------------------------------------------
Komisi Buat Linda
Meilinda atau biasa disapa Linda.. selalu menangani urusan dinas Mr Lie.. selayaknya sekretaris.. tangan kanan atau kepercayaannya.
Profilnya yang kuning dengan darah keturunan Chinese memang kelihatan seperti putri atau cucunya sendiri.
Tapi mereka tidak memiliki hubungan darah keluarga sama sekali.
Dalam salahsatu bidang kerjaanku yang berhubungan dengan Mr Lie, aku selalu melewati Linda.
Saat ini, aku membutuhkan Mr Lie untuk investasi di lahan kosong di Malang.
Aku telah menjadi mediator bagi kedua pihak, sekarang tugasku hanya tinggal menemukan kedua pihak untuk final negosiasi, lalu ke notaris.
Tapi saat ini Mr Lie sangat sulit sekali ditemui.
Alasan Linda, Mr Lie sedang sering tidak di Jakarta, jadi sangat sangat jarang bisa bertemu.
Dalam bulan kelima dalam usahaku di minggu ini, sore menjelang malam ke kantor Mr Lie.
Linda masih ada di dalam, sedang sibuk dengan laptop di depannya dan PC layar lebar di kirinya.
“Evening Miss Linda..” sapaku.
“Belum pulang..?” basa basiku.
“Hi.. please take a seat, and make yourself comfort..” balasnya ramah.
Dalam perbincangan kami, Linda selalu berusaha meyakinkanku untuk menunggu sampai beberapa hari lagi. Seperti yang sudah sudah.
Aku sudah mulai jenuh dengan kegiatanku yang satu ini, paling lama resultnya, tapi sudah banyak bikin capai kepala.
Menjelang akhir pembicaraan, Linda menutup laptop dan mematikan layar komputer yang daritadi terus menginformasikan angka dan grafik foreign exchange.
Sambil tersenyum, Linda bertanya.. “Bagaimana kalau kita akhiri pertemuan kita, besok kukabari lagi begitu ada kabar bagus..?”
“Baik, sebelum sampai rumah masing-masing bagaimana kalau kita makan malam bersama dahulu..” tanyaku basa basi.
“Ow, bagus, I love sate or bakso at Kebayoran. Kita ke sana..?”
“Okay..” tak ada salahnya menemani Linda makan malam.
Dengan tambah lebar senyumnya, semakin terlihat cantik paras kuning dengan mata sipitnya yang seolah menyembunyikan pupil indahnya itu.
Busananya terlihat anggun.. dengan postur tubuh yang tinggi.. Linda berdiri menyambar tasnya dan memutari meja keluar..
Terlihat lututnya yang kuning putih itu terlihat bagus.. dengan betis indahnya melangkah keluar pintu.
Ditunggunya aku melewati pintu kantor.. ia melambai ke karyawannya untuk pamitan.
Harum wangi rambutnya tercium saat ia menggoyangkan kepala mengibaskannya.
Setelah turun dari lantai gedung ruang kantornya hingga pelataran parkir depan, kami berdua terdiam tak berkata apa-apa.
Sampai akhirnya mendekati lobby dan kutanya.
“Kita mau makan di mana..? Aku bawa motor, helm hanya satu. Gak mungkin anda saya bonceng ke tempat makan..”
“Ah, saya naik taksi saja. Kau tau bakso sebelah lapangan yang kumaksud kan..? Kita ketemu di sana ya..?”
“Baik, sekarang kutemani anda menunggu taksi ya..”
“Ow, nice offer, anda baik sekali..” senyumnya.
Setelah dua mobil taksi terisi antrean di depan kami, Linda mulai naik taksi berikut. Ia tersenyum ramah saat kututup pintu taksi dan membalas senyumnya.
Sekarang giliranku ke motor bututku, sambil mengenakan jaket coklat.. masuk kembali ke lobby menuju lift, ke tempat parkir motor di basement.
Sebelum lift menutup, sempat terlihat lift di seberang terbuka dan terlihat sosok yang kukenal.
Mr Lie..!!
Segera kutekan tombol buka di liftku dan langsung ke arah Mr Lie.
“Mr Lie..!!” seruku sambil berlari kecil.
“Ah, how are you.? Linda said you are so bussy and ..”
Sambil menyalamiku, Mr Lie terlihat senang dan menanyakan kegiatanku yang sibuk hingga sulit sekali dihubungi.
Dengan kututupi rasa heran, aku berbohong tentang pekerjaanku, dengan bercerita berbagai macam upgrade software di server-server yang kutangani.
Aku heran dengan kata-kata Mr Lie yang seolah bertolak belakang dengan alasan-alasan yang diucapkan Linda akhir-akhir ini.
Linda menipuku..??
Akhirnya dengan senang hati.. aku mendapat kepastian kalau Mr Lie akan berkenan ke Malang 2 minggu lagi untuk menuntaskan perjanjian investasinya.
Dengan senang hati pula kutemani Mr Lie menunggu sopirnya menjemput, hingga akhirnya mobilnya berbelok meninggalkan area parkir, meninggalkanku.
Tak pelak berbagai pertanyaan muncul di dalam kepala.. mengapa seolah-olah Linda membuat jarak antara aku dengan Mr Lie.. aku mengendarai motorku ke arah Jakarta Selatan dengan meliuk-liuk dan berhenti mengantre macetnya jalan Jakarta.
Sesampai di tempat bakso, aku masih harus menunggu di motorku dalam waktu lumayan lama.. menanti kedatangan Linda.
“Hi..!!” sapanya keluar taksi, saat kubukakan pintunya.
“Kita di situ ya..” ajakku ke bangku yang hanya sisa sedikit untuk berdua berhadapan.
Sambil makan bakso besar yang telah dipesan, aku mencuri momen mengamati gerak tubuhnya saat makan.
Indah memang. tapi tertutup pertanyaan tentang ulahnya menjauhkanku dengan Mr Lie.
Aku masih belum menceritakan pertemuanku dengan Mr Lie tadi.
Sampai akhirnya kedua mangkok kami kosong dan kunyalakan rokokku dalam-dalam.
Linda menatapku sambil bertanya. “Temanku tadi juga hendak ke mari, saat kami berbicara di telpon saat di taksi. Ia hendak bertemu dengan anda.. bertanya banyak-banyak tentang komputer di tempat usahanya yang baru.. komputernya sering macet tidak bisa connect ke internet..”
Ah, kerjaan. Baguslah, money money money.
“Tapi ia belum bisa kemari. Hanya kujanjikan untuk mengantar mas ke tempatnya jika mas berkenan..”
“Oh okay.. kita bisa ke sana, kuikuti dari belakang ya..?”
Setelah rokokku habis dan membayar makanan, kami bepergian ke arah kantor kawan Linda.
Ia kembali naik taksi yang dipanggilnya, sementara aku tetap naik motor mengikutinya.
Tidak beberapa jauh di Blok A, kebayoran, kita telah memasuki ruang di dalam sebuah cafe yang masih tutup.
Kulihat wanita yang seperti Linda, tinggi kurus berkulit kuning ‘bening..’ sama cantiknya. Seperti saudara kembar.. benar-benar sama-sama cantik.
“Anne..” kawan Linda menyalamiku sambil membalas salam kenalku saat kuucapkan namaku.
“Sudah beberapa hari ini aku kerepotan dengan peralatan-peralatan yang baru kupindah kemari. Aku pindahan dari Depok mas, rencana ingin buka usaha di sekitar sini. Jika urusan telah selesai dengan persiapan.. kita akan launch bulan depan..” papar Anne menjelaskan panjang lebar.
“Kalau mungkin ada yang bisa dibantu dengan kesulitan di bidang komputerisasinya.. Anda bisa hubungi saya kapan saja..” promosiku sambil menyerahkan kartu nama.
Akhirnya kami berbicara masalah komputer beberapa saat kemudian.
Anne memiliki wajah yang lucu saat tersenyum, matanya hilang di balik kelopak matanya yang sipit itu.
Sama seperti Linda, Anne memiliki kulit khas timur.. Chineses.. yang kuning.
Betisnya juga sangat indah. Saat berdiri mengambilkan air untuk kami berdua.. terlihat pantatnya yang padat berisi.. pinggang yang ramping meliuk melewati kemasan kardus-kardus di ruang ini.
Setelah beberapa lama kami berbincang.. Linda dan Anne berdiri menyalamiku sambil tersenyum cantik saat aku berpamitan dan berjanji kembali ke cafe milik Anne besok pagi untuk menganalisis komputernya.
Sambil mengendarai motor hingga sampai di kontrakan.. aku masih berpikir tentang Mr Lie dan Linda yang secara tidak langsung menunda pundi-pundi uangku bertambah.
------------
Esoknya.. di cafe tempat Anne.. aku diajak berkeliling rumah yang bakal menjadi tempat usahanya itu.
Kuperhatikan juga foto-foto yang terhampar di meja.. di pigura dengan rapi.
Terlihat Anne bersama seorang laki-laki Chinese juga.. sedang berangkulan.
Di beberapa lembar yang masih berserak di meja malah terlihat mereka berdua sedang bermesraan dengan pakaian pantai, pakaian mandi .. Dan foto setengah telanjang mereka berdua.
Anne tanpa bra, hanya dengan segitiga mereka duduk di kursi depan di halaman.
Anne yang di dekat meja kantor yang masih berserak.. berusaha menyalakan komputer.
Kugeser tempatku berdiri dan ikut menyalakannya, kutanya.. “Anne sudah menikah..?”
“Ah.. menikah..? Hehehe..” senyumnya kecil.. manis sekali.
Setelah komputer menyala dan kami bergantian tempat duduk.. Anne di meja memperhatikan foto-foto yang kubuka-buka tadi di meja.
Ia membereskan dan menumpukkan di sebuah kardus lalu berjalan ke tempatku.
Sambil memperhatikan program-program yang sedang loading di komputer.. aku melihat recent document yang terakhir dibuka. Banyak file jpg, avi dan wmv serta html yang dibuka.
Saat berhasil koneksi ke internet yang sebelumnya memang rewel karena kabelnya kendor tidak tercolok pas di tempatnya.
Anne tersenyum senang dan sambil meraih mouse ia membuka file spreadsheet excel melihat daftar keperluannya yang sudah pernah disiapkan.
Kemudian ia mendownload file-file lampiran lain di akun emailnya.
Setelah selesai menganalisis file-filenya dan tersenyum puas.. sambil menggelung rambutnya ia menawariku untuk menghabiskan minumku.. dan menawariku untuk mengambil sendiri di lemari es dekat dapur yang penuh kardus tadi.
Sementara ia sendiri berjalan ke sana dengan gelasnya yang telah kosong.
Saat itu aku iseng membuka file-file extension gambar yang terlihat sekilas tadi.. terlihat di layar foto-foto indah Anne sedang berpose di depan kamera.. dengan gaun putih tipis menyembunyikan tubuh indahnya secara samar-samar.
Kubuka folder yang menyimpan dokumen tersebut dan kupreview satu-satu.
Sampai akhirnya terlihat foto Anne berpose sexy.. telanjang tertutup kain tipis.. telungkup di sofa.
Dengan seksama dan perlahan kuperhatikan dadanya yang terjepit.. pinggulnya yang melengkung indah.. betisnya yang indah terangkat dan senyumnya yang cantik.
Foto berikut terlihat ia duduk menatap kamera dengan buah dadanya yang indah tersembul keluar dari kain tipisnya yang dililitkan sekedarnya itu.
“Pretty, isn’t..?” terdengar suara Anne dari samping.
“Nice shoot, like a pro..” sahutku.
“He always do the best for that..”
“Maksudnya..?”
“Ia fotografer, mungkin sekarang masih fotografer. My ex ..” sahutnya pendek.
Oh, ini hasil karya mantan..?
Lalu kugeser ke folder berikut, kuklik file movie wmv di situ.
Media player sekarang memperlihatkan Anne sedang menari.. meliuk tanpa busana di ruang kamar sebuah hotel.
Kali ini Anne tertawa geli sambil duduk di meja sebelahku, memegang pundakku.
“Jangan kauteruskan, atau kau akan hadapi konsekuensinya..” katanya centil.
Kupelototin video filem itu sampai terlihat seorang pria yang kukenal wajahnya. Sering terlihat di majalah atau mungkin di TV.
Aku menahan napas dengan apa yang terjadi selanjutnya.
Mereka saling memeluk.. memagut.. tertawa kecil hingga akhirnya berdua telah di tempat tidur.. siap hendak melakukan adegan suami istri.
“Mas, suka melihat film seperti ini..?” tanyanya perlahan.. tapi tak kugubris.. kecuali anggukan kecil.
Dengan dimulainya adegan suami istri di monitor itu.. terdengar pula erangan Anne dari speaker komputer ditimpali suara pria publik figur itu. Adegan yang syuuur itu membuatku tak berkedip.
“EHH..!?” Aku terkejut. Terputar tempat dudukku saat Anne menarik sandaran tangan kursi yang kududuki.
Aku kini melihat Anne tersenyum. Sambil menggoyangkan gelas, kakinya diangkat dan jemari kakinya telah berada di pangkal pangkuanku.
Kudiamkan saja beberapa saat kakinya menggoyang pusakaku yang mulai terasa agak kejepit itu.
“C’mon..” katanya meraih tanganku di sandaran tangan kursi.
Aku berdiri memutar mengikutinya memutari meja. Kemudian ia berbalik arah menatapku sambil memeluk pinggangku.. menarik tubuhku ke arahnya.
Kuikuti gerakannya sampai ia bersandar di meja dan mendudukinya.
Pahanya terbuka dan langsung mempersilakan tubuhku merapat di tubuhnya yang kemudian tanganku akhirnya pasti ikutan bergerak.
So.. aku tak mungkin diam saja, kan..? Maka dengan lembut kuremas dari depan pinggangnya perlahan ke atas.. ke dadanya yang masih tertutup blus dan bra.
Hmm.. lembut.. kenyal.. dan ukurannya lebih besar sedikit dari telapak tanganku.. buah mengkal di dadanya.
Matanya sedikit tertutup.. menambah sipit matanya. Bibirnya sedikit terbuka.
“You need this, masss ..” bisiknya mendekapku.
Kujentik bibirnya. Ia menatapku tenang. Telunjukku kusapukan ke bibirnya. Ia diam.
Saat sekali lagi kusentuh bibirnya, ujung lidahnya menyentuh telunjukku.
Aku jadi gak sabar lagi. Ia kurengkuh dan kukulum bibirnya. Ia membalas pelukanku dan menyambut bibirku. Bibirnya yang lembut.. kenyal dan hangat kulumat habis.. lidahku menyusup di sela bibirnya.
Dengan hangat ia menyambut lidahku. Bunyi serupa cercapan lembut segera tersiar dari pertemuan bibir dan lidah kami itu..
Kurapatkan tubuhnya ke tubuhku hingga payudaranya menekan dadaku.
Kurasakan tubuhnya mengencang dan makin hangat dalam dekapanku. Bibir kami terus bertaut selama beberapa saat.
“Great kiss..” bisiknya saat kulepaskan untuk bernapas.
“You too..” balasku memuji.
Perlahan kulanjutkan petualangan bibirku mencucup di wilayah leher jenjangnya..
Jemarinya mencengkram lenganku saat kususuri sisi lehernya dengan bibirku dengan nafas mulai terengah.
Ia terlihat makin gelisah. Tarikan napasnya pendek-pendek dan tersendat.
Saat lidahku menyapu cuping telinganya yang bagus dan napasku mengembus tengkuknya.. ia melenguh pelan sambil menggigit bibir.. sementara tangannya liar menggerayangi dada dan punggungku.
Desahnya makin cepat saat ciumanku menuruni lekuk lehernya hingga ke batas atas buah dadanya.
Suhu ruangan yang ber-AC terasa makin gerah saja. Blusnya kurenggut pelan dari roknya.
Hingga tanganku kini mendapatkan pinggangnya yang mulus.. hangat dan liat.
Kedua belah tangannya melingkar menahan tengkukku saat ia mengecupi bibirku.
Sebelah tungkainya mulai naik melingkungi pinggangku.
Kutarik maju pantatnya hingga pusakaku menempel pas di bawah perut Anne.
Sambil melingkarkan pahanya di pinggangku.. Anne perlahan mulai memetiki dan melepaskan kancing bajuku.
Aku sedang mencium leher dan melepaskan kancing bajunya berikut mencoba melukar bra putihnya saat ia melonggarkan pahanya melepaskan kancing celanaku.. untuk selanjutnya dengan ‘gugup’ ia meraih kancing bra-nya saat blusnya telah berhasil kulucuti.
Anne kini telah mengelus-elus pusakaku dari luar celana dalam dan merabanya perlahan sambil merintih saat kuremas-remas dengan gemas dadanya.
Rok mininya kini kusingkap ke atas.. memperlihatkan pahanya yang kuning mulus dan halus saat kuraba dan kupijit perlahan.
Kepalaku telah di dadanya mengisap kedua buah dada sekalnya dalam-dalam.. menghidu aroma harumnya.
Anne terus merintih saat aku melakukannya.
Mulutku mendapatkan pucuk-pucuk buah dadanya yang coklat muda kemerahan dan dengan gemas kunikmati.
Sementara kuremasi buah pantatnya. “Enghhh.. masshh..” desisnya menikmati remasan di buah pantatnya.
Sembarangan ia mencoba membuka hem-ku.. dua biji kancing lepas saat tak sabar ia menariknya.
Aku lantas berbalik.. kuangkat Anne dalam gendonganku.. aku kini yang bertumpu pada sisi meja.
Ia merosot dari gendonganku.. dengan jemari bergetar ia berusaha membuka gesper ikat pinggangku.
Tidak berhasil. Tangannya beralih merabai selangkanganku.. padahal tanpa dirabainya pun aku sudah ‘hard on’ daritadi.
Tiba-tiba ia berlutut dan membuka ritsleting-ku dengan giginya.
Dengan sukarela kubuka gesperku karena celanaku terasa makin sempit oleh kelaminku yang menggembung.
Celana itu segera ditarik turun hingga lepas.. lengkap dengan celana dalamku.
Happ..! Anne langsung menyambut ujung kemaluanku dengan mulutnya.. sementara paha dan pantatku habis diremasinya.
“Aaahh..!” tubuhku serasa dijalari arus listrik. Anne agaknya benar-benar tahu cara membuat laki-laki meniti ‘ekstase..’
Lidahnya menyusuri batang kemaluanku hingga ke pangkal zakar.
Susah payah kujaga keseimbanganku agar tak terjatuh tiapkali kepala kemaluanku diisapnya.
Tubuh dan lengan Anne serasa membara.. sementara telapak tangannya dingin dan lembab.
Peluh menitik di pelipisnya. Makin lama makin rapat ia mengulum ‘pusakaku..’
Sebelah kakiku dikepitnya di sela paha hingga bagian kewanitaannya menggeser kakiku.
Aku sudah gak tahan lagi. Setengah paksa kulepas ia dari ‘jarahannya’ pada pusakaku.
Hmm.. Pipinya merona.. rambutnya acak-acakan, bibirnya memerah dan basah oleh liur. Tubuhnya sedikit menggigil. Ia kelihatan makin seksi.
Segera kuberdirikan Anne.. lantas mengembalikan posisinya di atas meja seperti semula.. dengan aku bertumpu pada sisi meja.
Ia langsung menarik tubuhku ke arahnya. Kuikuti gerakannya sampai ia bersandar di meja dan mendudukinya.
Pahanya kembali membuka dan langsung mempersilakan tubuhku merapat di tubuhnya.
Tanpa meminta persetujuannya lagi.. kutarik sedikit celana dalam putih yang dikenakannya ke samping belahan kemaluannya yang berbulu halus dan rapi.. kubuka lagi pahanya.
Ia sedikit mendorong tubuhnya ke belakang.. bertopang dengan siku sambil mengangkat kedua lututnya ke atas.
Splash..! Kakinya sekarang terbuka lebar di atas meja dan segera kuposisi pusakaku ke selangkangannya.
Plekk..! Kutempelken kepala pusakaku yang tegang ke pangkal pahanya.. dan lantas memutari area bawah tubuhnya itu sambil kudorong dan kusodokkan ke area-area tertentu.
Anne merintih.. “OUGHH.. mass..” katanya menahan nikmat.
Anne mngerang.. merintih dan terus menatapku sayu dengan mata sipitnya.
Anne membuka mulutnya lebar.. menahan nafas sambil mendorong tubuhnya ke arahku.
Sleppp.. Pusakaku yang telah siap langsung masuk dengan segera ke liang kewanitaan Anne.
Jlebg..!
“Erghh..” Lenguhku nikmat..
“Nghhhh..” Erangnya tak kalah penuh nikmat..
Ughh.. Terasa sempit..!! Kering..!! Pereettt..!!
Alamak..!!
Desahnya tertahan saat batang kemaluanku mulai tegas menyelusup memasuki liang nikmatnya.
Geliginya terkatup rapat menahan bibir. Kukulum bibirnya dan lidahku masuk ke rongga mulutnya.
“Mmhhh..!” jeritnya tertahan bibirku.. saat kujejalkan seluruh batang kemaluanku ke lubang kemaluannya yang kesat dan hangat.
Tak menunggu lama.. beberapa detik kemudian Anne mulai menggoyangnya.
Tekanan darahku yang sudah naik memperlancar nadi di pusakaku.. mulai terasa hingga ke ubun-ubun.
Kugerakkan maju-mundur perlahan.. tetapi Anne malah mempercepat gerakannya di depanku.
“Hhhhh..” ia menggelinjang.. menggeliat berusaha meronta dari pelukanku saat kugerakkan panggulku.. sehingga organ intimku kian kuat menggeser dinding dalam liangnya yang menyempit merapati kemaluanku.
Semakin ia memekik.. dan otot-ototnya berusaha mendorong batang kemaluanku.. meremasnya di dalam relungnya sana..
Heghh..! Makin keras dan dalam kudesak kemaluannya..
Anne beringsut maju sedikit.. dan kini mengangkat kedua kakinya ke bahuku.. menjepit kepalaku dan merapatkan pahanya..
Sampai akhirnya ia melepas telekan tangannya di pinggiran meja.. kemudian menguntai pelukan kedua tangannya di leherku.
Kubiarkan ia menggigit bahuku untuk melampiaskan segala yang dirasainya hingga akhirnya ia mulai mengikuti irama shake up-ku.
Hangat nafasnya menyapu wajahku. Peluh mengembun di sekujur tubuh kami meski suhu AC 17º C pada saat itu. Anne mengusap peluh di wajahku dan meniupiku.
Pangkal paha kami beradu intens dan kuat.. disertai bebunyian nan ramai namun syahdu.
Tiba-tiba jepitan tungkainya di pinggangku mengetat.. denyutan liangnya pun makin hebat.
Anne mengatupkan giginya.. panggulnya berayun menyambut setiap desakanku.. kedua tangannya pindah ke panggulku.. seakan menuntutku lebih dalam pada setiap goyangan menusuk-tarikan penisku di liangnya.
Lubang kemaluannya kini lembab dan licin oleh cairan kewanitaannya.. terasa kian berdenyut dinding-dinding kemaluannya mengurut batang peinsku.. Ughhh.. nikmatnya..
Dengan ‘terpaksa’ aku harus menghentikan tusukan meriamku di liang nikmatnya jika tak mau bobol dan knock out dengan cepat.
Ia menatapku terang-terangan dengan senyum manisnya. Ujung-ujung jarinya menyusuri wajahku.
Menyibak rambut yang menutupi dahiku.. mengikuti bentuk alisku.. menuruni hidungku.. menyapu kumis tipisku dan merabai bibirku. Aku merasa seperti mainan.
Saat telunjuknya menyentuh bibir bawahku kutangkap tangannya dan kugigit telunjuknya. Ia memekik dan tertawa.. suara tawanya merdu.
Ia menarik leherku mendekati wajahnya sambil menjulurkan ujung lidahnya ke depan bibirku.
Tentu saja kusambut godaannya itu untuk sekiankalinya.. lidah merah jambu itu kutarik ke mulutku dan kukulum.. sementara buah dadanya yang kenyal menekan dadaku yang terbuka. Jantungku serasa berdetak di telinga.
Kuusap kedua gumpalan indah di dadanya itu sembari bibir kami terus beradu.
Selanjutnya tangannya menjangkau tanganku dan membawanya merabai gunung kembar itu dengan cara yang disukainya.
Ia bahkan membiarkanku meremasnya. Saat itu baru kusadar betapa putih kulitnya dibanding kulit sawo matang gelapku.
Darahku serasa telah naik sampai ke kepala. Aku sudah gak tahan lagi.
Apalagi batang kejalku di jepitan daging liang kemaluannya makin megap-megap nikmat gak keruan. Arghh..
Kembali kupegang panggulnya.. dan.. heghh.. kudesak kuat ia beberapakali maju-mundur.
Tak pelak.. Ia sesekali meringis dan mendesis karena gerakan itu..
Tetapi.. tiapkali kelaminku menyodoki kemaluannya.. tiapkali itu pula ia memajukan panggulnya.. hingga rasanya penisku masuk makin dalam dan liangnya jadi makin sempit karena kontraksi.
“Mmasss..” rintihnya sambil berpegangan erat pada tepi meja saat kupaksa anuku meghentak lebih dalam lagi.
Tiapkali ia mengeluh. Memanggilku.. aku jadi makin semangat.
Ampun dah.. hanya beberapa menit bergoyang dalam posisi demikian.. Bagai kesetanan.. –mungkin memang kesetanan– tubuhnya kurangkul.. kuciumi bibir.. leher dan dadanya dan kutahan panggulnya kuat-kuat saat semenku menyembur ke liangnya.
Crttt.. crrttt.. crrrtt.. crrtt..! Gelenyar nikmat menjalari setiap titik syaraf di tubuhku.
Ughh.. aku langsung menyemprotkan cairan nikmatku di dalam lubang kemaluan milik Anne yang berkedut-kedut seolah mengisapnya.
Beberapa saat berselang Anne kali ini menggoyangkan dengan lambat tubuhnya.. mengikuti nafasku yang mulai perlahan menurun temponya.
Anne berkaca-kaca.. segaris air mata membasahi pipi kirinya.. merebahkan tubuh ke dadaku.
Tanganku diraih dan diletakkannya di pipinya.
Anne yang tersengal dan terengah menatapku. “So..? How was it..? Gimana enaknya..?” sambil tersenyum. Kemudian mencium bibirku.
Aku diam saja.. tetap tersenyum.. puas karena mencapai yang kumau daritadi.. tetapi tetap merasa sedikit gak nyaman kalo mencapainya sendiri.
Tetapi Anne telah turun dari meja.. berdiri lalu berjalan merapikan pakaiannya.. ia melangkan ke dapur.
Tak lama datang kembali membawa gelas kosong dan dua botol minuman suplemen.. ia meletakkannya di meja sambil memperhatikanku mengenakan celana.
“Please, buat dirimu senyaman mungkin. Minumlah.. kau membutuhkannya, mas..”
“Yeah, terimakasih..”
“Tell me, mas. Kau sudah menikah atau punya kekasih..?”
“Belum..”
“Bagus, berarti mas bisa menemaniku malam ini kan..? How about that..?”
“Ah.. tapi dengan apa yang sudah tadi barusan ..”
“Hihihi... Ayolah, mas kan yang menginginkannya tadi. Aku hanya membantu mas saja untuk mencapainya. Apalagi mas belum beristri kan..? Sayang kalau dibuang ke sembarang tempat..” sambungnya dengan ketawa kecil menggoda sekali.
Aku dirangkul dari belakang di kursiku.. sambil perlahan dia berkata.. “Berarti mas punya utang padaku malam ini..” kemudian diciumnya pipiku, sambil mengelus dadaku.
“Hem.. Anne, engkau cantik.. menarik.. dari ras yang beda denganku. Kenapa ..” Belum selesai ucapanku.. ia sudah menutup mulutku dengan bibirnya.
Kami berpelukan dan saling memagut.. ada rasa suka kami melakukan ini beberapa saat.
Sesekali ia menceritakan dirinya yang kini sendirian, tanpa status jelas sejak ditinggal kekasihnya.
Keluarganya tidak mengakuinya lagi sejak bersama laki-laki itu.
Anne merasa lebih sendiri setelah ditingggal lelakinya sekarang. Ia malu untuk kembali ke keluarganya.
Cerita punya cerita, sampai saatnya aku musti pamit.. kukatakan untuk harus pergi ke tempat pelanggan lain.
“Jam 9 malam sudah di sini ya..” Anne mengingatkanku atas date malem ini.
Kubalas sambil menarik kepalanya mendekat, mencium bibirnya.
Akhirnya.. sambil mendorong keluar motorku, aku mengetahui bakal ada aktivitas baru malam ini.
Sedikit senang..? Yah begitulah, sebenarnya aku juga menginginkan kekasih.. tetapi bukan mantan someone seperti ini.
Senang..? Yup aku senang.. karena wanita ini cantik.. menarik dan ******
Ditambah pengalaman sexnya.. sepertinya aku memang sedang membutuhkannya.
--------------------------------