Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT KISAH PETUALANGAN SURADI

Bimabet
36

Suradi duduk di pinggir ranjang dan mencium mata Melinda yang mengembang air mata.
"Maafkan kaka."
"Pedihh..." Kata Melinda, manja. "Tapi...eennak."
"Kamu suka sayang?"
"Ka... terusin..."
"Tapi katanya tadi pedih."
"Aa.. aahh..." Kata Melinda dengan manja, dia memeluk lengan Suradi. "Ga mau... terusin..."

Suradi menatap wanita itu di matanya. Dia melawan balik. Mereka saling tatap lama sekali.
"Ka..." Bisik Melinda. "Terusin ya."
"Kalau sakit lagi gimana?"
"Ga pa pa. Tadi sebetulnya enak banget... cuma..."
"Cuma apa?"
"Ka... boleh lihat ga dari deket?"
"Apanya?"
"Itunya."
"Boleh, nih."
"Dipegang ya... hi hi hi... lucunya kamu." Kata Melinda pada kontol Suradi yang masih tegang. "Mulai sejak saat ini, kamu enggak boleh nyari yang lain." Kata Melinda lagi. "Enggak boleh nakal, kamu cuma buat aku seorang." Katanya.

Suradi tersenyum menyaksikan tingkah Melinda. Dia jadi teringat kepada Winda. Ah, sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu.

"Mau terus bercanda atau terus diterusin." Kata Suradi lembut.
"Becanda dulu bentar." Kata Melinda, ekpresi wajahnya sama sekali tidak memperlihatkan seorang eksekutif top. "Kaka sini cium lagi bibir Lin lin." Katanya.
"Dari awal lagi sayang?"
"Ga pa pa kan, Ka?"
"Ga pa pa. Kaka seneng koq bisa ciumin seluruh tubuh kamu."
"Sungguh?"
"Ya. Sungguh."

Mereka berciuman di bibir dan memulai lagi dari awal dengan lebih lembut dan tenang.

Melinda bahkan tidak banyak bersuara, dia hanya tersenyum kecil sambil menggigit bibir. Pemanasan yang panjang dan menyenangkan itu akhirnya tiba juga di ujung. Suradi memasukkan kontolnya ke dalam memek Melinda dan kemudian menggenjotnya. Wanita itu kini sudah mempersiapkan diri meraih semua sensasi yang bisa dipersembahkan oleh seorang lelaki sejati untuk dirinya.

Namun, meskipun dia sudah bersiap, ternyata Melinda keliru. Semua keliru. Dia tak pernah bisa mempersiapkan diri untuk dilontarkan ke langit ke tujuh lalu terkapar sendirian di daratan bulan yang super sunyi. Dia berputar sendiri melayang melewati bintang-bintang dan galaksi dalam kecemerlangan gelap yang sempurna.

Ketika cahaya hangat itu menyiram ketelanjangan tubuhnya, Melinda merasa nyaman. Sangat nyaman.
"Aku ke luar di dalem. Banyak." Bisik Suradi.
"Aku ada di bulan." Jawab Melinda. "Peluk."

Ketika Suradi memeluknya, Melinda berada di tengah pulau kecil terpencil di tengah samudra biru yang luas. Dia tak merasa khawatir atau cemas. Dia juga tak perlu berpikir.

Tapi dering telpon itu menggangu sekali.
"Sayang, bangun. Telpon dari Mami."
"Mmhhhmhh..."


37

Melinda terbangun jam 7 malam. Tapi dia merasa cuma tidur 5 menit. Suradi ke luar dari kamar mandi dengan dililit handuk pada pinggangnya.
"Tadi pagi kaka jemput mami di hotel, sekarang dia ada di sebelah." Kata Suradi "Kaka udah ngobrol banyak sama Mami. Seharian bahkan."

Melinda menatap Suradi dengan tatapan seperti bermimpi.
"Kamu belum makan sejak pagi. Nanti kita makan malam sama Mami ya?" Kata Suradi.

Tapi Melinda diam. Dia menatap Suradi dengan sayu.
"Kamu kenapa sayang?" Kata Suradi, dia lalu duduk di pinggir ranjang dan menatap Melinda. "Kamu lapar?"

Melinda menggeleng.
"Sakit?"
Menggeleng lagi.
"Jangan diem aja atuh, yuk sini. Mandi dulu."

Melinda menolak pegangan tangan Suradi. Dia menunduk. Airmatanya menetes di pipi. Suradi mengangkat dagunya.
"Kamu... kamu menyesal?"

Melinda mengangguk.

Suradi menarik nafas panjang dan berat. Dia merasa bersalah. Tiba-tiba Melinda mencekik mesra Suradi dari belakang.
"Menyesal kenapa enggak dari dulu." Katanya dengan mengikik. Suradi terbelalak, tapi terlambat, dia dihajar ciuman yang bertubi-tubi oleh Melinda.
"Lagi kaka, lagi!" Kata Melinda sambil menggesekkan dadanya ke punggung Suradi.
"Makan dulu."
"Gak mau! Pengen lagi!" Melinda berkata sambil menarik handuk yang melilit di pinggang Suradi dan melemparkannya jauh ke kursi.
"Makan dulu, sayang. Kamu nanti lapar."
"Bodo amat!" Katanya. "Kaka, ngentot lagi yuk."
"Makan dulu." Kata Suradi
"Gak mau, ngentot dulu."
"Pokoknya kamu makan dulu." Kata Suradi, tegas.

Melinda tiba-tiba membalikkan badannya. Dia menelungkup di kasur sambil menangis menggerung-gerung.
"Huk... huk... huk... gak mau... pengen ngentot dulu..."
"Jangan nangis sayang."
"Biarin! Huk... huk.. huk... kakaaaaa... pengen ngentoootttttt."

Akhirnya Suradi mengalah. Malam itu dia mengentot Melinda berkali-kali. Sampai akhirnya Melinda terlelap dan bangun siang pada keesokan harinya.
 
SAYA DAN SUMANDONO

Terkait dengan banyaknya dugaan dan pertanyaan, apakah saya dengan @Sumandono itu adalah orang yang sama, maka saya perlu klarifikasi bahwa kami adalah orang yang berbeda.

Kami memang bersahabat sejak SD, sekelas dari kelas 1 s/d kelas 6 dan kemudian di SMP kami sekelas di kelas 8 dan 9. Meskipun begitu, usia Suman lebih tua 3 tahun dari saya. Soalnya, saya masuk SD lebih awal 2 tahun dan Suman telat 1 tahun.

Setelah SMP, saya pindah ke Jakarta dan meneruskan SMA serta kuliah di sana. Walau kami jarang berkomunikasi, tapi kami masih tetap berteman. Suman pernah kuliah di Unikom jurusan design grafis, namun berhenti di semester 2. Dia tidak pernah menceritakan kepada saya mengapa dia berhenti kuliah. Dia kemudian bekerja di sebuah minimarket, di situ dia bertemu dengan istrinya.

Setelah 5 tahun bekerja di minimarket, mereka berdua ke luar dan membangun minimarket mereka sendiri. Mereka membeli sebuah rumah di pinggir jalan yang cukup ramai dan merenovasinya.

Saya bertemu lagi dengan Suman ketika merenovasi rumah itu, sebab saya yang menjadi pemborongnya. Sejak itu, kami sering bertemu dan kongkow-kongkow di depan minimarketnya sambil minum kopi.

Sejak kecil, Suman adalah seorang pemberani. Dia tidak pernah takut pada siapa pun kecuali sama istrinya.

Ketika dia menulis kisah tentang Suradi di forum ini, saya benar-benar merasa sebal dan jengkel. Dia mencatut karakter saya di dunia nyata ke dalam dunia imajinasinya. Kalau saya protes, dia hanya tertawa terkekeh-kekeh dan menantang saya, "Coba kamu hentikan imajinasi aku kalau kau bisa."

Tentu saja saya tidak bisa.

Kami juga pernah bersama-sama mengikuti kursus "Menulis Kreatif" yang diselenggarakan oleh sebuah penerbit di Bandung. Oleh karena itu, jika kami memiliki kemiripan dalam teknik menulis, saya kira wajar. Kami berguru pada guru yang sama.

Ketika tablet 10 inchinya yang sering bermasalah itu hilang, dia mengeluh bahwa para pembaca setia tokoh Suradi di forum ini, sangat menunggu-nunggu Up date-nya.
"Kasihan, mereka nanti penasaran." Katanya.
"Bodo." Kata saya.
"Tolongin apdetin dong. Kamu bikin akun baru di semprot."
"Memangnya kenapa dengan akunmu sendiri?" Tanya saya heran.
"Aku lupa password akun semprot dan juga lupa password emailnya, jadi enggak bisa bisa mereset." Katanya. "Dulu di tablet itu semuanya otomatis disimpan, jadi aku enggak pernah menghafal passwordnya."
"Elu bikin akun baru saja apa susahnya." Kata saya.
"Enggak bisa bro, soalnya leptop sama smartpon dikuasai Polda. Aku enggak bisa ganggu."
"Kan elu masih punya HP, pake hp itu aja."
"Ini, enggak bisa juga. Ini khusus buat kerja."
"Ah, ribet lu ah." Kata saya.
"Nanti saya kirim lewat Wa ya, terus kamu apdet. Setuju?"

Saya tidak pernah menyatakan setuju tapi Suman kemudian mengirim apdetannya. Ya, sudah. Saya akhirnya membuat akun bernama @MelancholyBlue , diambil dari sebuah judul lagu yang sangat lawas dari salah satu grup band favorit saya Queen.

"Nanti, kalau aku punya tablet baru, aku mau bikin akun lagi di semprot. Aku akan bikin cerita yang lebih mencengangkan dari Suradi." Katanya. "Tapi karakternya tetep aku nyomot dari kamu."
"Boleh." Kata saya. "Memang siapa yang sanggup menghentikan imajinasi seseorang? Gua juga bisa bikin kisah tandingan, tentang seorang petualang sex yang gila bernama Syuman Jono."
"Terus?"
"Gua pasti nyomot karakter elu. Ha ha ha..." Kata Saya.

Dia terdiam dan menarik nafas panjang. Dia tahu, dia tidak mungkin menghentikan imajinasi seseorang. Termasuk imajinasi saya.

Ha ha ha... Peace, Don. @Sumandono
From your bestfriend, Broddie. @MelancholyBlue


yups meski satu guru satu ilmu, tidak saling mengganggu
& dari awal kerasa kok bedanya, meski beberapa jurus ada kesamaannya
cuma makin kesini makin kerasa bedanya
 
SAYA DAN SUMANDONO

Terkait dengan banyaknya dugaan dan pertanyaan, apakah saya dengan @Sumandono itu adalah orang yang sama, maka saya perlu klarifikasi bahwa kami adalah orang yang berbeda.

Kami memang bersahabat sejak SD, sekelas dari kelas 1 s/d kelas 6 dan kemudian di SMP kami sekelas di kelas 8 dan 9. Meskipun begitu, usia Suman lebih tua 3 tahun dari saya. Soalnya, saya masuk SD lebih awal 2 tahun dan Suman telat 1 tahun.

Setelah SMP, saya pindah ke Jakarta dan meneruskan SMA serta kuliah di sana. Walau kami jarang berkomunikasi, tapi kami masih tetap berteman. Suman pernah kuliah di Unikom jurusan design grafis, namun berhenti di semester 2. Dia tidak pernah menceritakan kepada saya mengapa dia berhenti kuliah. Dia kemudian bekerja di sebuah minimarket, di situ dia bertemu dengan istrinya.

Setelah 5 tahun bekerja di minimarket, mereka berdua ke luar dan membangun minimarket mereka sendiri. Mereka membeli sebuah rumah di pinggir jalan yang cukup ramai dan merenovasinya.

Saya bertemu lagi dengan Suman ketika merenovasi rumah itu, sebab saya yang menjadi pemborongnya. Sejak itu, kami sering bertemu dan kongkow-kongkow di depan minimarketnya sambil minum kopi.

Sejak kecil, Suman adalah seorang pemberani. Dia tidak pernah takut pada siapa pun kecuali sama istrinya.

Ketika dia menulis kisah tentang Suradi di forum ini, saya benar-benar merasa sebal dan jengkel. Dia mencatut karakter saya di dunia nyata ke dalam dunia imajinasinya. Kalau saya protes, dia hanya tertawa terkekeh-kekeh dan menantang saya, "Coba kamu hentikan imajinasi aku kalau kau bisa."

Tentu saja saya tidak bisa.

Kami juga pernah bersama-sama mengikuti kursus "Menulis Kreatif" yang diselenggarakan oleh sebuah penerbit di Bandung. Oleh karena itu, jika kami memiliki kemiripan dalam teknik menulis, saya kira wajar. Kami berguru pada guru yang sama.

Ketika tablet 10 inchinya yang sering bermasalah itu hilang, dia mengeluh bahwa para pembaca setia tokoh Suradi di forum ini, sangat menunggu-nunggu Up date-nya.
"Kasihan, mereka nanti penasaran." Katanya.
"Bodo." Kata saya.
"Tolongin apdetin dong. Kamu bikin akun baru di semprot."
"Memangnya kenapa dengan akunmu sendiri?" Tanya saya heran.
"Aku lupa password akun semprot dan juga lupa password emailnya, jadi enggak bisa bisa mereset." Katanya. "Dulu di tablet itu semuanya otomatis disimpan, jadi aku enggak pernah menghafal passwordnya."
"Elu bikin akun baru saja apa susahnya." Kata saya.
"Enggak bisa bro, soalnya leptop sama smartpon dikuasai Polda. Aku enggak bisa ganggu."
"Kan elu masih punya HP, pake hp itu aja."
"Ini, enggak bisa juga. Ini khusus buat kerja."
"Ah, ribet lu ah." Kata saya.
"Nanti saya kirim lewat Wa ya, terus kamu apdet. Setuju?"

Saya tidak pernah menyatakan setuju tapi Suman kemudian mengirim apdetannya. Ya, sudah. Saya akhirnya membuat akun bernama @MelancholyBlue , diambil dari sebuah judul lagu yang sangat lawas dari salah satu grup band favorit saya Queen.

"Nanti, kalau aku punya tablet baru, aku mau bikin akun lagi di semprot. Aku akan bikin cerita yang lebih mencengangkan dari Suradi." Katanya. "Tapi karakternya tetep aku nyomot dari kamu."
"Boleh." Kata saya. "Memang siapa yang sanggup menghentikan imajinasi seseorang? Gua juga bisa bikin kisah tandingan, tentang seorang petualang sex yang gila bernama Syuman Jono."
"Terus?"
"Gua pasti nyomot karakter elu. Ha ha ha..." Kata Saya.

Dia terdiam dan menarik nafas panjang. Dia tahu, dia tidak mungkin menghentikan imajinasi seseorang. Termasuk imajinasi saya.

Ha ha ha... Peace, Don. @Sumandono
From your bestfriend, Broddie. @MelancholyBlue
Pertemanan saja sdh bisa menjadi kisah yg bagus...hehe
 
38

"Sur, si Lin lin kenapa dari kemarin enggak bangun-bangun ya? Mami aneh. Dia waktu di Jakarta, dia kayak kena insomnia. Paling lama tidur 3 jam."
"Enggak tahu, Mi. Dibangunin malah ah uh ah uh aja." Jawab Suradi. "Mi, makan siangnya mau di sini atau gimana?"
"Nunggu Lin lin aja. Mami sebetulnya agak kuwatir, kemarin Mami pengen ngomong kalau Pa Handono lagi diperiksa sama KPK."
"Ah, Mami. Tahu dari mana?"
"Ya, dari TVlah, dari mana lagi?" Kata Mami.

39

Siang itu Suradi terpaksa membopong Melinda ke kamar mandi dan memandikannya. Tetapi Melinda ngotot tidak mau. Dia hanya mau dimandikan kalau sambil dicoblos dari belakang sambil digosokin punggungnya menggunakan spons.
"Aduh enak aduh enak aduuuuh enak." Melinda bersenandung.
"Jangan lupa jangan lupa makaaaan siang." Balas Suradi ikut bersenandung sambil menggenjot dari belakang.
"Aghhhh... enaaak." Kata Melinda.
"Kamu udah ke luar?"
"Udah. Gantian, sekarang kaka. Di dalam ya."
"I ya. Siap? Satu... dua... tigaaaaaa.... akhhh.... enaaaaak."

40

Mereka makan siang di Kafe yang terletak tidak jauh dari losmen. Mami dan Suradi terpana melihat Melinda makan seperti orang kelaparan.
"Jadi inget dulu, Mi." Kata Suradi. "Waktu diajak makan di Kafe Fizzis di dago. Dia pengen semuanya."
"Dulu kalau Mami tahu kalian pacaran, pasti Mami ikut juga minta ditraktir." Kata Mami sambil tertawa lepas.
 
Gimana mau hamil ama om winardi orang lin lin aja masih perawan..
Mantap om pertemanannya abadi nan jaya
 
Kamu apa dia yg penting ada lanjutannya mantab lah
 
Hmmm jadi kepada siapa aku berterimakasih sekarang? Atas update update yang tetap lancar walaupun empunya trit menghilang?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd