Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (Kisah Nyata) Bumbu Kehidupan

Ceritane apik tenan iki, moco ngarep sampek mburi toto bosone apik di slesepi pisuhan as# lont# sueneng mocone :mantap:
 
Lembar 5 - Celah Sempit


Hari Kedua di Resort.

Seharian kami ber-mancakrida. Apa itu? Ber-outbound, bagi yang belum tahu. Foto Mbak Ais saat bersiap outbound pagi hari itu pernah saya bagikan ke pembaca, di lembar awal.

Aktivitas luar ruangan yang kami lakukan hari itu sungguh berat, tapi tentu saja tetap menyenangkan. Terlebih karena ada Ais yang membersamai. Sesekali kami mencuri kesempatan, berkontak fisik, atau saling pandang. Khususnya saat kebagian jatah permainan yang membuka kesempatan-kesempatan itu.

Menjelang siang, sesi permainan ringan khas gathering kantor, sudah tuntas terlalui. Harusnya kami beranjak ke sesi kedua, ke permainan yang lebih menantang. Ada area khusus di bagian atas resort. Fasilitas cukup lengkap. Trek ATV, berkuda, panahan, flying fox, balok-balok titian di atas kolam, rintangan ban, semua tersedia. Tapi cuaca kurang mendukung. Awan mulai berkumpul di angkasa. Bisa dimaklumi, akhir tahun adalah puncak musim hujan. Atas pertimbangan keamanan dari pemandu outbound, kami melanjutkan aktivitas ke area sungai di bawah. Kami akan ber-arung jeram, rafting.

Sebelum mulai, kami disarankan untuk bersiap. Pemandu memberi arahan, petunjuk, dan aspek-aspek keselamatan bagi kami yang pemula bin nubie ini. Hanya satu yang kupikirkan waktu itu, soal waktu tempuh. Nyaris dua jam ke depan, kami akan menyusur sungai. Satu bahaya yang harus diantisipasi. Buang air. Aku tak ingin perahuku pesing nanti. Selesai arahan diberikan, bergegas aku pamit ke kamar kecil, tak jauh dari titik start, sedikit naik. Tersedia sekitar 4 kamar kecil. Posisinya membelakangi sungai, sehingga pintu masuknya tak terlihat dari tempat rombongan berkumpul. Lebih-lebih, ada beberapa pohon besar yang menutupi. Tadinya kukira tempat itu semacam gudang saja.

Sedikit buru-buru, kutapaki undakan tanah bercampur batu yang hanya diperkuat dengan bilah-bilah bambu melintang itu. Sesekali sandalku tak menapak kokoh, licin, sisa gerimis semalam. Aku tak sendiri, kudengar ada beberapa langkah kaki yang mengikuti, tak terlalu kupedulikan siapa.

Toiletnya dari bangunan semi permanen. Dindingnya agak kasar tak berplester. Atap ditumpu kayu glugu, bahan kayu hasil olahan batang pohon kelapa, bahan yang jamak ditemui di tempat seperti ini. Beratap asbes, cahaya bisa masuk di sela-sela atap dan kayu. Beberapa lubang ventilasi dari potongan paralon juga nampak. Aku cukup rewel kalau berurusan dengan toilet. Pelajaran toilet sehat dari zaman SD benar-benar kubawa sampai sekarang.

Sampai tujuan. Kupilih ruang terjauh, kupikir pasti jarang dipakai, kemungkinan kotor dan risiko bau nya lebih kecil.

Pintu kubuka. Aku masuk. Pintu kututup.

Tak berhasil, pintunya terganjal. Loh, kok bisa?

Kutengok kebelakang. Ada Mbak Ais. Dia yang menahan pintu.

Ais mendorongku masuk, dia ikut masuk. Pintu ditutup.

...

Hening...

...

Aku membatu.

Ngapain nih perempuan?

"Ikut...", katanya. Menjawab tanpa tanya. Seolah tau isi pikiranku tadi.

Ais tersenyum.

"Lah?... kok?....ini....." bingung aku.

Kaget. Heran. Bingung. dan takut. Tentu takut.

Berdua di kamar mandi umum? Sableng.

"Mas mau pipis kan? Yauda sih pipis, pipis aja..." Kata Ais. Santai.

Kata-kata yang sama sekali tak mengatasi kebingunganku.

Ah, bodoamat. Aku mau pipis. Kuputar tubuhku menghadap toilet jongkok. Celana training kuturunkan sedikit. Batang kemaluan kuarahkan ke lubang toilet.

Yang terjadi seanjutnya,... Konti tak bereaksi. Bahkan untuk keluar kencingpun tak bisa.

Alah mak. Makin runyam urusan.

Harusnya sederhana saja: Masuk. Buka celana. Pipis. Cuci. Tutup celana. Siram. Keluar.

Detik demi detik berlalu. Air seniku tak kunjung keluar.

"Kenapa mas? Susah keluar ya? Ais bantuin ya...."

Cuk!!!

Konti bereaksi. Mengeras perlahan. Dan....currrrr.....

Berhasil.

Aaaah....lega.

Hajatku nyaris tuntas, tersisa beberapa tetes...

Tanpa kuduga, masalah belum tuntas.

Sang perempuan berhijab abu-abu melancarkan aksi. Tangannya berhasil meraih penisku yang dalam kondisi setengah tegang, tanpa pertahanan.

Ais memelukku dari belakang, setengah memeluk, lebih mirip menyandarkan tubuhnya ke tubuhku. Posisiku agak di atas, berdiri di lantai lubang toilet yang lebih tinggi dari sekitarnya. Dengan posisi ini, aroma tubuh Ais demikian jelas. Wangi khas. Harum dan membangkitkan syahwat. Penisku sontak mengeras.

Perempuan manis itu tampak rileks, tidak ada tanda-tanda ketakutan. Seolah ini peristiwa biasa, normal. Tangan kiri mengelus paha kiriku. Jari-jari tangan kanannya mengelus penisku, menjamah kulitnya dengan permukaan yang sedikit berurat, tanda bahwa derajat kekakuannya meningkat. Lembut sekali. Aku terangsang hebat.

Ohh Shit!

"Maaf untuk semalam...." kata Ais.

Mungkin dia sadar, telah menggantung nasib si konti semalam. Atau sesungguhnya sengaja membuatku kentang? Seingatku, tujuanku semalam memang hanya ingin menggarap susunya yang memukau itu.

"Ehhhhmmmm.....aaah....sssshh....." Aku hanya mendesah, dan mendesah. Darahkku berkonsentrasi di tubuh bagian bawah. Boro-boro menjawab. Otakku sudah buntu, tak tersuplai darah.

Frekuensi usapan Ais makin cepat. Titit makin ngaceng.

Sekilas tangan kiri ais meraih botol sabun di dekat gentong air.

"Aku kocokin ya mas?" tanyanya.

Mendadak kesadaranku muncul. Segera kuputar tubuhku kembali. Genggaman Ais terlepas. Kini kami saling berhadapan.

No. No way. Big No. Never.

"Jangan," jawabku.

Aku tak mau dilayani tangan.

"hehe... Iya sayang.... Aku tau kok", Ais menimpaliku. Wajahnya mendekat ke wajahku.

Kami berciuman.

Ais berusaha menenangkanku, mungkin. Yang terjadi, ia menegangkanku.

Sebentar saja kami berciuman. Cukup untuk membasahi bibir seksinya. Ais paham betul apa yang kuinginkan.

Berlutut dia di depanku. Celanaku dipaksa turun, dengan gerakan sekali hentak. Titit tegang berdiri menantang. Sekilas Ais melirikku, lirikan nakal, tentu dengan senyum manis-manja-menggoda yang ia punya.

"Happp...." Mulutnya mencaplok penisku yang merindu.

Oh Tuhan....

Mati suri aku.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

sekian detik...

Lalu kosong.

Seolah waktu terhenti. Lintasan masa tertutup.

Surga dunia.

Indah, iya.

Nikmat, iya.

Puas, iya. Tapi belum puncak.

Ini baru di anak tangga pertama. Masih tinggi titian yang harus ditempuh.

Tanpa komando, tanganku menahan kepala Ais. Lembut. Kain hijab abu-abu ini lembut. Kurasakan pula ada tekstur rambut di situ.

Mulut Ais bergerak. Melepaskan batangku yan tengah ngaceng maksimal. Tangan kanannya masih menahan bagian pangkal.

Kini Lidah Ais yang beraksi, menjilat daging keras yang masih sedikit basah itu dari bawah, dari bola bakso di bawah. Lalu pelan-pelan, diurutnya sepanjang batang, masih dengan lidah.

"Hmmmmmm....ice cream..." katanya.

Oh Lord...

Mataku terpejam. Tak lagi kuasa menyaksikan pertunjukan erotis di bawah sana.

Geli campur nikmat. Berkali-kali kontiku bereaksi. Seperti terhentak. Seolah mengeras, memaksanya ke bentuk kaku maksimal.

No, Sir... Ini sudah maksimal. Mau berkedut seperti apa juga udah mentok kali...

Mulut Ais sibuk memangsa kadal buntung itu.

Maju...

Kulum...

Tahan...

Mundur...

Hisap...

Jilat...

Sapu...

Ah, entah aksi apa yang ia lakukan, pokoke euweeeennnaaakk cok!!!

Tepat saat aku tengah menikmati momen itu, tiba-tiba aksinya berhenti.

Ais bangkit dari posisinya.

"Udah ah. Udah bersih. Mas gak perlu cawik..." kata Ais.

Dikecupnya pipiku, sebelah kiri. Bawah, agak ke dagu.

Ais mengambil sepercik air. Mengusapkannya ke bibir. Seakan merapikan lipstik.

"Duluan ya mas...."

Itu ucapan terakhir yang keluar dari mulut berbisa itu. Tepat sebelum pintu dibuka.

Ais lalu melengos pergi. Pintu ditutupnya dari luar.

Hening...

Aku tak tau apa yang terjadi. Apa itu tadi?

Aku membatu. Tak kuasa bergerak, pun tak ada upaya menahan kepergian si nenek sihir. Seolah terhipnotis.

Kupandang tongkat sihir yang menjulang. Kaku. Basah. Ujungnya mengkilat. Sedikit memerah.

ASU!!!

...bersambung...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd