Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisahku, kisahnya, dan kisah kita (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Bad boy selalu menang ya
 
Jangan goyah karna mantan hu..
Tetep pilih dini..
Kalo suci kan dah tau rasanya..
Dini kan beloom.. wkwkwk..
 
Bagian 40

Lebaran hari ke 2.

SInar matahari di luar sana terlihat sangat terik, padahal masih jam 9 pagi. Aku sudah siap untuk menuju rumah suci untuk bersilaturahmi. Suasana rumah ku masih ramai para tetangga yang datang ke rumah.

“mau kemana ndi?” tanya kak dewi saat aku keluar dari kamar dengan memakai pakaian yang terbilang rapi.

“mau kerumah suci kak, mau lebaran.” Ujarku.

“oh yaudah sana.” Kata kak dewi.

“kak, kalo nanti dini nanyain aku bilang aja aku ke rumah temenku ya.” Kataku.

“aku bilang ke rumah suci juga gpp kan?” tanya kak dewi.

“eh jangan kak.” Kataku dengan sedikit teriak.

“loh bukannya sekarang suci juga jadi temanmu?” ujar kak dewi.

Aku diam, tak ada kata yang terucap dari bibirku. Ucapan kak dewi juga benar, bila sekarang suci temanku.

“haha iya ndi santai aja, aku gak bilang ke dini kalo kamu ke rumah suci kok.” kata kak dewi dengan diakhiri sebuah tawa.

“nah gitu dong, dari tadi kek hehe.” kataku.

“kamu mau kemana ndi? kok rapi banget?” tanya ibuku yang kulihat berjalan dari arah depan.

“mau lebaran ke rumah suci bu.” Kataku.

“nah yaudah kalo gitu, nanti suci juga suruh lebaran kesini ya. Ibu udah lama gak ketemu dia.” Ujar ibuku yang menampakan wajah yang ceria pagi itu.

“iya bu, tapi kalo sucinya mau diajak tapi.” Kataku.

“bilang aja ibu yang nyuruh ndi, pasti mau dia kok.” kata ibu.

“iya bu nanti aku bilang, yaudah aku berangkat ya. Assalamuallaikum.” Aku berpamitan kepada iu dan kak dewi.

“wallaikumsalam, jangan ngebut.” Kata ibuku.

Aku berjalan keluar rumah dan langsung menuju motorku untuk kerumah suci. suasana jalanan terlihat ramai, plat-plat kendaraan luar kota memenuhi jalan hingga menyebabkan kemacetan.

Jarak yang biasaku tempuh ke rumah suci 20 menit, kini bahkan hampir 1 jam untuk sampai ke rumah suci. sesampainya di sana, aku melihat rumah suci terlihat sepi dan pintunya tertutup. “kok sepi ya? Apa pada pergi?” tanyaku dalam hati.

Aku sempat ingin kembali pulang ke rumah saat itu, namun aku ingin memastikan terlebih dahulu. Kulangkahkan kakiku menuju depan rumahnya dan langsung kuketuk pintu rumahnya.

“assalamuallaikum.” Ujarku sambil mengetuk pintu.

Tak terdengar jawaban dari dalam, aku sedikit melihat kedalam melalui jendela rumahnya. Terlihat sepi, namun aku melihat bayangan seseorang.

“assalamuallaikum.” Kataku dengan lebih keras dari sebelumnya sambil mengetuk pintu.

“wallaikumsalam.” Samar-samar terdengar suara dari dalam rumahnya.

Tak lama setelah itu pintu rumahnya terbuka, ternyata suci yang mmebuka pintu saat itu. suci saat itu memakai kemeja yang di masukan kedalam rok panjangnya ditambah jilbab yang membalut kepalanya.

“andi.” ujar suci yang terlihat kaget melihatku.

Aku hanya diam sambil tersenyum.

“eh masuk sini ndi.” kata suci.

“iya ci.” Kataku sambil berjalan melewatinya yang masih berdiri di dekat pintu.

Aku langsung duduk di kursi yang berada di ruang tamunya. Kulihat meja di depanku yang terdapat beberapa toples yang berisi makanan khas lebaran. Kulihat suci langsung menutup pintu sekaligus menguncinya.

“kok ditutup ci?” tanyaku bingung.

“iya biarin aja ndi.” kata suci sambil duduk di sebelahku.

“kok sepi, ayah sama ibumu kemana?” tanyaku.

“ayah sama ibu lagi pergi ke rumah temen ayah, adik-adiku juga pada ikut.” Kata suci.

“kamu kok gak ikut?” tanyaku sambil membuka toples yang berisi kacang bawang.

“eh ini boleh aku makan kan?” tanyaku lagi sambil mengambil kacang yang ada di toples.

“haha iya makan aja ndi, iya aku gak ikut. Motornya juga gak muat kan.” Kata suci.

“o iya, apa lagi kamu sekarang keliatan agak…” aku tak meneruskan ucapanku karena aku mulai memakan kacang.

“agak apa ndi? tanya suci yang terlihat bingung.

“agak gendut haha.” Kataku sambil tertawa.

“ih apaan sih.” Kata suci sambil memukul bantal yang ada di kursi ke tubuhku.

“yaampun sampe lupa ci aku belum lebaran sama kamu. Mohon maaf lahir batin ya, maafin aku kalo selama ini banyak salah sama kamu.” Kataku sambil mengajaknya bersalaman.

Kulihat suci hanya diam menatapku dan lama kelamaan kedua matanya mulai berair. “ci.” Kataku sambil masih mengajaknya salaman.

Tiba-tiba suci langsung memelukku dari depan. “ehh” ucapku saat merasakan tubuhku yang dipeluk. Lalu terdengar jelas tangisan lirih suci yang masih memeluku. Kepala suci tepat berada di sebelah kiri kepalaku.

“kalo kamu mau nangis ya menangislah kalo memang itu bisa membuatmu tenang nantinya.” kataku lirih sambil tangan kananku yang tadi mengajaknya salaman kugunakan untuk membelai punggungnya.

Suci masih menangis sambil memeluku, terkadang ia mengeratkan pelukannya. Aku hanya diam sambil mengelus punggungnya. Aku tak bisa melihat suci terus begini, apalagi melihatnya menangis. Kuterikan dengan rencanaku beberapa hari lalu yang akan mengakhiri urusanku dengan suci dan ini adalah saat yang tepat.

Lama kelamaan tangisan suci mereda, lalu ku berusaha mendorong perlahan tubuhnya dari tubuhku. Setelah kami tak berpelukan lagi, kedua tanganku kuarahkan ke pipi kiri dan kanannya. Dia terlihat sesenggukan sambil kedua matanya masih mengeluarkan air mata yang membasahi pipi dan kedua tanganku.

“udah ci, jangan nangis. Masa setiap ketemu aku kamu nangis terus.” Kataku sambil mengelap air matanya yang turun.

“huhuhu andiiii.” Katanya sambil memejamkan matanya dan itu justru membuat air matanya mengalir lebih cepat.

Suci kembali membuka matanya dan menatapku, kudekatkan wajahku kewajahnya sambil masih bertatapan.

“liat aku ci.” kataku.

Suci menatapku dengan sayu.

“jangan nangis lagi, air matamu itu mahal. Jangan Cuma mengingat masa lalu yang terjadi sama kita, kamu jadi gampang ngeluarin air mata. Penyesalan itu pasti ada, aku juga menyesal dulu tak bisa membagi waktu antara buat kamu dan organisasi kampusku. Menangislah jika bahagia dan jangan menangis buat sebuah penyesalan.” Kataku sambil menatapnya dengan dekat.

Suci kini terdiam, kulihat tidak ada air mata yang turun lagi. Suci mulai tersenyum dengan mata yang masih berair. Kulepaskan kedua tanganku dari wajahnya lalu kumundurkan kembali wajah dan tubuhku secara perlahan.

“mmmmhhhh” erangkau saat tiba-tiba suci dengan cepat mencium bibirku sambil menekan bagian belakang kepalaku supaya bibir kami lebih menyatu.

Bibir kami bertemu, namun ku hanya diam merasakan bibirku dilumat oleh bibirnya. Kulihat suci lama-lama memejamkan kedua matanya. Setelah hampir lama diam, lama-lama aku terbawa suasana yang ada.

Kini kubalas lumatan suci, lidah kami saling bertemu. “mmhh mmhh” suara yang keluar dari bibir kami yang beradu. Ku gerakan tanganku kepunggungnya hingga terkadang aku memberikan sentuhan di pinggangnya. Kurasakan suci seikit menggerekan badannya saat aku memberi sentuhan di pinggangnya.

Tangan kiriku kini mulai membelai bagian bawah tangannya hingga berlabuh di payudara kanannya. “mmmhhh” desah suci saat tanganku kini sudah menggenggam payudaranya.

Kuberi remasan lembut di payudaranya yang masih ditutupi bh beserta kemeja yang ia gunakan. Kurasakan kontolku mulai berdiri di dalam celana, namun itu tak berlangsung lama karena kini aku mulai tersadar.

Kubuka mataku dan kulihat suci masih memejamkan matanya sambil masih berciuman denganku. Kutarik tanganku dari payudaranya dan kugunakan kedua tanganku untuk mendorong suci perlahan agar ciuman kami berakhir.

Ku pegang kedua lengannya, tangan kanan suci memegang bibirnya sendiri yang basah akibat ciman kami tadi.

“maaf ci, ini salah. Gak seharusnya kita kayak tadi.” Kataku.

Suci tersenyum namun tangannya masih menyentuh bibirnya, “aku yang harusnya minta maaf sama kamu.”

“aku udah maafin kamu kok ci.” Kataku.

“kita kosong-kosong ya hehe.” ujar suci yang kini mulai tertawa.

Aku hanya tersenyum saja mendengar ucapannya.

“kamu udah makan belom?” tanya suci.

“belom ci, ibumu bikin ketupat gak? Aku laper hehe.” kataku.

“bikin kok ndi, yuk ke belakang aku potongin ketupatnya.” Kata suci.

“ayuk hehe.” kataku

Aku lalu berjalan dibelakang suci menuju ruang makan, aku senang kini suci kembali tersenyum kembali. Aku sempat menyesali perbuatanku yang sempat memegang payudaranya, ditambah aku juga menikmati ciuman tadi.

“kamu duduk dulu ndi, aku mau ke kamar mandi dulu.” Kata suci yang terus berjalan ke belakang.

Aku duduk di kursi yang ada di ruang makan, sambil menunggu suci aku mengambil hpku dari kantong celanaku. Ada sebuah pesan dari dini, “nanti kabarin aku ya kalo udah pulang dari rumah temenmu. Aku tadi nanya kak dini trus katanya kamu lagi lebaran di rumah temenmu.” Isi pesan dari dini.

Aku tersenyum membaca pesan dari dini, ternyata kak dewi bilang apa yang aku suruh. Namun aku juga merasa bersalah telah bohong kepadanya, namun itu semua kulakukan agar rencanaku hari ini lancar.

“baca apa sih sampe senyum-senyum begitu?”

Kulihat suci datang dari arah belakang sambil membawa sebuah pisau yang terlihat tajam. “ci, ngapain bawa pisau begitu?” kataku.

“buat nusuk kamu.” Katanya sambil menodongkan pisau itu tepat di depan mukaku.

“ci, jangan.” Kataku mulai panik.

“haha bercanda ndi, kan aku mau motongin ketupat. Katanya kamu mau makan?” kata suci yang kini sudah menurunkan pisaunya dari hadapanku.

“hehe kirain beneran.” Kataku.

Lalu kulihat kini suci sedang membelah dan memotong ketupat yang sedang ia pegang menggunakan pisau yang dibawanya tadi. Suci menaruh ketupat di piring yang sudah ia siapkan. “segini cukup?” tanya suci.

“oh cukup mbak cukup. Jangan lupa dikasih opor ya, ayamnya yang paha. Dikasih sambel trsu krupuknya jangan lupa ya mbak.” Ujarku menggodanya seolah aku sedang membeli lontong sayur.

“ih emang aku tukang lontong sayur apa” kata suci sambil mukanya cemberut.

“haha bercanda ci.” Kataku.

Suci lalu menuju dapur rumahnya sambil membawa piring yang berisi ketupat. Lalu ia kembali lagi dengan membawa piring yang ia bawa tadi, kini terlihat ketupat itu sudah dibanjiri oleh kuah opor dan ada sepotong paha ayam beserta sambal.

“diabisin ya ndi.” kata suci memberikan piring itu kepadaku sambil mulai duduk di kursi sebelahku.

“kamu gak makan?” tanyaku.

“enggak ndi, aku udah makan tadi.” Kata suci.

Kuletakan hp ku di meja makan dan aku mulai mencicipi ketupat beserta opor buatan ibu suci yang sudah lama tak aku makan. Rasa opornya sangat enak ditambah sambal yang menabah cita rasa pedas. Aku makan sambil sesekali melihat suci yang ternyata juga sedang memperhatikanku yang sedang makan.

Saat aku sedang makan, tiba-tiba hpku berdering. Kulihat nama dini muncul di layar hpku. “duhh si dini telfon.” Kataku dalam hati. Kulihat suci juga tersenyum, “angkat ndi.”

Kulepas genggamanku pada sendok yang kugunakan untuk makan, lalu aku mengangkat telfon dari dini.

“halo din” kataku lirih.

“halo sayang, kamu udah pulang belom?” kata dini.

Tiba-tiba suci menyendoki ku makanan dan diarahkan ke mulutku, akupun membuka mulutku dan suci memasukan ketupat ke dalam mulutku. Ya, kini aku sedang disuapi oleh suci sambil masih telfonan dengan dini. “gila, ini sungguh gila.” Pikirku.

“kok diem yang?” tanya dini.

“eh iya ini aku lagi makan ketupat.” Kataku namun sambil melihat ke arah suci yang masih menyuapiku.

“oh yaudah kamu makan dulu deh yang, dadaaahhh aku sayang kamu.” Kata dini.

Aku diam dan merasakan bingung, apa harus aku membalas ucapan dini barusan.

“tuh diem lagi kamu ih.” Kata dini.

Ku lihat suci yang berniat menyuapiku lagi lalu kupandang matanya, “iya aku sayang kamu…dini.” kataku dengan lirih namun kuyakin suci mendengarnya.

Kulihat suci meletakan kembali sendok yang ia pegang ke piring, lalu piring itu ia letakan di meja makan. Kumatikan telfonku dengan dini dan memasukan hpku ke dalam kantong celanaku.

“dini pacarmu ndi?” tanya suci.

“hmm nanti aku ceritain ya, sekalian ada yang mau aku omongin. Sekarang aku habisin ketupat dulu ya.” Kataku.

Kuhabiskan ketupat yang masih tersisa sedikit, kulihat suci kembali kebelakng dan kembali sambil membawa segelas air putih dingin. Setelah makananku habis, langsung ku minum air yang sudah dibawa suci tadi.

Aku tetap duduk sambil menunggu makanan di perutku mulai turun. Kami berdua kini terdiam dengan duduk yang bersampingan. 15 menit kemudian kurasakan makanan ku mulai turun, “ci, kedepan yuk. aku mau ngomong.” Kataku.

Suci hanya diam dan beranjak dari kursinya diikuti olehku yang juga beranjak dari kursi yang tadi kududuki. Setibanya di ruang tamu, kami duduk bersebelahan seperti tadi.

“suci.” kataku.

“iya ndi.” kata suci.

“perihal dini tadi, aku mau ngasih tau. Kalo dia bukan pacarku, tapi…” aku tak meneruskan ucapanku.

“tapi kenapa ndi?” tanya suci yang terlihat penasaran.

“tapi aku sekarang sayang sama dia meski dia belum jadi pacarku.” Kataku.

“ohh gitu hehe, ya bagus ndi.” kata suci sambil tersenyum dengan terpaksa.

“aku ngerasa juga kalo urusan kita harusnya udah selesai. Kamu udah sama tomi dan aku juga udah sayang sama dini. aku gak mau mereka tersakiti karena kita masih punya perasaan ci. Ya walaupun aku gak tau yang sebenernya, tapi kuyakin kalo tomi juga sayang banget sama kamu. Dia juga aku yakin bisa ngejaga kamu.” Kataku.

“ada yang belum kamu tau ndi.” kata suci yang kini menundukan kepalanya.

“apa itu?” tanyaku.

“ayah sama ibu gak setuju kalo aku pacaran sama tomi ndi.” kata suci lirih.

“kok begitu?” tanyaku bingung.

“kamu pasti udah tau alesannya, ayahku juga udah pernah ngomong ke kamu kan?” kata suci.

Aku diam sambil mengingat pembicaraanku dengan ayah suci ebebrapa hari lalu.

“ci, coba jawab jujur. Kamu sayang sama tomi atau enggak?” tanyaku.

Suci sempat terdiam sebentar, “iya aku sayang sama dia ndi.”

“trus kamu sayang gak sama aku?” tanyaku.

“iya aku sayang juga sama kamu ndi.” kata suci.

“enggak ci, kamu udah gak sayang sama aku. Kamu itu Cuma masih merasa bersalah sama aku.” Kataku.

“tapi aku beneran sayang sama kamu ndi.” kata suci.

“enggak, aku gak percaya. Aku lebih percaya ucapanmu beberapa bulan lalu yang bilang kalo kamu lebih milih tomi daripada aku.” Kataku.

“andi.” kata suci yang kini kembali mengeluarkan air mata.

“ini harus disudahi ci. kalo memang bener kamu sayang sama aku, kamu harus cepet hilangin rasa itu. akupun begitu, aku berusah ngilangin rasa sayang ke kamu, karena aku sadar ada dini yang sedang menungguku kembali ke kota itu. meski berat, tapi memang itu yang harus kita lakukan. Kita pelan-pelan hilangin rasa yang ada.” Kataku.

Suci hanya diam sambil mengelap air matanya. Kupegang tangan kanan suci, “ci, lihat aku.”

Suci menatapku, “kita akhiri semua ini ya, kisah kita udah usai dari beberapa bulan yang lalu. Aku gak mau kalo tomi, dini, atau bahkan kamu tersakiti. Cukup aku yang merasakannya sendiri, merasakan seperti beberapa bulan yang lalu.” Kataku sambil merasakan air mataku turun.

Aku sebenarnya tidak sanggup untuk berbicara seperti itu, tapi memang itu jalan keluar yang ada dan bisa menyelesaikan urusan kami berdua. Kini giliran suci yang mengelap air mataku yang turun, meski hanya sedikit namun tetap ia elap sambil tersenyum memandangku. Bahkan air matanya sendiri masih terus mengalir, tetapi ia malah mengelap air mata yang turun di pipiku.

Kupegang tangan kirinya yang ada diwajahku, “ci, kita akhiri semua ini ya.” Kataku.

Suci terdiam cukup lama, hingga akhirnya ia berkata “iya ndi, kita akhiri semua ini.”

Aku tersenyum setelah mendengar ucapan suci. lalu kami saling berpelukan, aku berharap semua ini benar-benar berakhir. Kami berpelukan hanya sebentar, aku tertawa dan suci tertawa.

“kok bisa begini ya ci hehe.” kataku.

“gak tau aku ndi.” kata suci.

Aku mengajaknya salaman dan suci menyambut tanganku. “kita kosong-kosong beneran ya ci hehe” kataku.

“iya ndi.” kata suci yang diakhiri senyuman di bibirnya.

Kulihat jam tanganku menunjukan pukul 1 siang dan aku teringat pesan ibu untuk mengajak suci ke rumah. “ci, ke rumahku yuk. tadi ibu pesen buat ngajak kamu, di rumah juga ada pakde, bude dan kak dewi.” Kataku.

“emang gpp kalo aku ke rumahmu ndi?” tanya suci.

“iya gpp ci, ibuku yang nyuruh.” Kataku.

“yaudah bentar ya ndi, aku ganti baju dulu.” Kata dini lalu beranjak menuju kamarnya.

Kini aku duduk sendiri di ruang tamu rumahnya, sekitar 30 menit kemudian suci kembali ke ruang tamu. Ia kini memakai baju muslim wanit berwarna putih lengkap dengan jilbabnya. Kulihat wajahnya juga sedikit di rias olehnya.

“yuk ndi, aku udah siap.” Kata suci.

“yuk!” kataku.

Kami berdua kini berjalan menuju motorku, dengan sebelumnya suci mengunci pintu rumahnya. Kami menuju rumahku dengan berboncengan. Saat sampai di rumah kulihat semuanya sedang kumpul di teras termasuk kak dewi.

“assalamuallaikum.” Kata suci setelah turun dari motorku lalu menuju teras.

“wallaikumsalam suci.” kata ibuku.

Kulihat suci langsung salim kepada ibuku, “mohon maaf lahir batin ya bu. Maafin suci kalo banyak salah.”

“iya ci, maafin ibu juga ya.” Kata ibuku lalu mencium kedua pipi suci secara bergantian.

Suci juga bermaaf-maafan bersama bude, pakde, dan kak dewi tentunya. Kulihat kak dewi hanya tersenyum kepada suci saat salaman dengannya. Lalu ibuku mengajak suci masuk dan aku jalan mengikuti mereka.

“sini ci, duduk sebelah ibu. Ibu udah lama gak ketemu kamu soalnya.” Ujar ibuku sambil duduk.

Kulihat suci langsung duduk di sebelah ibu dan aku duduk di seberang mereka berdua. Ibu juga menawarkan makanan khas lebaran yang ada di meja ruang tamu rumahku. Kak dewi juga menyusul kami di ruang tamu dan duduk di sebelahku.

“gimana kabarmu ci? Kuliahmu lancar kan?” kata ibu yang menunjukan ekspresi bahagia setelah bertemu suci.

“Alhamdulillah sehat bu, aku abis lebaran sidang skripsi. Doain ya bu biar lancar hehe.” kata suci.

“wah udah sidang aja, gak kayak andi tuh malah nambah semester lagi.” Kata ibu lalu melirikku.

Mereka terlihat asik mengobrol, lalu ku keluarkan hpku dan mengirim pesan ke dini bahwa aku sudah di rumah. Tak lama dini langsung membalas pesanku, seperti biasa dini selalu bilang kangen dan menyuruhku untuk cepat untuk kembali.

Lalu bude datang dari arah belakang sambil membawakan minuman untuk kami yang ada di ruang tamu.

“ya ampun mbak, aku sampe lupa bikinin minum. Malah jadi mbak yang bikin.” Kata ibuku kepada bude.

“ya kamunya juga lagi asik ngobrol sama suci kok.” kata bude sembari meletakan minuman diatas gelas.

“namanya udah lama gak ketemu to mbak.” Kata ibuku.

Setelah meletakan minuman, bude langsung kembali ke belakang.

“ayo diminum ci.” Kata ibu.

“iya bu, aku minum ya.” Kata suci sambil mengambil gelas lalu meminumnya.

“trus sekarang kamu gimana ci? Udah punya pacar?” tanya ibuku.

Aku terkejut mendengar pertanyaan ibuku kepada suci, tenggorokan tiba-tiba langsung kering dan ingin batuk. Kuambil minumanku dan langsung meminumnya.

“ci, ibu tanya kok diem?” kata ibuku.

Suci yang masih memegang gelas sempat melirikku sebentar, aku menganggukan kepalaku sambil tersenyum. Sebagai tanda bahwa ia harus jawab dengan jujur.

Lalu suci meletakan gelas di meja, “udah bu, aku udah punya pacar.” Kata suci kepada ibu namun matanya masih melihatku.

Akupun tersenyum setelah suci menjawab pertanyaan ibuku dengan jujur.

“ohh.” Respon ibu setelah mendengar jawaban dari suci.

Suasana menjadi aneh, ibu dan suci kini saling diam. Kulihat raut wajah ibu memperlihatkan rasa kecewa.

“ci, ke belakang yuk. kita makan bareng.” Ajak ibu ke suci.

“aku udah makan tadi di rumah bu.” Kata suci.

“kamu gak mau nyicipin masakan ibu?” tanya ibuku.

“hehe mau kok bu.” Ujar suci.

“yaudah yuk kebelakang kita makan.” Kata ibuku yang mulai berdiri.

Ibuku dan suci berjalan menuju belakang untuk makan. Kini aku hanya berdua di ruang tamu bersama kak dewi.

Entah harus senang atau sedih melihat ibuku sangat dekat dengan suci. di satu sisi aku senang ibu dekat dengan suci, di sisi lain aku juga sedih bila mereka dekat dalam keadaan aku dan suci yang kini hanya sebatas teman.

“ndi, kok kayaknya bulik sayang banget sama suci ya?” kata kak dewi dengan lirih.

“ya begitulah kak.” Kataku.

“kamu juga masih sayang kan sama suci?” tanya kak dewi.

Aku tak menjawab pertanyaan kak dewi.

“kakak pulang kapan?” tanyaku.

“besok malem ndi, kenapa?” kata kak dewi.

“aku bareng yahh.” Kataku.

“loh tumben kamu cepet pengen balik kesana.” Ujar kak dewi.

“iya kak, aku kangen dini hehe.” kataku yang seolah menjawab pertanyaan kak dewi yang tadi tak kujawab.

“pantesan, ternyata itu alasanmu. Aku Cuma mau pesen 1 aja sama kamu ndi.” kata kak dewi.

“apa tuh kak?” tanyaku penasaran.

“kasih dini kepastian ya ndi, kasian dini.” kata kak dewi.

“iya kak. Yaudah aku ke kamar dulu ya, ngantuk banget.” Kataku lalu berjalan menuju kamarku.

Skip

Aku merasakan tubuhku seperti digoyang-goyang dan membuatku terbangun dari tidurku. Kubuka kedua mataku dan kulihat ibu di dekatku.

“mmmhhhh kenapa bu?” kataku dengan masih agak mengantuk.

“bangun udah sore, anter suci pulang juga sekalian. Dia mau pulang katanya.” Kata ibuku.

Aku langsung bangun dan beranjak dari tempat tidurku. Aku keluar kamar dan menuju ruang tamu sebentar, kulihat ia sedang duduk sendiri sambil memainkan hpnya.

“ci, aku mandi dulu sebentar ya.” Kataku.

Suci langsung melihatku, “iya ndi.”

30 menit kemudian

Aku sudah siap untuk mengantar suci pulang, suci lalu berpamitan kepada ibu, bude, pakde, sekaligus kak dewi. Aku lalu berangkat mengantar suci pulang, suasana jalanan masih saja macet hingga sore ini.

“maaf ya ci, tadi aku tinggal tidur. Ngantuk banget soalnya.” Kataku saat macet.

“iya ndi gpp kok.” kata suci.

“ayah mu udah pulang?” tanyaku.

“udah ndi, aku juga udah ngabarin ayah kalo lagi di rumahmu.” Kata suci.

“oh yaudah.” Kataku.

Aku lalu melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai di rumah suci setelah melewati macet yang lumayan panjang di jalan tadi. Kami berdua langsung masuk ke dalam rumahnya dan disambut oleh ayah dan ibu suci.

“maafin aku ya pak kalo punya salah sama bapak sama ibu.” Kataku sambil salim dengan mereka secara bergantian.

Aku juga bersalaman dengan adik-adik suci, “ayo duduk dulu ndi.” ajak ayah suci.

“kayaknya aku langsung pulang aja pak, mau beres-beres pakaian juga. Besok rencananya saya mau balik ke kota M.” kataku.

“kok cepet banget ndi baliknya, suci aja masih minggu depan baliknya.” Kata ibu suci.

“hehe iya bu, mau nerusin skripsiku yang belum selesai.” Kataku.

“oh yaudah dikerjain yang bener ya ndi, biar cepet selesai.” Kata ibu suci.

“iya ndi, cepet selesaiin ya.” Kata ayah suci.

“iya doain ya pak, bu. Aku pamit ya, assalamuallaikum.” Kataku.

“wallaikumsalam.” kata ayah ibu suci bebarengan.

“ci, anter andi sampe motornya.” Suruh ibu suci.

“iya bu.” Kata suci.

Aku keluar dari rumahnya dan langsung menuju motor dengan suci yang berjalan di sebelahku.

“ndi, makasih ya.” Kata suci yang berdiri di samping motorku.

Aku naik ke motorku, “makasih buat apa ci?”

“buat semuanya termasuk yang tadi siang di rumahku.” Kata suci sambil tersenyum.

“tadi siang? Maksudnya?” aku masih tidak mengerti maksud omongan suci.

Suci lalu mendekat dan berbisik lirih di telingaku, “terima kasih untuk ciuman yang tadi.”

“eh” kataku kaget.

Suci hanya tersenyum dan aku kini gantian memberi kode untuk mendekatkan telinganya ke arahku lalu aku berbisik, “anggap saja itu sebagai penanda untuk kita yang saat ini hanya sebatas teman.”

Suci lalu berdiri normal seperti biasa, “iya ndi” kata suci.

“ci, inget kata-kataku ya. Menangislah untuk sebuah kebahagiaan, bukan untuk sebuah perpisahan atau penyesalan. Good luck ya buat sidangnya besok.” Kataku.

“iya ndi, aku bakal inget kata-katamu. Iya doain ya ndi biar sidangku lancar, aku juga doain biar skripsimu lancar.” Kata suci.

“aamiin, yaudah aku pulang yah.” Kataku sambil memakai helm.

“ndi.” kata suci.

“apa lagi ci?” tanyaku.

“salam buat dini yah.” Ucapan suci membuatku terkejut.

Aku tersenyum, “iya ci, besok aku salamin. Bilangin juga ke tomi ya ci, jangan pernah berani menyakitimu.” Kataku sambil menatap matanya yang mulai berkaca-kaca.

“iya ndi, nanti aku bilangin ke tomi kok.” kata suci tersenyum namun matanya berkaca-kaca.

“aku pulang dulu, assalamuallaikum.” Kataku.

“wallaikumsalam, hati-hati ya ndi.” kata suci.

Aku lalu mulai mengendarai motorku untuk pulang ke rumah. Lega, itu yang aku rasakan saat itu. semua urusanku dengan suci telah selesai. Berat memang, tapi memang itu yang harus aku lakukan. Melepaskan suci dan kini aku mulai menatap kedepan bersama dini.

Aku sudah yakin dengan dini, meski penuh keterbatasan dan perbedaan antara kami berdua. Namun aku tak memperdulikan itu, aku sudah terlanjur sayang dan cinta kepada dini sekaligus aku berharap tak salah menentukan pilihan.



Segitu dulu ya huuuu…..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd