Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT KISAH PETUALANGAN SURADI

Lin-lin nya keder, Don Juan alias suradinya gak peka.. mending ngopi we lah.. 😂
 
Anjiiir euy rame kieu mang caritana ,,, katinggaleun maca na,,, komen hla we nya ngke dicicil macana
 
Ketika suatu "kecemburuan" di buat lumrah....hipnotaizing tenan Pe o Ve ne ...
Trus berkarya..karna kami suka...
 
15

Melinda terdiam. Dia memperhatikan dengan teliti hasil print out itu.
"Kamu sudah tanyai juga anak buah Suradi mengenai Winda ini, Des?"
"Itu sudah pasti, Bu."
"Bagaimana menurut mereka? Anak buahnya?"
"Ibu tidak ingin tanya bagaimana pendapat istrinya?" Tanya Desti.
"Tidak perlu."
"Mengapa, Bu?" Tanya Desti
"Kamu sudah tahu jawabannya, Des." Kata Melinda dengan nada tawa yang kering.

Desti tertawa dengan agak tersedak.
"Desti ingin dengar pendapat ibu mengenai Bu Iis." Kata Desti.
"Suradi tidak mencintainya." Kata Melinda, tenang dan yakin.

Desti tersenyum.
"Persis."
"Dan anaknya, siapa namanya?" Tanya Melinda.
"Reyhan." Jawab Desti.
"Reyhan bukan anak Suradi."

Desti tertawa keras. Kebanggaannya sebagai detektif kena tamparan keras.
"Luar biasa, ibu jenius. Cocok jadi detektif." Kata Desti.
"Itu gampang saja Des, mereka telah menikah selama 17 tahun tapi Reyhan usianya 18 tahun. Gampang kan?"
"Menurut ibu, kalau Suradi tidak mencintai Bu Iis, lalu apa yang menyebabkan dia bertahan selama 17 tahun pernikahan?" Tanya Desti.
"Hm. Itu juga gampang." Kata Melinda. "Harga diri, Des. Laki-laki itu memiliki harga diri setinggi langit. Pasti Suradi punya hutang budi pada Bu Iis." Kata Melinda.
"Ibu tahu apa hutang budinya?"
"Tidak. Saya tidak tahu."
"Suradi punya 2 orang adik perempuan, namanya Surahmi dan Sumarni. Keduanya menjadi guru atas jasa dan usaha Bu Iis." Kata Desti.
"Rahmi dan Marni jadi guru? ho ho ho... cocok. Mereka cocok jadi guru."
"Ibu kenal dengan mereka?"
"Sudah. Itu tak perlu dibahas." Kata Melinda, selintas dia teringat pada kedua adiknya Suradi itu, Rahmi dan Marni. "Sekarang kamu jelaskan pendapat anakbuahnya, Des."
"Menurut ibu itu penting?"
"Sangat." Kata Melinda. "Suradi itu bukan seorang Bos. Tapi dia adalah seorang leader, seorang pemimpin. Des, kalau kau ingin mengetahui kualitas seorang pemimpin, kau harus bertanya kepada anak buahnya. Kalau kau bertanya pada musuhnya, mungkin mereka akan mencacinya. Kalau kau bertanya pada kawannya, mungkin mereka akan memujinya. Tapi kalau kau bertanya kepada anak buahnya... kau akan tahu semua keburukannya." Kata Melinda dengan tenang dan pasti.
"Dan juga kelebihannya." Tambah Desti.
"Persis." Kata Melinda. "Tapi saya ingin kau lebih detil tentang Winda ini."
"Mereka saya duga bertemu ketika Suradi mendapat proyek APBN untuk merehabilitasi gedung sekolah di SMA Sukaharja, Cianjur, di mana Winda sekolah. Entah bagaimana kejadiannya, mereka saling jatuh cinta. Menurut beberapa mandor senior, Suradi sering menghabiskan banyak waktu dengan Winda. Menikahinya secara siri dan membelikan cewek abg itu rumah yang juga sekaligus warung kelontong di sekitar Pasar Muka, Cianjur. Suradi rutin mengunjungi rumah cewek itu sedikitnya 3 kali seminggu."
"Kamu yakin mereka saling mencintai?"
"Sangat yakin, Bu." Kata Desti. "Ketika Winda meninggal, Suradi mendekam di kamar kerjanya selama seminggu."
"Kamu pasti soal itu, Des?"
"Sangat pasti."

Melinda terdiam. Termenung. Dia kemudian meraih kertas print out itu dan menatapnya sebentar. Tiba-tiba saja Melinda tersenyum.
"Tentu saja dia tidak mengenaliku." Katanya dalam hati. "Dia pasti teringat Winda yang dicintainya. Hm, cewek itu pasti punya kelebihan." Desis Melinda.
"Ibu kenapa tiba-tiba tersenyum?" Tanya Desti.
"Kau tidak dibayar untuk menyelidik aku, Des." Kata Melinda.

Desti tertawa.

"Semua anak buahnya tidak ada satu pun yang tidak memujanya. Mereka menganggap Suradi manusia setengah dewa." Kata Desti. "Tapi sebagian ada juga yang menyesalkan kalau bosnya itu adalah seorang cassanova."
"Seorang cassanova, heh? Tentu saja. Dia punya segalanya untuk menjadi cassanova." Kata Melinda datar.
"Terkadang... saya juga ingin mencobanya, Bu." Kata Desti dengan setengah melamun. "Bu Siska mengatakan dia bisa memuaskan..."
"Tutup mulut kamu! Jangan coba-coba berpikir ke situ. Jangan pernah coba-coba, mengerti?"

Desti tiba-tiba saja tertawa. Dia tertawa terbahak-bahak dengan penuh kemenangan.

"Saya mengerti, Bu. Saya mengerti." Kata Desti. "Ibu baru saja menjawab pertanyaan saya dengan jujur." Katanya dengan nada masih menahan tawa.
"Dasar detektif sialan!" Kata Melinda dengan kesal.
"Saya kan perlu tahu juga motif ibu menyuruh saya menyelidiki Suradi." Katanya dengan nada penuh kemenangan. "Sekarang informasi terakhir, bu, mohon transfer dulu sisa pembayarannya."

Melinda bangkit dari duduknya dan mengambil HPnya di atas meja, "10 Juta lagi kan? Sesuai perjanjian."
"Betul, Bu. 10 juta lagi."
"Nih, lihat... sudah saya transfer." Kata Melinda sambil memperlihatkan HPnya.
"Baik, terimakasih, bu. Informasi terakhir yang mungkin ibu tidak percaya, kira-kira satu tahun yang lalu, Suradi mengetahui kalau Bu Iis telah berselingkuh."
"Apa? Kamu serius?"

Desti tersenyum.
"Saya serius, Bu."
"Kamu punya bukti?"
"Tentu saja. Ini." Desti memperlihatkan sebuah flashdisk, menggoyang-goyangkannya di depan wajah Melinda. "Tambahin 2 juta buat flashdisk ini ya bu."
"Saya belum tahu isinya." Kata Melinda. "Bisa saja kamu mengada-ada."
"Tidak. Ini asli rekaman CCTV."
"Dari mana kamu dapat rekaman itu?" Tanya Melinda.
"Dari laptop Suradi sendiri." Kata Desti. "Dia memasang CCTV di kamar tidurnya."
"Baik, saya tambahin 2 juta." Melinda kemudian memijit-mijit HPnya. "Sudah. Done. Terkirim."
"Terimakasih, Bu. Saya permisi. Kalau ada job lagi, jangan lupa panggil saya."
"Tunggu." Kata Melinda.
"Ada apa lagi, bu?"
"Bagaimana cara kamu mendapatkan rekaman ini?" Tanya Melinda sambil mengacungkan flashdisk.
"Gampang, bu. Saya menyelinap masuk ruang kerja Suradi melalui jendela, lalu menyalakan laptopnya. Passwordnya winda. Terus search video, tidak kurang dari 15 menit saya menemukannya. Sangat mudah." Kata Desti di ambang pintu. "Permisi, bu."
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd