4
"Siapa, Sur?" Tanya Siska sambil melepas sepatu pantofelnya. Dia duduk di bibir ranjang dan melepas blazernya.
"Ada order perbaikan kamar kost-kost-an. Besok aku janji mau ke sana buat melihat-lihat."
"Elu kecewa enggak?" Tanya Siska lagi.
"Aku sudah biasa, Sis. Om kamu itu persyaratannya tinggi, wajarlah jika yang lebih baik dari aku yang menang." Kata Suradi tenang. Dia tersenyum. "Aku justru belum ngucapin terimakasih kamu mau bercape-cape bantu aku ikut tender di sini."
"Enggak perlu. Gua seneng bantu elo, Sur."
"Aku tadi kenalan sama Toni. Dia baik."
"Ya, suamiku memang baik." Kata Siska, dia mendekati Suradi dan memeluk lelaki itu dari belakang. "Lu ga perlu khawatirin dia."
"Aku merasa ga enak, Sis. Kami ngobrol cukup lama, selera humornya juga baik. Dia juga cerita tentang kamu... "
"Apa katanya?"
"Katanya, dia memiliki istri yang sangat pengertian."
Siska mencium pipi Suradi dari belakang. Tertawa pelan.
"Tentu saja pengertian. Gua udah berumahtangga sama dia lebih dari 15 tahun. Punya anak satu. Kehidupan ekonomi cukup. Rumah nyaman. Mobil masing-masing satu. Tabungan lumayan. Apalagi?"
"Dia baik dan ganteng. Apa yang kurang dari Toni?" Tanya Suradi.
"Elu suka sama Toni ya?"
"Maksud kamu?" Tanya Suradi dengan keheranan.
Siska tertawa. Ada nada getir di balik suara tawanya.
"Dia ngobrol sama lu sampai hampir satu jam... elu enggak lihat ekspresi wajahnya?"
Suradi mengerutkan kening.
"Gua perhatiin banget lu ngobrol sama Toni. Dia kepincut sama elu."
"Maksudmu dia... dia...?"
Siska mengangguk.
"Rumah tangga kami hanya sandiwara buat menutupi karirnya. Elu paham Sur?" Kata Siska sambil mencopoti kancing kemeja Suradi dari belakang. "Dia bekerja di BUMN, punya jabatan bagus walau tidak tinggi. Dia enggak mungkin berterus terang sebagai homo."
Suradi berbalik, kedua tangannya meraih pinggang Siska.
"Tapi kan kamu punya anak?"
"Dia itu gay, bukan impoten." Kata Siska. "Salah satu pacarnya ada yang biseks, dia yang bantu masukin kontol Toni ke dalam memek gua, lalu pecah di dalam."
"Terus, selama 15 tahun, kamu ke mana aja?"
"Gua? Terus terang, selama itu gua nyari cowok yang kayak elu."
"Ada?"
"Ya, ada lah."
"Siapa?"
"Ya elu lah, siapa lagi?"
Suradi tertawa.
"Waktu istirahat gua tinggal 45 menit lagi." Kata Siska. "Gua berharap lu gak pulang malam ini. Sur, plis."
"Aku juga berharap tinggal barang dua atau tiga jam lagi. Sis, tapi kamu tak semanja itu kan? Kita sama-sama punya kesibukan masing-masing." Kata Suradi sambil mengecup kening Siska.
"Gua gak manja, tapi pengen banget dimanja." Kata Siska sambil membuka ikat pinggang dan kancing celana Suradi. "Gua tau, gak mungkin menuntut elu memenuhi permintaan gua. Lu mau gua ajak ke sini juga gua udah seneng." Katanya.
Celana pantalon Suradi jatuh ke lantai. Dia menendangnya ke pinggir.
"Meeting kedua pasti lebih keras." Kata Siska. "Mungkin akan selesai sampai larut malam. Gua hanya minta 25 menit saat ini, Sur, untuk mengobati rasa letih sepanjang malam nanti." Katanya lagi sambil melucuti seluruh pakaiannya. Suradi melakukan hal yang sama.
Mereka saling bermuka-mukaan dalam keadaan telanjang bulat. Kedua jari jemari masing-masing saling meraih pinggul lawannya. Tatapan mereka bertemu, mencoba saling menggali kedalaman hati masing-masing. Kedua payudara Siska menempel di dada Suradi, mulai mengeras ketika bibir-bibir mereka bertemu. Lalu saling memagut.
Siska merasakan di perutnya kontol Suradi mulai hangat dan menegang. Dia meremas-remas bokong tebal lelaki itu yang gempal.
Saat yang bersamaan, jari jemari Suradi mempermainkan bibir-bibir memeknya dengan lembut dan mengoles-olesi kelentitnya dengan telunjuk. Siska pun melelehkan lendir.
"Waktumu enggak banyak. Kau mau aku memasukkannya sekarang?" Tanya Suradi setelah melepaskan kuluman bibirnya. Dia menatap Siska dengan lembut.
Siska tidak menjawab. Dia melepaskan diri dari Suradi dan rebah di bibir ranjang. Kedua telapak kakinya naik ke atas kasur dan kedua pahanya membuka lebar. Pada saat seperti itu, umumnya kaum lelaki akan langsung memasukkan batang kontolnya ke dalam liang memek yang terbuka itu. Tapi Suradi tidak. Dia tahu memek itu belum sepenuhnya terangsang, belum siap menerima penetrasi kontolnya yang mulai menegang.
Suradi membungkuk. Menatap sejenak kecantikan memek itu tanpa kedip. Lalu menciuminya, menjilatinya dan mengemut itilnya sampai telinganya mendengar Siska merintih-rintih. Setelah itu barulah dia mencelupkan kepala kontolnya ke dalam liang itu dan menancapkannya sampai penuh hingga ke buah zakarnya.
Suradi melihat Siska memejamkan mata. Di bibirnya tersungging senyum kenikmatan.
Suradi ikut tersenyum. Dia kemudian menarik kontolnya dan memasukkannya kembali secara ritmis, menggenjot pinggulnya dengan semangat untuk menyingkap tabir kenikmatan syahwat umat manusia.
Siska menikmati genjotan kontol itu yang ke luar masuk ke dalam memeknya. Pelahan dan pasti, dia merasakan badannya menjadi rileks. Urat syaraf otaknya yang tadi tegang kini mengendur... mmhhh... hujaman kontol semakin lama semakin cepat. "Duh, enaknya." Bisik Siska.
Tetes demi tetes lendir mulai membasahi batang kontol Suradi. Desahan demi desahan dilalui tanpa kata. Sampai akhirnya Siska mengerang dan menahan pinggul Suradi untuk diam tak bergerak.
"Tunggu... Surrhhh, aku akhann ke luarrhh." Siska berkata dengan nafas agak memburu.
"Baik, kalau gitu sama-sama ya?" Kata Suradi, tenang dan datar.
Siska mengangguk. Dia kemudian membentangkan kedua tangannya minta pelukan. Suradi pun memeluknya.
Sambil berpelukan erat, Suradi menggenjot memek itu lagi selama beberapa menit. Akhirnya Siska mengejan karna orgasme, bersamaan dengan itu, muncrat juga pejuh Suradi di dalam kuluman memek STW yang seksi itu.
Mereka terdiam sejenak, menikmati ekstasi syaraf-syaraf kesyahwatan yang tinggi melambung untuk kemudian pelahan-lahan meredup.
Setelah api berahi padam dan memeknya kenyang digenjot, Siska membuka mata dan merasa tubuh Suradi terasa berat. Dia mendorong dada lelaki itu hingga terguling ke kasur dan tertawa geli saat memeknya yang sudah menguncup melepas dengan berat batang kontol yang tercerabut lepas dari kuluman liang memeknya.
"Hadeuh." Keluh Siska. "Kontol Suradi memang lezat. Tapi waktu gua juga semakin habis." Katanya dalam hati.
Siska bangkit duduk dan mengenakan pakaiannya dengan cepat.
"Jangan lupa celana dalam kamu." Kata Suradi yang juga ikut berdiri dengan cepat, dan mengenakan pantalonnya.
Siska tertawa nyengir dan mengecup pipi Suradi.
"Sur... makasih banyak ya. Lu udah nemenin gua, ngentotin gua ampe kenyang nih memek... tapi urusan lu sendiri gagal total."
"Ga pa pa. Kalah menang tender itu soal biasa." Jawab Suradi datar. "Aku berangkat ke Cimahi sekarang ya?"
"Ya, gua juga mau ke ballroom meeting."
Siska memeluk Suradi dan mencium bibirnya sekecup lalu berbisik, "Kontol lu lezat banget." katanya.
"Memang." Kata Suradi dalam hati. "Semua yang pernah aku ewe mengatakan itu."