Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (Kisah Nyata) Bumbu Kehidupan

Bimabet
sing nang dhukur iku janne opo 😂
🤭🤭
gak ngerti mosok mas enjiner utek e pas gak bener.. mosok mbak Ais arep di jak ngeCuk nak kali sing banyune mili..
nek kenter piye.. Opomane klambine tok, lak mudho sech.. gak pati pokro koq..
🤣🤣
 
TS nya orang baik tp karena istrinya gtu jadi cr temoat bercocok tanam hehehehee
Semnagt om
 
...Lanjut ah

Kami telah sampai di depan kamar. Di sisi kiri, agak jauh, lukisan abstrak masih terpampang. Kulirik sebentar.

"Joss, pakde..." Dia memberikan selamat. Dalam khayalanku saja tentu.

Sepanjang jalan tadi, lengan kiriku digandeng erat. Telapak tangan dan jemari digenggam kuat-kuat. Tubuhnya seakan menggelayut ke badanku. Menempel. Wangi. Pasrah tampaknya. Mimik muka kuupayakan stay cool. Tak berhasil.
Di dalam tubuh, jantung tak berirama. Dag dig dug gak karuan. Kami sadar (atau setengah sadar?), ini pertama kalinya.

Ketengok sisi kanan. Pemandangan lembah sungai di kejauhan. Agak menunduk, tampak kolam renang. Kini lebih tenang. Tak kulihat lagi ibu dan dua anaknya. Sudah terlalu siang, panas. Tak baik untuk anak-anak. Lebih baik kembali ke kamar, ber wik-wik bersama pasangan. Aihhh, sudah tak sabar aku. Sekilas kulirik si adik.

"Kamu juga kan" bisikku padanya. Dalam hati.

Kunci macet. Pintu tak jua terbuka. WTF.

Kuamati tanganku. Tremor. Stroke tah??

Lalu hangat. Tangan mbak Ais memegang tanganku. Tangan kanan. Digenggamnya. Spontan kupalingkan wajahku ke wajahnya.Tak tampak reaksinya.

Pastilah. Tertutup masker dan kacamata.

Aku meyakini ia tahu kondisiku. Dia berusaha menenangkan. Lumayan.

Senyumku mengembang. Pintu berhasil kubuka. Kami sedikit terburu-buru masuk ke kamar. Berharap tak ada orang lain melihat. Tapi Tuhan Maha melihat.

....

Sisi kamar dalam.

Segera kukunci pintu. Dua kali. Memastikan, kucoba tarik handler nya. Sedikit maksa. Tak terbuka. Aman
Gordyn masih tertutup. Cahaya luar hanya masuk sedikit. Aman.
Suara TV cukup keras. Terlalu keras bahkan. Kucoba turunkan sedikit, agar tak menarik perhatian tamu dan petugas hotel yang kebetulan lewat. Aman.

"Sudah dikunci mas?" Aish turut memastikan.

"Sudah"

Seketika Ais memelukku. Erat. Kacamata dan masker tak lagi dikenakan.
Wajahnya dibenamkan di dadaku. Nanti akan kubalas. Wajahku di dadanya.

"Kelamaan tadi, kupikir bakalan batal. Ternyata berani juga"

"Kata siapa aku berani. Nekat ini namanya. Demi mbak loh." Kataku.

"Demi kita"

"Iya, demi kita"

Muah. Kukecup keningnya.

Adem. Irama jantung perlahan membaik. Nafas berangsur normal.

Mbak Ais melepaskan pelukannya. Ia beranjak ke kamar mandi.

Aku perlu ikut? Pikirku sejenak. Kutanyakan langsung saja, setengah bercanda.

"Perlu tak kancani mbak? (perlu kutemani mbak?)"

"Sini." jawabnya. Jawaban yang kuduga tak serius. Atau serius? Duh, gak paham. Main aman saja lah.

"Nggak ah" Segera kubaringkan tubuhku di kasur.

Mbak Ais sudah masuk kamar mandi. Gemericik air terdengar. Biarlah, mau ngapain aja terserah. Privasi dia ini.

Aku mulai PeWe. Tengkurap di bed. Empuk. Spreinya putih, lembut sekali. Kedua tangan kumasukkan di bawah bantal. Ndlesep. Dingin. Berbanding terbalik dengan suasana di luar tadi. Begini sudah nyaman poll. Aku ingin di sini selamanya. Bareng Mbak Ais. Surgawi.

Keenakan. Nyaris ketiduran. Kantuk datang tanpa diundang.

Huft, tak boleh. Kupaksa balik badan. Telentang kini. Kucari remote tv. Ketemu. Kupindah channelnya, iseng saja, tanpa niatan apapun. Kutarik badanku. Kini kubersandar di belakang. Ditopang bantal. Nyaman pula.

Mbak Ais selesai dengan urusannya. Keluar dengan penampilan yang tak pernah kulihat sebelumnya.

"Wow," ucapku, spontan.

'Wow', kata yang kupilih. Bukan ucapan istighfar. Bukan ucapan motivasi. Ini pujian. Tulus. So 'Wow' Sudah pas kurasa.

"Apasih..." balasnya, malu-malu.

Mbak Ais tampil tanpa hijab. Rambut hitam panjang terurai, mengembang, sedikit bergelombang, dalam porsi yang pas. Cantik.
Wajahnya memancarkan ke-malu-malu-an. Tanpa make-up. Pun seandainya pakai, tipis pastinya. Tak tau aku lah persoalan itu. Otakku konsentrasi ke yang lain.
Dipakainya kacamata yang biasa ia pakai. Beberapa waktu yang lalu pernah kusampaikan padanya, ia tambah cantik saat berkacamata. Tampaknya hal itu diingat betul, dimasukkan hati. Dari sini, terlihat jelas kesungguhannya untuk melayaniku, memberikan servis terbaik, dari detail terkecil. Prolog terpuji dari "Kenangan Terindah" yang dijanjikan.

Badan Ais tampak berisi. Teles. Semok.
Kulit putihnya tampak bercahaya. Atau kuning langsat. Bersih pastinya.
Tak ada baju panjang yang menutupi, selayaknya baju kerja harian. Diganti tanktop hitam. Tampak sedikit kekecilan.
Di dalamnya mengintip bra coklat. Di dalamnya lagi...hehehe. Ada deh. My Fav pastinya. Duo gunung. Menonjol. Seolah berontak. Tak tampak puncaknya. Tunggulah nanti, akan kuhabisi.
Sedikit belahan surgawi tampak melengkapi.
Puser sedikit terlihat. Perutnya tak terlalu rata. Empuk dan hangat kukira.

Pantatnya tetap daya tarik khusus. Pantat impian. Bentuk penampakan terluar menggairahkan. Entah seperti apa bagian dalam. Pastinya lebih wow.
Kancut warna coklat. Tipis, tak sampai menerawang. Sedikit rambut kemaluan tampak mengintai. Sepertinya Mbak Ais tak suka bercukur. Dibiarkan subur. Tak apa, justru itu yang bikin beda, hiburku. Aku lebih suka yang bersih, tanpa bulu. Tapi aku lebih suka cara mbak Ais memperlakukanku selama ini. Dalam urusan non-ranjang dia terbaik. Aku yakin demikian pula saat menangani urusan ranjang. Semoga.

Satu yang membuatku kuatir. Apa yang di dalam kancut, belum pernah sekalipun kulihat, sentuh, apalagi kumainkan.

Jangan-jangan makhluk hybrid.


....Bersambung lagi
 
Terkadang kesempatan memang lebih jahat ketimbang hati seseorang,,,,
Lanjut gan,,,,
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd