Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (Kisah Nyata) Bumbu Kehidupan

....lancrot maning....


Tubuhku kaku. Ritme detak jantung naik lagi. Kuduga tekanan darah turut naik.

Tenang sob, tenang. Durung wayahe...

Berusaha kutepis perasaan aneh ini. Berkali perasaan ini muncul. Entah sejak kapan dimulai. Belum lama. Tahun kedua pasca menikah, seingatku. Perasaan yang membuatku ingin segera menumpahkan lahar penumbuh bayi. Ajian yang harusnya dapat diatur tata kalanya. Perasaan kuatir. Iya, bersama istri, tak bisa aku bertahan cukup lama. Tak bisa menikmati. Ingin segera tuntas. Kewajiban tertunaikan. Sudah.

Sekarang, ada bidadari nyasar didepanku. Dalam wujud nyaris sempurna.

Lana Rhoades.
Alex Daddario.

Cukuplah dua pesohor itu mewakili gambaran yang kutangkap saat melihat sosok Mbak Ais dalam busana minimalis.

Apakah ini juga harus berakhir dengan mengenaskan. Layaknya hubungan badan terakhirku, lebih dari tiga bulan yang lalu? Atau lebih parah. Cukup dikocok, keluar. Seperti muntahan sperma pertamaku ke Ais?

Please jangan sekarang. Jangan di sini. Jangan di depannya.
Kuatkan aku ya Tuhan.

Laa hawla wa laa quwwata illa billah.

Komat kamit mulutku. Dalam tak sadarku.

Posisi baadan masih telentang. Tangan kulipat, menopang di belakang kepala. Jadi batas antara kepalaku dengan dua tumpuk bantal.

Mbak Ais masih di sana. Memainkan memek remote AC. Dinaikkan sedikit suhu ruangan. Terlalu dingin baginya, mungkin. Cara dia pegang remote, so smooth. Aduuuh, otak ngeres lagi. Bakal enak banget pasti. Semoga tidak zonk.

Tak lama, menyusul ia rebahan di bed. Persis di samping kananku.

Dipeluknya lagi. Aku tak banyak bergerak. Sekadar menyambut pelukannya. Aku dibawah, ditimpa tubuh semok Ais. Enak. Lebih berasa. Kulit mbak Ais lembut. Wanginya membius. Tercium wangi asing. Dari rambutnya. Beda dengan wangi tubuh yang biasanya. Pantene? Tampaknya ia tak ingin jadi duta shampoo lain.

Kami berciuman.

French Kiss.
Spanish Kiss.
Italian.
Apalah.

Hot. Panas sekali. Miring kanan-kiri. Agak kasar menurutku. Tangannya ikut campur. Menahan pipiku. Susu Ais tergencet dua tubuh, menempel di dadaku. Masih tertutup kain dua lapis. Tapi sungguh, tak ada yang dapat mengalahkan kebesaran-Nya. (boleh ditafsirkan sesuai preferensi pembaca).

Alamakkk, si adik kontan ngatung. Bangkit ia. Sampun wancinipun (sudah saatnya).

"Belum." Jawabku. Dalam hati.

Sedikit desahan kecil Ais menegaskan argumen si kecil.

"Ok. Fine. Jangan bikin malu tapi." Kuingatkan dia. Lagi, dalam hati. Dia diam saja. Anak penurut.

Tetiba mbak Ais menarik kepalanya. Aku bisa bernafas lega. Berakhir sudah gerakan preambule. Si adik masih aman.

Kami hanya saling memandang. Dan terdiam membisu...

Perlahan senyum mengembang, berdua. Entah siapa yang mulai. Wagu. Kayak ABG yang baru pertama kali ciuman. Lalu ngekek bareng. Wagu tenan sumpah. (Ditulis sambil malu-Red).

Temanggung bersenyum. Guyu tanggung, rodo mesum.
Tulungagung guyub rukun. Ngisor ngacung, nyuwun kawigatosanipun.
Gak patek pas, luweh.


Diam lagi. Hening. Mengheningkan cipta sesaat.

"Kita ngapain sebenernya?" Tanyaku memecah keheningan.

"Tauk," Jawabnya. "Mas mau diapain?"

"Terserah embak"

"Ya cowok donk. Aku kan hanya ngikut. Mas yang ngajak juga." Ais bangkit dari rebahannya. Kini tangannya masuk ke bawah kaosku. Dijamah perutku. Sedikit bunyi. Lapar, belum makan siang. Lalu bergrak ke dada. Gerakan alus. Aku suka.

"Maem yang banyak sih mas. Kurus gini." Ucapnya lagi.

"Mbak Ais yang tak maem. Boleh?"

Ais tersenyum lagi. Manise rek.

"Boleh. Mimik dulu nih" Dibukanya tali tanktop , dari atas. Sekalian tali bra. Segera terpampang pemandangan indah. Sektor kiri. Kirinya Ais. Bagian yang konon, lebih besar dari kanan.

Hap. Langsung kuterkam. Emut. Dan jilat. Rada buru-buru.

Susu Murni Nasional. Tereret tetet terere-reret....

Mbak Ais mendesah. Setengah kaget. Tangan kiriku turut menyergap sektor kanan.
Keduanya resmi ditahan.

"Aaaah." ucap Ais. Tampak kurang siap merespon gerakanku. Kepala sedikit mendongak. Lalu kembali ke posisi awal. Dia berusaha mengincar kupingku. Kuping kiri. Digigit manjah. Lalu lidahnya ikut beraksi. Geli aku dibuatnya. Asem. Kena Counter Attack.

Aku mundur sejenak. Kulepaskan susu kiri Ais. Kepala kumundurkan sedikit. Otomatis serangan si Embak turut tertahan. Kupandangi gunung semeru yang barusan kudaki.

So beautiful.

Besar. Tegar menantang. Lembut. Kenyal. Kenceng. Bukti bahwa belum dihisap anak-anak. Putingnya tak terlalu hitam, belum dipenuhi dosa. Kontras dengan warna kulit yang putih. Urat nadi warna biru (atau apapun namanya, aku tak mahir biologi) terlihat cukup jelas. Tak ada bekas cupang. Fix. Barang istimiwir. Tangan pertama. Jarang dipakai. Kilometer rendah.

"Kenapa mas?" Tanyanya. Mungkin heran melihatku ndomblong.

"Aku suka. Suka banget." Jawabku sekenanya. "Kumaem lagi ya?"

"Isssh Curang," sergahnya. "Gantian sih."

Tak kusadari, tangan Ais sudah turun gerilya di selangkanganku. Ketahuan sudah, si adik ngaceng sejak tadi. Tertahan boxer saja dia.

"Boleh?" tanyanya lagi. Basa basi.

Tentu boleh, Marimar.


...bersambung lagi ah...
 
Terakhir diubah:
Lanjut hu... Ga sabar..
Bagi lagi mulustrasi mba aiz
 
Ah.... Kentang.... Hal yang selama ini g berani aku lakukan... Affairs dengan rekan kantor... Padahal lumayan kl dapet....
 
Ah.... Kentang.... Hal yang selama ini g berani aku lakukan... Affairs dengan rekan kantor... Padahal lumayan kl dapet....

Butuh momen yang pas, Kisanak. Banyak pertimbangan, keberanian, keberuntungan. Algoritmanya ruwet.
Berdoa pada Tuhan, agar diberi petunjuk.

Semoga beruntung di lain kesempatan
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd