Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisahku, yang....!!!!

Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Ivan..?

  • Risya

    Votes: 243 68,3%
  • Alya

    Votes: 75 21,1%
  • Dinni

    Votes: 73 20,5%
  • Nadira

    Votes: 49 13,8%
  • Karakter baru

    Votes: 61 17,1%

  • Total voters
    356
  • Poll closed .
Ngk sabar deh nunggu kelanjutannya
Ini baru cerita yg menarik dan asik di baca selama ini...
Ngk menjenuhkan bgttt baca kisah di dlmnya...
 
Wah nasib Risya gmna nie nanti. Adeknya bisa nolong ga ya🤔
 
Yang muda yang bercinta

Sepertinya chapter depan akan ada "pecah telur"..
 
CINTA YANG MERUBAH SEGALANYA




POV 3rd


seorang pria mengunjungi sebuah rumah kos sederhana yang terletak disudut kota.. pria itu ingin bertemu dengan wanita yang dulu pernah menjadi kekasihnya.. kini mereka tak pernah bertemu lagi semenjak wanita itu telah memiliki kekasih baru..

pria itu bukannya tak mengetahui bahwa wanita itu telah mendapatkan penggantinya.. namun ia tak mempermasalahkan itu semua.. pria itu langsung mengetuk pintu ketika sudah berada didepan pintu..

"TOK... TOK... TOK..."

"TOK... TOK... TOK..."

"iyaa, sabar sebentar kenapa sih.."
sahut wanita yang berada didalam rumah dengan kesal.. wanita itu baru saja selesai mandi dan tubuhnya pun hanya ditutupi dengan selembar handuk.. handuk yang dikenakannya pun hanya mampu menutupi setengah dari payudara besarnya hingga beberapa centi dibawah pantatnya..

"Bram.. ngapain loe ke sini..? Loe gak ada niat jahatkan ama gue..?" kata wanita itu setelah membuka pintu dan yang datang adalah mantan kekasihnya..

"hehe.. Sandra.. setelah kita putus, loe tambah bohay aja sekarang.." kata Bram dengan mata terbelalak melihat tubuh indah Sandra..

"buat apa lagi loe ke sini..? kita udah gak ada hubungan apa - apa.. dan gue juga udah punya cowok sekarang.." ucap Sandra sambil mundur ke belakang beberapa langkah..

"tak bisakah kita melakukannya satu atau dua ronde gitu, Sand..?" tanya Bram menggoda Sandra dengan memainkan kedua alisnya..

Bram yang tadinya hanya berdiri didepan pintu, kini masuk ke dalam rumah Sandra.. setelah ia sudah masuk, Bram langsung menutup pintu rumah dan menguncinya..

"gak.. gue gak mau melakukannya.. gue gak mau mengkhianati cowok gue.. dan gue minta sama loe jangan pernah mengganggu hidup gue lagi.." ucap Sandra sedikit ketakutan sambil menguatkan ikatan pada handuknya.. Sandra juga mundur beberapa langkah lagi ke belakang..

"Sand.. sudah tak adakah cintamu untukku lagi..?"

"segitu cepatkah kau melupakanku, Sand..?"

"tak adakah tempat untukku direlung hatimu lagi..?"

"Sand.. sebenarnya aku masih mencintaimu.."
kata Bram bersungguh - sungguh.. Sandra yang mendengar apa yang dikatakan Bram tadi hanya bisa diam terpaku..

"Hiks... Hiks... Hiks..."

"loe jahat Bram.."

"loe jahat.."

"loe udah sukses buat gue hancur Bram.."


"loe udah nyakitin perasaan gue.."

"Hiks... Hiks... Hiks..."

Bram berjalan mendekati Sandra yang sedang menangis.. setelah berdiri dihadapan Sandra, Bram kemudian memegang tangan Sandra..

"maafin gue, Sand.." kata Bram..

"gue janji gak aka nyakitin loe lagi.." kata Bram tulus..

"tapi loe udah ngelakuinnya, Bram.." ucap Sandra melepaskan tangannya dari pegangan Bram dan memukul dada Bram kuat - kuat.. Bram hanya diam tanpa menerima pujulan dari Sandra..

"Hiks... Hiks..."

"maafin gue, Sand.. gue bener - bener minta maaf.."
kata Bram lalu memeluk erat tubuh Sandra..

beberapa menit mereka berpelukan, Bram kemudian melepaskan pelukannya.. Sandra pun terlihat kecewa karena masih ingin berada dalam pelukan Bram..

"jadi loe masih mau nerima gue lagi, Sand..?" tanya Bram..

"gue bakal nerima loe lagi asal loe mau ngelupain cewek sialan itu.. bisa gak..?" kata Sandra memberikan syarat untuk Bram..

"tapi ijinkan gue 'tuk balas dendam dulu dengannya.. karena dia udah mempermainkan gue selama ini.." ucap Bram menjelaskan..

"Ok.." sahut Sandra singkat..

"jadi, masih bisakah kita melakukannya satu atau dua ronde gitu, Sand..?" tanya Bram lagi dan memainkan alisnya seolah menggoda Sandra..

"He ehh.." Sandra menggangguk lalu dia menunduk..

Bram kemudian memegang dagu Sandra dengan dua ujung jarinya dan menaikkannya hingga pandangan mereka kembali bertemu.. Bram mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir Sandra..

"Muuuaacchhh... Muuaacchh..."

"Hmmppff... hhmmmppf... mmhhh..."


Bram mencium bibir Sandra hingga tak ada titik yang terlewati dari bibir Sandra untuk dilumatnya.. Sandra pun bahkan membalas sesekali lumatan dari Bram dengan lembut..

Bram kemudian mengangkat tubuh Sandra menuju kamarnya tanpa melepaskan ciuman mereka.. Bram pun merebahkan tubuh Sandra diatas kasurnya..

"Hmmppf... mmppppphh... hmmppff"

tangan Bram langsung menuju ujung handuk yang dipakai Sandra, menariknya hingga tubuh polos Sandra sekarang terlihat oleh Bram.. Bram melepaskan ciumannya dan menoleh ke arah bawah.. ia sampai melotot menatap tubuh polos Sandra..

"jangan liatin aku kayak gitu, Bram.." ucap Sandra malu sambil menutupi payudara dan vaginanya dengan tangannya.. ia memalingkan wajahnya ke arah lain tak mau menatap Bram..

Bram bangun dari tubuh Sandra melepaskan baju dan celana yang dipakainya hingga telanjang.. sesaat dia menatap tubuh polos yang ditutupi Sandra dengan tangannya.. Bram lalu kembali menindih tubuh Sandra lagi..

Bram langsung mengecup leher sandra dengan lembut.. ada rasa aneh yang dirasakan Sandra ketika bibir Bram menyentuh kulit lehernya, seolah syaraf - syaraf ditubuhnya seakan lumpuh.. Sandra hanya bisa menahannya dengan menggigit bibir bawahnya..

Bram menggigit kulit leher Sandra dengan lembut kemudian menghisapnya kuat, membuat Sandra menutup matanya erat - erat.. bibir Bram terus menjelajahi leher Sandra..

"Mmmhhh... Hhhh..." desah Bram..

bibir Bram bergerak pelan ke tengah leher Sandra membuatnya mendongak.. detak jantung Sandra mulaibtidak beraturan, nafas mulai tersengal.. bibir Bram terus merambat ke sisi lain leher Sandra dan semakin naik ke atas, menggigit lembut telinga Sandra..

"jangan ditahan, Sand.." bisik Bram pelan..

"Oouuucchhh..." Sandra akhirnya mendesah.. pertahanannya hancur saat tangan Bram meremas payudara kirinya dengan lembut.. Sandra menggeliat pelan dalam dekapan Bram.. Bram pun masih terus meremas payudara kiri Sandra sementara bibirnya masih menyusuri leher bagian belakang telinga Sandra..

"Mmmhhh..." desah Bram..

Bram kini menyusuri ciumannya ke arah depan wajah Sandra.. mencium kening, mata, pipi, hidung kemudian bibir Sandra.. ditekannya lembut bibir Sandra.. Bram lalu menjilati seluruh permukaan bibir Sandra dan membasahinya.. ia melumat lembut sambil menekannya semakin dalam, hingga kini Sandra pun membalas lumatan Bram..

"Mmppppphh... hmmppff..."

Bram berusaha mencari celah untuk dapat masuk ke dalam mulut Sandra.. Sandra lalu membuka mulutnya, membiarkan lidah Bram masuk untuk bertemu lidahnya.. saling membelit dan bertukar air liur.. Sandra menghisap lidah Bram dan itu membuatnya menjerit tertahan..

"Ssshhhh... mmhhh... sshhh..."

Sandra merasakan jari telunjuk Bram seperti menari - nari diatas kedua payudaranya yang kencang.. kemudian Bram meremas payudara sebelah kiri Sandra..

"Aaaahhh..." Sandra menggeliat dalam himpitan tubuh Bram.. bibir Bram turun ke bawah mencium dagu, leher, lalu mengecupi belahan dada Sandra sebelum akhirnya menjilati puting payudara kanannya.. Bram mengulum puting payudara itu dan dimainkannya dengan lidah didalam mulutnya, sementara Bram masih meremas payudara kiri Sandra dan memilin - milin putingnya, memutarnya sambil menekan - nekan lembut..

"Sssshhh... mmmhhhh..." desah Sandra tertahan..

Aahhhh... Bram... sshhh... gue ma-mau keluar..

mendengar desahan Sandra membuat Bram tambah semangat.. ia langsung menyedot puting Sandra kuat - kuat kemudian menggigit dan mengunyahnya membuat puting itu mengeras.. lalu Bram berpindah ke sebelah kiri dan melakukan hal yang sama.. Sandra meremas kuat rambut Sandra dan tak lama tubuh mengejang..

"Syuurrr... Syuurrr... Syuurrr..."

"Aahhhh... ahhhh... aacchhh..."


tubuh Sandra mengejang bersamaan dengan keluarnya cairan yang keluar dari dalam vaginanya.. Bram melepas hisapannya pada puting Sandra, memberikan waktu untuk Sandra menikmati orgasmenya dan berbaring disebelahnya..

setelah beberapa menit memberikan waktu untuk Sandra, Bram kembali menindih tubuh polos Sandra..

"Happ.."

"Aaasshh..."
desis Sandra tertahan ketika payudaranya kembali dicaplok dan dihisap oleh Bram.. Bram kini sangat senang bermain dipayudara Sandra, karena ia melihat payudara Sandra tambah besar ketika mereka telah putus..

"Mmmmhh... hhh..." desah Bram..

Sandra merasakan penis Bram yang ujungnya berlendir menari dipahanya.. menggesek - gesek pelan seirama dengan gerakan tubuhnya.. Sandra merenggangkan pahanya sedikit kemudian menjepit penis Bram dengan kedua pahanya..

"Aaaaaarrrghhh..." Bram mengerang hebat bersamaan dengan hisapannya yang terlepas dari puting Sandra..

"awas loe Sand, gue akan membalasnya.." kata Bram dengan tatapan menggoda, penisnya merasa nyeri karena jepitan kedua paha Sandra..

"hihihi.." Sandra tertawa cekikikan sambil memeletkan lidahnya mengejek Bram..

Bram beranjak dari tubuh Sandra kemudian menariknya untuk bangun.. Bram duduk ditepi ranjang dengan kaki ke bawah menyentuh lantai dan meletakkan tangan Sandra dipenisnya..

"lakukan tugasmu, Sand.."

Bram menatap Sandra dengan penuh harap.. Sandra pun mengerti maksud dari Bram.. sebenarnya Sandra kurang mahir melakukan oral seks, dia masih butuh belajar.. namun, nafsu ingin saling memuaskan membuatnya melakukan keinginan Bram..

perlahan - lahan Sandra duduk dilantai menghadap penis Bram.. penis Bram yang sudah tegang itu kini berada dalam genggamannya.. dikocok - kocoknya ke atas dan ke bawah.. dari raut wajah Bram terlihat ia sangat menikmati yang dilakukan Sandra.. tangan Sandra yang halus naik turun dipenis Bran..

mata Bram tertutup rapat menikmati kocokan Sandra dipenisnya..

"Oughhh... ssssshhh... enak banget, achhhh... oughhh..." racau Bram..

"pake mulutmu, Sand.." perintah Bram..

tanpa diminta dua kali, Sandra menuruti kemauan orang yang disayanginya itu.. perlahan namun pasti, penis Bram diarahkan ke rongga mulutnya.. penis itu dicium dan dijilati ujungnya dengan lembut bahkan sangat lembut sekali.. penis itu bergetar hebat diiringi desahan pemiliknya..

Bram keenakan diperlakukan seperti itu.. tapi Sandra akan membuatnya lebih keenakan.. lalu Sandra membuka mulutnya lebih lebar untuk memasukkan penis itu semuanya ke dalam mulutnya..

"Hhmm…"

hampir sedikit lagi masuk seluruhnya, tapi nampaknya sudah mentok ditenggorokan Sandra.. dalam mulutnya, penis itu dikulum dan dihisap.

Sandra menggerakkan lidahnya memutar mengitari kepala penis Bram.. walaupun hanya itu yang dilakukannya tapi tampaknya Bram sudah keenakan..

Bram nampaknya tidak mau cepat-cepat keluar, maka ditariknya kepala Sandra.. Sandra lalu naik ke pangkuan Bram.. dengan senyum nakal Bram meremas - remas payudara Sandra yang besar.. lalu dibenamkannya wajahnya ke payudara Sandra.. kali ini dia menjilati seluruh permukaanya hingga basah oleh air liurnya lalu dikulum dan dihisap kuat - kuat..

Tangan Bram dibawah sana juga tidak bisa diam, tangannya meremas-remas pantat dan paha Sandra.. dielus-elusnya paha putih Sandra.. Sandra hanya mendesah-desah.. Bram menarik-narik puting Sandra dan dipadu dengan sedotan dan hisapan diputingnya.. hal itu semakin membuat Sandra merintih..

"Oughhh... ssssshhh... achhhh... oughhh..."

Sandra tak kuasa untuk tidak merintih dan mendesah.. bongkahan pantatnya diremas, payudaranya dilumat.. sekarang tangannya yang kanan menggerayangi vaginanya dan menusuk-nusukkan jarinya disana..

"Oughhh..." nikmatnya, batin Sandra..

bibir Bram kini merambat naik menjilati leher jenjang Sandra.. akhirnya mulut Bram bertemu lagi dengan mulut Sandra dimana lidah mereka saling beradu dengan liar.. dambil berciuman tangan Sandra meraba-raba selangkangan Bram yang sudah mengeras itu,..


"Sand, sekarang yah...!!!" pinta Bram memelas..

Bram sudah tidak tahan lagi ingin segera menuntaskan birahinya.. Maka diangkatnya pantat Sandra sebentar dan mengarahkan penisnya ke vagina Sandra.. sedikit demi sedikit Sandra merasakan ruang vaginanya terisi dan dengan beberapa hentakan masuklah batang itu seluruhnya ke dalam..

"Bleesss..."

"Aaahhhh..."


Sandra tak kuasa untuk tidak menjerit kala penis Bram membelah bibir vaginanya.. Bram juga mendesah menyebut Sandra saat penisnya amblas ditelan vagina Sandra..

"Aaacchhh… Sandra..." desah Bram..

Sandra merasakan liangnya agak nyeri, tapi itu cuma sebentar karena selanjutnya yang terasa hanyalah nikmat.. kemudian, secara perlahan - lahan Sandra menaik turunkan tubuhnys diatas penis Bram.. Sandra memacu kejantanan Bram dengan goyangannya.. Sandra menggoyang - goyangkan vaginanya diatas penis Bram sambil sesekali membuat gerakan memutar..

vagina Sandra seperti diaduk-aduk.. Sandra sangat menikmati posisi ini, karena dia bisa mengontrol permainan.. desahan - desahan nikmat menandai keluar masuknya batang Bram..

"PLOK... PLOK... PLOK..."

"Ssss… acchhh… acchhh…" desah Sandra seiring dengan naik turunnya tubuh Sandra..

payudara Sandra yang sudah menegang maksimum terayun ayun dengan indah dihadapan Bram.. Bram juga mulai membantu menyodok-nyodok penisnya, sehingga kenikmatan yang dirasakan semakin bertambah.. Tubuh Sandra terlonjak - lonjak dan tertekuk menahan sensasi kenikmatan.. hal itu membuat payudaranya semakin membusung ke arah Bram..

Kesempatan ini tidak disia - siakan Bram, dia langsung melumat payudara Sandra yang kiri dengan mulutnya.. Sandra semakin menjerit keras.. Dengusan nafas dan jilatan Bram membuat Sandra merinding dan makin terbakar birahi.. Bram semakin menyerang Sandra dengan meremas remas payudaranya yang kanan serta memilin - milin putingnya.

Bram sungguh pintar menyerang titik sensitif Sandra.. sepuluh menit lamanya mereka berpacu dalam gaya demikian.. saling berlomba - lomba mencapai puncak.. sodokan - sodokan pun semakin lama semakin cepat dan makin berirama.. mulut Bram tak henti - hentinya mencupangi payudara Sandra yang mencuat didepan wajahnya, sesekali mulutnya juga mampir dipundak dan leher Sandra..

Sungguh kenikmatan yang sangat indah.. Sandra sudah sangat lelah dengan posisi tersebut sehinga goyangannya semakin lama semakin tidak bertenaga.. malah kini Bram yang aktif menyodok - nyodok vaginanya..

menyadari hal tersebut, Bram meminta ganti posisi.. ditariknya penisnya dari rongga kemaluan Sandra.. ada perasaan kesal yang dirasakan Sandra, tapi itu tidak berlangsung lama.. Tubuhnya dibalikkan telungkup diatas kasur.. Lalu kakinya ditarik hingga terjuntai menyentuh lantai, hingga otomatis kini pantatnya pun menungging ke arah Bram..

payudara Sandra yang dari tadi menjadi bulan - bulanan Bram, kini menekan kasur karena Sandra telungkup.. Bram sibuk memegang erat - erat kedua paha Sandra..

"siap-siap ya Sayang…!!!" ucap Bram..

Sandra hanya bisa menganggukkan kepala menunggu kenikmatan selanjutnya dengan posisi doggy style.. Bram pernah bercerita bahwa posisi ini sangat disukainya, karena dia yang mengambil kendali dan bebas meremas - remas semua bagian tubuh Sandra.. sebelum menusuk vaginanya, Bram terlebih dahulu mencium punggungnya..

seluruh tubuh Sandra kembali bergetar, seakan terlempar ke awang - awang.. Sendi - sendinya bergetar menunggu penis Bram menembus kemaluannya.. posisi ini membuat birahik Sandra semakin tak terhingga, hingga membuat Sandra menggeliat geliat tak tertahankan..

"Bram… buruan…" rengek Sandra sudah tidak tahan lagi.. Bram mematuhinya.. sambil meremas pantatnya Bram mendorongkan penisnya ke vagina Sandra..

"Oughhh… Eughhhh…" desisSandra saat penis yang keras itu membelah bibir vaginanya..

penis Bram dengan perlahan dan lembut mengaduk - aduk vagina Sandra.. kontan Sandra menjerit - jerit keras..

"Oughhh... ssssshhh... oughhh..."

Dalam posisi seperti ini sodokan Bram terasa semakin keras dan dalam, badan Sandra pun ikut tergoncang hebat, payudaranya serasa tertekan dan bergesekan dengan kasur.. hal itu justru menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi Sandra..

"Achhhh… Eughhhh… Achhhh… Aow…" Sandra cuma bisa mendesah setiap kali Bran menyodokkan penis Bram ke vaginanya..

Bram menggenjot Sandra semakin cepat.. vagina Sandra dihujam penis Bram yang sekeras batu itu.. otot - otot kemaluan Sandra serasa berkontraksi semakin cepat memijati penis Bram.. dengusan nafas Bram bercampur dengan desahan Sandra memenuhi ruang kamar.. mulut Sandra megap-megap dan matanya terpejam.. beberapa menit kemudian Bram menarik tubuh mereka mundur selangkah sehingga payudara Sandra yang tadinya menempel disofa kini menggantung bebas..

Kemudian Bram melanjutkan kocokannya.. payudara Sandra terayun - ayun ke depan dan ke belakang.. terkadang payudara Sandra menyentuh sandaran bawah kasur yang terbuat dari kayu jati sehingga menimbulkan rasa sakit.. tapi rasa sakit tersebut tertutupi kenikmatan yang menjalar ke seluruh aliran darah Sandra..

sambil memacu dalam gaya doggy style ini, tangan Bram kini tidak tinggal diam.. dia mulai menggerayangi payudara Sandra yang bergoyang.. ditariknya - tariknya benda kenyal itu sesuka hatinya.. Sandra merem melek menikmati tangan Bram bergerilya dari payudaranya yang kanan ke payudara yang kiri.. Sandra menjerit kegelian saat Bram mengocok vaginanya dengan cepat dan keras, tapi Bram meremas payudara Sandra dengan lembut sekali dan sesekali memelintir melintir putingnya..

tubuh Sandra kembali menggelinjang dahsyat, pandangannya serasa berkunang - kunang.. gesekan - gesekan diliang kewanitaannya serta remasan - remasan dipayudaranya membuat pertahanannya sebentar lagi akan jebol.. pandangannya kabur dan merasakan kesadarannya hilang.. akhirnya Sandra pun tak bisa lagi menahan klimaksnya..

mengetahui bahwa Sandra akan segera keluar, Bram semakin bergairah.. tubuh Sandra ditekan - tekannya sehingga penisnya menusuk lebih dalam, tangannya pun semakin kasar meremas payudara Sandra..

"Syuurrr... Syuurrr... Syuurrr..."

"Oughhh… Sssshh… Achhhh…"
jerit Sandra bersamaan dengan mengucurnya cairan cintanya.. Sandra menggigit bibir merasakan gelombang dahsyat itu melanda tubuhnya untuk yang kedua kali.. dia merasakan cairan cinta yang mengalir hangat pada selangkangannya.. tapi itu belum berakhir, karena Bram masih terus menggenjotnya sehingga klimaks Sandra semakin panjang..

Bram juga nampaknya akan segera keluar.. hal itu tampak dari gayanya yang khas jika akan keluar..

"Aku mau keluar, aku mau keluar… Sand..." Bram membisikkannya sambil ngos - ngosan dan masih terus menggenjot Sandram.

"Jangan di… jangan didalam... Achhhh… Achhhh… Oughhh… gue… gue lagi… subur Bram..." ucap Sandra..

"Terimakasih, sayang..." ucap Bram sambil mengecup leher Sandra.. Sandra hanya terpejam menikmati sisa - sisa kenikmatan barusan..

Lalu Bram bangun meraih kembali pakaiannya dan memakainya kembali.. Sandra yang perlahan membuka matanya melihat Bram telah memakai bajubdan celananya..

"loh Bram, loe mau kemana..? loe gak tidur disini aja..?" tanya Sandra..

"loe yakin Sand kalau gue tidur disini gue bakal bisa tidur gitu..? yang ada gue buat loe gak bisa tidur sampek pagi.." jawab Bram dengan senyuman menggoda.. Sandra hanya malu - malu mendengar jawabab Bram..

"gue balik dulu, Sand.. besok kita ketemu lagi yah.." kata Bram pamit.. Sandra hanya mengangguk, dia bahkan tak mampu mengantar Bram hingga didepan rumahnya karena badannya seperti mati rasa kehabisan tenaga..

Bram berjalan menuju mobilnya yang diparkir didepan rumah Sandra.. setelah menaiki mobilnya, ia menjalankannya dengan perlahan dan meraih hp diatas dashboard.. lalu menghubungi seseorang

"halo joe.." sapa Bram..

"Iyaa bos.." kata joe..

"Joe, gue mau loe cepet dapatin tuh cewek.. gue gak mau tau caranya gimana..? yang penting tuh cewek harus ada dihadapan gue secepatnya.." perintah Bram pada joe..

"gue pengen cepat - cepat ngerasain memek perawannya.." katanya lagi..

"siap bos.." kata joe singkat..

"gue udah capek ngejar - ngejar dia selama ini, tapi dia selalu menolak cinta gue.. sekarang udah saatnya kita bermain kasar.." ucap Bram pelan.. lalu dia mematikan saluran teleponnya..

"tunngu aja Risya, loe bakal berlutut dihadapan gue.." kata Bram dalam hati dengan seringaian tipis dibibirnya..



POV Ivan


saat ini aku sedang berjalan dengan santai menuju ruangan guru untuk menemui seseorang, bu Yola.. sejenak aku berpikir, apa yang akan dilakukannya padaku..? apa dia akan menghukumku lagi..? heh.. aku gak takut sama sekali dengannya, malahan aku semakin penasaran..

gimana gak penasaran.. masa guru yang katanya galak disekolah ini, tapi galaknya itu hanya denganku aja.. dengan murid lain..? gak ada tuh, biasa aja.. apa perasaanku aja yah..? ini patut diselidiki dulu nih..

ketika aku telah sampai didepan pintu ruang guru, aku lalu mengetuk pintunya yang terbuka setengah..

Yola Nafisha
59793782_2232400590215473_59398176740929208_n.jpg


"TOK... TOK... TOK..."

pandanganku tertuju pada meja dibarisan depan paling pojok yang mana seseorang sedang duduk dibelakang mejanya.. pandangan kami bertemu, aku menatapnya datar tapi dia menatapku dengan pandangan sinisnya.. "Bangsat.. aku gak suka dengan pandanganmu itu padaku.." umpatku dalam hati..

aku masuk ke dalam ruangan itu, berjalan menghampirinya dan berdiri tepat didepan meja kerjanya..

"hmmm.. datang juga kamu akhirnya, Reyvan Ararya.. sudah dari tadi saya nungguin kamu.." katanya masih dengan pandangan sinis terhadapku.. aku hanya menghela napas..

"ada apa memanggil saya, ibu Yola Nafisha yang terhormat.." kataku santai dan cuek.. aku melihat ekspresinya berubah setelah ucapanku tadi.. dia seperti menahan emosinya.. "ok.. kita mulai dari sekarang, aku mau bangunkan singa betina ini dulu.." ucapku dalam hati..

karena aku malas berdiri, aku lalu menarik salah satu kursi yang berada disebelah bu Yola dan menempatkannya tepat didepan mejanya yang langsung aku duduki.. hehe.. aku tau dia akan marah, tapi aku sama sekali TAK PEDULI..

"siapa yang suruh kamu DUDUK..?" tanyanya menahan emosi.. pada saat kata 'DUDUK' dia melotot menatapku, tapi aku tak menghiraukannya.. MASA BODOH..

"gak usah banyak basa - basi bu, kita langsung aja ke pokok permasalahannya.." ucapku masih santai dan cuek..

"gak ada yang suruh kamu duduk, Ivan.." kata bu Yola pelan tapi tegas..

Bangsat.. Bangsat..!!! pembicaraan macam apa ini, gak ada nyambungnya sama sekali.. lain ditanya, lain pula yang dijawab.. ini akunya yang bego atau dianya yang terlalu pintar..? Kurang Ajar..

aku hanya diam melihatnya.. aku sama sekali tak menghiraukan perkataan bu Yola.. kini kulihat ekspresi bu Yola berada dipuncak emosinya, kulit mukanya yang putih kini terlihat merah padam.. "Hahaha.. singa betina udah bangun nih kayaknya.." aku kegirangan dalam hati..

"BANGUN KAMU, IVAN.." teriak bu Yola sampai membuatku tersentak karena kaget.. aku kaget dengan suara teriakannya yang tiba - tiba memenuhi ruangan ini.. Kurang Ajar..!!

aku langsung bangun dari kursi yang kutempati.. secara refleks aku mendorong kursi itu dengan kakiku hingga terjatuh ke belakang.. bu Yola langsung menatapku tajam akan tindakanku barusan.. ia langsung berdiri dan melayangkan telapak tangan kanannya ke arah wajahku.. aku tau yang akan dilakukannya, tapi aku sama sekali tak menghindar..

"PLAAAKKK.."

"Aaaaargghhh"


sebuah tamparan keras mendarat telak dipipi kiriku.. rasanya sangat perih dan panas.. wajahku sampai tertoleh ke arah kanan karena kuatnya tamparan bu Yola.. seumur hidup ini adalah tamparan pertama bagiku dan dilakukan cukup keras..

sepuluh tahun aku sudah duduk dibangku sekolah, baru kali ini aku bermasalah dengan guru.. dia guru pertama yang bermasalah denganku dan dia juga yang memberikan tamparan pertama untukku.. "PERFECT SEKALI, YOLA NAFISHA.." batinku kesal..

bu Yola lalu berjalan mendekatiku dengan sedikit memutari meja kerjanya.. "hmm.. perasaanku jadi gak enak nih.." ucapku dalam hati.. dia menggerakkan tangan kanannya dan diarahkan ke perutku.. ketika tangannya sudah mendarat diperutku..

“Aduuuhh.. duuhh.. sakit bu.." aku meringis kesakitan setelah bu Yola mencubit perutku.. pandangan bu Yola pun seakan tak ada rasa kasihannya padaku..

"KAMU TERNYATA MASIH BELUM BERUBAH, IVAN.. GAK ADA ADAB DAN SOPAN SANTUNNYA BICARA SAMA GURU.. MAU JADI APA KAMU, HAAH.." kata bu Yola dengan emosinya yang memuncak.. dia menarik kulit perutku dengan kuat..

"ampun bu.. ampun.. Aarrgh.." bu Yola bukannya melepaskan atau mengendurkan cubitannya, dia malah menarik dan memutar - mutar kulit perutku dengan kuat..

"Aaaaaaaargghhh.."

badanku rasanya mau jatuh, tak sanggup berdiri lagi.. sumpah, cubitannya kali ini sakit sekali, lebih sakit saat hari pertama aku masuk sekolah waktu itu..

aku lalu memegang tangan bu Yola yang berada diperutku agar dia tak menarik kulit perutku yang sudah terasa sangat perih ini.. ku tatap mata bu Yola dalam - dalam berharap ia mau melepaskan cubitannya.. pandangan bu Yola yang tadinya menatapku tajam kini berubah menjadi sayu dan matanya pun berkaca - kaca..

"Cuukkk.. kenapa jadi baper gini si Yola.." batinku..

bu Yola kemudian melepaskan tangannya dari perutku dan langsung menunduk.. ku lihat tubuhnya bergetar seperti menahan sesuatu, tapi aku tak tau dia kenapa..

"bu.. bu.. apa ibu gak apa - apa.." tanyaku bingung dengan perubahan sikapnya bu Yola.. aku memegang perutku yang dicubitnya tadi..

"Auuuuww.." perutku perih sekali rasanya saat ku sentuh..

"...." bu Yola tak menjawabnya.. dia hanya menggelengkan kepala..

aku jadi bingung dengan bu Yola.. tadinya ngomel - ngomel, menyiksaku dengan tamparan dan cubitannya, tapi ini sekarang kenapa jadi baper gini sih.. bingung aku sama wanita satu ini..

"bu.. kalau gak ada lagi yang mau dibicarain, Ivan pamit pulang dulu bu.." pamitku padanya.. aku lalu meraih tangan kanan bu Yola dengan sedikit menunduk dan mencium punggung tangannya.. secara refleks aku menatap wajah bu Yola ketika menunduk, ku lihat air matanya mengalir deras dan bu Yola pun menatapku kaget.. dia lalu menutup matanya mungkin karena malu aku melihatnya menangis..

aku kemudian menegakkan tubuhku kembali dan melepas tangan bu Yola.. tubuh bu Yola masih bergetar karena tangisannya dan mulai menangis sesenggukan..

"aku bu yang seharusnya nangis, bukan malah ibu gini.. aku yang dari tadi yang ibu siksa, kenapa malah ibu pula yang nangis.. Huufth.." batinku heran dengannya..

"Ivan pamit ya bu.." ucapku meninggalkannya dari ruangan ini.. aku gak mau banyak bertanya, ntar yang ada malah ditampar lagi..



*~*~*~*



"eh.. kalian belum pulang.." tanyaku pada Adrian, Lucky dan Dino.. mereka sedang duduk diatas sepeda motor sportnya masing - masing..

"kami nungguin loe, Van.. takutnya loe diapa - apain sama si galak tuh.." jawab Adrian lalu turun dari atas motornya diikuti kedua temanku yang lain..

"ntar dulu.. pipi kamu kenapa, Van..?" tanya Lucky sambil menunjuk pipiku..

"digampar sama si Yola.." jawabku ketus..

"HAHAHAHA.." tawa Lucky dan Dino mengejekku, sedangkan Adrian hanya geleng - geleng kepala.. aku hanya menghela nafas melihat mereka menertawaiku..

"tapi kamu gak diperkosa kan sama dia..?" tanya Dino dengan memainkan kedua bola matanya sambil melirikku..

"gak.. cuma diciumnya tadi gue, makanya lama diruangannya.." jawabku ngasal..

"Asuu.. Kurang ajar kamu anak baru.." kata Dino jengkel sambil memakiku..

"anak baru, yuk aku anterin kamu pulang.. lagian gak mungkin juga kita nongkrong lagi udah mau sore gini.." ucap Dino menawarkan mengantarku pulang..

"biar gue aja, no.. gue penasaran banget sama nih anak baru, gak pernah dia mau ngasih tau dimana rumahnya ama kita.." sahut Adrian kemudian memukul pelan pundakku..

"payah banget kamu, Van.. pake rahasia - rahasian ama kita.." kata Lucky

"eh.. eh.. liat tuh ada cewek cantik, kayanya mau samperin aku dia.. kalian semua diem aja ya, biar tuh cewek jadi urusanku.." kata Dino bersemangat.. "Lah..? itu kan kak Risya..? ngapain dia ke sekolahku.." kataku dalam hati..

Risya Zhahira Ararya
427203e4-5cf7-4d43-ba71-0f8c75357ce2


"adek cantik mau cari siapa..? mungkin bang Dino bisa bantuin adek yang cantik ini.." kata Dino merayu kak Risya..

"sayang.. kok lama banget sih pulangnya..? Risya udah nungguin dari tadi lho.." kata kak Risya manja kemudian menyelipkan tangannya dilengan kananku..

"SAYANG..." kata teman - temanku barengan dengan ekspresi kaget.. mereka menoleh ke arahku seolah meminta penjelasan, tapi aku hanya membalasnya dengan senyuman..

"Kurang Ajar..!!! jadi adek cantik ini pacarmu, anak baru..?" tanya Dino sedikit emosi..

"PLETAKK"

"Auuwww.."

"dek, kenapa aku dijitak..?"
kata Dino mengusap dahinya setelah dijitak kak Risya.. "wahh, kayaknya aku harus bawa pulang nih wanitaku.. kalau gak bisa kelamaan bertengkarnya.." batinku..

"dak.. dek.. dak.. dek.. emangnya gue adek loe apa..? gue lebih tua diatas loe tau.." sewot kak Risya..

"APA..??? kamu pacaran sama orang yang udah tua, anak baru..?" kata Dino kaget..

"PLETAKK.. PLETAKK"

"Aduuhh.. heh.. kenapa aku dijitak lagi sih, sakit tau gak.."
kata Dino mulai kesal.. kulirik ke arah Adrian dan Lucky, mereka mengulum bibirnya seperti menahan tawa..

"APA LOE BILANG.. GUE UDAH TUA, GITU..?" ucap kak Risya mulai emosi.. aku lalu menggenggam jemari kak Risya..

"udah sayang, gak usah diladenin orang gila satu ini.. kita pulang aja yuk..?" ajakku pada kak Risya agar segera pulang..

"Asuu.. sadis juga pacar loe, anak baru.. ngeri aku liatnya.." ucap Dino dengan muka ditekuk..

"udah.. udah.. gak usah ribut lagi.. gue balik duluan ya semuanya.. istri gue udah jemput ini.." pamitku pada mereka, langsung berbalik dan pergi..


"HAHAHAHA.." tawa Adrian dan Lucky keras dibelakangku..

"Kurang Ajar kalian berdua.." maki Dino yang kudengar samar - samar karena aku telah meninggalkan mereka lumayan jauh..



*~*~*~*



"loh.. pipi kamu knapa sayang..? kok seperti ada bekas telapak tangannya, merah lagi.." tanya kak Risya sambil menatap wajahku.. kami kini udah berada dalam mobilku yang dibawa kak Risya.. aku duduk di bangku setir sedangkan kak Risya disebelahku..

"gak apa - apa kok, sayang.." jawabku singkat lalu mulai menjalankan mobilku perlahan..

“Cerita nggak..?” ancamnya sambil tangannya sudah mendarat diperutku dan siap memberikan sebuah cubitan pedas..

"Auuuuww.." aku meringis kesakitan saat tangan kak Risya udah mendarat diperutku, tepat didaerah bekas cubitan bu Yola tadi.. aku sempat menghentikan mobilku sejenak karena sakit diperut, kemudian menjalankan mobilku kembali perlahan sambil menahan rasa perih..

"Risya belum nyubit sayang lho, knapa udah kayak kesakitan gitu.." kata kak Risya kemudian menaikkan seragamku dan melihat seperti luka lebam berwarna merah kebiru - biruan..

"HAH..!!! perut kamu knapa sayang.." ucap kak Risya lirih.. kak Risya lantas menutup mulutnya ketika melihat luka lebam diperutku dengan mata yang berkaca - kaca..

"hehe.. dicubit guru tadi sayang.. tapi Ivan gak apa - apa kok.." ucapku menenangkannya..

"gak pa - pa gimana kamu bilang, perut kamu sampek biru - biru gini.. pokoknya kita harus laporin ke pihak berwajib, biar diusut tuntas.."
kata kak Risya kesal..

"sayang, gak usah sampek dilaporin gitu lah.. ntar tambah panjang urusannya.." kataku mulai bingung gimana caranya agar nih urusan gak sampek memanjang..

"ya udah kalau gitu, kita kasih tau papa aja kalau gak.. biar papa yang urus masalah ini.." katanya memberikan solusi lain.. aku hanya menghela nafas..

"terserah sayang aja kalau gitu.." kataku singkat.. mobil kami pun memasuki sebuah mall di pusat kota..

"loh, kita ngapain kesini sayang..?" tanyanya bingung menatapku.. aku lalu memarkirkan mobilku ditempat parkiran di lantai dua mall ini.. tetapi aku dan kak Risya belum turun dari mobil..

"mau belanja lah, beli bajunya sayang.." kataku menatap matanya sambil tersenyum.. kak Risya menunduk ketika aku menatap matanya..

"ta.. tapi Risya kan lagi gak pengen belanja.." katanya salah tingkah dengan mulut yang dimanyunkan.. "sial.. gemes aku liat bibir merahnya kalau dimanyunkan gitu.. gak tahan aku.." batinku..

aku lalu memegang dagunya dan menaikkannya agar menatapku lagi.. ketika pandangan kami bertemu kembali, kak Risya masih memanyunkan bibirnya.. aku lalu membuka safe belt dan mendekatinya, kulihat tubuh kak Risya bergetar saat wajahku sudah dekat dengannya.. semakin dekat hingga bibir kami hampir bersentuhan, dan...

"Muuuacch... Muuuacch... Muuuacch.."

saat aku menciumnya, aku melihat kak Risya membelalakkan matanya menatapku.. ia seperti terkejut karena aku menciumnya.. aku kemudian memejamkan mataku dan kembali mengecup bibirnya..

"Muuuacch... Muuuacch... Muuuacch.."

Kedua tanganku mulai kuletakkan dikedua sisi pipi lembutnya yang mulai terlihat memerah.. kak Risya hanya diam tak membalas kecupanku.. aku mencium bibirnya pelan dan sedikit menghisap bibir bawahnya dengan lembut..

"sluurpp... hhmmmppff... sluurpp..."

kak Risya sedikit membuka mulutnya dan langsung aku menghisap kuat bibir atasnya..

“slluurrpplp...hhhmmmppfff....slluurrpplp....”

"Hmmppff.. hhmmppf..."


dapat ku rasakan detak jantung kak Risya semakin cepat dan kulirik ke bawah.. tangannya yang berada dipangkuannya seolah ingin merangkul dan memelukku, tapi keliatannya dia masih malu untuk melakukannya..

aku kemudian melepaskan ciumanku pada bibirnya dan tanganku yang berada dipipinya pun ku turunkan meraih tangannya lalu menggenggamnya..

"kenapa muka sayang merah gitu..? sayang marah yaa, karena Ivan cium tadi..?" tanyaku ketika melihat mukanya yang merah.. aku tau kak Risya bukannya marah, tapi karena dia merasa malu.. aku kemudian mengusap bibirnya yang terlihat basah mungkin karena air liurku yang menempel saat berciuman tadi..

"ya udah, Ivan gak akan melakukannya lagi kalau Risya gak suka.." kataku pura - pura ngambek..

"bu.. bukan sayang.. Risya gak ma.. marah kok..!! Risya hanya malu aja.." katanya menundukkan wajahnya..

"kenapa mesti malu..? kan Ivan pacarnya Risya.. emang Ivan gak boleh mencium pacarnya sendiri gitu..?" tanyaku sedikit menggodanya.. walaupun pacarku ini pemalu dan super manja, tapi aku tetap suka dengan itu semua..

"bo.. boleh kok.." jawabnya terbata - bata dengan wajah menunduk.. "yes.. berarti kapan - kapan bisa aku cium lagi dia kalau gini.." batinku senang..

"yuk turun.." ajakku.. kami lalu turun dari mobil dan memasuki lantai dua mall dari tempat parkir mobilku..

"sayang, Risya ke toilet dulu yaa, mau pipis dulu.." kata kak Risya yang kubalas dengan anggukan.. dia berjalan menuju toilet yang terletak disudut mall.. aku menunggunya dipintu masuk lorong menuju toilet..

aku berdiri sambil memperhatikan orang - orang yang berlalu lalang.. sedang asyiknya memperhatikan orang - orang yang lewat, aku merasakan sesuatu cairan yang keluar dari hidungku.. tanganku secara reflek langsung menyentuh bibir atas tepat dibawah hidungku.. setelah menyentuhnya, kuturunkan tanganku sedikit untuk melihat cairan yang keluar dari hidungku.. aku terkejut, cairan yang keluar dari hidungku adalah darah.

"kenapa tiba - tiba darah keluar dari hidungku yah..?" tanyaku dalam hati.. aku langsung masuk ke lorong menuju toilet pria dengan sedikit berlari..

kulihat wajahku pada cermin diatas westafel.. hidungku mengeluarkan banyak darah.. cepat - cepat kubersihkan darah tersebut dengan air sampai bersih.. kemudian mengambil tisu yang berada diatas westafel dan mengelap sisa air pada wajahku..

kulihat lagi wajahku dicermin.. setelah memastikan tak ada lagi darah yang mengalir dari hidungku, aku langsung keluar dari toilet.. kulihat kak Risya udah berdiri membelakangiku dipintu masuk toilet sedang celingak celinguk mencari keberadaanku..

"cari siapa sayang..? maaf tadi Ivan ke toilet kebelet pipis juga.." kataku berbohong.. kak Risya tersentak kaget lalu menoleh ke belakang..

"eh.. sayang.. Risya cariin dari tadi, ternyata ke toilet juga.. kirain sayang ninggalin Risya tadi.." kata kak Risys dengan senyuman manisnya..

"gak mungkinlah Ivan tinggalin pacarku yang cantik ini.." kataku menggenggam tangannya dan berjalan lagi..

kami berjalan bergandengan mencari tempat untuk membeli baju buat kak Risya.. aku sengaja mengajak kak Risya untuk belanja, walaupun dia sebenarnya lagi gak pengen.. aku hanya ingin menyenangkan hatinya sebelum kami nantinya mungkin akan berpisah.. 'berpisah' karena kalau kak Risya jadi ngasih tau papa kalau aku dihukum disekolah, bisa dipindahkan ke kota lain aku atau bahkan ke luar negeri.. gak bisa kebayang kalau itu sampai terjadi..

bakalan pisah aku sama kak Risya, kayaknya aku gak bisa jauh - jauh dari dia.. karena aku sepertinya sudah mulai mencintainya.. ahh.. kenapa tiba - tiba pusing aku jadinya..

"Aaaaaaaargghhh.." batinku sambil sedikit menjambak rambutku dengan tangan kiri..

"kamu knapa sayang..? kamu sakit..?" tanya kak Risya..

"hmm.. gak kok, Ivan sedikit pusing aja.." jawabku sambil menurunkan tangan dari rambutku..

"sayang, kita beli bajunya disitu aja yuk.. kayaknya bagus - bagus bajunya.." kataku berusaha mengalihkan pembicaraan..

"kalau sayang sakit, kita pulang aja yuk.." kata kak Risya khawatir dan mengajakku untuk pulang..

"setelah beli baju, kita langsung pulang nanti gak usah mampir kemana - mana lagi.. ok..?" usulku padanya dan kak Risya pun hanya bisa pasrah..

kami masuk disebuah toko lalu memilih beberapa baju yang akan kami beli.. setelah mendapatkan beberapa baju, kusuruh kak Risya untuk mencobanya dulu..

"sayang.. dicoba dulu bajunya, Ivan mau liat dulu cocok gak.." kataku lalu duduk disofa..

"bentar ya, Risya coba dulu.." katanya membawa baju yang akan dicoba menuju ruang ganti.. setelah masuk, kak Risya menutup tirainya.. gak lama kemudian kak Risya membuka tirainya kembali dan telah memakai salah satu baju tadi yang dipilihnya.. dia terlihat sangat cantik dengan dress hitam yang dipakainya sangat kontras dengan kulitnya yang putih.. dia tampak begitu menawan dimataku..

"gimana sayang..?" tanyanya berkacak pinggang meminta pendapatku.. "hehe.. aku kerjain boleh juga nih.." batinku.. aku hanya menggelengkan kepala pertanda bajunya gak bagus..

lalu kak Risya kembali masuk dan menutup tirainya.. lalu keluar lagi, kali ini memakai kemeja santai berwarna biru muda dan celana panjang chino coklat muda.. walaupun dengan pakaian santai seperti itu, dia tetap keliatan cantik juga..

"kalau ini gimana, sayang..?" tanyanya sambil berkacak pinggang.. aku menggelengkan kepalaku lagi.. kak Risya mulai kesal, karena dua baju yang dicobanya gak ada yang bagus menurut aku..

dia kembali masuk ke dalam ruang ganti lagi, lalu keluar lagi dengan memakai blouse warna abu - abu tua bermotif bunga didada dipadu dengan celana panjang berwarna grey.. dia menatapku tanpa bertanya lagi, mukanya ditekuk gak ada senyuman sama sekali..

aku kembali menggelengkan kepala sambil tersenyum.. kak Risya langsung masuk ke ruang ganti lagi dan gak lama keluar memakai bajunya yang tadi dipakainya sambil menatapku dengan wajah masam, aku hanya tersenyum melihatnya yang kesal..

"nih mbak gak jadi beli, soalnya gak ada yang cocok menurut pacar aku.." katanya kesal sambil memberikan baju - baju tadi pada pelayan toko..

"dibungkus aja bajunya mbak.. saya ambil semuanya yaa.." kataku pada pelayan toko..

"knapa diambil kalau bajunya gak bagus menurut sayang..?" tanyanya bingung..

"udah gak pa - pa kita ambil aja.." jawabku.. kak Risya hanya menghela nafasnya..

setelah aku membayar belanjaan, kami langsung pulang kerumah.. tidur adalah tujuan utamaku saat ini.. karena kepalaku mulai sakit banget..




sesampainya dirumah, aku langsung menuju kamarku dilantai dua diikuti kak Risya yang juga masuk ke kamarku..

"knapa mesti diambil sih bajunya..?" tanyanya kembali masalah baju tadi..

"karena Ivan suka.." kataku singkat..

"lho, tadi katanya gak bagus.." kata kak Risya heran..

"Ivan gak ada bilang gak bagus kok.. Ivan hanya geleng - geleng kepala aja.." kataku..

"itu sama aja sayang.." ucapnya gemas mencubit hidungku..

"pake baju apa aja sayang tetap cantik kok.. apalagi..." kataku terputus..

"apalagi apa sayang..?" tanyanya penasaran..

"apalagi gak pake baju kayak kemarin, plus deh cantiknya.." kataku langsung menutup mulut karena keceplosan..

"iiihhhh nyebeliiiin... kok sayang jadi mesuum gini sih.. ihhh.." katanya memukul pundakku pelan..

"knapa diinget lagi sih yang kemarin.." kata kak Risya yang kedua pipihnya memerah..

"jujur sayang, waktu itu sayang keliatan cantik banget walau gak pake baju.." kataku menahan tawa.. kak Risya mau memukulku lagi, tapi aku menghindar lari menuju kamar mandi.. saat mau masuk ke kamar mandi, aku menggodanya lagi..

"Ivan boleh liat sekali lagi gak, sayang gak pake baju.." tanyaku..

"SAYAAAANNG...!!!" teriaknya melotot kemudian melemperku dengan bantal.. akupun cepat masuk ke kamar mandi agar tak kena bantal yang dilemparnya..

"AWAS KAMU YAA.." katanya kesal..


setelah aku keluar dari kamar mandi, kak Risya sedang duduk diatas ranjang bersandar disandaran ranjang.. ia menatapku dengan muka yang ditekuk.. aku lalu duduk disebelahnya..

"udah.. gak usah dipikirin lagi yang tadi.."

"ada yang pengen Ivan omongin nih, boleh..?"

"mau ngomong apa..?"
tanyanya..

"tentang yang tadi mau kasih tau papa.."

"Oowh.. ntar kita bicarain sama papa, kalau papa udah pulang.."
kata kak Risya.. ternyata dia emang serius mau ngasih tau papa..

"Huufthh.. terserah sama Risya aja deh.." kataku..

"semoga ini keputusan yang terbaik buat kita.." kataku lagi..

"yang terbaik buat kita..? maksudnya..?" tanya kak Risya bingung..

"Ivan tau Risya ngasih tau ke papa itu semua untuk kebaikan Ivan, tapi belum tentu yang terbaik buat kita berdua.." kataku mulai menjelaskan..

"maksudnya gimana sih sayang, Risya masih bingung.." katanya kini duduk bersila menghadapku..

"sayang tau gak, kalau sayang ngasih tau papa bahwa Ivan tadi dihukum disekolah, apa yang akan dilakukan papa pada Ivan..?" tanyaku padanya..

"apaan emang..? langsung aja deh gak usah nanya - nanya lagi sama Risya.." katanya gak sabar..

"Ivan bakal dipindahin sekolahnya ke kota lain atau paling parah bisa dipindahin ke luar negeri.."

"gak mungkin lah papa tega kayak gitu.."
sangkalnya..

"Risya yakin papa gak akan melakukannya..? yakin kalau papa gak akan mengambil tindakan tegas, melihat anaknya buat ulah terus makanya dihukum disekolah..?" tanyaku mulai menyerang psikisnya..

"papa gak akan ngelakuin itu pada anak kesayangannya.." jawabnya sambil tersenyum..

"kalau papa melakukannya gimana..? apa sayang pikir Ivan bakal sanggup pisah dari Risya..? Ivan gak sanggup sayang.." ucapku dengan mata berkaca - kaca..

"karena Ivan sudah bener - bener mulai mencintai Risya.." air mataku pun langsung jatuh dengan sendirinya..

"terus Risya harus gimana..?" tanyanya bingung..

"Risya gak sanggup liat sayang sampek dihukum kayak gini.." kata kak Risya yang kini berlinang air mata..

"ya udah gak pa - pa.. kalau menurut Risya itu yang terbaik, kasih tau papa aja.." ucapku mulai pasrah..

"tapi Risya juga gak pengen jauh - jauh dari sayang.." katanya kini menangis..

"Hiks... Hiks... Hiks..."

"apa yang harus Risya lakuin, sayang..?"
tanyanya padaku yang sekarang dilanda dilema..

"mau dikasih tau, Ivan terima dengan lapang dada.. kalau gak dikasih tau, Ivan bakal berusaha agar gak bandel lagi disekolah.. jadi pilih yang mana..?" tanyaku sambil menyeka air matanya yang jatuh dipipi..

"ok.. Risya ambil pilihan kedua, tapi sayang harus janji bakal berubah dan gak bandel lagi.." kata kak Risya sambil mengulurkan jari kelingkingnya ke arahku..

"janji.." kataku singkat dan mengaitkan kelingkingku pada kelingkingnya.. aku lalu mencium bibirnya sesaat..


"Muuachhh.."


kak Risya kembali menundukkan wajahnya karena malu.. ini menjadi ciuman keduaku hari ini dengannya.. "jangan pernah dirubah sifat pemalu kakak yaa..? karena Ivan suka dengan sifat kakak itu.." batinku..

"sayang, Ivan mau tidur dulu boleh..?" tanyaku minta izin untuk tidur..

"kepala Ivan sakit nih, jadi mau tidur dulu.."

"bolehkan..?"
tanyaku lagi..

"He ehh.." kak Risya mengangguk..

"mau Risya pijitin kepalanya..?" kata kak Risya..

"boleh.." ucapku singkat dan tidur diatas pangkuan kak Risya yang duduk menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang..

kak Risya mulai memijat dari dahiku terus menuju samping.. pijatannya membuatku merasa nyaman, kulit tangannya juga begitu halus menyentuh keningku.. kak Risya lalu memasukkan jari - jarinya pada sela rambutku dan menekan kepalaku dengan jarinya.. pijatan kak Risya seolah menghipnotisku hingga aku pun tertidur..



*~*~*~*



=============================================

"eh.. sayang udah pulang.." katanya menutup majalah yang dibacanya tadi..

"iyaa nih, kerjaan dikantor banyak banget makanya lembur.." kataku langsung tiduran diranjang tanpa mengganti pakaianku terlebih dahulu..

"papa gimana kerjaannya hari ini..? capek ya..?" tanyanya..

"eh.. iya mama Risya, kok tumben sih manggil papa..?" tanyaku balik..

"iihhh.. gak mau ya dipanggil papa..?" tanya Risya dengan manja plus mulut dimanyunkan..

"bukan gitu sayang, pasti pengenlah, tapi tumben aja.." ucapku..

"mau tau knapa Risya manggil Ivan, papa..?" tanyanya sambil tiduran diatas dadaku..

"mau.." jawabku singkat sambil mengelus kepalanya..

"tadi pagi Risya merasa mual, pengen muntah gitu.. karena takut kenapa - napa, Risya langsung cek ke dokter buat periksa.." katanya menjelaskan..

"terus..?" tanyaku bingung..

"coba tebak dulu Risya knapa.." katanya yang semakin membuatku bingung..

"langsung aja, jangan buat Ivan penasaran.." kataku mulai penasaran.. lalu Risya meraih tanganku dan meletakkan diatas perutnya..

"udah bisa tebak..?" katanya ketika tanganku udah berada diatas perutnya..

"Haah.. kamu hamil sayang..?" tanyaku minta kejelasan..

"iya.." jawab Risya singkat..

=============================================

“Hash.. Hash.. Hash.. Hash..” aku terbangun dari mimpiku dengan nafas seperti orang habis berlari jauh.. aku sampai terduduk ketika bangun dari mimpiku..

"untung hanya mimpi.." gumamku pelan.. kulihat disebelahku kak Risya juga duduk sambil mengelus punggungku..

"kamu knapa sayang..? mimpi buruk..?" tanyanya..

"iyaa.. masa Ivan mimpi kita udah menikah, terus sayang hamil.. Huuufffh.. untung aja cuma mimpi sayang.." jawabku menjelaskan..

"iihhh.. knapa dibilang mimpi buruk sih.." katanya cemberut..

"hihi.. Risya malah senang bisa jadi istri sayang dan memberikan anak buat sayang.." kata kak Risya yang kini mulai tersenyum..

"kalau ngomong itu jangan ngawur.." kataku mencubit kedua pipinya..

"iihhh.. emang sayang gak mau nikahi Risya.." katanya memegang tanganku yang mencubit pipinya..

"kita itu gak boleh.." kataku dipotongnya..

"jangan bilang lagi karena kita kakak adek, Risya gak mau denger lagi.." kata kak Risya merajuk kembali dengan bibir dimanyunkan.. aku lansung menyambar bibirnya yang manyun itu..

"Hmmmppppp.. hhmmppff.. mmmppffhh.."

aku lalu melepas ciumanku padanya dan mengusap bibirnya yang basah..

"sayang sakit ya..? mukanya juga agak pucat gitu.." kata kak Risya kemudian meletakkan punggung tangannya didahiku..

"badan sayang juga panas, kita ke dokter aja yuk.." katanya lagi mulai khawatir..

"Ivan gak pa - pa kok, cuma demam biasa aja.." ucapku lalu merebahkan tubuhku lagi dan menarik bad cover menutupi tubuhku yang sedikit menggigil..

"sayang.. boleh minta dipeluk gak..? Ivan kedinginan nih.." kataku dengan bibir bergetar.. "kenapa tiba - tiba jadi kedinginan gini yah, tadi perasaan gak.." batinku..

kak Risya kemudian menyandarkan kepalanya diatas dadaku dan memelukku erat.. aku kembali tertidur..



*~*~*~*



427203e4-5cf7-4d43-ba71-0f8c75357ce2


POV Risya


"pagi ya, rah.. udah lama nongkrong dimari.." sapaku pada kedua sahabatku Fatya dan Sarah yang duduk dikantin.. mereka udah jadi sahabatku sejak SMA.. mereka berdua orang yang paling tau tentangku selama ini, tapi tidak dengan hubunganku sama Ivan.. aku masih merahasiakannya dari mereka, karrna belum saatnya kuberi tahu..

"eh.. kamu sya.. gak kok, baru sepuluh menitan gitu.." jawab Fatya

"tugas kamu udah siap ya..?
aku boleh nyontek gak..? punya aku belum siap nih.." ucapku pada Fatya..

"kamu kenapa sih, sya..? gak biasanya kamu tuh malas gini ngerjain tugas.. kemarin - kemarin kamu yang malah paling duluan kalau soal tugas.. kamu gak boleh kayak gini terus sya.." kata Fatya seperti biasa menceramahiku..

"ya, ada yang aneh kayaknya dengan sahabat kita satu nih.." sahut Sarah..

"dia sepertinya lagi kasmaran.. aku perhatiin dia beberapa hari ini sering senyum - senyum sendiri.." kata Sarah menebak tingkahku akhir - akhir ini.. "100% kamu gak salah rah, kamu sahabatku yang paling jago baca situasi aku.." kataku dalam hati..

"kamu udah punya pacar, sya..?" tanya Fatya..

"dan jangan bilang pacar kamu, Bram..?" tanya Fatya lagi..

"ogah aku pacaran dengan Bram, ya.. lebih baik mati aja aku.." kataku kesal..

"terus dengan siapa..? kamu jangan macem - macem, sya.. Bram bisa ngamuk kalau kamu punya pacar.. dia maunya kamu yang jadi pacarnya.." sahut Sarah mengingatkanku tentang Bram yang selalu mengancam lelaki yang dekat denganku..

"aku akan sebisa mungkin menjaganya dari Penjahat Kelam*n (PK) itu.." kataku berusaha tenang..

aku jadi mengingatnya kembali, setiap cowok yang suka denganku selalu mendapat ancaman dari sang PK itu.. bahkan ada juga yang sampek digebukin sama anak buahnya Bram..

"kamu yakin bisa menjaganya..? kamu kenal Bram kan gimana orangnya.." kata Fatya..

"He ehh.." aku hanya mengangguk..

"siapa pacar kamu, sya..? anak kampus ini juga..? jurusan apa..?" cerca Sarah dengan banyaknya pertanyaan..

"ntar aku kenalin sama kalian berdua.."
kataku.. aku melihat beberapa anak buah Bram yang tak jauh dari kantin tempatku sekarang sedang celingak celinguk seperti mencari seseorang.. "hmm.. pasti mereka sedang mencariku nih.. sebaiknya aku menghindar lagi aja.." ucapku dalam hati..

"ya, rah, aku balik duluan yah.. kayaknya aku dicariin sama anak buah Bram tuh.. lebih baik aku menghindar aja.." kataku pada mereka berdua sambik menujuk ke arah seberang jalan..

"sya, kayaknya kamu harus hati - hati deh sekarang.. kamu liat tuh diluar, kayaknya mereka semua anak buah Bram deh.. aku takutnya Bram punya niat busuk terhadapmu.." kata Sarah mengingatkanku..

"aku bakal hati - hati kok mulai sekarang, rah.. makasih yaa.." kataku..

"ok.. ntar kami bantuin kamu kalau mereka nanya ke kita.." sahut Fatya..

"yah.. padahal pak Bastian ntar yang masuk, kamu bolos pula.. dosen idola lho dia sekarang, ganteng lagi.." timpal Sarah..

"pak Bastian buat kalian berdua aja, aku udah punya yang lebih ganteng dari dia.. daaa.. aku pamit sebelum anak buah Bram ke sini nanti.." pamitku lalu bangun meninggalkan mereka dikantin..

"hati - hati.." kata mereka barengan..



*~*~*~*



saat ini jam udah menunjukkan pukul tiga lewat.. tapi aku belum juga melihat Ivan keluar dari sekolahnya.. padahal siswa lain udah pada pulang semua, hanya tinggal beberapa siswa aja diparkiran yang belum pulang..

yah.. saat ini aku berada disekolah kekasihku bermaksud untuk menjemputnya.. udah dari tadi aku menunggunya tapi belum muncul juga, walaupun merasa bosan karena lamanya menunggu tapi aku tetap menunggunya dengan sabar..

tak lama kulihat Ivan berjalan keluar dari ruang guru menuju siswa yang berada diparkiran.. "hmmm.. mungkin itu temannya.." batinku..

aku langsung menghampirinya disana.. tapi sampek disana, aku malah dirayu pula pake rayuan basi lagi.. masih mending kalau yang ngerayu pacarku sendiri walau pake rayuan basi, ini yang rayu mukanya pas - pasan lagi.. Huuuh

aku sampek mau menamparnya karena ngatain aku udah tua, kesel aku jadinya sama dia.. "beruntung loe ya karena pacarku langsung ngajakin pulang, kalau gak gue bikin jadi tempe loe.." keselku..

dan saat berada dimobil, dadaku seperti dihantam dengan benda besar melihat kondisi Ivan yang pipinya memerah seperti habis ditampar dan perutnya terdapat luka lebam..

hatiku sakit melihat kondisinya seperti itu, air mataku pun mau mengalir tapi aku tetap menahannya agar jangan jatuh.. aku berkata akan melaporkan masalah ini ke pihak berwajib, tapi dia seolah menolak untuk masalah ini dilaporkan.. jadinya aku mengusulkan untuk memberi tahu ke papa aja dan dia pun hanya pasrah..

pada saat kami telah tiba diparkiran.. aku heran, ngapain dia membawaku ke mall, padahal aku gak ada niat buat belanja..

dia menatapku dalam - dalam, dan itu langsung membuatku merasa malu.. aku paling gak bisa kalau dia menatapku seperti itu.. aku lalu menundukkan wajahku, kemudian dia menaikkan daguku dan pandangan kami bertemu.. tubuhku langsung bergetar hebat saat wajahnya hanya berjarak beberapa centi dari wajahku.. Ivan seperti ingin menciumku, aku bingung harus menolak atau menerima ciuman darinya.. tapi mengingat dia sekarang adalah pacarku, aku pun menerimanya..

aku melotot saat bibir kami sudah menyatu, tapi Ivan hanya memejamkan matanya.. suara kecupannya saat menciumku membuatku makin terlena..

kedua tangannya memegang pipiku dan itu sukses membuatku lebih tenang.. aku sebenarnya ingin membalas ciumannya, tapi aku merasa malu melakukannya.. Ivan terus menghisap dan menyedot bibirku dengan lembut.. aku semakin terlena dibuatnya dengan hiasapan lembutnya pada bibirku..

aku yang tak membalas ciumannya hanya membuka sedikit mulutku.. tapi itu malah membuat ciumannya semakin intens menyerang bibirku.. tadinya dia menghisap lembut bibir bawahku, kini naik ke atas menghisap dan menyedot dengan kuat bibir atasku..

saat aku ingin membalas ciumannya, ia malah melepaskan ciumannya.. jantungku langsung berdetak cepat bahkan aku sepertinya mau pingsan.. tapi dia lagi - lagi bisa membuatku tenang..


Ivan sempat seperti menggodaku menanyakan apa aku marah setelah dia menciumku..? mana mugkin aku bisa marah dengannya, aku hanya merasa malu saat itu.. dia bahkan bertanya :

"kenapa mesti malu..? kan Ivan pacarnya Risya.. emang Ivan gak boleh mencium pacarnya sendiri gitu..?" tanyanya..

"bo.. boleh kok.." jawabku terbata karena malu.. aku bukan gak membolehkannya, tapi aku hanya merasa malu aja.. apapun akan aku lakukan asal itu membuat Ivan bahagia.. karena AKU MENCINTAINYA..


maaf.. aku gak mau bahas soal Ivan yang menggodaku waktu bicara tentang aku yang gak pake baju.. sumpah.. aku malu banget, jadi jangan omongin masalah itu..


Dilema...!!! itu yang kurasakan saat Ivan tak mengijinkanku melaporkan tentang hukuman yang dia terima disekolah yang sudah kelewatan banget pada pihat berwajib.. dan dia juga seolah tak mengijinkanku memberi tahu pada papa.. apa sebenarnya mau anak itu..?

"Hiks... Hiks... Hiks.." sebenarnya apa yang kamu mau, Van.. tega kamu buat aku nangis terus liat kondisi kamu gitu.. apa yang harus aku lakukan, Van..?

awalnya aku yakin Ivan gak bakalan dipindahin sekolahnya kalau aku memberi tahu papa tentang Ivan yang dihukum disekolah.. tapi Ivan memberi penjelasan secara detail padaku, hingga aku bisa memahaminya.. dia tak mengijinkan memberi tahu papa, karena takut jauh - jauh dari aku.. dan dia mengakui bahwa dia mulai mencintaiku..

"Hihi.. akhirnya Ivan sudah mulai mencintaiku juga"

aku sebenarnya gak mau memaksa dia untuk mencintaiku juga, biar cinta itu hadir dengan sendirinya.. cinta yang tulus tanpa adanya paksaan..



*~*~*~*



"sayang.. kita ke dokter aja yuk..?"

"badan sayang panas banget lho dan muka sayang juga pucat.."
kataku.. aku khawatir dengan suhu tubuh Ivan yang gak menurun dari tadi malam..

"gak usah, Ivan dirumah aja.. ntar juga panasnya turun kok.." kata Ivan tersenyum ke arahku..

"dari tadi malam gak turun - turun lho panasnya, makin panas yang ada suhu tubuh sayang.." kataku.. "knapa sih kamu yang, susah betul diajak untuk pergi ke dokter.." kataku dalam hati..

"iyaa.. ntar siang kalau panasnya belum turun, kita langsung pergi ke dokter.." ucapnya pasrah..

"bener yaa..?" tanyaku sambil mengelus rambutnya yang lembut..

"He ehh.." dia mengangguk..

"sayang.. siap - siap sana, katanya masuk kuliah pagi.. udah jam tujuh lewat tuh.." Ivan mengingatkanku untuk kuliah pagi..

"Risya bolos aja yaa..? mau jagain sayang.." kataku..

"tiga hari yang lalu udah bolos, masa hari ini bolos lagi.."
ucapnya..

"please.. boleh yaa..?" kataku memohon dengan mengatupkan kedua tanganku didepan dada..

"GAK BOLEH.." ucap Ivan tegas sambil menggelengkan kepala..

Kriiing.. Kriiing.. Kriiing

hp Ivan berbunyi, ada panggilan masuk.. aku lalu mengambil hpnya dimeja kecil sebelah ranjangnya..

"siapa sayang..?" dia menanyakan siapa yang menghubunginya..

"nomornya gak terdaftar dikontak sayang.." kataku ketika melihat dilayar hp hanya nomor dan tanpa nama..

"Oowh.. gak usah diangkat kalau nomor yang keluar.." katanya..

"mana tau ada yang penting sayang.." kataku lagi, tapi dia hanya menggelengkan kepalanya..

aku lalu tidur disebelahnya dan memeluk lengannya.. mudah - mudahan aja dengan gini dia ngijinin aku buat bolos..

"loh, kenapa malah tidur lagi.. cepat bangun, kesiangan nanti kuliahnya.." katanya melepaskan pelukanku dilengannya dan mendorongku agar cepat bangun..

"gak mau, Risya mau bolos aja hari ini.." kataku pura - pura merajuk kemudian duduk melipat tangan didada dan menoleh kearah lain..

"Hahaha.. kamu lucu sayang kalau gitu.." ucapnya tertawa..

"gak ada yang lucu.." kataku masih pura - pura merajuk..

"sayang, mandi dulu sana.. apa perlu Ivan yang mandiin sayang..?" katanya menggodaku..

"hmmm..." jari telunjuk kuletakkan didagu dan memandang keatas seperti orang yang lagi berpikir..

"ayo.." kataku singkat.. Ivan langsung duduk dan hendak turun dari ranjang..

"Iiihhhhh maunya.." kataku manja lalu mendorong dahinya hingga dia tertidur kembali..

"tadi katanya ayo.." kata Ivan cemberut.. "hihi.. baru kali ini aku melihat Ivan cemberut kayak gitu.. tapi masih tetap ganteng kok.." batinku lalu tersenyum..

"kenapa senyum - senyum gitu.." kata Ivan..

"gak pa - pa.. boleh yaa Risya bolos..? Risya kan mau jagain suami Risya.. gak mau Risya dicap sebagai istri yang durhaka.." ucapku kemudian menyandarkan kepalaku diatas dada Ivan dan wajahku menghadap wajahnya..

"kapan kita nikahnya..?" tanya Ivan heran..

"tadi malam.." jawabku singkat.. Ivan menaikkan sebelah alisnya seperti berpikir atau mengingat sesuatu..

"itu cuma mimpi sayang.." kata Ivan memegang pipiku dan mengelusnya.. aku senang sekali jika Ivan mengelus atau memegang pipiku..

"knapa gak beneran aja sih, Van.. Risya padahal senang banget jadi istrinya Ivan.." kataku memegang tangannya dipipiku..

"sayang.. bangun dulu.." kata Ivan..

"mau ngapain..?" tanyaku padanya dan langsung bangun dari tubuhnya..

"bantuin Ivan dulu bangun, mau duduk bersandar aja.." kata Ivan dan langsung kubantu dia untuk bersandar diranjang..

"kalau masih lemes, sayang tiduran aja lagi gak usah duduk dulu.." kataku yang kini duduk dihadapannya..

"bentar aja kok sayang.. sini duduknya lebih dekat lagi.." kata Ivan menepuk kasur didepannya.. walaupun kami duduk dekat dan berhadapan, tapi masih ada jarak diantara kami..

"buat apa sih, inikan udah dekat juga.." ucapku cemberut.. tapi aku tetap mengikuti kemauannya, duduk sangat dekat dengannya..

"mau jadi istri Ivan gak..?" tanya Ivan menatap mataku.. "aduhh, jangan tatap aku seperti itu, sayang.." kataku dalam hati..

"mau.." jawabku dengan gembira..

kedua tangannya diletakkan diatas pahaku.. tubuhku bergetar ketika tangannya berada dipahaku.. kemudian tangannya naik lagi ke atas.. Ivan membuka satu kancing baju tidurku bagian atas.. ketika tangannya turun untuk membuka kancing kedua, aku memegang tangannya..

"ka.. ka.. kamu mau ngapain, Van..?" tanyaku gugup..

"Risya pengen jadi istri Ivan kan..? biarkan Ivan melakukannya.." jawabnya lalu melepaskan pegangan tanganku dan kembali membuka kancing kedua.. kulit putih bagian atas payudaraku udah keliatan..

"a.. a-pa yang ingin kamu lakukan..?" tanyaku dengan suara yang berat.. jujur, aku merasa deg - degan sekali dengan apa yang dilakukan Ivan sekarang..

"Ivan ingin melakukannya dengan istri Ivan, emang gak boleh..?" tanya Ivan kembali membuka kancing ketiga..

"haruskah, Van..?" tanyaku menundukkan kepala..

"Harus.." kata Ivan singkat dan membuka kancing ke empat hingga terlepas semua.. jika Ivan menyibakkan baju yang ku pakai, maka akan keliatan aku hanya memakai bra hitam didalam bajuku.. rasa malu kini melandaku kembali dan aku menutupinya dengan memejamkan kedua mataku..

lama aku memejamkan mataku, tapi Ivan tak melakukan apa - apa padaku.. perlahan aku membuka mata, kulihat Ivan menatapku sambil tersenyum..

"sayang ngapain matanya ditutup..?" tanya Ivan..

"Risya kan malu.." kataku lalu menunduk.. tangan Ivan kini memegang bajuku dan aku pun kembali menutup mata.. tapi aku merasakan Ivan bukannya membuka bajuku, tapi malah mengancingkannya lagi seperti semula.. aku langsung membuka mata..

"lho kok.." kataku terhenti..

"kenapa..?" tanya Ivan..

"kenapa dikancing lagi..?" tanyaku bingung..

"kenapa juga harus dibuka, ntar sayang masuk angin.." kata Ivan santai..

"lho kok gini sih.. gak jadi kita melakukannya..?" tanyaku.. aku jadi semakin bingung dibuatnya..

"melakukan apa sayang.." kata Ivan menggodaku..

"melakukan itu.." kataku malu..

"itu apa.." kata Ivan mendekatkan wajahnya padaku.. aku merasa kalau Ivan sedang ngerjain aku..

ketika wajahnya mau mencium bibirku, aku dengan cepat menempelkan jari telunjukku dibibirnya..

"sayang ngerjain Risya yaa..?" tanyaku sambil menatapnya tajam..

"Hahahaha..."

"ihhhh.. nyebelin banget sih punya pacar.. suka banget ngerjain Risya.."
kataku kesal lalu turun dari ranjang mau keluar dari kamarnya.. tapi Ivan menahan tanganku dan menariknya hingga aku duduk kembali diranjang..

"kenapa Risya mau melakukannya dengan Ivan..?" tanya Ivan masih memegang tanganku..

"berarti sayang serius tadi..?" tanyaku balik.. dia hanya menganggukkan kepalanya..

"karena rasa cinta Risya pada Ivan, makanya Risya mau melakukannya.." kataku..

"terus knapa gak jadi..?" tanyaku padanya..

"karena Ivan menilai sepertinya sayang belum siap melakukannya.. sayang juga belum siap buat jadi istri Ivan.." kata Ivan..

"jika Ivan mau melakukannya, Risya bersedia kok.." ucapku langsung menunduk..

"gak.. Risya harus melakukannya dengan orang yang akan menjadi suami Risya nantinya.."
katanya lalu mencium keningku..

"Hiks... Hiks... Hiks..."

"tapi Risya maunya Ivan orang yang akan menjadi suami Risya.."
ucapku dalam tangis.. Ivan hanya menggelengkan kepalanya..

"Hiks... Hiks... Hiks..."

"knapa kita harus ada hubungan adek kakak, Van..?"
tanyaku..

"nikmati aja semuanya, kak.. seperti yang dulu kakak bilang ke Ivan.." katanya dengan mata berkaca - kaca..

Ivan merentangkan kedua tangannya, aku pun langsung memeluknya erat.. ia juga memelukku erat, tangisanku langsung pecah dalam pelukan ini..

"Risya gak mau kita berpisah, Van.."

"kamu jangan pernah tinggalin Risya.."

"Risya mau, kita selamanya seperti ini.."







To Be Continue....!!!!
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd