Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------

Cerita 126 – Biar Lajang Tapi Matang..!!

[Part 3] – Coba.. dan Keranjingan

“Wahh.. ini rupanya krim
pengencang tetek. Di kulit kenceng rasanya, Gus..”
“Buat facial juga bisa Mbak. Makanya di VCD selalu ada facial cumshot..”

“Iiihh, nakal deh kamu..” katanya sambil mencubit pipiku.
Aku capek sekali. Terimakasih Mbak In sayang, perawan tuaku.
-------ooOoo-------

Pagi itu kami berangkat bersama dan sepakat untuk ketemu lagi buat belajar seks. Kami sering bertemu.
Jalan-jalan, makan, nonton, seperti orang pacaran. Lalu ya biasalah main seks tanpa persetubuhan.

Hal itu berlangsung 5 bulan. Kami bertemu seminggu 2 kali. Oral seks itu rutin.
Hanya aku yang melakukan oral seks pada dia, dianya sendiri tidak pernah melakukan oral pada penisku.

Ini prestasi buatku. Kencan sudah hot, tapi tidak ada persetubuhan.
Vagina Mbak In bisa dijilat dan diisap sampai kering, tapi keperawanannya masih tetap terjaga.

Air maniku sudah bocor berkali-kali..
Tapi tidak setetes pun yang menyelinap ke cervix si lajang hangat bernafsu kuat itu.
Maka hanya cunnilingus –tanpa diimbangi felatio..– yang selalu berlangsung. Tak apa.

Aku sendiri suka bisa mengerem nafsu.. sekaligus belajar memperoleh kepuasan..
tanpa menancapkan penis ke lubang vagina yang tiada henti mendambakan kenikmatan.

Lubang vagina yang sebetulnya memendam iri pada vagina wanita lain..
yang sering dijejali penis dan ditumpahi mani hangat.

Tapi, yah.. vaginanya saja belum kena penis, masa’ mulutnya sudah dimasukkin penis. Kasihan kan..?
Pemanasan kami tentu dengan nonton BF di VcD. Aku kan punya banyak koleksi film BF. Juga dari majalah.

Ternyata Mbak In si perawan tua ini punya beberapa majalah hot.
Katanya sih seperti surat kaleng mendapatkannya. Diposkan ke rumah tanpa nama pengirim.
Dia menduga dari cewek-cewek di kantornya yang baru saja pulang dari luar negeri.

Majalah itu menjadi bahan onaninya Mbak In. Atau juga onani kami berdua.
Muncratnya air maniku ya paling-paling di payudara mungilnya, atau di perutnya..
Pernah di pusarnya dan ceceran air maniku itu merambat ke bulu superlebatnya.
-------ooOoo-------

Hari itu Mbak In genap 42 tahun.
Cuma kami rayakan berdua saja di sebuah restoran di hotel berbintang lima.
Dia seksi sekali malam itu. Memakai sack dress ketat tanpa lengan, tanpa beha.

Karena dia punya kebiasaan menyibak rambut..
Sehingga bila lengannya terangkat, maka ketiak hebat itu tampak.

Aku lihat pelayan restoran dan pengunjung lain pada ngeliatin.
Mbak In sendiri sepertinya bangga dengan ketiaknya sekarang.

Pulang dari restoran kami bercumbu, seperti biasanya.
Pakai oral, pakai kocok-kocokan, hingga air maniku mau habis.

Mbak In sudah terbiasa dengan muncratan mani.
Dibiarkannya air maniku membasahi payudaranya bahkan lehernya.
Kadang di perutnya, tepat di pusar.

Mbak In makin pintar. Cara mengocoknya semakin hebat.
Paduan irama lambat kadang cepat bisa menguras maniku.

Kadang penisku digesek-gesekkannya ke ketiak lebatnya, ke payudara mungilnya.
Air maniku pernah menetes di ketiaknya. Habis nikmat sih.. seperti menggesek bulu vagina.

“Hari ini aku genap 42 tahun, Gus. Jadikan aku wanita selengkap-lenglapnya..” pintanya..
Setelah kami istirahat karena kecapean. Hari sudah menjelang pagi. Tapi penisku masih bisa berdiri tegak.

Inilah saatnya untuk membobol si perawan tua ratu jembut yang jago onani itu..

Yang vaginanya merindukan sodokan dan elusan batangan daging bertulang lunak..
Dengan moncong water canon yang siap menembakkan cairan kental yang kencang di kulit wanita.
Aku tentu saja mengiyakan. “Terserah caramu, asal nikmat..” katanya.

Di atas tubuhku Mbak In bergeser pelan, memutar pinggul, goyang kanan kiri. Serba pelan.
Kali ini dia tidak banyak bicara. Cuma merem melek sambil ah.. uh.. ah.

Akhirnya aku tidak tahan. Vagina perawan tua itu tiba-tiba seperti menyempit dan menyedot penisku.
“Mbak, Aku mau keluar.. Mbak..!” Mbak In cuma menciumku dengan mesra.

Keringatnya menetes di wajahku. Aku tidak ingat apa-apa lagi. Rasanya seluruh cairan kelelakianku tersedot.
Seluruh tubuhku seperti diperas. Inilah orgasme hebat yang jarang kualami.

Ternyata aku tidak muncrat.. cuma mengalir pelan tapi banyak maninya. Saat itu juga Mbak In orgasme.
Tubuhnya mengejang, menggelepar di atas tubuhku, dengan keringat membasahi tubuh.

Bau ketiaknya kian merangsang.
Dia terpejam menikmati orgasmenya yang pertamakali lewat persetubuhan.
“Oh indahnya. Terimakasih Gus..” katanya.

Tidak ada jeritan liar yang menyebutkan segala genital dalam bahasa sehari-hari.
Tidak ada teriakan tertahan. Semuanya begitu lembut, hangat, dan indah.

Aku merasa seperti perjaka yang kelepasan kemurniannya.
Kalo Mbak In sih jelas.. perawan tua yang terlepas keutuhannya, dengan lembut..
tanpa robekan selaput yang menyakitkan, tanpa darah karena koyakan.

Sampai terang matahari kami masih berpelukan. Kami berdua bolos kerja.
Mandi berdua pakai air hangat, alangkah segarnya. Lalu tidur.

Siangnya setelah makan kami bersetubuh lagi. Aku yang di atas.
Air maniku masih bisa membanjir, menggenangi vaginanya. Lalu istirahat. Sore bersetubuh lagi.

Hari-hari selanjutnya persetubuhan menjadi rutin.
Entah sudah berapa cc air maniku mengalir ke vagina perempuan berusia 42 tahun ini..
tapi masih seperti vagina gadis remaja karena tidak pernah dipakai itu.

Semua adegan BF kami tiru, kami coba. Mbak In makin pintar. Juga makin buas.
Indriani si jembut lebat.. dengan vagina coklat dan clitoris sebesar mete ini..
memang wanita yang tepat untuk menguras syahwat.

Indriani.. kenapa sih birahimu kau simpan sekian lama..
Tersembunyi dalam vagina gelap dan bulu lebatmu..? Demi karierkah kau menahan nafsu betinamu..?
Kau buang hari-harimu tanpa merasakan cipratan mani dan sodokan penis pada cervix-mu.


Aku semakin terikat padanya. Aku makin menyayanginya. Inikah cinta..?
Sayang seribu satu sayang.. Mbak Indriani si lajang kesepian bersyahwat dahsyat itu..
tidak pernah membicarakan soal asmara. Tak adakah cinta di kamus hatinya..?
Tak adakah cinta di ujung vaginanya, agar kelak bisa berbuah janin..?

Banyak sudah variasi yang kami lakukan. Hanya satu yang belum.
Mbak In membiarkan mani muncrat di wajahnya, begitu pula kepada mulutnya.

Padahal aku ingin sekali.. karena setiapkali masturbasi itulah termasuk yang kubayangkan.
-------ooOoo-------

Hari ini ulang tahunku ke 25. Kami bercinta. Waktu ditanya apa permintaan istimewaku.. maka aku jawab;
“Facial cumshot kayak di VCD porno..!” Surprised..! Mbak In mau.

Tapi dengan syarat aku harus bisa membuatnya orgasme terlebih dahulu.
Ya.. maka kami bersetubuh dengan posisi dia di atas. Berkali-kali dia mengingatkan,

“Awas, jangan muncrat dulu Gus..!” Kalau aku sudah mau keluar, Mbak In mencabut vaginanya..
lalu meloncat dan menggesek-gesekkan vaginanya ke mukaku.

Mulutku melumat habis vagina dan clitoris-nya sampai aku minum cairan vaginanya banyak sekali.
Begitulah.. sampai akhirnya dia klimaks, sambil bicara keras..

“Akan aku habisin manimu.. manniimuuu.. mhannn..nhiiii..muuu.. spermaamu..
Aku pake mulutku untuk pertamakalinya Gus..!” Ahh..!! Semoga tetangga tidak ada yang mendengar.

Mbak In kalau sudah di puncak birahi memang tidak bisa mengontrol diri. Pingin teriak yang tabu-tabu.
Kadang setengah menjerit.. “Kontolll..!!” Atau.. “Memekku..! Memekku..!! Memekku..!!!”

Tapi aku justru malah senang. Malah tambah terangsang.
Aku paling suka kalau melihat dia menjadi jalang.. jadi budak birahi.

Nah.. begitu selesai klimaksnya dengan banjir cairan vagina, Mbak In langsung melumat penisku.
Inilah kelebihan wanita. Biar belum pernah melakukan oral seks di penisku, toh terampil juga.

Dia isap, dia kocok, dia jilat, sedot, lumat, kocok, sampai akhirnya aku tidak tahan.
Menjelang puncakku, Mbak In melepaskan mulutnya.

Si lajang penuh birahi itu pun turun dari ranjang, lalu bersimpuh di lantai.
Aku disuruhnya bangun dan berdiri. Maniku sudah tidak tahan.
Lalu dia mengocok lagi penisku sambil jongkok, sementara aku berdiri.

“Mbak pake satu tangan aja. Tangan Mbak yang satunya diangkat..
biar aku muncrat sambil menikmati jembut ketek yang fantastis itu..” pintaku. Oh.. dia menurutiku.

Maka tangan kiri mengocok pelan penisku..
tangan kanan terangkat, merentang lengan, sampai ketiaknya terlihat jelas.
Penisku semakin menegang. Jilatannya makin gila. Kocokannya makin hebat.

“Mbaak..!!” Aku menjerit tertahan. Semuanya berlangsung cepat. Maniku muncrat.. Cratt.. cratt.. cratt..!!
Masuk ke mulutnya.. tapi tidak tertampung semuanya. Jadilah membasahi pipi dan hidungnya.

Bibirnya belepotan mani. Sebagian menetes ke payudaranya yang mungil tapi keras kenyal itu.
“Enak juga mani ternyata..” katanya setelah kami terengah-engah duduk di lantai. Kami istirahat.

Pagi esoknya.. ketika aku masih tertidur, aku terbangun.
Karena ternyata penisku sudah diisap si lajang 42 tahun yang sekarang haus mani itu.

“Iya Mbak ini jamu, biar awet muda. Buat facial bisa bikin wajah kencang..” kataku.
“Katanya sih gitu. Temen-temen itu juga pada minum mani dan dipakai buat cuci muka..”
Katanya sambil terus mengocok penisku.

Akhirnya maniku mengalir dan menjadi jamu yang langsung diisep semuanya.
Mbak Indriani memang hebat. Kali ini tidak ada air maniku yang tercecer.

Semuanya masuk ke mulut dan ditelannya. Eh, tidak semua sih.
Jarinya sempat masuk ke mulut, lalu mengoleskan mani encer itu ke puting susunya.

Sebagai hadiah.. aku oral vaginanya. Aku sibak bibir besar di mulut vaginanya dengan jari.
Lalu mulut aku runcingkan, dan sruppp.. masuk ke pintu liang vaginanya.

Lidahku menjilat.. mulutku menyedot. Semua bagian terkena.. dinding luar vagina.. labia mayora..
Labia minora.. clitorisnya yang sebesar kacang mete itu.

Dan terakhir.. aku masukkan pula jariku.. berputar-putar di dalam, menggapai G-Spot Mbak In..
Sementara bibir dan lidahku menggarap daerah pembangkit birahinya.

Tentu saja Mbak Indriani jadi blingsatan. Ketika dia menjerit, “Itilkuuuu lepas..!!”
Saat itulah vaginanya membanjir dan membasahi tenggorokanku, asem-asin rasanya.
Dan bulu vaginanya itu basah kuyup, oleh campuran lendir vagina dan ludahku.

Hari ini memang nikmat sekali. Setelah itu, hari-hari selanjutnya, seks kami makin gila.
Kalau main 69 seringkali sampai air maniku muncrat di mulut mungilnya itu.

Tapi Mbak In masih haus variasi. Pingin seperti di BF yang bermacam-macam gaya.
-------ooOoo-------

Sudah enam bulan hubungan kami terjalin, dengan penuh birahi dan mani.
Mbak In seperti orang yang baru mengenal seks. Memang ya, baru kenal.
Makanya keranjingan bersetubuh. Maunya penis dan mani.

Beginikah kalau wanita dewasa melajang terlalu lama.
Obsesinya cuma penis dan mani lelaki. Dan yang namanya onani.. tidak memuaskan dirinya sendiri.

Suatukali Mbak punya permintaan gila: Ia ingin main bertiga dengan cewek lain.
Aku yang harus mencari ceweknya. Tapi itu soal kecil.
Aku dulu, sebelum sama Mbak In, suka jajan.. jadi punya langganan cewek nakal.

Langgananku yang aku sukai adalah Susi. Tubuhnya sintal, kulitnya putih, payudaranya 38..
Bulu vaginanya tipis, vaginanya merah. Dia juga jago oral seks.

Aku lantas mengontak ke ponsel Susi dan dia setuju.
Kami janjian di motel Pondok Nirwana di Cawang. Ngakunya sih dia juga kangen.

Di motel aku dan Mbak In check in ke kamar VIP.. menutup rolling door.
Lalu kami nonton video yang disiarin di TV yang tergantung di atas.

Isinya orang bersetubuh.. kebetulan main keroyokan, satu pria menghadapi empat perempuan.
Puncaknya air maninya menjadi rebutan empat mulut mungil. Wah.. aku juga mau tuh..!

Sambil nonton kami petting. Aku cuma memakai celana dalam.
Mbak In memakai lingerie satin putih yang tembus pandang.. sehingga bulu vaginanya lari ke mana-mana.

Ketika Susi datang, Mbak In sedang pipis. Tidah tau.. kenapa lama sekali di toilet ya.
Padahal begitu Susi datang kami langsung berciuman karena kangen.

Ketika berpelukan aku tambah ereksi. Susi memakai rok mini dan koas you can see ketat.
Langsung kulepas celana dalamku. “Ya ampun Gus, udah napsu banget ya..?
Apa nih.. minta diisep dulu apa langsung tancep ke memek..?”

Aku tidak menjawab.. Susi langsung jongkok mengisap penisku.. sambil dikocoknya pelan.
Sudah biasa tuh kami kencan di sini. Nah.. ketika sedang nikmat-enaknya dioral, eh Mbak In keluar.

Susi tentu saja kaget dan malu. Dia salah tingkah. Mbak In segera mengatasi keadaan.
“Nggak usah malu, Sus. Ini memang mauku. Aku pingin belajar dari kalian..”

Lalu aku menjelaskan kalau kami butuh selingan. Aku mengaku kami ini pengantin baru.
Susi agak heran, kok aku memanggil ‘istriku’ itu Mbak. Tapi namanya saja bisnis, Susi minta tambah.
Kalau sendirian melayani aku Rp300.000, maka kali ini minta Rp500.000.

Mbak In karena nafsunya sudah di ubun-ubun, mengiyakan saja. Uang dia kan banyak.
“Aku udah sediain cash cukup kok hari ini..” Hebat juga si jembut lebat ini, bisa mengantisipasi.

“Mbak pinginnya gimana..?” Tanya Susi. Ternyata Mbak In maunya melihat dia striptis..
Setelah itu pingin melihat dia bersetubuh denganku. Susi mau.

Aku dan Mbak melihat striptisnya dari ranjang sambil saling merangsang.
Makin hebat striptisnya Susi, Mbak In makin basah. Padahal Susi belum telanjang.

Ketika Susi telanjang, Mbak In kian terbakar. Dia meniru Susi mempermainkan payudara dan puting susunya.
Dia juga meniru waktu Susi memasukkan dua jari ke vagina lalu menjilatinya.
Aku tentu saja makin ereksi. “Oh gini rupanya cara merangsang lelaki..” kata Mbak In.

Ketika Susi nungging.. lalu memasukkan jarinya ke vaginanya dari belakang, Mbak In menirukannya.
Waktu Susi menyodorkan telapak tangannya untuk minta ludahku..
yang mana tangan basah itu akhirnya dia oleskan ke vagina dan anusnya, Mbak In juga ikut.

Jadi kering tuh tenggorokanku. Susi sambil nungging memasukkan jari ke anusnya, Mbak In mengikutinya.
Hanya satu yang Mbak In tidak bisa.. menjilati putingnya sendiri.

Akhirnya aku punya ide. Susi aku minta berdiri, mengangkat lengan, lalu menjilati ketiaknya.
Mbak In yang duduk bersandar di atas kasur ikut mencobanya. Wow.. seksi sekali.
Ketiak lebat itu basah oleh jilatannya sendiri.

Akhirnya Mbak In tidak tahan waktu melihat Susi mengangkangkan satu kaki di atas ranjang..
sambil meremas vaginanya yang merah yang berbulu tipis itu.
Susi, gadis sipit dari Pontianak itu memang sensual dan erotis.

Mbak In terengah. “Udah.. giliranku dulu baru kamu Sus. Ayo Gus, mana burungmu..!”
Aku lalu menarik Mbak In ke sofa. Aku duduk seperti memangkunya..
Kemudian Mbak In jongkok di atas pangkuanku sambil mengangkang..

Dengan begitu penisku bisa menembus vagina Mbak In yang lebih gelap dari Susi.
Jlebbb.. blesskk..!! Uhhh..!! Nikmat sekali masuknya.. karena sudah licin vagina Mbak In si lajang gila seks.

Susi hanya melihat saja. Akhirnya dia punya inisiatif.
Dia ciumi vagina Mbak In dan penisku sementara pantat Mbak In naik turun.

Jadi begini posisinya:
Mbak In mengangkang di pangkuanku, menghadap ke depan.. dengan vagina tertembus penis.
Sementara Susi nungging di depan sofa.. dengan muka menempel di kemaluan kami.

Jilatan Susi kian menggila. Ketika penisku keluar, karena meleset gara-gara vagina Mbak In sudah banjir..
Ctapp..!! Segera ditangkapnya dan dikocok.
Sementara mulutnya masih menggarap clitoris dan vagina Mbak In. Mbak In terengah-engah. Kadang menjerit.

Susi memang pintar. Jam terbangnya sebagai wanita nakal tau bahwa penisku mau muncrat.
Maka penisku pun digenggamnya erat, agar kecekik.. sehingga maniku tertahan.
Sementara itu mulut dan tangan kanan Susi sibuk menggerayangi tubuh Mbak In.

Si Mbak rupanya sudah tidak peduli kalau penisku sudah tidak di dalam vaginanya lagi.
Oralnya si Susi telah melambungkannya ke alam birahi ternikmat di dunia.

Akhirnya Mbak In mencapai klimaks.
Aku dengar bunyi cercapan mulut Susi mengisap-isap cairan vagina Mbak In. Slrppppp slruppp.. slrppp..!

Beberapakali Mbak In klimaks, sampai akhirnya menjerit.. “Memek, memek, memekkuuu.. nggak tahan..!!
Lu memang lonte hebat Susi. Ajarin aku buat menikmatin seks..!! Auhh..!! Itilku mau lepas.. ahhhh..!!"

"Akhhhh..!! Aku kebelet pipis.. memekku mau pecah..!! Mana burung, mana mani..!?”
Semakin seru ucapan Mbak In di ambang puncak dari segala puncak birahinya.

Akhirnya semuanya usai. Mbak In terkulai, dengan vagina memerah basah.
Begitupula bulu lebatnya yang basah kuyup karena campuran cairan vagina dan ludah si amoy Susi.

Mbak Indriani turun dari pangkuanku, lalu merebahkan diri di kasur. Aku sudah tidak tahan.
Maka segera aku kocok penisku. Susi tiba-tiba bilang.. “Jangan Gus. Itu buatku.
Lu pikir gue nggak kangen juga. Biar lonte gue juga butuh nikmat lho..”

Susi lantas rebah di ranjang, di sebelah Mbak In, lalu mengangkang, dan penisku ditariknya.
Lalu.. Bles..!! Baru dua menit aku sudah muncrat habis-habisan.
Tapi aku tau siapa Susi karena aku langganannya. Justru ketika aku muncrat itulah dia mulai beranjak orgasme.

Ketika penisku melemas, dia seperti berpacu dengan waktu, agar bisa mencapai puncak..
sementara vaginanya kian licin karena sperma, dan penisku bisa tergelincir keluar.

Akhirnya dia puncak juga. Dan memberi servis ekstra.. melumat penisku yang melemas dengan mulutnya..
Sampai penisku betul-betul mengerut kecil dan kering maninya.

Setelah itu kami istirahat.. memesan makanan yang diantar oleh pelayan. Kami telanjang.
Pelayan motel tidak bakal melihat, ..arena nganternya cuma dari lubang.

“Gua mau mandi ah..” kata Susi.
Dia memang cuma makan sedikit.. sehingga dengan nikmat bisa mutusin buat mandi.

Begitu shower di kamar mandi terdengar, Mbak In meraihku. “Masih bisa berdiri nggak, Gus..?”
“Aduh, aku capek Mbak, udah lemas..”
“Ya udah, kita 69 aja ya..!? Aku lagi birahi tinggi nih..! Biasa, mau mens Gus..”

Lalu kami ber-69.
Mula-mula aku keringkan vagina basah dengan bulu yang awut-awutan dengan celana dalam Mbak In.
Itu yang sering aku lakukan, mengepel vagina dengan underwearnya Mbak In.

Setelah vaginanya kering, aku jelajahi dengan mulutku. Rupanya cairan vagina Mbak In juga sudah habis.
Jadi aku harus mengeluarkan saliva-ku agar vaginanya basah.

Karena aku berposisi 69 di atas, maka kusibak lubang itu selebar-lebarnya, lalu aku ludahi.
Setelah basah, aku mengulum clitoris Mbak In yang sebesar mete itu. Setelah kami berukar posisi. Dia di atas.

Setelah itu jariku masuk ke vaginanya. Satu jari dulu, jari tengah, keluar masuk, berputar-putar..
Menjelajahi lubang si lajang jalang. Lalu dua jari, jari tengah dan telunjuk.

Selama dalam lubang, sebisa mungkin aku membentuk tanda V, sambil mengeksplorasi liang Mbak Indriani.
Dia mulai terangsang. Mulai merintih. Mulai basah. Akhirnya tiga jariku masuk ke vaginanya, dan berputar-putar.

“Gilaa.. kenapa nggak dari dulu kamu lakukan Gus..? Terusss..!!” Karena di atas, Mbak lebih leluasa.
Pinggulnya terus bergerak. Aku sempat kehabisan napas, soalnya hidung dan mulutku digusel vagina..
dan bulu vaginanya tiada henti.. sehingga oksigen terhambat masuk ke mulut dan hidungku.

Mbak In sendiri makin kuat mengulum dan mengocok penisku.
Akhirnya aku ereksi sedikit, dan akhirnya bisa berdiri tegak.

“Terus Mbak, dikocok, diemut, dijilat.. Terus.. sampe keluar maniku..”
“Sayang banget kalo kamu muncrat sekarang. Masukin dulu ke lubangku, baru kamu boleh muncrat..”

“Tapi Mbak di atas ya..!?” Mbak In tidak menjawab, tapi langsung ganti posisi.
Dia menindihku dan dalam sekejap vaginanya tertembus oleh penisku. Dia terus bergerak.

Keringatnya membanjir. Lipstiknya habis. Rambutnya acak-acakan.
Tapi entah mengapa dia jadi kelihatan cantik sekaligus jalang.

“Gus kamu tahan nafsumu, jangan ikutan aktif, biar nggak nggak cepat muncrat..”
Lalu dia memacu diri. Saat itulah Susi keluar dari kamar mandi, cuma dililit handuk.

“Ayo Susi sayang, bantu aku..” Susi ketawa..
“Udah.. tuntasin aja secepatnya Mbak..”

“Ayo Sus..” ajak Mbak In lagi.
“Tapi tambah Rp 75.000 ya..?”

“Terlalu lu Sus. Komersil banget sih..?”
“Gue kan nyari nafkah Mbak..”

Sambil menjawab, Susi sudah duduk di samping kami. Tangannya meraba biji pelirku.
“Gini deh, mulut gue udah capek nih. Gimana kalo pake jari, tapi gratis..?”
Mbak In yang terengah-engah itu tidak menjawab.

Yang terasa sekarang adalah penisku seperti punya teman di lubang.
Jari tengah Susi ikut menembus vagina Mbak In. Mbak In blingsatan. Mulai ngomong jorok.

“Bagus, Sus, bagus.. Gila.. itil gue lu jepit pake jari ya..? Uhh..!!” Mbak In kian berkeringat.
Aku tidak melihat apa yang sedang terjadi.. karena posisiku tidak memungkinkan untuk tau.

Bayangkan.. Mbak In di atas, dan terus menciumiku. Aku tau.. birahinya mulai menanjak kencang.
Yang pasti kurasakan jemari Susi bermain-main di kemaluan kami.

“Gila..! Gila..! Gila Gus..! Dua jari njepit itilku, lalu jempolnya masuk dubur.. Terlalu Gus..!
Nikmat Gus..! Gila Gus. Jempolnya udah digantiin jari lain.. gilaa, Uhh aku sampai puncak..!”

Mbak In bergerak liar, akibatnya penisku terlepas. Tapi dia tidak mempedulikan penisku lagi.
Soalnya jemari Susi terus memburu, menggarap clitoris dan anus.

Akhirnya Mbak In terkulai setelah menjerit.. “Akuuuuuuu.. ohhhhhhh..!”
Aku sendiri segera mengocok penisku. Tidak sampai semenit penisku sudah mendidih dan siap muncrat.

Dengan segera aku bangkit.. memiringkan badan..
Kemudian mengarahkan penisku ke wajah Mbak In yang tergolek kelelahan dengan nafas terengah-engah.

Cratttt.. tes.. tes..!! Air maniku menyiram wajah Mbak In yang siang ini tampak cantik sekali.
Kena pipinya.. hidungnya.. bibirnya.. bahkan matanya.

Itulah salahsatu petualangan seks-ku dengan Mbak Indriani. Ahhh.. asiknyaaaaa..!! F(. )I( .)N
-----------------------------------------------------ooOoo-----------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
sip updatenya bang
 
-----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------

Cerita 127 – Birahi di Lapangan Tenis

Shinta

Kisah ini berawal
dari aktivitas di sebuah lapangan tenis kawasan elite di Jakarta.
Kenalkan.. namaku Basra. Nah.. di lapangan tenis itulah juga aku berkenalan dengan Shinta.
Perempuan cantik bertubuh sintal.. meski sebetulnya usianya sudah tidak muda lagi.

Hal itu terjadi dikarenakan kebetulan jadwal ‘bermain’ kami yang bersamaan.
Sebenarnya kami.. –aku dan suaminya..– kerja di perusahaan yang sama.
Namun divisi dan wilayah berbeda.

Sebenarnya kami berdua juga sudah menginjak usia di atas empatpuluhan.
Namun.. karena olahraga yang sangat teratur..
Disertai juga disiplin dengan pola makan dan istirahat yang baik dan sehat..
Maka bentuk tubuh dan penampilan kami juga masih sangat baik dan terjaga.

Terlebih Shinta.. yang masih bak gadis belasan tahun. Ia masih lincah.. seksi.. langsing dan mulus.
Apalagi ia selalu mengenakan kaus yang ketat dan rok tenis mini..
Sehingga menampilkan pahanya yang putih mulus dan langsing..

Terutama lagi bentuk betisnya yang mengecil dan pipih bagian bawah di atas tumitnya.. kaki gelatik.
Kata para orang tua dahulu.. yang konon katanya enaaaak sekali dientot.. alias disetubuhi.

Katanya sih seret dan peret.. or tidak becek..!!
Aaah.. apa iya yaaa..!? Saya jadi penasaran mencoba. Hehe..

Kami berdua juga sebenarnya sudah berkeluarga.
Suami Shinta, Peter juga ikut bermain tenis.. namun tidak rutin.

Setiapkali main tennis.. mataku tak luput selalu berusaha melirik kepada Shinta yang sedang meliuk..
Melompat.. dan atau berteriak manja sambil memukul bola.

Seringkali pada saat melompat.. entah tanpa sadar atau disengaja.. rok mininya berkibar ke atas..
Sehingga terlihat jelas celana dalam mini putih berenda.. Aaaachh indahnya..!!

Suatu saat kami main berpasangan.. dan memang Shinta senang berpasangan denganku.
Karena aku dapat mengkaver kelemahannya bila menerima bola lop ke belakang.

Tinggi badanku memang lebih dari 180 cm dan berkulit hitam legam.
Sangat kontras dengan Shinta yang mungil dan berkulit putih bersih. Hehehe..

Saat-saat yang selalu menggoda.. adalah bila Shinta mengambil posisi di depanku..
dengan posisi sambil sedikit menungging dan meggoyang-goyang pantatnya.

Aaiicchhh.. gimana yaaa rasanyaa bila bukit mungil di antara paha nan ramping putih mulus itu..
diterobosss oleh rudalku yang panjaaanngg nan hitam legam ini..?
Suuuurrrr..!!!

Apalagi bila berdekatan.. ehmm.. bau parfumnya begitu merangsang.
Dan sewaktu kami menerima bola lop.. tanpa sadar Shinta mundur dengan gesit..

Sementara itu saat bersamaan aku berlari maju mengejar bola.. daaannn .. Bhhuuukkk..!!
Kami bertumbukan. Pantat Shinta menghantam tepat di depan selangkanganku..

“Aauuuu ooohhh.. adhuuhh..!!” Aku terjongkok menahan sakit.. ngilu dan eneg.
–Yang laki pasti tau rasanya bijimana, ya nggak..? Hehehe..–

“Oohh.. sorry.. pak Bas..!! Apanya tadi yang kena..?” Shinta bertanya dengan nada khawatir.
“Aauuhhh.. iki.. lho bu Shinta. Jimatku..!!” Jawabku sambil masih mengerang.

“Jimat..? Apa itu pak..?” Tanya Shinta nggak ngerti.
“Lhahh.. iku.. barang siji sing tak rumat..!” Ujarku sambil mengelus-elus selangkanganku.

“Aacchh.. pak Basra bercanda. Tapi gak apa-apa khan..?” Tanya Shinta lagi ingin memastikan.
‘Ya.. tapi kalo nanti malam tidak bisa sama isteri.. ibu Shinta harus tanggungjawab menyembuhkan lhoo..!!”
Selorohku mulai memancing di air bening.

“Aacchhh.. bapak..!!” Katanya sambil pipinya merona merah tersipu..!!
-----oOo-----

Suatu saat.. pucuk di cinta ulam tiba..! Pada saat aku lagi pusing di kantor.. mendadak ponselku berbunyi.
Dan.. “Hallow.. siang Pak Bas. Shinta ini..!”

“Eee.. ooooh.. halo ibu Shinta. Ehmm.. rasanya saya semalam tidak mimpi digigit ular..
Kok hari ini dapat rejeki ditelpon wanita cantik yaa..?” Kataku sambil tergagap saking kagetnya.

“Aaach.. suka bercanda..!” Balas Shinta di seberang sana.
“Iyaa kok bu.. serius nih.. dari semua teman wanita saya yang sebaya.. ibulah yang nomor satu cantiknya, kok..!”

“Ghombal ach..!” Katanya.
“Iyaa kok.. sumpah.. disambar Janda dech..!”
“Haaa.. haaa.. haaaa..” Shinta terbahak mendengar candaan ‘mesumku’.

Dari ketawanya aku yakin dia sangat senang dengan canda yang kulontarkan.
Serangan tahap satu telah aku jalankan. Dan kelihatannya cukup berhasil.. hehehe..!

Kemudian bagai petir menyambar di siang bolong.. sekonyong-konyong Shinta berkata..
“Pak Bas.. kalau tak keberatan, nich.. sore nanti aku mau numpang ke lapangan tennis.
Karena Peter tidak bisa main, boleh gak..?”

“Ee.. chhh.. boleh aja. Tapi pulang kerja nanti aku jemput ibu Shinta.. kemudian ke rumah saya dulu.
Saya ganti pakaian tennis.. baru ke lapangan tennis.. karena rumah saya kan lebih dekat ke lapangan.
Jadi tidak berputar-putar, gimana..?”

“Iiiyaaa.. dechhh..! Tapi.. kenapa kok gak ganti di rumah saya saja..?“ Katanya.
“Enggak.. ach.. lha wong suaminya gak di rumah.
Nanti kalau aku ganti pakaian terus ibu terangsang.. dan aku diperkosa, gimana..?” Godaku.

“Lah.. bukannya Pak Bas senang..!?” Jawabnya.. yang membuat jantungku berdegup lebih keras.
’Kalau yang itu namanya bukan diperkosa.. tapi.. selingkuh..! Suka sama suka. Udah ahh.. makin ngelantur aja.
Nanti ya Pak Bas saya tunggu jam enam lho..!” Katanya dengan nada mulai agak manja.

Wach.. Serangan tahap dua sudah berhasil..!
------oOo-----

Jam enam sore aku sudah berada di depan rumah Shinta. Ternyata Shinta sudah siap.
Dengan kaos dan rok mini serba biru dia masuk ke mobilku.

Daaan .. aaacchhh.. harumnya meck..! Syuurr.. berdebarlah jantung ini.
Dan terlebih lagi.. berontak dan menggeliat si buyung yang tak tau aturan ini..!

“Selamat soree Pak Baas..!”
“Sore.. Buu..”

“Pak Bas.. ibu gak marah nih saya ikut ke rumah..?”
“Ooo.. gak. Saya lagi sendiri.. kebetulan isteri dan anak-anak lagi pulang kampung..”

“Wacch.. kalo gitu saya dong yang bahaya. bisa-bisa diperkosa nich..!”
“Bukannya gak apa-apa kalau sama-sama senang..?” Gurauku.

“Hii hii hii.. hhiiiikkk..!“ Jawabnya ketawa sambil tersipu. Kulihat pipinya memerah tanda senang.
Horrrayyy..!!! Bakalan kesampaian nih ngebukti-in seerrretttnya si kaki gelatik..! Pikiranku mulai ngeresss.

Sampai di rumah.. aku buka pintu sambil kucoba pegang pundaknya..
Kubimbing Shinta masuk ke ruang tamu. Eecchhh .. surprise..! Shinta tidak protes..!

Boleh nich.. coba pegang bagian yang lain..! Pikirku ngelantur. Tapi aku coba untuk sabar.
“Silakan ya Shin.. anggap rumah sendiri. Aku mandi dulu yaa..!?” Ujarku mempersilakan Shinta.

Pada saat mandi aku sabun bersih semua bagian tubuhku. Terutama si ‘Jimat’ yang sudah berdenyut-denyut.
Selesai mandi.. kulihat Shinta duduk santai di sofa sambil membaca Koran.

Aku terkesima ketika melihat paha dan betis yang makin membuat si buyung berontak.
“Hai..!” Sapaku.
“Heeii.. segar nih..!” Kata Shinta.

Aku lantas beranikan duduk di sampingnya sambil tanganku merangkul pudaknya.. eehh dia diam..!
Serangan tahap tiga dimulai. Kubelai dan kucium rambutnya. Ehmm harum..! Dia diam juga..!

Tak lama kemudian aku putar dengan halus.. sehingga muka kami saling berhadapan.
Dia memandang dengan sayu dan terbersit.. pasrah..!!

Sambil tetap memandang matanya kudekatkan wajahku perlahan.. dan..Cuph..!
Kukecup bibirnya yang lembut halus dan tipis.. daaannn.. Sssssllluuuurrrrrppppp.. ssllluuuurrrppp..!!

Shinta tenyata membalas kecupan ringanku dengan lumatan.. yang membuat aku hampir kehabisan nafas.
Wachh.. buas juga nih si nyonya..! Pikirku merasakan gairahnya.

Aku tak mau kalah.. slrupp..!! Lidahku dengan lincah menyelomoti lehernya yang putih mulus.
Maka Shinta tak ayal lagi mengerang dan mengelinjang bagai kerupuk sedang digoreng..

“Emmmgghhhh.. emmmggghhhh.. hhuu..uuuhhhhhh.. aaaaccchhhhhhh..!” Desahnya mulai terdengar.
Hoooaaahhhh.. haruuuumm betul bau badan dan parfum ini nyonya.. meck..!!

Sambil lidahku bergerak naik turun di leher..
tanganku mulai beraksi menjamah dan meremas buah dada yang masih terbungkus rapi.

Aku buka kaos yang dikenakannya.. dan tanpa menunggu lama.. ctikk..!
Dengan sekali congkel aku buka kait beha berwarna biru muda.

Maka kini tampaklah sepasang bukit yang agak kecil.. putih mulus.. dengan puting merah jambu kecoklatan.
Achh.. pasti nikmat nih untuk diemut..!!

Clrupp.. slrupp..!! Segera aku kulum putingnya dan kuremas buah dadanya.
Shinta menggelinjang tak karuan.. “Aachhh.. aauucchhh.. uuuhhhh..!!”

Aaghhhhh.. Ssshhhhh.. Oughhhhh..” pemiliknya yang tidak mampu melawan cuma bisa menggelinjang..
sambil merintih-rintih saat saraf-saraf erotisnya yang sensitif terus kurangsang.
“Auw, ampun, pak.. geli..! Argghhhh..” desahnya penuh nikmat.

Gerilya berlanjut ke bagian bawah.. srettt..!!
Dengan mudah kubuka ritsleting rok tennis mini warna biru tua yang dia kenakan..
Kemudian melorot ke bawah dengan sendirinya.

Serentak aku usap celana dalam warna krem mini berenda berbentuk dua segitiga yang dihubungkan tali tipis,
Shinta mulai mengeluarkan suara mendesis seperti ular.. “Esstttt.. aachh.. eessstttt.. uuhh hhh..”

Aku cengkeram celana dalamnya dan.. srett..!! Sekali sentak putus talinya..
“Hhhhaaaaacccchhhhh.. kok.. dipu ..!? Ooucchh.. aacchhh.. essstttt.. ess ssssttttt..”
Perkataannya tertahan.. langsung berganti lenguhan dan desisan.

Dengan jari-jari kasarku.. terus kuraba permukaannya yang makin lama terasa semakin basah.
Sasaranku adalah kelentitnya.
Saat sudah kutemukan bulatan mungil kaku itu.. langsung aku menjepit dan menyerangnya bertubi-tubi.

Dan pada saat jari-jari tanganku menusuk kemudian berputar di dalam liang kenikmatannya.. “Auuoogghhhsss..!!”
Shinta memekik panjang saat menerimanya. Terus kustimulan klitnya.

Sesekali kukocokkan jemari di lepitan liang nikmatnya.. dan mengocok cepat di sana.
Clekk-clekk-clekk-clekk..!! “Essssshhhh.. aahhh..!!” Shinta mendesis-desah dan berkelojotan.

Shinta menggelinjang keenakan.. tubuhnya melenting lalu terbanting keras ke sofa.. lepas dari pelukanku.
Menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan..
Dia merintih-rintih merasakan ujung-ujung jariku yang terus bermain di liang kemaluannya.

Cairan birahinya yang keluar semakin banyak kuusapkan-usapkan ke permukaaanya..
Kuratakan sebagai pelumas untuk memudahkan kocokan jari-jariku.

Sementara bibir dan tanganku yang nganggur.. kugunakan untuk kembali menyerang puting susunya..
dengan mengisap dan melumatnya rakus. ”Ooghhhhh.. ampun, pak.. geli banget..!” Rintihnya resah.

“Ughhh.. aaahh.. aku nggak tahan.. ampun.. aahhhhh.. hentikan..!” Dia menghiba.. tapi tidak kupedulikan.
Terus kuserang dan kugumuli tubuh sintalnya.
Aku sudah terlanjur bergairah.. nanggung kalau harus berhenti sekarang.

Slrupp.. slrupp.. clrupp..!! Kujilat dan kusedoti kulit mulus yang bersih tanpa bulu itu.
Dia nampak sekali menikmatinya.. terlihat dari rintihannya yang semakin keras dan bertubi-tubi.

Sementara jari-jariku terus menusuki lubang vaginanya.
Menggelitik dinding-dindingnya yang penuh saraf birahi dengan tanpa henti.

Membuat wanita berkulit putih itu serasa kelenger penuh kenikmatan.
Dan tak terbendung lagi.. cairan birahinya mengalir semakin deras.

Di bawah.. kocokan jariku makin intens.. yang semula satu jari kini disusul lagi jari lainnya.
Dua jari kini masuk.. dan mengocok semakin cepat.
Kenikmatan yang kuberikan pada Shinta semakin bertambah.

Dengan pengalamanku.. aku tau persis di mana titik-titik kelemahan seorang wanita.
Jari-jariku kuarahkan ke G-spotnya.

Tak ayal lagi.. dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vaginanya..
aku bisa menggiring wanita cantik itu sampai titik di mana dia tidak mampu lagi membendung orgasmenya.

Saat rasa itu datang.. perempuan cantik bertubuh sintal itu merangsek balik kepadaku.
Dengan terkejang-kejang.. dia menjatuhkan tubuhnya yang sintal ke atas tubuhku.

Segera kuraih kepalanya dan kuremasi rambutnya yang harum.
Dengan sayang kupeluk tubuhnya yang montok itu erat-erat.. sambil mengelus-elus pipinya yang merona.

Clebb..!! Dan kuhujamkan dengan lebut jariku dalam-dalam ke lubang vaginanya.
Seperti ingin menyumbat celah sempit itu agar cairannya tidak sampai tumpah keluar membasahi sofa.

”Aarrgghhhhhhh..!!” Menjerit keenakan.. Shinta menarik apa saja yang bisa ia raih.
Sementara kakinya menghentak-hentak.. menahan kedutan vaginanya saat memuntahkan sperma.
Ya. ’Sperma’ seorang perempuan yang berupa cairan bening yang memancar keluar dari dalam kemaluannya.

Pahanya yang putih mulus menjepit tanganku..
Sementara pantatnya yang bulat terangkat-angkat menjemput kocokan tanganku yang mulai memelan.

Beberapa detik kemudian terasa badannya kaku serta kaki dan pahanya mengejang bak ular disiram air panas.
Dia tampak sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat. Yup. Shinta game-over pertama.

Kuusap keringat yang mengucur deras di mata.. pipi dan bibirnya.. lalu kukecup dia sekali panjang dan mesra.
”Ahh.. bapak.. hebat banget..!! Kok bisa ya ngantar saya cuma dengan tangan..? Saya puas sekali..” bisiknya lirih.

Kukecup bibirnya yang mungil sebagai jawaban.
Dia menyambut ciumanku dan sekali lagi kami berpagutan mesra.

”Saya ambilkan minum dulu ya..” kataku sambil beranjak dari sofa.
Dia sempat mengelus sebentar selangkanganku di mana penisku masih ngaceng berat..
sebelum kemudian menepikan tubuhnya.. memberi jalan bagiku.

Dengan tubuh setengah telanjang.. aku melangkah menuju kulkas di sudut ruang.
”Air putih atau soft drink..?” Tawarku.

”Air putih aja..” dia menjawab dengan nafas masih sedikit ngos-ngosan.
Payudaranya yang putih terlihat semakin mengkilap karena keringat yang menempel di permukaannya.

Kuberikan air putih dingin di tanganku kepadanya.
Dia meminumnya sedikit sebelum menyerahkannya kembali kepadaku.
Kuhabiskan sisanya dan kutaruh gelas yang sudah kosong di meja dekat sofa.

Shinta diam saja saat aku mulai menciumi dan mengusel-uselkan hidung ke tubuhnya.
Kuciumi perut.. pinggul dan payudaranya.
Dia tidak merespon.. hanya nafas panjangnya saja yang terdengar.

Mungkin dia masih kelelahan akibat orgasmenya barusan..
Dan sekarang masih berusaha untuk mengumpulkan tenaganya kembali. Tidak apa.. aku bisa mengerti.

Aku terus menciumi payudaranya yang bulat sempurna itu..
Kuisap dan kujilati keringat yang mengalir di permukaannya sampai benda itu menjadi bersih.
Sementara putingnya yang merah mencuat.. kugelitik dan kucucup berkali-kali dengan lidahku.

Shinta mulai sedikit mendesah.. tapi masih terlihat pasrah.
Bahkan saat tanganku mulai merabai paha dan selangkangannya.. dia tetap tidak melawan.

”Capek ya, Shin..? Gimana kalau kita berhenti dulu..?” Tanyaku.
Nggak enak juga menggumuli perempuan yang diam seperti ini. Kayak main sama gedebong pisang aja.

”Eh, nggak. Nggak, pak. Terusin aja. Saya sudah lewat kok capeknya. Ini juga sudah mulai terangsang..”
Shinta tersenyum kepadaku.
”Beneran..?” Kuelus rambutnya yang masih menyebarkan harum dan keringat.

”Saya cuma mikir.. tadi kok bisa nikmat banget ya..? Apa sensasi selingkuh memang seperti ini..?
Bapak belum ngapa-apain.. cuma pake tangan. Tapi saya sudah kelabakan seperti ini..”

Setelah beberapa saat recovery dari orgasmusnya.. kini Shinta mulai bergerak.
Dia mengulurkan tangannya kemudian diraihnya ritsleting celanaku.

Dan sebentar dia memandang mataku seakan minta izin. Aku hanya menganggukkan kepala.
Lalu srett.. dipelorotnya celana dalam warna hitamku.

Tampak sejenak Shinta tertegun melihat rudalku yang sebenarnya sudah mulai sedikit turun ketegangannya.
Namun masih cukuplah terlihat panjang hitam dan keras.. dengan topi baja hitam legam mengkilat.

Saat menggenggam barangku Shinta tanpa sadar menjerit kecil.. “Hhhuuaahhhh.. apa.. ini..!?”
“Kenapa Shinta..?”
“Bueessaaarrr amaaat pak Bas..!!”

“Emang punya suami, gimana..?”
“Kueciill mungil pak..!”
Emang sih suaminya berbadan kecil.. dengan tinggi tidak lebih dari 160 Cm.

“Eecchhh Shinta.. tapi punyaku lebih indah kan..?”
“Gak acchh..!! Jelek.. sereeem dan gosong lagi. Kayak tongkat Hansip..!!”

“Lho.. biar gosong tapi enaak kok..! Bisa bawa kamu terbang sampai langit ke tujuh merem-melek..!”
Godaku makin terdengar mesum.
“Achh.. pak Basra bohooong..!!“ Kata Shinta genit.

”Yang ini, pasti bakal lebih hebat dong..!” Gumamnya sambil meremas-remasnya pelan.
”Pastinya..” aku tertawa menggoda.

Dia ikut tertawa. ”Jadi tak sabar saya, pak. Gimana rasanya ya kalo ehm ..” ujar Shinta menggantung.
Aku penasaran.. ”Kalo apa Shin..?
Saya malah udah nggak sabar mbak pengen ngerasain tubuh yang montok ini..” sambil kujawil puting susunya.

”Ahh.. montok apanya, pak. Udah tua gini juga..” katanya terdengar senang kupuji. Lalu.. sloghh..!!
Sekonyong-konyong dan tanpa diduga.. Shinta langsung menslomot si ‘tongkat hansip..!!

Aaccchhh.. nikmaaat sekali meck..!! Erghh..!! Mulut Shinta lembut sekali..!
Gimana mulut yang di bawah ya..? Hehehe.. rasanya.. mak.. syuuurr.. dhek..!! Hati ini ngebayangi..!

Setelah capek mengemut.. karena rudalku tak bergeming..
Maka Shinta merebahkan diri telentang.. sambil terengah.
Wuuiiiihhh..!! Tampak tubuh putih mungil tergeletak bugil pasrah tak berdaya. Aku berdecak kagum.

Serangan terakhir dimulai..!!
Perlahan kutindih tubuh Shinta yang putih mulus mungil dengan tubuhku yang hitam tinggi besar.
Kontras sekali bak kue lapis. Hehehe..

Aku lahap habis seluruh permukaan tubuh Shinta.. sampai dia kembali berkelojotan kejang.. tanda..
game over kedua.

Kembali serangan aku mulai dengan mendekatkan rudalku ke celah berwarna merah carmyn.
Slickk.. sleck.. sleckk.. slepp.. slepp.. slepp.. aku putar-putar kepala bajaku beberapakali..

Ini kumaksudkan selain merangsangnya.. juga biar ujung pentunganku yang telah basah bisa bertambah basah..
dengan campuran cairan lendir liangnya agar lebih mudah masuk ke celah daging nikmatnya.

Nampaknya juga sudah makin terangsang hebat..
hingga Shinta tanpa sadar membuka pahanya yang putih lebar-lebar pasrah.
Setelah melenguh.. mendesis.. mengeliat beberapa menit.. akhirnya kembali Shinta kejang.. tanda.. game over ketiga.

Nah.. akhirnya.. tibalah saatnya aku buat manuver coblosan. Aku sungguh sangat menunggu detik-detik ini.
Detik-detik di mana kontolku untuk pertamakalinya merambah dan menembusi memeknya.

”Makasih ya, pak. Udah tigakali saya nyampe. Ahhh.. enak banget, pak Bas..” ujar Shinta lemas.
Sahutnya dengan tubuh kembali bergetar.. saat aku mulai mendorong batang penisku.

Slebbb..!! ”Ughhh..” aku melenguh.. tubuhku seakan terlempar ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar.
Erghh..!! Nikmat sekali ‘rasa’ perempuan ini. Campuran antara panas.. lengket.. sempit, dan ‘menggigit’.

”Auw..!” Shinta menjerit kecil..
saat kepala tumpul yang hitam bulat gede milikku menyentuh dan menguak bibir vaginanya.
Rasa kejut saraf-saraf di bibir kemaluannya langsung bereaksi.

Saraf-saraf itu menegang dan membuat lubangnya menjadi seolah menyempit.
Seakan tidak mengizinkan kontolku untuk menembusnya lebih jauh. Itu membuatku jadi penasaran.

”Santai aja, Shin. Jangan tegang..” bisikku di tengah deru hawa nafsuku yang menyala-nyala.
”Ahhh.. h-habisnya, kontol bapak gede banget sih. Jauh sama punya suami saya. Saya jadi takut nih..”
Sahutnya terus terang sambil mendesah.

Aku tersenyum. “Kok takut..? Harusnya malah seneng dong..?”
Godaku.. sambil terus mengeluar masukkan kepala pentungan Hansipku di belahan liang nikmatnya.
Terus kugesek-gesekkan penisku. Kalau dia memang belum siap, aku tidak akan memaksa.

“Istri pak Bas pasti puas banget ya..? Aiihh..!!” Dia bertanya dan menjerit kecil saat kugigit kembali puting susunya.
“Itulah kenapa dia tidak menolak kukasih anak 4 orang..” aku menjawab bangga, dan tertawa.

“Nghhh.. ahhh.. entotin saya pak. Ngecrotin di dalam aja yaa.. nggak apa-apa..” desah Shinta meminta.
“Beneran, Shin..?” Bisa kurasakan, setelah berkata begitu, dia menjadi lebih rileks.

Kepala penisku yang tadi tertahan.. slebb.. tiba-tiba bisa meluncur masuk meski masih agak sulit.
”Iya, pak..” dan dengan kata-kata itu, ia pun menyerahkan sepenuhnya tubuhnya kepadaku.

Bibir vaginanya menyerah dan merekah, menyilakan kontolku untuk menembusnya.
Bahkan kini vaginanyalah yang aktif menyedot agar seluruh batang kontolku bisa dilahapnya.

Tanpa perlu usaha yang berarti, ’helm tentara’ itu pun berhasil masuk menguak ’gerbangnya’.
”Uugghhhh..”
Aku merasakan geli yang amat sangat saat batangku yang kaku dan keras memasuki lubang kemaluannya.

Terasa sesak, penuh, hingga tak ada ruang dan celah yang tersisa.. ahhhh. Terasa begitu nikmat.
Slebbb.. blesss..!! Aku terus mendesaknya masuk hingga mentok di mulut rahimnya.

Slebbb.. Clebb..! Kutekan hingga kepala rudalku amblass.. terjepit di belahan daging selangkangannya.
“Uaaadhhuuhhhh..!! Emmghhhhh.. sakiiiiit.. pak..!!” Pekiknya dengan tubuh tergetar.

Ughh..!! Aku tahan sebentar.. tak lama Shinta yang mulai menggoyang pinggul.. tanda mulai nyaman.
“Emmmgghhhh.. Huuuaaaduuuhhhhhh.. Esssttttttt.. arrrrghhhh.. terruuusss.. teruusssss pak.!!”

Shinta seperti memberi aba-aba. Sepertinya nikmat dan sakit bersatu yang dia rasakan.
Nah.. setelah terlihat dia mulai menikmati.. barulah aku buat manuver coblosan kedua.

Hingga .. Jlebb.. blessekk..!! Tongkatku amblas separuh di lepitan daging belahnya..!
“Uaaahchhhhh.. emmghhhhh.. sakiiiit.. pak.. teruuss.. pak..!!” Shinta merengek dan mendesah.

Daan .. akhirnya.. serangan tanpa basa-basi aku buat coblosan total sambil berteriak..
“Hhhiiiiahhhhhhuuuiiii..!!!”
Jleghh..!! Blesseph..!! Amblas sepenuhnya semua batang rudalku dalam liang hangatnya.

Sontak Shinta menjerit.. “Aaaarrrrggghhhhhh..!!! Emmmmghhhhhh..” kemudian merintih-rintih nikmat.
Clebb.. crebb.. clebb.. crebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. Aku buat goyangan yang halus.
Hanya naik-turun.. maju mundur tanpa berputar.. supaya Shinta tidak sakit..

”Ughhh, pak. Terus terang, seumur-umur belum pernah rahim saya ngerasain disentuh kontol seperti sekarang.
Kontol suami saya paling-paling menembus sampai tengahnya saja.. masih banyak sisa ruang yang longgar..”
rintihnya mesum.

Tanpa diberitau pun aku sudah tau.
Vagina Shinta memang sangat sempit.. kayak baru diperawani saja layaknya.
Ahhhh..!! Benar-benar beruntung aku bisa mendapatkannya.

”Saat dia tarik maupun dorong pun.. saya tidak merasakan sesak atau penuh..
seperti sesak dan penuhnya kontol bapak mengisi rongga memek saya saat ini..”
katanya saat aku mulai melakukan pompaan.

“Nikmati aja, Shin. Akan saya puasin kamu..!” Kataku sambil terus menggenjoti memeknya.
Dengan pelan dan berirama.. aku terus menarik pelan pinggulku kemudian mendorongnya lagi.

Begitu berulang-ulang dengan frekuensi yang makin sering dan semakin cepat.
”Ahhhh.. iya, pak. Enak banget..! Terus..” dan Shinta mengimbanginya dengan pintar.

Secara refleks.. pantatnya bergerak ke atas ke bawah.. mengejar dorongan dan tusukanku.
Sesekali dia juga bergerak memutar.. sedikit ngebor apabila aku bergoyang pelan.

Tak lupa juga ia menggoyangkan kegelnya untuk makin memanjakanku.
”Ughhh.. enak banget, Shin.. hhhhhh..” aku mendengus.

Untuk membalasnya, secara beruntun kukocok vaginanya dengan sangat cepat dan dalam.
Seketika Ia langsung berteriak keenakan. ”Aahhhh.. pak.. aarghhhh..!!”

Payudaranya bergoncang-goncang.. rambutnya terburai.. keringatku dan keringatnya mengalir.
Goyangan itu juga membuat sofa kokoh yang kami pakai sampai kakinya bergerit-gerit seperti bergeser.

Segera kuremas-remas payudaranya sebagai pelampiasan rasa nikmat yang semakin dominan.
Kami sudah hilang kontrol. Aku terus bergerak cepat.. sementara Shinta sudah tidak mengeluh sakit lagi.

Seluruh gerak.. suara.. nafas.. bunyi.. desah dan rintih hanyalah nikmat saja isinya.
Posisi nikmat ini berlangsung kurang dari lima menit.

Kulihat tubuh montok wanita cantik itu sudah berkilatan oleh keringatnya..
Wuihhh.. makin menambah keseksiannya.

Dengan gemas terus kupermainkan puting susunya yang mencuat mungil.
Kugigit, kujilat dan kupilin-pilin penuh nafsu. Sodokan kontolku makin lama juga makin kencang.

Terlihat dia kini merem-melek.. menggeliat ke kiri kanan tak beraturan.. hingga..
“Haaaachhhhhhhhhh.. aaaauuuuuooohhhhhhh....!! Nnoooo.. nooo.. yessssss..!!!” Erangnya rame.

”Ohhhh.. bapak memang hebat. Hanya dari pak Bas saya bisa enak kayak ini. Ehmm.. makasih, pak..!”
Ucapnya disertai semprotan keras dari dalam vaginanya.

Nah.. pada akhirnya.. setelah hampir sepuluh menitan bercinta..
Bisa kuhantarkan Shinta ke orgasmenya yang keempat dan atau kelima.. entahlah.

Aku yang merasa orgasmeku akan segera datang..
Segera membuka dan membentang paha Shinta kemudian kuangkat betisnya di kedua bahuku.

Lalu mulai mengocok penisku keluar masuk liang vaginanya dengan kecepatan tinggi. Mengejar puncakku.
Crebb-crebb-clebb-clebb-crebb-clebb..!! Gerakan tubuhku semakin menghentak-hentak keras tak terkendali.

Ternyata.. akibat aksiku itu gairah Shinta bangkit kembali.. dan segera ia mengimbangi gerakanku.
Sehingga rasa nikmat semakin cepat menjalar di sekujur tubuhku. Genjotanku makin liar dan cepat.

Dan.. ohhhh.. disambut dengan hentakan yang tak kalah kerasnya dari tubuh Shinta.
Hingga akhirnya aku merasa ada gelombang yang sangat besar mengalir dari pangkal penisku.

Beberapakali tubuhku berkejat lalu melenting kaku. Jleghh..!! Kuhenyakkan kontolku.
“Ergghkkkhhh..!!“ Aku mengerang.. menggeram melepas nikmat birahiku. Crottt.. Crottt.. Crottt..!!!
Sperma kentalku terpancar dengan keras menyemprot deras di dalam vagina Shinta.

“Nngggaaahhhhh..!!” Dan seperti terpicu oleh semprotan spermaku di dalam liang nikmatnya..
tubuh ShintaI pun kembali melenting sambil menjerit melepas nikmat yang terjadi pada tubuh indahnya.

Nyutt.. nyutt.. nyutt.. nyutt.. nyutt..!! Terasa dinding vaginanya kembali seperti melumat.. meremas..
Dan memijit-mijit serta mengisap-isap batang penisku dengan kerasnya. Urghhh..!!

Aku merasa seolah-olah vaginanya menyedot habis seluruh cadangan sperma yang ada di penisku.
Hingga akhirnya aku ambruk menindih tubuh Shinta yang kini basah oleh keringat. Ya. Keringat kami.

Akhirnya kami berdua kelojotan kayak kambing disembelih. “Aaccchhhhhh..!!”
“Errrrgghhh..!!” Kaki gelatik memang sereeettttt dan nikmat untuk dientotin..!!

Shinta mendapatkan dukali lagi game selama serangan akhir..
Sehingga skor kami 7 : 1. Game over untuk tennis ranjang..! Horrrayyyy..!! Bravo.. untuk si Basra..!!

Beberapa saat berselang.. terlihat agak panik Shinta berseru rada panik.. “CD-ku gimana pak..!?”
“Beres.. bu.. pakai punya isteriku..” ujarku ngasih solusi.

“Wah Shinta lemas paak..!” Katanya manja.
“Emang kalau sama suami berapa skornya..?” Tanyaku menggoda.
“Aacchhhh.. Peltu.. pak..!”

“Lho.. Peltu apaan..?” Tanyaku belum ngeh.
“Itu lho pak.. Baru nemPel sudah meTu..!!” Selorohnya.
“Haaaaaaa..!!” Aku ketawa ngakak mendengar umpatannya.

Lalu kami berangkat ke lapangan tennis. Sesampai di lapangan semua teman heran.
Karena hari itu Shinta mainnya terlihat lemas dan tanpa tenaga. Alias Sangat.. Loyooo..!! Hahahaha..!! (. ) ( .)
-----------------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------

Cerita 128 – Dua Dunia..

--------------------------------------------
Eps. 1.1: Tragedi Kamar Mayat
--------------------------------------------

Malam semakin beranjak kian larut..
namun tempat itu justru semakin ramai oleh pengunjung.
Lagu house mix dangdut terdengar saling bersahutan dari tiap-tiap warung.
Beberapa terdengar agak memekakkan telinga.. karena keluar dari speaker yang sudah tua.

Tampilan depan tempat ini sangat umum layaknya tempat makan minum di luar kota..
tempat singgahnya para supir truk atau bus.

Lampu yang kerlap-kerlip dan para perempuan berpakaian seronok dan berdandan menor..
Terlihat duduk dan hilir mudik di depan warung minum masing-masing.. menggoda para supir yang sedang beristirahat.

Warung remang-remang seperti ini selain menjual makan dan minum juga menjual kehangatan perempuan..
Dan tentu saja layaknya lokalisasi kelas kambing.. para perempuan yang ada di sini..
meski pun tubuhnya montok dan menggiurkan.. namun wajahnya masih terlihat kampungan.
Tertutup dandanan menor make up tebal.

Para pelanggan tempat ini yang kebanyakan supir dan pekerja kasar lain.. tak mempermasalahkan soal wajah.
Bagi orang orang seperti mereka yang penting body montok dan goyangan yahud di ranjang itu saja sudah cukup.

Memang ada juga satu dua perempuan yang tampangnya sedikit lumayan alias gak terlalu kampungan..
tapi biasanya mereka sudah menjadi bookingan seseorang, yang juga biasanya ditakuti di tempat itu.

Salah seorang pelanggan setia tempat ini adalah Bento.. pekerja kasar yang juga merangkap sebagai preman kambuhan.
Keseharian pria bertampang seram ini memang serabutan.. apa pun pekerjaan yang ada ia jalani.

Supir truk.. supir tembak Angkot.. kuli bangunan dan kalo kepepet kembali jadi penodong dan perampok.
Jadi tak heran kalo Bento sudah sering keluar masuk penjara.

“Hei..!! Iih.. akang teh ka mana wae atuh, meni tara katingali..?” –Akang ke mana aja, lama gak keliatan..?–
Seorang wanita muda dengan buah dada besar menyambut Bento.
Wajahnya lumayan cantik dibandingkan perempuan lain yang ada di sini.. meski masih terlihat wajah ndesonya.

“Yaa.. biasalah neng, cari sabetan. Kan buat neng Iis juga..” jawab Bento sambil menjawil nakal buah dada Iis..
yang tersembul dari balik pakaian model kemben.
“Iiihh.. akang nakal aaah..” Iis pura pura menepis tangan Bento yang mulai meremas-remas buah dadanya.

Bento mengambil tempat duduk di salahsatu meja.. dan secara otomatis orang-orang di meja itu..
langsung menyingkir karena segan dan takut, semua orang di tempat ini tau siapa Bento dan reputasinya.

Begitu duduk, Bento menarik Iis ke pangkuannya dengan posisi membelakangi.
Penuh nafsu Bento menggerayangi dan meremas buah dada Iis dari belakang..
sambil menciumi tengkuk dan leher gadis itu. Iis tertawa cekikikan karena geli dan juga mulai terangsang..

Apalagi saat Bento menurunkan kemben yang menutupi payudaranya..
Dan dengan begitu leluasa Bento memainkan puting susu dari bukit kembar nan montok tersebut.

Meski terjadi adegan panas di meja itu..
Tapi tak seorang pun yang peduli atau sengaja melihat.. selain lirikan lirikan kecil saja.

Selain karena hal seperti itu sudah biasa di sini..
namun juga tak ada yang mau ambil risiko jika Bento merasa terganggu karena tatapan seseorang.
Jika itu sampai terjadi.. jangan harap bisa pulang selamat.

Iis kini hampir setengah telanjang.. kembennya telah turun sampai perut..
Bukit kembarnya terapapar begitu jelas dan tak lepas dari genggaman Bento.

“Akang.. akang.. udah atuh jangan di sini, ke dalem aja yuu..!?”
Kata Iis sambil menyingkirkan tangan Bento lalu berdiri dan merapikan kembali pakaiannya sekenanya.

Tanpa banyak bicara Bento mengikuti Iis menuju salahsatu kamar di belakang warung minum itu.
Beberapa kamar sudah terisi dan karena hanya disekat oleh kayu dan papan tripleks..
maka suara desahan dan erangan kenikmatan samar-samar bisa terdengar.

Mereka berdua memasuki salahsatu kamar yang masih kosong.
Isi kamar itu tak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Di sudut kamar terdapat sebuah kasur busa murahan..
sebuah cermin besar ukuran satu badan dewasa menempel di dinding.

Kamar itu dihiasi pula oleh gambar-gambar atau poster perempuan seksi..
Seperti J-lo, britney spears atau pun julia perez.

Kebanyakan gambar diambil dari majalah atau tabloid panas.. macam exotica.
Yang terbaru adalah gambar olga lydia yang diambil dari majalah popular.

“Naah.. akang tunggu sebentar ya..?”
”Loo.. neng Iis mo ke mana lagi..?” Ucap Bento dengan nada kecewa.
”Ambil minum dulu atuh kang, biar lebih hot..” jawab Iis sambil mengerling nakal.. lalu kembali keluar.

Bento mengembuskan nafas kesal lalu duduk di pinggir ranjang.
Dipandanginya gambar-gambar yang menempel di dinding.

Pose-pose menantang dari model exotica ternyata efektif membangkitkan nafsu pria kasar ini.
Ia membuka pakaiannya dan hanya menyisakan celana dalam saja.

Bento lantas bangkit dari tempatnya menuju ke salahsatu gambar..
Model exotica dengan pakaian sepakbola nyaris telanjang.. semakin menaikkan level birahi Bento kian tinggi.
Saking tegangnya, kepala penis Bento menyembul dari balik celana dalam.

Sambil berfantasi.. Bento bermain-main dengan kemaluannya sendiri untuk beberapa saat..
Sampai ia mendengar pintu kamar dibuka dan seseorang masuk.

Bento menoleh.. melihat siapa yang datang. Dan ia pun terkejut karena ternyata bukan Iis yang datang.
Bento berbalik dan menatap tak percaya dari ujung rambut hingga kaki orang di hadapannya.

Di hadapan Bento berdiri seorang gadis muda yang sangat cantik..
Sangat jauh di atas standar semua perempuan yang ada di tempat ini.

Rambut hitamnya yang sebahu terlihat sehat berkilau.. kulitnya putih mulus..
Buah dadanya begitu bulat proporsional tercetak di balik kaos ketat yang menutupi tubuhnya.

Tampilan gadis ini sama sekali tak seperti pelacur murahan, sangat jauh sekali.
Tampilan gadis ini layaknya gadis gadis kaya yang sering berseliweran di Mall.

Bahkan kalo mau lebih spesifik.. gadis ini layaknya seorang mahasiswi dari sebuah unuversitas ternama..
yang memang terkenal karena kecantikan para mahasiswinya.

“Kamu.. siapa..??” Tanya Bento hati-hati.. nalurinya mengingatkan untuk waspada.
Sungguh aneh ada bidadari secantik ini bisa nyasar ke tempat kumuh.
“Aku Nadia..” jawab gadis itu dengan suaranya yang juga begitu merdu untuk didengar.

“Oke.. Nadia.. dan kamu di sini untuk ..??” Bento menggantung kalimatnya.
Nadia hanya tersenyum dan melangkah mendekat, kewaspadaan membuat pria ini refleks beringsut mundur.

“Jangan takut begitu abang.. aku disuruh Iis buat melayani abang, sebagai hadiah katanya..”
“Hadiah..?? Melayani..? Maksudnya..!?” Bento masih bersikap waspada.. Nadia malah semakin mendekat.

Harum tubuhnya membuat birahi Bento kembali melonjak.. yang pasti harumnya berasal dari parfum mahal..
Dan bukan sekedar minyak telon layaknya pelacur kampung.

“Abang mau ngobrol apa mau yang lain..!?” Bisik Nadia dengan suara mendesah di telinga Bento.
Tangan halusnya mulai menggerayangi batang kejantanan Bento yang kian menegang dan mulai mengurutnya lembut.

Bahkan preman segarang Bento tak sanggup berkata-kata saat kemaluannya disentuh tangan halus itu.
Dan kali ini ia sudah melupakan kewaspadaannya, ia mulai menikmati sentuhan sentuhan halus di penisnya.

Nadia lalu berlutut di antara kedua kaki Bento dan dengan sigap menurunkan celana dalam pria itu.
Ia pun terlihat senang saat melihat kejantanan yang begitu tegang dan besar.

Tanpa ragu atau jijik.. Nadia menjilati batang kejantanan Bento. Dijilatinya dari pangkal bawah lalu ke atas.
Dikulumnya sejenak pucuk penis itu.. lalu kembali menjilati sampai bawah..

Slrupp.. slruppp.. clruppp..! Kemudian naik lagi.. dan kembali mengulum pucuk penis itu.
Bento semakin tak mampu berkata-kata selain menggeram nikmat.

Lidah Nadia yang basah dan lembut menyalurkan sensasi kenikmatan yang luar biasa ke seluruh tubuh Bento.
Kenikmatan itu kian berlipat saat pucuknya dikulum bibir mungil Nadia.

Nadia melanjutkan jilatannya beberapakali.. sampai ia merasa kedua tangan Bento menekan kepalanya..
Maka tanpa ragu lagi mulutnya meraup penis besar itu. “Uughhh.. gilaaa.. anjiing..!!”
Hanya itu yang keluar dari mulut Bento saat kehangatan bibir gadis cantik itu meneror nafsu lelakinya.

Baru jilatannya saja sudah begitu luar biasa nikmat..
Apalagi kini bibir mungil itu mengulum dan mengocok dengan lihainya.. diselingi dengan sedotan-sedotan lembut.

Hatinya bersorak kegirangan mensyukuri keberuntungnnya malam ini.
Tadinya ia hanya berharap bisa meniduri pelacur kampung macam Iis..
Malahan kini seorang gadis cantik yang pasti bukan sembarangan begitu siap melayaninya.

Tak tahan lagi menahan nafsu.. Bento mengangkat tubuh Nadia dan membantingnya ke atas kasur..
Lalu dengan kasar disingkapnya kaos ketat gadis itu dan dengan satu renggutan menarik bra-nya hingga lepas.

“Aduhh.. aahhw..!! Abang santai aja kali.. ga usah kaya yang mo merkosa gitu dong..” Nadia protes..
Namun Bento tak peduli.
Ia terus saja dengan kasar melucuti seluruh pakaian Nadia hingga gadis itu telanjang bulat.

Kepolosan.. keindahan dan kemulusan tubuh telanjang Nadia..
membuat Bento tertegun mengagumi keindahan di hadapannya.

“Neng Nadia, kok bisa ada di tempat kayak gini sih..??”
Tanya Bento sambail memainkan dua bukit kembar yang bulat sempurna.

“Eehm.. ooh.. abang.. nanti juga.. tau sendiri.. oohh..”
Nadia bangkit dan merangkul Bento.. mereka berdua lalu saling beradu bibir dan berpaut lidah.

Ciuman mereka begitu panas dan erotis. Rangkulan mereka kian erat..
Nadia sengaja menggesek-gesekkan dadanya yang empuk dengan dada Bento.
Sungguh pemandangan nan erotis.. saat tubuh putih mulus saling berpadu dengan tubuh hitam kasar.

Bento lalu membaringkan Nadia..
kemudian dengan lidahnya ia telusuri lekuk lekuk tubuh indah Nadia.. tak seinci pun ia lewatkan.

Jilatannya berlama-lama saat tiba di buah dada.. dijilatinya puting susu Nadia diselingi dengan kuluman..
sedotan dan gigitan lembut.. bergantian di kedua buah dada montok tersebut..

Sehingga meninggalkan bekas bekas merah di kulit mulusnya.
Tubuh Nadia bereaksi dengan bergetar dan menggelinjang menikmati setiap rangsangan.

Merasa cukup, lidah Bento meluncur makin ke bawah, dibukanya paha gadis itu lebar lebar.
Vaginanya yang bersih membuat Bento menahan nafas sesaat..
Ia masih tak mempercayai betapa beruntungnya ia malam ini.

Dikecupnya dengan lembut bibir vagina lia, lalu mulai menjilatinya, lidahnya liar mencari klitoris di sela selanya.
“Oooh.. ooahhh.. ahhhw.. sss.. aahhhh..” Nadia mulai mendesah penuh kenikmatan.
Birahinya kian meninggi karena selain rangsangan di vagina, buah dadanya terus diremas Bento.

Gelinjang dan desahan Nadia membuat Bento semakin bernafsu menggerayangi tubuh indah bidadari cantik ini.
“Ooohwww.. aaaaaaaahh..!!” Tubuh Nadia menegang dan mengejang saat akhirnya ia mengalami orgasme.
Vaginanya telah basah oleh cairan kenikmatan lalu tubuhnya kembali melemas.

Bento tersenyum melihat reaksi tersebut, kini penisnya berdenyut-denyut menuntut pelampiasan.
“Non Nadia, abang masukin ya sekarang..??” Nadia hanya mengangguk lemah.
Tenaganya belum sepenuhnya terkumpul.

Tak lama kemudian Ia merasakan sebuah benda tumpul menempel dan menggesek gesek bibir vaginanya.
Perlahan benda tumpul itu menyeruak masuk ke dalam.

Meski bukan perawan.. namun vagina Nadia masih terasa sempit untuk penis Bento yang besar.
Jepitannya semakin menantang dan merangsang pria kasar ini. BLESSSSEP..!!

Satu dorongan kuat menancapkan penis Bento ke dalam vagina Nadia.
“Aaaaahh..!!” Gadis itu merintih pelan saat vaginanya terasa penuh, rasa sakit dan nikmat berpadu menjadi satu.

Untuk beberapa saat Bento meresapi kuatnya jepitan vagina Nadia..
Lalu dengan gerakan perlahan ia mulai bergerak maju-mundur.. dan genjotannya makin lama makin kencang.

Seiring hentakan Bento yang kian intens.. tubuh Nadia terguncang guncang keras, kepalanya mendongak ke atas.
Desahannya terdengar tertahan karena ia menggigit bibirnya sendiri.

Payudaranya yang juga ikut bergoyang cepat, semakin memacu semangat Bento.
Tak tahan melihat goyangan payudara Nadia.. ia kembali meremasnya..

Juga diselingi degan kenyotan dan gigitan kecil di putingnya. “Ssss.. aahhh.. aahhw.. sshh.. oooohh.. ahh..!”
Nadia sudah tak menahan nahan lagi desahannya beberapa menit berlalu mereka berganti gaya..

Bento memposisikan diri di belakang Nadia yang menungging di atas ranjang.
Disodoknya vagina Nadia dari belakang, sambil memegang pinggul gadis itu.

“Ooww.. oohh.. oohh.. aahhh.ssshh.. aahhh.. ahhhh..!!”
Rintihan demi rintihan terus meluncur deras dari bibir manis Nadia.

Buah dadanya yang bergoyang goyang kini sudah kembali digerayangi Bento.
Semakin dekat orgasme, erangan sang gadis kian keras.

Dan akhirnya sebuah erangan panjang menandakan gadis itu kembali orgasme..
tubuh indahnya kini basah oleh keringat.

Bento yang kini sudah tak sabar ingin mencapai puncak kenikmatan juga..
kembali membalikkan tubuh Nadia dan dengan kasar menusukan penisnya.

Jlebb-jlebb-jlebb-clebb-cleb..!! Genjotannya kini begitu liar dan kasar seolah sedang memperkosanya..
Buah dada gadis itu pun diremas begitu kuat.. sehingga gadis itu terpekik kesakitan.

Tubuh Nadia yang sudah lemah hanya terguncang guncang tak berdaya menghadapi serangan demi serangan itu.
Sampai akhirnya Bento menghujamkan penisnya begitu keras..

"Grrhhhh..!! Ia pun menggeram meresapi puncak kenikmatan yang akhirnya tiba juga.
Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..! Spermanya terpancar begitu deras ke dalam vagina Nadia.

“Aaaahh..” belum pernah Bento mengalami kepuasan sedashyat ini.
Apalagi yang dinikmatinya tadi adalah seorang gadis yang sangat cantik.

Ia yakin jika Nadia adalah seorang mahasiswi kaya yang entah bagaimana bisa nyasar ke tempat seperti ini.
Tapi Bento sudah tak memusingkan hal itu, yang penting nikmat.

“Hebat..!! Tubuh neng Nadia memang nikmat luar biasa..!!”
Puji Bento sambil mengecup bibir gadis itu dan kemudian berbaring di sampingnya.
Nadia hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa.

Bento berbaring sambil memejamkan mata karena serangan rasa lelah dan kenikmatan yang baru saja dirasakannya.
Dan karena itulah.. ia tidak menyadari perubahan pada diri Nadia.. mata indahnya tiba-tiba memerah.
Wajah cantiknya memucat begitu menyeramkan.. kuku tangannya tumbuh tajam dan memanjang.

Nadia memandang Bento yang masih berberbaring di sampingnya dengan tatapan penuh kebencian.
Dan tanpa peringatan.. kuku tajam itu menghujam keras menembus perut Bento.

“Aaaaaggghhhh..!! Anjiing..!?” Bento menjerit kesakitan, perutnya robek dan mengucurkan darah segar.
Nalurinya segera menggerakkan dirinya untuk melompat dari atas ranjang dan menuju pintu.

Namun rasa sakit di perutnya yang robek membuatnya ambruk di lantai.
Darah yang mengucur kian deras. pandangannya mulai kabur.

Di sisa nafasnya Bento melihat tubuh telanjang Nadia berdiri di depan cermin.. tanpa ekspresi.
Tangannya masih berlumuran darah. Bento terhenyak saat melihat bayangan di cermin..

Di sana yang terpampang bukannya bayangan tubuh polos Nadia..
Melainkan sosok perempuan cantik berpakaian putih layaknya suster rumah sakit.

“Ti.. aghh.. tidak.. mungkin..” Bayangan suster itu tertawa dengan mengerikan sebelum berkata..
”Kamu yang pertama lelaki bejad..!!”

“Ti.. dak.. tidak.. kamu.. Asti.. As.. ti.. Astiiiii..” Dan itulah kata-kata terakhir dari sang preman Bento.
Tubuhnya terbujur kaku tak bernyawa di lantai dingin.. bermandikan darahnya sendiri.

Melihat Bento sudah mati, Nadia mengambil seluruh pakaiannya sendiri tanpa mengenakannya.
Ia melangkah menembus cermin menyatu dengan bayangan suster lalu perlahan menghilang.
-------ooOoo-------

Kematian Bento di lokalisasi walau membuat gempar..
Namun tak cukup menghebohkan untuk menjadi headline utama di media.

Beberapa surat kabar walau memberi porsi lebih untuk berita ini..
Akan tetapi tetap menempatkannya di kolom kriminal biasa.

Begitupula dengan televisi.. meski melakukan peliputan namun hanya mendapat porsi tayangan tak lebih dari 30 detik.
Dengan kata lain.. tewasnya preman kambuhan seperti Bento dianggap sebagai peristiwa pembunuhan biasa.

Hanya koran-koran ‘kuning’ saja yang menjadikannya headline. Koran kelas bawah ini memang berciri khas.
Judul yang bombastis dengan bahasa ‘sleng’ tanpa mengindahkan kaidah EYD.
Isinya pun seringkali dibuat seheboh mungkin.

Arman akhirnya tergelitik juga untuk membeli salahsatu koran itu.
Awalnya ia pun tidak begitu terlalu memperhatikan peristiwa ini..

Namun tagline kecil di bawah judul headline membuatnya penasaran..
karena menyebut tentang adanya penampakan suster ngesot. Apa pula ini..??
-------ooOoo-------

PENGAKUAN Iis Iis keluar sejenak untuk mengambil beberapa botol bir.
Biasanya jika didoping dengan minuman keras.. permainan seks mereka menjadi luar biasa.

Saat mengambil bir itulah ia merasakan desakan dalam tubuhnya memaksanya untuk mampir sejenak ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi.. Iis sempat merasakan sebuah atsmosfer yang berbeda dari biasanya,

Terasa lebih dingin dan suram, bulu kuduknya pun mendadak merinding.
“Aduuh.. kenapa ini teh..?? Kok perasaan Iis jadi gak enak ginih..??”

Tiba-tiba Iis merasakan terpaan angin yang sangat keras membuatnya jatuh terduduk di kamar mandi.
Dengan ketakutan ia segera bangkit menuju pintu, tapi sungguh aneh pintunya tak bisa dibuka.. padahal tak dikunci.

“Toolooong..!! Hei.. tolongin.. Iis kekunci nih.. toloong..!!”
Teriak Iis dengan panik sambil menggedor pintu sekeras mungkin.
Anehnya tak ada seorang pun yang mendengarnya..

Padahal lokasi kamar mandi berada di lorong yang sering dilewati orang.
Bahkan tak jauh dari situ ada pasangan yang sedang bercumbu.

“Heii.. tolongin atuuhh..!! Titin..!! Yanti..!! Iis kekunci..!!” Tetap tak ada yang mendengar.
Dalam paniknya Iis mencoba mendobrak pintu namun tenaganya tak cukup kuat.

Ketakutannya semakin menjadi-jadi.. saat tiba-tiba dari bak mandi muncul sosok perempuan..
dengan berwajah pucat mengerikan, berpakaian seperti suster rumah sakit.

Iis menjerit dan menangis kian keras sambil menggedor gedor pintu, namun tetap tak ada yang mendengar.
Sosok suster itu melangkah perlahan mendekati Iis yang semakin ketakutan, melangkah dan bukan ngesot.

“Aampuun.. jangan ganggu Iis.. jangan ganggu..” Iis semakin meringkuk ketakutan.
Iis sempat melirik pada sosok itu dan melihat nama Asti di seragam suster itu.

Sosok misterius itu ternyata hanya memandangi Iis sejenak yang semakin ketakutan..
lalu ia bergerak menembus pintu kamar mandi yang masih terkunci.

Dan Iis pun tak sadarkan diri.
-------ooOoo-------

Asti..?? Suster Asti..??
Arman tertegun membaca nama Asti yang diakui saksi sebagai suster ngesot. apakah ini hanya kebetulan..??
Atau memang kejadian ini ada hubungannya dengan peristiwa seminggu yang lalu.

Pikiran Arman melayang pada kejadian tujuh hari yang lalu saat ia sedang menjaga kakeknya di rumah sakit.
Dalam hati ia berharap semoga ini tak saling berhubungan dan hanya kebetulan belaka.
-------ooOoo-------

7 Hari yang Lalu


Arman melirik jam tangannya, hampir jam satu malam. Tak heran ia merasa lapar dan mengantuk..
Malam ini ia mendapat giliran menjaga kakeknya yang dirawat di rumah sakit sendirian sampai pagi nanti.

Kakek Arman terlihat pulas tertidur karean efek dari obat obatan yang diminumnya.
Biasanya sampai pagi ia tak akan terbangun.

Dengan Pertimbangan tersebut.. Arman memutuskan meninggalkan sejenak kakeknya..
untuk sekedar membeli kopi dan makanan untuk mengganjal perut.

Suasana rumah sakit sudah sangat sepi.. hampir tak ada seorang pun yang Arman jumpai..
saat menyusuri koridor panjang rumah sakit.. langkah kakinya menggema memberi kesan seram.

Tapi Arman bukan seorang penakut..
meski saat itu di benaknya muncul berbagai adegan film horror yang bersetting rumah sakit.
Ia justru malah tertawa membayangkan jika tiba-tiba di hadapannya muncul suster ngesot.

Saat melewati lorong menuju kamar mayat.. langkah Arman terhenti.
Lorong itu begitu gelap dan sepi..

Namun entah mengapa Arman tak bisa mengalihkan perhatiannya pada lorong itu.
Sepertinya ada sesuatu yang menarik perhatiannya di sana.

Selangkah demi selangkah Arman perlahan menyusuri lorong ke arah kamar mayat.
Bukan rasa takut yang dirasakannya.. melainkan penasaran, ada sesuatu di kamar mayat itu.

Semakin dekat ke kamar mayat.. samar-samar ia mendengar suara perempuan.
Tak jelas apakah suara tawa, tangis, atau jeritan.. yang pasti bukan sedang berbicara.

Arman berhenti sejenak dan menajamkan pendengarannya.. sepertinya memang suara perempuan.
Dan sepertinya ini suara rintihan. Ia melanjutkan langkahnya dengan hati-hati dan meningkatkan kewaspadaan.

Kembali dalam benaknya muncul pikiran: bagaimana seandainya dari dalam kamar mayat muncul sosok kuntilanak..
Hanya saja kuntilanaknya berwajah dan berbodi Julie Estelle.. dengan pakaian yang transparan..
menampilkan siluet tubuh yang indah.
Sekejap Arman tersadar jika ia sedang melamun mesum di saat yang tak tepat. Ia kembali melangkah mendekat.

Kamar mayat itu diterangi lampu temaram dan karena di luar gelap..
maka muncul bayangan dari aktivitas yang terjadi di dalam..
Arman bisa melihat ada beberapa orang di dalam namun tak jelas sedang melakukan apa.

Memasuki kamar mayat.. Arman melihat beberapa orang pria. Ia pun segera mencari tempat bersembunyi..
Beruntung ada sebuah sudut gelap yang terlindungi oleh lemari besar..
Arman bisa melihat apa yang terjadi di sana, sementara mereka tak akan bisa melihatnya.

Dan saat itulah Arman menyaksikan adegan yang membuatnya jantungnya berdegub kencang.

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
 
-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------

Cerita 128 – Dua Dunia..

--------------------------------------------
Eps. 1.2: Tragedi Kamar Mayat
--------------------------------------------

Di sebuah dipan..
terbaring seorang suster cantik.. seragam putihnya sudah terbuka acak-acakan.
Ia nyaris telanjang bulat.. buah dadanya terbuka menonjol menggiurkan.
Rambutnya yang panjang sudah kusut tak karuan.

Dan yang paling mengejutkan.. Suster cantik itu sedang dikerubuti lima orang lelaki.
Yang terlihat begitu asyik menggerayangi tiap lekuk tubuh indah di hadapannya.

Lima orang itu adalah kuli bangunan yang bekerja di sayap barat timur rumah sakit yang sedang direnovasi..
Sementara gadis malang itu bernama Asti.. orang mengenalnya sebagai suster Asti.

Paras suster Asti memang cantik.. khas pesona mojang Priangan.
Tingginya ideal, dengan bentuk tubuh yang indah dan tentu saja sehat.

Buah dadanya tak terlalu besar atau kecil tapi begitu bulat sempurna, begitu juga pantatnya.
Kaki jenjang yang mulus, kulit putih cerah dan rambut panjangnya menambah nilai keanggunan.

Suster Asti tak hanya cantik.. tapi juga ramah.
Tak heran ia menjadi favorite para pasien di rumah sakit itu, terutama pasien pria.
Seringkali para pasien pria bersikap manja dan seolah sedang menderita sakit parah jika suster Asti datang.

Meski suster Asti tau pasiennya hanya berpura-pura.. ia tak marah, ia tetap melayani mereka dengan baik.
Kecantikan Asti tak hanya menarik perhatian para pasien..
tapi juga para kuli yang sedang mengerjakan renovasi sayap barat rumah sakit itu.

Satu yang paling terobsesi dengan Asti adalah Bento.. ‘pimpinan’ para kuli dan memang yang paling ditakuti.
Preman kambuhan dan ‘langganan tetap’ penjara ini memang sedang mencoba hidup lurus.
Namun bukan berarti pikirannya juga lurus.

Apalagi setelah beberapakali bertemu suster Asti.. harus diakui pria mana pun imajinasinya akan melayang tinggi..
jika melihat gadis secantik Asti dengan seragam putih suster.
Apalagi seragamnya sedikit mengetat.. menonjokan bentuk payudara dan pantat yang bohay.

Sebenarnya meski terobsesi.. awalnya Bento masih mampu menahan berbagai pikiran kotor dalam otaknya.
Ia mencoba untuk benar-benar hidup lurus. Namun suatu hari pertahanannya jebol juga.

Hari itu ia sedang bekerja di atap.. dan dari tempatnya ia bisa melihat dengan jelas ke arah kamar mandi.
Ya.. kamar mandi khusus pegawai rumah sakit.. namun orang di dalam kamar mandi tak akan bisa melihatnya.

Siang hari Asti masuk ke sana untuk berganti pakaian. Tanpa curiga ia melepaskan seluruh pakaiannya..
Menampilkan lekuk tubuh yang selama ini tersembunyi.
Semua itu tak lepas dari tatapan penuh nafsu Bento di atap. Birahinya kini benar-benar overheating.

Sejak saat itulah bayangan tubuh Asti terus terpatri dalam benak Bento, lekuk tubuhnya, buah dadanya..
Paha mulusnya, belahan vaginanya.. yang Bento yakini pasti masih perawan.

Rencana jahat pun dibuat.. bersama empat orang kuli lain yang satu ‘visi dan misi’ dengan Bento.
Dan malam ini.. lima orang kuli itu sengaja mencegat suster Asti yang sedang shift malam.

Bento sudah hafal betul situasi rumah sakit.. jalur mana saja yang dilalui Asti dan jam jam sepi rumah sakit.
Maka ketika melewati sebuah lorong yang sepi.. suster Asti disergap oleh mereka dan diseret ke kamar mayat.

Karena.. biasanya setelah malam hari tak ada yang datang ke sana..
Dan di kamar mayat itulah suster Asti mengalami pemerkosaan.

Arman masih tertegun di tempatnya..
menyaksikan pemerkosaan suster cantik yang selama ini hanya dilhatnya di film bokep jepang.

Mulut Asti disumpal dengan celana dalamnya sendiri..
Kedua tangannya terikat ke sebuah palang besi di atas kepalanya.

Air mata begitu deras mengalir membasahi wajah cantiknya. Vaginanya terasa sakit sekali..
karena saat itu Bento sedang menggenjotnya dengan kasar.. keperawanannya sudah terenggut dari tadi.

Tubuh Asti terguncang-guncang kian keras maju-mundur seiring semakin gencarnya sodokan Bento.
Empat orang lainnya hanya menyaksikan menunggu giliran tak berani mengganggu.

Teriakan panjang Asti mengagetkan Arman di balik lemari.. gadis itu kembali mengalami orgasme.
Dan beberapa menit kemudian giliran Bento yang menggeram dan mengejang..
Mereguk kenikmatan dari suster Asti yang masih perawan. –Kini sudah tidak lagi.

Arman semakin merapatkan tubuhnya pada lemari..
saat Bento melompat turun dari tubuh Asti dengan perasaan puas.
Gadis malang itu hanya menangis tersedu sedu.

Setelah Bento turun dari tubuh Asti barulah keempat kuli lainnya berani kembali menggerayangi Asti.
Suster Asti kini sudah psarah pada nasib.. selain tubuhnya yang masih lemah karena orgasme..
sudah terenggutnya kesucian dirinya membuat ia merasa tak ada guna lagi ia melawan.

Parjono melepas ikatan tangan Asti dan memindahkan ikatan tangannya ke belakang punggung Asti.
Dengan tangan terikat ke belakang Asti diperintah untuk berlutut di lantai.

“Non suster yang cantik.. emut nih tongkol abang..” Jono menyodorkan penisnya yang kotor dan bau ke wajah Asti.
Asti pun refleks memalingkan muka.. namun justru ia malah bertemu penis Masto.

“Weiittss.. lebih suka punya gue nih kayaknya, hahahaha..”
Masto tertawa sambil menyodorkan penisnya ke wajah Asti.

Hingga akhirnya memang Asti lebih memilih mengulum penis Masto yang lebih bersih.
"Erghhh..!" Masto memejamkan mata.. menikmati emutan dari bibir basah suster Asti.

Sebenarnya Asti tak punya pilihan sama sekali..
karena setelah mengulum penis Masto.. ia juga harus mengulum penis Jono.. Abdul dan Udin.

Kedua ikatan di tangannya sudah dibuka..
Jadi sementara ia mengulum penis yang satu.. penis yang lain harus ia kocok dengan kedua tangannya.

“Aaaahh.. udah.. udah.. giliran gue dong ah..!” Kata Parjono sambil mengangkat tubuh Asti.
Kemudian membaringkannya di dipan. Diangkatnya kedua paha Asti sedikit lebih tinggi.
Tak perlu menunggu lama.. jlebb.. ditancapkannya penisnya pada vagina Asti.

“Aww.. ughh.. peeriih..!” Asti mengerang kesakitan.
Vaginanya masih terasa sakit akibat perkosaan brutal Bento. Kini ia harus menghadapi lagi perkosaan Jono.
Belum lagi tiga orang yang lain.

Jono terus menghentakkan tubuhnya.. menghantam kewanitaan Asti.
“Aaw.. aahhh.. aahh.. aaghh..”
“Aahh.. peeriiih.. aahh.. aah..”

Masto dan Udin akhirnya tak sabar juga.. ingin segera menikmati tubuh molek suster Asti.
Mereka berdua memainkan dan meremas kedua payudara Asti.. membuat rintihan gadis ini kian keras.
Rasa sakit dan kenikmatan mulai bercampur dalam dirinya.

Di sisi lain.. rintihan demi rintihan membuat Parjono semakin bernasfu menggenjot tubuh Asti.
Hingga akhirnya semburan sperma kembali membasahi vagina Asti.
Penderitaan Asti malam itu terus berlanjut.

Layaknya piala bergilir setelah Bento dan Parjono.. ia pun harus melayani nafsu liar tiga orang lainnya.
Apalagi ternyata mereka berlima seolah ketagihan dengan kenikmatan tubuh Asti..
Sehingga tak hanya sekali memperkosa dan menindihnya.

Tubuh Asti terasa sakit di seluruh bagian.. rasanya seperti luluh lantak tak bertenaga.
Bahkan untuk sekedar bersuara pun sepertinya sudah tak sanggup.

Dari rangkaian pemerkosaan malam itu.. titik yang paling membuat Asti sangat menderita..
adalah saat Abdul menyodominya dengan brutal.

Asti menjerit jerit kesakitan bahkan pada saat penis Abdul belum sepenuhnya masuk.
“Jangaann..! jangan di situ.. saya mohon.. jangan di situ.. jang.. aaaaaghhhkkkk..!!!”

Jeritan kesakitan itu justru menjadi bensin pemacu birahi bagi Abdul..
yang terus memaksakan penisnya untuk masuk.

Tubuh Asti terguncang-guncang keras saat Abdul mulai menggoyangnya.
Asti terus menangis dan menjerit kesakitan.. tangannya mengepal dan memukul mukul dipan..
seolah hal tersebut bisa mengurangi rasa sakitnya.

"Dul.. Dul.. stop dulu.. stop dulu..!” Bento menyuruh Abdul menghentikan serangannya.
Asti terlihat menarik nafas lega sesaat.. wajahnya masih memerah menahan sakit.

“Kasihan suster cantik kita ini.. sakit ya neng Asti..!?”
Tanya Bento sambil mengusap pipi Asti. Asti diam tak menjawab.

“Jawab tuh..!”
Abdul menghentakkan tubuhnya dan kembali menyalurkan rasa sakit di pantat Asti ke sekujur tubuh gadis itu.
“Aww..!!”

“Ayo jawab..!” Abdul kembali menghentakkan tubuhnya.
“Iya.. sakiit.. sakiit.. aduuhh..”

“Mau ngentot enak ga, neng Asti..!?” Tanya Bento.
Asti mengangguk cepat sebelum Abdul mendorong penisnya lagi

“Ngomong dong, masa’ ngangguk doang..!?”
“I-i.. iya bang.. saya.. saya mau.. mau ngentot yang enak..” jawab Asti dengan wajah kian memerah..
karena merasa terhina.. apalagi kelima orang itu tertawa puas mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Asti itu.

“Dul.. ngentot enak katanya Dul..!” Bento memberi isyarat pada Abdul.
Mengerti akan maksud Bento.. tanpa mencabut penisnya, dengan sigap Abdul lengan kekarnya..
mengunci kedua lengan Asti kuat kuat dan menarik tubuh Asti.. sehingga berada di atasnya.

Bento segera mendekati kedua paha Asti, direntangkannya ke samping.. sehingga vaginanya terbuka lebar.
Asti yang menyadari apa yang akan terjadi sontak meronta.. mencoba melepaskan diri..
namun terlambat.. penis Bento sudah menembus vaginanya.. sementara milik Abdul menancap di pantatnya.

Bagai biskuit oreo.. tubuh putih suster Asti dihimpit dua tubuh dekil kuli bangunan.
Abdul dan Bento menggenjot tubuhnya secara bergantian.

Rasa sakit yang berlipat akibat pemerkosaan brutal ini membuat Asti sudah tak mampu menjerit dan berteriak lagi..
Selain desahan dan rintihan rintihan tak jelas. Air mata semakin deras membasahi wajah cantiknya.

Semua kejadian itu tak sedetik pun lepas dari pengamatan Arman di balik lemari.
Rasa kasihan yang sebelumnya muncul untuk Asti menguap entah ke mana.
Ia justru menikmati kejadian ini bagai menyaksikan film bokep Jepang secara live.

Arman tetap aman berada di tempatnya bersembunyi..
bahkan sampai para pemerkosa yang sudah puas meninggalkan Asti begitu saja di kamar mayat.
ia memutuskan tidak keluar dari sana sampai keadaan aman.

Dengan gontai Asti memunguti pakaian putihnya yang berserakan di lantai dan mengenakannya kembali.
Selesai berpakaian.. Asti jatuh bersimpuh di lantai, kedua tangannya menutupi wajahnya.
Tubuhnya terguncang-guncang.. pertanda ia sedang menangis tersedu-sedu.

Setelah lelah menangis.. Asti bangkit berdiri dan dengan tertatih-tatih, ia berjalan menuju pintu keluar kamar mayat.
Wajahnya terlihat sangat terpukul.. tak ada pancaran semangat hidup.
Semangatnya sudah hancur seiring dengan hancurnya harga dirinya.

Saat suster Asti melewati tempat persembunyiannya.. Arman tetap diam tak bergerak..
Ia berusaha agar suster Asti tak melihatnya. Namun sungguh sial.

Tepat saat Asti melintas di hadapannya.. sebuah SMS masuk.. sehingga Hape Arman berbunyi dengan nyaring.
Keduanya sama-sama terkejut.. terutama Asti yang tak menyangka ada orang yang bersembunyi di balik lemari.

“Tenang mbak.. tenang.. saya bukan teman mereka mbak.. tenang..” Arman keluar dari persembunyiannya.
Ekspresi pertama Asti adalah ketakutan. Ia takut akan diperkosa lagi..

Kemudian berubah lega saat tau orang ini bukan salahsatu dari mereka.
Lalu ekspresinya berubah menjadi kemarahan yang menjalari seluruh tubuhnya.

“Kamu..!! Kamu.. melihat semua..??”
“Iya.. eh.. iya mbak.. saya melihat kejadiannya.. saya ..”

Belum sempat Arman meneruskan perkataanya, Asti sudah begerak menyerangnya, ia memukui dada Arman.
“Kenapa kamu diam..?? Kenapa..!!? Kenapa tak menolong saya..!!”

Arman membiarkan Asti memukulinya dan melepaskan beban yang menghimpit suster malang itu.
Bahkan beberapakali Asti menamparnya, Arman tetap diam, kini rasa bersalah mulai meneror pikirannya.

Lama-kelamaan pukulan Asti kian melemah, ia pun terjatuh terduduk di kaki Arman.
“Mbak..” Arman mencoba membantu Asti bangkit.

“Jangan sentuh saya..!! Jangan sentuh..!! Asti menepis tangan Arman dengan keras.
“Oke.. oke.. maaf..”

“Kenapa.. kenapa kamu diam saja..!?” Tangis Asti kembali meledak..
“Mbak..” Arman berusaha mencari kata-kata yang tepat.

”Mereka itu berlima mbak, saya sendirian, bagaimana saya bisa melawan mereka..?”
“Lalu.. kenapa kamu tidak mencari bantuan..” Arman terdiam tak bisa menjawab.

Sebenarnya tadi ia bisa saja pergi diam diam mencari bantuan..
Atau menggunakan ponselnya untuk menghubungi keamanan, namun tak dilakukannya.

Rasa bersalah kian menghimpit dirinya.. ia diam karena menikmati pemerkosaan itu walau hanya melihat saja.
Arman merasa dirinya tak jauh berbeda dengan para pemerkosa tadi.

“Maafkan saya.. mbak..” Arman mengulurkan tangannya yang dengan cepat ditepis Asti.
“Pergi..!! Tinggalkan saya di sini..!!”

“Tapi mbak ..”
“Perggiiii!..!! Pergi..! Pergi..!!”

“Oke.. oke.. saya pergi..”
Arman melangkah menjauh, ia berhenti sejenak dan berkata.. “Sekali lagi maafkan saya mbak..”

Ia lalu segera pergi dari kamar mayat itu.. meninggalkan Asti sendirian di sana.
Tangisan suster Asti kembali terdengar.

Saat di persimpangan koridor.. ia sempat bimbang apa langsung ke kamar kakeknya..
atau melaporkan kejadian tadi ke pihak keamanan.

Namun kemudian ia memutuskan untuk langsung kembali ke kamar..
karena jika melapor dikhawatirkan ia dianggap terlibat dalam kasus pemerkosaan itu.

Barulah keesokan paginya Arman mendengar jika suster Asti ditemukan tewas di halaman rumah sakit.
Beberapa saksi mengatakan jika suster cantik ini bunuh diri.
Dengan cara melompat dari lantai atas gedung rumah sakit.
-------ooOoo-------

Mungkinkah semua kejadian itu berhubungan..?? Ataukah hanya kebetulan belaka..??
Sepertinya Arman harus sejenak melupakan kasus Bento dan Asti.. karena ia sudah sampai ke tempat yang dituju.
Sebuah rumah mewah bercat putih.. tempat tinggal kekasihnya.

Seorang penjaga rumah segera membukakan pintu gerbang saat meilhat mobil Arman tiba.
“Selamat siang den Arman, kata nyonya tadi den Arman disuruh langsung ke kamarnya saja..” sambutnya.
“Siang juga, pak Aceng.. memangnya ibu ada di rumah ya..?”

“Oo ya jelas tidak.. tadi pagi nyonya dapat telepon penting dari luar negeri gitu katanya..”
Arman geleng-geleng kepala mendengarnya lalu segera turun dari mobilnya.

Kedua orangtua kekasihnya ini memang pebisnis yang super sibuk, siapa yang tak kenal Albert Donatius.
Konglomerat yang namanya hampir tak pernah keluar dari jajaran 10 orang terkaya di indonesia.
Saat ini ia sedang berada di Swiss dalam rangka berobat dari sakitnya.

Otomatis seluruh bisnisnya dihandle oleh istrinya dan membuatnya menjadi ekstra sibuk.
Arman sering merasa kasihan pada kekasihnya, orangtuanya terlalu sibuk mengurus bisnis.
Memang urusan materi dan kebutuhan hidup lain pasti terjamin, namun perhatian dan kasih sayang jelas kurang.

Di rumah ia hanya ditemani oleh dua orang pembantu rumah tangganya, mbok isah dan pak Aceng.
Beruntung ia mempunyai kekasih sebaik Arman..
Yang selalu siap menjadi teman curhat dan menemaninya dalam kesepian dan kesedihan.

Tadi malam Arman mendapat kabar, kekasihnya jatuh sakit.. dan dokter belum bisa memastikan apa penyakitnya.
Serta berjanji akan melakukan pengecekan secara rutin.

Dan yang membuat Arman tak habis pikir, nyonya Donatius masih tetap saja menyibukkan diri dengan bisnisnya..
Padahal anaknya terbaring sakit.. ia hanya mempercayakan pada dua pembantunya saja plus Arman.

Arman membuka pintu kamar tidur kekasihnya..
dan mendapati seorang gadis cantik yang terbaring dengan damai.. meskinya wajahnya terlihat pucat.

Arman perlahan mendekatinya, ia tak ingin menggau tidur kekasihnya.
Diciumnya kening gadis cantik itu, lalu berkata dengan lirih.. “Nadia sayang.. kamu kenapa..!?”
----------ooOoo----------

Dua hari sudah Nadia terbaring tak sadarkan diri karena penyakit misterius.
Dan dari sekian banyak dokter yang dipanggil untuk memeriksanya.. tak ada seorang pun yang bisa memastikan..
apa yang terjadi dengan gadis itu.

Apalagi nyonya donatius tak mengizinkan anaknya dirawat di rumah sakit.. sebelum jelas benar apa penyakitnya.
Ia khawatir jika dibawa ke rumah sakit tanpa kejelasan apa penyakitnya, akan terjadi salah perawatan atau mal-praktek.

Dan begitulah.. kehidupan di rumah mewah itu tetap berjalan seperti biasa.. seolah tak ada apa-apa.
Nyonya Donatius tetap sibuk dengan bisnisnya..
sementara Nadia dipercayakan kepada kedua pembantu rumah tangganya, isah dan Aceng.

Hari itu cuaca sepertinya kurang bersahabat.. dari siang, sepanjang sore, hingga menjelang malam..
hujan terus menerus turun. Kadang hanya rintik rintik kecil, kadang juga deras.

Aceng mendengus kesal sambil menatap derasnya hujan dari balik jendela..
Suasana di luar begitu muram, gelap dan sepi.

Beberapa saat yang lalu ia mendapat telepon dari nyonya Donatius.
Majikannya itu tak akan pulang malam ini.. karena harus menjamu relasi bisnis dari Korea.

Sementara Isah tadi pagi harus pulang ke kampungnya karena terjadi bencana tanah longsor di sana.
Dan nasib keluarganya belum diketahui.

Kekesalan Aceng bukan hanya karena harus menjaga rumah sendirian, hal itu sudah biasa baginya.
Ia kesal pada majikannya yang kurang memberi perhatian pada anaknya sendiri.

Sepuluh tahun Aceng bekerja pada keluarga Donatius.. dan selama itu pula..
ia melihat Nadia begitu dimanjakan dengan segala kemewahan.

Apa pun yang dimaui Nadia pasti terpenuhi. Buku, boneka, ponsel.. mobil dan tentu saja uang.
Apa pun bisa Nadia dapatkan dengan mudah.. kecuali perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya sendiri.

DONG..!! DONG..!! Dentang jam dinding mengagetkan Aceng yang sedang melamun,
”Kampret..!! Bikin kaget aja..!” Aceng melirik ke arah jam dinding, rupanya sudah pukul delapan malam.

“Huuh.. dingin dingin kayak gini minum kopi sambil nonton film bokep asyik nih kayanya.. hehehe..
Mumpung ga ada siapa siapa di rumah..” Aceng terkekeh.

Aceng pun segera pergi ke dapur untuk membuat kopi.
Namun saat melewati ruang tengah langkahnya terhenti, tiba-tiba saja sebuah pikiran nakal melintas di benaknya.

Dipandanginya pintu kamar tidur Nadia di lantai dua. Malam ini hujan turun..
Suasana sepi.. dan hanya ada mereka berdua di rumah sebesar ini.. Plus satu hal lagi:

Nadia kini sedang terbaring tak sadarkan diri karena sakitnya. Bukankah ini sebuah kesempatan emas..??
Aceng melirik ke kiri dan kanan.. seolah khawatir tiba-tiba muncul seseorang yang memergokinya.

Tapi lalu Aceng yakin tak ada siapa pun di sini. Isah pulang kampung.. tuan Donatius masih di Swiss sedang berobat.
Nyonya Donatius dipastikan tak akan pulang.. dan Arman..
Setau Aceng, kekasih Nadia ini sedang menjaga kakeknya di rumah sakit dan tak akan datang malam ini.

Senyum nakal pun merekah di wajah Aceng, saat ia merasa situasinya aman untuk sedikit bermain-main dengan Nadia.
Dengan langkah gugup dan jantung berdebar debar, Aceng naik ke lantai dua untuk menuju kamar tidur Nadia.

Saat pintu kamar dibuka, tanpa sadar Aceng bersiul kagum.
Bak putri salju dalam dongeng, Nadia yang terbaring di tempat tidurnya masih terlihat sangat cantik.

“Wiihh.. bener nih kata orang tua dulu.. perempuan itu kelihatan lebih cantik kalo lagi tidur..”
Gumam Aceng sambil bergerak mendekati Nadia.

“Non.. non Nadia, bangun non..” Aceng mengguncang guncang bahu Nadia. Tak ada reaksi apa-apa.
“Non.. non Nadia..” Aceng kembali mengguncang bahu Nadia, namun gadis itu tetap tak bereaksi.
“Non Nadia.. bangun non.. ada den Arman datang..”

Melihat tetap tak ada reaksi.. Aceng lantas menghentikan usahanya membangunkan Nadia.
Meski begitu.. tangannya masih tetap memegang bahu gadis itu.

Lalu dengan gerakan tangan seolah tak sengaja.. Aceng menurunkan tali baju tidur Nadia dari bahu sampai lengan.
Kemudian bersiap-siap seandainya tiba-tiba Nadia terbangun, namun ternyata Nadia tetap tertidur.

Ia pun lantas pindah ke sisi sebelahnya.. melakukan hal yang sama.. mencoba membangunkan Nadia.
Dan ketika tak ada reaksi.. dengan gerakan ‘tak sengaja’.. tali baju tidur yang lain ia turunkan.

Kini Aceng dengan leluasa mengelus-elus bahu Nadia yang terbuka..
sekaligus tetap waspada seandainya tiba-tiba anak majikannya ini terbangun.

Nadia tetap tak sadarkan diri, hal ini membuat tangan Aceng berani merayap turun makin ke bawah.
Ke leher lalu turun ke dada. Nafas Aceng pun kian memburu saat ia berhasil menggenggam buah dada Nadia.

“Anjrriitt..!! Mantep nih..!!” Gumam Aceng sambil meremas-remas buah dada Nadia.
Yakin Nadia tak akan terbangun, Aceng dengan kasar menyingkap selimut yang menutupi tubuh Nadia.

Lalu dengan tak sabar menurunkan baju tidurnya hingga mata kaki.
Perasaan Aceng kian tak menentu menyaksikan pemandangan indah di hadapannya.

Tubuh mulus seorang gadis muda yang cantik terbaring dengan polosnya hanya tertutupi oleh celana dalam saja.
Dua bukit kembarnya menjulang sempurna.. seolah menanti untuk dijamah.

Aceng mencium bibir mungil Nadia sambil tangannya tak lepas menggenggam buah dada padat gadis itu.
Lidahnya merayapi seluruh wajah cantik gadis itu.. terus berlanjut menelusuri leher yang jenjang..
kemudian semakin turun menyusuri lekuk demi lekuk tubuh indah Nadia.

Diraupnya bulatan dada Nadia sebelah kiri dan disedotnya dengan rakus..
sementara buah dada kanan tetap digenggamnya.

Puas dengan yang sebelah kiri.. ia berganti meraup yang kanan.. begitu seterusnya.
Aceng dengan garang memainkan buah dada Nadia.

Celana dalam Nadia akhirnya diturunkan juga oleh Aceng..
Sehingga kini sempurnalah keindahan tubuh Nadia yang telanjang bulat tersaji di hadapannya.

CONTIECROTT.!!
-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd