Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (Kisah Nyata) Bumbu Kehidupan

Bimabet
Hmm...
Penasaran dengan kota TKP ini...
Ada kebun tebu seberang hotel.. ( jawa tengah/ timur)
Berdarah dari pegunungan kebun tembakau... (jawa tengah/timur ..?)..

Sepertinya bukan kota yang sangat sibuk... benerkah.?
 
Oh aish...koq spertinya aish yg hiper yach....
Ach ini sich versi. Ts coba versi aish.... Qi.. Qi... Qi
 
Keren ceritanya om, tulisannya ngalir banget, bikin penasaran teruss..
Moga bisa update terus ya om..
 
Baru pemanasan aja udah membara gini. Saatnya sabar aja dah hahahahaha
 
Akhir tahun kedua.

Hari ini cuaca cukup tenang. Setelah beberapa hari dilanggan hujan, Tuhan berbaik hati menyisipkan satu hari cerah. Sejak pagi cenderung terik bahkan. Aku dan beberapa teman kantor menyempatkan diri untuk aktivitas luar. Tentu untuk menikmati suasana, selain menjalankan tugas negara pastinya. Cuaca cerah seakan melengkapi berita baik yang pagi ini kudapat. Ais diizinkan suami untuk lanjut bekerja di sini. Sementara kontrak sang suami diperpanjang di pulau seberang. Artinya, kami masih bisa bersama. Setidaknya untuk setahun ke depan. Lain dari itu, tahun depan kami diberi keleluasaan lebih untuk mengatur kegiatan, volume lebih banyak, dana lebih besar. Tentu angin segar bagi karier pegawai daerah sepertiku.

Ah iya, soal kejadian di Hotel Waru (nama yang sepakat kami pilih, Aku dan Mbak Ais). Hingga kini masih dongkol kalo mengingatnya. Kerisku ngaceng tanpa harapan. Lama. Tak juga kuusahakan mengejar lonte jahannam itu. Pada akhirnya Si Adik lemes sendiri. Sebenarnya ingin kutuntut ganti rugi pada Ais. Tapi tak kesampaian. Entah kenapa sejak pertarungan di hotel itu, intensitas hubungan kami menurun. Lalu konstan. Kami sadar sepenuhnya jika ini adalah praktik perselingkuhan. Sempat aku berpikir, mungkin memang inilah yang namanya selingkuh. Ya selingan saja. Sekadar memenuhi kebutuhan. Tidak perlu bawa hati. Pragmatis saja. Sama-sama butuh, eksekusi. Kelar, udah.

Tapi aku tak bisa seperti itu. Pikiranku sih mengiyakan, mungkin. Di otak masih tersisa kalkulasi soal aspek pemenuhan kebutuhan ragawi. Soal Ais yang butuh kehangatan sesaat. Atau sesungguhnya akulah yang lebih yang membutuhkannya. Intinya ini bukan soal hati. Hanya algoritma sebab-akibat saja. Namun jauh di lubuk hati, aku seperti sadar jika ini bukan diriku. Aku tidak menginginkan hubungan instan seperti itu. Aku tetap ingin dekat, intim, terbuka, dan sesekali bersenggama. Pastinya, perempuan semenarik itu mubazir jika tidak dimanfaatkan. Pun pejuku sayang sekali jika tidak tersalurkan pada yang berhak.

Siang ini Mbak Ais memang tampak menarik. Lebih menarik dari biasanya. Berbaju gamis biru, biru muda. Masih setia dengan hijab sederhana, tapi auranya tampak berbeda. Lebih anggun. Lebih dewasa kurasa. Sore harinya, sesaat selepas meeting rutin akhir minggu. Kami sempat bercakap sebentar. Di ruang kerjaku. Basa basi sesungguhnya. Tentang pekerjaan, sebagian besar tentang detail rencana untuk tahun depan. Kantor sudah mulai sepi, beberapa karyawan sudah pulang.

"Aku gak ngerti deh. Kalo memang tujuannya untuk membuka kesempatan yang lebih luas. Harusnya mulai sekarang kita cari-cari klien potensial. Kerjasama dengan mitra baru pastinya gak gampang," katanya, di tengah diskusi kami. Ais mengomentari kebijakan pimpinan kami di rapat tadi. Tampaknya ia menahan diri untuk tidak berkomentar tadi. Mungkin memposisikan dirinya sebagai tenaga ahli saja. Tidak berhak merecoki kebijakan pimpinan. Seperti biasa, akulah yang harus menjadi kotak sampah. Tempat Ais bercerita.

Masih berlanjut, cukup anjang percakapan kami. Tak terasa sudah menjelang maghrib. Sepertinya obrolan kami harus segera kami tuntaskan. Aku berinisiatif mengambil spidol dari meja kerjaku. Segera beranjak ke papan whiteboard di dinding sisi kiri. Papan yang hanya setengah kosong. Setengah yang lain penuh dengan coretan dan tempelan kertas-kertas agenda kerja dan salinan surat penting kedinasan. Tampak kumuh, mungkin sudah seharusnya kubersihkan. Tak terlalu kupedulikan sebenarnya.

Di sisi yang kosong, mulai kugoreskan spidol itu. Kutuliskan beberapa langkah dan tahapan yang harus mbak Ais kerjakan. Setidaknya hingga akhir Januari nanti.

"Gini aja lah. Ini kuperjelas tugas-tugasmu dua bulan ke depan." Aku dan pimpinan memang belum sempat membagi ketugasan untuk staf-staf kami. Khususnya untuk kegiatan tahun depan. Wajar kalo beberapa masih belum paham. Mbak Ais salah satunya.

Aku tengah sibuk menuliskan beberapa point yang kurasa penting saat tiba-tiba ada sensasi hangat di punggungku. Lengkap dengan wangi parfum Ais yang sedemikian khas. Sensasi hangat itu lalu menjalar ke perut. Tangan kananku masih terpaku di whiteboard. Kepalaku tunduk, reflek. Ada tangan tengah bertaut, tepat di atas pusar. Hangat.

Ais memelukku dari belakang.

Sejenak aku diam. Tak bergerak.

Kepala Ais menyamping. Tepat di belakang leherku. Hijabnya menempel di leherku. Mengedarkan wangi parfum.

"Mas... Aku mau lagi..."

Hah? Lagi? Apanya? Ngobrol lagi, atau rapat lagi, atau... Mau Lagi (ML)..***...??

ML kah yang dia maksud? Making Love kah? Ya, tentu saja ini yang dia maksud.

Aku merasa tersanjung. Gembira. Jarang sekali istriku mengajak berhubungan badan. Selama ini akulah yang lebih sering meminta.

OK. Kucoba menata hati dan pikiran.

"Ke hotel waru lagi?" Tanyaku. Pertanyaan GUOBLOK NEMEN. Tapi ya boleh kan ya, memastikan.

"He-em" Jawab Ais. Segera.

Waduh. Kenapa dadakan gini ya. Malam ini aku sudah berencana makan malam dengan keluarga di rumah. Menyambangi soto favorit. Tak bisa lalu batal begitu saja.

Pelukan Ais makin erat. Terasa betul bongkahan bukit kembarnya menekan punggungku. Kurasa ia tahu aku tengah menimbang-nimbang. Terima atau tolak.

Ah. Setan betina memang.

"Sebentaaaarrrr saja..." katanya lagi. "Minggu depan suamiku pulang"

Kantor sudah benar-benar sepi. Tersisa beberapa tenaga security di lobby dan pos depan. Ataukah di kantor saja? ah tidak. Terlalu berbahaya.

Posisi kami sesungguhnya juga rawan sekali. Peluk di ruang kerja. Entah bagaimana seandainya pak satpam tahu. Bakal panjang urusan. Harus segera diputuskan.

Hari sudah sedemikian sore. Kenapa baru sekarang, Marsinem???

Ini gila. Kelewat gila. Di luar batas.

Keluarga lebih utama.

....bersambung lagi...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd