Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT KISAH PETUALANGAN SURADI

Bimabet
Asyik kontinya Sur bersahabat dengan banyak wanita.
Bisa aja Gan TS buat percakapan ..... ;)
 
Tanggung, genapin ke 25 harusnya hu.....
Setiap update cerita kan, biasanya ada 1, 2, 3, 4 dan 5 kan..???

Nah, 1, 2, 3, 4 dan 5 kalo bisa di buat sekali update aja hu, dst....

Saran gw sih....

karna setiap cerita lu yang gw simpan di word ya kayak gitu gw buat......
Agak susah sih hu soalnya aku nulis sebisanya
Kalau lagi semanget, bisa banyak
kalau lagi seret ya... kadang cuma satu alinea

BTW: thangkyiu banget @AnJessTi udah baik banget
aku biasanya nulisnya langsung di semprot
jadi enggak sempet ngedokumentasiin

:ampun: :ampun: :ampun: :ampun:
 
Agak susah sih hu soalnya aku nulis sebisanya
Kalau lagi semanget, bisa banyak
kalau lagi seret ya... kadang cuma satu alinea

BTW: thangkyiu banget @AnJessTi udah baik banget
aku biasanya nulisnya langsung di semprot
jadi enggak sempet ngedokumentasiin

:ampun: :ampun: :ampun: :ampun:

Oke, up to you....
Soalnya kan cerita ini punya lu, gw mah apa atuh....

Hahahaha.....
 
21

Mereka kembali lagi ke meja VIP dan melanjutkan makan siang yang tertunda.

"Steaknya masih hangat." Kata Esther dengan senyum gembira. "Tekstur dagingnya sangat lembut dan gurih." Katanya lagi. Wajahnya yang semula agak kusam kini benar-benar tampak riang.

Setelah memeknya dipuaskan, sikap Esther menjadi sangat menyenangkan. Sambil makan, dia menceritakan berbagai hal kecil tentang kehidupan keluarganya, tentang anaknya yang lucu dan suami yang dicintainya.

Suradi tersenyum-senyum mendengar lelucon Esther tentang perusahaannya yang berada di ambang kebangkrutan.

22

Setelah kenyang dengan steak, Suradi memesan penutup berupa wine. Dia hanya minum sedikit saja sedangkan Esther minum cukup banyak. Tetapi Esther tidak cukup mabuk ketika menjelaskan bahwa pengajuan kredit yang dilakukan oleh Pak Handono itu sebetulnya agak mustahil.
"Soalnya, dokumen yang asli mengenai kelengkapan berkas pengajuan kredit itu masih dipertanyakan. Pak Sur paham maksud saya?"
"Entahlah, Bu Esther. Itu apa maksudnya?" Suradi berkata berpura-pura bego.
"Dari sistem manajemen dan informasi perusahaan, kita bisa tahu, bahwa semua dokumen asli itu belum masuk ke Bank. Jadi agak aneh kan pihak Bank mau mengucurkan kredit tapi dokumen agunannya belum ada. Mereka bodoh!"
"Maksudnya?"
"Huuuh, Pak Suradi ini koq lelet bener... eh, maaf. Saya tidak bermaksud menganggap Pak Suradi bodoh..."
"Tidak apa-apa, Bu Esther. Saya tahu kekurangan saya. Saya memang cukup berpengalaman dalam hal bangunan, tapi soal administrasi memang bikin pusing."
"Bukan dalam hal bangunan saja Pak Suradi berpengalaman, dalam mencoblos memek saya juga Pak Suradilah yang paling the bestttt."
"Bu Esther bisa saja."
"Pak Sur, terus terang ya kondisi keuangan saya sedang seret bener. Mau bantu beliin barang-barang kebutuhan saya enggak di supermarket, terutama susu buat anak saya."
"Boleh. Bu Esther jangan khawatir. Beli aja semua kebutuhan Bu Esther, nanti saya yang bayar."
"Sungguh?"
"Ya."
"Satu lagi saya minta tolong kepada Pak Suradi... nanti kalau sampai di rumah, mau kah Pak Suradi mengentot saya lagi... please, Pak. Memek saya masih pengen."
"Boleh." Kata Suradi dengan nada mantap. "Jadi, sistem informasi dan manajemen Halim Group ternyata bisa mendeteksi pergerakan dokumen ya?"
"I ya, Pak. Sistem itu dibangun oleh Bu Linda ketika menjadi Direktur Utama di PT Global Cipta Mandiri ini, lalu diterapkan di seluruh perusahaan yang lain di lingkungan Halim Group."
"Oh, begitu."
"I ya. Pak, yuk sekarang kita pulang."
"Yuk."

23

Suradi menemani Esther membeli barang-barang kebutuhannya di sebuah supermarket. Sambil mendorong roda troli yang penuh dengan barang belanjaan, Suradi terus memancing agar Esther berbicara tentang PT GCM dan Halim Group. Serta sebuah nama yang akan terus diingatnya: Santoso.

"Ada yang kelupaan Bu Esther." Kata Suradi ketika Esther sudah merasa cukup dengan barang-barang belanjaannya.
"Apa Pak Sur?"
"Mainan buat anaknya. Siapa namanya?"
"Silvi." Kata Esther. "Saya koq bisa lupa ya. Mengapa justru Pak Sur yang mengingatkan saya?"
"Carilah beberapa mainan yang bisa menyenangkan Silvi, Bu Esther."
"Oke siap." Kata Esther gembira.

24

"Saya sangat mencintai suami saya, Pak Sur." Kata Esther di dalam mobil. Mereka sedang meluncur menuju sebuah perumahan di daerah Jakarta Selatan, di mana rumah Esther berada.
"Ya, tentu saja. Itu sudah seharusnya."
"Saya tidak akan meminta cerai seperti yang dilakukan oleh istri Pak Sur. Saya akan memaafkan semua kesalahan suami saya walau pun dia berselingkuh."
"Itu bagus."
"Apa yang kita lakukan tadi di toilet itu bukan berarti saya mencintai Pak Sur."
"Tentu saja bukan."
"Saya tidak ingin Pak Sur meminta saya jadi istri Pak Sur."

Suradi tertawa.

"Tentu saja saya tidak akan meminta Bu Esther jadi istri saya." Kata Suradi, nadanya riang.
"Dengan semua kebaikan Pak Sur kepada saya... saya tak mungkin membalasnya."
"Tak perlu." Kata Suradi. "Kita jadi sahabat, sudah cukup bagi saya."
"Sahabat? Ah, i ya. Kita jadi sahabat saja." Esther tertawa mengikik. Tangannya kemudian menjulur ke arah celana Suradi. Esther membuka ritsluitngnya dan tangannya kemudian masuk ke dalam untuk menggenggam kontol Suradi yang langsung menegang.
"Kontol ini juga ikutan bersahabat, kan Pak Sur?"

Suradi tersenyum. Melirik ke arah Esther.
"Tentu saja dia sahabat Bu Esther juga."


Anjriiiit sahabatan sama K*****
Hahahaaaaaa isok ae sampeyan cak..
 
25

Akhirnya mereka tiba di sebuah rumah Type 21 yang sudah direnovasi. Esther agak terkejut waktu melihat mobil suaminya ke luar dari garasi dan meninggalkan rumah. Dia ingin memanggil suaminya tapi mobilnya keburu pergi jauh.
"Ada apa?" Tanya Suradi.
"Mobil yang barusan ke luar itu suami saya, Pak Sur."
"Oh."
"Katanya dia lagi di Cirebon." Kata Esther sedikit mengeluh.
"Mungkin ada sesuatu yang harus diambil di rumah." Kata Suradi. "Mungkin juga kangen sama Silvi."
"Ya, mungkin saja."

Namun ketika mereka memasuki rumah, Esther merasa heran dengan Tania yang wajahnya seperti ketakutan.
"Eh, Ibu, sudah pulang." Kata Baby Sitter itu dengan suara agak gemetar. Dia melirik ke arah Suradi dengan lirikan takut. Tetapi Suradi tersenyum kepada Tania dengan senyum kebapakan yang tulus.
"Mana Silvi?"
"Lagi tidur, Bu." Suara Tania masih gemetar.

Suradi yang berpengalaman itu hanya dalam hitungan detik langsung memahami apa yang terjadi. Matanya yang tajam segera menemukan sebuah celana dalam yang tergolek di bawah sofa. Suradi dengan cepat memungut celana dalam itu dan secara diam-diam tanpa diketahui Esther, memberikannya kepada Tania.
"Cepet pakai." Bisik Suradi.

Tania terbelalak.
"Sssttt... Bu Esther takkan tahu." Kata Suradi.


26

Esther ke luar dari kamar Silvi yang sedang lelap tidur. Dia tersenyum.
"Makasih ya, Tan udah bantuin ngerawat Silvi dengan baik."
"Sama-sama Kak Esther."
"Maafkan Kak Esther ya jika gajinya telat. Soalnya perusahaan Kak Esther sekarang sedang bermasalah." Kata Esther.
"Ga pa pa, Kak. Tania sabar koq."
"Sekarang bantuin Kakak beresin barang belanjaan yuk."

Tania mengangguk.

Suradi ikut membantu membawa barang-barang belanjaan dari mobil ke dalam rumah. Sambil berbincang santai, mereka membereskan belanjaan itu di dapur, karena hampir semua barang belanjaan itu adalah kebutuhan dapur. Kecuali mainan Silvi yang berupa boneka dan leggo.

Ketika mereka berbincang santai, Silvi terbangun dan ke luar kamar. Dia memeluk Esther yang memberinya hadiah boneka dan leggo. Anak lima tahun itu meloncat-loncat gembira.

Selama perbincangan santai itu, Suradi secara lembut mengarahkan pembicaraan ke arah orang yang bernama Santoso itu. Secara sambil lalu Esther menjelaskan bahwa selama beberapa bulan terakhir ini, Santoso Halim sering mengunjungi Bu Suzie dan melakukan pertemuan tertutup.
"Saya enggak tau apa yang mereka bicarakan, Pak Sur. Tapi saya yakin Pak Santoso akan segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menyelamatkan Halim Group."
"Ya, tentu saja." Kata Suradi. "Eh, Bu Esther, kalau rumah Pak Santoso itu di mana ya? Kayaknya saya perlu juga menemui beliau untuk minta petunjuk."
"Jangan Pak Sur. Pak Santoso itu orangnya kejam, sebaiknya Pak Sur menghindari dia."
"Kan saya perlu proyek, Bu."
"Kalau soal proyek, nanti Pak Sur saya hubungkan dengan Bu Suzie jika situasi sudah memungkinkan."
"Wah, terimakasih." Kata Suradi. "Kalau Bu Esther bilang Pak Santoso itu kejam, pasti kelihatan dari mukanya. Ada codetnya ya dekat hidung?" Suradi menahan nafas menunggu jawaban Esther. Dugaannya pasti tidak akan meleset.
"Koq Pak Suradi tahu? Memang, dia ada codetnya dekat hidung."

Suradi berkata dalam hatinya. "Pasti Santoso gembong narkoba itu."

"Saya kan cuma menerka saja, Bu. Kan tadi dibilang Pak Santoso kejam."
"Dugaan yang tepat." Kata Esther sambil tertawa. "Sssttt... Pak Sur, masih kuat enggak?" Bisik Esther. Dia mengedip-ngedipkan matanya.
"Masih." Jawab Suradi, berbisik juga.

Esther lalu bangkit menuju ruang tengah di mana Tania dan Silvi sedang bermain leggo.
"Tan, mungpung sore cerah, bawa Silvi jalan-jalan ke taman sebentar ya. Biar kakinya kuat."
"I ya, Kak." Kata Tania. "Silvi, main ayunan yuk ke taman?"
"Holeee... main ayunan ke taman." Jawab Silvi gembira.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd