talitalitali
Pendekar Semprot
- Daftar
- 15 Dec 2015
- Post
- 1.603
- Like diterima
- 5.480
PROLOG
Saat-saat menjadi insan muda, apalagi ketika berbalut putih abu-abu, menjadi sebuah masa yang didambakan oleh setiap manusia yang beruntung dapat merasakannya.
“Remaja”.
Satu kata yang dapat membuat setiap orang yang mendengar kata itu berimajinasi penuh makna ataupun penuh arti.
“Kita remaja, yang sedang dimabuk asmara.
Mengikat janji, bersama selamanya~” - Hivi
Sepenggal lirik lagu dari Hivi yang berjudulkan Remaja, selalu bersenandung diantara kami yang sedang menikmati masa-masa itu. Seperti hal-nya aku, yang saat ini sedang asik mengerjakan tugas sekolah di dalam kamar, sambil memutar lagu-lagu Hivi.
Anita Dahlia, nama yang diberikan oleh kedua orangtuaku. Aku akrab dikenal dengan sebutan Anita, namun teman-teman terdekatku memanggilku dengan Anit.
Ting
Disela-sela menikmati lantunan lagu dan konsentrasiku mengerjakan tugas sekolah, sudah beberapa kali bunyi denting notifikasi pesan sudah aku abaikan. Bukannya aku tak mau menjeda aktifitasku untuk membuka pesan singkat tersebut, namun memang aku ingin mengabaikan orang yang kuduga mengirimkan pesan singkat yang sudah masuk berkali-kali itu.
Deo, pacarku yang sudah menjalani hubungan denganku selama kurang lebih 6 bulan ini.
Beberapa hari ini aku merasakan kalau hubungan ini tidak akan bertahan lebih lama lagi. Selain aku merasakan sudah tidak ada kecocokan, aku menilai bahwa aku dan Deo lebih cocok sebagai teman saja.
Sekilas perjalan hubunganku dengan Deo, dia adalah pacar pertamaku. Sebuah cinta remaja yang dimulai saat-saat upacara hari senin. Dimana saat itu kelas Deo kebagian jatah untuk menjadi panitia upacara hari senin. Para pembaca disini pasti pernah merasakan hal serupakan?
Sosoknya yang tinggi dengan kulit khas anak laki-laki yang sering bermain diluar, membuat dia mencolok diantara kedua temannya yang sama-sama menjadi petugas pembawa bendera. Mungkin karna hormonku yang sedang naik akibat jadwal bulananku yang sebentar lagi datang, membuatku terpesona saat melihat iya melangkah tegak maju didepanku.
Sebuah pandangan pertama akibat naiknya hormon, membuatku tertarik padanya. Aneh memang, tapi mungkin sebagian perempuan yang ada disini pernah mengalaminya?
Jika mengingat masa-masa itu, aku akan menyalahkan hormonku .
Tak disangka, selang sehari setelah momen aku tetarik padanya, semesta seperti mencoba merajut hubunganku dengan dirinya. Dimulai dari sering papasan di kantin saat makan siang, papasan di lorong kelas, hingga ujian kelas campuran. Membuat dirinya pun memiliki kesempatan untuk mendekatiku.
Menarik bukan? Ternyata kejadian-kejadian seperti itu membuat dirinya notice terhadap kehadiranku di dunia ini, membuatnya memiliki perasaan yang sama denganku. Tertarik oleh sesosok perempuan sepertiku.
Perempuan berkacamata, lugu, berambut panjang, berkulit putih, dengan aroma parfum coklat. Iya, aku suka dengan parfum beraroma coklat.
Akhirnya pada bulan Mei 2017 ini, aku dan Deo resmi berpacaran. Dia adalah pacar pertamaku, begitupula diriku adalah pacar pertamanya.
“Kurasa ku tlah jatuh cinta, pada pandangan yang pertama. Sulit bagiku untuk bisa berhenti mengagumi dirinya~” - RAN.
***
“Apa besok kita bisa membicarakan hal ini Ann?”
“Aku tahu kalau aku salah udah memaksa kamu”
“Tolong maafin perbuatan aku”
Kurang lebih seperti itu pesan-pesan yang masuk dari Deo. Aku hanya melihat pesan-pesan itu dengan perasaan yang tidak bisa kuungkapkan.
“Perbuatanmu? Perbuatanmu itu memang tidak terlalu jauh, namun ntah kenapa aku sama sekali tidak menyukainya Deo” ucapku sambil menscroll satu-satu pesannya.
Masih teringat betapa awal-awal pacaran dengan Deo sangatlah bahagia. Sebuah kisah jatuh cinta remaja pada umumnya, saling berinteraksi memadu asmara anak muda. Tidak berhenti berkomunikasi pagi, siang, malam. Meskipun kami memiliki aktifitasnya masing-masing, komunikasi kami jarang sekali terputus.
Berjalannya hari, berganti minggu, berganti bulan, aku sangat amat menyayanginya, hingga akhirnya aku merasakan cium pertama. Ciuman yang akan selalu kukenang, karna terjadi pada sore hari. Ketika suasana sekolahku sedang sepi. Dimana dia sehabis latihan basket dan aku mengerjakan tugas bersama kelompokku. Ntah bagaimana detailnya, akupun juga sudah lupa. Aku dan dia berciuman singkat diantara gerimis hujan, di parkiran motor. Ciuman singkat dua remaja yang baru pertama kali melakukannya.
Membuatku tersenyum sepanjang sisa hari itu, bahkan keesokan harinya, aku terbangun dengan perasaan yang sama. Bergantinya waktu hari ke hari, disetiap kencan yang sudah berjalan berkali-kali itupun, ciuman-ciuman singkat itu beubah menjadi sebuah lumatan. Sesaat pertama kami melakukan ciuman dengan lumatan itu, ada perasaan berbeda yang muncul dariku. Perasaan memburuh menghangatkan setiap inci indra dan syaraf-syaraf seluruh tubuhku.
“Apa ini yang disebut dengan nafsu?” batinku.
Tubuhnya mendekap erat tubuhku, membuat kedua payudaraku bersentuhan dengan dadanya. Hanya perlu 3 bulan berjalannya hubungan kami, membawaku seintim ini dengannya.
Lalu apa hal yang membuatku tidak suka akan perbuatannya? Apakah hal itu yang menjadi salah satu penyebab, atau bahkan alasan akan kandasnya hubunganku dengan pacar pertamaku ini?
Kejadian beberapa hari lalu, saat aku bermain kerumahnya. Keadaan rumahnya sedang sepi, karna kedua orangtuanya sedang berpergian. Aku berjanji akan bertamu karna aku sudah berjanji kepadanya untuk membuatkan masakan untuk kami makan bersama. Tentu saja dirinya sudah sempat berbelanja denganku di hari sebelumnya. Ya memasak adalah hobiku.
Singkat cerita kami bersenda gurau sambil aku memasak, kami terawa terbahak-bahak karna ada satu cerita lucu kemarin di sekolah. Sambil dirinya membantuku memotong sayuran, akupun sambil menyiapkan hidangan pelengkap lainnya. Hingga saat dia bersebelahan denganku.
“Kamu kenapa sih suka banget sama parfum coklat?” tanyanya penasaran.
“Kenapa ya? Kalau dicari jawabannya sih aku nda tahu, cuma aku emang suka aja wangi yang gak biasanya tercium.” jawabku.
“Tapi sumpah sih Bee (panggilan sayang), aku jadi suka wangi parfum coklat kamu semenjak aku pacaran sama kamu. Yang awalnya biasa aja, lama-lama jadi suka banget. Apalagi pas sambil ciuman sama kamu.” ucapnya lagi.
“Ih mesum banget alasannya haha!” balasku sedikit tertawa.
“Kan aku laki-laki normal Bee!” balasnya lagi sambil tangannya mencoba memelukku dari belakang.
Dekapannya terasa begitu hangat, apa yang terjadi saat ini seperti film-film romansa pada umumnya. Seorang perempuan dipeluk dari belakang oleh pacarnya, namun keadaan ku saat ini sedang memasak. Terlena dengan dekapannya, membuatku mematikan kompor yang ada didepanku, kuputar badanku, dan kutatap wajahnya dengan senyum.
“Aku sayang kamu Bee, aku suka sama sikapmu yang aku rasa gentle terhadapku” ucapku kepadanya yang dibarengi oleh kecupan singkat dibibirnya.
Setelahnya kita melanjutkan memasak dan tentu saja kita langsung menyantapnya. Perutku sudah terlalu lapar untuk kutahan-tahan.
Dengan perasaan kenyang, aku dan Deo yang duduk di sofa ruang tengahnya hanya bisa duduk kenyang bego sambil menatap langit-langit rumah.
“Akhirnya aku nyobain juga masakanmu Bee, enak bangettt, kebayang sih kalau aku jadi suami kamu bakalan bahagia banget.” ujarnya.
“Woo! Kamu mikirnya kejauhan gila! Sekolah aja dulu yang bener kita!” ucapku sambil menoyor kepalanya.
“Uwh kepalaku main kamu toyor aja! Kukelitikin loh kamu!” sambil tangan Deo memperagakan akan memulai kelitikin aku.
“Gak mau!! Gak mauu!! Aaa kaburrr…” akupun langsung berdiri dan berlari.
Meskipun sedang didalam rumah, aku tidak peduli yang penting aku lari menjauh darinya untuk tidak dikelitik olehnya. Tak peduli ini lantai 1 atau lantai 2 rumahnya, yang penting aku lari!
Tapi apalah daya tenaga lari seorang perempuan dibandingkan dengan tenaga lari seorang laki-laki? Tentu saja tangan Deo berhasil menyentuh pinggangku dan memberikan sebuah kelitikan singkat kepadaku. Aku pun tesentak sambil mendesah kaget. Deopun mendekapku dan membalikan tubuhku dan mendorong tubuhku ke dinding tembok.
“Aaahh ampunnn…” ucapku sambil menutup mata, mempersiapkan diriku untuk menahan geli dari kelitikannya.
Namun setelah beberapa detik aku tidak merasakan apa-apa. Yang ada malah tangan kanannya mendarat di pipiku. Dan akupun membuka mata.
“Kamu tuh cantik banget sih Anita..”
“Eh…” ucapku kaget.
Tiba-tiba kulihat kepalanya mendekat dan lalu menciumku.
“Mmmphh” lenguhku.
Ciuman tiba-tiba darinya sungguh mengkagetkanku, akupun langsung menutup mata. Perlahan kecupannya lada bibirku perlahan menjadi lumatan. Aku bisa merasakan nafasnya dan nafasku mulai berat. Kurasakan tangannya menyentuh pinggangku dan..
“Aaahhh kamu mau ngapain Deo?!” teriakku selepas bibirku lepas dari lumatannya.
Saat ini Deo sedang menggendongku, kakiku kututup rapat melingkar pinggangnya karna aku takut jatuh.
“Kamu mau ngapain tiba-tiba gendong aku deh?” tanyaku kesal kepadanya.
“Turunin nda?! Aku takut jatuh ihhh!”
Tak ada jawaban darinya, yang ada tubuhnya semakin menempel padaku. Saat ini imajinasiku menggambarkan posisiku seperti sandwich, yang dimana tubuhku terhimpit oleh tubuhnya dan dinding dibelakangku. Salah satu tangannya meroggoh ke belakang kepalaku dan lagi-lagi secara singkat, saat kepalaku tertarik kearahnya,
ciuman yang sempat terlepas tadi dimulai kembali.
Lumatan-lumatan itu mulai kembali. Aku kembali lagi dalam perasaan panas yang sebelumnya sudah menghampiri. Secara intuisi, kedua tanganku mengarah kepada kedua pipinya. Memeluk kepala, menambah suasana panas ciuman dua remaja ini.
Cluph, clup, clup.
Suara pertemuan kedua bibir lawan jenis terdengar sangat jelas. Hingga akhirnya kami melepaskan simbolis tanda kasih itu.
Ntah mimik wajahku seperti apa saat ini, yang kutahu, tatapannya sangatlah berbeda. Tatapan seseorang yang ingin meraih sesuatu yang ada dihadapannya. Tangannya yang berada dibelakang kepalaku, memijit pelan dan berjalan menuju samping leherku. Terus turun menjelajahi setiap daging yang sedang naik turun akibat rasa panas yang baru dihadapi. Mataku melirik arah tangannya.
“EGGHHH DEOOO!!” teriakku kencang saat tiba-tiba tangan kanannya meremas, mencengkram kuat dada kiriku.
Akupun spontan menampar keras pipinya.
PLAK!!!
Akupun terjatuh dan untungnya kedua kakiku langsung menampak lantai, akupun berlari menjauh darinya.
“AKU MAU PULANG SEKARANG!!’
Ya itu lah yang terjadi beberapa hari lalu yang kuartikan sebagai “perbuatannya” dari isi pesan yang masuk darinya.
Kita sudah tak lagi saling berbahagia.
Sudah mulai sedikit berkomunikasi semenjak kejadian itu.
“Jatuh cinta memang ada pasang surutnya”
Kalimat yang pernah mengisi beberapa film romansa, juga lagu.
Mungkin kali ini, aku merasakan surutnya.
Tapi tetap harus ada penekanan atas sebuah hubungan ini.
Kutekan sebuah logo mic yang ada pada kolom penulisan pesan singkat tersebut.
“Maaf ya Deo, aku sayang kamu, tapi kurasa memang sudah waktunya kita gak saling lanjut.
Aku ngerasa perbuatanmu saat itu membuatku berpikir ulang dengan hubungan kita. Hubungan dengan sebuah nafsu, mungkin bukan hubungan yang aku inginkan. Dan aku rasa perbuatanmu kala itu membuat aku terkejut, laki-laki yang kusayang tiba-tiba menyentuh bagian sensitif tubuhku yang belum pernah disentuh oleh siapapun. Aku belum siap, aku belum siap menjalani hubungan seperti itu. Maaf dan terimakasih ya Deo. Aku rasa kita putus aja sebaiknya.”
Kukirim sebuah pesan suara seperti itu kepadanya. Mungkin itu hanyalah akalan-akalan ku saja beralasan seperti itu, atau mungkin memang seperti itu yang aku rasakan. Aku tidak tahu apa-apalagi. Kejadian menyentuh dadaku, sepertinya menyisakan sebuah “shock” kepadaku. Perempuan bila ada kejadian yang tidak mengenakan yang terjadi kepada dirinya, pastilah akan bersikap sesuatu yang hanya sang pencipta yang tahu. Laki-laki kadang tak bisa selalu siap oleh badai yang datang dari seorang perempuan.
“Walau kumasih mencintaimu, kuharus meninggalkanmu, kuharus melupakanmu..
Meski hatiku menyayangimu, nurani membutuhkanmu, kuharus merelakanmu…” - Samsons
Saat-saat menjadi insan muda, apalagi ketika berbalut putih abu-abu, menjadi sebuah masa yang didambakan oleh setiap manusia yang beruntung dapat merasakannya.
“Remaja”.
Satu kata yang dapat membuat setiap orang yang mendengar kata itu berimajinasi penuh makna ataupun penuh arti.
“Kita remaja, yang sedang dimabuk asmara.
Mengikat janji, bersama selamanya~” - Hivi
Sepenggal lirik lagu dari Hivi yang berjudulkan Remaja, selalu bersenandung diantara kami yang sedang menikmati masa-masa itu. Seperti hal-nya aku, yang saat ini sedang asik mengerjakan tugas sekolah di dalam kamar, sambil memutar lagu-lagu Hivi.
Anita Dahlia, nama yang diberikan oleh kedua orangtuaku. Aku akrab dikenal dengan sebutan Anita, namun teman-teman terdekatku memanggilku dengan Anit.
Ting
Disela-sela menikmati lantunan lagu dan konsentrasiku mengerjakan tugas sekolah, sudah beberapa kali bunyi denting notifikasi pesan sudah aku abaikan. Bukannya aku tak mau menjeda aktifitasku untuk membuka pesan singkat tersebut, namun memang aku ingin mengabaikan orang yang kuduga mengirimkan pesan singkat yang sudah masuk berkali-kali itu.
Deo, pacarku yang sudah menjalani hubungan denganku selama kurang lebih 6 bulan ini.
Beberapa hari ini aku merasakan kalau hubungan ini tidak akan bertahan lebih lama lagi. Selain aku merasakan sudah tidak ada kecocokan, aku menilai bahwa aku dan Deo lebih cocok sebagai teman saja.
Sekilas perjalan hubunganku dengan Deo, dia adalah pacar pertamaku. Sebuah cinta remaja yang dimulai saat-saat upacara hari senin. Dimana saat itu kelas Deo kebagian jatah untuk menjadi panitia upacara hari senin. Para pembaca disini pasti pernah merasakan hal serupakan?
Sosoknya yang tinggi dengan kulit khas anak laki-laki yang sering bermain diluar, membuat dia mencolok diantara kedua temannya yang sama-sama menjadi petugas pembawa bendera. Mungkin karna hormonku yang sedang naik akibat jadwal bulananku yang sebentar lagi datang, membuatku terpesona saat melihat iya melangkah tegak maju didepanku.
Sebuah pandangan pertama akibat naiknya hormon, membuatku tertarik padanya. Aneh memang, tapi mungkin sebagian perempuan yang ada disini pernah mengalaminya?
Jika mengingat masa-masa itu, aku akan menyalahkan hormonku .
Tak disangka, selang sehari setelah momen aku tetarik padanya, semesta seperti mencoba merajut hubunganku dengan dirinya. Dimulai dari sering papasan di kantin saat makan siang, papasan di lorong kelas, hingga ujian kelas campuran. Membuat dirinya pun memiliki kesempatan untuk mendekatiku.
Menarik bukan? Ternyata kejadian-kejadian seperti itu membuat dirinya notice terhadap kehadiranku di dunia ini, membuatnya memiliki perasaan yang sama denganku. Tertarik oleh sesosok perempuan sepertiku.
Perempuan berkacamata, lugu, berambut panjang, berkulit putih, dengan aroma parfum coklat. Iya, aku suka dengan parfum beraroma coklat.
Akhirnya pada bulan Mei 2017 ini, aku dan Deo resmi berpacaran. Dia adalah pacar pertamaku, begitupula diriku adalah pacar pertamanya.
“Kurasa ku tlah jatuh cinta, pada pandangan yang pertama. Sulit bagiku untuk bisa berhenti mengagumi dirinya~” - RAN.
***
“Apa besok kita bisa membicarakan hal ini Ann?”
“Aku tahu kalau aku salah udah memaksa kamu”
“Tolong maafin perbuatan aku”
Kurang lebih seperti itu pesan-pesan yang masuk dari Deo. Aku hanya melihat pesan-pesan itu dengan perasaan yang tidak bisa kuungkapkan.
“Perbuatanmu? Perbuatanmu itu memang tidak terlalu jauh, namun ntah kenapa aku sama sekali tidak menyukainya Deo” ucapku sambil menscroll satu-satu pesannya.
Masih teringat betapa awal-awal pacaran dengan Deo sangatlah bahagia. Sebuah kisah jatuh cinta remaja pada umumnya, saling berinteraksi memadu asmara anak muda. Tidak berhenti berkomunikasi pagi, siang, malam. Meskipun kami memiliki aktifitasnya masing-masing, komunikasi kami jarang sekali terputus.
Berjalannya hari, berganti minggu, berganti bulan, aku sangat amat menyayanginya, hingga akhirnya aku merasakan cium pertama. Ciuman yang akan selalu kukenang, karna terjadi pada sore hari. Ketika suasana sekolahku sedang sepi. Dimana dia sehabis latihan basket dan aku mengerjakan tugas bersama kelompokku. Ntah bagaimana detailnya, akupun juga sudah lupa. Aku dan dia berciuman singkat diantara gerimis hujan, di parkiran motor. Ciuman singkat dua remaja yang baru pertama kali melakukannya.
Membuatku tersenyum sepanjang sisa hari itu, bahkan keesokan harinya, aku terbangun dengan perasaan yang sama. Bergantinya waktu hari ke hari, disetiap kencan yang sudah berjalan berkali-kali itupun, ciuman-ciuman singkat itu beubah menjadi sebuah lumatan. Sesaat pertama kami melakukan ciuman dengan lumatan itu, ada perasaan berbeda yang muncul dariku. Perasaan memburuh menghangatkan setiap inci indra dan syaraf-syaraf seluruh tubuhku.
“Apa ini yang disebut dengan nafsu?” batinku.
Tubuhnya mendekap erat tubuhku, membuat kedua payudaraku bersentuhan dengan dadanya. Hanya perlu 3 bulan berjalannya hubungan kami, membawaku seintim ini dengannya.
Lalu apa hal yang membuatku tidak suka akan perbuatannya? Apakah hal itu yang menjadi salah satu penyebab, atau bahkan alasan akan kandasnya hubunganku dengan pacar pertamaku ini?
Kejadian beberapa hari lalu, saat aku bermain kerumahnya. Keadaan rumahnya sedang sepi, karna kedua orangtuanya sedang berpergian. Aku berjanji akan bertamu karna aku sudah berjanji kepadanya untuk membuatkan masakan untuk kami makan bersama. Tentu saja dirinya sudah sempat berbelanja denganku di hari sebelumnya. Ya memasak adalah hobiku.
Singkat cerita kami bersenda gurau sambil aku memasak, kami terawa terbahak-bahak karna ada satu cerita lucu kemarin di sekolah. Sambil dirinya membantuku memotong sayuran, akupun sambil menyiapkan hidangan pelengkap lainnya. Hingga saat dia bersebelahan denganku.
“Kamu kenapa sih suka banget sama parfum coklat?” tanyanya penasaran.
“Kenapa ya? Kalau dicari jawabannya sih aku nda tahu, cuma aku emang suka aja wangi yang gak biasanya tercium.” jawabku.
“Tapi sumpah sih Bee (panggilan sayang), aku jadi suka wangi parfum coklat kamu semenjak aku pacaran sama kamu. Yang awalnya biasa aja, lama-lama jadi suka banget. Apalagi pas sambil ciuman sama kamu.” ucapnya lagi.
“Ih mesum banget alasannya haha!” balasku sedikit tertawa.
“Kan aku laki-laki normal Bee!” balasnya lagi sambil tangannya mencoba memelukku dari belakang.
Dekapannya terasa begitu hangat, apa yang terjadi saat ini seperti film-film romansa pada umumnya. Seorang perempuan dipeluk dari belakang oleh pacarnya, namun keadaan ku saat ini sedang memasak. Terlena dengan dekapannya, membuatku mematikan kompor yang ada didepanku, kuputar badanku, dan kutatap wajahnya dengan senyum.
“Aku sayang kamu Bee, aku suka sama sikapmu yang aku rasa gentle terhadapku” ucapku kepadanya yang dibarengi oleh kecupan singkat dibibirnya.
Setelahnya kita melanjutkan memasak dan tentu saja kita langsung menyantapnya. Perutku sudah terlalu lapar untuk kutahan-tahan.
Dengan perasaan kenyang, aku dan Deo yang duduk di sofa ruang tengahnya hanya bisa duduk kenyang bego sambil menatap langit-langit rumah.
“Akhirnya aku nyobain juga masakanmu Bee, enak bangettt, kebayang sih kalau aku jadi suami kamu bakalan bahagia banget.” ujarnya.
“Woo! Kamu mikirnya kejauhan gila! Sekolah aja dulu yang bener kita!” ucapku sambil menoyor kepalanya.
“Uwh kepalaku main kamu toyor aja! Kukelitikin loh kamu!” sambil tangan Deo memperagakan akan memulai kelitikin aku.
“Gak mau!! Gak mauu!! Aaa kaburrr…” akupun langsung berdiri dan berlari.
Meskipun sedang didalam rumah, aku tidak peduli yang penting aku lari menjauh darinya untuk tidak dikelitik olehnya. Tak peduli ini lantai 1 atau lantai 2 rumahnya, yang penting aku lari!
Tapi apalah daya tenaga lari seorang perempuan dibandingkan dengan tenaga lari seorang laki-laki? Tentu saja tangan Deo berhasil menyentuh pinggangku dan memberikan sebuah kelitikan singkat kepadaku. Aku pun tesentak sambil mendesah kaget. Deopun mendekapku dan membalikan tubuhku dan mendorong tubuhku ke dinding tembok.
“Aaahh ampunnn…” ucapku sambil menutup mata, mempersiapkan diriku untuk menahan geli dari kelitikannya.
Namun setelah beberapa detik aku tidak merasakan apa-apa. Yang ada malah tangan kanannya mendarat di pipiku. Dan akupun membuka mata.
“Kamu tuh cantik banget sih Anita..”
“Eh…” ucapku kaget.
Tiba-tiba kulihat kepalanya mendekat dan lalu menciumku.
“Mmmphh” lenguhku.
Ciuman tiba-tiba darinya sungguh mengkagetkanku, akupun langsung menutup mata. Perlahan kecupannya lada bibirku perlahan menjadi lumatan. Aku bisa merasakan nafasnya dan nafasku mulai berat. Kurasakan tangannya menyentuh pinggangku dan..
“Aaahhh kamu mau ngapain Deo?!” teriakku selepas bibirku lepas dari lumatannya.
Saat ini Deo sedang menggendongku, kakiku kututup rapat melingkar pinggangnya karna aku takut jatuh.
“Kamu mau ngapain tiba-tiba gendong aku deh?” tanyaku kesal kepadanya.
“Turunin nda?! Aku takut jatuh ihhh!”
Tak ada jawaban darinya, yang ada tubuhnya semakin menempel padaku. Saat ini imajinasiku menggambarkan posisiku seperti sandwich, yang dimana tubuhku terhimpit oleh tubuhnya dan dinding dibelakangku. Salah satu tangannya meroggoh ke belakang kepalaku dan lagi-lagi secara singkat, saat kepalaku tertarik kearahnya,
ciuman yang sempat terlepas tadi dimulai kembali.
Lumatan-lumatan itu mulai kembali. Aku kembali lagi dalam perasaan panas yang sebelumnya sudah menghampiri. Secara intuisi, kedua tanganku mengarah kepada kedua pipinya. Memeluk kepala, menambah suasana panas ciuman dua remaja ini.
Cluph, clup, clup.
Suara pertemuan kedua bibir lawan jenis terdengar sangat jelas. Hingga akhirnya kami melepaskan simbolis tanda kasih itu.
Ntah mimik wajahku seperti apa saat ini, yang kutahu, tatapannya sangatlah berbeda. Tatapan seseorang yang ingin meraih sesuatu yang ada dihadapannya. Tangannya yang berada dibelakang kepalaku, memijit pelan dan berjalan menuju samping leherku. Terus turun menjelajahi setiap daging yang sedang naik turun akibat rasa panas yang baru dihadapi. Mataku melirik arah tangannya.
“EGGHHH DEOOO!!” teriakku kencang saat tiba-tiba tangan kanannya meremas, mencengkram kuat dada kiriku.
Akupun spontan menampar keras pipinya.
PLAK!!!
Akupun terjatuh dan untungnya kedua kakiku langsung menampak lantai, akupun berlari menjauh darinya.
“AKU MAU PULANG SEKARANG!!’
Ya itu lah yang terjadi beberapa hari lalu yang kuartikan sebagai “perbuatannya” dari isi pesan yang masuk darinya.
Kita sudah tak lagi saling berbahagia.
Sudah mulai sedikit berkomunikasi semenjak kejadian itu.
“Jatuh cinta memang ada pasang surutnya”
Kalimat yang pernah mengisi beberapa film romansa, juga lagu.
Mungkin kali ini, aku merasakan surutnya.
Tapi tetap harus ada penekanan atas sebuah hubungan ini.
Kutekan sebuah logo mic yang ada pada kolom penulisan pesan singkat tersebut.
“Maaf ya Deo, aku sayang kamu, tapi kurasa memang sudah waktunya kita gak saling lanjut.
Aku ngerasa perbuatanmu saat itu membuatku berpikir ulang dengan hubungan kita. Hubungan dengan sebuah nafsu, mungkin bukan hubungan yang aku inginkan. Dan aku rasa perbuatanmu kala itu membuat aku terkejut, laki-laki yang kusayang tiba-tiba menyentuh bagian sensitif tubuhku yang belum pernah disentuh oleh siapapun. Aku belum siap, aku belum siap menjalani hubungan seperti itu. Maaf dan terimakasih ya Deo. Aku rasa kita putus aja sebaiknya.”
Kukirim sebuah pesan suara seperti itu kepadanya. Mungkin itu hanyalah akalan-akalan ku saja beralasan seperti itu, atau mungkin memang seperti itu yang aku rasakan. Aku tidak tahu apa-apalagi. Kejadian menyentuh dadaku, sepertinya menyisakan sebuah “shock” kepadaku. Perempuan bila ada kejadian yang tidak mengenakan yang terjadi kepada dirinya, pastilah akan bersikap sesuatu yang hanya sang pencipta yang tahu. Laki-laki kadang tak bisa selalu siap oleh badai yang datang dari seorang perempuan.
“Walau kumasih mencintaimu, kuharus meninggalkanmu, kuharus melupakanmu..
Meski hatiku menyayangimu, nurani membutuhkanmu, kuharus merelakanmu…” - Samsons