Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT KISAH PETUALANGAN SURADI

Bimabet
Lama banget nunggu apdet, ya udah ini ada INTERMEZZO dulu.

Sore itu Suradi dan beberapa pria lainnya (@Sumandono @kebo_nderum @bapergan @Basu @Gothe @tukangbantaimember @Udin_gembok @batel @kepitinq @w13r @gzoel @AnJessTi , yang enggak ke absen jangan marah) sedang menunggu giliran mandi air panas di ruang loker Health Man Gym, di Jalan Sudirman, Bandung. Gym yang terkenal mewah dan mahal itu, dikenal hanya dikunjungi oleh pria-pria kaya dan kalangan eksekutif kelas atas. Sangat jarang dikunjungi oleh pria biasa, apalagi yang berpenghasilan pas-pasan.

Ketika para pria itu berriuh rendah saling berkelakar, tiba-tiba ada suara HP berbunyi sangat nyaring. Para pria itu saling berpandangan. Seorang pria berambut gondrong yang tampak berwajah miskin, dengan sejumlah uban bertebaran di kepalanya, memakai kaos singlet dan celana kolor, melangkah melewati para pria itu. Pria gondrong itu meraih HP tersebut.

Seketika suara riuh rendah canda menjadi hening.

"Haloo Papiii..." Suara speaker HP yang dikeraskan terdengar jelas. "Papi lagi di gym, Kan?"
"I ya..." Pria gondrong itu kelihatan gemetar.
"Papi nanti malam enggak ada meeting, kan?"
"Enggak..."
"Mami kangeeeen banget, udah lama enggak threesome sama Melan. Papi mau kan memuaskan dua meki yang lagi gatel?"
"Mau..."
"Ini kebetulan Mami lagi sama Melan di Cireundeu Mall." Katanya. "Piii, biar lebih hot, Mami sama Melan, mau pake daster mini warna pink. Harganya murah Pi, cuma 500 ribu perak. Jadi kami beli dua buah, pake kartu Kredit Papi. Enggak pa pa, kan, Pi?"
"Ga pa pa."
"Terus, begini Pi, pas udah beli daster, tidak jauh dari situ, ada gerai Handphone yang sedang melakukan diskon gila-gilaan. Coba Papi bayangin, HP seharga 25 juta, didiskon jadi 17 juta. Akhirnya Mami beli satu. Tapi karena Melan juga pengen, akhirnya Mami beli dua. Mami pilih warna putih dan Melan yang warna pink. Papi enggak keberatan, kan?"
"Enggak, enggak keberatan...."
"Sebetulnya Pi, Mami sama Melan mau langsung pulang, tapi mata Mami yang tajam melihat sebuah tas kullit warna coklat yang baguuuuuusssssss.... sekali, Pi. Itu loh tas yang suka dipake para artis dan ibu-ibu pejabat. Ternyata tas itu edisinya terbatas Pi, cuma dua lagi. Wah, akhirnya Mami langsung saja membelinya satu. Untung, Kartu Kredit Papi Unlimited, jadi waktu Melan diam saja dan merasa sedih, Mami bisa membuatnya senang dengan membelikannya tas coklat yang satu lagi. Semuanya jadi 115 juta, memang agak mahal sih. Tapi, Papi enggak marah kan?"
"Mmm... enggak. Beli aja. Ga pa pa."
"Makasih ya, Pi. Papi baik deh. Pokoknya awas nanti malam, kita bikin Papi lemes deh." Katanya. "Eh, tapi Pi, pas di luar Mall, ada promo mobil sedan... Honda Accord yang Papi impi-impikan itu ternyata ada promonya. Padahal waktu kemarin Papi ke dealer katanya belum tersedia. Mami akhirnya memberanikan diri, tanpa izin Papi, membeli mobil sedan itu pake kartu kredit. Tadinya, mau beli satu, tapi karena Mami juga pengen, jadi Mami pesen dua. Untuk Mami warna putih, untuk Papi warna merah. Harga on the road 700 juta, Pi. Jadi kartu kredit Papi langsung didebet 1,4 M. Besok katanya akan langsung dikirim ke rumah kita. Pi... Papi enggak marah, kan?"
"Enggak, enggak marah. Cuma warnanya enggak suka, ganti aja merah jadi Hitam."
"I ya, Pi. Siap. Udah dulu ya Pi, mmuach... mmuach... mmuach." Klik. Telpon ditutup.

Pria gondrong berwajah miskin itu, memandang satu per satu para pria di sekelilingnya, yang dengan sangat tajam namun penuh kekaguman, juga tengah memperhatikan dan memandangi pria gondrong itu.
"Maaf bapak-bapak, permisi." Katanya menerebos kerumunan pria-pria itu sambil bersiul-siul. Di depan sebuah nomor loker, dia tampaknya kebingungan.
"Nomor 11 atau 12 ya?" Gumamnya. "Atau nomor 15?"

Pria gondrong itu kemudian berbalik kepada para-pria yang masih memandangnya dengan penuh kekaguman itu.
"Maaf bapak-bapak, saya lupa HP ini berasal dari loker nomor 11 atau 12 atau bahkan nomor 15. Barangkali bapak-bapak ada yang tahu pemiliknya?" Katanya sambil mengacungkan HP tersebut. Pria gondrong itu lalu menyimpan HP tersebut di dekat meja loker nomor 11, dengan enteng dia mengambil tongkat pembersih lantai dan meneruskan pekerjaannya dengan tekun.***

Silakan komeng sesukanya, gaes.


Wkwkwkwkwk wasyuuuu coookkk
 
Lama banget nunggu apdet, ya udah ini ada INTERMEZZO dulu.

Sore itu Suradi dan beberapa pria lainnya (@Sumandono @kebo_nderum @bapergan @Basu @Gothe @tukangbantaimember @Udin_gembok @batel @kepitinq @w13r @gzoel @AnJessTi , yang enggak ke absen jangan marah) sedang menunggu giliran mandi air panas di ruang loker Health Man Gym, di Jalan Sudirman, Bandung. Gym yang terkenal mewah dan mahal itu, dikenal hanya dikunjungi oleh pria-pria kaya dan kalangan eksekutif kelas atas. Sangat jarang dikunjungi oleh pria biasa, apalagi yang berpenghasilan pas-pasan.

Ketika para pria itu berriuh rendah saling berkelakar, tiba-tiba ada suara HP berbunyi sangat nyaring. Para pria itu saling berpandangan. Seorang pria berambut gondrong yang tampak berwajah miskin, dengan sejumlah uban bertebaran di kepalanya, memakai kaos singlet dan celana kolor, melangkah melewati para pria itu. Pria gondrong itu meraih HP tersebut.

Seketika suara riuh rendah canda menjadi hening.

"Haloo Papiii..." Suara speaker HP yang dikeraskan terdengar jelas. "Papi lagi di gym, Kan?"
"I ya..." Pria gondrong itu kelihatan gemetar.
"Papi nanti malam enggak ada meeting, kan?"
"Enggak..."
"Mami kangeeeen banget, udah lama enggak threesome sama Melan. Papi mau kan memuaskan dua meki yang lagi gatel?"
"Mau..."
"Ini kebetulan Mami lagi sama Melan di Cireundeu Mall." Katanya. "Piii, biar lebih hot, Mami sama Melan, mau pake daster mini warna pink. Harganya murah Pi, cuma 500 ribu perak. Jadi kami beli dua buah, pake kartu Kredit Papi. Enggak pa pa, kan, Pi?"
"Ga pa pa."
"Terus, begini Pi, pas udah beli daster, tidak jauh dari situ, ada gerai Handphone yang sedang melakukan diskon gila-gilaan. Coba Papi bayangin, HP seharga 25 juta, didiskon jadi 17 juta. Akhirnya Mami beli satu. Tapi karena Melan juga pengen, akhirnya Mami beli dua. Mami pilih warna putih dan Melan yang warna pink. Papi enggak keberatan, kan?"
"Enggak, enggak keberatan...."
"Sebetulnya Pi, Mami sama Melan mau langsung pulang, tapi mata Mami yang tajam melihat sebuah tas kullit warna coklat yang baguuuuuusssssss.... sekali, Pi. Itu loh tas yang suka dipake para artis dan ibu-ibu pejabat. Ternyata tas itu edisinya terbatas Pi, cuma dua lagi. Wah, akhirnya Mami langsung saja membelinya satu. Untung, Kartu Kredit Papi Unlimited, jadi waktu Melan diam saja dan merasa sedih, Mami bisa membuatnya senang dengan membelikannya tas coklat yang satu lagi. Semuanya jadi 115 juta, memang agak mahal sih. Tapi, Papi enggak marah kan?"
"Mmm... enggak. Beli aja. Ga pa pa."
"Makasih ya, Pi. Papi baik deh. Pokoknya awas nanti malam, kita bikin Papi lemes deh." Katanya. "Eh, tapi Pi, pas di luar Mall, ada promo mobil sedan... Honda Accord yang Papi impi-impikan itu ternyata ada promonya. Padahal waktu kemarin Papi ke dealer katanya belum tersedia. Mami akhirnya memberanikan diri, tanpa izin Papi, membeli mobil sedan itu pake kartu kredit. Tadinya, mau beli satu, tapi karena Mami juga pengen, jadi Mami pesen dua. Untuk Mami warna putih, untuk Papi warna merah. Harga on the road 700 juta, Pi. Jadi kartu kredit Papi langsung didebet 1,4 M. Besok katanya akan langsung dikirim ke rumah kita. Pi... Papi enggak marah, kan?"
"Enggak, enggak marah. Cuma warnanya enggak suka, ganti aja merah jadi Hitam."
"I ya, Pi. Siap. Udah dulu ya Pi, mmuach... mmuach... mmuach." Klik. Telpon ditutup.

Pria gondrong berwajah miskin itu, memandang satu per satu para pria di sekelilingnya, yang dengan sangat tajam namun penuh kekaguman, juga tengah memperhatikan dan memandangi pria gondrong itu.
"Maaf bapak-bapak, permisi." Katanya menerebos kerumunan pria-pria itu sambil bersiul-siul. Di depan sebuah nomor loker, dia tampaknya kebingungan.
"Nomor 11 atau 12 ya?" Gumamnya. "Atau nomor 15?"

Pria gondrong itu kemudian berbalik kepada para-pria yang masih memandangnya dengan penuh kekaguman itu.
"Maaf bapak-bapak, saya lupa HP ini berasal dari loker nomor 11 atau 12 atau bahkan nomor 15. Barangkali bapak-bapak ada yang tahu pemiliknya?" Katanya sambil mengacungkan HP tersebut. Pria gondrong itu lalu menyimpan HP tersebut di dekat meja loker nomor 11, dengan enteng dia mengambil tongkat pembersih lantai dan meneruskan pekerjaannya dengan tekun.***

Silakan komeng sesukanya, gaes.
wakakakak
vangke
 
Lama banget nunggu apdet, ya udah ini ada INTERMEZZO dulu.

Sore itu Suradi dan beberapa pria lainnya (@Sumandono @kebo_nderum @bapergan @Basu @Gothe @tukangbantaimember @Udin_gembok @batel @kepitinq @w13r @gzoel @AnJessTi , yang enggak ke absen jangan marah) sedang menunggu giliran mandi air panas di ruang loker Health Man Gym, di Jalan Sudirman, Bandung. Gym yang terkenal mewah dan mahal itu, dikenal hanya dikunjungi oleh pria-pria kaya dan kalangan eksekutif kelas atas. Sangat jarang dikunjungi oleh pria biasa, apalagi yang berpenghasilan pas-pasan.

Ketika para pria itu berriuh rendah saling berkelakar, tiba-tiba ada suara HP berbunyi sangat nyaring. Para pria itu saling berpandangan. Seorang pria berambut gondrong yang tampak berwajah miskin, dengan sejumlah uban bertebaran di kepalanya, memakai kaos singlet dan celana kolor, melangkah melewati para pria itu. Pria gondrong itu meraih HP tersebut.

Seketika suara riuh rendah canda menjadi hening.

"Haloo Papiii..." Suara speaker HP yang dikeraskan terdengar jelas. "Papi lagi di gym, Kan?"
"I ya..." Pria gondrong itu kelihatan gemetar.
"Papi nanti malam enggak ada meeting, kan?"
"Enggak..."
"Mami kangeeeen banget, udah lama enggak threesome sama Melan. Papi mau kan memuaskan dua meki yang lagi gatel?"
"Mau..."
"Ini kebetulan Mami lagi sama Melan di Cireundeu Mall." Katanya. "Piii, biar lebih hot, Mami sama Melan, mau pake daster mini warna pink. Harganya murah Pi, cuma 500 ribu perak. Jadi kami beli dua buah, pake kartu Kredit Papi. Enggak pa pa, kan, Pi?"
"Ga pa pa."
"Terus, begini Pi, pas udah beli daster, tidak jauh dari situ, ada gerai Handphone yang sedang melakukan diskon gila-gilaan. Coba Papi bayangin, HP seharga 25 juta, didiskon jadi 17 juta. Akhirnya Mami beli satu. Tapi karena Melan juga pengen, akhirnya Mami beli dua. Mami pilih warna putih dan Melan yang warna pink. Papi enggak keberatan, kan?"
"Enggak, enggak keberatan...."
"Sebetulnya Pi, Mami sama Melan mau langsung pulang, tapi mata Mami yang tajam melihat sebuah tas kullit warna coklat yang baguuuuuusssssss.... sekali, Pi. Itu loh tas yang suka dipake para artis dan ibu-ibu pejabat. Ternyata tas itu edisinya terbatas Pi, cuma dua lagi. Wah, akhirnya Mami langsung saja membelinya satu. Untung, Kartu Kredit Papi Unlimited, jadi waktu Melan diam saja dan merasa sedih, Mami bisa membuatnya senang dengan membelikannya tas coklat yang satu lagi. Semuanya jadi 115 juta, memang agak mahal sih. Tapi, Papi enggak marah kan?"
"Mmm... enggak. Beli aja. Ga pa pa."
"Makasih ya, Pi. Papi baik deh. Pokoknya awas nanti malam, kita bikin Papi lemes deh." Katanya. "Eh, tapi Pi, pas di luar Mall, ada promo mobil sedan... Honda Accord yang Papi impi-impikan itu ternyata ada promonya. Padahal waktu kemarin Papi ke dealer katanya belum tersedia. Mami akhirnya memberanikan diri, tanpa izin Papi, membeli mobil sedan itu pake kartu kredit. Tadinya, mau beli satu, tapi karena Mami juga pengen, jadi Mami pesen dua. Untuk Mami warna putih, untuk Papi warna merah. Harga on the road 700 juta, Pi. Jadi kartu kredit Papi langsung didebet 1,4 M. Besok katanya akan langsung dikirim ke rumah kita. Pi... Papi enggak marah, kan?"
"Enggak, enggak marah. Cuma warnanya enggak suka, ganti aja merah jadi Hitam."
"I ya, Pi. Siap. Udah dulu ya Pi, mmuach... mmuach... mmuach." Klik. Telpon ditutup.

Pria gondrong berwajah miskin itu, memandang satu per satu para pria di sekelilingnya, yang dengan sangat tajam namun penuh kekaguman, juga tengah memperhatikan dan memandangi pria gondrong itu.
"Maaf bapak-bapak, permisi." Katanya menerebos kerumunan pria-pria itu sambil bersiul-siul. Di depan sebuah nomor loker, dia tampaknya kebingungan.
"Nomor 11 atau 12 ya?" Gumamnya. "Atau nomor 15?"

Pria gondrong itu kemudian berbalik kepada para-pria yang masih memandangnya dengan penuh kekaguman itu.
"Maaf bapak-bapak, saya lupa HP ini berasal dari loker nomor 11 atau 12 atau bahkan nomor 15. Barangkali bapak-bapak ada yang tahu pemiliknya?" Katanya sambil mengacungkan HP tersebut. Pria gondrong itu lalu menyimpan HP tersebut di dekat meja loker nomor 11, dengan enteng dia mengambil tongkat pembersih lantai dan meneruskan pekerjaannya dengan tekun.***

Silakan komeng sesukanya, gaes.
Wkwkwkwkwkwkwkwkwkw.......hancurrr
 
Tua nya aja Hot apalagi mudanya suradi. Next chapter petualangan suradi muda. Hahaha
 
ANASTASIA MELINDA LIEM

1

Suradi sedang bermain-main dengan mistar dan pensil, ketika dari ruang sebelah Melinda memanggilnya.
"Kaka..."
"Belum selesai." Jawab Suradi.
"Sini dulu."
"Entar, lagi tanggung."
"Kalau dipanggil Dirut harus langsung dateng."
"Ih! Maksa amat." Katanya sambil berdiri, mematikan rokok dan melangkah menuju kamar sebelah. Dia melihat Melinda sedang sibuk dengan aneka berkas, sementara printer laser jet itu mendesis-desis sambil melontar-lontarkan kertas hasil cetakannya.
"Siap, Bu Dirut."
"Nah, gitu dong. Bahagia deh punya anak buah yang bisa diandalkan." Katanya sambil merapikan sejumlah berkas dan menjepretnya dengan hekter. "Ini kopian akta pendirian perusahaan, kaka pegang satu, Lin lin pegang satu. Aslinya ada di brankas. Terus ini, kontrak pekerjaan pembangunan kantor kita di Cisaranten. Rekening perusahaan, kita pegang berdua, Mami enggak ikut. Udah ada isinya, satu koma lapan eM. Kaka nombok dong?"
"Berapa?"
"Sini pinjem HPnya, emang Kaka punya saldo berapa sih?" Katanya. Suradi menyerahkan HPnya. Melinda memain-mainkan jemarinya di HP itu. "Ada 800 juta, enggak jelek untuk seorang Dirops. Lin lin pindahin ya 500?"
"Boleh. Kamu sendiri nombok berapa? Masa Mami doang yang nombok."
"Duit Mami itu duit Lin lin juga." Katanya. "Rekening Lin lin diblokir, nunggu Papa Handono selesai diperiksa KPK, baru bisa kelar."
"Cepat atau lambat kamu juga akan terseret." Kata Suradi.
"Jangan khawatir, Ka. Tenang aja." Kata Melinda sambil merapikan berkas yang baru selesai dicetak printer. "Lin lin paling jadi saksi, itu pun dengan catatan. Lin lin akan bersaksi secara tertutup."
"Apa bener Pak Handono ngemplang duit negara 5 triliun?"

Melinda menatap Suradi, tajam. Dia lalu mendengus.
"Hm. Seharusnya Papa tahu kalau si Win akan menikam dia dari belakang. Dan Kak Suzie kurang peka terhadap persoalan Halim Group yang mendasar."
"Maksudnya?"
"Udah, deh. Kaka jangan ikut campur."
"Cuma penasaran."
"Tuh kan bener..." Kata Melinda sambil memelototi Hpnya sendiri. "Lihat Ka, Aset Halim Group di Bandung dibekukan, ini berarti yang pertama dikorbankan Winardi itu Lin lin, Ka. Istrinya sendiri. Tuh, baca, bahkan berita ini seakan-akan mengatakan bahwa Melinda Liem bersekongkol dengan Handono Halim menyembunyikan duit rampokan kredit BRI."
"Koq dibekukan?"
"Ya, sebab menurut dugaan Lin lin, waktu si Win ngajukan kredit, dia jadikan aset PT. Priangan Halim Bandung sebagai agunan...tunggu." Kata Melinda seperti berkata kepada dirinya sendiri. "Paling kalau dihitung aset di bandung enggak akan nyampe segitu, 5 Mall plus 3 Hotel, paling juga 2 T." Katanya.

Telpon Melinda berdering.
"Halo Siauw Ling, apa kabar?" Kata Melinda.
"Bu, punya cash 100 ribu yuan enggak?"
"Rekeningku diblokir, sayang."
"Waduh sayang nih, ada prodak bagus, bu. Cashflownya cepet, paling lama juga 2 atau 3 minggu."
"Emang prodak apa?"
"HP Bu, barangnya sudah ada di Hongkong tinggal dikirim. Tapi mereka pengen pake Yuan."
"Berapa marginnya?"
"Bukan tanya margin, bu, berapa kali lipat keuntungannya gitu."
"Berapa?"
"Mungkin 2 atau 3 kali. Dipotong pajak, cukai dan biaya lain-lain, kita bisa bersih dapat 500 jutaan."
"Wow. Oke juga tuh."
"Punya enggak, Bu?"
"Entar saya cari dulu, ya, say. Kapan tenggatnya?"
"Kalau bisa hari ini, sore."
"Baik, berarti saya punya waktu... 6 Jam. Ada atau enggak ada saya telpon jam 2, ya?"
"Oke, siap, bu. Makasih."
"Eh, entar dulu, kamu sendiri dapat berapa dari keuntungan net?"
"Ya, biasa Bu, 25%."
"20% aja ya, biar saya semangat nyari donaturnya."
"20 ya Bu? Oke, siap."

Sementara Melinda menelpon, Suradi menatapnya.
"Hm, 100 ribu yuan ya?" Melinda memukul-mukulkan ballpoint yang dipegangnya ke keningnya. "Coba kutelpon Andri, dia punya enggak." Katanya lagi. Dia sepertinya bicara sendiri.

"Halo, nDri. Apa kabar?"
"Baik, Linda. Wah, surprise nih ditelpon cewek cantik. Masih di Halim Group?"
"Masih." Katanya. "To de poin aja ya nDri, lu punya 100 ribu yuan enggak?"
"Mmm, ada. Mau pinjem atau gimana?"
"Pinjemlah, entar gua kembaliin 300 jutaan, mau enggak?"
"Wow, berati gua dapet 100 ya? Easy money banget. Boleh. Tapi lu kasih gua jaminan dan syarat."
"Jaminan sertifikat, gua ada. Syaratnya?"
"Lu makan malam ama gua, mau?"
"Kalau gua kagak mau?"
"Sorri deh kalo gitu. Lu tahu kan gua suka sama elu dari dulu, tapi elu kerjaannya mainin perasaan gua aja."
"Salah sendiri lu yang baper." Kata Melinda. "Mau ngasih enggak?"
"Memohon deh ke gua... pliiis Andri sayang..."

Tiba-tiba Suradi mendekat dan mengambil HP melinda.
"Hey monyet, bangsat lu." Kata Suradi dengan gemas dan menutup telpon.

Melinda terpana.
"Kaka juga bisa cemburu, sayang." Kata Suradi, lembut.
"Tapi ini bisnis, Ka. Enggak lebih." Wajah Melinda terlihat kesal.
"Kalo gitu, bisnisnya sama Kaka aja. Tunggu sebentar." Berkata begitu Suradi masuk ke kamar kerjanya, mengambil kunci filling dan membuka salah satu lacinya. Dia mengambil uang Yuan itu dan mengunci kembali filling kabinetnya.
"Ini." Kata Suradi.

Melinda bengong.

"Horeee, Kaka punya uang Yuan." Kata Melinda. "Makasih ya Ka."

Tapi Suradi diam. Melinda mendekatinya dan memeluk tangannya.
"Jangan marah, dong."
"Kaka juga punya hak untuk cemburu!" Kata Suradi ketus.
"I ya i ya, maafin deh." Kata Melinda dengan tersenyum. "Lin lin siap dihukum."
"Aturan ke 3 perusahaan. Dirut dilarang membuat cemburu Dirops. Paham?"
"Cie, cie... yang cemburu, bikin aturan." Kata Melinda sambil terkikik. "Lihat Kaka cemburu, Lin lin jadi horny nih... Ka, ngentot yuk?"
"Ayuk, siapa takut!"
lanjut lagi best story ini
 
Ha ha,, scriptnya mengarah ke uang temuan anak buahnya,, oke hu kita sambungkan saja
 
Lama banget nunggu apdet, ya udah ini ada INTERMEZZO dulu.

Sore itu Suradi dan beberapa pria lainnya (@Sumandono @kebo_nderum @bapergan @Basu @Gothe @tukangbantaimember @Udin_gembok @batel @kepitinq @w13r @gzoel @AnJessTi , yang enggak ke absen jangan marah) sedang menunggu giliran mandi air panas di ruang loker Health Man Gym, di Jalan Sudirman, Bandung. Gym yang terkenal mewah dan mahal itu, dikenal hanya dikunjungi oleh pria-pria kaya dan kalangan eksekutif kelas atas. Sangat jarang dikunjungi oleh pria biasa, apalagi yang berpenghasilan pas-pasan.

Ketika para pria itu berriuh rendah saling berkelakar, tiba-tiba ada suara HP berbunyi sangat nyaring. Para pria itu saling berpandangan. Seorang pria berambut gondrong yang tampak berwajah miskin, dengan sejumlah uban bertebaran di kepalanya, memakai kaos singlet dan celana kolor, melangkah melewati para pria itu. Pria gondrong itu meraih HP tersebut.

Seketika suara riuh rendah canda menjadi hening.

"Haloo Papiii..." Suara speaker HP yang dikeraskan terdengar jelas. "Papi lagi di gym, Kan?"
"I ya..." Pria gondrong itu kelihatan gemetar.
"Papi nanti malam enggak ada meeting, kan?"
"Enggak..."
"Mami kangeeeen banget, udah lama enggak threesome sama Melan. Papi mau kan memuaskan dua meki yang lagi gatel?"
"Mau..."
"Ini kebetulan Mami lagi sama Melan di Cireundeu Mall." Katanya. "Piii, biar lebih hot, Mami sama Melan, mau pake daster mini warna pink. Harganya murah Pi, cuma 500 ribu perak. Jadi kami beli dua buah, pake kartu Kredit Papi. Enggak pa pa, kan, Pi?"
"Ga pa pa."
"Terus, begini Pi, pas udah beli daster, tidak jauh dari situ, ada gerai Handphone yang sedang melakukan diskon gila-gilaan. Coba Papi bayangin, HP seharga 25 juta, didiskon jadi 17 juta. Akhirnya Mami beli satu. Tapi karena Melan juga pengen, akhirnya Mami beli dua. Mami pilih warna putih dan Melan yang warna pink. Papi enggak keberatan, kan?"
"Enggak, enggak keberatan...."
"Sebetulnya Pi, Mami sama Melan mau langsung pulang, tapi mata Mami yang tajam melihat sebuah tas kullit warna coklat yang baguuuuuusssssss.... sekali, Pi. Itu loh tas yang suka dipake para artis dan ibu-ibu pejabat. Ternyata tas itu edisinya terbatas Pi, cuma dua lagi. Wah, akhirnya Mami langsung saja membelinya satu. Untung, Kartu Kredit Papi Unlimited, jadi waktu Melan diam saja dan merasa sedih, Mami bisa membuatnya senang dengan membelikannya tas coklat yang satu lagi. Semuanya jadi 115 juta, memang agak mahal sih. Tapi, Papi enggak marah kan?"
"Mmm... enggak. Beli aja. Ga pa pa."
"Makasih ya, Pi. Papi baik deh. Pokoknya awas nanti malam, kita bikin Papi lemes deh." Katanya. "Eh, tapi Pi, pas di luar Mall, ada promo mobil sedan... Honda Accord yang Papi impi-impikan itu ternyata ada promonya. Padahal waktu kemarin Papi ke dealer katanya belum tersedia. Mami akhirnya memberanikan diri, tanpa izin Papi, membeli mobil sedan itu pake kartu kredit. Tadinya, mau beli satu, tapi karena Mami juga pengen, jadi Mami pesen dua. Untuk Mami warna putih, untuk Papi warna merah. Harga on the road 700 juta, Pi. Jadi kartu kredit Papi langsung didebet 1,4 M. Besok katanya akan langsung dikirim ke rumah kita. Pi... Papi enggak marah, kan?"
"Enggak, enggak marah. Cuma warnanya enggak suka, ganti aja merah jadi Hitam."
"I ya, Pi. Siap. Udah dulu ya Pi, mmuach... mmuach... mmuach." Klik. Telpon ditutup.

Pria gondrong berwajah miskin itu, memandang satu per satu para pria di sekelilingnya, yang dengan sangat tajam namun penuh kekaguman, juga tengah memperhatikan dan memandangi pria gondrong itu.
"Maaf bapak-bapak, permisi." Katanya menerebos kerumunan pria-pria itu sambil bersiul-siul. Di depan sebuah nomor loker, dia tampaknya kebingungan.
"Nomor 11 atau 12 ya?" Gumamnya. "Atau nomor 15?"

Pria gondrong itu kemudian berbalik kepada para-pria yang masih memandangnya dengan penuh kekaguman itu.
"Maaf bapak-bapak, saya lupa HP ini berasal dari loker nomor 11 atau 12 atau bahkan nomor 15. Barangkali bapak-bapak ada yang tahu pemiliknya?" Katanya sambil mengacungkan HP tersebut. Pria gondrong itu lalu menyimpan HP tersebut di dekat meja loker nomor 11, dengan enteng dia mengambil tongkat pembersih lantai dan meneruskan pekerjaannya dengan tekun.***

Silakan komeng sesukanya, gaes.
kampreeeeet ... jebol kartu kredit Suradi
tp namanya Suradi apapun buat Bu Dirut bahagia dia asik saja ...toh dia juga dapat memek dobel dan dua lubang dobel sampai jebol juga .... :coli: :coli: :coli::coli:

:ngacir::ngacir::ngacir::ngacir::ngacir:
 
100rbu yuan uang dari bandar narkoba itu ya
 
Tak belan belani teko Hal 1 - 47 mocone cuk .............. Jiangkrik uapik temenan .... Lanjut ..... Semangat
 
Lama banget nunggu apdet, ya udah ini ada INTERMEZZO dulu.

Sore itu Suradi dan beberapa pria lainnya (@Sumandono @kebo_nderum @bapergan @Basu @Gothe @tukangbantaimember @Udin_gembok @batel @kepitinq @w13r @gzoel @AnJessTi , yang enggak ke absen jangan marah) sedang menunggu giliran mandi air panas di ruang loker Health Man Gym, di Jalan Sudirman, Bandung. Gym yang terkenal mewah dan mahal itu, dikenal hanya dikunjungi oleh pria-pria kaya dan kalangan eksekutif kelas atas. Sangat jarang dikunjungi oleh pria biasa, apalagi yang berpenghasilan pas-pasan.

Ketika para pria itu berriuh rendah saling berkelakar, tiba-tiba ada suara HP berbunyi sangat nyaring. Para pria itu saling berpandangan. Seorang pria berambut gondrong yang tampak berwajah miskin, dengan sejumlah uban bertebaran di kepalanya, memakai kaos singlet dan celana kolor, melangkah melewati para pria itu. Pria gondrong itu meraih HP tersebut.

Seketika suara riuh rendah canda menjadi hening.

"Haloo Papiii..." Suara speaker HP yang dikeraskan terdengar jelas. "Papi lagi di gym, Kan?"
"I ya..." Pria gondrong itu kelihatan gemetar.
"Papi nanti malam enggak ada meeting, kan?"
"Enggak..."
"Mami kangeeeen banget, udah lama enggak threesome sama Melan. Papi mau kan memuaskan dua meki yang lagi gatel?"
"Mau..."
"Ini kebetulan Mami lagi sama Melan di Cireundeu Mall." Katanya. "Piii, biar lebih hot, Mami sama Melan, mau pake daster mini warna pink. Harganya murah Pi, cuma 500 ribu perak. Jadi kami beli dua buah, pake kartu Kredit Papi. Enggak pa pa, kan, Pi?"
"Ga pa pa."
"Terus, begini Pi, pas udah beli daster, tidak jauh dari situ, ada gerai Handphone yang sedang melakukan diskon gila-gilaan. Coba Papi bayangin, HP seharga 25 juta, didiskon jadi 17 juta. Akhirnya Mami beli satu. Tapi karena Melan juga pengen, akhirnya Mami beli dua. Mami pilih warna putih dan Melan yang warna pink. Papi enggak keberatan, kan?"
"Enggak, enggak keberatan...."
"Sebetulnya Pi, Mami sama Melan mau langsung pulang, tapi mata Mami yang tajam melihat sebuah tas kullit warna coklat yang baguuuuuusssssss.... sekali, Pi. Itu loh tas yang suka dipake para artis dan ibu-ibu pejabat. Ternyata tas itu edisinya terbatas Pi, cuma dua lagi. Wah, akhirnya Mami langsung saja membelinya satu. Untung, Kartu Kredit Papi Unlimited, jadi waktu Melan diam saja dan merasa sedih, Mami bisa membuatnya senang dengan membelikannya tas coklat yang satu lagi. Semuanya jadi 115 juta, memang agak mahal sih. Tapi, Papi enggak marah kan?"
"Mmm... enggak. Beli aja. Ga pa pa."
"Makasih ya, Pi. Papi baik deh. Pokoknya awas nanti malam, kita bikin Papi lemes deh." Katanya. "Eh, tapi Pi, pas di luar Mall, ada promo mobil sedan... Honda Accord yang Papi impi-impikan itu ternyata ada promonya. Padahal waktu kemarin Papi ke dealer katanya belum tersedia. Mami akhirnya memberanikan diri, tanpa izin Papi, membeli mobil sedan itu pake kartu kredit. Tadinya, mau beli satu, tapi karena Mami juga pengen, jadi Mami pesen dua. Untuk Mami warna putih, untuk Papi warna merah. Harga on the road 700 juta, Pi. Jadi kartu kredit Papi langsung didebet 1,4 M. Besok katanya akan langsung dikirim ke rumah kita. Pi... Papi enggak marah, kan?"
"Enggak, enggak marah. Cuma warnanya enggak suka, ganti aja merah jadi Hitam."
"I ya, Pi. Siap. Udah dulu ya Pi, mmuach... mmuach... mmuach." Klik. Telpon ditutup.

Pria gondrong berwajah miskin itu, memandang satu per satu para pria di sekelilingnya, yang dengan sangat tajam namun penuh kekaguman, juga tengah memperhatikan dan memandangi pria gondrong itu.
"Maaf bapak-bapak, permisi." Katanya menerebos kerumunan pria-pria itu sambil bersiul-siul. Di depan sebuah nomor loker, dia tampaknya kebingungan.
"Nomor 11 atau 12 ya?" Gumamnya. "Atau nomor 15?"

Pria gondrong itu kemudian berbalik kepada para-pria yang masih memandangnya dengan penuh kekaguman itu.
"Maaf bapak-bapak, saya lupa HP ini berasal dari loker nomor 11 atau 12 atau bahkan nomor 15. Barangkali bapak-bapak ada yang tahu pemiliknya?" Katanya sambil mengacungkan HP tersebut. Pria gondrong itu lalu menyimpan HP tersebut di dekat meja loker nomor 11, dengan enteng dia mengambil tongkat pembersih lantai dan meneruskan pekerjaannya dengan tekun.***

Silakan komeng sesukanya, gaes.
wualah... cerita lama koq diungkit-ungkit
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd