Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah si Badan Babi (NO SARA)

Wanita mana yang seharusnya dipilih Faza?

  • Zahra

    Votes: 282 55,7%
  • Hani

    Votes: 113 22,3%
  • Winda

    Votes: 232 45,8%

  • Total voters
    506
  • Poll closed .
Part 6

Hari senin atau 3 hari setelah penerimaan anggota baru lebih tepatnya

Hubunganku dengan Zahra membaik walaupun hanya sebatas di dunia maya ia masih menghindariku saat aku ingin mengajak ngobrol secara langsung karena alasan yang aku tidak ketahui dan aku sudah tidak menjemput dan mengantar Zahra seperti dulu dengan alasan yang juga aku tidak ketahui.

Pagi ini aku bangun dengan perasaan cukup gugup karena tugas yang aku berikan ke Wahyu hari ini harus ia kumpulkan. Beberapa hari kemarin ia tidak bisa dihubungi dan saat aku menghubungi Tia, katanya ia baik-baik saja malah mereka beberapa kali pergi ke suatu tempat wisata karena Wahyu nya yang ingin refreshing. Aku yang sedikit kesal karena tau hal itu akhirnya memutuskan untuk membiarkannya saja dan menagihnya saat kuliah nanti.

“Tam, beneran lu ye sama Mba Nayla hahaha, kaga nyangka gue lu bisa dapetin tuh cewe” sapaku ke Tama saat menunggu giliran untuk mandi.

“sama aja kayak lu, lu aja bisa dapetin Winda hahaha” katanya menjawab sekenanya.

“Tam, kan lu udah pernah nyobain Winda, gue juga mau lah nyobain Mba Nayla hahaha” sebenarnya ini becanda namun kubuat nada bicaraku seolah-olah ingin sekali.

*BUGG* perutku dipukul oleh Tama. “enak ajaa, belum gue apa-apain tuh. Awas lu kalo macem-macem”

“WADUHH SAKIT ANJRIIT, lah lu belum apa-apain? Kok bisa? Lu liat Winda sama Tia aja yang kecil nafsu apalagi yang gede?” tanyaku yang sedikit membuatnya emosi.

“ANJIR YE LU MULUT” katanya dengan siap-siap memukulku lagi.

“ahahaha selow selow becanda gue, tapi gue masih ga terima lu udah nyobain Winda tp gue belom nyobain Mba Nayla, atau seenggaknya pegang dadanya laah” kataku yang langsung mendapat pukulan telak di dagu dan aku langsung K.O seketika.

Skip Skip Skip

Winda menghampiri kosanku disaat aku sedang bersiap-siap mengeluarkan motorku.

“Za, berangkatnya naik motor ya?” katanya

“Iya win kenapa? Mau nebeng?”

“Gamau ahh, zaa jalan kaki aja yukk, lebih sehat lohhh” katanya mengajakku

“laaah ngapain, lebih cepet kalo pake motor”

“udah lah yuk gausah banyak omong, kita berangkat bareng tapi jalan kaki”

“-___-“

Akhirnya aku berjalan ke kampus bersama dengan Winda pagi itu. Kuakui si Winda ini memang hanya memiliki satu kelemahan, yaitu sifatnya yang egois dan suka memaksakan kehendak orang lain. Sifat itu akan muncul saat setelah menjadi teman dekatnya. Aku yang sudah terlanjur dekat dengannya karena kejadian di kosku, akhirnya terima-terima saja saat Winda melakukan itu.

“Za, gimana sma Zahra? Masih berantem? Tanyanya yang cukup mengagetkanku. Karena memang aku hanya menceritakan ke Tama perihal aku berantem dengan Zahra.

“heh, tau darimana aku berantem sama Zahra?”

“hahahah, taulahh. Dari sikapmu ke dia dan sikapnya dia ke kamu kalo dikelas. Beda. Dulu kalian kan selalu bareng, duduk sebelahan, ribut berdua dikelas, tapi akhir-akhir ini aku galiat itu di kelas” katanya dengan tatapan yang masih lurus kedepan”

“ah aku jadi malu nih kamu perhatiin hahaha” kataku sedikit menggodanya. “iya win, udah agak baikan sih, cuman Zahra masih gamau balik kayak dulu lagi, jdnya ya yaudah deh emang kayaknya udah engga sama Zahra” kataku melanjutkan.

“hehh sembarangan hahaha, ya kamu ga berusaha gitu biar dia mau balik kayak dulu?” katanya. “eh bentar-bentar deh, emang awalnya gimana kok Zahra bisa marah ke kamu? Atau kamu yang marah ke dia?” lanjutnya

*DEGG* perkataaan Winda yang sesaat membuat mulutku kelu. Aku berkesimpulan berarti Hani belum menceritakan kalo dia dan aku kemarin keluar untuk membeli beberapa barang.

“ya dia yang marah ke aku lah, mana bisa aku marah ke Zahra hahaha” kataku. “kemarin hari rabu atau kamis yaa haha, aku ketemu sama Hani di Venus katanya ia lagi nyari-nyari jilbab dan aku emang lagi nyari-nyari tas sendiri. Yaudah karena ga sengaja ketemu ya jalan-jalan aja muter-muter mall, eh ada temennya Zahra yang liat kita dan bilang ke Zahra kalo aku jalan sama Hani dan mesra banget katanya padahal ya ga ngapa-ngapain bahkan si Hani agak ngasih jarak ke aku, yaudah pas aku pulang, aku dapet chat dari Zahra yang bilang ‘dari mana aja kamu’, aku sadar lah yaa makanya langsung ke kosannya, ehh berantem deh hahaha” jelasku yang cukup panjang.

“eh Hani? dia sendirian ke sana?” tanyanya

*DEGG*

“eh dia emang suka sendiri ding hahaha” katanya yang membuatku lega.

Tanpa terasa kami sudah berada di gerbang kampusku dan aku melihat Zahra berada di depanku dan Winda yang berjalan sendirian.

“Za, itu Zahra, kamu gak sapa dia?” kata Winda sambil menunjuk nunjuk Zahra yang ada didepan.

“Gausah laah ahaha, masih marah kayaknya, nanti aku cakar, apalagi aku jalan sama kamu kayak gini, ga di cakar lagi aku, yang ada diterkam sekalian” kataku yang membuat Winda tertawa lepas sekali. Dadaku sempat deg-deg an sesaat karena melihat tawanya itu.

Kami langsung menuju ruang kelas dan aku duduk di samping Tama dan Dimas lagi karena aku tidak mungkin duduk di sebelah Winda apalagi Hani karena sudah ada Zahra disana. “Gapapalah yang penting dia seneng” kataku dalam hati.

=======########=======
[HIDE] Zahra:

[/HIDE]​

Kuliah pagi ini aku tidak melihat Wahyu. Kucari dia dengan menghubungi Tia, namun Tia tak kunjung membalas. Hari ini adalah aku ada urusan dengan dosen yang memberi tugas wawancara itu, aku butuh tugas itu sehingga aku tidak bolak-balik menemuinya walaupun aslinya tugas itu dikumpulkan sesaat sebelum uas. Tapi mengingat minggu depan sudah UAS makanya aku berpikir tidak apa-apa kalo mengumpulkan satu minggu lebih cepat.

Hari sudah siang dan aku mulai putus asa mencari Wahyu. Akhirnya aku memutuskan pergi ke ruangan dosen itu tanpa membawa tugasnya. Di ruangan aku melihat ada Zahra disana, dan nampaknya dia sedang menunggu salah satu dosen yang satu ruangan dengan dosen yang aku cari. Aku duduk di sebelah Zahra.

“zah, ngapain?” kataku membuka obrolan.

Aku melihat wajahnya berubah menjadi merah saat ia melihatku masuk dan lebih-lebih lagi saat aku menyapanya.

“nunggu Pak Wiranto za hehe” jawabnya singkat.

“mau konsul ya?”

“iyaaa hehe, minggu depan udah UAS soalnya”

“iya gak terasa ya kita udah satu semester disini”

“kamu juga mau konsul ya za sama Bu Indri?”

“iya haha, dia nyuruh aku kalo bisa tiap bulan konsul biar lebih terarah katanya”

Yap, Pak Wiranto merupakan dosen Pembimbing Akademik Zahra, dan begitu juga Bu Indri adalah dosen Pembimbingku.

Semua obrolan tadi dilakukan tanpa kami melihat wajah satu sama lain karena sejujurnya aku canggung ngobrol seperti ini lagi setelah kejadian itu. Aku ingin mengakhiri ke canggungan ini dan memutuskan untuk menegok ke sebelahku, dan alangkah terkejutnya aku saat melihat wajah Zahra yang merah dan mata yang berkaca-kaca.

“Zah, kamu kenapa?” pertanyaan klise.

“Hehh gapapa kok zaa hehe” jawabnya yang tidak kalah klisenya. Ia lalu mengusap matanya.

“beneran gapapa? Kok nangis?”

“Iiiihhh gapapa kok beneran deh” wajahnya makin memerah.

Sama seperti dulu, aku langsung meraih kepala Zahra lalu menuntunnya ke pundakku. Aku mengira bahwa Zahra akan berontak karena ia masih marah denganku tp ternyata tidak. Aku lalu mengusap-usap lembut kepalanya tanpa berbicara apapun. Zahra tidak mengucapkan satu kata pun saat itu.

Akhirnya Pak Wiranto datang dan tidak lama setelahnya Bu Indri datang. Kami lalu melepaskan diri masing-masing dan masuk ke ruangan dosen itu.

=======########=======
[HIDE] Zahra:

Winda:

[/HIDE]​

Hari sudah cukup sore saat aku selesai berkonsultasi dengan Bu Indri. Aku melihat Zahra di depan ruangan dan mengira bahwa ia menungguku.

“Eh zah, masih disini? Nungguin aku yaa? Hahaha”

“DIH PEDE BANGET LO HAHAHA” jawabnya sedikit ketus namun bercanda.

“hahaha, yaudah yuk pulang” ajakku yang diiyakan oleh Zahra.

Aku tidak membawa motor hari ini karena tadi berangkat bersama Winda. Aku menceritakannya ke Zahra dan Zahra tidak marah, tidak seperti yang aku duga. Kami mengobrol ringan selama perjalanan. Perjalanan kami selesai dan kami berpisah di persimpangan karena Zahra tidak mau merepotkanku yang harus mengantarnya sampai depan kosannya.

Selagi berjalan menuju kosku, aku melihat Winda yang sedang membeli beberapa jajan di warung. Aku lalu menghampirinya dan menyapanya.

“Eh Faza, baru pulang? Hehe”

“iyaa, abis konsul” jawabku singkat.

“abis konsul apa abis balikan sama Zahra? Hahaha” ledeknya.

“engga kokk, belum hehe”

“buruan atuh Zaa, kasian si Zahra. Nanti disamber orang baru tau rasa kamu hahaha”

“kalo emang nanti disamber orang berarti ya Zahra emang bukan jodohku”

“IHHHH gaya banget udah ngomongin jodoh segala” katanya sambil melet kepadaku.

Aku yang gemes dengan tingkahnya, langsung menyubit pipinya dengan keras.

“aaaahhh sakit zaaa huhuhu, tega kamu. Pipi yang suci ini telah kau nodai” katanya sambil berpura-pura menangis.

“ihhh aku gemes banget sama kamu win hahaha”

Ia tidak membalas perkataanku dan sekilas aku liat mukanya sedikit memerah.

Setelah kami membeli beberapa camilan, kami lalu berjalan beriringan menuju kosan.

“win, malem ini kamu sibuk ga?” tanyaku di sela-sela perjalanan.

“sibuk za hahaha, mau nonton drakor hahaha” katanya yang cukup menyebalkan

“yeee beneran, sibuk ga?”

“engga kok engga, kenapa? Mau ngajak jalan?” tebaknya.

“iyaa, ke venus yuk?” ajakku singkat.

“yaaah jauh zaa, naik beberapa angkot.”

“ngapain naik angkot, naik motor ajaa”

“aku gabisa naik motor hahaha”

“lohh, bareng aja, ngapain naik motor sendiri-sendiri” kataku sedikit heran.

“aku gamau boncengan za hehe, maaf”

“kenapa emang win?” tanyaku ingin memastikan.

“malu sama jilbab” katanya yang cukup membuatku tertegun.

Suasana seketika menjadi canggung. Aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi dan Winda juga sepertinya sudah tidak mau mengeluarkan kata-kata lagi.

“loh za kamu ga kekosanmu” katanya saat kami melewati kosanku.

“nganter kamu dulu laah haha, cowok macam apa aku yang duluan nyampe daripada cewek hahaha”

“ihh apaansih lebay banget deh hahaha”

Kami sampai di depan kosan Winda. Aku masih merasa canggung dengan keadaan ini. Karena salah satu dari kami tidak ada yang mengeluarkan kata-kata pamit, maka aku secara reflek mengusap kepalanya lembut sekali. Winda hanya senyum-senyum saja diperlakukan seperti itu.

“maaf ya zaa hehe, selama ga boncengan aku mau kok za hehehe” katanya yang masih aku usap kepalanya.

“eemmm kemana ya win, kosan kita agak jauh darimana-mana sih ya jd males kalo ga naik motor”

“itumah kamunya aja yg mager hahaha” katanya sambil tertawa renyah. “Ke ayam pas mantab (ini juga ngasal ya nama tempatnya) aja za, aku sama Hani udah pernah makan disitu dan enak” lanjutnya.

“jangan laah haha, aku gamau makan. Pengennya jalan-jalan aja gitu sama kamu” kataku sambil melepaskan usapanku dari kepala Winda.

“ihhh hahaha, apaan sih zaa” katanya sambil menyubit perutku pelan. “yaudah deh mau kemana berarti? dulu kamu kalo sama Zahra kemana biasanya?” lanjutnya.

“ya biasa ke venus sih hahaha”

“eeemmmm yaah maaf deh ya za huhu” katanya yang membuatku putus asa.

“yaudah deh gapapa win hahaha, aku duluan yaa” kataku sambil mencium kening dan meremas payudaranya dari luar pakaiannya.

“FAZA IHHHHHH” katanya sambil menyubitku cukup keras.

“hahahaha, ampun wiin” kataku langsung lari terpingkal-pingkal meninggalkan Winda.

=======########=======
[HIDE] Zahra:

[/HIDE]​

Sebuah mobil jeep berwarna hitam berhenti di dekat sebuah kosan. Sang pengemudi sedang menunggu kehadiran seorang wanita yang beberapa waktu lalu membuatnya kesal. Sambil menunggu, ia sibuk bermain dengan HP-nya dan menjawab beberapa pesan.

“iya yang aku ketiduran hehe, ngantuk banget. Semalem abis begadang ngerjain tugas. Iya besok aku ketemu Faza kok dikelas hehe” ia lalu meng-klik tombol send, dan pesan tersebut terkirim.

Akhirnya wanita yang ia tunggu-tunggu datang. Ia turun dari mobil itu sambil memakai hoody agar tidak mencurigakan bagi sang wanita. Saat wanita tersebut membuka pintu kosnya, tubuhnya tiba-tiba disekap dari belakang dan hidungnya di tempeli kertas tissue oleh pria itu. Sang wanita yang mencium aroma menyengat dari tissue itu, tak lama tubuhnya lemas dan ia jatuh pingsan. Sang pria lalu menggendong tubuh wanita itu dan meletakannya di bagian belakang jeep itu. Sang pria lalu menutup pintu bagian belakang dan segera ia duduk di belakang setir dan memacu mobil itu ke suatu tempat.

Wanita itu masih pingsan saat sang pria sampai tujuannya. Ia berhenti di sebuah villa dan langsung menggendong tubuh wanita itu kedalam villa itu. Pemandangan yang bisa dilihat dari villa itu cukup indah karena bisa melihat hijaunya hutan-hutan yang masih belum tersentuh tangan manusia dihias dengan embun-embun yang selain menyejukkan tubuh juga menyejukkan hati. Ia meletekkan tubuh itu di ruang utama villa itu yang sebelumnya sudah di beri matras. Ia mengeluarkan HP-nya dan beberapa kali mengambil gambar wanita yang tidak sadarkan diri itu. Setalah puas mengambil gambar, ia lalu melepaskan semua pakaian wanita itu tanpa terkecuali pakaian dalamnya. Ia sekali lagi mengambil beberapa gambar wanita yang sudah telanjang itu.

“EDAAN, FAZA GATAU UNTUNG EMANG. DAPET YANG KAYAK GINI MALAH CARI YANG LAIN” katanya cukup keras sambil melepaskan celananya lalu mengocok penisnya pelan.

Cukup lama ia mengocok penisnya dan ia mendapatkan orgasmenya. Ia menyemprotkan spermanya di payudara wanita itu dan meratakannya dengan tangannya.

“GILAAA KENYEL BANGET. BANGSAT FAZA EMANG” gerutunya.

Ia lalu memainkan payudaranya dengan meremas-remas, menyentil-nyentil putingnya, memilin-milin putingnya bahkan sampai menggigit-gigit kecil putingnya. Penisnya menjadi tegang lagi pada akhirnya. Sengaja ia tidak mengocok penisnya lagi karena untuk menjaga stamina agar puas dengan permainan yang sebenernya nanti. Puas dengan payudaranya, pria tersebut lalu keluar dari villa itu dan menikmati indahnya pemandangan. Tak berapa lama, wanita tersebut merintih dan terbangun dari tidurnya. Pria tersebut sadar lalu segera menghampirinya dan melepas semua pakaiannya. Pria tersebut hanya melihat sang wanita yang belum sepenuhnya tersadar.

“selamat pagi Zahra” kata sang pria.

“eemm aeerrggggg” erang sang wanita yang lama-lama sadar ada seorang pria telanjang di depannya.

Setelah sadar wanita itu kaget karena ia mendapati dirinya telanjang juga. Ia berusaha berdiri namun dicegah oleh pria itu.

“eeiittt mau kemana kamu, kamu gaakan bisa kemana-mana sekarang” kata sang pria yang mendorong pundak Zahra dan Zahra terjatuh karenanya.

“KURANG AJAR” kata sang wanita yang akhirnya sepenuhnya sadar dan menyilangkan tangannya ke dadanya. “MAU APA LO YU” bentak Zahra ke pria itu yang tak lain adalah teman sekelasnya.

“mau itu zah” Katanya sambil menunjuk vaginanya.

Zahra lalu melihat sekeliling, namun sesuatu yang bisa membuatnya keluar dari keadaan ini tidak ia temukan. Zahra lalu sadar bahwa ia tidak bisa kabur dari situasi ini.

“LIAT KEMANA KAMU ZAH HAHAHA, KAMU GAAKAN BISA KABUR DAN GAADA SATUPUN YANG BISA NYELAMETIN KAMU SEKARANG” katanya sambil mendekati Zahra.

Wahyu semakin dekat dengan tubuh Zahra. Zahra tidak bisa apa-apa. Menurutnya percuma baginya untuk berteriak karena nanti akan buang-buang tenaga saja.

“AWAS YU. ABIS INI TIA BAKAL BERNASIB SAMA KAYAK GUE SEKARANG” katanya dengan putus asa karena Wahyu yang sudah ada di depan matanya.

“HAHAHAHA, GAAKAN KU BIARKAN FAZA NGELAKUIN APAPUN KE TIA. ABIS INI AKU AKAN SELALU DISEBELAH TIA” katanya sambil memegang pundak Zahra lalu merebahkannya.

Zahra sudah pasrah dengan apapun yang akan menimpanya.

Wahyu langsung bermain dengan payudara Zahra. Ia memperlakukan payudara itu sama persis seperti saat Zahra masih belum sadarkan diri. Puas dengan payudaranya, wahyu menuju leher Zahra dan membuat tubuh Zahra sedikit menggeliat kegelian. Cukup lama wahyu ada di posisi itu sambil tangannya meremas payudara dan mempermainkan puting Zahra. Semua rangsangan pada tubuhnya masih bisa ia tahan oleh Zahra karena memang ia cukup sering melakukannya dengan Faza dulu.

Wahyu yang belum mendengar Zahra mendesah, lalu menurunkan tangannya menuju vaginanya. Hal itu membuat tubuh Zahra sedikit terlonjak.

“eeemmmhhhh” desah Zahra kecil yang sudah mulai tidak kuat menerima rangsangan yang diberikan Wahyu.

Wahyu masih menciumi leher Zahra yang putih itu dan tangan kirinya memainkan payudaranya, sedangkan tangan yang lain mulai menggesek vaginanya.

“aaaaahhhh emmmmhhhh hhhhh aaaahhhh” desahan Zahra yang tidak karuan karena vaginanya kini diobok-obok oleh Wahyu.

Wahyu cukup lihai dalam mempermainkan tubuh seorang wanita.

Mendengar desahan Zahra, Wahyu girang dan menaikkan ritme kocokan terhadap vagina Zahra.

“aaaahhhhhhssss hsssssss aahhhhhh cukupppp haaaahhhhssss udaaahhhhhhssss” desah Zahra sambil menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.

“baru juga mulai zah hahaha, masa udahan” kata wahyu sambil bermain mulutnya turun ke payudara Zahra dan menjilati putting Zahra.

“eeemmmmhhhh tungguuuu aaahhhhhhss aajaaa yuuu ahhhhhssss, Fazaaaaahhssss bakalan ngelakuin ini ssssshhhh ke Tiaaaaahhhh nanti” katanya yang terputus-putus karena desahannya.

Wahyu sedikit emosi karena daritadi Zahra menyinggung pacarnya itu. Ia mengocok vagina Zahra lebih cepat dari sebelumnya.

“aaaahhh udaaaahhh aaahhhsssss aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhssssss” desah Zahra seraya tubuhnya menegang yang menandakan bahwa ia mencapai orgasmenya.

Melihat Zahra orgasme, Wahyu menghentikan aktivitasnya dan menjilat cairan kenikmatan yang dikeluarkan oleh Zahra. Wahyu lalu tersenyum licik sementara Zahra terengah-engah karena baru saja mencapai klimaksnya.

“siap-siap ya Zah hahaha” kata Wahyu sambil mengarahkan penisnya yang sudah tegang ke vagina Zahra.

“eenggghh” desah Wahyu sambil medorong penisnya ke dalam vagina Zahra.

“aaaarrrrghhhh” desah Zahra karena merasakan ada benda keras yang masuk secara paksa ke dalam vaginanya.

Wahyu langsung menggenjot vagina Zahra dengan kecepatan sedang namun konstan. Hal ini membuat payudara Zahra melonjak-lonjak seiring sodokan Wahyu.

“aaahhh aaaahhh aahhhhh” desah Wahyu sambil memegangi payudara Zahra.

Zahra masih bisa menahan dirinya untuk tidak mendesah. Selagi wahyu menikmati tubuhnya, Zahra masih memikirkan cara bagaimana dia bisa lolos dari si kunyuk ini dan segera kabur dari sini. Tapi semakin memikirkan cara itu, semakin terasa rangsangan yang diberikan Wahyu terhadap dirinya.

“aaaaahhhhh” tanpa tersadar Zahra mendesah. Ia langsung menutup mulutnya takut Wahyu sadar bahwa ia mendesah akibat perlakuannya.

Wahyu mulai bosan dengan posisinya saat ini dan memutuskan untuk mencabut penisnya dan mencoba membalikkan tubuh Zahra. Namun, karena tubuh Zahra yang cukup berat bagi Wahyu, ia tidak bisa membalikkan tubuh Zahra karena Zahra menolak untuk diperlakukan seperti itu. Hal ini dimanfaatkan oleh Zahra untuk kabur. Ia menendang perut Wahyu sekuat tenaga hingga terjungkal kebelakang lalu ia lari ke luar villa itu.

Wahyu dengan cekatan bangun dari tidurannya akibat ditendang oleh Zahra. Ia lalu mengejar Zahra yang sudah mencapai luar kosan yang didepannya terdapat pemandangan yang indah.

*BRUK* *SREEKK* Wahyu berhasil menangkap tubuh Zahra dan tubuhnya terjatuh di rerumputan yang tertata rapi.

“mau kemana zaaah hahaha, kan aku udah bilang kalo kamu gaakan bisa keluar dari sini” kata Wahyu sambil memposisikan tubuh Zahra untuk gaya doggy.

“ugggghhh LEPASIN GUEE!!” kata Zahra yang sudah mulai kehabisan tenaga.

“aaaaaagggghhhhhhh” erang Zahra yang merasakan ada benda keras masuk ke vaginanya lewat belakang.

Wahyu kembali menggenjot vagina Zahra dan dengan kecepatan yang cukup tinggi. Payudara Zahra yang bergelantungan dengan indah itu tidak luput dari remasannya. Puas dengan payudaranya, Wahyu menarik kedua tangan Zahra, sehingga membuat tubuh Zahra sedikit terangkat.

“zah liat deh, pemandangannya bagus kan” kata wahyu sambil masih menggenjot tubuh Zahra.

“aaaarrrrgghhhh haaaasssshhhh haaaaassshhh” desah Zahra yang kini ia sudah tidak bisa tahan. Ia sudah pasrah saja dengan keadaan ini dan hanya berharap ada seseorang yang menolongnya.

Wahyu mempercepat gerakannya karena ia sudah mendekati klimaks.

Zahra sudah tidak bisa mengendalikan tubuhnya lagi. Desahan yang keluar dari mulutnya sudah mulai kacau yang menandakan ia menikmati persetubuhan itu. Tubuh Zahra lalu mengejang dan melengkung menandakan ia mendapat orgasmenya yang kedua. Melihat Zahra orgasme tidak membuat Wahyu mengehentikan gerakannya, malah makin mempercepat gerakannya.

“aaaaaahhhhhhhhsss udaaaaaaaaahhhhsss geeeliiiiiiii aaaaahhhhhh cukuupppp haaaaassss”

Merasa ia mencapai klimaks, Wahyu lalu mencabut penisnya dari vagina Zahra lalu mengocoknya diluar. Hal itu membuat Zahra ambruk. Wahyu terus mengocok penisnya lalu menyemprot spermanya di rambut Zahra.

“aaaaahhhhhh aaahhhh aahhhhhh” desah Wahyu karena mencapai klimaks. “enak banget zaahh hahaha, kapan-kapan lagi yaa” lanjutnya sambil masuk ke dalam villa.

Zahra yang tidak bisa berbuat apa-apa, hanya nangis sesenggukan sambil bangun dari ambruknya dan melihat pemandangan senja yang sangat indah itu.

“Nih pake” kata Wahyu sambil melemparkan pakaian ke Zahra. “mau ikut aku pulang apa pulang sendiri?” tanya Wahyu kepada Zahra.

Zahra hanya diam saja sambil memakain pakaiannya. Ia hanya menatap kosong pemandangan yang tersaji di depan matanya.

Wahyu lalu menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari villa itu dan menyalakan mesinnya. Mendengar suara mobil yang cukup keras itu, Zahra sadar dari lamunannya dan menuju mobil itu. Ia mau tidak mau ikut pulang dengan Wahyu karena lokasi sekarang tidak memungkinkan dirinya pulang sendirian. Ia masuk mobil itu di bagian belakang karena merasa tidak sudi duduk disebelahnya. Melihat hal itu, Wahyu hanya diam saja karena hasratnya baru saja tersalurkan dan sudah puas menikmati tubuh pacar temennya yang sudah membuatnya kesal akhir-akhir ini. Ia mengantar Zahra sampai ke depan kosannya. Zahra turun tanpa mengucapkan apa-apa dan membanting pintu dengan sangat keras.

“wooohh masih punya tenaga banyak ternyata kamu zah” kata Wahyu memuji Zahra, namun Zahra melengos saja dan langsung masuk ke kosannya.

Wahyu lalu memacu kendaraannya menjauhi kosan Zahra.

=======########=======
[HIDE] Winda:

[/HIDE]​
Malam harinya.

Aku baru bangun karena tertidur pada sore hari. Aku cukup capek pada hari itu. Aku lalu mengecek HP dan melihat hanya ada nama Tia didaftar pesan yang belum kubaca. Aku hanya membacanya saja tanpa membalas pesan itu. Aku lalu mengirim Wahyu pesan untuk membawa tugasnya besok dan menyerahkan kepadaku saat kuliah.

*TOK TOK* pintu kamarku di ketok oleh seseorang.

“woy za, ini ada Winda nih.” Teriak tama dari luar kamarku.

Aku dengan lemas bangun dari tidurku dan membuka pintu. Kulihat ada Tama dan disebelahnya ada Winda yang cantik sekali menggunakan kaos lengan panjang dan menggunakan celana training longgar serta jilbab langsungan.

“udah ya win gue tinggal” kata Tama kepada Winda. Aku masih mengumpulkan nyawaku yang tadi tersebar saat aku tertidur.

“iya Tam makasih udah bangunin si Faza hahaha, salam ya buat Mba Nayla” katanya sambil menyubitku pelan. Mataku langsung melek saat itu. Bukan karena dicubit oleh Winda tapi karena mendengar nama Mba Nayla disebut.

“mau kemana lo Tam?” kataku dengan suara serak.

“biasa laah, emang lu doang yang bisa pacaran hahaha, yaudah gue duluan ya za, win” katanya sambil berlalu.

“win mau ngapain? Aku belum mandi haha, masuk dulu yaa” kataku saat Tama menghilang dari tatapan kami.

“huhh baru bangun, pasti engga shlat deh” katanya ketus sambil masuk ke kamarku.

“iyaa, capek aku hari ini” kataku sambil menutup pintu kamar. “mau ngapain sih?”lanjutku.

“pengen main ajaa hahaha bosen di kosan, si Hani lagi sibuk dia makanya aku kesini”

“hani ngapain emang?” tanyaku penasaran.

“lagi nyari narasumber sama setya hahaha, lagian dia bukannya nyari dari kemarin”

“oohhh” jawabku singkat. “ehh sama setya??” kataku yang baru sadar.

“iyaa, kan mereka satu kelompok, kamu kenapa deh za hahaha, kaget amat”

“Hani udah sembuh apa? Dia kemarin cerita ke aku kalo masih agak takut karena kasus foto itu”

“gatau sih za tapi sikapnya udah biasa aja. Gak kayak pas pertama masuk setelah kasus itu, katanya ada orang yang bikin dia ga takut lagi” jelasnya.

“Hah? Siapa?” kataku pura-pura penasaran.

“gatau zaaa, dia gak mau cerita. Katanya biar nanti kejutan aja. Aku aja sampai sekarang belum tau siapa yang udah gituan sama Hani sama nyebar fotonya” jawabnya dengan nada agak kesal dengan sahabatnya itu. “dia gamau cerita tuh, sebel aku. Kan siapa tau aku bisa bantu dia ya” lanjutnya.

Hal itu membuat aku terkejut, karena ku kira Winda sudah tau semuanya. Aku memutuskan untuk menyelesaikan obrolan ini karena khawatir aku keceplosan dan Winda akhirnya tau semuanya.

“yaudah kamu tunggu disini, aku mau mandi dulu” kataku sambil membawa peralatan mandi.

“yaudah sana cepetaaaannn”

Aku mandi dengan perasaan sedikit bingung. Benar yang dikatakan Tama. Aku sekarang bingung memilih diantara mereka bertiga. Aku belum menemukan cara bagaimana memilih salah satu tanpa menyakiti yang lain. “Coba aku setia sama Zahra ya kemarin” sesalku karena aku yang tidak diberi kepastian juga oleh Zahra, makanya aku berani untuk mencari yang lain. Dan satu lagi masalah dengan Wahyu. Aku masih khawatir dengan Wahyu yang akan melakukan sesuatu terhadap Zahra.

Selesai mandi aku baru sadar aku tidak membawa baju ganti dan dikamar sekarang masih ada Winda. Aku berjalan ke kamar hanya diselimuti oleh handuk. Aku masuk ke kamar dan melihat Winda memainkan laptopku di kasurku.

“Zaa, film mu banyak ya ternyata” katanya sambil berbalik arah mengarahku. “kyaaaahhhhh, fazaaa please jangan lagi, aku gamau huhuhuhu” lanjutnya sambil menutupi matanya dengan tangan.

“apasih win ahaha, aku pengen pake baju, udah sana balik badan. Jangan liat aku dulu”

“hahaha” Winda hanya tertawa dan berbalik badan melanjutkan melihat-lihat laptopku.

“tuhkan sudah kuduga pasti kamu nyimpen film ini, dasaarr cowokk huhhh” lanjutnya sembari memanyunkan bibirnya lucu sekali.

“film apa?” kataku sambil memakai celana jeansku.

“JA*D*R*” kata winda sambil melotot kearahku.

“hahahaha, emang kamu tau itu film apa?” kataku yang mengujinya.

“GAK MAU TAU” jawabnya singkat.

“lah kalo gatau kenapa marah-marah haha”

“TAU AH. UDAH SANA SHLAT DULU!”

“iya iyaaa” Aku lalu pergi ke ruangan khusus untuk melaksanakan ibadahku.

Aku pun melaksanakan ibadahku. Setelah selesai aku masuk ke kamar lagi dan mendapati Winda sedang menonton film James Bond dengan serius

“win, mau kemana nih?” tanyaku sambil menutup laptopku.

“ihhhhhh itu lagi tembak-tembakaann” katanya sambil menggembungkan pipinya lucu sekali

“lagian ditanya ga jawab, huh” kataku sambil mengambil jaket yang ada di lemariku.

“uuuuuu ngambek ceritanya hihihihi”

“apasih, ini kita mau kemana sekarang??” tanyaku sambil memakai jaket jeansku

“rapi banget za hahaha, aku cuman pengen main doang kok ke kosanmu gak mau kemana-mana”

“lah ngapain, kangen sama ini ya?” kataku sambil menunjuk sesuatu yang ada selangkanganku.

“IHHHHH MESUMMM” katanya sambil memalingkan kepalanya dan menyalakan laptopku lagi.

“trus mau ngapain di kosan ku? Katanya malu sama jilbab, tp main ke kamar cowok hahaha” ledekku.

“ya kan beda zaaaa ihhh”

“bedanya?”

“kalo boncengan kan diliat banyak orang, kalo disini yang liat cuma kamu”

“hah? Gimana maksudnya? aku gangerti deh win haha”

“YAUDAH!!”

Aku lalu melepas jaket ku dan melepas celana jeansku dan memakai celana pendekku karena ternyata tidak pergi kemana-mana. Aku ikut menonton film yang diputar Winda. Kami berdua terlarut oleh adegan aksi yang ada di dalam film. Sekali-kali film itu menampilkan adegan ciuman antara pemeran utama dan pemeran wanitanya dengan cukup panas, dan tiap kali adegan ciuman itu muncul, aku mendengar dengusan nafas Winda yang memburu. Aku yang mendengarnya tersenyum dan tidak melakukan apa-apa. Tanpa terasa film itu selesai juga.

“win, ngapain kek yuk”

“kamu kapan ganti celana jadi pendek za?”

“gapenting kali win hahaha”

“kamu ada kartu remi ga za? Atau uno gitu?” tanyanya sambil menyapukan pandangannya keseluruh ruangan.

“remi lagi dipinjem dimas, ada uno nih” kataku sambil mengambil kartu uno yang ada di tasku dan melemparnya ke Winda.

Winda lalu mengacak kartu itu dan membagikannya.

“bentar-bentar biasanya tiap daerah peraturannya beda-beda nih, disamain dulu biar enak mainnya” kataku.

Winda lalu menjelaskan peraturan yang biasanya ia mainkan. Tidak jauh berbeda dengan biasa aku mainkan ternyata. Yang membedakan adalah dalam permainan tidak boleh menyebutkan angka, jika menyebutkan angka, maka orang yang menyebut harus mengambil kartu sejumlah dengan angka yang disebutkan. Aku setuju saja dengan peraturan itu. Setelah peraturan disepakati, kami mulai bermain.

=======########=======​

Di sebuah kamar. Seorang wanita belum bisa berhenti menangis karena kejadian yang menimpanaya tadi siang. Sudah banyak kertas tisu yang berserakan di kamarnya sekarang. Wanita itu hanya bisa meringkuk sambil menangis dan sedang menunggu kehadiran seseorang yang belum lama tadi ia hubungi.

*TOK *TOK suara ketukan pintu depan kosannya. Wanita itu tidak bisa bangkit dari posisinya saat ini karena rasa sedihnya yang amat besar.

*TOK *TOK *TOK sekali lagi pintu itu diketuk dan wanita itu mendengar ada seseorang yang sudah membuka pintu itu dan tak lama tamu itu mengetuk pintu kamar wanita itu.

“masuk ajaa, ga aku kunci” kata wanita itu dengan suara parau.

Tamu itu masuk dan terkejut dengan keadaan wanita itu.

“Zaahh kamu kenapa heeiii” kata tamu itu sambil berlari kecil kearah wanita itu.

Tamu itu langsung memeluk wanita.

“udahh udahh jangan nangis lagi, kamu kenapa?” kata tamu itu dan berusaha membuat wanita itu tenang.

Wanita itu masih belum bisa mengatakan apa-apa dan hanya menangis di pelukan tamu itu. Mereka masih saling berpelukan untuk waktu yang cukup lama.

“kamu nginep disini kan han?” kata wanita itu.

“iyaa zaah, aku udah jaga-jaga tadi bawa ganti” kata tamu itu. “kalo kamu belum siap cerita yaudah gapapa jangan dipaksain zah” lanjutnya.

“aku abis di…..” kata Zahra tertahan dan menangis lagi.

“udaaahhh cup cup, nanti ajaa ceritanya, sekarang kamu tenang dulu aja” kata Hani sambil mengelus kepala Zahra.

“Wahyu haaan, dia jahat banget huhuhu”

Hani yang belum mau memancing Zahra untuk bercerita hanya mengelus rambut Zahra saja dan hanya mendengar apa saja yang Zahra ceritakan.

“tadi siang, aku di perkosa sama Wahyu” katanya sambil melajutnkan tangisnya.

Hani terkejut dengan pernyataan itu, segala pertanyaan ia tahan karena melihat kondisi Zahra yang masih tidak seimbang.

Akhirnya Zahra menceritakan semuanya dari awal. Dari wahyu mengirimkan foto Hani bersama Faza di Mall hingga ia dibawa ke suatu villa oleh Wahyu.

“udah cerita ke Faza?” kata Hani.

“aku malu sama Faza haaan, aku kemarin abis marah-marah sama dia huhuh” katanya sambil menangis sesenggukan.

“maafin aku ya zah, aku juga salah kemarin ngajak faza ke mall”

“engga haan, gapapa kok. Kan kamunya juga yang lagi butuh temen, dan kebetulan faza dateng jdnya yaudah” “gapapa serius haaan huhuhu” lanjut Zahra masih menangis.

“tapi mending kamu cerita dulu ke faza, seengaknya dia tau kamu abis diapa-apain sama wahyu”

“tapi aku malu”

“udaaaahhh ngapain malu sama pacar sendiri, mau abis marah-marah kek dia kan masih pacar kamu, dia harus tau kalo pacarnya kenapa-kenapa” kata Hani sambil mengambil HP Zahra yang ada di mejanya. “nih, telefon sana” lanjutnya.

Zahra mengambil HP itu dan mencari kontak Faza lalu menelponnya.

Beberapa kali ia telefon nomer itu namun tidak ada balasan. Zahra sudah mulai menduga bahwa Faza sekarang sedang ‘bersenang-senang’ dengan Winda. Ia ingin sekali bercerita mengenai Faza dan Winda, namun niat itu ia urungkan karena melihat Winda adalah teman dekat Hani dan ia belum bisa membayangkan reaksi Hani apabila tau fakta itu.

“gimana zah? Ga diangkat ya?”

“tidur kali ya dia”

“masa tidur sih masih juga jam segini” kata Hani heran. “gimana kalo kita ke kosannya?” lanjutnya.

“ehh, gausah han, aku belum mau keluar” kata Zahra mencegah karena dugaannya cukup kuat tentang Faza.

Zahra dan Hani terlibat perdebatan cukup lama untuk mengunjungi Faza. Hani bersikeras harus ke kosannya sedangkan Zahra bersikeras tidak mau keluar saat itu. Perdebatan dimenangkan oleh Zahra. Hani berniat mendatangkan Faza ke kosan Zahra apabila tidak bisa membawa Zahra ke kosan Faza. Ide itu dicegah lagi oleh Zahra. Akhirnya Hani menyerah dan mengambil HP-nya dan mengirim pesan ke Faza “KAMU KEMANA, PACARMU LAGI BUTUH KAMU, KAMU MALAH GAADA KABAR!” ia lalu meng-klik tombol send lalu Hani menuju Zahra yang masih di kasurnya.

“Zah, aku mau minta maaf lagi”

“minta maaf kenapa han?” kata Zahra yang sudah tidak menangis lagi.

“emmm zah jangan marah ke faza atau gimana ya abis ini” kata Hani ragu-ragu.

“iyaaa kenapa sih?”

“eemmm sebenernya kemarin abis dari mall itu aku ngajak faza nginep di kosanku. Emang awalnya dia nolak sih cuman aku paksa, akhirnya ia mau. Tapi sumpah kami ga ngapa-ngapain zah malem itu”

Zahra tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya memandangi wajah Hani yang terlihat bersalah itu.

“zaah, jangan marahin faza yaa. Aku yang salah kemarin” kata Hani melanjutkan.

“gapapa kok han, emang si Faza nya aja gabisa jaga matanya, liat cewek cantik dikit aja langsung belok hahaha”

“kalian pacaran ga sih sebenrnya haha, soalnya kemarin si faza bilang kalian ga pacaran” kata Hani sambil merebahkan diri dan disusul oleh Zahra.

“gimana ya han hahaha, aku bingung jelasinnya. Aku bakal jelasin dari awal deh biar gabingung”

Zahra menjelaskan semuanya dari awal, dari pertemuan saat ospek, seks pertama mereka hingga Faza merenggut keperawanan Hani, namun ia tidak menceritakan perihal Winda karena alasan tadi. Hani mulai paham hubungan antara Faza dan Zahra. Hani juga menyayangkan sifat Faza yang mata keranjang, namun semua itu sudah terjadi dan kini mereka hanya mentertawakan dirinya masing-masing karena sudah terjebak di laki-laki yang sama.

“jangan-jangan si winda juga udah di apa-apain sama faza ya zah hahaha?” kata Hani yang sontak mengjutkan Zahra.

“emmmm gatau sih, soalnya dia gacerita sama aku. Dia tuh anehnya kalo ngeliat cewek bening pasti cerita ke aku deh hahaha” kata Zahra berbohong

“soalnya dia bilang mau merkosa si winda coba kemarin, langsung aku tampar laah dia. Seenaknya aja dia hahaha, winda bisa lebih parah dari aku kemarin kalo sampe diperkosa” kata Hani sambil bersiap-siap untuk tidur.

“tunggu aja nanti juga dia bakal cerita kalo mau ngapa-ngapain cewek lain. Cupu dia tuh gabisa apa-apa kalo gaada kita hahaha” kata Zahra yang juga bersiap-siap untuk tidur.

“hahaha mata keranjang tapi cupu ya, yaudah tidur aja yuk”

“yuk”

=======########=======
[HIDE] Winda:

[/HIDE]​

“UNO!” teriak winda saat kartu di tangannya tinggal satu.

“duh bakal kalah lagi deh ini aku” gerutuku.

Aku yang bermain dengan peraturan baru yaitu tidak boleh menyebutkan angka, bermain dengan cukup payah, beberapa kali aku kceplosan menyebut angka karena Winda yang pura-pura tidak fokus selama jalannya permainan, dan sebagai gantinya aku harus mengambil kartu sebanyak angka yang aku sebutkan.

“hahahaha, payah ah kamu, main gini doang gabisa” ledek Winda kepadaku.

“curang lagian kamu” kataku sambil mengeluarkan kartu.

“loh curang gimana sih, salah sendiri kamunya kepancing hahaha”. “UNO GAMES!” lanjutnya sambil melemparkan kartu terakhirnya itu.

“duhhh kalah lagi kann” gerutuku sambil merapikan kartu dan siap mengacaknya. “win pake hukuman yuk biar makin seru”kataku sambil mengacak kartu.

“duh perasaanku gaenak nih kalo ada hukuman-hukumannya, pasti kearah sana deh, dasarrrrr” katanya yang sambil menjewer telingaku.

“Addduhhhhhhh” aku meringis. “ya kan biar makin menantang hahaha, biar yang menang sedikit lebih puas juga”

“yaudah deh yaudah ada hukumannya, kamu kan juga baru bisa menang sekali doang hahaha” kata Winda yang beranjak sebentar dan mengambil minum. “hukumannya apa za?” katanya sambil menguk minumannya.

“eemmmm, biar adil, yang kalah nurutin satu permintaan yang menang. Gitu aja ya?” kataku sambil membagikan kartu.

“oke deh” katanya singkat sambil duduk lagi.

Kami bermain lagi dengan peraturan yang berbeda. Aku mengusulkan peraturan itu memang dengan alasan agar aku tau maksud Winda malam ini main ke kamar kosku. Aku hanya ingin memastikan saja.

Game pertama dimenangkan oleh Winda. Aku yang kalah hanya menunggu ia mengucapkan permintaannya sambil merapikan kartu dan mengacaknya.

“emmm, apa ya za, aku bingung haha” katanya. “ini aja deh. Aku mau kamu besok ngajak jalan lagi Zahra baikan sama Zahra dan udah kayak dulu lagi sama Zahra. Okee?” katanya yang membuatku sedikit tertegun.

“duhhh win, sekarang aku kan lagi sama kamu, jangan bahas cewek lain laaah. Lagi pula itu 3 permintaan langsung gaboleh doong” protesku.

“yaudah dehh, ngajak jalan aja. Lagi pula aku bakalan menang lagi nanti hahaha” katanya meledekku

Aku kembali membagikan kartu dan bermain untuk ronde kedua. Ronde kedua kembali dimenangkan oleh Winda dan hukumannya adalah melanjutkan permintaan yang tadi. Kami bermain hingga ronde 4 dan tidak satupun aku menang dan Winda memberiku hukuman tidak jauh-jauh dari ia menyuruhku untuk kembali bersama Zahra.

“jangan nyesel ya kamu nanti kalo aku beneran baikan sama Zahra hahaha” kataku sambil mengacak kartu untuk ronde ke 5.

“lohh ngapain nyesel haha, aku seneng aja liat kamu sama Zahra kayak dulu. Kayak udah nemu tulang rusuk yang ilang tuh kamu hahaha” ledeknya.

“masa sih hahaha, kayaknya biasa aja deh” kataku sambil membagikan kartu.

Kami kembali bermain dan akhirnya saat-saat yang aku tunggu tiba. Aku menang dalam ronde ini.

“yeeesss hahaha” kataku puas.

“duhhh perasaanku gaenak” kata Winda sambil menyilangkan tangannya di dadanya.

“hahahaha, aku gaakan minta itu kok win” kataku sambil mendekati Winda.

*cup* ciumku ke kening Winda. Winda terlihat terkejut dan mukanya sedikit merah setelah aku mencium keningnya.

“alhamdllah kamu gak minta yang aneh-aneh hahaha” katanya yang membuatku tersenyum.

Winda kembali mengacak kartu itu dan membagikannya. Selama permainan Winda terlihat sekali tidak fokus dalam bermain dan sering mengeluarkan kartu yang tidak cocok dengan angka maupun warnanya. Aku kembali menang.

“aku mau kamu nemenin aku tidur malem ini hahaha” kataku.

“tuhkann udah mulai deh yang aneh-anehh” protesnya. “cuman nemenin doang kan?” lanjutnya.

“gatau deh liat aja nanti hahaha”

“duh nginep disini lagi deh” katanya sambil mengacak kartu dan membagikannya.

Sekali lagi aku menang pada game ini. Wajah Winda terlihat sangat kesal karena kalah berturut-turut.

“udah ini yang terakhir deh. Udah malem aku ngantuk” katanya

“okedeh, berarti ini hukuman terakhir buat kamu yaa” kataku. “eemmm apa yaa” lanjutku sambil berdiri melihat Winda

Aku menarik Winda untuk berdiri dan mencium bibirnya. Winda kaget namun pasrah saja dengan perlakuanku. Aku lalu menggendong Winda ke kasurku dan menindihnya sambil terus berciuman.

“win ini yang terakhir. Aku mau kita melakukan itu lagi tanpa ada gangguan lagi” kataku sambil melepaskan ciumanku.

“harus banget itu ya za?” katanya dengan wajah yang sedikit sedih.

“eitss peraturan” kataku sambil mencium bibirnya lagi.

Dalam momen itu, aku melihat Winda seperti tidak mau melakukannya namun tidak memberiku perlawanan yang berarti. Ia hanya sesekali mendorongku pelan dan kadang menarik rambutku agar berhenti menciumnya.

Setelah puas dengan bibirnya aku langsung melepas jilbabnya dan mencium lehernya. Ia sedikit kelonjotan karenanya. Aku lalu melepas kaosnya dan BH-nya. Aku kembali bermain-main dengan payudaranya yang mungil itu. Ia makin kelonjotan dan kulihat ia menutup mulutnya dengan tangannya untuk menahan desahannya. Tanganku mulai masuk ke dalam celananya dan menyusup kedalam celana dalamnya. Jariku mulai mencari-cari klitorisnya dan menggesek-geseknya. Tak lama setelahnya, tubuh Winda mengejang yang menandakan ia telah mendapatkan orgasme pertamanya.

Aku lalu melepaskan semua pakaianku dan melepas semua pakaian yang tersisa di tubuh Winda. Aku kembali mencium bibir Winda dan mendapati air matanya meleleh dari matanya membuat ciuman kami tambah basah. Aku berhenti menciumnya setelah beberapa saat, dan mengelus kepalanya serta mengusap air matanya. Setelah Winda lebih tenang, aku mempersiapkan penisku untuk masuk ke dalam vagina Winda. Aku mengurutnya sebentar lalu memasukkan kepala penisku terlebih dahulu. Aku melihat Winda menahan kesakitan. Aku kembali menciumnya dan mendorong penisku hingga masuk seluruhnya. Tubuh Winda sedikit terlonjak saat penisku masuk seluruhnya. Aku mendengar Winda merintih di tengah-tengah ciuman kami. Aku masih belum menggerakan penisku karena memberi kesempatan vaginanya beradaptasi dengan penisku lagi. Aku mengelus kepalanya lagi sambil kami berciuman. Setelah merasa Winda sudah tidak meringis lagi, kulepas ciumanku dan mulai menggerakan penisku. Awalnya kugerakan dengan sangat pelan dan membuat Winda kembali meringis. Aku hanya memegangi kepala Winda dan menatapnya matanya.

Cukup lama ritme pelan itu aku lakukan dan Winda sudah mulai tidak meringis lagi. Aku lalu menaikkan ritme sodokanku sambil memegang kedua tangan Winda. Rintihan Winda sudah menjadi desahan-desahan yang tertahan karena takut ada yang mendengar. Aku masih menggenjot Winda dengan kecepatan sedang dan desahan Winda makin kencang. Aku juga takut ada yang mendengar, akhirnya memutuskan untuk mencium bibirnya lagi. Sebentar saja ada di posisi itu dan aku merasa Winda akan mencapai orgasmenya lagi. Dan benar saja, tubuh Winda mengejang dan bibirku sedikit digigit oleh Winda yang membuat bibirku berdarah. Aku berhenti menggenjotnya dan dia meminta maaf karena membuat bibirku berdarah. Aku hanya tersenyum dan melanjutkan genjotanku. Kurang lebih 15 menit aku menggenjotnya pasca ia orgasme, dan aku merasa ingin mencapai klimaksnya. Aku yang takut akan telat mengeluarkan penis saat sperma keluar, akhirnya memutuskan untuk mencabut penis dari vaginanya dan mengocoknya diatas perut Winda. Winda yang melihatnya langsung bangun dari tidurnya dan meraih penisku. Ia lalu mengocoknya dan memasukannya kedalam mulutnya. Dan sebentar saja dia melakukan hal itu, aku meraih orgasmeku dan sekali lagi spermaku ia telan semua. Aku langsung ambruk disebelahnya. Winda lalu bangkit dari kasurku dan mengambil minum. Ia juga mengambilkan minum untukku. Aku bangkit dan segera meminum air yang diberikan oleh Winda.

Aku lalu segera memakai pakaianku lagi dan aku melihat Winda juga melakukan hal yang sama. Kami lalu memutuskan untuk tidur dengan posisi yang sama seperti pertama kami tidur bersama, namun yang membedakan adalah sekarang kami memakai pakaian yang lengkap.


Bersambung…………….
 
Terakhir diubah:
Hmm..sebenernya ane lbh setuju klo Faza sama Zahra
Sedangkan masalah Hani sama Winda udh saling memahami kondisi mereka, mereka gga bisa dapatkan hati Faza namun mereka jg dpt perhatian yg Faza berikan kpd Zahra
Nah buat Wahyu hrs di ksh pelajaran, mungkin Wahyu sama Tia hrs di culik
Wahyu di paksa menyaksikan Tia di gangbang sama Faza, Dimas dan Tama
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Suhu maaf nih cuma ingin menyampaikan masukan, kalo bisa tolong lebih diperbanyak adegan ekse memakai jilbab. Soalnya dari tag dan ilustrasi kan jilbaber, tapi pas ekse ga pake jilbab jadi susah ngebayanginnya suhu hehehe. Kaya pas ekse dua orang misterius di bagian 3 itu bagus suhu. Ini cuma sekedar masukan aja suhu, sisanya keren kok suhu ceritanya. Lanjutkan suhuuu edankeun lur
 
complicated... dan ngejlimet cerita ini, kemungkinan faza akan membalas dendam pada wahyu sangat besar kemungkinan nya.

Tia ane yakin sama seperti zahra awal nya menyukai faza yang secara perasaan membuat hati kedua nya nyaman saat masih opspek, cuma karena kedekatan faza dengan zahra akhir nya tia menjauh dan wahyu yang masuk di hati nya.

Tetapi apakah tia sudi diperlakukan wahyu seperti itu? Apalagi kalo ia tau yang memperkosa zahra sahabat nya adalah wahyu kekasih nya, pasti ia menyesal jadian sama wahyu.

Faza, akan sadar betapa berharga nya zahra dalam hidup nya, mungkin saja saat ini faza masih tertutup mata dan hati nya karena dorongan nafsu sesaat tetapi akan tersadarkan bahwa zahra lah yang terbaik buat diri nya di banding kan bidadari lain nya (hani, winda, tia, mbak nayla).

mohon maaf suhu jika komentar ngawur ane merusak alur cerita suhu ane hanya sekedar berfantasy faza dan zahra di akhir cerita akan jadi kekasih bahkan mereka jadi suami istri.
 
ane rasa ,ini cerita dapet banget feel nya. kayak cerita Real aja. dan cerita ini gak lebay,mirip real story. entah real ato fiksi cm penulis yg tau. keep posting suhu.. :semangat:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Faza sih Mintanya yg terakhir tanpa ganggu an, tapi Kalo sebaliknya windaaaaa Yang Minta apa yakin sanggup nolak .. Rasanya ngga deh hahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd