Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT KISAH PETUALANGAN SURADI

Bimabet
Gelar sarung dulu ahh....nunggu suradi...:donat::kentang::racun:
 
Gelar sarung dulu ahh....nunggu suradi...:donat::kentang::racun:
 
16


SERENADE CINTA YANG HILANG

Setelah Desti pergi, Melinda mencolokkan flashdisk itu di laptopnya dan membuka file WMA rekaman dari CCTV itu. Seorang lelaki dengan rambut tersisir rapi, berkumis dan berperut gendut tampak sedang menurunkan celana panjang sekaligus celana dalamnya, dengan kontolnya yang kecil itu dia langsung menggenjot Bu Iis selama kurang lebih 3 menit, lalu lelaki itu mengalami orgasme dan kemudian memakai kembali celananya. Mereka duduk di bibir ranjang dan mengobrol sekitar 5 menit. Setelah itu lelaki berkumis itu pergi. CCTV itu merekam bagaimana Iis duduk di bibir ranjang sendirian seperti melamun selama 15 menit.

Melinda melihat dengan teliti, angka-angka yang menunjukkan durasi lama waktu, tanggal bulan dan tahun. Semua asli.

Melinda tiba-tiba saja menangis. "Kaka...kaka..." Isaknya. "Kamu tidak bahagia. Kamu tidak bahagia... Kaka... huk.. huk.. huk... kaka..."

Seharian itu Melinda hanya menangis di karpet bulu angsa yang lembut itu sambil memeluk HP yang menampilkan foto selfie dirinya dan Suradi.

***

Untuk kesekian kalinya, mereka bertemu di meja pojok lantai 2 Kafe Fizzis. Lin lin menangis karena gagal dalam UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan Mami memintanya untuk tidak kuliah tapi ikut kursus memasak kepada tantenya Mami, Miranda Liem, di Jl. Pagarsih. Suradi menghiburnya dan menjelaskan bahwa kursus memasak yang diusulkan Mami bukan ide buruk.
"Kamu nanti bisa buka restoran, atau setidak-tidaknya kamu bisa memasak makanan kesukaan kamu." Kata Suradi. "Kamu jangan nangis, ya sayang. Kaka enggak tahan lihat airmata kamu." Kata Suradi sambil membelai rambut Lin lin dan menciumi kening, mata, hidung dan bibir gadis itu.
"Kaka... Lin lin ingin nikah sama kaka."
"Kaka juga ingin nikah sama Lin lin."
"Ka... bagaimana ya rasanya nikah?"
"Enggak tahu sayang, kaka belum pernah mencobanya."
"Kaka mau?"
"Mau apa?"
"Mau mencobanya."
"Mau." Kata Suradi muda lembut.
"Kapan?"
"Enggak tahu."
"Di hotel yu."
"Hayu. Tapi kaka belum punya uang."
"Lin lin punya."
"Jangan, punya kamu tabung aja dulu. Gini aja, sayang, Gimana kalau Kaka nerima tawaran kerja Pak Suroso di Tanah Abang. Upah mandornya sangat besar, tapi kaka harus ke Jakarta dan enggak pulang selama 3 bulan. Setuju enggak?"
"Tapi 3 bulan ya ka? Lama sekali."
"Enggak, enggak lama. Pulang nanti kaka bisa bawa uang banyak. Cukup untuk ke hotel atau ke mana saja yang Lin lin mau?"
"Kalau Lin lin kangen gimana?"
"Kalau kamu kangen, pejamkan mata... ayo pejamkan mata. Terus ingat ini..." Sebuah ciuman yang lembut dan lama mendarat di bibir Lin lin. Rasanya nikmat sekali. "Nah, kalau kangen kamu ingat itu, ya."

Lin lin menatap Suradi.
"Lagi." Katanya.

***

Suradi pergi ke Jakarta dan Lin lin ikut kursus memasak. Mereka diam-diam memendam kebahagiaan menunggu hari tertentu yang telah mereka rencanakan.

***

Sepagi itu Alex sudah berteriak-teriak.
"Gembiiilllll, cepat dong. Keburu siang."
"I ya, i ya sebentar. Ini lagi pake celana."
"Makanya jangan gembrot kayak gajah, jadinya lemot." Kata Alex

Lin lin diam saja. Dia berjalan mendekati Alex yang sudah siap dengan motor supra terbarunya, yang dibelikan mami sebulan lalu. Lin lin duduk di belakang Alex, pantatnya menghabiskan setengah jok lebih sehingga Alex sedikit terdorong ke depan. Shockbreaker dan ban belakang motor itu langsung saja terlihat kempes.
"Hadeuhhhh... sial banget nih bawa anak gajah." Kata Alex merutuk.

Mereka ke luar halaman rumah dan langsung masuk ke jalan dipatiukur, motor melaju kencang karena Alex terburu-buru ingin sampai di tujuan dengan cepat. Alex menyalip angkot yang melaju ogah-ogahan sambil mencari penumpang. Lalu tarik gas untuk melajukan motor lebih cepat.

Sebuah angkot yang penuh penumpang, berlari kencang melewati motor Alex. Alex merasa panas dan menarik gas dengan kencang untuk menyalip angkot tersebut. Tapi tiba-tiba saja angkot itu berhenti dan Alex dengan sigap menginjak rem. Cekittttttt. Hampir saja motornya mencium bemper belakang angkot.

Alex kemudian melajukan kendaraannya dengan sangat cepat. Dia merasa ringan berkelak-kelok di antara ramainya lalu lintas kota Bandung. Dengan tangkas dan lugas dia melewati berbagai jebakan macet dan tiba di Jl. Pagarsih 5 menit lebih cepat.

Tapi ketika berhenti, Alex baru sadar, penumpang yang duduk di belakangnya itu sudah tidak ada.
"Pantesan ringan." Katanya sambil tertawa kering.

***

Melinda terjungkal persis di depan rumah sakit Boromoeus. Helmnya terlontar karena tali pengaitnya tidak direkatkan. Belakang kepalanya membentur tanah dan dia langsung pingsan. Beberapa orang segera membawanya ke UGD dan seorang dokter senior yang pagi itu baru tiba, memeriksanya.
"Dia pingsan. Dia mengalami gegar otak ringan." Kata Dokter itu.

Tapi sejak itu, Melinda tidak bangun selama 6 bulan.

***

Selama 6 bulan, Melinda mengalami koma alias mati suri. Dia menjadi fenomena di bidang kedokteran dan ramai dibicarakan oleh para pakar Neurolog (dokter spesialis otak dan syaraf). Ternyata, sejak lahir Melinda memiliki kelainan hormon otak yang mengendalikan rasa laparnya. Sehingga dia selalu merasa lapar dan tak pernah kenyang sejak bayi.
"Padahal bentuk tulangnya kecil dan didisain dari sananya untuk menopang daging yang tidak besar." Kata seorang neurolog menjelaskan kepada Mami. Mami datang ke rumah sakit itu 4 hari setelah kejadian, dia melapor kepada polisi bahwa anaknya hilang. Dan polisi yang mendapat laporan dari rumah sakit ada anak gemuk mengalami kecelakaan, tapi tidak diketahui identitasnya, langsung membawa mami ke rumah sakit.
"Kami mohon ibu bersabar. Putri ibu tidak meninggal. Dia masih hidup. Gegar otak yang dialaminya memang telah merusak sebagian fungsi-fungsi hormon di otaknya, termasuk kelainan hormon yang diderita putri ibu sejak lahir. Kami semua di sini sedang berupaya untuk mengatasinya."
"Apakah dia akan sembuh, dok?" Tanya Mami.
"Tentu. Saat ini di dalam otaknya tengah terjadi suatu proses pemulihan dan tubuhnya juga sedang melakukan recovery secara aneh. Kami bahkan tidak perlu menginfusnya, karena di dalam tubuh putri ibu itu tersedia banyak makanan. Jadi Ibu tunggu saja, bersabar dan berdoa."

***

Pulang dari Jakarta, Suradi berhasil mengumpulkan uang sebanyak 3 juta rupiah. Sebuah jumlah yang cukup fantastis pada saat itu. Dia langsung menuju rumah Lin lin dan mencari mang Ujang untuk menyampaikan pesan. Tapi rumah itu tampak sepi. Tidak ada siapa-siapa.

Dia kemudian ke kafe Fizzis, duduk di meja pojok lantai 2. Memesan jus alpukat. Berharap Lin lin datang terengah-engah menaiki tangga itu dengan wajah berseri. Tapi harapannya tersangkut di kursi kosong yang diam membeku.

Setiap hari, dia ke rumah Lin lin lalu pergi ke kafe. Duduk menunggu. Tapi Lin lin tak pernah datang.

Suatu hari, pada hari ke 44 dia pergi ke rumah Lin lin, Suradi melihat ada orang yang tengah mengeluarkan perabotan-perabotan rumah. Dia lalu bertanya kepada orang itu mengapa memindahkan perabotan.
"Oh, kami tak suka dengan perabotan tua ini. Kami akan membuangnya!" Kata orang itu. Ternyata orang itu adalah pemilik baru rumah Lin lin. Rumah itu telah dijual.

Suradi tak pernah lagi mendatangi rumah itu. Tetapi setiap sore, selama 1 jam, setiap hari, selama seminggu, sampai 3 bulan berikutnya, dia selalu datang di meja pojok lantai 2 kafe itu memesan jus alpukat. Menunggu Lin lin.

Tapi Lin lin tak pernah datang.

***
Ini ne....a good stories...bau bau legend ni ntar
 
Wooow jd melinda itu sebenernya cinta pertama suradi toh....
 
Eh ya suhu baru ngeh nih, beberapa pertanyaan aja suhu, tentang suradi lin lin apakah dulu ketika mereka deket, suradi pernah berjumpa dengan dengan keluarganya..? Kalo pernah, berarti ada kemungkinan suradi kenal sama alex dan maminya di masa sekarang, yang bentuk perawakan nya dulu sama sekarang tidak akan jauh berbeda seperti yang terjadi di kondisi lin lin..
Pernah. Tapi Maminya di Jakarta dan Alex di Surabaya. Sayang seribu sayang Suradi tidak sempat menemukan mereka
 
METAMORFOSIS LIN LIN

Empat orang dokter bedah spesialis berteriak kegirangan. Mereka mengelilingi sesosok tubuh putih bagai pualam, telanjang.
"Heh, elu jangan liatin memeknya terus entar dia bangun tahu rasa lu." Kata salah seorang dokter.
"Dia yang mana maksud lu? Yang itu..." Katanya sambil menunjuk ke selangkangan si dokter. "Atau yang itu." Dia lalu menunjuk mata gadis remaja telanjang yang terpejam itu.
"Elu juga jangan pegang-pegang nenennya, gila lu."
"Udah, udah. Ini tinggal tulang hidungnya kita benerin dikit."
"Kita tarik dulu kulit arinya sampai kencang, pusatkan semuanya di titik pulposes..."
"Eh, elu jadi ga ngambil rumah di arcamanik?"
"Enggak, kayaknya gua mau pindah ke Garut. Anak lu gimana? Jadi kursus robotikanya?"
"Hey, sini pisaunya, potong di sini."

Ke empat orang dokter bedah sambil berbincang santai melakukan pekerjaannya dengan serius. Setelah 3 jam, mereka ke luar dari ruang bedah itu dan minum kopi di kantin.

***

Lin lin terbangun dengan kepala pusing. Hidung dan matanya terasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. Dia terhuyung-huyung turun dari ranjang putih itu menuju wastafel. Di depan cermin dia menjerit.

Seorang suster berlari dan mendekatinya. Maminya datang dari balik pintu dan berteriak.
"Lin lin!"
"Ibu tunggu dulu di luar." Kata Suster itu. Suster lain datang mendekat.
"Mami." Kata Lin lin. "Saya ada di mana?"
"Di rumah sakit." Kata Suster itu.
"Saya kenapa? Saya kenapa? Kaka... kaka...mana kaka..."
"Lin lin tenang dulu ya." Kata Suster sambil menyuntikan sesuatu ke lengannya. Lin lin merasa lemas dan mengantuk.
"Ajaib, dia siuman. Psikolognya udah datang?"
"Nanti siang."
"Dokter Anton panggil dan dokter Sumandono, mereka penanggung jawab program."

***

Sebelum akhirnya diperbolehkan pulang, Lin lin diperiksa secara kontinyu selama 2 minggu oleh seorang psikolog. Dia dievaluasi mentalnya atas perubahan fisiknya yang drastis. Psikolog itu menyatakan Lin lin normal dan bisa menerima keadaan dirinya dengan baik.
"Tetapi saya selalu ingat kaka, dok." Kata Lin lin.
"Apakah anda khawatir tentang dia?"
"I ya, dok. Kami janji mau menikah."
"Oh, begitu ya?"
"Saya khawatir dia menunggu dan mencari saya. Apakah dokter melihat kaka?"
"Mmmm, saya tidak mengenal kaka yang anda maksud. Boleh tahu namanya?"
"Namanya Suradi. Orangnya ganteng."
"Ya ya ya. Nanti kita lihat di daftar tamu yang berkunjung ya."
"Kaka bilang kalau saya kangen saya harus memejamkan mata... dok, dia mengecup saya." Kata Lin lin, air matanya menetes.
"Nanti juga kaka pasti datang." Kata Psikolog itu. "Atau kamu yang mendatangi dia."
"Dok, saya boleh pulang?"
"Boleh. Tunggu dijemput mami ya."

***

"Mami, kenapa rumah kita jadi kecil? Kenapa kita tinggal di sini?"
"Biar deket sama tempat kerja mami. Rumah yang dulu sudah dijual buat biaya rumah sakit."
"Mami ke mana kak Alex?"
"Dia ke surabaya, kerja."
"Mami, kenapa lin lin jadi lebih cantik dari mami?"

Mami tersenyum.
"Ini adalah keberuntunganmu, nak."

***

Lin lin mengikuti UMPTN untuk kesempatan ke 2 dan dia berhasil masuk ke Fakultas Ekonomi UNPAD jurusan manajemen bisnis. Entah bagaimana, dia tiba-tiba menjadi sangat cerdas dan mampu menyelesaikan kuliahnya selama 7 semester dengan predikat Summa Cum Laude. Lin lin kemudian melamar kerja di Bank Halim yang merupakan bagian dari Handono Halim Group. Selama tiga tahun bekerja, karirnya meroket dan berhasil menduduki jabatan Kepala Cabang Utama Bandung, lalu dia ditarik ke Perusahaan Pusat dan menduduki jabatan yang sangat strategis.

Di perusahaan itu tak ada seorang pun yang tahu Lin lin si Gembil. Mereka hanya tahu Melinda Liem "the killer". Prestasinya sebagai wanita karir belia yang tidak bisa dibilang main-main adalah membangun kembali anak perusahaan Global Cipta Mandiri yang sedang sekarat menjadi perusahaan yang sehat, kuat dan menguntungkan. Bahkan dia langsung dipanggil oleh Papa Handono, CEO Halim Group, untuk mendapat ucapan selamat, gaji tinggi dan fasilitas terbaik perusahaan.

Atas usul Papa Handono, Mami, Rekan sejawat dan beberapa pertimbangan lain, Melinda memutuskan untuk menikah dengan Winardi Gilbert Halim, anak ke 2 dari Handono Anton Halim. Mereka berbulan madu ke lombok dan australia selama seminggu, lalu kembali lagi ke Jakarta untuk bekerja.

Setelah 12 tahun menikah, mereka tak juga dikaruniai keturunan. Hal tersebut membuat Papa Handono menilai bahwa Melinda terlalu keras bekerja. Dia menginginkan cucu dari Melinda, karena itu dia dipindahkan ke Bandung yang pekerjaannya lebih santai.

Tapi setelah setahun, masih belum juga bunting-bunting perut Melinda. Padahal menurut laporan yang diterima Papa Handono, Winardi tinggal di Bandung sedikitnya 3 hari dalam seminggu.

Papa Handono curiga, jangan-jangan Melinda mandul.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd