Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisahku, yang....!!!!

Siapakah yang akan menjadi pendamping hidup Ivan..?

  • Risya

    Votes: 243 68,3%
  • Alya

    Votes: 75 21,1%
  • Dinni

    Votes: 73 20,5%
  • Nadira

    Votes: 49 13,8%
  • Karakter baru

    Votes: 61 17,1%

  • Total voters
    356
  • Poll closed .
Bimabet
TARGET DI DAPATKAN




3 hari kemudian..


aku terbangun dari tidurku yang nyenyak.. badanku ini juga udah terasa enakan dan segar, setelah dua hari yang lalu suhu tubuhku mencapai 39°C dan sulit sekali kembali pada suhu normal.. dan aku pun dibawa ke dokter sesuai janjiku dengan kak Risya..

aku menoleh ke sebelah kananku, kulihat kak Risya sedang tertidur pulas.. dia duduk pada sebuah kursi disebelah tempat tidurku dan kepalanya bertumpu pada sebuah bantal kecil diatas kasur..

"kalau kakak emang mau jagain Ivan, gak mesti kayak gini juga kak.. padahal kakak bisa tidur disofa, dari pada gini hanya bikin badan kakak sakit aja.." batinku

"hmmm... saat tidur pun kakak masih tetap keliatan cantik.." ucapku lirih sambil menatap wajahnya..

kuelus - elus perlahan pipi kirinya dengan lembut.. turun lagi menyentuh bibir merahnya kemudian memegang tangannya yang berada diatas perutku dan menggenggamnya.. badan kak Risya bergerak seperti mau terbangun dari tidurnya, aku lalu memejamkan mataku pura - pura tidur..

tangan kiri kak Risya masih dalam genggamanku dan aku merasa ia berdiri lalu menyentuh keningku dengan punggung tangan kanannya..

"hmmm.. panasnya udah turun sayang.. tunggu disini yah, Risya beli sarapan dulu.." katanya pelan..

"Muuachhh.."

aku kaget dalam keadaan mataku yang terpejam, kak Risya mencium bibirku, ini ciuman kedua darinya untukku.. kalau dari aku sih gak usah tanya lagi berapa kali.. dan ketika dia melepaskan ciumannya, tangan kiriku yang masih ada jarum infusnya menahan kepala belakang kak Risya dan menariknya.. kini aku yang mencium bibir kak Risya dan dia tak membalasnya..

"Hmmmppffff.. mmmpppphh... hmmmpffff.."

aku mengemut bibirnya yang merah dalam posisi mataku yang masih terpejam.. perlahan ku buka mataku, ku lihat kak Risya kaget melihatku yang langsung terbangun setelah diciumnya..

aku lalu duduk diatas ranjang pasien masih melumat bibir kak Risya dan kak Risya pun dalam posisi setengah berdiri..

"Hmmmppffff.. hmmpfff... mmmmpppp.."

kurasakan manis bibirnya saat kucium.. dan kak Risya pun sama sekali gak membalas ciumanku.. Huuffth.. susah banget buat kak Risya 'tuk membalas ciumanku..


"GILA... aku kembali ciuman dengan kakakku sendiri..!!! apakah ini salah..? ya jelas salah lah, BEGO.. tapi apakah harus kuhentikan ciuman ini..? gak mau lah aku, OON.. Hahaha.."


kuurungkan niatku untuk menciumnya lebih lama lagi.. kulepaskan lumatanku dibibirnya..

"pagi - pagi kok Ivan udan dikasih sarapan bibir.." ucapku menggodanya..

"eh.. anu.. itu...." kak Risya salah tingkah, setelah ketahuan dia menciumku..

"hehe.. gak pa - pa sayang.. kenapa mesti malu gitu, kalau masih mau cium lagi nih.." ucapku memajukan bibirku..

"ihhh kamu nih.." katanya kesal setelah kugoda..

"Hahahaha.."


"TOK... TOK... TOK..."



aku dan kak Risya langsung menoleh ke arah pintu yang diketuk.. pintu kamar dibuka dan masuklah dua orang wanita.. seorang dokter cantik yang masih muda dan seorang suster, mereka berjalan menghampiriku..

"gimana kabarmu hari ini, Rey...?" kata si dokter cantik.. aku kaget, darimana dokter ini tau namaku Rey..? Oh yaa, aku kan udah dua hari dirawat disini dan dia mungkin juga dokter yang menanganiku selama dua hari ini.. "hmmm.. inilah kalau kerjanya cuma tidur kalau lagi sakit, padahal yang periksa dokter cantik gini.." batinku..

"alhamdulillah.. udah baikan kok, dokter.." ucapku menatap wajah cantiknya, aku sedang mengagumi kecantikannya..

"...." kulihat bibir dokter itu seperti mengatakan sesuatu, tapi aku tak mendengarnya karena terlalu fokus dengan wajahnya.. tiba - tiba kak Risya memukul pundakku kuat..

"Auuwww.. sakit.. kenapa sih pake pukul segala.." ucapku kesal..

"rebahan dulu tuh disuruh dokter.." kata kak Risya ketus.. dokter cantik itu hanya tersenyum melihat tingkah kami berdua..

"biasa aja dong, gak usah ketus gitu ngomongnya.." ucapku kesal pada kak Risya, lalu aku pun tiduran dikasur..

"udah.. udah.. kok jadi bertengkar sih kalian nih.." kata si dokter lalu memeriksaku dengan stetoskopnya.. begitu stetoskop diletakkan didadaku, "kok detak jantung aku jadi cepat gini yah..? terus, dokternya bakal tau gak cepatnya detak jantungku ini..? ya tau lah, gimana sih kamu ini Ivan.." kataku dalam hati..


kak Risya kemudian duduk dikursi sebelah ranjang pasien yang kutempati, dengan ekspresi gak ada senyumnya sama sekali.. "kenapa lagi tuh cewek..? lagi PMS kah..?" tanyaku dihati..


"ok.. kesehatanmu sekarang udah membaik.. jadi kamu sudah boleh pulang, Rey.." kata sang dokter setelah memeriksa kesehatanku..

"sus, tolong jarum infusnya dilepas, pasien sudah boleh pulang.." kata si dokter cantik pada suster..

"baik dokter.." sahut suster lalu mengeluarkan jarum infus yang tertancap ditanganku..

"sayang, Ivan udah dibolehin pulang nih.. gak senang gitu..?" tanyaku pada kak Risya..

"Bodo.." jawab kak Risya ketus.. aku hanya menghela nafas melihatnya.. "kenapa kak, lagi butuh ciumanku lagi kah..?" tanyaku dalam hati..

"udah besar kamu sekarang ya Rey..? ganteng lagi.." kata dokter cantik tadi sambil menatapku dengan senyumannya..

"Rey...? dari tadi kok dokter manggil aku Rey terus..?"

"siapa dokter sebenarnya..?"
tanyaku pada dokter tadi.. lalu aku menoleh ke arah bad namanya yang terletak didada, tapi dia langsung menutupi bad namanya dengan tangan kiri agar tak dapat kubaca..

"ternyata kamu udah ngelupain kakak, Rey.." kata si dokter cantik dengan memasang wajah sedih..

"siapa sebenarnya dokter ini..? kenapa dia memanggilku Rey.. nama itu kan hanya kak Alya aja yang manggil.. HAAHH.. apa dokter ini kak Alya anaknya tante Sinta..? gak salah lagi, dia pasti kak Alya.." batinku..



"dokter ini anaknya tante Sinta..? kak Alya ya..?" tanyaku terkejut..

"gak usah pura - pura amnesia.." kata kak Risya sewot.. aku gak mempedulikan ucapannya..

"...." dokter itu membalas pertanyaanku dengan anggukan.. aku lalu turun dari ranjang pasien dan memeluk kak Alya, leherku bersandar dibahunya dan kak Alya pun mengelus punggungku..

"jahat bener kamu Rey, sampai lupa sama kakak sendiri.." kata kak Alya dalam pelukanku.. dari sudut mataku dapat kulihat kak Risya hanya menunduk melihatku memeluk kak Alya..

"maafin Rey kak.. abisnya kak Alya udah tambah cantik sekarang, makanya sampek lupa tadi.." ucapku membela diri..

"udah pinter gombal sekarang yah.." kata kak Alya melepaskan pelukanku dan mencubit hidungku..

"hehe.." aku hanya tertawa cengengesan..

"ya udah, kak Alya pamit dulu ya..? masih banyak pasien yang harus ditangani.." pamit kak Alya..

"makasih banyak kak.." ucapku..

"apasih pake makasih segala, kamu itu adekku tau.." kata kak Alya cemberut.. jadi keinget masa kecil waktu aku suka jahilin dia, kalau dia lagi marah pasti mukanya cemberut kayak gini.. hehe

"hehe.. iya iya.." ucapku sambil garuk - garuk kepala padahal gak gatal..

"main - mainlah kerumah kakak, Rey.. masih rumah yang dulu kok.." kata kak Alya..

"he ehh.." aku hanya mengangguk..

"sya, kakak pamit dulu ya.. kakak tunggu loh kalian berdua main kerumah.." pamit kak Alya..

"iyaa kak.." balasku dan kak Risya barengan lalu kak Alya dan suster tadi keluar dari kamar..

"sayang, kenapa sih mukanya ditekuk gitu..?"

"...." gak ada jawaban..

"marah sama Ivan..?"

"...." gak ada jawaban..

"salah Ivan apaan..?"

"kamu pikir aja sendiri.."
kata kak Risya lalu keluar dari kamar pasien yang kutempati selama dua hari ini dan menutup pintu dengan keras..

"Braaakkkk.."

aku hanya menatap kearah pintu yang sudah tertutup.. walaupun saat ini kakak lagi marah denganku, tapi jangan sampai mengganggu hubungan kita kak.. aku janji, akan berusaha untuk mempertahankannya, sampai ada seorang lelaki yang kakak cinta dan dapat membahagiakan hidup kakak.. dan aku akan melepaskan itu semua hanya untuk kebahagiaan kakak..

aku mengambil tas kecil milik kak Risya yang berada diatas sofa, kemudian berjalan membuka pintu dan keluar dari kamar pasien..




*~*~*~*



Pagi yang cerah, menyapa jiwaku yang sedang merasa sepi..

Tak ada keinginan selain memulihkan hati yang mungkin sedang tersakiti..

Berikanlah aku waktu untuk memperbaiki semuanya lagi..

Untuk tetap terus bersamamu menjalani hidup ini..


modern-balcony-decor-with-cute-little-shrubs.jpg


09.45 Wib

saat ini aku sedang duduk disofa cantik dibalkon rumah seorang diri.. duduk seorang diri tanpa adanya kekasih hati.. sepulang dari rumah sakit tadi, kak Risya masih marah padaku.. mungkin saat ini dia masih berada dikamarnya..

mulai kurebahkan tubuh ini yang belum sepenuhnya dalam kondisi fit.. kuletakkan punggung tanganku tepat dikeningku dan aku pun mengingat kembali pembicaraanku dengan seseorang..

"Hash.. Hash.. Hash.. Hash.."

"udah kek istirahat dulu.. beneran ini Ivan capek banget.."
ucap Ivan dengan nafas yang memburu..

"sepertinya kamu memang belum bisa mengatur energi yang kamu miliki agar jangan banyak terkuras saat bertarung, Van..?" kata kakek menjelaskan..

"Hash.. Hash.. Hash.. susah kek.. Ivan gak bisa seperti kakek dengan gaya bertarung cepat, tapi tak banyak mengeluarkan energi.." ucap Ivan.. kini Ivan dan kakeknya duduk berteduh dibawah pohon yang rindang.. mereka duduk saling membelakangi dengan punggung keduanya menempel..

"kamu harus ingat Van.. melawan orang yang badannya lebih besar dari kita itu, jangan gunakan kekuatan penuh untuk menghadapinya tanpa mencari tahu terlebih dahulu titik kelemahan pada orang itu.."

"jika kamu tetap melawannya tanpa tahu titik kelemahannya dimana, kakek yakin kamu duluan yang akan tumbang.."

"kamu pahamkan maksud kakek..?"

"iya kek.. cari tahu dulu titik kelemahannya, jika sudah dapat.. baru langsung serang dengan kekuatan penuh.."
ucapku yang kini bergeser duduk disamping kakek..

"kekuatanmu paling ampuh menggunakan sikut dan lututmu, Van.."

"Ivan juga merasakan seperti itu kek.. lutut dan sikut Ivan bakal jadi senjata mematikan dalam menyerang lawan.."

"kamu memang cucu kebanggaan kakek, Van.. kamu cepat mengerti dalam mempelajari segala hal.."
kata kakek..

"hehe.."

"kapan kita bisa tinggal bersama papa dan mama lagi, kek..?"
tanyaku karena ingin tinggal dengan kedua orang tuaku lagi..

"secepatnya Van kita akan tinggal dengan mereka lagi.."

"kakek gak rindu melihat situasi perusahaan kita, kek..?"

"gak mau mengurus perusahaan kakek lagi..?"
tanyaku..

"saat ini memang perusahaan kita masih baik - baik aja.."

"maksud kakek..?"
tanyaku bingung..

"perusahaan kita cukup sukses saat ini, Van.. karena kesuksesan itu juga, perusahaan kita bisa berkembang pesat seperti sekarang ini.. melihat perusahaan kita yang sukses, banyak orang - orang atau perusahaan lain yang iri dengan perkembangan pesat pada perusahaan kita.. jadi, mereka ingin menjatuhkan perusahaan kita.."

"dulu, kakek sempat menggagalkan tiga perusahaan besar yang bekerja sama untuk menjatuhkan reputasi dan merebut tender - tender besar dari perusahaan kita.."

"sekarang, mereka mulai bergerak lagi.. eh.. bukan mulai lagi, tapi sudah bergerak.."

"sudah mulai bergerak..? dengan cara yang sama juga, kek..?"
tanyaku..

"gak.. mereka sekarang merubah rencananya, bermain dengan orang dalam kita.. mereka berhasil mempengaruhi beberapa orang yang menduduki posisi penting diperusahaan kita.." kakek menjelaskan..

"sepertinya kakek harus turun tangan untuk mengatasi semua itu.."

"kakek gak mau lagi mengurus perusahaan, Van.. sudah waktunya buat kakek untuk pensiun dan menikmati masa tua kakek.."
kata kakek dengan ekspresi datar..

"terus gimana dengan perusahaan kita kek, kalau kakek gak mau turun tangan mencegahnya..?" tanyaku..

"bukan kakek yang akan mencegahnya.." kata kakek..

"terus siapa kek..?" tanyaku heran..

"kamu van, dan kakek berharap kamu bisa melakukannya.." ucap kakek..

"Haaa.. masa Ivan.. mana ngerti Ivan urusan gituan kek.." ucapku kaget karena kakek memilihku untuk mencegah niat jahat para pesaing bisnis papa maupun kakek..

"kamu bisa sharing dulu dengan Kevin tentang masalah perusahaan.. dia tau banyak tentang seluk beluk perusahaan kita.. jadi kakek harap kamu bisa cepat mengambil tindakan setelah mempelajari semuanya.." kata kakek menyuruhku untuk belajar dengan mas Kevin, orang kepercayaan kakek dan juga teman berlatih beladiriku..

aku hanya bisa menarik nafas dalam - dalam dan mengeluarkannya perlahan, mencoba untuk menenangkan pikiranku.. aku tak mengerti kenapa kakek malah memilihku, harusnya papa masih bisa mengatasi semuanya..

"gimana kalau papa aja y..." ucapku yang langsung dipotong kakek..

"kakek lebih percaya padamu Van daripada Aldiansyah (papaku).. suatu saat, kakek ingin kamu yang memimpin perusahaan yang telah kakek rintis dari nol hingga besar seperti sekarang.." kata kakek dengan mata berkaca - kaca..

"kakek lebih menyayangimu daripada anak kakek sendiri, jadi kakek berharap kamu mau melakukannya.." kata kakek dan air matanya kini jatuh membasahi pipinya.. baru kali ini aku melihat kakek menangis, dan aku merasa tangisan kakek sangat tulus.. hingga membuat mataku pun berkaca - kaca..

kakek memegang pundakku dan menariknya hingga aku menyandarkan kepalaku di bahunya.. kakek memegang kepalaku dan mengusap rambutku dengan lembut..

"sampai waktunya tiba nanti, carilah seorang wanita yang benar - benar mencintaimu untuk menjadi istrimu, Van.."

"jangan pernah kamu menyakiti hati dan perasaannya.."

"iyaa kek.."
ucapku tersenyum menatap wajah kakek yang sudah mulai menua..

"kakek sayang padamu, Van.. kakek akan berikan segala yang kakek miliki hanya untukmu.."

"karena kamu adalah pewaris tunggal keluarga ARARYA.."

aku menurunkan tanganku dan membuka mata perlahan, kulihat kak Risya duduk tepat di sebelah bagian perutku pada sofa yang kutempati, yang mana bagian sofanya hanya menyisakan sedikit tempat untuk diduduki olehnya..

Risya Zhahira Ararya
427203e4-5cf7-4d43-ba71-0f8c75357ce2


"apakah kak Risya orang yang dimaksud kakek..? wanita yang benar - benar mencintaiku..? Hmm.. aku belum tau.." batinku..

"lho sayang, udah lama disini..?" tanyaku yang tak menyadari kehadirannya saat aku memejamkan mata tadi..

"...." gak ada jawaban.. aku kemudian bangun dari posisi rebahan dan kini duduk.. kak Risya mundur sedikit hingga punggungnya bersandar pada sandaran sofa.. posisi duduk kami lurus kedepan tidak saling berhadapan..

"sayang masih marah sama Ivan..?" tanyaku..

"cemburu yaa..? cemburu pasti nih, masa sama kak Alya cemburu sih.." ucapku.. kini aku baru menyadari setelah pertemuanku dengan kak Alya tadi adalah penyebab kak Risya marah padaku.. dia pasti cemburu ini..

"siapa juga yang cemburu.." katanya sedikit ketus lalu mulut dimanyunkan..

"yakiiin..?" tanyaku menggodanya dan meletakkan tangan kiriku diatas tangan kanannya yang berada diatas pahanya.. kak Risya mencoba melepaskan tangannya, tapi dia membalikkan tangannya dan sekarang telapak tangannya menghadap keatas.. aku langsung menggenggam tangannya erat setelah jari - jariku masuk diantara jari tangannya..

"...." dan gak ada jawaban lagi..

sejenak kupejamkan mataku.. "maafkan aku kak..!!! aku hanya bisa membuat kakak sakit hati, marah, kesal dan menangis.." ucapku dalam hati..

"maafin Ivan kalau udah buat sayang jadi cemburu gini.." ucapku sedikit memelas..

"Hiks... Hiks... Risya takut kalau sayang jatuh cinta dengan cewek lain.. apalagi saat menatap wajah kak Alya kayak tadi.. Risya takut sayang.. Hiks.. Hiks.." kata kak Risya menunduk dengan tubuh bergetar karena tangisannya..

"Risya yang harusnya minta maaf, karena sikap cemburu Risya yang berlebihan.. padahal kak Alya itu kakak sepupu kita.." katanya sesaat menatapku lagi lalu kembali menunduk..

aku memegang kepala kak Risya dengan tangan kananku dan menariknya kearah dadaku.. aku memeluknya erat hingga kak Risya pun melepaskan genggaman tangan kami dan membalas pelukan dengan erat juga..

sedang enak - enaknya pelukan, tiba - tiba perutku berbunyi menandakan aku sangat lapar.. kak Risya pun dapat mendengar perutku yang bunyi dan mendongakkan kepalanya menatapku tersenyum.. aku hanya tersenyum kecut dan mencium keningnya dan mengusap air matanya..

"sayang lapar yaa..? maaf tadi di rumah sakit gak jadi beli sarapannya.." kata kak Risya..

"ya udah gak pa - pa.. yuk turun kita makan dulu, Ivan udah lapar banget nih.." ucapku yang dibalasnya dengan anggukan.. kak Risya kembali memelukku sebentar kemudian bangun dan menggengam tanganku dan menariknya untuk turun kebawah..

kini aku duduk di meja makan ditemani kak Risya.. mbok inah keliatan sibuk banget membawa hidangan yang dibawanya dari dapur.. ketika aku bangun mau mengambil nasi untuk ditaruh di piringku, kak Risya menyuruhku untuk tetap duduk aja..

"biar Risya aja yang ambil nasinya, sayang duduk aja.." kata kak Risya mengambil piringku..

"hmmm.. berasa udah jadi suami Ivan kalau gini.." ucapku melihat kak Risya mengambil nasi untukku..

"emang Ivan suaminya Risya kok.. hihi.." kata kak Risya sambil tertawa cekikikan..

"terserah sayang aja deh.." ucapku pasrah..

"knapa..? gak suka..?" tanya kak Risya lalu mendelik ke arahku.. piring yang udah berisi nasi lalu diletakkan didepanku..

"suka kok.." kataku singkat..

"kalau gak suka bilang aja, gak usah kayak terpaksa gitu jawabnya.." kata kak Risya cemberut..

"Ivan suka banget istriku yang cantik.." ucapku..

"hihi.. nah gitu dong, Risya jadi seneng dengernya.." kata kak Risya..

kami langsung menyantap hidangan yang udah tersedia.. kami hanya diam saja saat makan tanpa adanya obrolan, hingga kami pun selesai makan.. lalu kak Risya naik ke atas dan gak lama turun lagi sambil membawa kantong plastik kecil..

"nih minum dulu obatnya.." kata kak Risya yang ternyata isi kantong plastik tadi adalah obatku dan langsung diberikan padaku..

"Ivan gak suka minum obat sayang.." ucapku dan dia langsung melotot ke arahku.. kalau udah gini aku hanya bisa menuruti kemauannya.. lalu aku mengambil obat yang diberikan kak Risya tadi dan langsung meminumnya..

"sayang, Ivan tidur dulu yah.." ucapku..

"yukk.. Risya juga mau jagain sayang.." katanya manja.. aku langsung naik ke atas tanpa menghiraukan ucapannya..

"ihhh sayang, tungguin Risya dulu.." kata kak Risya setengah berlari dan melompat ke atas punggungku.. paha kak Risya langsung melingkar di pinggangku dan aku langsung menahan kedua pahanya dengan kedua tanganku.. kak Risya kemudian mengalungkan kedua tangannya dileherku..

aku sama sekali tak merasakan beban yang berat saat menggendong tubuh kak Risya, karena aku udah terbiasa melakukannya saat menaiki bukit dengan membawa ransel besar yang berat dipunggungku waktu berada di desa..

setelah sampai di kamarku, kak Risya pun turun dari punggungku dan masuk ke dalam kamar mandi.. aku langsung merebahkan tubuhku di ranjang..



•​

"kok Risya dipunggungi sih.. hadap sini dong tidurnya.." katanya manja.. kalian tau apa yang harus aku lakukan kalau udah gini..? ya aku harus menuruti permintaannya, kalau gak bisa ngambek lagi wanita satu ini..

"iyaa.. iyaa.." ucapku lalu berbalik ..

"Risya aja ya yang memunggungi sayang, supaya sayang bisa meluk Risya dari belakang.." katanya langsung berbalik memunggungiku.. aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap manjanya.. aku kemudian bergeser sedikit merapat ke tubuhnya dan memeluknya erat.. tanganku yang berada diperut kak Risya dipegangnya.. aku langsung memejamkan mataku untuk tidur..

"ihhh sayang, kok langsung tidur sih.." kata kak Risya sedikit kesal.. aku merasa dia seperti menoleh ke belakang melihatku..

"kenapa..? mau Ivan cium dulu baru kita tidur, gitu..?" tanyaku cuek masih memejamkan mata..

"bu.. bu.. bukan gitu.." kata kak Risya terbata - bata..

"udah tidur aja terus, gak usah aneh - aneh lagi permintaannya.." ucapku.. kak Risya pun hanya menghela nafasnya dan aku pun langsung tidur..




*~*~*~*



keesokan harinya di sabtu pagi, aku masih belum masuk sekolah.. saat ini aku sedang santai duduk di ruang tamu sambil bermain game Top Eleven di smartphoneku..

"sayang, Risya berangkat kuliah dulu yah..?" kata kak Risya yang membuatku kaget tiba - tiba sudah ada dihadapanku, hingga aku pun langsung memegang dadaku..

"eh.. maaf sayang.. Risya gak bermaksud buat ngagetin sayang.." kata kak Risya lalu duduk di sebelahku..

"Ivan yang anterin..?" tanyaku..

"gak usah, Risya bisa sendiri kok.." katanya..

"ya udah hati - hati di jalan.. nih pake mobil Ivan aja, dan gak usah ngebut - ngebut bawa mobilnya.." ucapku menasehatinya sambil memberikan kunci mobilku..

"iyaa iyaa suamiku.. istrimu ini gak akan ngebut - ngebut kok bawa mobilnya.. dia pasti akan patuh sama omongan suaminya.." kata kak Risya mengambil kunci dari tanganku lalu memegangnya dan mencium punggung tanganku..

"eh.. kalau kayak gini udah kayak jadi suami Risya aja Ivan nya.." ucapku kaget karena kak Risya mencium tanganku..

"emang Ivan suaminya Risya kok.. hihi.." kata kak Risya tertawa cekikikan..

"udah udah berangkat sana, ntar malah telat lagi.." ucapku mengalihkan pembicaraan, kalau dilanjut masalah suami istri yang ada dia malah sedih, dan ujung - ujungnya bolos kuliah lagi..

"Risya berangkat dulu kalau gitu.." katanya dengan mulut yang dimanyunkan..

aku hanya menarik nafas dalam - dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.. kemudian kulanjutkan bermain game Top Eleven di smartphoneku, tapi rasa bosan langsung kurasakan bahkan saat bermain game kesukaanku ini..

aku lalu beranjak dari tempatku sekarang hendak menuju ke kamarku diatas, aku bermaksud untuk istirahat aja.. baru beberapa langkah aku berjalan, seseorang memanggilku dari arah belakang..

"maaf mas, ada seorang pria yang ingin bertemu dengan mas Ivan.." katanya.. aku lalu berbalik untuk melihat siapa yang bicara padaku.. ternyata pak Jaka satpam di rumahku, dia berdiri di depan pintu..

"siapa pak..?" tanyaku singkat..

"saya lupa nanya namanya tadi, mas.. hehe.." katanya tertawa cengengesan sambil garuk - garuk kepala..

"lain kali ditanya dulu namanya pak.." ucapku geleng - geleng kepala..

"baik mas.."

"saya akan segera keluar pak.."

"baik mas.. saya akan memberitahukan padanya.."


aku pun berjalan menuju pintu depan.. ketika sudah berada di teras rumah, aku melihat seorang pria memakai kemeja berwarna hitam dan celana dengan warna senada berdiri sambil tersenyum..

aku berjalan mendekatinya.. dan saat sudah berada dihadapannya, dia melayangkan sebuah pukulan dari arah kiriku menggunakan tangan kanannya.. dengan gerakan reflek aku sedikit menunduk menghindari pukulannya..

"Wushhh.."

aku hanya tersenyum menyeringai.. aku kemudian memberikannya sebuah pukulan ke arah perut kirinya, dia sedikit memundurkan tubuhnya ke belakang hingga pukulanku hanya mengenai udara.. dengan gerakan cepatnya, sebuah tendangan cepat dilesakkan ke wajahku..

"Bugghhh.."

tendangannya berhasil kublock menggunakan tangan kiri yang sedikit kutekuk menutupi wajahku.. tubuhku sedikit oleng ke kanan beberapa langkah..

kini aku mulai menyerangnya, melompat dan menaikkan lutut kananku ke arah wajahnya.. dia memblocknya dengan menekuk dua lengan di depan wajahnya.. tubuhnya termundur ke belakang menahan serangan dariku..

dia menatapku dengan senyuman tipis disudut bibirnya.. kini kami berdua sama - sama melakukan serangan dengan sebuah pukulan dari tangan kanan kami masing - masing ke arah wajah..

"Taapppp... Taapppp..."

kami sama - sama berhasil memblock pukulan yang mengarah ke wajah dengan telapak tangan kiri.. telapak kirinya menggenggam kuat kepalan tangan kananku..

begitu juga dengan yang kulakukan, pukulan yang diarahkan ke wajahku berhasil ku block dengan telapak tangan kiriku dan menggenggamnya, tapi tidak sekuat yang dilakukannya..

dengan posisi kami yang sama - sama saling mengunci, dia masih berusaha untuk menyerangku, sebuah tendangan cepat mengarah ke tubuh sebelah kiriku.. aku kembali tersenyum menyeringai..

"Bugghhh..."

"Aaaaaaarrgghhh"


bukan aku yang mengerang kesakitan, melainkan dia.. karena sebelum tendangannya mendekat ke tubuhku, kembali dengan gerakan reflekku yang cepat sebuat tendangan juga ku arahkan ke tulang kering kakinya yang ingin menyerangku..

telapak kirinya yang menggenggam kuat kepalan tanganku tadi dilepaskannya dan badannya pun sedikit menunduk menahan sakit..

"Aaarghh.. lepaskan tangan gue, Van.." katanya kesakitan, aku lalu melepaskan tangannya..

"siapa suruh nyerang Ivan, mas.." ucapku cuek..

"sakit banget kaki gue nih.." kata mas kevin memegang kakinya..

"maaf deh mas kalau sakit.. apa kabar mas Kevin..? udah lama kita gak bersama lagi.." ucapku langsung memeluknya.. mas Kevin ini adalah orang kepercayaan almarhum kakek.. dia udah bekerja bersama kakek selama 8 tahun dan mungkin sekarang ini usianya sekitar 28 tahun..

"alhamdulillah baik Van.. maaf kemarin mudik dulu tempat orang tua, kangen udah lama gak ketemu mereka.." katanya..

"gak pa - pa mas.. jadi ada perlu apa nih mas..?" tanyaku maksud dari kedatangan mas Kevin ke rumahku..

"kapan nih kita bergerak mengamati keadaan perusahaan..?" tanya mas Kevin..

"sabar dulu mas, Ivan baru juga keluar dari rumah sakit.." ucapku..

"masuk dulu mas ke dalam.. makan dulu, baru ntar kita lanjutin lagi ngobrolnya.." ucapku lagi..

"gak usah repot - repot Van, gue gak lama kok.. mau jalan - jalan dulu keliling - keliling daerah sini sekalian mau cuci mata.." kata mas Kevin menaik turunkan kedua alisnya..

"Heleeh.. banyaknya wanita yang dideketin, tapi gak ada satu pun yang jadi pacar.." kataku mengejeknya..

"belum ada yang cocok aja, Van.." kata mas Kevin ngeles..

"gak cocok..? tapi kok sampek ditidurin juga.." ucapku..

"itu mah bonusnya adindaku.."

"masih belum berubah ternyata kamu, kanda.."

"hehe.. ya udah gue pamit dulu yah.."
katanya langsung berbalik meninggalkan rumahku tanpa menunggu sempat berbicara..

aku hanya menatapnya sampai mas Kevin keluar dari gerbang rumahku.. aku kemudian masuk ke rumah dan menuju kamarku untuk tidur..



*~*~*~*



lima jam aku terlelap dari tidurku, waktu yang cukup lama menurutku.. aku bangun mengambil handukku dan masuk ke kamar mandi..

setelah selesai mandi, aku menuju lemari mengambil pakaian santai yang akan kukenakan.. baju kaos berwarna putih dan celana chino keper menjadi pilihanku dan aku langsung mengenakannya.. menatap diriku pada sebuah cermin dipintu lemari, lalu menyemprotkan sedikit parfum ditubuhku.. dan tak lupa juga aku menggunakan sedikit pelembab pada wajahju, karena cuaca diluar yang panas..

aku berencana keluar untuk jalan - jalan sebentar.. mengingat mobilku yang masih digunakan kak Risya, kualihkan tujuanku ke kampusnya..

aku langsung turun dan keluar dari rumahku, berjalan menyusuri halaman rumahku.. ketika berada didepan pos satpam, pak Jaka menghampiriku..

"mas Ivan mau kemana..?"

"mau jalan - jalan sebentar pak.."

"loh.. mas Ivan masih sakit, kenapa malah keluar mas.. tadi mbak Risya berpesan, jangan dikasih mas nya kalau mau keluar.."

"cuma disekitar sini aja kok pak.."

"jangan mas, nanti saya kena marah sama mbak Risya.."

"nanti biar saya bilang sama kak Risyanya ya pak.."

"tapi mas..."

"udah tenang aja, sebentar aja kok pak.."

"bukain gerbangnya pak, saya mau keluar.."


pak Jaka pun hanya bisa pasrah lalu membuka gerbang.. aku pun langsung keluar dan berjalan menjauh dari rumah.. setelah berada di persimpangan jalan yang sepi, aku menghentikan sebuah taksi yang mendekat ke arahku.. aku masuk ke dalam dan mengatakan tujuanku pada sang supir taksi, taksi pun melaju dengan perlahan..

sesampainya di kampus kak Risya, aku langsung menuju fakultas ekonomi dan bisnis.. kulihat di parkiran mobilku masih ada disana.. "Hmm.. berarti kak Risya masih ada jam kuliah.." batinku.. kulangkahkan kakiku ke arah sebuah kantin yang berjarak sekitar 50 meter dari mobilku yang sedang terparkir..

saat memasuki kantin, suasana didalamnya begitu ramai dengan para mahasiswa.. kulihat sebuah meja kosong diapit empat buah kursi yang belum ditempati.. aku berjalan santai menuju meja tersebut dan duduk di salah satu kursi menghadap mobilku yang berada disana..

aku memang tidak berencana memesan minuman walau aku sedang menunggu kak Risya sekarang ini..

"maaf mas.. kami berdua boleh duduk disini gak..? soalnya gak ada kursi kosong lagi di tempat lain.." kata seorang wanita yang membuatku kaget..

"eh.. maaf mas, aku gak bermaksud buat..." katanya langsung kupotong..

"it's OK mbak.. silahkan duduk aja, gak ada yang larang kok kalau mbak duduk disini.." ucapku ramah pada wanita tadi.. mereka berdua lalu duduk di dua kursi yang berada diseberang meja hingga menghalangi pandanganku ke arah mobil..

"maaf mas.. mas nya jurusan apa ya..?" tanya wanita yang menggunakan kacamata padaku..

"saya masih SMA kak dan saat ini sedang menunggu kakak saya yang mungkin masih ada jam kuliah.." ucapku ramah padanya..

"Oowh.. kamu masih SMA rupanya, dek.. pantesan aku gak pernah liat muka kamu sebelumnya.." kata wanita yang memiliki pipi chubby..

"Hehe.." aku hanya tertawa..

"emangnya siapa nama kakakmu, mana tau kami berdua kenal dengan kakakmu.." tanya wanita berkacamata..

"Risya.. yang menggunakan mobil itu.." ucapku menyebutkan nama kakakku lalu menunjuk sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari tempat kami duduk..


https://0b38966e54e8bebf4a9b-c91cf87d0ed24f4939ca44173a86a2bc.ssl***1.rackcdn.com/SALZL2FX9LH024598/ac51511d34c8a5bc72f0b370cfa4e60d.jpg


mereka berdua langsung menoleh ke belakang melihat ke arah yang kutunjuk.. tak lama lalu mereka saling memandang dan menoleh ke arahku.. aku bingung melihat sikap mereka berdua yang menurutku aneh..

"KAMU ADEKNYA RISYA..?" tanya mereka dengan ekspresi terkejut, aku hanya mengangguk pada mereka..

"kakak kenal dengan kak Risya..?" tanyaku..

"bukan kenal lagi dek, tapi sahabat kita malahan.." jawab wanita berkacamata..

"Sarah Salshabilla.." kata wanita yang pipinya chubby memperkenalkan dirinya sambik mengulurkan tangannya untuk bersalaman..

"Ivan kak.." ucapku sambil meraih tangannya dan mencium punggung tangannya.. "Cuukkk.. tangannya wangi banget, udah gitu putih banget lagi kulitnya.." kataku dalam hati..

"eh.." kata kakak yang bernama Sarah tadi kaget ketika aku mencium punggung tangannya..

"Fatya Ramadhani.." kata wanita berkacamata sambik mengukurkan tangannya juga ke arahku..

"Ivan kak.." ucapku meraih tangannya dan mencium punggung tangannya..

"Risya kok gak bilang ya punya adek tampan kayak gini.." kata kak Sarah..

"apa maksud kamu nanya kayak gitu, rah..? kamu suka dengan dia..?" tanya kak Fatya berbisik ditelinga kak Sarah.. aku masih bisa mendengar walau suaranya begitu pelan..

"kayak kamu gak suka aja, aku tau kamu juga suka sama dia.. dia termasuk tipemu kan..?" balas kak Sarah dengan berbisik juga.. dan lagi - lagi aku juga bisa mendengarnya..

"kalau kita jalan bareng gitu, ada yang marah gak..?" tanya kak Sarah..

kali ini aku sama sekali tak menghiraukan ucapan dari kak Sarah, karena aku sedang melihat ke arah kak Risya yang sedang berjalan sedikit berlari mendekati mobil dan di belakang kak Risya ada tiga orang pria yang seperti sedang mengejarnya.. perasaanku tiba - tiba gak enak, dan aku pun langsung berdiri dari posisi dudukku..

"kamu kenapa sih Van..?" tanya kak Sarah..

"itu Risya lagi dikejar sama anak buah Bram.." kata kak Fatya setelah mengikuti arah pandanganku.. dengan gerakan cepat aku langsung lompat dari besi pembatas yang berada di belakang mereka berdua.. aku langsung berlari mendekati kak Risya..

"IVAN, KEJAR RISYA.." teriak kak Sarah hingga membuatku semakin khawatir..

namun aku terlambat, salah satu pria yang mengejar kak Risya tadi menarik rambut kak Risya dengan kuat ketika kak Risya hendak masuk ke dalam mobil..

"Aaaaaaarrgghhh..." kak Risya mengerang kesakitan..

teriakan kesakitan dari kak Risya rasanya seperti mencabik - cabik tubuhku.. darah dalam diriku seakan - akan menjadi panas yang terus mengalir ke seluruh bagian dalam tubuhku.. lalu tubuhku langsung bergetar dengan hebat dan emosi langsung naik memenuhi isi kepalaku..

"ANJING.."

"BIADAB KALIAN SEMUA.."

"Aaaargghh.. KENAPA GAK ADA YANG NOLONGIN KAKAKKU.."

"BAJINGAN KALIAN SEMUA.."
makiku sambil terus berlari hingga hampir mendekati kak Risya..

kemudian pria tadi menampar pipi kak Risya hingga tubuhnya terhuyung dan kepalanya membentur pintu mobilku..

"Auuwww.. Hiks.. ampuuun.. ampuni gue.."

"Hiks... Hiks... Hiks..."

"KURANG AJAR.."

"KUHABISIN KALIAN.."


ketika pria tadi kembali ingin menampar pipi kak Risya lagi, kak Risya pun menunduk sambil memejamkan matanya karena takut..

"TAAPPPP.."

kali ini aku berhasil menahan tangannya sebelum menyentuh pipi kak Risya yang sudah memerah.. aku memegang dengan kuat pergelangan tangannya, hingga tubuhku yang masih bergetar ikut membuat tangannya pun bergetar..

"SIAPA LOE..? GAK USAH IKUT CAMPUR URUSANKU, BOCAH..!!" kata pria yang kupegang tangannya sambil mendelik ke arahku.. tapi aku sama sekali tak memperdulikan ucapannya.. dua temannya hanya memperhatikan ku

aku menatap wajah kak Risya, didahi sebelah kanan ada luka lebam karena berbenturan dengan pintu mobil tadi.. kak Risya mengangkat wajahnya, setelah tak merasakan apa - apa pada tubuhnya.. dia membuka matanya perlahan dan melihatku dengan ekspresi terkejut.. aku hanya tesenyum menatapnya berusaha menahan emosiku yang sudah memuncak..

"ii.. ii.. Ivan.. Hiks.." ucap kak Risya disela tangisannya lalu dia bersembunyi disamping tubuhku..

"masuklah ke dalam mobil, sayang.."

"ntar Ivan nyusul.. ada yang mau Ivan urus sebentar.."
ucapku menatap tajam ke arah pria tadi..

"kita pulang aja yuukk, gak usah diladeni mereka.." kata kak Risya mengajakku pulang..

"MASUUKKK.." bentakku yang tak dapat menahan emosiku lagi hingga membuat kak Risya tersentak kaget, mengeluarkan air mata dan langsung masuk ke bagian sebelah kiri kursi mobil..

"EHH, PELACUR MAU KEMANA LOE..? URUSAN KITA BELUM SELESAI.."

"SIAPA YANG LOE SEBUT PELACUR, HAH..?"


tanganku yang sudah terkepal sejak tadi kuarahkan dengan cepat ke wajahnya..

"Buuugghhhh..."

"Aaaaarrgghhh.. ANJING LOE.."
erangnya kesakitan dan darah segar langsung keluar dari lubang hidungnya, setelah kepalan tanganku dengan telak mendarat dihidungnya.. badannya yang sedikit oleng ke belakang jadi tertahan karena peganganku yang kuat di pergelangan tangan kanannya..

kutarik sedikit tangannya ke arahku dan memberikan sebuah uppercut dirahang kirinya..

"Beuuughhh.."

kepalanya sampai terdongak ke atas dan kembali darah keluar, tapi kali ini dari mulutnya dan sedikit tersembur ke udara.. kutarik lagi tangannya ke arahku lagi, aku sedikit melompat dan menaikkan lutut kananku yang mengarah ke wajahnya..

"Buuuhhggggggg..."

tangan kiriku yang memegang pergelangan tangan kanannya sejak tadi, langsung kulepaskan setelah hantaman lututku dengan kuatnya mengenai wajahnya.. dia pun tersungkur ke belakang dan tak sadarkan diri..


"Beughh.."


sebuah pukulan hook kanan dengan telak mengenai pelipis kiriku.. dapat kurasakan ada yang mengalir dipelipisku akibat pukulan tadi, dan aku yakin itu adalah darah.. tubuhku sedikit oleng ke arah kanan..

"Paaakkkk.."

kembali aku terkena sebuah tendangan cukup keras, kali ini mengenai rahang sebelah kananku.. tubuhku setengah berputar dan terpental dengan wajah bagian kiriku menyentuh tanah..

"Aaaarrghh.. sakit sekali wajahku terkena dua serangan tadi.." ucapku lirih..

karena terlalu fokus menghajar pria yang menarik rambut dan menampar kak Risya tadi, aku sama sekali tak menyadari dua serangan yang mengarah padaku..

aku kemudian duduk dengan menaikkan salah satu lututku dan tangan kananku menyentuh wajah sebelah kananku yang sedikit bengkak terkena tendangan tadi..

kulihat dua orang yang menyerangku tadi menatap ke arahku.. salah satu pria seperti layaknya seorang petinju yang melakukan gerakan seperti sedang latihan, yaitu dengan gerakan jab kanan dan jab kirinya..

sedangkan pria yang satu lagi menaikkan kaki kanannya ke arah atas sampai tegak lurus dan tangannya menahan kaki kanan tadi agar posisi kakinya yang diatas tetap lurus.. dia lalu menurunkan kaki kanannya dan kali ini melakukan lompatan kecil dengan kedua kakinya secara bergantian secara lincah..

"Akhirnya, aku ketemu juga dengan lawan yang paling kuhindari selama ini.. lawan didepanku yang mungkin menguasai seni beladiri Taekwondo.. kecepatan gerakan kakinya kadang - kadang masih sulit untuk kubaca.." batinku..

"Cuuiih.."

darah pun juga keluar dari mulutku saat aku meludah.. GILA, pukulan dan tendangan mereka berdua langsung membuatku berdarah - darah.. aku manarik nafasku dalam - dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.. kini saatnya untuk fokus melawan mereka berdua..

aku harus selesaikan dulu pria petinju itu, baru aku bisa fokus melawan pengguna Taekwondo.. aku lalu bangun dengan memegang dan bertumpu pada lutut kanan.. darah masih terus mengalir dari atas mata kiriku..

rencanaku sepertinya akan gagal, karena mereka berdua malah menyerangku secara bersamaan.. pria petinju menyerang dari arah pukul 2 dan pengguna Taekwondo menyerang dari arah pukul 10.. aku lebih meningkatkan kewaspadaanku, mundur dua langkah dan melakukan ancang - ancang, aku berlari menyerang ke arah pria petinju..

dia maju menyerangku dengan pukulan jab kanan, aku mengelak dengan menggerakkan tubuhku ke samping.. dia kembali memberikan jab kiri dan kembali aku dapat menghindarinya..

"Buuugghhhh..."

sebuah uppercut dariku tepat mengenai rahangnya, dia termundur beberapa langkah ke belakang sambil menyemburkan darah dari mulutnya.. aku maju lagi mendekatinya, tapi instingku mengatakan ada serangan dari belakang, aku langsung menjatuhkan tubuhku pada posisi duduk dengan kedua kaki direntangkan ke samping..

"Paaakkkk.."

"Uuhhh.. pasti itu sakit sekali.."
ucapku pelan..

tendangan keras pengguna Taekwondo dari arah belakang berhasil kuhindari dan dengan telak mengenai wajah pria petinju.. tubuhnya terlempar ke belakang dan tak sadarkan diri.. "untung aku dapat menghindar dari tendangan mematikannya.. kalau aku yang kena tadi, malah aku yang jadinya pingsan.." kataku dalam hati..

kepalaku yang sedikit menoleh ke belakang dapat melihatnya, pengguna Taekwondo yang berada dibelakangku hanya bertumpu pada satu kaki kiri menopang tubuhnya.. kaki kanan masih terangkat ke atas setelah terjangannya tadi ke pria petinju.. mendapatkan celah untuk menyerang, dengan cepat aku membalikkan tubuhku dan memberikan pukulan dengan sekuat tenaga pada tulang kering kaki kirinya..

"Aaaarrgghhh.."

dia mengerang kesakitan , jatuh sambil memegang kaki kirinya.. aku ingin cepat - cepat menyelesaikan semua ini dan pulang ke rumah.. aku kemudian berdiri dan memegang kepala bagian belakang pengguna Taekwondo, menarik kepalanya ke arahku serta mengadunya dengan lutut kananku sebanyak lima kali..

"Buughh... buughh... buughh... buughh... buughh.."

mulutnya mengeluarkan banyak darah dan tubuhnya pun lunglai sama sekali tak berdaya.. kulepaskan tanganku yang memegang kepala bagian belakangnya, tubuhnya pun langsung roboh ke belakang..

kulihat tubuhku, pakaian yang kukenakan kotor dan noda darahku pun menempel di bajuku.. aku lalu menoleh ke arah pria yang menampar kak Risya tadi yang masih tak sadarkan diri, emosiku jadi naik kembali.. aku menghampirinya dan menyeret tubuhnya mendekati mobilku.. kuraih tangan pria itu dan meletakkannya tepat dibelakang ban mobilku..

aku kemudian masuk ke dalam mobil tanpa menatap wajah kak Risya.. kuyalakan mobil dan memindah tuas transmisi ke gigi Reverse (R) mobilku mundur..

"Aaaaaarrrgghhhh.."

pria tadi langsung tersadar dan mengerang setelah ban mobilku melindas tangannya.. aku yakin tangannya sekarang pasti hancur, tapi aku belum puas.. kupindahkan lagi tuas transmisi ke gigi Drive (D), kembali ban mobilku melindas sekali lagi tangannya.. dan mobilku pun melaju secara perlahan meninggalkan area kampus kak Alya..

dari sudut mata dapat kulihat kak Risya terus memperhatikanku dengan linangan air mata.. aku menoleh ke arah sesaat, kemudian menatap ke depan lagi..

"siapa mereka, sayang..?" tanyaku lembut padanya..

"SIAPA KAMU..?" tanya kak Risya yang langsung membuatku terperanjat dan kembali menatapnya..

"maksudnya..?" tanyaku bingung sambil menaikkan alis kanan..

"SIAPA KAMU SEBENARNYA..?" tanya kak Risya lagi dengan sedikit mengeraskan suaranya.. aku kemudian memarkirkan mobilku di pinggir jalan yang mana kondisi jalan pun terlihat sepi..

aku sedikit menggeser posisi dudukku menghadapnya, kutatap wajah kak Risya yang masih mengeluarkan air mata.. kedua tanganku mencoba memegang pipinya, tapi kak Risya langsung menepis dengan kuat kedua tanganku..

"Ivan.. Reyvan Ararya, pacarnya sayang.." ucapku dengan lembut menjawab pertanyaannya..

"aku tidak kenal dengan Ivan yang kasar dan sadis kayak tadi, itu bukan Ivan yang kukenal selama ini.." kata kak Risya, yang kini aku mulai paham akan perubahan sikapnya..

"Ivan tidak akan melakukan itu semua kalau sayang gak diperlakukan kayak tadi.."

"cowok mana yang gak sakit hati, melihat pacarnya sendiri ditarik rambutnya dan ditampar didepan mata cowok itu.."
ucapku dengan mata yang mulai berkaca - kaca..

"maafin Ivan sayang, yang gak bisa menjaga sayang.. andai aja tadi Ivan datangnya lebih cepat, mungkin kejadian tadi gak akan menimpa sayang.." ucapku memegang tangan kanannya dan memasukkan jemariku disela jari - jari tangannya..

"Hiks... Hiks... Hiks..."

"Risya takut... takut ngeliat sayang kayak tadi.. kasar dan sadis saat menghajar mereka.."
kata kak Risya mulai menangis..

"itu bukan seperti Ivan yang Risya kenal selama ini.. Ivan yang cupu, lemah lembut dan gak ngebentak ke Risya kayak tadi.." katanya lagi..

"Ivan udah bilang kan tadi..? Ivan gak akan kayak gitu kalau sayang gak ditampar sama pria tadi.." ucapku..

"dan maaf kalau tadi Ivan sampai bentak sayang, Ivan gak bermaksud seperti itu.. Ivan hanya emosi aja sama banci tadi.." ucapku menjelaskan..

"jangan diulangi lagi yaa..?" pintanya sedikit memelas..

"...." aku hanya mengangguk..

"cium.." pintaku sambil meletakkan jari telunjuk ke bibirku dan berharap dia mau mencium bibirku..

"Iiihhh.. gak mau.." kata kak Risya manja dan melepaskan tanganku dengan mulut yang dimanyunkan.. kak Risya pun sekarang menatap ke arah depan..

"hehe.. akhirnya Risyaku kembali juga.."

"Haa..? kenapa sayang..?"

"gak apa - apa.. kita pulang aja ya..?"

"iyaa.. biar cepet - cepet dibersihin dulu tuh
darahnya.."

aku hanya tersenyum, akhirnya kembali juga Risyaku yang manja dan perhatian.. mobilku kini melaju perlahan menyusuri ruas jalan yang sepi akan kendaraan..

sesampainya di rumah, ku masukkan mobilku digarasi rumah tepat di sebelah mobil kak Risya yang selama beberapa hari ini tak pernah digunakannya.. karena kak Risya selalu menggunakan mobilku jika pergi keluar rumah..

aku dan kak Risya pun turun dari mobil, kemudian masuk dari sebuah pintu yang menghubungkannya ke ruang santai yang berada didalam rumah.. kami berdua pun naik ke lantai atas, kak Risya berjalan duluan sedangkan aku tepat di belakangnya.. saat kak Risya akan masuk ke kamarnya dan sudah memegang handle pintu..

"masuk ke kamar Ivan aja, sayang.." ucapku sebelum dia membuka pintu..

"Risya mau ambil kotak P3K dulu.." katanya membuka pintu dan masuk ke dalam kamarnya..

"dikamar Ivan juga ada kok.. ayo masuk kamar Ivan aja.." ucapku masuk ke kamarnya dan menarik tangannya untuk masuk ke kamarku..

"dimana kotaknya.." kata kak Risya meminta kota P3K, saat kami sudah berada didalam kamarku..

"dikamar mandi, dalam lemari kecil yang disamping westafel.." ucapku yang sudah duduk diatas ranjang.. kak Risya masuk ke kamar mandi dan keluar lagi membawa kotak P3K dan handuk basah, kemudian kak Risya duduk disebelahku..

"jangan pernah berantem lagi ya..? liat nih muka pada bengkak dan diatas mata sayang juga luka.." katanya dengan mata berkaca - kaca, menasehatiku sambil membersih darah yang sudah mengering diwajahku dengan handuk basah..

"Ivan usahain yaa., tapi gak janji.." ucapku cuek..

"ihhh, kok gitu sih..?" tanya kak Risya cemberut..

"kalau kayak tadi kejadiannya, yaa harus berantem lah.. tapi tunggu dulu, siapa sebenarnya mereka tadi, sayang..?" tanyaku penasaran..

"udah, sayang gak perlu tau.." katanya membersihkan lukaku dengan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol.. perih, tapi aku mencoba menahan rasa perih ini..

"sayang.." ucapku mendelik ke arahnya saat pandangan kami bertemu.. kak Risya pun melihat ke arah lain, tak berani menatap mataku..

"mereka anak buahnya Bram.."

"Bram..? siapa dia..? kenapa anak buahnya sampai nyakitin sayang kayak tadi..?"

"temen kampus.. dia selalu ngejar - ngejar Risya, tapi Risya gak suka sama dia.. penjahat kelamin dan berandalan kayak dia mana mau Risya.."

"KURANG AJAR DIA.."

"udah.. sayang gak usah cari gara - gara sama dia, Risya takut ntar sayang diapa - apain sama anak buahnya kalau sampai berurusan dengan dia.."
kata kak Risya mengingatkanku dan aku hanya mengangguk saja..

"udah siap sayang..?" tanyaku..

"sebentar, tinggal dipasang foam dressingnya lagi.." katanya..

"Ok, udah siap.. sayang bersih - bersih dulu sana, Risya juga mau mandi dulu nih.." kata kak Risya bangun meletakkan kotak P3K di meja kecil samping ranjangku dan berjalan hendak keluar dari kamar..

"bareng aja yuk..?" ucapku.. kak Risya menghentikan langkahnya dan berbalik..

"emoooohh.." katanya sambil menutup pintu kamarku..

"hehe.."

aku mengambil hp disaku celanaku untuk menelpon seseorang..

"Halo mas.."

"Halo adindaku.. ada tugas buat gue..?"

"Ivan mau mas mencari tau segala hal sama yang namanya Bram termasuk jaringan kelompok - kelompoknya.."

"hmm, sepertinya menarik.. kasih tau gue bocoran dikit agar lebih mudah.."

"dia satu kampus dengan kak Risya, tapi Ivan gak tau dia jurusan apa..?"

"hehe.. anak kuliahan rupanya.. Ok, segera gue cari informasinya.."

"hati - hati mas, sepertinya dia sangat berbahaya.. Ivan cuma mau mas mencari informasi tentang dia, buka menyerangnya ok..?"

"siap bos.. serahkan semuanya sama gue, biar jiwa intelijen gue yang membereskannya.."

"Ok.. segera kasih tau Ivan kalau udah dapat ya mas..?"

"siap adinda.."

"bye mas.."


kumatikan saluran teleponku dengan mas Kevin, lalu bangun masuk ke kamar mandi untuk mandi..



*~*~*~*



"jam berapa ntar Ivan jemputnya, sayang..?" tanyaku pada kak Risya, setelah mengantarkannya ke rumah kak Fatya untuk mengerjakan tugas kuliah bareng sahabatnya..

"hmm.. jam 4 aja ya sayang.. bisa..?" tanya kak Risya balik dengan memberikanku senyuman manisnya..

"bisa kok, sayang.." ucapku..

"Heeyy.. pake sayang - sayang segala manggilnya, udah kayak orang pacaran aja.." sahut kak Fatya yang berdiri di gerbang rumahnya menunggu kak Risya masuk.. aku memainkan bola mataku ke kak Risya, memberinya kode agar kak Risya aja yang menjelaskan..

"emang kami pacaran kok, makanya pake panggilan sayang.." jawab kak Risya cuek menatap sahabatnya itu sebentar, lalu menatapku lagi dan memegang kedua tanganku..

"HAAHHH.. kamu pacaran dengan adekmu sendiri, sya..? udah gila kamu sya.." kata kak Fatya terkejut geleng - geleng.. aku hanya tersenyum ke arah kak Fatya..

"UDAH GILA BENERAN KALIAN BERDUA.." kata kak Fatya sedikit keras lalu masuk ke dalam rumahnya meninggalkan kami berdua diluar..

"jangan lupa jemput Risya nanti ya.." kata kak Risya lalu mencium punggung tanganku..

"iyaa.."

"hati - hati yaa sayang.."


aku bukannya berbalik menuju mobilku, tapi malah makin mendekati tubuh kak Risya.. kak Risya pun bingung melihatku yang mendekatinya..

"ada apa lagi sayang..? ada yang lupa..?"

aku tak menghiraukan pertanyaannya, kupegang kepala belakang kak Risya dan menariknya ke arahku.. kudekatkan wajahku dan melumat bibirnya yang merah..

"Hmmmppff.. mmpphhpp.. mmpphh.. hmmpff.."

"sa.. mmhh.. sa.. yang.. hmmpff.. hhmm.. udah.."
kata kak Risya di sela ciumanku di bibirnya.. tak kuhiraukan ucapannya, aku melepaskan tangan kananku yang dipegangnya langsung memegang pipi kirinya..

"Hmmppff.. hmmppffff.. muuuaachh.." kak Risya mendorong dadaku kuat hingga ciumanku pun terlepas..

"malu tau kalau diliatin orang.."

"mana..? gak ada orang kok.."
aku celingak - celinguk melihat sekitar kami yang tak ada orang.. kudekati lagi bibirku ke bibirnya, tapi kak Risya menempelkan jari telunjuknya di bibirku sambil menggelengkan kepala..

"MALU TAHU.. ntar kalau diliat orang gimana..?"

"sebentar aja yah..?"

"GAK BOLEH.. ntar aja kalau udah di rumah ya..?"

"beneran ya..? tapi sayang aja yang mulai, ok.."

"kok Risya sih yang mulai.."

"kenapa..? gak mau..? ya udah kalau gak mau.."
ucapku pura - pura ngambek dan berbalik berjalan menuju mobilku, tapi kak Risya menahan tanganku..

"i.. ii.. iyaa deh, Risya mau.." kata kak Risya, aku menoleh ke arahnya tanpa membalikkan badanku.. kulihat kak Risya menundukkan kepalanya, mungkin karena dia malu..

"Ivan balik dulu ya sayang.." ucapku, kak Risya hanya menganggukkan kepala dan melepas tanganku yang ditahannya tadi.. aku berjalan menuju mobil dan masuk ke dalam..

"TIIIN... TIIIN..."

suara klakson mobil mengiringi kepergianku, kak Risya tersenyum dan melambaikan tangannya padaku, mobilku pun melaju perlahan meninggalkannya..

ku belokkan mobilku ke jalan utama yang tak begitu banyak kendaraan lain melintasinya saat ini.. sebenarnya aku tak tau harus pergi kemana lagi, mau pulang ke rumah pun rasanya malas banget..

aku pun memutuskan untuk jalan - jalan disekitar kota ini aja, menghilangkan rasa bosan yang melandaku.. kulirik jam yang berada dipergelangan tanganku yang masih menunjukkan pukul 2 siang, berarti sekitar dua jam lagi jemput kak Risya.. saat aku ingin mengambil hp ku yang berada di dashboard mobil, kulihat seorang wanita yang kukenal berdiri dipinggir jalan.. dia seperti sedang menunggu taksi, kupercepat laju mobilku untuk mendekatinya..

"taksi mbak.." ucapku setelah mobilku berhenti tepat dihadapannya dan menurunkan kaca jendela sebelah kiri.. dia sedikit membungkuk untuk melihatku..

"eh, kamu Rey.." katanya..

"kak Alya mau pulang..? Rey anterin yuk.." tawarku untuk mengantarnya pulang..

"gak ngerepotin nih..?" kata kak Alya sambil meletakkan satu tangannya di jendela dan menopang dagunya..

"Rey rela kok dibuat repot kalau untuk wanita secantik kak Alya.." ucapku sedikit menggombalnya..

"Hmm.. adek kakak ini udah makin pinter kayaknya gombalin cewek.." kata kak Alya membuka pintu mobil dan langsung masuk tanpa persetujuan dariku..

"hehe.."

kujalankan mobilku dengan kecepatan sedang ke arah perumahan elit yang ditempati kak Alya.. kak Alya sepertinya sangat lelah, itu terlihat dari wajahnya..

"kak Alya capek banget ya..?"

"iyaa Rey, udah gitu pasiennya banyak banget lagi.. rencananya mau pulang jam 12, malah baru bisa pulang jam 2.. Huufthh.."

"nih mau sampai kak, biar kakak bisa cepat istirahat dulu ntar.."
ucapku ketika sudah berada dijalan rumah kak Alya..

"ok kak, udah sampai nih.. kakak turun terus istirahat, jangan kerjaan aja yang dipikirkan kesehatan juga harus di nomor satukan, kak.." ucapku..

"ihh bawel kamu, Rey.. yukk turun, masuk dulu ke dalam.. kamu udah lama gak ke rumah kakak, udah empat tahunan kayaknya.." kata kak Alya panjang lebar..

"gak bisa kak, soalnya ntar jam 4 mau jemput kak Risya.."

"ini masih jam 2 lewat lho, ayo turun.."


aku hanya menarik nafas dalam - dalam dan mengeluarkannya perlahan.. turun dari mobil dan memasuki rumah kak Alya yang sepertinya sepi..

"mas Rady dimana kak..? belum pulang kantor..?" aku bertanya keberadaan suaminya..

"gak usah tanya - tanya pria itu, dia selalu sibuk terus dengan kerjaannya.. pergi ke luar negeri, tapi istri ditinggalin sendirian dirumah.. suami macam apa itu..!!" kata kak Alya kesal pada suaminya..

"asssemm.. salah ngomong aku kayaknya.. tapi, wajar dong aku tanya kayak gitu.. ahh, pusing aku.." batinku..

"maaf kak.."

"oh ya sampai lupa, kamu mau minum apa Rey..?"

"gak usah repot - repot kak, Rey cuma bentar aja kok.."

"kakak rela kok dibuat repot kalau untuk pria setampan kamu, Rey.."

"jadi, balas dendam nih..?"

"hihihi.. jadi mau minum apa..?"

"terserah kak Alya aja deh.."

"Hmm, kamu nih Rey.. susu mau..?"

"eh.. susu..?"
ucapku spontan sambil kedua mataku menatap payudara kak Alya..

"susu coklat maksud kakak, kamu kira susu apa..?" kata kak Alya melihat mataku yang menatap payudaranya, kemudian dengan reflek dia memegang dua bongkahan payudaranya..

"REYVAN.... kamu kok jadi mesum sih sekarang.." kata kak Alya berlari ke arahku yang sedang duduk di sofa dan mencubit perutku..

"aduuh kak.. ampun kak, gak diulangi lagi.. aduuuh sakit kak.." ucapku kesakitan saat kak Alya mencubit perutku..

"rasain nih.. hmm, masih mau mesumin kakak lagi..?" kata kak Alya makin menguatkan cubitannya diperutku..

"auuwww ampun kak, gak lagi.. jahat bener sih sama adek sendiri.." ucapku memegang tangannya dan kak Alya pun melepaskan cubitannya..

"kamu tuh yang jahat, kakak sendiri kok dimesumin.." kata kak Alya merajuk..

"hehe.. maaf kak Alya.."

"ya udah.. kakak buatin minuman kamu dulu, ditinggal dulu sebentar gak apa - apa kan..?"
kata kak Alya dan aku hanya mengangguk..






Alya Alvira Darmawan
42630077_321738835042618_3251902588761101061_n.jpg


30 menit aku menunggu, kak Alya baru kembali sambil membawa dua gelas orange juice ditangannya.. kak Alya sepertinya baru siap mandi, karena keliatan dari rambutnya yang masih basah dan wajahnya sudah segar.. dia juga mengganti pakaiannya, tank top abu - abu dengan kedua tali dipundak dan celana pendek ketat.. tapi, apa kak Alya gak mengenakan bra..? karena ada dua tonjolan kecil di kedua payudaranya yang gak terlalu besar..

"maaf ya Rey kelamaan, soalnya kakak mandi dulu tadi.." kata kak Alya menghampiriku, memberikan satu gelas orange juice untukku dan duduk tepat disebelahku..

"eh.. gak apa - apa kok kak.." ucapku sedikit grogi dengan penampilannya sekarang dan langsung meminum orange juice tadi untuk menutupi rasa grogiku..

"Rey, kakak.. hmm.. boleh minta sesuatu gak..?"

"apa kak..?"
tanyaku lalu meletakkan gelas di atas meja dan kak Alya pun meletakkan gelasnya diatas meja juga..

"hmm.. kakak boleh meluk kamu gak..?"

"ya boleh lah, masa kakak gak boleh meluk adeknya sendiri.."
ucapku sedikit menggeser dudukku menghadapnya.. kak Alya pun mendekatiku dan memelukku erat sekali, aku pun membalas pelukannya..

"Rey, sudah berapa banyak wanita yang sudah memelukmu seperti ini..?"

"cuma mama dan kak Risya.. kenapa kak..?"

"sudah berapa banyak wanita yang kamu tiduri dengan menggunakan wajah tampanmu itu..?"
tanya kak Alya dan membuatku melepaskan pelukannya karena pertanyaannya tadi..

"apa maksud kakak..? Rey gak pernah menggunakan apa yang Rey miliki hanya untuk tidur dengan wanita.." ucapku mendelik..

"dan bahkan Rey belum pernah melakukannya.." ucapku lagi.. kak Alya hanya tersenyum lalu bangun, duduk diatas pangkuanku dan kembali memelukku..

"eh.. jangan kayak gini kak...." ucapku langsung dipotong kak Alya..

"jangan ganggu kakak dulu Rey, biarkan kakak memelukmu sebentar.. kakak merasa nyaman dalam pelukanmu, Rey.." kata kak Alya makin mengeratkan pelukannya..

"kakak sih iya nyaman.. nih akunya gimana..? kepala atas dan bawah mulai nyut - nyutan nih.. Ivan junior pun kayaknya mulai bangun, wahh bisa bahaya kalau dia udah bangun.. tolong kak, tolong turun dari pangkuanku.. please.." batinku..

aku kemudian memegang pinggul kak Alya untuk mengangkat tubuhnya.. aku gak mau kalau sampai kak Alya menyadari Ivan junior yang sebentar lagi dalam ukuran maksimal malah menyentuh memeknya yang tepat berada diatas penisku.. tapi kak Alya cepat menepis kuat kedua tanganku yang sudah berada dipinggulnya..

"jangan gangguin dulu kakak bilang.." kata kak Alya tegas..

"tapi kak.."

"kenapa..? yang dibawah udah keras ya..? hihihi.. emang enak.."
ucap kak Alya sambil memaju mundurkan pinggulnya menggesek penisku yang udah dalam posisi siap tempur..

"kak.."

"dinikmati aja Rey.."
ucap kak Alya masih memaju mundurkan pinggulnya..

aku masih terus menahan nafsu yang mulai memenuhi isi kepalaku.. tapi aku yakin ini tak akan bertahan lama, apalagi kak Alya masih menggoyangkan pinggulnya..

tiba - tiba kak Alya bangkit dari pangkuanku dan berlutut tepat di antara kedua kakiku.. dia menatapku dengan tatapan yang penuh arti, seperti ada sesuatu yang di sembunyikannya dariku..

kak Alya meraih ikat pinggangku, membukanya dengan perlahan dan menurunkan resleting celanaku.. kembali aku masih berusaha untuk menghentikan ini semua sebelum terlalu jauh, disaat nafsuku ini masih bisa kukendalikan.. kupegang tangan kak Alya, tapi dia malah menepis tanganku dan mendelikku tajam..

dia menarik celana beserta cd yang kupakai.. aku pun sedikit menahannya dengan pinggulku saat duduk, tapi kak Alya menariknya kuat hingga celanaku pun terlepas seluruhnya melewati kedua kakiku..

"Tuiiing.."

"wahh.. punyamu gede dan panjang ya Rey..?"
kata kak Alya yang nampak kaget ketika melihat penisku yang sudah terpampang didepannya tapi kemudian tersenyum..

belum sempat aku menutupi penisku dengan tangan, kak Alya malah lebih dulu menyentuh penisku dengan tangan kanannya yang lembut dan halus.. tubuhku seperti tersengat listrik saat kak Alya menyentuh penisku.. dia kembali tersenyum tersenyum menatapku..

"kak, jangan seperti ini.. ntar yang ada Rey beneran khilaf kak.."

kak Alya tak menghiraukan sama sekali ucapanku.. kini kak Alya malah mulai menaik turunkan tangannya yang sudah menggenggam penisku dengan lembut dan perlahan.. aku hanya bisa mendongakkan kepalaku, menatap langit - langit rumahnya tanpa bisa berbuat apa - apa..

kak Alya mulai menaikkan tempo dalam mengocok penisku.. kecepatan kocokan yang dilakukannya menimbulkan sensasi tersendiri bagiku.. hingga tanpa sadar aku pun memanggil namanya..

"kak Alya.."

"kenapa Rey..? gak enak ya kakak giniin..?"
tanya kak Alya masih mengocok penisku secara perlahan, dia sudah menurunkan kecepatan kocokannya..


"kurang ajar...!!! pertanyaan apa itu..?? gak enak apanya, aku udah belingsatan gini masa dibilang gak enak.. namun, tanpa adanya permintaan dan persetujuan dariku, kak Alya memasukkan penisku ke dalam mulut mungilnya yang seksi itu.. mengulum serta menghisap penisku hingga membuatku kembali mendongakkan kepala ke atas karena sensasi nikmat yang kurasakan..

"sluuurrppsss... mmmppfhh... sluuurrppss..."

"ouuhh... aahhh..."
aku reflek mendesah pelan.. dan desahanku tadi menjadi awal hancurnya tembok pertahananku yang sejak tadi kupertahankan..

"sluuurrppsss... mmmpphh... sluuurrppss..."

"Aaaahh.. enak kak Alya.. terus kak.."


kak Alya mencoba memasukkan penisku lebih dalam lagi ke dalam mulutnya.. tapi itu semua hanya sia - sia, karena ukuran penisku terlalu besar dan panjang untuk mulutnya yang mungil.. sehingga hanya setengahnya saja yang bisa di masukkannya..

"gimana Rey, enak gak..?" kata kak Alya mengedipkan matanya setelah melepas kulumannya pada penisku sebentar lalu kembali memasukkannya lagi..

kembali mengulum dan menghisap penisku tapi kali ini kepalanya bergerak cepat maju mundur hingga memberikan sensasi kenikmatan yang luar biasa.. penisku rasanya penuh di ruang mulut kak Alya..

"sluuurrppsss... sluuurrppss... sluuurrppsss..."

"sluuurrppsss... mmmpphh... sluuurrppss..."

"Aaacchhss.. enak banget kak.. aaahhh.. oouucchh.."

"Rey junior selain besar dan panjang, ternyata kuat juga yah..? Hihihi.. mulut kakak udah capek gini, tapi Rey junior nih belum keluar juga.."
kata kak Alya yang sempat melepas sebentar kulumannya dipenisku lalu melanjutkan kulumannya lagi..

"slluurrppss... aahhsshh..."

"mmmhhhpp.. Aaaacchhh.. masa sih kak..?"

"Aaahhsshh.. ini sih terlalu besar bagi kakak, Rey.."
kata kak Alya sambil mengocok pelan penisku yang sudah basah karena air liurnya..

"Aaasshhh... Oouucchh..." desahku keenakan karena kocokan kak Alya yang kadang pelan, namun kadang cepat dari tangannya yang lembut dan halus..

"enak ya Rey..?" tanya kak Alya dengan mesra dan aku hanya mengangguk pelan.. ini sungguh enak sekali, lebih enak dibandingkan saat melakukannya sendiri..

"Cuuuiih.."

kak Alya meludahi kepala penisku lalu meratakannya ke seluruh batang penisku dengan tangannya yang halus.. kemudian kak Alya kembali memaju mundurkan tangannya di batang penisku, mengocok penisku sedikit cepat.. "GILA, kali ini nikmatnya luar biasa setelah ludah kak Alya membuat mudahnya gerakan tangan kak Alya maju mundur lebih cepat.." batinku..

"Aaaahh.. nikmat banget kak.. uucchhh.."

"Hihihi... kamu kenapa, Rey..? enak yahh..?"
tanya kak Alya sedikit tertawa sambil menatapku..

"ehhmmm.. i.. iyaa kak.."

"Sluurrppss... aahhsshh... ghhagghhaagghh..."

"Sluurrppss... aahhsshh... ghhagghhaagghh... huuookksss..."

"Huuk... Huuk... Huuk..."


kak Alya kembali mengulum penisku dan berusaha memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya.. tapi tetap saja itu hanya sia - sia, karena penisku terlalu besar dan panjang untuk mulutnya yang mungil.. tapi kak Alya masih terus berusaha hingga dia pun tersedak laly mengeluarkan penisku dari mulutnya.. kak Alya pun sampai terbatuk - batuk..

kak Alya menatapku sesaat, kulihat pandangannya sayu, matanya memerah dan air matanya keluar.. ia mungkin seperti tersiksa saat berusaha memasukkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya..

dia kembali mau memasukkan penisku ke dalam mulutnya, tapi aku menahannya dengan memegang kedua pipinya..

"kak, udah cukup kak.. Rey gak sanggup lihat kakak tersiksa kayak gitu.." ucapku kasihan padanya..

"tapi kakak masih ingin mencobanya, Rey.."

"udah cukup kak.."

"ok.. tapi kakak masih boleh mengulumnya kan..?"
tanya kak Alya meminta izin dan aku hanya mengangguk.. kak Alya pun kembali mengulum penisku..

"sluuurrppsss... mmmpphh... sluuurrppss..."

"Aaaahh.. gini aja kak.. Aaaah.. lebih nikmat.."

"sluurpss... mmppff... sluurpss..."

"Mmhh.. yaahh kak.. enak banget kak.."

"Rey, kakak capek banget.. sperma kamu juga gak keluar - keluar dari tadi.."
kata kak Alya melepaskan kulumannya di penisku..

"jadi...?" tanyaku, padahal tadi lagi enak - enaknya tapi malah dilepas pula..

"kita lanjut dikamar aja yuk..?" ajak kak Alya..

"ya udah kalau gitu.." ucapku pasrah..

"bawa tuh celanamu, jangan berserakan kayak gitu.."

"kan itu ulah kakak tadi.."

"hihihi.. udah bawa aja.."


aku dan kak Alya pun berjalan menuju kamarnya.. ketika sudah berada di kamarnya, kak Alya langsung melepaskan tank top dan celana pendeknya hingga ia telanjang tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya.. dia berdiri di hadapanku, memamerkan tubuh polosnya yang indah..

aku hanya bisa menelan ludah melihatnya telanjang bulat.. payudaranya yang tak terlalu besar sangat pas jika berada dalam genggamanku.. perutnya yang rata dengan ditumbuhi bulu - bulu yang halus dibawahnya dan garis lurus pada belahan memek kak Alya semakin menambah kesan menggiurkan akan tubuhnya itu..

aku meletakkan celana yang kubawa tadi di kursi meja rias kak Alya, lalu membuka kaos yang kukenakan hingga aku pun sekarang telanjang juga dan berjalan mendekatinya.. ku pegang pinggul kak Alya dan menariknya hingga tubuhnya menyentuh tubuhku.. kupegang pipinya dengan lembut dan ku arahkan bibirku untuk melumat bibirnya yang mungil..

"Hmmppff... mmhhpff... hmmppffff..." suara ciuman kami menggema dikamarnya..

kak Alya sedikit menengadahkan kepalanya ke atas menyambut ciumanku, karena aku sedikit lebih tinggi dari dia..

"Hmmppff... mmhhpff... hmmppffff..."

kini ciuman kami sedikit lebih panas, kuhisap dengan lembuh bibir mungilnya hingga kak Alya pun membuka sedikit mulutnya dan itu memudahkan jalan lidahku untuk masuk kedalam mulutnya..

"Sslluurrppsss... Hmmppff... sshhshhhshh..."

kini aku sedikit meremas pantat kak Alya dengan kedua tanganku, tubuhnya kini makin merapat padaku.. tanpa melepaskan ciuman, ku angkat tubuh kak Alya dan merebahkannya di ranjang..

"Sluuurrpss... Hmmppff... sshhshhshh..."

kulepas ciuman kami, dan aku memposisikan tubuhku tepat diatas tubuh kak Alya, penisku kini tepat berada diatas gundukan memek kak Alya.. kutatap wajah cantiknya sesaat lalu kembali aku mencium bibirnya dengan lembut.. jari - jariku berjalan menuju bongkahan payudara kak Alya yang begitu kenyal..

"Aaaah... remas Rey... Oouuchh... jangan dimainin kayak gitu... hmmmhh..."

aku tak memperdulikan permintaan kak Alya.. terus jari - jari tanganku menari diatas payudaranya tanpa menyentuh putingnya.. penisku dibawah sana pun mulai bekerja, perlahan mulai menggesekannya di bibir vaginanya yang sudah mulai basah.. tubuh kak Alya sedikit mengejang ketika bibir vaginanya bergesekan dengan kepala penisku..

"Aaahh.. jangan siksa kakak, Rey.. mmhhhpp.. oouuchh.."

sedikit kunaikkan tempo dalam menggesekkan kepala penisku di belahan vaginanya, tapi tidak sampai masuk ke vaginanya.. jariku juga mulai bermain di daerah areolanya, itu cukup membuat tubuh kak Alya belingsatan..

"Rey... aahhh.. cepetin Rey..." mohon kak Alya..

aku merasa kak Alya akan mencapai orgasme pertamanya.. leher putihnya langsung kucium hingga meninggalkan tanda cupang dibeberapa titik.. secara bersamaan kedua puting payudaranya pun kujepit dengan jari telunjuk dan jempolku dengan kuat.. kak Alya pun melenguh karena mencapai orgasmenya..

"Aaaaacccchhhh..."

"Seeerrr... Seeerrr... Seeerrr... Seeerrr..."

"Hash... Huu... Hash... Huu... Hash... Huu..."
deru nafas kak Alya setelah orgasmenya.. aku lalu tidur disebelah kak Alya, memberinya waktu merasakan orgasmenya..

"Hash... Huu... gila Rey, kamu pinter banget buat kakak cepat keluar.." kata kak Alya memujiku..

"apa bener kamu belum pernah melakukannya, Rey..? kenapa bisa mahir gitu..?" tanya kak Alya penasaran..

"Hehe.. dari film kak.." ucapku cengengesan..

"sekarang giliran kakak.. kamu udah buat kakak tersiksa dari tadi.." kata kak Alya bangkit dan duduk diatas penisku..

"biar Rey aja yang diatas kak.." pintaku..

"gak mau.. ntar kamu siksa kakak kayak tadi lagi.." katanya sambil menggesekkan vaginanya dipenisku dan kedua tangannya diletakkan didadaku..

"mmhhff.. gak kok kak, kita langsung ke menu utama aja, gimana..?" ucapku keenakan karena gesekan vaginanya dipenisku..

"gak bohong kan, Rey..?" nanti kayak tadi lagi kamu siksa kakak.." kata kak Alya menggembungkan pipinya dan membuatku gemas lalu mencubit pipinya..

"ihhh.. kamu nih, nyebelin banget sih.." kata kak Alya merajuk..

"Rey gak bohong kak.." ucapku membalikkan tubuhnya, hingga sekarang aku yang berada diatasnya..

"eh.. bener ya..?" kata kak Alya terkejut ketika tubuhnya tiba - tiba sudah berada dibawah, aku hanya mengangguk pelan..

kubuka kedua paha kak Alya, kupegang penisku dan memposisikannya didepan vagina kak Alya.. kugesek - gesekkan sebentar penisku di belahan vaginanya, mencari ruang untuk kepala penisku masuk..

"Aaaaacchh.. Rey... jangan digituin lagi.. aaaachhs.."

"sebentar kak, Rey mau cari ruang untuk masuk dulu.."

"ce.. cepetan Rey.. Ooouucchhh.."


kulihat banyak cairan yang keluar dari bibir vagina kak Alya, kumasukkan kepala penisku secara perlahan menembus bibir vagina kak Alya..

"Aaaaccchhh... pelan - pelan Rey, punyamu terlalu besar.. vagina kakak rasanya penuh banget didalam.." desah kak Alya, memintaku untuk memasukkannya secara perlahan.. aku pun menghentikannya sejenak, kemudian menusuk penisku lagi secara perlahan..

"Aaaacchhh.. Rey.. berhenti.. aaaahh.. stop Rey sakitt.." kata kak Alya disela desahannya memintaku untuk berhenti.. aku cukup terkejut saat kak Alya mengatakan sakit.. "apa kak Alya masih perawan..? gak mungkin.. dia udah enam bulanan berumah tangga dengan mas Rady.. ada apa sebenarnya ini..?" tanyaku dalam hati..

"kak Alya..? apa kakak udah pernah melakukannya..?" tanyaku memastikan..

"mmhhhf.. udah Rey.. tapi cuma sekali, saat malam pertama.." kata kak Alya yang kembali membuatku terkejut..

"APA...?? ja.. jadi selama enam bulan ini kakak hanya melakukannya cuma sekali..?" tanyaku tak percaya sambil menatap wajahnya, air matanya mengalir.. kak Alya hanya mengangguk..

"kakak lagi berantem dengan mas Rady ya..?" tanyaku..

"please Rey.. jangan disaat seperti ini kamu bertanya tentang manusia biadab satu itu.." kata kak Alya yang tiba - tiba mukanya jadi merah.. "Cuukkk.. kak Alya sedang ada masalah dengan suaminya berarti ini.." batinku..

"maaf kak.."

"jangan bahas dia lagi.."
katanya menatapku tajam..

"iyaa kak.."

"masukkan lagi Rey, tapi pelan - pelan yah.."
pinta kak Alya..

kutekan penisku perlahan - lahan, kemudian aku tarik sedikit dan kutekan lagi sedikit lebih dalam hingga penisku sudah setengah masuk divagina kak Alya..

"Aaahh.. stop dulu Rey.. aaahhss tahan dulu.."

aku pun berhenti mengikuti permintaannya.. sedikit membungkukkan badan, bibirku mencaplok puting sebelah kiri kak Alya yang dari tadi belum aku apa - apain dan menghisap putingnya kuat - kuat.. aku ingin merangsang kak Alya agar cairan divagina kak Alya lebih banyak keluar..

"Ooouuuccchhh.. enak banget Rey.. aaah.. yang kuat Rey..."

kuikuti permintaan kak Alya menghisap kuat - kuat putingnya.. tangan kiriku sekarang merambat ke puting sebelah kanan kak Alya dan memelintirnya, hingga membuat kak Alya menoleh ke kiri dan ke kanan karena merasa nikmat..

"Aaaahh.. aaah.. Oouuchh.. kakak mau keluar lagi Rey.. mmmhhff..."

"Wahh gila.. aku belum apa - apa, kak Alya malah mau keluar untuk yang kedua kalinya.." batinku..

kusedot kuat - kuat putingnya dan menjepit puting kanannya dengan kuat juga.. tubuh kak Alya mengejang hebat

"Aaaaacccchhhh... aaahh... aaacchh..."

"Seeerrr... Seeerrr... Seeerrr..."

"Hash... Hash... Hash... Gila kamu, Rey.. kakak udah kalah dua kali kamu buat, tapi kamu belum apa - apa.."

"Rey dari tadi mau nyampek tau kak, tapi selalu kakak suruh berhenti.."
ucapku pura - pura merajuk..

"hihihi.. ya udah kamu lanjut lagi, tapi pelan - pelan ya.."

kembali kutekan lagi penisku lebih dalam.. sekarang penisku lebih mudah untuk masuk, karena kondisi vagina kak Alya yang sudah dua kali orgesme sehingga cairannya sudah semakin banyak..

kutekan sedikit keras hingga penisku menyentuh dinding rahimnya.. kak Alya pun tersentak karena tusukan penisku menyentuh rahimnya..

"Ooouucchhh.. aaaahh.. udah mentok Rey.."

"sekarang pompa pelan - pelan dulu yah..?"

"iyaa kak.."


kunaik turunkan penisku secara perlahan, merasakan jepitan dinding vagina kak Alya yang kencang meremas penisku..

"Cleppp... Cleppp... Cleppp... Clepppp..."

"Cleppp... Cleppp... Cleppp... Clepppp..."

"Aaah... Aaach... Oouuch... Aaahhss..."

"Ooohh... oouuchh... aaahh... aaaahh..."


gila... jepitan dinding vagina kak Alya membuatku merasakan nikmat yang belum pernah kurasakan.. penisku seperti diremas dengan kuat oleh vagina kak Alya yang sebelumnya baru satu kali dimasuki penis suaminya.. kunaikkan tempo pompaan penisku dengan cepat membelah dinding - dinding vagina kak Alya..

"PLOOK... PLOOK... PLOOK..."

PLOOK... PLOOK... PLOOK..."

"Aaah... Aaach... stop Rey... Oouuch..."

"ka.. Aaacchh.. kakak... Oouuchhh.. mau kelu.. ar lagi.."


tak kuhiraukan kali ini permintaan kak Alya.. aku terus memompa tubuhnya dengan cepat..

PLOOK... PLOOK... PLOOK..."

PLOOK... PLOOK... PLOOK..."


"Aaah... Oouuch... Aaaaacccchhhh... aaacchh..."

"Aaaaacccchhhh... Rey... Aaaacchhh..."
desah kak Alya meraih orgasme ketiganya.. namun aku tak menghentikan pompaanku karena aku juga sudah mau sampai juga..

"PLOOK... PLOOK... PLOOK... PLOOK"

"PLOOK... PLOOK... PLOOK... PLOOK"

"GI... GILA KAMU REY... OOUUCHH..."

"Bi.. biarkan.. Oouuchhh.. kakak istirahat.. aaah dulu.."

"Ivan udah diujung kak, dikeluarin dimana nih kak..?"
tanyaku merasakan penisku yang berkedut - kedut mau mengeluarkan sperma..

"didalam aja Rey, aman kok.."

setelah kak Alya mengatakan itu, aku langsung menekan penisku dalam - dalam dang mengeluarkannya didalam vagina kak Alya..

"Aaaaccchhhh... kak... enak banget kak..."

"Croot... Croot... Croot... Croot... Croot..."


lima kali tembakan spermaku masuk ke dalam rahim kak Alya.. kudiamkan sebentar penisku didalam vagina kak Alya..

"Hash... Hash... Hash..." deru nafasku yang memburu..

"gila kamu Rey.. kamu kuat banget ternyata.."

"kuat apanya kak..?"
tanyaku pura - pura gak tau..

"ihhh.. kamu nih ya.." kata kak Alya menowel hidungku..

"PLOOP..."

aku mengeluarkan penisku dari dalam vagina kak Alya dan merebahkan tubuhku disebelah kak Alya.. dari sudut mata, dapat kulihat kak Alya terus memperhatikanku..

"kak.. bisa gak dihentikan dulu acara mengaguminya..?"

"gak mau.. aku jadi semakin sayang sama kamu.."

DEGH...!!!


"a.. apa maksud kakak..?" tanyaku terkejut sambil menoleh ke arahnya..

"kamu mau gak jadi kekasihku, Reyvan..?"

DEGH...!!!


"Kriiing... Kriiing... Kriiing..."


suara dering hpku berbunyi ditengah keterkejutannku akan ucapan kak Alya tadi.. aku berusaha untuk tetap tenang menghadapinya..

kuabaikan dulu sejenak tentang kak Alya.. aku beranjak dari tempat tidur, berjalan menuju kursi meja rias kak Alya untuk mengambil hp ku disaku celana..

"Kriiing... Kriiing... Kriiing..."

ku ambil hp ku dan melihat di layar depan terpampang nama seseorang..

" My Honey, Risyaku "

DEGH...!!!


kualihakan pandanganku ke arah jam dinding yang berada didalam kamar kak Alya yang menunjukkan pukul 5 lebih sedikit..

"SHITTT...!!!"

tubuhku tiba - tiba bergetar dengan hebat.. aku pun sampai jatuh dengan bertumpu pada kedua lututku.. kugeser ikon berwarna hijau untuk mengangkat telpon dari kekasihku dengan bibir yang bergetar..

"Ha.. ha.. halo sa.. sayang.." ucapku terbata - bata..

"Hash.. Hash.. akhirnya kamu angkat juga, Van.." ucap seorang wanita dengan nafas memburu diseberang sana yang ku yakini bukan suara kekasihku..

"SI.. SIAPA INI..?" tanyaku..

"Hash.. Hash.. aku Fatya, Van.."

"tolongin Risya, dia diculik sama anak buah Bram.."

DEGH...!!!






To Be Continue...!!!
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd