Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (Kisah Nyata) Bumbu Kehidupan

Kelamaan ga update, jadi loading nginget2 cerita sebelumnya.
Moga lancar update ke depan nya.
Makasih, suhu
 
Tempat ini masih sama seperti saat terakhir kudatangi. Lokasinya tak terlalu mencolok. Di pinggir jalan besar, tapi tertutup beberapa pohon peneduh. Parkiran depan kosong. Aku duduk menanti pesanan. Di sebelah kanan, agak jauh, ada dua lelaki muda. Mungkin teman lama. Tampak seru bercakap. Di mejanya ada dua cangkir. Mungkin kopi. Sesekali asap rokok mengepul. Lengkap sudah.

"Ini Pak"

Pria tua memecah lamunanku. Dia memberi apa yang kupesan.

"Terima kasih" jawabku.

Aku beranjak dari tempat duduk. Sekilas kulihat kunci yang kupegang. 208. Lantai 2.

Ya, aku di hotel waru. Menuruti kemauan lonte laknat berjiwa iblis.

----

Aku akhirnya terbujuk rayuan maut mbak Ais. Kubatalkan agenda family time. Aku mengaku tengah rapat akhir tahun, sekalian menyortir arsip yang akan dihapus. Setidaknya sampai jam 9. Sekaligus kujanjikan untuk mengajak anak istriku ke taman hiburan esok hari. Seharian. Dua hari kalo perlu. Demi apa? demi 3 jam berpuas birahi.

Aku tengah berjalan menuju kamar. Ais mengikuti di samping. Tangan kami saling bergenggam. Erat. Lantai 2 artinya tak terlalu jauh dari parkiran tengah. Aku cukup beruntung. Kata resepsionis tadi, kamar sudah hampir penuh terisi. Sebagian besar dipesan oleh tim sepakbola dari luar kota. Mereka besok akan bertanding dengan tim dari kotaku. Entah pertandingan apa. Aku tak terlalu mengikuti perkembangan liga lokal. Tak terlalu tertarik.

Benar saja, sepanjang jalan kami sempat berpapasan dengan beberapa pemuda berbadan tegap. Berbaju santai, kaos dan celana pendek. Atletis. Kami berpapasan tanpa menyapa. Mereka tengah asik bercanda. Penampilan santai tapi jalannya gak santai. Tampaknya mereka bergegas. Mungkin ada agenda yang harus mereka penuhi. Dari logatnya, jelas jika para pemuda itu berasal dari tanah sunda. Ah, pemuda tanah sunda. Ada cerita menarik yang ingin kuceritakan tentang pemuda sunda. Tapi belum saatnya. Besok saja. Tunggu waktunya.

Saat berpapasan, sempat kudapati beberapa pemuda itu melirik ke ais. Sekilas saja. Aku tak keberatan. Toh wajah ais tertutup cadar. Bukan cadar sih. Lebih tepatnya masker kain. Pun kacamata coklat besar menutup sisa muka. Persis seperti tersangka koruptor yang kena tangkap tangan. Tak ingin identitasnya terkuak. Itu yang kusuka dari Ais. Bisa menjaga diri. Setidaknya dari pandangan singa-singa lapar.

Entah kenapa, fantasiku muncul tiba-tiba. Seru kali ya, kalo Ais dijamah para pemuda itu. Bergiliran. Rame-rame. Depan-belakang-atas-bawah. Ais mendesah, lirih kadang keras-keras, dalam ketidakberdayaan, sekaligus kenikmatan.

Ngaceng langsung. Asu tenan.

Segera kukubur fantasi gila itu. Kelewat batas. Aku lebih ingin menikmati Ais sendirian. Biarkan ia jadi milikku sepenuhnya. Biarkan ia meluapkan birahi yang berbulan-bulan tak diambil suaminya. Biarkan tubuhnya mendekap laki-laki yang ia inginkan, sesukanya. Dan aku yang jadi laki-laki itu. Bukan orang yang selalu menggodanya. Bukan para pejabat yang bertaruh tumpukan uang, berebut kesempatan untuk menjamahnya. Bukan. Dia pilih aku.

Makin ngaceng sudah.

----

Kamar 208. Kamar ini tepat diujung tangga dari lantai 1. Dari depan pintu, ada lorong ke kiri dan ke depan. Tidak jauh, ada tangga ke lantai atas. Kurang ideal untuk bersenggama. Berisik. Bisa didengar orang luar. Terlalu banyak akses wira-wiri. Terlebih di saat akhir minggu seperti sekarang. Menjelang akhir tahun pula. Sudah pasti cukup ramai tempat ini. Setidaknya itu analisisku.

Tapi tidak. Tuhan maha mendengar hambanya.

Tepat saat pintu kamar kubuka, hujan turun. Tidak deras. Tapi semoga nanti bertambah deras. Berkah bagi para pasangan mesum. Doa saat solat jumatku terkabul: Agar selalu diberkahi dalam setiap urusan.

Lebih dari itu, mesin AC nya ternyata cukup berisik. Wajar jika kamar ini masih kosong. Mungkin tak banyak yang menginginkan suasana berisik saat istirahat. Tapi buat kami, ini anugerah. Harus disyukuri.

Kulirik jam sebentar. Jam 7 malam. Sudah tak banyak waktuku. Harus segera dituntaskan.

----

Kami sudah di dalam kamar. Di luar, hujan makin deras. Berisiknya bukan main.

Kami tengah berciuman. Panas sekali. Ais tampak bernafsu. Aku tak mau kalah. Tersisa boxer di badanku. Ais masih lengkap.

Kami lepas kontrol tadi. Begitu masuk kamar, langsung berpelukan. Pelukan mesum. Tanganku segera meremas pantat wanita berhijab itu. Sekuat tenaga kuremas. Tak juga pecah. Tangan Ais lebih-lebih. Langsung mendarat di leher dan punggungku. Memaksa untuk melepas kemeja yang kupakai. Silakan saja. Jadilah ia melucuti pakaianku duluan. Sesekali sambil mencium bagian tubuhku. Acak. Tangan, Dada, Perut, Paha, Leher.

Kami belum mandi. Ciuman makin panas. Sedotan dan hisapan terjadi tak terbendung. Kadang dia pakai gigitan juga. Aku tak suka. Tapi kubiarkan saja. Serah lah. Sudah kepalang tanggung. Waktu mepet juga.

Ais curang. Aku ditelanjangi. Dia masih full armored. Aku berusaha melepas bajunya. Kucari kancingnya di bagian depan. Malah dapat tonjolan susu. Kuremas saja. Kancing tak ketemu, biar saja.

"Mas gak usah nyari-nyari deh. Pasrah aja. Aku yang pegang kendali" Kata Ais.

Ok lah. Yow, take your chance.

Ais kini menjelajah leherku. Diciumi bertubi tubi. Diselingi gigitan kecil. Geli.

"Jangan dicupang yo mbak" kataku

"Terserah aku donk"

Wong edan. Lanjut dia menjelajah.

Kini boxerku dipaksa turun melantai. Penny ku sudah ngaceng sedari tadi, akhirnya bisa bernafas lega. Ada rembesan air di ujung kepalanya. Tanda bahwa ia sudah tak sabar, ingin segera meledak.

Ais berlutut. Matanya melirikku sebentar, mendongak. Tampak senyuman nakal. Mulutnya sedikit membuka. Seolah berkata: "Wow, udah kenceng banget ini, siap kuhap"

Dan benarlah. Mulutnya segera menjilati penisku. Dari bawah, dari bola kembar di bawah. Dijilatinya perlahan. Berhenti di ujung helm. Sensasinya? LUAR BIASA.

Belum sempat aku menghayati kenikmatan itu, mulut Ais keburu melahap batangku. Setengah, lalu penuh. Terbenam senjataku di mulut ais yang basah dan hangat.

Ah gila. Enak banget. Aku memicingkan mata, menikmati momen ini. Tanganku hanya bisa membelai kepala Ais yang masih ditutupi hijab krem.

Sekujur badan lemas. Kakiku ingin menyerah. Ingin berbaring saja.

Ais menarik diri. Kini penisku basah, ngaceng, berkedut, lepas dari mulutnya. Ais menarik nafas agak dalam, lalu kembali mencaplok pedang pusaka itu. Dimaju-mundurkan dengan tingkat presisi yang sedemikian baik. Sama sekali gak kena gigi. Kadang seperti dihisap kuat-kuat. Kadang seperti diremas. Lidahnya begitu lincah mengolah sosis mentah. Ia layak diganjar sertifikat ISO kelas tertinggi, bintang lima.

Sesekali ujung lidahnya mendribel ujung helmku, nakal. Kadang tepat di titik rangsang terbaiknya, di sekitar bawah helm. Gak amatiran. No kaleng-kaleng. Kerja profesional ini.

Aku mendesah. Meracau tanpa arah.

"Enak sayang....lagi...jilatin...iya di situ, aahhhh,... enak banget, ooohhh....lagi sayang......aaaahhh, masukin lagi"

Tanpa sadar, tanganku kini menahan kepala Ais. Pinggulku mulai bergerak tanpa komando. Maju-mundur. Penisku menyodok, menghajar mulut ais. Memaksa gadis berhijab itu melumat batang kejantananku. Aku memperkosa mulut Ais.

Sensasinya lebih liar. Seolah kendali berpindah ke tanganku. Ais tampak tak melawan. Sesekali matanya melirik. Sesekali terpejam. Sepintas kulihat ada air mata yang keluar. Aku tak perduli. Kupastikan ia tunduk melayani nafsuku.

"Enak sayang? suka kontolku?" tanyaku. Memastikan sejauh apa Ais turut menikmati pelecehan itu.

"Hem-hem...." Jawabnya.

Aku bersasumsi dia turut menikmati. Setidaknya tidak menolak. Maka aku teruskan saja. Si adek sudah tegang maksimal. Aku tau pertahananku sebentar lagi runtuh. Lebih karena dia sudah ngaceng sejak 2 jam terakhir.

Aku menangkap sensasi yang teramat erotis. Ini yang kucari. Mungkin tak semua pria bisa memenuhi fantasi terliarnya. Tapi aku bukan pria itu. Aku pastikan bahwa apa yang kuinginkan tercapai. Untuk urusan fantasi seks, mimpiku terwujud. Aku bertelanjang bulat. Berdiri dengan nafas yang makin tak teratur. Dengan penis yang kaku sekaku-kakunya. Tengah menyodomi mulut perempuan. Memaksa mulut istri orang lain itu melahap penisku, tetap dengan gaun muslimahnya yang masih lengkap tak tertanggal. Lebih dari itu, sang perempuan menikmatinya. Kami benar-benar dibakar birahi.

Keringat makin mengucur. Aku sudah di ujung batas kekuatan. Sudah dekat. Sebentar lagi.

"Aku keluarin di mulut ya" kataku. "telan semua ya sayang..."

"Hmm-hmmm....hhppp...blebbbpp..." Ais tak bisa menjawab dengan jelas. Ia masih tampak menikmati daging segar.

Aku tak tahan...aku keluar....

Croootttt....creeetttt....cruuutttt.....croottttt.....cruttt....crotttt....

Spermaku muntah di dalam mulut Ais. Aku merasa menang. Sekaligus kalah. Aku melayang. Mataku spontan terpejam. Waktu seolah berhenti. Kosong.

Aku menikmatinya. Ini ennnnnaaaaaakkk....

Sekelebat muncul bayangan-bayangan indah. Senyuman Ais. Wajahnya saat menikmati sodokan penisku. Wajahnya saat mendesah. Juga saat pertama kali menerima muntahan pejuku, beberapa bulan yang lalu.

Aku Puas.

Mataku kubuka paksa. Penisku pelan-pelan Ais dorong keluar. Dengan cara yang sedemikian cantik. Dia mengurut dari pangkal. Menghisap semua bagian. Semuanya. Pelan-pelan. Hisapannya kuat. Seakan semua spermaku disedotnya. Tak rela ia sisakan barang setetespun.

Lalu blupp. Penisku terlepas.

Ais sedikit mendongak. Matanya tajam menatapku. Masih dalam posisi berlutut. Tampak mulutnya penuh.

"Hmmm...hmmm" katanya. Aku baca sebagai kode untuk memerhatikan mulut itu.

Betul, ia buka mulut. Tampak cairan kental, putih susu mengambang di dalam mulutnya.

"Hmmm-hmmm....." ucapnya lagi. Kali ini dengan sedikit isyarat menganggukkan kepala. Kurasa ia ingin berkata: "Lihat sayang, akan kutelan semuanya. Tak bersisa"

Tentu aku akan melihatnya sayang. Itu yang kuinginkan.

Dia lalu berusaha menelan cairan surgaku. Berusaha keras. Matanya terpejam. Aku menyaksikannya bagai slow motion. Ia menelannya sekali, tampak tenggorokannya bergerak. Sebagian cairan mendesak keluar lewat bibir. Ais tampak kepayahan. Kasihan.

Aku tak tega.

"Sudah. Kalo gak kuat dibuang aja" kataku.

Ais tak peduli. Gerakan kedua dicoba. Kembali matanya terpejam. Berhasil. Dilanjutkan gerakan ketiga, mungkin sebagai upaya untuk menggelontor sisa sperma dengan bantuan ludah.

Ais kini membuka mata. Masih tersisa air mata di ujung bola mata cantik itu. Entah kenapa wajahnya tampak bercahaya. Sumringah. Mungkin puas karena berhasil menaklukkanku. Senyum mulai mengembang. Disusul dengan mulutnya yang kembali membuka.

"Haaa..." suara Ais keluar.

Aku melihat rongga mulutnya. Kosong. Spermaku habis tak bersisa. Dilumat habis.

Kini lidah Ais menyapu bibir. Seakan mencuci mulut.

"Hmmm.. Nyummieee..." Ucapnya.

Kami merasa sama-sama menang. Dalam misi masing-masing. Dengan cara masing-masing.

AKU PUAS.

-------bersambung------

Mohon bersabar. TS tengah terlibat dalam gugus tugas penanganan virus laknat.
Harap dimaklumi, update tidak bisa segera tayang.

Family is the life's greatest blessing, treat them accordingly.
Stay safe everyone
.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd