Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Siapa profil perempuan yang anda favoritkan dalam cerita ini hingga Chapter 16 terakhir?

  • 1. Merry

    Votes: 33 19,6%
  • 2. Mirna

    Votes: 65 38,7%
  • 3. Rachma

    Votes: 55 32,7%
  • 4. Winda

    Votes: 15 8,9%

  • Total voters
    168
KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Author
ReinalWriter

Chapter 14
POV JACKY - Lanjutan


“Ooooooh, begitu pak? tenang saja, presentasinya sudah nyaris selesai kubuat dan nanti kusiapkan dwi lingual language, jadi termasuk juga bahasa Inggeris. Mengenai kualitas dan substansinya, jangan takut. Pak Zul cukup mengenalku, aku tentu tidaklah mau mempermalukan diriku dan perusahaanku.... “ jawabku dengan sangat tenang dan mencoba meyakinkan pak Zul,

“Sudah tentu aku percaya padamu Jack, aku mengenalmu cukup baik dan acara itu juga sebetulnya mempertaruhkan reputasi dan kinerjaku. Karenanya, aku tak mau memilih secara sembarangan... “ tegas pak Zulhan, dan dari nada suaranya jelas dia sangatlah serius.

“Exactly, aku yakin itu pak..... “

“Good luck ya.... “

Seusai tilpon itu, semangat bertarungku justru makin meningkat. Bukannya jadi menyerah dan kehilangan semangat, aku malah semakin bersemangat. Bukan karena persaingan, tetapi karena gengsi acara itu berpotensi mengangkat kami lebih tinggi dari sekarang.

“Semakin menarik niy pertarungan..... “ gumamku antusias, dan tidak membuat aku terprovokasi. Meski, memang harus dengan tampilan extra. Soal kualitas aku tak pernah tak percaya diri, kalau pertimbangannya sudah di luar masalah itu, ya sudahlah. Sudah di luar jangkauanku.

Sederhananya begitu. Sesuatu yang masih bisa kujangkau, pastilah akan terus kuperjuangkan, jika tak terjangkau, relakanlah.

Kehadiran kompetitor seperti keponakan Menteri, jelas sangat memacu meski aku sadar, aspek nepotisme bukannya tidak berpengaruh pada penetapan siapa pemenangnya nanti. Karena itu, akupun memutar otak untuk lebih melekatkan banyak daya tarik dan sudah tentu keunggulan dalam presentasiku. Akan tetapi, itu belum akan kuselesaikan, karena sudah jam makan. Lebih penting makan, sebelum justru kehabisan energy dan tidak bisa bekerja. Kebetulan terdengar ajakan untuk makan saat itu,

“Jack, ayolah, sudah lewat jam lunch niy..... “ terdengar suara Mirna yang sama denganku, ternyata tenggelam dibalik pekerjaan kami. Sama-sama bekerja ekstra keras untuk pekerjaan itu.

“Bilang aja kalau mau traktir aku lunch Mir.... “ desisku tersenyum memandang dia yang melongok dari pintu masuk ruanganku.

“Ayolah, laper niy..... “

“Ntar, wait a second..... “

Kuraih hp nokia pribadiku dan kemudian berbenah sebentar dan selanjutnya aku sudah melangkah bersama Mirna untuk turun ke kantin. Sesungguhnya tidaklah sering aku makan di kantin, ini kulakukan jikalau terpaksa dan memang sangat butuh udara dan nuansa lain untuk makan siang.

Lebih terbiasa jika memang harus makan di kantor, aku menuju ke cafe khusus yang agak adem di lobby gedung. Lebih sering lagi, bertemu klien dan makan siang bareng. Tapi, hari ini tidak mengapalah bersosialisasi di kantin. Selain memang butuh udara segar, yang bear-benar segar meski sedikit lebih panas jika dibandingkan dengan ruang AC di kafe.

Pada akhirnya, siang itu sambil makan kujelaskan lagi rencana mengerjakan apa yang kami rapatkan tadi kepada Mirna. Dan sekaligus menjelaskan persiapan presentasiku yang paling tidak sudah setengah jalan sejauh ini. Sementara Mirna mengikuti penjelasanku sambil makan. Kali ini, Winda dan Rachma makan siang bersama kawan kantor kami yang lainnya.

“Mir, presentasiku garis besarnya sudah oke, tinggal menyiapkan nilai tambah dan faktor pendukung memperkuat presentasi. Pikiranku saat ini sudah bukan di presentasi, tetapi sudah beralih ke pengerjaannya nanti, meskipun kita ternyata punya saingan yang cukup berat. Tapi, aku yakin jika kita akan mampu menang dan mengerjakan pekerjaan itu.... “ desisku coba meyakinkannya, dan kurasa aku sukses meski terbersit keraguan dalam dirinya sekarang.

“Saingan berat ? siapa..... “? desis Mirna menghentikan sebentar makannya dan menatapku sedikit agak bingung mendengarkan perkataanku tadi.

“Memang, ponakan menteri. Jelas saingan berat bukan.... “? jawabku tersenyum sambil memandang wajahnya yang tambah terkejut dengan jawabanku. Sekalian kaget karena aku terhitung agak santai saat itu. Bisa jadi itu yang membuatnya tak mengerti. Punya saingan berat tapi aku tenang saja. Tentu itu memang terasa aneh, meskipun buatku biasa saja.

“Waaaaah, berat tuch Jack.... “ desis Mirna kaget.

“Tapi, kamu sepertinya masih tetap yakin meski ada tantangan yang seberat itu Jack.... “? tambah Mirna dengan pertanyaan. Dia masih belum melanjutkan makannya dan memandangku sedikit bingung.

“Kalau tidak yakin, aku tidak akan begini, kamu tahulah.... “ tegasku memberi dia keyakinan bahwa aku sama sekali tidak akan mundur. Tantangan seperti itu bukan sesuatu yang akan mudah membuatku mundur dan kemudian menyerah tidak memasuki arena persaingan.

“Kamu memang nekat. Untungnya memang berisi.... “ gerutu Mirna yang masih kaget mendengar kami punya saingan berat. Dan kemudian melanjutkan makan siangnya setelah tahu aku tidak akan mundur.

“Kita tak akan mudah menyerah Mir..... “ desisku serius, dan memang aku serius akan bertarung karena memiliki peluang menang yang cukup.

Hari kamis dan jumatpun berlalu, dan semua itu terisi dengan kerja kerasku guna menyusun dan menyelesaikan bahan presentasiku. Bukannya satu atau dua sms dari Merry. Tetapi selalu kubalas, dan kami lebih banyak bermain erotis melalui sms an, dan untungnya Merry paham dengan pekerjaanku.

Apalagi, dia juga ternyata bertanya dan bercakap dengan Mirna. Sehingga dia sendiripun cukup mengerti apa yang sedang kukerjakan dan kukebut sekarang ini. Beruntunglah, karena dia sangat mengerti dan hubungan baiknya dengan Mirna membuatku tidak harus banyak menjelaskan hal-hal yang sedang kukebut dengan sekuat tenagaku.

Sepanjang kamis dan jumat, aku bekerja hingga jauh malam dengan Mirna, dan baru selesai hingga jam 21.00. Dan sesudahnya aku terus mengantarkan Mirna pulang ke rumahnya di daerah Pasar Minggu. Baru setelahnya aku akan lanjut ke daerah Taman Mini di daerah Jakarta Timur. Karena memang rumahku memang disana. Sudah sedikit dekat dengan pinggiran Jakarta.

Tetapi, jumat malam saat mengantarkan Mirna pulang, di tengah keletihan kami berdua, tiba-tiba Mirna mengingatkanku,

“Jack, kamu datang kan resepsi besok.... “? suaranya terdengar sudah agak letih tetapi masih terdengar jelas di telingaku.

“Eccccch, resepsi siapa Mir.... “? aku kaget juga, karena jujur memang tida tahu dan belum mengetahui adanya resepsi besok. Resepsi siapa? Aneh juga. Tapi, jika dari Mirna inofrmasinya, mestinya orang dekat kami. Di Kantor.

“Loh, kan sudah kuletakkan di mejamu dua minggu sebelumnya..... “ berkata Mirna sambil sedikit merengut. Kesal juga dia mungkin, karena aku tidak tahu.

“Accccch, aku ingat. Ada undangannya, tapi maaf gak sempat kubaca Mir. Sorry, aku gak tahu resepsi siapa.... “ sesalku.

“Lagipula, kamu tahulah berapa hari terakhir, terlampau banyak beban dan yang seperti itu, tidak sempat kusentuh sama sekali….. “ desisku membela diri. Meski memang yang kusampaikan kepadanya, memag benar.

“Hadeuuuh kamu tuch Jack, sudah kubilang ajukan untuk hire sekretaris supaya ada yang mengingatkan jadwalmu. Tapi kamu keras kepala siy..... “ dan akhirnya Mirna kembali mengulang usulannya agar aku memiliki sekretaris sendiri di kantor mengingat frekwensi kerja dan kesibukanku.

“Bagiku sudah cukup kamu Mir.... “ desisku tak menyesal. Dan memang ini buatku sudah lebih dari cukup, meskipun sebenarnya membebani Mirna dengan pekerjaan tambahan yang lebih. Tetapi, kulihat dia senang-senang saja meski kelebihan beban bekerja denganku.

“Sudahlah, besok kamu datang gak.... “? Mirna tidak melanjutkan mengejarku soal adanya sekretaris buatku. Karena dia tahu, ujungnya juga akan sama belaka dan tidak akan ada solusinya. Karena masalah ini sudah beberapa kali kami perdebatkan, dan aku belum pernah menyetujuinya.

“Tapi resepsi siapa Mir.... “?

“Itu loh, Dewi yang punya acara besok, dia nikah sama teman kuliahnya yang sekarang kerja di Sekretariat Negara..... “ jawabnya pada akhirnya.

“Ooooh, Dewi dari HRD ya.... “?

“Exactly... “

“Hmmmm, kuupayakan dech..... “ sesungguhnya aku tidak terlampau antusias, akan tetapi jika teman kantor, rasanya risih juga tidak sampai datang.

“Kita semua diundang, Merry bahkan juga akan datang. Tadi sudah ku tilpon anak itu, dan dia ketawa-ketiwi senang bukan main. Aku curiga dia sudah ada yang lain, bukan Dodo lagi kayaknya.... “

“Yang bener Mir….. “? desisku pura-pura kaget. Padahal itu sandiwara saja, tapi peduli amat. Sejauh bisa menjauhkan kecurigaan Mirna, pasti akan kulakukan.

Selanjutnya akupun terdiam. Tak mungkin akan kujawab dan kuberitahukan jika “yang lain” itu adalah aku orangnya. Akan tetapi, ketika mendengar bahwa Merry juga akan datang di acara resepsi besok, aku menjadi bingung. Kok Merry gak nyebut soal undangan resepsi malam besok ?

“Jadi datang kan..... “?

“Sabtu kan hariku dengan anak-anak Mir. Tapi, akan kuupayakan dech.... “ aku berkata sekilas dan sekenanya saja.

“Haruslah Jack, ini temen kantor loh..... “ desak Mirna yang melihatku agak ogah ogahan dan tidak memastikan.

“ Iya, iya. Aku datang dech..... “ setuju akhirnya, karena jika tidak, Mirna bisa jadi akan mencecarku terus menerus. Aku tahu soal itu.

Setelahnya kamipun terdiam, bahkan beberapa menit kemudian Mirna seperti tertidur dan kumaklumi karena dia memang sangat letih selama dua hari terakhir menemaniku lembur. Posisinya tergolek ke arah pintu, dan otomatis bongkahan dadanya juga bergeser dan membuat cela lebar disana.

“Deghhhhh…… “

Sekilas, aku melihat sesuatu yang membuatku yakin bahwa tadi sempat dapat melihat BH yang tengah dikenakannya.....

“Hmmmmm, montok dan besar..... “ gumamku ngeres, dan cuma sampai disitu karena jelas Mirna itu untouchable. Dia itu tangan kananku dan dia istri sahabat baikku sendiri. Terlarang untuk didekati. Sebaliknya aku harus menjaganya. Karena itu, aku berusaha keras menenangkan diri agar tidak melanggar dua tabu yang sangat penting buatku.

Akan tetapi, memang agak celaka karena posisi Mirna seperti itu terus bergerak seiring dengan gerakan dan juga gertaran mobilku. Sehingga semakin melebar dan semakin nyata singkapan di dadanya itu. Nyaris dapat kumelihat sebagian besar buah dada sebelah kiri yang terbungkus rapih oleh BH berwarna putih yang dikenakannya.

Bukan hanya itu, karena bahkan akupun bisa melihat bulatan yang nyaris tidak bisa tertampung penuh oleh cup BH nya. Pemandangan ini benar-benar sukses membuatku merinding. Akan tetapi tentunya sangat tak bisa kusalurkan dengan menyentuh Mirna. Ini terlampau berbahaya, meskipun juga terlampau menarik. Meski, juga ada sedikit rasa berdosa mengintipnya.

“Tapi, terlampau indah siy….. “ desisku penasaran.

Bahaya......

Untungnya karena malam, pemandangan itu hanya sesekali terpampang di mata dan pemandanganku. Meskipun, saat melewati jalanan dengan sinar yang cukup terang, aku biasanya melambat dan menikmati serta lebih merinci apa yang bisa dan apa yang dapat kusaksikan. Meskipun sekali lagi, harus terus kuulangi dan kuulangi, bahwa dia itu untouchable. Tidak boleh disentuh dan tidak boleh sama sekali. Itu kutegaskan betul.

Hanya saja, kurasa tidak ada salahnya menikmat langkanya pemandangan nan indah yang seperti ini. Toch aku sama sekali tidaklah merancang, mengatur dan merencanakan semuanya itu. Meskipun itu membuatku menelan ludah, sebab sungguh. pemandangan luar biasa dan sangat jarang tersaji. Bahkan, nyaris tidak pernah saking sopannya dia dalam berpakaian, saking modis dan indah dia dalam balutan semua pakaiannya.

Pokoknya, Mirna itu bagaikan pas dengan semua yang dia kenakan. Terutama saat di kantor, dan di luar kantorpun dia selalu tampil dalam baluran busana yang menurutku sempurna dengan ukuran tubuhnya. Indah.

“Hmmmm, betapa beruntung sebenarnya Mas Pram suaminya itu.... “ desisku dalam hati sambil mengenangkan Mas Pram, suami Mirna itu.

Betapa tidak, buah dadanya penuh dan nyaris tak tertampung BH yang sedang dikenakannya. Dan nampaknya, masih amat kencang. Tapi bisa diaklumi, sebab pada usia 30an, sesungguhnya adalah masa keemasan seorang perempuan dengan tubuh dan badan yang seksi menggoda. Orang lain menyebut lebih suka menyebut semok. Alias seksi dan montok.

Akan tetapi, memang sesungguhnya Mirna memiliki daya tarik yang kuat sebagai seorang perempuan karir. Mandiri, pekerja keras, sayang keluarga dan secara fisik memang sangat menarik. Terlebih, disbanding ketiga temannya yang lain, dia yang paling rajanya dalam berbusana. Selalu modis, menarik dan paham betul bagaimana mengekspose keindahan tubuhnya melalui busananya.

“Sungguh sempurna memang Mirna ini.... “ desisku. Akan tetapi sekali lagi, tak akan lebih dari itu. Tidak mungkin pula kulakukan.

Untungnya, pemandangan maha indah namun sangat menyiksa itu akhirnya bisa terhenti, karena kami pada akhirnya tiba di depan rumahnya.

“Gak turun Jack... “?

Undangannya ini sebetulnya basa-basi,dan itu kupahami sejelasnya. Tapi tetap saja harus kujawab dengan pas dan juga tepat.

“Salam buat mantan kekasihmu saja, sudah larut niy.... “ desisku sambil sekali lagi mensyukuri dan mencemburui sahabatku yang memiliki istri yang demikian indah dan menariknya. Sungguh sahabatku itu, Mas Pram, memang sangatlah pintar mencari kekasih dan meresmikannya menjadi istri.

“Dia masih di luar Jack, tadi sempat tilpon aku karena katanya bakal ada acara dengan teman-teman kantornya. Agak malam baru dia pulang.... “ desis Mirna. Sebetulnya ada setitik nada yang menyiratkan kesedihan disana, tetapi aku agak kurang sensitif karena tak menangkap nada sedih dibalik suaranya. Kelak baru Mirna menceritakan kisahnya.

“Ok, istirahat Mir biar cantikmu gak berkurang... “ selorohku ringan, dan memang nyaris belum pernah aku begitu terhadapnya. Apakah karena pengaruh apa yang kulihat di mobil tadi ? entahlah. Rasanya bukan karena itu, tetapi lebih karena kami menghabiskan banyak waktu dan energy sepanjang hari ini. Karena itu, aku tentu berharap dia tetap cantik juga besok-besoknya. Lebih jika bisa.

“Kamu juga Jack, kita sudah letih. Mari.... “

“Good night Mir.... “

“Night Jack..... “

=================

POV MIRNA

Sungguh dua hari berturut-turut yang teramat sangat padat. Akan tetapi, sama sekali aku tidak menggerutu dengan lembur meletihkan itu, sebaliknya malahan aku merasa ada sedikit sisi menyenangkan disana. Karena sesungguhnya bukan hanya lembur yang kukerjakan bersama Jacky, dan tentunya Winda dan juga Rachma. Di atas semuanya itu, terus terang ada sebab lainnya. Sayangnya, hanya aku yang tahu, bahkan Merrypun tidak paham.

Suamiku, Mas Prambudi semakin keranjingan kerja. Meski akupun belum yakin seratus persen jika itu karena pekerjaan. Sisi terdalam atau orang menyebutnya naluri seorang istri menyebutkan, jika suamiku tidaklah sekedar sibuk dengan pekerjaannya. Karena setiap kali dia balik dan pulang ke rumah, selalu di atas jam 12 malam, dan langsung tidur terlelap. Ini cukup menggangguku.

Sungguh sangat mengganggu. Tetapi, sulit kutemukan kepada siapa aku bisa berbagi beban dan persoalan yang membebaniku itu.

Dalam seminggu, bisa 3 atau 4 hari dia pulang jauh malam seperti itu. Bahkan, berapa kali dia tiba di rumah ketika aku sudah terlelap, dan aku baru sadar jika dia ada dan pulang ketika keesokan harinya. Karena aku sendiripun merupakan seorang pekerja, sehingga kadang saat pulang, sudah terbebani oleh lelah dan letih di kantor. Tetapi, aku selalu menyempatkan diri untuk menemani dan juga menemui anak-anakku sebelum tidur. Itu hal yang selalu kutetapkan harus dan wajib untuk dilakukan.

Tetapi, ada apakah dengan suamiku ? mengapa pula alasannya berubah-ubah dan bahkan seorang temannya pernah mengkonfirmasi bahwa tak ada acara kantor ataupun teman-teman sekantor di malam itu ? padahal suamiku ijin dan mengaku bahwa ada acara dengan teman-teman kantor.

Jika demikian, maka itu berarti, suamiku itu telah menciptakan alasan palsu, dan entah apa yang dia kerjakan di luar sana sampai baru tiba di rumah setelah jam 12 malam. Jika tidak dengan teman kantor, dengan siapa lagikah dia melakukan pada jam-jam seperti itu ?

Ada apakah ?

Sulit kutemukan jalan mempercakapkannya, karena ketika pulang rumahpun di sebulan terakhir, akupun merasakan kepenatan yang luar biasa. Meskipun tidak membuatku membenci pekerjaanku. Entah kenapa. Bahkan, justru pekerjaan di kantorku yang membuatku lebih hidup, selain tentu saja kedua anakku. Dengan berlelah dan mencurahkan banyak perhatian di kantorku, aku bisa mengalihkan energy marah dan kesedihan melalui aktifitasku.

Mas Pram selalu saja sibuk dan capek, bahkan di hari sabtu dan minggu. Jadi, justru saat aku tidak bekerja dan bermain serta menemani anak-anakku, adalah Mas Pram yang terus sibuk dengan pekerjaannya. Dan repotnya, berbeda saat beberapa bulan sebelumnya, Mas Pram jadi jarang berdiskusi dan bercakap secara serius dan apalagi mesra denganku.

Siapa bilang jika aku tidak butuh kemesraan ? tidak butuh butuh kehangatan ? apalagi di usiaku sekarang ini ? tapi sangat beruntung karena semua bisa kutahan dengan susah payah. Menenggelamkan diriku dalam kesibukan yang “disengaja”. Menjadikan pekerjaan dan kesibukanku sebagai coping mechanism atau mekanisme membunuh kejenuhan dan menyeimbangkan diri dan moril. Bahasa lainnya, pelarian.

Sekali lagi, inilah sebabnya pekerjaanku justru bagaikan menjadi pelarianku yang sempurna. Bukan perkara sulit menyetujui dan bahkan dengan senang hati untuk lembur bersama Pak Jacky, Winda dan Rachma. Bahkan waktu-waktu sebelum saat ini, ada beberapa kali lemburku adalah lembur yang disengaja dan memang kuatur sendiri. Kadang bersama Rachma dan Winda, akan tetapi tidak selalu. Jarang malah dengan Jacky.

Untuk lembur yang dirancang Jacky saat ini, tentu saja merupakan hal yang pas dan menguntungkanku. Tak perlu repot repot pura-pura lembur, tetapi memang ada yang mesti dan harus dikerjakan. Meski Rachma dan Winda biasanya hanya sampai jam 19.30, sementara aku dan Jacky bisa sampai jam 21.00 bahkan bisa jadi malah lebih dari batas waktu itu. Akan tetapi, semua itu memang benar membuatku lebih senang dan antusias.

Aku merasa lebih hidup, merasa lebih senang dan antusias dengan pekerjaanku yang sekaligus pelarian atas semua persoalanku. Persoalan rumah tangga, dan ini sudah kuaminkan. Banyak sahabat dan keluarga sudah pernah mengingatkan jika kehidupan berkeluarga memang seperti sekarang. Tidak akan selalu senang dan tenang, bahkan sering terasa menekan, memusingkan dan menjemukan.

Sungguh, ini bukan sekali dua kudengar. Oleh karena itulah dengan agak sabar aku mencoba untuk berusaha tetap tenang, dan menjalaninya. Pastilah akan datang waktunya Mas Pram menyadari kekeliruannya.

Ketika Jacky menyinggung keponakan menteri yang kemudian coba kulacak dari beragam sumber, terutama dari kawan-kawan wartawan dengan bantuan Winda dan Rachma, ternyata namanya Karyawanto Nasu...n. Melihat profilenya sekilas, aku menjadi tak gentar. Meski sempat was-was. Entah kenapa aku sangatlah yakin dengan kemampuan Jacky, dan dia memang percaya diri mampu. Aku selalu mengandalkannya untuk urusan begitu.

Dan dia memang handal. Harus kuakui,

“Accccch, ini mah cemen. Bukan saingan bermutu.... “ desisku yang entah apa dan mengapa, sangat yakin akan kemampuan Jacky. Apalagi saat menyaksikan betapa serius dan betapa keras upayanya untuk mengejar dan mempersiapkan diri menuju presentasi senin mendatang. Aku semakin yakin, karena jika dia telah berkomitmen begitu, maka kreatifitasnya bakal mencuat ke permukaan.

Sementara itu, adalah Rachma dan Winda yang gregetan dan jadi sedikit rada pesimis saat tahu jika lawan kami berpotensi KKN untuk memenangkan tarung atau pesaingan project itu.

“Kak Mir, sulit kalau bersaing ama dia.... “ desis Winda yang terlihat skeptis. Ini dimaklumi, karena memang bersaing dengan keluarga menteri, bisa susah.

“Benar kak Mir, rumit tuch lawan si Karyawanto.... “ Rachma menambahkan dan membuatku sempat agak kecut juga. Meskipun, tidak berarti aku langsung bakal menyerah dengan info itu.

“Masak kalian berdua gak pede siy menghadapinya ? lagian, dari segi kualitas dan pengalaman, kita unggul jauh. Jika ini project biasa, maka kemungkinannya kita kalah. Peluang kalah besar. Tapi ini project luar biasa, butuh pengalaman, kreatifitas, kualitas dan kemampuan mumpuni. Kita jelas unggul darinya.... “ aku mencoba meyakinkan mereka.

“Bener siy kak. Tapi, yaaaaaa, semoga saja..... “ desis Winda yang tidak mampu keluar dari jebakan pesimisme. Maklum, mereka memang masih cukup muda dan sulit memahami aspek aspek lainnya.

“Pendeknya, selesaikan pekerjaan kalian dengan baik, sisanya biar aku dan pak Jacky yang tangani ya.... “?

Ketika kuberitahu Jacky, tidaklah terbersit rasa takut di wajahnya. Ataupun rasa khawatir. Dia tetap percaya diri dan yakin bahwa dia akan mampu dan sanggup mengerjakan pekerjaan itu,

“Yang penting kita unggul jauh di value added, dan jika tidak, anggaplah kitapun sudah berusaha dan belajar sesuatu yang baru. Bagaimanapun Mir, kita harus berusaha naik level. Setelah study doktoralku tuntas, aku ingin kita konsentrasi ke level yang lebih tinggi..... “ santai saja dia menanggapinya, dan sepertinya dia nothing to loose dengan saingan kami.

Ini membuatku jadi kaget. Ternyata setelah 4 tahun bersama, tidak dan masih belum habis kreatifitas dan ambisinya. Padahal, aku paham dan tahu betul jika bukan hanya itu pekerjaan Jacky. Dia masih memiliki kantor konsultan yang juga dibentuknya bersama kawan-kawannya, meski memang bukannya dia yang mengerjakan. Yang mengerjakan adalah anak-anak muda, lulusan baru S2 dan mengerjakan banyak proyek pemerintah. Dan core bussines mereka tidak punya kaitan dengan kantor kami.

Jacky memang tidak menyimpan semuanya dariku. Sejak dia memintaku untuk mendukungnya, dia terbuka dengan semua yang kukerjakan. Bahkan dengan juga relasi-relasinya yang membuatku geleng kepala. Apa yang membuat dia sangat bernilai bagi kantorku, adalah karena jaringannya itu. Bahkan setahuku, dia masih aktif di salah Organisasi Kemasyarakatan dan menjadi salah satu pemimpinnya yang banyak bersentuhan dengan penggede negeri.

Lebih dari itu, malahan ada beberapa perusahaan yang juga menggunakan jasa profesional Jacky. Setelah dua tahun, aku ingat betul, sebelum Merry bergabung, barulah Jacky membuka semuanya kepadaku. Terutama, karena bersamaan dia dapat reward yang sangat menyenangkannya. Yakni, sebuat apartemen yang sudah di bayar 75% sebagai hadiah keberhasilannya selaku konsultan suatu perusahaan besar di Jakarta ini.

Seingatku, tidak lama lagi apartemen di daerah Tebet itu akan selesai. Bahkan ketika melewatinya berapa minggu lalu, terlihat bangunannya sudah selesai dan sudah mulai ada aktifitas promo disana. Ketika kukatakan kepada Jacky, dia tak berkomentar banyak dan tersenyum biasa. Entah dia akan menempatinya atau tidak, akaupun tak tahu.

Yang jelas, menurut informasi darinya, penyerahan kunci semestinya sudah dilakukan bulan sebelumnya. Tetapi, melihat tingkat kesibukan Jacky, kurasa dia melupakannya dan masihlah belum coba untuk mendapatkannya. Aneh memang akan tetapi memang begitulah keadaannya.

“Lumayan Mir, aku dapet apartemen tipe besar di lantai 7. Aku tinggal mencicil 25% dari harganya selama 5 tahun.... “ kuingat dia membanggakannya pada dua tahun silam. Dan saat sudah selesai atau mau selesai, dia malah terlihat tenang dan biasa saja, tak ada nada antusias disana.

Tetapi gara-gara Karyawanto itu, kami bertiga, Rachma dan Winda, mau tak mau harus berjibaku dan bekerja keras selama kamis dan jumat. Dan ini membuatku lupa mengingatkan Jacky akan undangan resepsi hari sabtu nantinya. Meski itu justru sudah kuingatkan kepada Merry sebelum kami mulai lembur. Karena ada undangan juga buat anak itu, dan sudah kubacakan dan kuberitahu tidak bakal sempat kukirimkan kepadanya.

“Mir, tolong di cek data jasa translater terbaik dan tersertifikasi dibawah sumpah, upayakan yang berkualitas tinggi dan mampu memahami terminology bidang pertanian dan pangan.Jangan tanggung mencarinya ya.... “

“Baik.... “

“Winda, tolong di listing perusahaan yang mampu membuat setting dan lay out conference internasional dengan baluran gaya etnik. Besok upayakan telah ada datanya dan akan kutilpon langsung. Jika mungkin, cari yang terbaik karena itu akan kucantumkan di proposal kita atau presentasi kita..... “

“Siap Pak.... “

“Rachma, listing perusahaan terkemuka yang bergerak di bidang pangan. Boleh engkau kontak BPOM serta melacak BUMN yang bergerak di bidang itu... “

“Siap pak.... “

Selesai satu pekerjaan, ternyata Jacky sudah menyiapkan list lain yang perlu dan harus kami selesaikan. Dan itu tidak pernah putus, kecuali saat kami akan makan siang, sore atau malam. Tapi, untuk yang satu ini, jangan khawatir. Jacky sangat sosial dan royal men service kami dengan makanan terbaik, tidak peduli harga dan mahalnya.

Itupun, semua tidak dibebankan ke rekening kantor. Akan tetapi, dibebankan ke rekening pribadinya. Bahkan,

“Jika kita menangkan proyek ini, akan kulibatkan satu atau dua teman konsultan atau dari kantor konsultanku untuk membantu. Kita bakalan butuh banyak tenaga terampil kali ini. Dan tidak mungkin di hire, hanya bisa by project saja.... “ ini ditegaskan Jacky saat kami lembur.

“Apakah itu memungkinkan pak.... “? tanyaku kepadanya.

“Tidak mungkin kalian bertiga mampu menangani semuanya, kita membutuhkan beberapa tenaga supporting yang tidak mampu kalian tangan berbarengan. Itu sebabnya aku butuh mereka, ketimbang membayar dari yang lainnya. Selain itu, juga nomenklatur pendanaan di dokumen lampiran, memungkinkan kita untuk merekrut tenaga profesional. Jangan takut..... “

“Asyik, kita bisa ajak Merry dong.... “? Winda langsung saja nyerocos dan terlihat Jacky terdiam sejenak. Tetapi, sedetik kemudian dia berkata,

“Kemampuan bahasa Inggerisnya sangat baik, tetapi apakah mungkin dia dapat meninggalkan kantor barunya nanti ? kurasa akan sulit..... “ desis Jacky ketika merespons pernyataan Winda barusan.

Ketika Winda dan Rachma sudah pulang lebih dulu,

“Jack, sungguh engkau tidak khawatir dengan Karyawanto.... “? desisku sambil menatap wajahnya serius.

“Mir, dia bukan level kita. Jika Zulhan mau memakainya, itu akan memalukannya dan memalukan menterinya. Dugaanku, dia akan dititipkan kepada kita dengan skenario sharring pekerjaan dan keuntungan. Never mind, keuntungan buatku tidak penting untuk saat ini, tetapi ini mile stone kita untuk kita one level ahead. Dapat engkau pahami Mir.... ?“ jawab Jacky tanpa memandangku karena tetap saja wajahnya ada di layar komputernya.

“Kamu sudah memperhitungkan semua skenario sepertinya.... “? desisku untuk memancingnya lebih jauh, dan aku yakin hal itu.

“Ingat Mir, mereka langsung minta ke bos besar, jadi gak mungkin mereka akan meninggalkan kita. Karena itu, kita buat se komprehensif mungkin, meski untuk itu, aku harus bekerja ekstra keras. Dan maaf, membuatmu juga jadinya harus ikut-ikutan lembur bersamaku. Ntar kutilpon Mas Pram ya..... “ desisnya seperti merasa bersalah kepadaku karena menahanku harus bekerja lembur dengannya sampai jauh malam seperti saat ini.

“Kamupun tahu kalau aku sama ambisiusnya Jack. Dan, gak usah kontak Pram, dia percaya kamu kok.... “ desisku, dan memang benar hal itu. Mas Pram tidak pernah mengkhawatirkan aku di kantorku, karena dia berkali-kali mengatakan bahwa sudah ada Jakcy disini. Tidak akan mungkin terjadi apa-apa dan Jacky tidak akan bertanggungjawab kepada Mas Pram. Sebegitu percayanya suamiku kepada Jacky, dan sebaliknya juga sama.

Sesaat kemudian, Jacky sepertinya sudah selesai dengan bagian yang sedang dia kerjakan. Karena itu, dia terlihat berusaha untuk berbicara dan terus menerus memandangku hingga akhirnya dia berkata,

“Mir, aku inginkan engkau ngambil advance course di Singapore bersama Winda dan juga Rachma, ini bakal sangat penting untuk bussines plann dua hingga lima tahun kedepan. Tak terhindarkan. Atau, kamu ambil Magister Manajemen yang executive class, biar kuatur nanti gimana caranya.... “ desis Jacky pada akhirnya dan sepertinya sudah lama direncakannya.

Aku kaget mendengarnya. Langsung bereaksi,

“Jack, maksudmu.... “?

“Kalian mesti mendalami terutama materi dan skill Marketing Strategic dan juga Advance Strategic on PR. Tetapi ini setelah kita tuntas dengan conference itu, dan kupastikan bos besar akan menyetujuinya. Setelah itu, baru Winda atau Rachma dengan orang baru yang akan engkau rekrut nanti. Mir, untukmu amat kusarankan untuk menjajaki jenjang Magister, tidak perlu yang reguler, ambil saja yang executive class, meski lebih mahal. Pekerjaanmu disini biar ku cover bersama staff baru yang akan engkau hire nanti. Sekali lagi, jika mau advance dan lebih maju kantor kita atau divisi kita, maka kita perlu belajar lebih. Aku bisa saja mengajar kalian, akan tetapi tidak ada sertifikatnya, yang kita butuh adalah sertifikat dan keahlian itu..... “

“Acccccch, engkau serius rupanya..... “ desisku kaget, dan mendengar bahwa dia merekomendasikan advance course dan magister study, aku sangat kaget dan nyaris tidak percaya.

“Course nya dimana Jack..... “?

“Yang bagus ada di Jakarta, tetapi kurekomendasikan yang di Singapure, ini ada alasan tentunya.... “ jawabnya cepat.

“Mengapa Singapure..... “? tanyaku dengan kegembiraan yang kutahan, karena sudah cukup lama aku tidak mengambil cuti dan bepergian dengan sedikit santai namun bermanfaat bagi karirku.

“Untuk engkau tahu, aku salah satu pengajar tamu disana. Jadi, satu atau dua hari aku akan ada disana. Tahun mendatang, akan ada di bulan Maret, Juni dan juga di bulan Juli dan Agustus.... “

“Hmmmmm, berapa lama memang.... “?

“Dua minggu dan sertifikatnya level internasional...... “ tegasnya dan ini sukses membuatku sedikit agak terkejut. Terutama soal durasinya, sementara untuk level sertifikatnya, tentu saja menggoda.

“Lama amat..... “?

“Memang, tapi paling cepat 6 bulan kedepan kita agendakan. Bisa di bulan Juni atau Juli. Tetapi, kalian bertiga, tahun depan sudah harus mengambil course itu. Persiapan kita advance di tahu berikutnya. Dan langsung saja di semester kedua engkau memulai study magistermu.... “

“Jack, kamu serius..... “?

“Aku nanti juga akan bicarakan dengan Mas Pram..... “

“Biar kupikirkan dulu Jack.... “ desisku dengan pikiran penuh. Akan tetapi, aku sesungguhnya sudah memutuskan akan menerima dua tawarannya. Meskipun ternyata, Jacky sudah menyiapkan strategi lain, tetapi itu nanti.

“Oh ya, aku setuju untuk kita hiring sekretaris buatku di awal tahun depan Mir, ini tak terelakkan dengan rencana Course dan Studymu. Meski, sangat mungkin dia tidak akan sehandal dirimu..... “ desis Jacky.

“Akhirnya kamu terima juga...... “

“Menteri Pertanian itu memaksaku Mir..... “

Begitulah, bicara dengan Jacky, selalu saja ada ide kreatif dan advance yang bisa datang darinya. Tapi, tugaskulah mencatat dan mengingatkannya, karena jika tidak, bisa jadi dia melupakannya. Meski, ide kreatifnya selalu dan selalu saja datang dan bermunculan.

Pada akhirnya kamipun pulang bareng. Dan baru teringat dan kuingat untuk bisa memberitahu dia tentang undangan resepsi. Meski, celakanya itu untuk besok, dan ku sadar itu hari dia bermain denagn anak-anaknya. Sebenarnya, aku juga sama dengannya. Hari sabtu adalah hari bermain dengan anak-anak, dan biasa kami jalan bareng ke mall atau ke daerah rekreasi.

Setahuku, sangat jarang Jacky beracara di hari sabtu. Selalu dia sediakan waktu sepanjang hari bersama anak-anaknya, dan itu sangat kupahami. Hari sabtu dan setengah hari minggu, dia akan sediakan waktu khusus dengan anak-anaknya. Bahkan urusan kantorpun tak akan diladeninya, kecuali yang sangat emergency dan memang mendesak. Selain itu, pertemuan ataupun meeting klien, pastilah tidak akan diladeninya.

“Besok ada resepsi loh Jack, dan kamu harus datang.... “?

“Resepsi ? undangannya mana Mir.... “?

“Kan sudah ada di mejamu. Maaf lupa mengingatkanmu karena kerja keras dan lembur kita berapa hari terakhir.... “

“Ohhh, nikahan si Dewi ? hmmm, besok hariku dengan anak-anak. Tapi, bakal coba kuupayakan dech. Gak janji ya.... “

“Merry juga sudah kuingatkan, berapa hari sebelum kita lembur.... “

Terasa ada keanehan sedetik di sikapnya, tetapi tidak terlampau terasa. Karena aku juga langsung melanjutkan,

“Dia juga sibuk, tapi akan tetap hadir. Karena dia juga kenal baik dengan Dewi, dan katanya Dewi sudah menilponnya..... “

“Oooooh, ok.... “ singkat komentarnya, dan akupun sudah teramat letih dan setelahnya aku menyender ke pintu mobil dan sedikit tertidur.

Tetapi, kurang lebih 15 menit kemudian, suara klakson mobil membangunkanku tapi tidak membuatku membuka mata, hanya sadar sejenak. Saat melihat Jacky yang tenang saja, akupun tahu tidak ada insiden. Tetapi, setelah beberapa menit aku merasa ada yang aneh. Saat mengintip dengan membuka sedikit mataku, aku jadi tahu dan sadar bahwa Jacky sedang memperhatikanku.

Tiba-tiba saja aku menjadi risih. Karena sesekali dan sangatlah jelas, matanya melirik ke dadaku. Dan sadarlah aku jika posisi tubuhku memang membuat dua atau tiga kancing kemejaku jelas bergeser. Dan membuka celah yang lebih dari cukup untuk memerinya pemandangan seputar dadaku. Meskipun terlindung BH putih yang kukenakan tetapi, jelas ini membuatku jengah.

Hanya, saat melihat Jacky selalu melirik kesana, aku jadi tak enak hati bergerak segera dan akan ketahuan jika aku tahu dia mengintip. Lagipula, memang bukan dosanya mengintipku dalam posisi begitu. Karena itu kuatur untuk nanti perlahan lahan merubah posisi dudukku. Akan kubuat supaya perubahan posisiku terjadi secara perlahan dan tak disadarinya.

Akan tetapi, perubahan posisiku itu tidaklah segera itu kulakukan. Entah kenapa dan mengapa, aku merasa senang karena dia baru sekarang dia menunjukkan gelagat yang berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Bahkan pada saat kami bekerja dan sering berjumpa, tidak pernah aku melihatnya seperti sekarang ini. Padahal, sesekali aku tampil secara amat menawan, tetapi tidak terlihat bahwa dia tergerak untuk mengagumiku.

“Kamu cantik Mir.... “

“Kamu menawan Mir..... “

“Excellent Mir.... “

Pujian-pujian seperti itu bukan sekali atau dua kali disampaikannya kepadaku. Akan tetapi, semua itu diungkapkannya secara tulus, dan tidak terlihat makna dan arti lain dari pujiannya itu. Bahkan saat kami bersama liburan ke pantai dengan sahabat-sahabat kantor dari divisi lain, dalam acara Family Gathering, juga sama belaka. Amat kukenang episode itu.

Mengapa ? karena pertama kalinya aku bertemu dengan istrinya Priska Dewianti yang demikian cantik. SedikitlLebih langsing dibandingku. Tetapi, memang agak tinggi hati dan tidak terlampau ramah dengan kawan-kawan kami yang lainnya. Malah, dia hanya sehari bersama kami, hari kedua sudah langsung pulang oleh karena bakalan ada acara lainnya. Menurut Jacky.

Di hari kedua itu, aku dengan pakaian minim karena memang acaranya mandi di pantai. Dan hanya dialah laki-laki yang tidak melirikku nakal. Selainnya, semua melirikku rada nakal. Beberapa malah terkesan buas ingin menerkamku. Jelas, karena di kantor aku berpakaian selalu sopan. Semua serba tertutup, meskipun menurut Rachma dan Winda sama sekali tak bisa menyembunyikan jikalau aku ini sexy dan juga semok.

Tapi itu dulu.

Mengapa sekarang ?

Ada apa dengan Jacky ?

Belum pernah sekalipun dia melirikku dengan pandangan seperti tadi. Setelah beberapa menit, aku jadi bingung.

“Kenapa aku tidak merubah posisi dudukku sehingga pemandangan yang bikin Jacky seperti itu berlalu..... “?

“Mengapa pula aku malah bergeming dan diam.... “?

“Ecccch, kenapa aku senang dia seperti itu.... “?

“Dan, astaga, aku malah TIDAK MARAH dia melirikku dengan cara demikian... “

“Ada apa denganku.... “?

Jelas bahwa ada binar gairah di matanya. Sesuatu yang tidak pernah dan tidak sekalipun kubayangkan akan muncul dari sinar matanya. Karena dia terlampau tenang, terukur dan selalu sopan serta menjagaku dengan sepenuh hatinya. Ini kuanggap, karena kedekatannya dengan Mas Pram, yang konon pernah sempat menolong Jacky pada masa mereka study itu.

Untung waktu itu segera berlalu. Karena, belum sempat aku mengganti posisi setelah lama berkutat antara GANTI atau TIDAK, tahu-tahu dia berkata,

“Mir, kita sudah sampai..... “

(Bersambung)
Dugaan saya, dgn ciri seperti ini, bakal lama eksekusi Mirna. Entahlah, thank u suhu
 
Two thumbs up 👍👍.
Suasana hectic team dlm menghadapi deadline, leadership yg baik dan bumbu2 di sekitarnya dapat disampaikan dg sangat baik shg saya merasa ada di dlm alur cerita.

Lanjutkan Hu. Jangan kasi kendor 💪💪.
 
Two thumbs up 👍👍.
Suasana hectic team dlm menghadapi deadline, leadership yg baik dan bumbu2 di sekitarnya dapat disampaikan dg sangat baik shg saya merasa ada di dlm alur cerita.

Lanjutkan Hu. Jangan kasi kendor 💪💪.
Sepakat 😃😃😃
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd