Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT KISAH PETUALANGAN SURADI

41

Sore itu, sekitar jam 4, Suradi agak merasa aneh ketika Melinda memanggilnya ke kamar Mami. Mereka duduk lesehan di lantai dan Suradi duduk mengikuti mereka.
"Ini, meeting. Tolong serius." Kata Melinda dengan nada yang berwibawa.
"Iya, Mami juga serius."
"Kaka juga." Kata Suradi.

Melinda memangku buku gambar A3 yang isinya berupa sketsa rumah kost yang dibuat Suradi. Dia juga memegang ballpoint dan buku binder.
"Saya minta Mami menjelaskan rencananya dulu. Silakan." Kata Melinda. Suradi melihat Top Eksekutif berwajah cantik itu sedang benar-benar memimpin meeting.
"Kalao Mami sih pengennya ke Jakarta."
"Tidak bisa. Cari opsi lain."
"Kalo rumah yang dulu, kita beli lagi gimana?"
"Itu sulit. Pendekatannya lama. Coba pikirkan yang lain, Mi?"

Mami terdiam.

"Kalau begitu, Mami dilewat dulu. Sekarang kaka. Gimana?"
"Apanya?"
"Rencananya. Kaka enggak mungkin kan selamanya tinggal di losmen ini."
"Mmm, baik. Tadinya kaka mau pindah ke Kiarapayung, Jatinangor."
"Terus?"
"Kamu enggak mungkin ikut ke sana kan?"
"Belum tentu." Kata Melinda. "Di sana ada apa? Aset tanah atau rumah?"
"Tanah dan rumah."
"Berapa jaraknya dari kampus UNPAD?"
"Sekitar 10 kilo."
"Itu kejauhan, kurang strategis. Rencana lain?"
"Kaka berniat mengontrak rumah di Kompleks Guruminda."
"Itu rencana bagus. Saya setuju. Kita akan memulai dari sana. Sudah dihubungi pemiliknya?"
"Sudah. Sekarang juga bisa transaksi."
"Tunggu dulu. Luas rumahnya berapa?"
"Cukup. 4 Kamar Tidur, 1 dapur 2 kamar mandi, kamar tengah dan kamar tamu."
"Garasinya?"
"Cukup untuk 3 mobil."
"Baik. Deal. Siapa pemiliknya? Bisa dihubungi sekarang?"
"Bisa. Dia pemilik losmen ini."
"Oh. Okey. Kaka, kita akan memulai babak baru perusahaan kita. Suradi, Contractor & Builder, akan kita tingkatkan menjadi bertaraf nasional, saya nanti akan urus-urus suratnya ke notaris. Sementara itu kantor pusatnya kita tentukan di Cisaranten, di tempat kost-kost-an kita. Kaka nanti akan mendisain ulang tempat itu sesuai dengan kebutuhan yang nanti akan saya jelaskan."
"Siap." Kata Suradi.
"Bentuk organisasinya lini. Lin lin yang jadi Direktur Utama, Kaka Direktur Operasional, Mami jadi manajer kost."
"Mami setuju." Kata Mami. "Anak buah Mami siapa?"
"Pak Mamat, Dia menjadi Kepala Bagian Kemanan dan Pak Jajang, Kepala Bagian Maintenance dan Cleaning Service."
"Pak Mamat kan Satpam? Dan Si Jajang cuma tukang bersih-bersih biasa." Kata Mami.
"Udah, Mami terima aja." Kata Melinda. "Kita butuh nama-nama untuk mengisi SOTK. Deal, ya Mi?"
"Ya, udah deh, deal."
"Kaka?"

Suradi terdiam. Dia menatap Melinda.
"Kamu jadi Dirut ya? Ehem, apa enggak salah?"
"Enggak. DirOps harus patuh dan taat sama Dirut. Ketahuan selingkuh akan langsung dipecat."
"Tapi kan ini Perusahaan Kaka."
"Ya, sekarang ini. Nanti kalau secara legal saya bawa ke Notaris, jadi milik kita."
"Dirops boleh nyuruh-nyuruh Dirut, enggak?"
"Tidak bisa."
"Berarti kamu jadi penguasanya, dong."
"I ya." Kata Melinda sambil tersenyum.
"Kaka aja yang Dirut, kamu Sekretaris."
"Gak mau. Dirut suka banyak ngelesnya, jadi Dirops aja."
"Entar Dirut ketemu brondong terus selingkuh." Kata Suradi, wajahnya sebal.
"Dirops dilarang cemburu dan dilarang selingkuh." Kata Melinda. "Itu aturan pertama perusahaan."
"Kalau cemburu?"
"Kalau cemburu, malemnya harus ngentot sepuluh kali sampe lemes." Kata Melinda.
"Ini meeting apaan?" Kata Mami protes. "Mami enggak mau denger kayak ginian, sana terusin meetingnya di tempat lain."
"Kalau Kaka selingkuh?" Kata Suradi dengan wajah muram.
"Besoknya Kaka akan tahu ada peluru di dalam kepala Lin lin." Kata Melinda, matanya berkaca. "Lin lin takkan mau bangun lagi selamanya. Mati mungkin lebih baik."
"Kalian ngomong apaan?" Kata Mami. "Jangan di sini, Mami enggak mau dengar. Sana pergi, di kamar kalian aja."
"Terus, Winardi gimana?" Tanya Suradi, wajahnya serius.
"Bodo amat."
"Dia suamimu."
"Bodo amat."
"Dia dan Handono akan menuntut kamu di pengadilan." Kata Suradi.
"Bodo amat." Kata Melinda, tegas. "Coba aja dia kalau berani."
"Kamu enggak takut?"
"Selama ada Kaka sama Mami, apa yang Lin lin takutkan? Enggak ada." Katanya.

Tiba-tiba telpon Suradi berdering. Dari Siska. Melinda merebut HP dari tangan Suradi, mengangkatnya.
"Halo, Bu Siska. Apa kabar?"
"Ini siapa? Saya mau bicara dengan Suradi."
"Kaka lagi tidur, kami udah bercinta selama 3 jam, jadi dia cape, enggak bisa diganggu." Kata Melinda. "Oh, i ya, saya Linda."
"Bisa tolong sampaikan, ditunggu di Kafe Unyu Bu Dewi malam ini, bisa enggak?"
"Enggak, bisa." Kata Melinda, suaranya gemetar. "Paling nanti saya suruh ke sana seorang teroris buat ngebom kafe sialan itu. Mudah-mudahan kamu juga ikut mampus di dalamnya."

Suradi bengong. Mami bangkit berdiri dan pergi ke ranjang, menutup kepalanya dengan bantal.

Telpon ditutup. Klik.

Melinda menatap Suradi dengan tajam.
"Kaka enggak boleh ketemu dia lagi." Katanya.
"Aturan perusahaan kalau Dirut cemburu ada enggak?" Tanya Suradi.

Melinda dengan kesal berdiri, lalu pergi ke luar kamar. Suradi diam. Melinda kembali lagi membawa sepucuk pistol.
"Ini pistol buatan India, didisain khusus untuk perempuan, untuk melindungi diri dari pemerkosa. Cukup mematikan. Amunisinya ada 2 kotak." Katanya dengan getas. Dia lalu menodongkan pistol itu kepalanya sendiri.
"Sekarang Kaka pilih, pelurunya meledak di sini atau di kepala perempuan jelek itu."

Suradi terpana.
"Cepet bilang!"

"Lin lin jangan main-main sama pistol." Kata Mami dengan nada yang penuh ketakutan.
"Mami diam, jangan ngomong. Cepet pilih!"

Suradi hendak berdiri.
"Jangan berdiri, Kaka jawab aja."
"Kamu... apa-apaan sih?"
"Cepat jawab!" Melinda berkata keras, suaranya gemetar dan airmatanya menetes.
"Saya tidak akan ke sana." Kata Suradi.
"Kaka belum memilih, cepat tentukan jawaban Kaka!"

Suradi mendongak dan menatap wanita itu.
"Kaka pilih Bu Dirut."
"Sejak saat ini tidak boleh ada perempuan lain selain Lin lin." Katanya.

Suradi berdiri, memeluk Melinda.
"Kaka janji, sejak saat ini, tidak akan ada perempuan lain." Kata Suradi.
"Janji?"
"Janji."
"Sumpah?"
"Sumpah."
"Kalau ada perempuan lain, kalau Lin lin enggak mati bunuh diri, Lin lin akan jadi pembunuh. Kaka paham?"
"Paham."
"Kaka sayang sama Lin lin?"
"Sayang."
"Baik. Kalau begitu, kita ke kamar."
"Sekarang?"
"Ya, sekarang. Cepet." Berkata begitu Melinda menarik tangan Suradi untuk membawanya ke kamar mereka.
"Aturan ke dua perusahaan, kalau Dirut minta ngentot, Dirops tidak boleh menolak." Katanya sambil tersenyum.*** The End


DENGERIN CURHAT GUE
by @MelancholyBlue

Kisah petualangan Suradi bukan ide gue, jadi gue ngerasa ketempuhan sama si sosis @Sumandono untuk nerusin ceritanya. Soalnya gue bingung setengah mampus gimana caranya. Masa si suman yang ngentot gue yang harus ngecrot. Gile bener. Jadi kepada para permirsah dan para suhu di sini, gue mohon maaf jika ceritanya diakhiri dengan cara yang kurang berkenan.

Kalo mau nyalahin, nyalahin aja @Sumandono dia yang harusnya bertanggungjenab.

Gue juga sebenernya seneng sih baca cerita ini. Jujur dah, @Sumandono emang jempol kalo bikin cerita. Kadang gue diem berjam-jam dengerin dia ngibul.

Harapan gue sih, dia bisa muncul lagi di forum ini dan meneruskan cerita Petualangan Suradi selanjutnya.

Sekian, mohon disantuy ya gaes
tetede

@MelancholyBlue
mantap benar deh
 
Ceritanya Bagus.. Ringan tapi membekas.. Sederhana tapi berkesan.. Mudah diikuti tapi ga murahan..
 
Hu.. Ceritanya nagih.. Ga soal lendir melulu.. Kita dibikin mikir sama cerita ini..
Unik bisa kapikiran cerita kieu.. Kuduna diangkat dilayar lebar hu, kami siap jd kameraman 😅😅😅
 
Cerita yg luar biasa...
Walo terlambat membacanya...
Terima kasih suhu Sumandono...
Ditunggu cerita selanjutnya...
 
30

Dua buah mobil pick up yang berisi penuh dengan aneka barang-barang, berhenti di depan halaman Losmen Harapan yang sempit. Suradi ke luar dari mobil dan melangkah menuju lobby losmen. Dia menemukan resepsionis itu tengah menonton TV.
"Pak Indra sudah tidur belum?" Tanya pada respsionis yang mengalihkan padangan dari TV ke Suradi.
"Saya, kurang tahu, Pak."
"Bisa dilihat dulu, enggak? Kalau belum tidur, bilang Suradi ingin bertemu."
"Tapi, Pak... saya tidak berani."
"Lihat saja dulu, jam segini biasanya dia belum tidur." Kata Suradi sambil meletakkan uang pecahan 50 ribu di atas meja lobby. "Ini akan membuatmu sedikit berani." Katanya, tersenyum.

Resepsionis itu memandang Suradi dengan pandangan misterius. Mengambil uang dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Dia ke luar dari meja resepsionis yang kedua ujungnya melingkar seperti huruf U, menaiki tangga dan beberapa menit kemudian dia datang diikuti Indra.
"Sur, ada apa?" Kata Indra. Dia mengerling sebentar ke arah dua mobil pick up yang terparkir di luar. "Itu punyamu?"

Suradi mengangguk.
"Rumahmu yang di Kompleks Sanggar Hurip itu udah laku dikontrak orang belum?"
"Belum. Baru kemarin kan direnov sama Pak Amat."
"Aku pinjam seminggu, boleh enggak?"

Indra menatap Suradi.
"Aku tahu kamu enggak suka barang gratisan." Kata Indra. "Bayarin biaya listrik dan air ledengnya untuk bulan ini, kamu boleh memanfaatkannya seminggu."
"Deal." Kata Suradi. "Makasih, nDra."
"Kamu mau nginap di sini?"
"Ya, saya ambil dua kamar."
"Oh. Bersama rombongan anak buahmu, ya?"
"Ya."
"Baiklah, saya akan persiapkan kamar terbesar di belakang."
"Trims."

31

Melinda tiba di Losmen Harapan sekitar pukul 00.05.

Dia menggusur koper yang memiliki roda pada bagian bawahnya dengan tangan kiri dan menjinjing tas tangan serta tas kerja dengan satu tangan kanannya. Dia tak mempedulikan resepsionis itu yang menegurnya untuk memesan kamar.
"Saya sudah pesan." Katanya. Dia melangkah melewati ruang lobby dan melihat Suradi di kejauhan tengah merokok di kursi teras kamar. Dia menuju kamar Suradi dan menolak dibantu.
"Bukain pintunya." Kata Melinda. Suradi terdiam. "Cepat, tolong bukain pintunya."

Suradi membuka pintu kamarnya. Melinda masuk dan menyimpan ketiga tasnya di dalam. Dia ke luar lagi dan duduk di sebrang meja.
"Aku tidur sekamar denganmu." Katanya pendek.
"Saya akan pesankan kamar."
"Tidak perlu. Kamu keberatan?"

Suradi terdiam. Dia menunduk.
"Kamu keberatan?" Ulang Melinda.
"Saya.. saya tidak tahu. Saya akan pesan kamar satu lagi." Kata Suradi, nada suaranya gugup.
"Jangan."
"Saya sudah banyak merepotkan, Bu Linda, maaf."

Melinda tidak menjawab.
"Apa di sini bisa pesan kopi tidak ya... Tidak, tidak perlu meminta maaf."
"Bisa." Kata Suradi. "Tapi cuma kopi biasa."
"Aku, rasanya penat sekali." Katanya. "Lin lin tidak bahagia. Dia sudah menikah dan tidak bahagia."

Suradi menoleh ke arah wanita cantik itu. Wajah Melinda tampak gemerlap oleh luka. Suradi mengingat-ingat kapan dia pernah melihat ekspresi wajah seperti itu di masa lalunya. Kapan, di mana, siapa? Tapi dia gagal menemukannya.

"Di sebelah losmen mungkin masih ada kafe yang buka... " Suradi tak meneruskan kalimatnya. Dia melihat Melinda duduk menelonjorkan kakinya dengan wajah mendongak di atas sandaran kursi. Kedua jari jemari tangannya yang lentik menutupi sebagian wajahnya.
"Aku capek sekali... aku tak bisa berpikir." Keluhnya.

Suradi menatapnya. Lembut. Tapi hatinya ketakutan. Melinda memiliki kejelitaan seperti Winda, bahkan bentuk wajah dan bentuk tubuhnya sangat mirip. Tapi Melinda lebih tinggi dan lebih padat tubuhnya. Kelelakian Suradi menginginkan tubuh sintal putih itu tetapi logikanya mengatakan sangat berbahaya. Handono Halim Group memiliki kedekatan dengan kekuasaan dan memiliki pengaruh yang sangat kuat. Suradi tak ingin menghancurkan salah satu orang terpenting di perusahaan raksasa itu. Lagi pula, entah bagaimana, dia memiliki perasaan yang sangat lembut terhadap wanita itu. Sebuah perasaan yang sangat aneh, perasaan yang terbit dari lubuk terjauh, terdalam, di relung hatinya.

"Apa tidak sebaiknya Bu Linda tiduran di dalam dulu." Kata Suradi, tenang dan lembut.
"Tidak. Jika aku tertidur kau akan pesan kamar yang lain." Kata Melinda gemetar. "Malam ini, aku ingin menjelaskan semuanya tentang Lin lin." Katanya.

Suradi terpana.
"Jika Lin lin merasa kangen kepada kekasih yang disayanginya, maka dia akan memejamkan mata... dia akan merasakan kecupan terindah di bibirnya." Melinda berkata dengan nada serak. Airmatanya menetes di pipi.
"Mereka telah merencanakan akan menikah... di hotel." Katanya lagi.

Suradi tiba-tiba berdiri dari duduknya. Sepasang matanya memerah. Dia melangkah ke depan Melinda dan berdiri di atas lututnya, seperti sedang memohon sesuatu kepada wanita cantik itu.
"Ceritakanlah padaku, mengapa Lin lin meninggalkan kekasihnya. Ceritakanlah semuanya, Bu Linda. Saya mohon." Kata Suradi.

Tapi Melinda tidak menjawab permintaan lelaki itu. Dia malah menangis terisak-isak. Eksekutif wanita yang dikenal sangat keras dan dingin itu, tampak terlihat rapuh.
"Aku capeeekkk!" Katanya setengah menjerit, lalu bangkit berdiri dan melangkah tergesa, masuk ke dalam kamar losmen.

Dia menelungkup di atas ranjang dan menangis sejadi-jadinya.
"Aku cape.... huk... huk.. huk... Aku cape. Aku kangen kaka." Katanya di sela-sela tangisnya.

Suradi berdiri di ambang pintu dan membeku. Seperti patung perunggu.
Is this going to be happy ending?
 
Sebetulnya bukan gak mau komeng panjang atau ngasi kritikan........masalahnya, alur cerita yg di bangun sangat menarik meski agak flashback trus forward, kadang lupa dgn cerita sebelumnya yg jadi latar cerita skrg misal seperti si Santoso ternyata gembong narkoba. Masih ada pula urusan 2 koper yg blm diungkap. Kalo nurut napsu ane sih.........ente sengaja buat alur seperti ini agar pembaca dab pemirsa menjadi addicted dan ketika sdh terperangkap PD cerita ente, susah utk melepaskan diri. Salah satu nya ya ane ini wkwkwk
Entar deh kalo ada yg aneh , ane akan kritisi.....sementara blm nemu. Scr ngikutin nya gak rutin, jadi kadang lupa.......tokoh ini yg mana ya? Se misal si Dewi, ane lupa...... Apa dia yg punya usaha resto itu?
Bah..mang Arif ketinggalan neh, dua koper merah sudah di amankan, terdiri dari berbagai mata uang dan kopernya tinggal abu..
 
Says suka ceita Suradi seutuhnya, pembilahan objek kisah mantap, baru pertama kali membaca jenis cerbung seperti ini, tidak melulu sex oriente, browsing your otheres, once again, bravo
 
salah satu cerita keren di forum ini... mantap suradi surantapp om suhuuu 🙏🏻
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd