Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT KISAH PETUALANGAN SURADI

7

"Ini bagus sekali, Sur." Kata Lani. "Entah berapa duit buat ngerenov kayak begini."
"Itu cuma ide, Lan dan aku senang membuat sketsanya."
"Ini buat gua ya. Entar kapan-kapan gua wujudin kost-an gua kayak begini."
"Boleh."
"Kapan lu mau mulai kerja?"
"Besok. Pak Tono yang ngerjain. Setelah selesai, tagihannya aku kirim."
"Elu besok ke sini enggak?"
"Kayaknya enggak. Pak Tono bisa diandalkan koq."
"Sekarang rencana lu apa?"
"Paling makan siang, sudah itu ke proyek."
"Gua traktir dah makan siangnya, udah itu gua anter lu ke proyek. Setuju?"
"Setuju." Kata Suradi, tersenyum.

8

Di belakang stir, Lani menelpon.
"Pik, pesanan yang ibu suruh beli tadi pagi, sudah belum?" Katanya.
"Sudah, bu. Baru saja Opik nyampe ke toko."
"Ya, udah. Sebentar lagi ibu dateng. Siapa aja tamu yang datang, cancel. Ibu ada tamu spesial."

Suradi tersenyum mendengarnya.
"Jadi kita ke mana nih?" Tanya Suradi.
"Ke butik gua, Sur. Elu gak keberatan kan?"
"Enggak. Aku bebas saja."

Setelah mobil melaju beberapa lama, mereka sampai di jalan by pass, Bandung. Mobil memasuki sebuah ruko yang cukup elit. Di depan sebuah toko pakaian ekslusif "Melani's Boutique" mobil sedan itu berhenti. Suradi dan Melani turun dari pintu yang berbeda, tapi mereka masuk ke butik itu melalui pintu yang sama. Terlihat mereka memiliki tinggi badan yang sama. Seorang perempuan berwajah manis, mengangguk-angguk di dalam sebuah mobil sedan lain yang terparkir tidak jauh dari butik itu. "Sudah kuduga." Kata Dewi dalam hatinya. "Dia pasti akan ngentot si Lani. Sur, sur... kamu sudah bosan sama memek aku dan istrimu, sekarang kau mencari memek yang lain. Awas kau, Lani."

Dewi melajukan mobilnya ke luar dari tempat parkir itu, lalu dia menelpon seseorang.
"Bu Linda, maaf, ini dengan Dewi... "

Suradi dan Lani memasuki toko butik itu. Seorang lelaki bertubuh kurus dan pendek, mendekati mereka.
"Makan siangnya udah disiapin di atas, Bu." Kata Opik.
"Ayo, Sur." Kata Lani, dia mendahului menaiki tangga ruko itu dan Suradi mengikutinya dari bawah.

Suradi tiba-tiba saja tersenyum. Melani tidak memakai celana dalam.

Ruko lantai dua itu dipartisi dengan menggunakan balok kayu dan gypsum menjadi 2 bagian. Bagian pertama yang langsung berhadapan dengan tangga, terdiri dari susunan rak yang merupakan tempat penyimpanan aneka barang stok. Bagian satunya lagi yang lebih kecil, yang memiliki balkon, merupakan ruang kantor sekaligus tempat pribadi Melani. Sebelum memasuki ruangan itu, Melani melepaskan sepatunya dan menyimpannya di luar pintu. Suradi mengikuti melepaskan sepatunya juga.

Di ruangan itu cuma ada satu-satunya furniture, yaitu meja yang diletakkan dekat dinding partisi dan sebuah kursi putar kecil. Sisanya karpet merah. Di atas meja itu, Opik telah menyediakan dua piring nasi dan dua piring sate. Salah satu piring sate memiliki porsi doble dibanding piring sate satunya lagi. Dua gelas air putih dan dua cangkir kopi.
"Gua cuma bisa nraktir ginian, Sur." Kata Lani sambil menurun-nurunkan piring-piring itu ke lantai berkarpet.
"Gak masalah, Lan. Aku oke saja, yang penting bisa makan. Sudah laper nih perut." Kata Suradi, dia duduk bersila di depan Melani. "Ngomong-ngomong ini sate apaan? Koq warnanya agak beda?"

Melani tersenyum.
"Aku pesen di buah batu, sate Pak Anwar." Katanya.
"Aku belum pernah denger."
"Jadi lu belum pernah nyobain? Ini sate kuda. Banyak manfaatnya buat kesehatan."
"Sate kuda?"
"Khusus buat elu, gua pilih yang spesial. Namanya torpedo."
"Torpedo?"

Melani mengangguk. Wajahnya yang putih itu memerah karena merasa sedikit malu.
"Kamu berharap kita..."
"Ya. Gua berharap banget, Sur. Terakhir sama elu di kafe si Dewi... sebelumnya gua mungkin udah sekitar 6 bulanan galau. Lu gak marah kan?"

Suradi menatap Lani lembut, mengedipkan-ngedipkan kedua matanya dan tersenyum. Dia menjangkau pipi Lani untuk dicium.
"Aku juga sama, berharap." Kata Suradi. "Tapi sekarang kita sebaiknya makan dulu."

Mereka menyantap makan siang dengan rileks dan tak terburu-buru. Suradi merasa sate daging kuda yang baru pertama kali dicobanya itu, lebih kenyal dan sedikit lebih liat.

Usai makan siang, mereka merokok bersama dan menyesap kopi. Setelah itu, barulah Lani memanggil Opik untuk membereskan piring-piring dan gelas.

Opik segera datang mengambil semua piring dan gelas itu, mencucinya di wastafel belakang dan meletakkannya di rak kecil dalam lemari kayu. Opik lalu berkata kepada Wati, pelayan toko, bahwa dia akan tiduran sebentar. Opik naik ke lantai dua, masuk ke dalam celah rak yang tersembunyi dan membuka lubang tempat biasanya dia mengintip majikan cantiknya.
"Apakah ia akan ngentot lelaki itu seperti dia ngentot dengan suaminya?" Tanya Opik dalam hatinya. Dia menunggu dengan tangan siap-siap untuk onani.

9

Melalui telpon, Dewi mengatakan kepada Melinda bahwa dia berencana membangun kafe baru. Dari sahabatnya Melani, dia tahu bahwa Suradi adalah kontraktor yang bisa dipercaya. Namun Dewi sedikit ragu atas penilaian sahabatnya itu karena mungkin saja subjektif. Mereka kelihatannya dekat.
"Maksud saya menelpon ini mbak Lin, apa bener dia bagus. Soalnya Lani pernah cerita kalau Suradinya itu pernah dapat kerjaan dari mbak." Katanya.
"Ya, dia bagus." Kata suara di ujung telpon. "Tadi mbak Dewi bilang dia deket sama Suradi, ah yang bener, mbak?"
"Loh, mbak Lin koq ndak percaya. Bukan deket lagi mbak... tapi mBak Lin jangan kasih tahu siapa-siapa ini dari saya ya... soalnya kalau nanti Lani tahu saya kan ndak enak. Katanya sih pernah, anu lho mbak, pernah tidur bersama. Lani pernah keceletot omong, katanya sampai 5 ronde. Pokoknya ngangenin, begitu katanya mbak."
"Hm, begitu ya?" Sebuah dengusan terdengar dari ujung telpon.
"Menurut mBak Linda, dia rekomended ndak?"

Tetapi tak ada jawaban dari ujung telpon sana. Dewi tersenyum.
"Rasain kamu. Udah dikasih ngentot sekali eee... malah keterusan." Katanya dengan nada penuh kemenangan.

10

Anastasia Melinda Liem menggigit-gigit pensil sambil memutar-mutar kursinya. Dia tak habis pikir dengan lelaki itu. Sementara para relasi kaya dan brondong-brondong ganteng itu mengejarnya dan memujanya bagaikan seorang putri, merayunya dan berusaha mendekatinya; kenapa laki-laki itu malah seperti tidak acuh kepada dirinya.

Dia bahkan tidak peduli dengan proyek kedua yang ditawarkannya. Walau untungnya tak begitu besar, memang, tapi sebagai kontraktor kecil, keuntungan yang ditawarkannya seharusnya lebih dari lumayan.

Dan sekarang dia dekat dengan Melani? Apa yang diharapkan seorang lelaki dari janda yang hidupnya pas-pasan itu? Mau bantu merenovasi kontrakannya secara gratis? Fuih. Mau menawarkan tubuhnya yang sudah tua dan peot? Cuh!

Hm. Kurang ajar bener tuh si Lani.
 
"Hm. Kurang ajar bener tuh si Lani."

belum kelhatan kiprah Linda .. sekilas ego banget, sampai sebegitu na menilai Lani padahal belum tentu klo Suradi mau sama diri na ... kecuali klo kepepet !!!! :nenen::nenen:

ato dia kecewa saat menemui Suradi di rumah na di tolak bahkan di tinggal masuk kamar ....

tankiyu sesaji na
tetap syumangat

to be conticroot
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd