa memberi kenikmatan lebih dengan kombinasi lengan, bibir, lidah dan tentu dilakukan atau melakukan tugasnya berselang-seling ataupun bersamaan.

Akan tetapi, beberapa saat kemudian, lenganku yang satu menjalar ke depan dan kemudian menyerbu buah dada sebelah kanannya, sementara lidah dan bibir tetap saja menjelajah dan menjajah buah dada satunya lagi. Dan pada akhirnya lengankupun mulai memainkan tangan meraba-raba dadanya dan sesekali menjepitkan jari telunjuk dan jari tengah ke puting buah dadanya dan dilain waktu menggesek-gesek putingnya itu. Pendeknya, kini kukonsentrasikan upayaku menaikkan gairahnya di sekitaran buah dada, mencumbu, meremas, membelai, menyedot, dan juga menjilatinya dengan penuh semangat.

Pada saat itulah aku yakin dengan menghitung kondisi putingnya yang saat itu sudah tegak mengacung, lenguhan dan geliatannya yang kembali membahana, serta gerakannya yang secara naluriah tak terkendalikan lagi. Akupun segera sadar bahwa dia memang sudah siap kembali. Sangat jelas bahwa pada saat ini, nafsunya sudah naik kembali dan sudah siap untuk memasuki babakan selanjutnya. Merry pada dasarnya sudah siap dan sudah mampu mendaki puncak kenikmatan kembali,

Karena pikiran itu, maka perlahan-lahan akupun melepaskan tekanan lenganku yang satu lagi di balik punggunnya. Dan kemudian, perlahan akupun mendorong tubuhnya ke belakang untuk berbaring di ranjangnya. Ranjang penganten kami pada malam ini. Dan, sepertinya diapun segera maklum apa mauku, karena memang saatnya sudah tiba. Bagaimanapun juga, akupun sudah sangatlah terangsang, dan tidak akan butuh waktu panjang untuk kembali mencurahkan spermaku ke dalam rahim Merry.

Segera setelah dia berbaring, akupun segera menindihnya sementara kedua belah kakinya segera mengangkang sehingga menempatkan tubuhku diantara kedua belah kakinya yang mengangkang itu. Kini sambil menindihnya akupun kembali mencumbunya. Bahkan dengan bebasnya kini kucumbui buah dadanya, dua-duanya. Satu dengan bibir dan lidah, satunya kuremas, kubelai dengan amat lembut memberinya kenikmatan. Suaranya kembali membahana,

“Ooohh, sshh, aachh, yang enak yang.... ” desahnya langsung terlontar tidak tertahankan begitu lidahku yang basah menggesek putingnya yang terasa sangat lunak dan nikmat itu. Begitu juga dengan lenganku meremas dan membelai buah dadanya. Bukan hanya membelai dan menggesek, akan tetapi lidah dan bibirkuku aktif mengemot dan sesekali menggigiti dengan gemas namun tidak keras putingnya itu. Ini membuatnya kembali melambung, dan tak lama kemudian kembali mulai terdengar rintihan dan desisan kenikmatannya.

“Oh my, yang, nikmat banget..... sssshhhhh, accchhhhh..... “

Aku masih terus menerus mencumbu buah dadanya. Menjilati dan menghisap dada dan putingnya di sela-sela desahan dan juga rintih erotisnya yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama makin menggelora ini. Semakin panas aku merangsang Merry maka semakin diapun menggelora dalam lenguhan, rintihan dan desahannya. Bahkan kini semakin ributlah dia dengan erangan kenikmatannya. Racauannya kembali mulai tidak beraturan dan semakin keras,

“Oooh yang, ouuccch yaaaaaang, enak banget. Terus yang, terus..... ” rintihnya bahkan diakhiri dengan agak setengah menjerit. Jika menjerit seperti ini, sebagaimana di mobil dan babak sebelumnya, maka Merry biasanya sudah di puncak dan tinggal menunggu waktu untuk dapat kembali mereguk orgasmenya.

Akan tetapi aku tentu saja tidaklah berhenti dan terus saja merangsangnya dan malahan tanganku mulai kembali membelai vaginanya. Berlomba dengan gerak lengannya yang juga membelai dadaku dan satunya menarik-narik tubuhku kebawah yang ditempatkannya di leherku.

Kontolku sendiri yang sudah tegak dan membesar, kini mengacung tegang, dan karuan dalam posisi kami yang terus bergerak, tiba-tiba saja menyentuh memeknya dan ini membuat Merry terbelalak. Sepertinya diapun merasakan betapa ujung kontolku tadi dengan hangat dan lembut sempat menyentuh belahan memeknya dan penuh menutupi bibir memeknya.

Akan tetapi, itu baru sentuhan yang memang kurasakan tadi tepat sekali di mulut memeknya. Meskipun itu tidaklah lama, akan tetapi cukup membuatnya kembali mengejang dan mungkin dia menduga jika kontolku sudah akan menembus lagi memeknya. Akan tetapi, meskipun aku memang masih ingin mempertahankan posisi percumbuan kami dengan menarik kembali kontolku, namun apa mau dikata. Pada saat itu percumbuan kami sudah cukup lama, bahkan sudah masuk ke ronde ketiga. Sejujurnya akupun sudah semakin tidak mampu menahan lebih lama lagi gelombang gairah yang menerpaku.

Meskipun demikian, aku juga masih mesti meningkatkan nafsunya agar kami bisa kembali mencapai puncak bersamaan. Tidak mungkin aku membiarkan dan meninggalkannya tanggung dan sendirian menyelesaikan puncak klimaksnya. Ini egois namanya. Dan untungnya dalam hal ini aku memang benar punya cukup pengalaman, setidaknya masih lebih dibandingkan dengannya. Karena itulah kembali aku haruslah mengambil inisiatif itu, agar dia tidak tertinggal.

Kini aku melepas putingnya lalu bangkit berlutut mengangkangi betisnya. Aku membungkukkan badan dan menciumi buah dadanya sekalgus mengemotinya, terutama putingnya serta meremas-remas ditempat yang menaikkan gairahnya. Lenganku otomatis meninggalkan vaginanya, dan kini menyerangnya habis, sementara Merry merintih dan semakin keras suara rintihan dan lenguhannya. Rintihannya malah kadang terdengar agak keras.

Kembali bibirku yang basah dan lidahku yang lembut menghantarkan dentuman dan rangsangan hebat yang merebak ke seluruh tubuhnya pada setiap sentuhan yang kuberikan di semua permukaan tubuhnya. Apalagi ketika lidahku senantias menggoda puting buah dadanya dan tentunya mengundang rintihan kenikmatan yang luar biasa. Beberapa saat lamanya, erangan, desahan dan juga rintihannya kembali semakin membahana. Semakin keras, akan tetapi kami tidak mengindahkan lingkungan dan terus saja lanjut.

Dalam kondisi kami sama-sama telanjang bulat, gerakan apapun dan ataupun persentuhan kulit tubuh kami, memang membawa akibat naiknya gairahku dan juga jelas gairah Merry. Tubuhku tetap masih menindihnya akan tetapi sekaligus terus saja memberinya rangsangan hebat, meski dia megap-megap karena posisinya lebih membuatku aktif ketimbang dirinya. Lobang vaginanya terasa makin panas dan basah serta mulai kurasakan berdenyut-denyut pada saat seranganku semakin intens disekujur tubuhnya.

“Ouuch, sshh, yang, aachh. Teruuss, yang. Terus yang, oooouughhh.... “ desis dan rintihnya berulang-ulang.

Entah mengapa aku menjadi begitu terangsang melihat tubuh telanjang Merry dihadapanku yang menggeliat-geliat. Sungguh pemandangan luar biasa, kini aku akan menyetubuhinya sepenuhnya. Bebas dan sama-sama melakukannya serta sama-sama menikmatinya. Sebentar lagi aku bakalan kembali menyetubuhi sahabatku sendiri, bekas staffku dan pacar orang lain. Sebentar lagi aku akan menyetubuhi kekasihku ini. Terasa ada yang menyeruak, tetapi memangnya bisa apa kesadaran itu saat ini ?

Persetan statusnya....

Memikirkan ini, terus terang aku makin bersemangat. Meskipun, bukan sekedar ingin ngentot sesungguhnya yang ada di benakku. Karena pada dasarnya aku merasa nyaman, senang dan menikmati menghabiskan waktu bersamanya. Jika akhirnya kamipun berakhir di atas ranjang, hal ini bukannya sesuatu yang akan kukutuk kelak. Sebaliknya, sesuatu yang akan kukenang dan akan kujalani serta kunikmati sebagai bagian hidupku. Ujung dari rasa cinta, apalagi jika bukan menumpahkannya dalam aktifitas seperti ini ? munafik mereka yang mencoba menyangkalnya dan coba menuduh bahwa proses ngentot adalah ekspresi nafsu belaka. Memangnya cinta bukan nafsu ?

Anehnya gelora napsu birahiku terus saja mengelegak. Sedangkan Merry sendiri pada saat itu nampaknya semakin tak mampu mengendalikan gejolak nafsunya. Sama saja sebetulnya kami berdua. Maklum, kami berada pada puncak dari kenikmatan yang mungkin kami gapai. Kedutan area vaginanya makin jelas, dan dia sendiripun kini semakin pasrah dan memintaku untuk segera melakukan penetrasi. Karena itulah, kini dengan sengaja diapun membuka kakinya hingga mengangkang lebar-lebar. Dan ini mengundangku pada akhirnya mendorongkan pantatku dan juga menuntun arah penisku untuk kembali ke bibir vaginanya.

Kulihat wajahnya memerah dan meminta dengan sangat. Kemudian pada saat itu, akupun secara perlahan-lahan mulai menekan turun kepala penisku untuk dapat segera menembus vaginanya. Dia agak senang dan menjadi tak sabar karena aku memang bergerak perlahan. Bahkan terkesan terlampau perlahan, dan ini memang sejujurnya kusengaja.

Akan tetapi akhirnya.....

“Blessss..... “

”Ngek, oooooocccchhhh,..... oooooups, enak banget yang, sssshhhhh. Masukin terus yang, oooooooh..... ”

Erangnya terus dan terus meminta lebih, karena baru sebagian kontolku yang masuk. Dan ini memang kusengaja, karena proses yang perlahan tapi pasti akan membantunya melambung perlahan namun juga pasti. Kini memang baru area kepala kontol yang telah terbenam dan memasuki memeknya, tubuhnya. Tetapi inipun telah cukup membuatnya merintih dan diapun coba menaikkan pantatnya menyambut kontolku agar menusuk lebih jauh. Lebih dalam, lebih jauh.

Akibatnya tak urung, penisku yang sudah tegang sempurnakekar keras dan berotot kurasa segera memasuki dan mendesak vaginanya dan dengan seret memasuki liang memeknya. Sudah setengah kontolku kini yang masuk dan terbenam di dalam memek hangatnya itu. Momen ini benar-benar kunikmati dan kuatur selembut dan selambat mungkin, agar setiap urat dan sekujur kulit kontolku menikmati sentuhan dan gesekan dengan memeknya.

“Gila, padahal baru tadi kumencumbunya, kenapa gairah dan antusiasmeku ini tak berkurang sama sekali ..... ?“ desisku kaget. Sungguh tidaklah mengira jika babak ini masih demikian panas membara, nafsu yang terkuak demikian menggelegar dan gairah Merry sendiri bagaikan tidak ada habis-habisanya. Yang bisa direguk, direguknya.

Namun tentu saja aku tidak akan berusaha menemukan jawabannya selain aku menjadi takjub dan tak habis mengerti. Hanya saja, memang sejujurnya akupun merasa sangat senang dan bersemangat dalam memasukinya, mencumbui dan menikmati persentuhan kontolku dengan memeknya. Aku sangat bersemangat dan membenamkan kontolku ke memeknya secara perlahan dan menikmati sensasi luar biasa darinya. Dan membuatnya tergial-gial menahan nafsu dan juga kenikmatan yang mendera.

Mata Merry membeliak karena aku melakukannya perlahan-lahan, mulai dari kepala kontolku dan akhirnya nyaris semua terbenam, meski belum seisinya kutancapkan ke memeknya. Kujaga irama itu dan tanpa terburu-buru kulakukan, tetapi dengan perlahan tapi pasti. Kunikmati dan kuresapi sambil merasakan betapa kontolku tenggelam dan menggedor rahimnya. Membuat matanya memejam dan membuka, mulutnya merintih kenikmatan.

Akupun kembali menjilati dan menghisap putingnya yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodanya dengan menggesekkan gigiku pada putingnya, akan tetapi kini tidak sampai menggigitnya. Lalu kembali menjilati dan menghisap putting sedikit agak kuat sehingga membuatnya tersihir oleh deraan kenikmatan yang tiada tara itu.

Kemudian bersamaan dengan itu, kuhentakkan kontolku sehingga kini dapatlah seluruhnya tenggelam dalam memeknya. Sepenuhnya...... tenggelam dalam kungkungan memeknya.

"Ooooucccchhhhhhhhhh.............. ”

Ini bukan lenguhan, akan tetapi jeritan jelasnya. Ini setelah dengan perlahan namun pasti, ada akhirnya kontolku terbenam seluruhnya dan hilang ditelan oleh memek hangatnya. Dan akupun mendongak keatas, seakan ingin berteriak pada dunia, bahwa aku telah mampu dan berhasil membenamkan kontolku kepada orang yang kurasa layak untuk menerima kenikmatan dariku.

Sesaat kemudian, kulihat dia mulai lebih rileks menerima hujaman meriamku yang kini bersemayam di tahta memeknya. Melihat reaksinya membuatkupun

Mulai menggerakkan kontolku perlahan dan lembut menembus vaginanya. Kini aku menggerak-gerakkan pantat maju mundur dengan perlahan, ini gunanya untuk memancing gairahnya semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh di vaginanya. Sehingga akan membantu melicinkan jalan masuk penis berotot ini ke dalam liang kenikmatannya tahap demi tahap.

Tak mau kalah dengan kontolku, saat itu lidahku yang lembut dan basah telah berpindah-pindah dari satu puting ke puting yang lain, membuat kepala Mery terasa semakin melayang didera kenikmatan yang semakin bergairah. Pada akhirnya aku sangat menikmati saat melihat nampaknya napsu birahi Merry kembali memuncak dan bahkan dia berteriak,

“Yang, gila enak banget..... aaaauuuucchhhhh..... “ sambil melengkung serta menyambut tusukan lembut kontolku yang tenggelam ke vaginanya. Gerakan Merry, membuatku menaikkan ritme dan kecepatan tusukan. Tidak lagi pelan, tetapi mulai menambah kecepatan genjotanku. Dan kurasakan dibawah sana jika diapun ikut bergoyang menyambut tusukanku dan membuat beberapa variasi gerakan yang tidak biasa.

Sampai pada akhirnya aku merasa menjadi laki laki perkasa yang benar benar telah berhasil mendatangkan pusaran kenikmatan dengan menghisap seluruh pikiran jernih Merry. Membuatnya melupakan Dodo pacarnya serta melupakan statusku sebagai suami orang, dan membuatnya merintih, berteriak dan malah mendesak akibat terjangan kontol ke vaginanya dan kemotan lidah di putingnya. Kombinasi yang memudarkan pertimbangan rasionalnya dan menenggelamkan dirinya dalam pusaran hasrat dan birahi.

Yang terjadi selanjutnya adalah Mery kini dalam rangsangan dahsyat mampu dan membuatnya semakin ingin untuk terus mengarungi permainan sex hingga di ujungnya, kenikmatan total. Bahkan dengan sangatlah antusias, diapun kini bergerak liar, menyambut sodokanku dan juga merabai, menjilati dan menjiwai persetubuhan kami. Otomatis saat itu sodokankupun berubah, lembut, keras, cepat, lambat, kadang sesekali lebih keras dan iramanya berubah. Sengaja kubuat menjadi sangatlah variatif dengan beragam irama berbeda. Dan sebagai akibat dari variasi gerakan itu,

“Ouuch... sshh.. aachh.. teruuss.. yang, memekku diapain yang... ouccch, sssshhh, yaaaaang,..... “ terus dan terus dia merintih dan menjerit penuh kenikmatan. Wajahnya memerah dan sesekali matanya terpejam. Gerakan liarnya juga semakin terasa.

“Gila, liar banget Merry bercinta seperti ini..... “ pikirku agak kaget pada saat itu. Akan tetapi aku tidak perduli, irama dengan gaya standar ini kulakukan secara bervariasi. Kutahu itu akan menjaga momentum dengan semakin liarnya Merry dan akan tetap terjaga, bahkan mungkin semakin liar jika mendekati ambang batas memasuki puncak kenikmatan. Benar saja, karena tiba-tiba kini dengan cepat Merry meminta untuk berada di atas.

Meski baru kisaran lima menitan aku menyodok dan mencumbunya, dia meminta untuk dapat berganti gaya. Itu dilakukannya dengan sedikit memaksa dan mau tak mau aku memenuhinya. Dan tak lama kemudian, dia sudah menaikiku dan dia mulai memaju mundurkan pantatnya agar kontolku bisa masuk keluar secara leluasa dan matanya terpejam sambil mendesis-desis keenakkan. Kembali aku mampu menatap dan melihat wajahnya yang mata sedang terpejam dalam mengarungi dan menikmati persetubuhan kami.

“Ooooh yang, enaknya..... enaknya, aaaaaachhhhh...... “

Dalam posisi barunya itu, terus menerus Merry mendesah, merintih penuh kenikmatan, dan kemudian dia membalas dengan maju mundurkan tubuhnya sehingga menancapkan kontolku penuh ke vagina indahnya. Akupun segera menyambut dan mengimbangi gerakannya denganmemaju mundurkan tubuh hingga semakin cepat gerakan keluar masuk kontolku di memeknya.

Beberapa saat berlalu dan tiba-tiba saja kecepatannya menyentak dan terus bertambah cepat untuk kemudian menerjangku sehingga keluar masuk kontolku ke vaginanya semakin cepat juga otomatis. Saat memandang ke matanya yang terpejam dan terlihat sedang berkonsentrasi, sadarlah aku bahwa dia memang sudah sedang mendaki puncaknya. Dia pasti akan segera memasuki fase itu, fase terakhir, sementara aku sendiri memang tinggal menunggunya sebelum memuntahkan laharku kedalam tubuhnya.

Seluruh batang kemaluanku yang kekar keras tertelan kedalam lorong sempitnya dan kini tubuhnya maju mundur untuk mereguk kenikmatan raga dan nikmat dan serta gairah nafsu kami. Kami saling memberi kenikmatan dan aku mengalami kenikmatan yang sangat hebat, karena seakan bibir vaginanya terus meregang, mencengkeram otot besar dan kerasku ini. Kenikmatan ini semakin meninggi dan menaikkan tensi persetubuhan kami, dengan kontol dan vagina terus saja saling mengisi dan saling mengalirkan kenikmatan. Tegangan dan efek dari itu semua semakin tak tertahan dan perlahan-lahan mengantarkannya untuk tiba pada puncak yang dicari.

Akan tetapi, melihat dia masih belum juga, setelah lima menit lebih berlalu aku memintanya berada dibawah kembali. Bakalan sulit menahan gelora gairah ini terlampau lama, dan aku ingin menikmati puncakku dengan berada di atas tubuh Merry. Dan mengontrol persetubuhan ini secara penuh. Selain bisa menikmati ekspresinya, juga lebih mudah aku menembakkan spermaku kedalam rahimnya. Sebagaimana tadi aku ingin mengeluarkan spermaku didalam. Aku bukan tak berpikir dan tidaklah menimbang keputusan itu.

“Yang, aku ingin selesaikan ya..... “

“Iya, sama-sama yang, aku gak tahan lagi, ouiuuchhhh..... “

Tidak lama kukangkangi tubuhnya dan kembali kumasukkan kontolku ke belahan vagina basahnya. Dan serentak aku mulai lagi memaju-mundurkan pantatku lagi. perlahan, cepat, perlahan cepat, dan irama yang kadang terjaga dan kadang liar. Kusodok dengan kecepatan tinggi, dan kemudian kulambatkan, dan kuatur lagi kecepatannya yang berirama. Kadang berirama dan kadang cepat dan liar. Dan pendeknya, tidak ada irama statis, selalu berubah, kecepatan dan jenis tusukan kontol ke vaginanya.

“Yang, gila, kamu gila... enaknya yang..... ” Merry tentu saja menyambutnya dan dia semakin liar dan matanya seperti terbeliak menikmatinya. Jelas dia sebentar lagi akan sampai. Aku tak ragu dengan pengetahuanku, karena sudah berapa kali aku mengalami dan melihatnya.

Sebentar kemudian, diapun makin tidak kuasa lagi untuk tidak merespon akan kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatnya maju-mundur dan kadang malah berputar menyelaraskan gerakan pantatku menyodok dan juga mendesakkan kontolku. Hingga pada akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh kenikmatan. Karena memang, sungguh kenikmatan luar biasa saat itu,

“Hhhhh.. sshhhh.. yang.. oohh ..suungguuhh.. niikmmaat sayangghh..” desahku menikmati pergumulan dahsyat ini,

Sudah habis kewarasannya, dan aku juga. Karena kini bahasa tubuh kami, baik aku maupun juga mulutnya sudah senada. Sama kami berdua. Akupun memang sudah terangsang hebat dengan lenguhan, desisan dan racauan Merry. Aku membalas dengan pertanyaan.

“Merry sayang, memekmu nikmat sekali saying, oooooh.... ” desisku terpancing oleh ributnya Merry saat bersetubuh. Karena itu, akupun sampai mengeluarkan kata-kata tak terkontrol dan keluar begitu saja karena kewarasanku dan sekalian pertimbangan rasionalku sedang kabur. Hal yang sama dengan keadaan dan juga kondisi Merry pada saat itu.

Bahkan Merry, lebih gila lagi, karena dia kini merintih, mengeluh dan menjerit tertahan dengan tak henti-hentinya. Akibatnya otakku kini benar benar terhipnotis oleh kenikmatan yang sangat luar biasa ini. Dan terdengarlah jawaban Merry yang jelas juga berada diluar kesadarannya sendiri saat itu,

“Ohh ssh yanggg.. kontolmu enak banget yang.., sssshhhhh, ouucchhhhh.... “

Tetapi tak kusangka, Merry malah setengah menjerit setengah histeris setelah tadi berkata tanpa bisa kusela,

“Memek Merry lagi dibobol, dientot kontol yayang..... ouuughhh..... “

“Enaknya yang..... terus yang..... “

Merry tak malu, meskipun sangat boleh jadi persetubuhan kami saat ini sudah terdengar tetangga kami. Akan tetapi, kami tentu saja tidak memperdulikan hal itu lagi. Karena pikiran kami sudah dikuasai nafsu dan kami berlomba untuk bisa dan segera dapat menyelesaikannya. Sebentar lagi. Itu kuyakin. Semakin dekat dan semakin keras kini sodokanku, semakin cepat juga.

Kami sama-sama tidak malu, dan sepertinya memiliki keliaran yang sama ketika atau saat sedang bercinta. Mulut Merry bisa tak ramah dan liar saat bercinta, dan aku senang dengan kondisi seperti itu. Racauan dan desahannya sangat liar dan makin memenuhi ruangan kamar, bahkan aku yakin, jika ada orang diluar kamar, maka diapun atau merekapun pasti bisa mendengarkan racauan Merry. Ataupun, pasti ada yang tergoda mengintip kami.

Kejadian selanjutnya membuatku menjadi bersemangat ketika Merry malahan makin berani dengan mengulangnya. Bahkan dengan kata kata lebih jorok lagi, dan makin membuatku terangsang, benar-benar posisi, racauan dan nikmatnya Merry dalam percintaan kami membuat gairahku memuncak. Gerakannya serta ekspressi dan keberaniannya meracau, membuatku meningkat hebat.

”Och.. entotin terus sayaang, entotin lagi memek sayangmu. Keliarkan didalam yang, entotin memekku terus.... “

Apa yang terjadi benar benar luar biasa, membuatku menjadi semakin beringas mendengar ucapannya itu, genjotanku makin membabi buta, batang kontolku yang berurat terus menerus “menghajar” habis lobang vaginanya tanpa ampun. Dan diapun makin histeris mendesah-desah.

Kami bergumul habis, bukan hanya aku yang menghajarnya, diapun menyerang aku dengan ciuman, liukan dan gerakan-gerakan bersetubuh yang luar biasa. Ini hebat, dan terus terang belum kualami sebelumnya. Nyaris seganas kawanku atau selingkuhanku yang dosen manis itu.

Akan tetapi dalam hal kata-katanya yang terus makin vulgar dan bermunculan terus menerus, jelas Merry beda dengan dosen cantikku. Seakan-akan dia sudah terbiasa bersetubuh secara liar seperti itu. Atau inikah sisi liarnya, sisi paling liar yang masih belum disadarinya sebelumnya ? entahlah. Yang jelas, ini bukannya yang terakhir, dan aku akan semakin memahaminya nanti.

”Kontolmu enak yang, terus yang.... memekku pengen digituin, gatel... “

Ach apa yang terjadi dengan Merry? Mengapa kini dia begitu antusiasnya dan merespon dengan kata kata vulgar? ada apa dengan Merry selingkuhanku ini, mantan teman kantorku? pertanyaan yang membuatku penasaran, sekaligus membuatku ingin menumpahkan semua spermaku kedalam rahimnya. Dan ini juga membuatku sama liarnya bersetubuh.

Bukankah dia biasanya begitu sopan terhadapku ? bukankah dia begitu manis dan begitu hormat kepadaku semasa kami menjadi teman sekantor? Mengapa kini dia nampak begitu liar, begitu vulgar dalam bersetubuh dan dalam bercinta denganku? Bukankah dia tau jika dia punya pacar dan aku punya istri? Entah, aku tak tahu lagi.

Entah karena rangsanganku tadi? Ataukah???? bukankah aku bukan pacarnya? Dan dia punya pacar sendiri? Repot, runyam akan tetapi terus terang membuat sisi liarku juga terpancing.

Terus menerus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidahku kembali menari di putingnya yang memang nampak gatal memohon jilatan lidah lembut basahku. Mery benar benar menikmati permainanku sambil meremas-remas rambutku. Kami berjuang menuju puncak, sudah mendekati sepuluh menit sejak kumasukkan penisku dalam posisi terakhir ini.

Rasa kesemutan dan kedutan berdesir dan setruman nikmat makin menjadi jadi merebak berpusat dari kontolku. Tentu saja. Tetapi aku coba menahannya, malu kalau mendahului Merry. Jarang aku bersetubuh dan bisa memperoleh dorongan keluar lebih cepat, ataukah mungkin karena aku memang menikmati permainan dan keliaran dan kata-kata vulgar Merry? Entahlah. Itupun aku tak tahu, tidak ada jawabannya untuk saat ini.

Yang pasti penisku yang dahsyat semakin cepat dan makin kasar menggenjot vaginanya dan menggesek-gesek dinding vagina yang mencengkeram erat itu. Bahkan seperti mau menelan penisku dalam-dalam. Hisapan dan jilatanku pada putingnya pun semakin cepat dan bernapsu.

Aku terus menerus menggusur-gusurnya, serta melumatnya, mengemotinya sampai habis. Merypun menikmatinya, begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhnya terasa seperti penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah. Makin bertambah dan terus bertambah. Gerakannya otomatis jadi semakin liar, dan jelas dia menuju puncak sekarang.

Semua itu masih terus bertambah dan kedutan itu kurasakan di kontolku. Aku paham apa artinya. Karena terus bertambah dan seakan tanpa hentinya sampai akhirnya seluruh tubuhnya bergelinjang makin liar. Dan dia, nampaknya tidak bisa mengendalikan dirinya saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh nadi tubuhnya. Matanya membeliak, gerakannya makin liar dan menyambut tusukannya dengan amat antusias,

Desahannya sudah berganti dengan erangan erangan liar, bahkan kata katanya semakin vulgar.

“Ahh, oooh, aaachhh..... Ouchh.. entootin terus sayaang. Genjok terus, tusuk;ah terus. Accccch, oooooh habis sudah memekku. Genjoott terus yang..... kontolmu bikin sampe mentok......”

Dan, terus lagi mendesis dan merintih,

“Ooooo yang..... terus yang,.. eenaknyaa yang, enaknya, ngeentoot denganmu. Terus, terus, terus, terus...... ”

Mendengar celotehannya, Aku yang sebenarnya pendiam berubah menjadi semakin beringas seperti banteng ketaton dan yang membuatnya benar benar takluk. Untungnya adalah, staminaku juga terhitung sangat baik, meski tidak pernah kulakukan seperti ini sebelumnya. Tetapi untuk mengimbangi Merry saat ini, kurasakan masih cukup memadai.

Merrypun benar benar sudah lupa siapa dirinya dan siapa diriku. Yang pasti kami sudah saling menerima sebagai kekasih saat ini. Yang kami rasakan sekarang adalah perasaan yang melambung tinggi, tinggi sekali. Yang ingin kami nikmati sepuas puasnya dan yang belum pernah kami rasakan sebelumnya dengan pasangan masing-masing.

Bahkan Merry sendiri menurut pengakuannya, baru beberapa kali melakukannya dengan pacarnya, meski itupun kurang tuntas dan selalu tergesa-gesa. Sedang aku, pada saat ini mengombang ambingkan dirinya dilautan kenikmatan yang maha luas, seakan akan tiada tepinya. Tepiannya sedang kami perjuangkan dan sedang kami buru. Sudah beberapa menit aku berada di atas kembali, mengatur irama, mempercepat atau memperlambat.

Akhirnya dia tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan yang terus melanda seluruh tubuhnya yang begitu dahsyatnya menggulung datang, terus dan terus datang. Gulungan dan gelombang kenikmatan yang menderanya, pada akhirnya tidak bisa ditahannya dan menghempaskannya ke tepain kenikmatan dan diapun terdengar menjerit menyambutnya,

“Ngghh nghh nghh.. oooooh yang.. aaaakku mau keluaar, aku mau nyampe. Aku mau dapat, aku mau dapat yaaaaaang. Aku dataaaaaaangggggggg....... ”

Erangan dan pekikannya meledak menyertai gelinjang liar tubuhnya sambil dia memeluk erat tubuhku dan mencoba menahan kenikmatan dalam tubuh. Aku mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluanku dalam-dalam. Selanjutnya dengan memutar mutar keras sehingga clitorisnya yang sudah begitu mengeras, jadi habis dan bisa digencet oleh penisku.

“Aacchh betul yang. Itu sungguh niikmaat, tekaaaaann teruuss.. ouuuch yaaang tekaaaaaan, acccchhhh.. ”

Ledakan kenikmatan orgasmenya terasa seperti menyemburkan lendir orgasme dalam vaginanya. Karena itu segera saja kupeluk tubuhnya dengan erat sekali dan wajahnya kuciumi. Sementara dia sambil mengerang-ngerang dikupingku dan aku terus saja menggerakkan sambil menekan penisku secara sangatlah perlahan. Di mana setiap mili penisku menggesek dinding vaginanya dan jelas bisa menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang dia rasakan dalam tubuhnya yang tidak bisa dilontarkan dengan kata kata.

Akan tetapi, beberapa saat karena menekan kontolku penuh dengan tekanan yang stabil, akupun sebenarnya memang berkonsentrasi melepas puncak gairah yang sudah tak tertahan. Karena itu, bersamaan dengan dia melepas puncaknya dan orgasmenya, akupun meledak,,,,

“Aaaaarrrrgggghhhhh.......... “ aku menggeram, nyaris sama kerasnya dengan dia menjerit melepas energy besar saat orgasme.

“Crot, crot, crot.... “ bunyi semburan spermaku yang sukses melenggang masuk ke rahimnya. Ya, aku menumpahkannya didalam,

Aku jelas tak tahu lagi, tak sempat lagi kumenghitung berapa kali bisa dan dapat kusemprotkan spermaku kerahimnya. Yang pasti, beberapa kali meski tidaklah sepanjang dan tak selama ketika aku melepas organsme tadi di mobilku. Satu orgasme yang maha dahsyat buatku.

(Bersambung)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd