12
Mereka telah sepenuhnya telanjang ketika cahaya matahari siang semakin panas dan menyilaukan. Menyinari dua insan yang berbeda jenis kelamin dan warna kulit. Yang satu putih bagai kertas HVS dengan kelamin perempuan, yang lain coklat terang bagaikan kayu mahoni dengan kelamin jantan.
Dua insan itu, dalam ketelanjangannya yang sempurna, saling berpelukan erat dan dengan ke dua mulut mereka saling mengatup dan memagut satu sama lain, seakan mereka tidak akan pernah sekali-sekali pun melepaskannya. Atau mungkin mereka tidak tahu cara melepaskannya?
Kedua tangan mereka saling meremas buah pantat lawannya masing-masing. Batang kontol Suradi yang sudah menegang, tampak glandulanya menukik ke bawah, batangnya yang melengkung dijepit oleh bibir-bibir memek Lani yang telah mekar dan basah. Mulut kontol Suradi yang mungil tampak mengerjap-ngerjap seperti mulut ikan mencari makanan. Seakan-akan mulut kontol itu sedang berbicara dengan setitik lubang anus Lani yang mendenyut mengembang dan menguncup.
Sekarang syaraf-syaraf kesyahwatan Lani mulai merebak ke seluruh penjuru tubuhnya. Sepasang buah dadanya yang menggantung jatuh, mulai mengeras. Pada saat itulah Suradi melepaskan diri dari kuluman mulut Lani, membungkuk untuk menemukan puting kecoklatan yang semakin mengeras. Kedua tangan Suradi meraup bukit lembut itu agar bisa meremas-remasnya bersamaan dengan jilatan-jilatan lidahnya di puting. Secara bergantian dan berpindah-pindah, Suradi melakukan remasan-emasan dan jilatan-jilatan lidah itu, dari bukit payudara satu ke bukit payudara lainnya, dengan sangat tekun.
Lani melenguh halus. Dia menyukai semua sentuhan yang dilakukan Suradi pada bagian-bagian tubuhnya. Bibir-bibir memeknya mulai berdenyar. Menuntut perhatian lebih.
Suradi melepaskan mulutnya dari puting susu Lani. Menurunkan badannya menghadap ke arah memek Lani yang telah mekar. Suradi duduk bersimpuh dengan paha dan betis terlipat di lantai. Jari jemari tangannya menyangga paha bagian bawah Lani yang berdiri mengangkang. Mulutnya kemudian menciumi bibir-bibir memek Lani.
Ada desahan dan erangan lembut.
Lidah Suradi menari-nari di antara belahan memek Lani dengan sangat lincah. Menyesap lendir asinnya dan mengulum kelentitnya. Tapi Suradi belum juga menemukan G spotnya yang sejati.
Lani memang mendesah-desah merasakan rangsangan itu. Sedikit mengerang. Tapi denyaran memeknya tak mungkin membohongi Suradi bahwa Lani telah sepenuhnya terekstasi syahwatnya. Kalau Suradi menancapkan kontolnya saat itu, Lani paling hanya akan menempuh 2 atau 3 puncak kenikmatan orgasmenya.
Suradi dengan sabar terus mencari G-spot itu dengan lidahnya. Sampai akhirnya dia merasa sedikit putus asa dan menggigit kelentit Lani dengan lembut.
"Akhkhhkhhh..." Lani mengerang.
Suradi setengah terkejut menemukan ternyata G-spotnya ada di batang itil, yang harus dipermainkan dengan gigi-giginya. Suradi pun segera melakukan penemuannya itu.
Lani terkaing-kaing ketika G-spot yang tak diketahuinya berhasil ditemukan Suradi.
"Adduuhhh... ahhhhh.... oughhhhh.... ahhhh.... surrrr.... sudahhh... gua gak tahannhhh.... oughhhh.... ahhhh.... "
Tubuh Lani tampak mengejang-ngejang seperti orang terkena ayan. Mulutnya mulai menjerit pelan dan kedua tangannya meremas-remas susunya sendiri.
Di dalam pengaruh gigitan itil, Lani bergoyang-goyang seperti penyanyi dangdut.
"Surrrr... kontolllll... surrrrr...."
Tangan Suradi tak sanggup lagi menyangga pantat Lani yang mengejang-ngejang. Dia melepaskan sangaannya dan Lani hampir saja terjengkang. Dia rebah di lantai dan membukakan selangkangannya merindukan genjotan kontol.
Suradi dengan sigap merespon sikap Lani itu. Dia memasukkan kontolnya ke dalam lubang memek yang sudah menganga. Dengan posisi seperti push-up, Suradi menggenjot memek itu hingga terbeliak-beliak bibir-bibir dalamnya.
Lani menjerit-jerit seperti orang gila. Kedua tangannya memeluk Suradi dan mencakari punggungnya. Tidak menunggu lama, lendir seperti busa krim susu, bermuncratan di sepanjang batang kontol Suradi.
Hanya membutuhkan 10 menit genjotan untuk membuat memek Lani menggelenyar dan meledakkan lendir kenikmatan yang tak terkira.
"Suradiiiiiiiiii!!!!!" Jeritnya. "Gua kagak tahan mau muncrat sekarang!" Lani berkata sambil menjambak rambut Suradi yang agak gondrong. Tubuhnya melengking dan memeknya menyemburkan lendir krim berwarna putih yang sangat banyak.
Pada saat seperti itu, Suradi merasakan kontolnya seperti disedot-sedot oleh memek Lani. Dia tersenyum menikmati keindahan semprotannya sendiri.
"Aghghhhhh.... " Suradi menyemprotkan pejuhnya dengan sempurna.
"Ini, baru enak." Desis Suradi.
Suradi dan Lani tergeletak di lantai karpet merah. Tampak memek Lani penuh dengan lendir krim warna putih, paha dan betisnya yang panjang bergetar-getar.
"Enak sekali... enak sekali..." Desisnya.
Sementara itu di tempat pengintaiannya, kontol opik yang pendek dan kecil terlihat memerah karena ngecrot berkali-kali. Opik tidak sadar dia juga tengah diintip oleh Wati sang pelayan toko.
Mereka telah sepenuhnya telanjang ketika cahaya matahari siang semakin panas dan menyilaukan. Menyinari dua insan yang berbeda jenis kelamin dan warna kulit. Yang satu putih bagai kertas HVS dengan kelamin perempuan, yang lain coklat terang bagaikan kayu mahoni dengan kelamin jantan.
Dua insan itu, dalam ketelanjangannya yang sempurna, saling berpelukan erat dan dengan ke dua mulut mereka saling mengatup dan memagut satu sama lain, seakan mereka tidak akan pernah sekali-sekali pun melepaskannya. Atau mungkin mereka tidak tahu cara melepaskannya?
Kedua tangan mereka saling meremas buah pantat lawannya masing-masing. Batang kontol Suradi yang sudah menegang, tampak glandulanya menukik ke bawah, batangnya yang melengkung dijepit oleh bibir-bibir memek Lani yang telah mekar dan basah. Mulut kontol Suradi yang mungil tampak mengerjap-ngerjap seperti mulut ikan mencari makanan. Seakan-akan mulut kontol itu sedang berbicara dengan setitik lubang anus Lani yang mendenyut mengembang dan menguncup.
Sekarang syaraf-syaraf kesyahwatan Lani mulai merebak ke seluruh penjuru tubuhnya. Sepasang buah dadanya yang menggantung jatuh, mulai mengeras. Pada saat itulah Suradi melepaskan diri dari kuluman mulut Lani, membungkuk untuk menemukan puting kecoklatan yang semakin mengeras. Kedua tangan Suradi meraup bukit lembut itu agar bisa meremas-remasnya bersamaan dengan jilatan-jilatan lidahnya di puting. Secara bergantian dan berpindah-pindah, Suradi melakukan remasan-emasan dan jilatan-jilatan lidah itu, dari bukit payudara satu ke bukit payudara lainnya, dengan sangat tekun.
Lani melenguh halus. Dia menyukai semua sentuhan yang dilakukan Suradi pada bagian-bagian tubuhnya. Bibir-bibir memeknya mulai berdenyar. Menuntut perhatian lebih.
Suradi melepaskan mulutnya dari puting susu Lani. Menurunkan badannya menghadap ke arah memek Lani yang telah mekar. Suradi duduk bersimpuh dengan paha dan betis terlipat di lantai. Jari jemari tangannya menyangga paha bagian bawah Lani yang berdiri mengangkang. Mulutnya kemudian menciumi bibir-bibir memek Lani.
Ada desahan dan erangan lembut.
Lidah Suradi menari-nari di antara belahan memek Lani dengan sangat lincah. Menyesap lendir asinnya dan mengulum kelentitnya. Tapi Suradi belum juga menemukan G spotnya yang sejati.
Lani memang mendesah-desah merasakan rangsangan itu. Sedikit mengerang. Tapi denyaran memeknya tak mungkin membohongi Suradi bahwa Lani telah sepenuhnya terekstasi syahwatnya. Kalau Suradi menancapkan kontolnya saat itu, Lani paling hanya akan menempuh 2 atau 3 puncak kenikmatan orgasmenya.
Suradi dengan sabar terus mencari G-spot itu dengan lidahnya. Sampai akhirnya dia merasa sedikit putus asa dan menggigit kelentit Lani dengan lembut.
"Akhkhhkhhh..." Lani mengerang.
Suradi setengah terkejut menemukan ternyata G-spotnya ada di batang itil, yang harus dipermainkan dengan gigi-giginya. Suradi pun segera melakukan penemuannya itu.
Lani terkaing-kaing ketika G-spot yang tak diketahuinya berhasil ditemukan Suradi.
"Adduuhhh... ahhhhh.... oughhhhh.... ahhhh.... surrrr.... sudahhh... gua gak tahannhhh.... oughhhh.... ahhhh.... "
Tubuh Lani tampak mengejang-ngejang seperti orang terkena ayan. Mulutnya mulai menjerit pelan dan kedua tangannya meremas-remas susunya sendiri.
Di dalam pengaruh gigitan itil, Lani bergoyang-goyang seperti penyanyi dangdut.
"Surrrr... kontolllll... surrrrr...."
Tangan Suradi tak sanggup lagi menyangga pantat Lani yang mengejang-ngejang. Dia melepaskan sangaannya dan Lani hampir saja terjengkang. Dia rebah di lantai dan membukakan selangkangannya merindukan genjotan kontol.
Suradi dengan sigap merespon sikap Lani itu. Dia memasukkan kontolnya ke dalam lubang memek yang sudah menganga. Dengan posisi seperti push-up, Suradi menggenjot memek itu hingga terbeliak-beliak bibir-bibir dalamnya.
Lani menjerit-jerit seperti orang gila. Kedua tangannya memeluk Suradi dan mencakari punggungnya. Tidak menunggu lama, lendir seperti busa krim susu, bermuncratan di sepanjang batang kontol Suradi.
Hanya membutuhkan 10 menit genjotan untuk membuat memek Lani menggelenyar dan meledakkan lendir kenikmatan yang tak terkira.
"Suradiiiiiiiiii!!!!!" Jeritnya. "Gua kagak tahan mau muncrat sekarang!" Lani berkata sambil menjambak rambut Suradi yang agak gondrong. Tubuhnya melengking dan memeknya menyemburkan lendir krim berwarna putih yang sangat banyak.
Pada saat seperti itu, Suradi merasakan kontolnya seperti disedot-sedot oleh memek Lani. Dia tersenyum menikmati keindahan semprotannya sendiri.
"Aghghhhhh.... " Suradi menyemprotkan pejuhnya dengan sempurna.
"Ini, baru enak." Desis Suradi.
Suradi dan Lani tergeletak di lantai karpet merah. Tampak memek Lani penuh dengan lendir krim warna putih, paha dan betisnya yang panjang bergetar-getar.
"Enak sekali... enak sekali..." Desisnya.
Sementara itu di tempat pengintaiannya, kontol opik yang pendek dan kecil terlihat memerah karena ngecrot berkali-kali. Opik tidak sadar dia juga tengah diintip oleh Wati sang pelayan toko.