Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

Pecah Utak

Pertapa Semprot
Daftar
18 Oct 2014
Post
5.260
Like diterima
14.602
Lokasi
Serenity
Bimabet
-------------------------------------
Just Share..!
-------------------------------------

Salam Semprot.

Mohon mangap kalo Nubi 'kembali mengotori' di sini.
Nubi cuma pingin menghibur.. berbagi cerita yang sempat Nubi save dan edit..
serta yang Nubi anggap 'asyik dan layak' dishare di Forum Tercinta ini
Plus sekalian Nubi belajar posting..

Cerita-Cerita di Trit ini sebenarnya semacam SERIAL.. dan masing-masing berdiri sendiri-sendiri.
Karena memang Karya dari Banyak Maestro penulis-penulis CerPan dari berbagai situs yang – kebanyakan..–
telah almarhum.
Lagian memang ceritan-ceritanya asyik-asyik, kog.

Beberapa cerita lain masih belum sempat Nubi Edit. Mungkin nanti, bila telah diedit.. secara bertahap akan Nubi posting per kisahnya.
Sayangnya.. hingga kini sebagian besar Nubi ga tau siapa 'Maestro-Maestro' penulis-penulisnya.
So.. Untuk Para Penulis Asli Cerita.. -Siapapun itu..- Nubi juga mohon mangap.. telah menyebarkan karyanya tanpa izin.
Bukan kenapa-napa.. cuman lantaran emang Nubi ga tau siapa yang nulis.
Juga karena keterbatasan Nubi berselancar di dunia maya belaka, yang menghambat.

Sebab.. menurut Nubi.. sayang rasanya kalo sebuah Karya yang Bagus ga dishare atau dinikmati di Tempat yang Bagus juga.
Mudah-mudahan dengan share ini.. siapa tau Nubi jadi bisa kenalan dengan penulis aslinya. Haha..
Lagian juga.. "Sebuah karya yang telah dipublikasikan.. adalah milik audiens..! Plus.. telah memiliki 'ruh-nya' sendiri.
Menyitir pernyataan Rendra– Hehe..
------------------

O ya.. sedikit PESAN NUBI buat Brada+Sista.. ALL SEMPROTERS.. baik SR –Silent Readers..– .. AR –Active Readers..– ..
apalagi yang bergelar SUHU. Jika berkenan ‘untuk berkomentar..’ Plis.. Jangan OOT..!
Apalagi yang berkesan menyerang TS tanpa alasan.
Belajarlah untuk lebih santun dan ga OOT dalam ‘menyampaikan suatu pendapat’ pada suatu Thread di FORUM ini..
alias TIDAK OUT OF TOPIC.
–Cukup Fokus Pada Cerita dan atau Teknik Penulisan serta yang berhubungan dengan hal tersebut saja–
Sebab.. sudah ada THREAD KHUSUS-nya masing-masing..!

Ga ada samasekali ‘kepentingan atau keuntungan pribadi’ yang Nubi dapat dari nge-posting CerPan.. yang menyertakan..
nama seorang almarhum Penyair Besar, Penyair Sedang atau Penyair Kecil..!
–Kok jadi Kayak Ukuran baju.. ya..? S, M, L.. LL, XL, XXLL.. hehe..– Apalagi yang berbentuk Materi.
Niat Nubi murni ‘sekedar sharing’ dan menghibur doang..! Jadi.. Nubi TEKANKEN.. Nubi bukan plagiat..!

Kalo.. sekiranya.. jika.. andai.. umpama.. ada yang Ga Suka dengan ATURAN memposting CerPan CoPas..
–meskipun sudah diedit dan dirapikan– Silakan LAPORKAN ke Thread PELAPORAN.
Udah tersedia dan ada Thread KHUSUS-nya, kok. Plus.. sekalian bisa buat permohonan ke Om Momod dan Om Satpam..
supaya poin ke-4 dalam ATURAN atau RULES pemostingan.. –seperti di bawah ini..– diganti atau dihapuskan saja.

Untuk cerita yang copy paste dari website luar, jangan asal copy paste saja tapi liat dulu dan perbaiki bagian-bagian yang memang perlu diperbaiki, ditambah/dikurangi. Dan tidak perlu menaruh link website cerita itu berasal! Anda cukup bilang "cerita ini copy paste dari website/forum tetangga..” Dengan alasan: Ga suka.. atau apaan kek. Whatever.

O ya.. terakhir: So.. kalo masih ngeyel dan OOT ga karu-karuan.. Nubi saranin agar ngebuat aja BLOG, WEB atau SITUS sendiri.
Supaya Anda bisa bebas sebebasnya menikmati sendiri.. nulis sendiri.. posting sendiri.. baca sendiri.. komen sendiri..
balas komen sendiri.. dan Coli sendiri.. apapun itu.

Akhirnya.. met nge-reread aja dah, buat yang udah pernah baca..! Semoga terhibur. Adios.
------------------------------
I N D E X
------------------------------

Cerita 01 – 07 Page 1
Cerita 08
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-2
Cerita 09, 10
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-3
Cerita 11, 12
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-4
Cerita 13, 14
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-5
Cerita 15
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-6
Cerita 16
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-11
Cerita 17
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-15
Cerita 18, 19
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-16
Cerita 20
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-17
Cerita 21, 22
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-18
Cerita 23, 24
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-19
Cerita 25, 26
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-21
Cerita 27 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-23
Cerita 28, 29
https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-24
Cerita 30 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-25
Cerita 31 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-29
Cerita 32 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-30
Cerita 33, 34 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-31
Cerita 35 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-33
Cerita 36, 37 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-35
Cerita 38 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-36
Cerita 39, 40 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-37
Cerita 41, 42 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-38
Cerita 43 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-42
Cerita 44, 45 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-43
Cerita 46, 47 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-44
Cerita 48 – 50 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-46
Cerita 51, 52 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-48
Cerita 53 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-49
Cerita 54 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-50
Cerita 55, 56 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-51
Cerita 57, 58 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-52
Cerita 59 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-53
Cerita 60 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-54
Cerita 61 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-56
Cerita 62 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-57
Cerita 63, 64 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-58
Cerita 65, 66 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-59
Cerita 67 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-60
Cerita 68 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-62
Cerita 69 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-63
Cerita 70 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-64
Cerita 71, 72 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-65
Cerita 73 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-67
Cerita 74 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-68
Cerita 75, 76 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-69
Cerita 77 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-70
Cerita 78, 79 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-72
Cerita 80 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-74
Cerita 81 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-78
Cerita 82 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-79
Cerita 83 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-80
Cerita 84 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-81
Cerita 85 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-82
Cerita 86 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-83
Cerita 87 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-83
Cerita 88 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-84
Cerita 89 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-85
Cerita 90, 91 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-86
Cerita 92 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-87
Cerita 93 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-88
Cerita 94 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-89
Cerita 95 – 97 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-93
Cerita 98, 99 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-94
Cerita 100 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-95
Cerita 101, 102 https://www.semprot.com/threads/kompilasi-from-office-affair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-99
Cerita 103, 104 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-100
Cerita 105 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-102
Cerita 106, 107 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-103
Cerita 108 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-104
Cerita 109, 110 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-105
Cerita 111 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-107
Cerita 112, 113 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-108
Cerita 114 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-112
Cerita 115, 116 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-113
Cerita 117, 118 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-116
Cerita 119, 120 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-118
Cerita 121 – 123 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-119
Cerita 124 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-120
Cerita 125, 126 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-122
Cerita 127, 128 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-123
Cerita 129, 130 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-127
Cerita 131 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-129
Cerita 132 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-130
Cerita 133 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-131
Cerita 134 https://www.semprot.com/threads/kom...fair-copasedit-dari-tetangga.1368857/page-133
Cerita 13
Cerita 13
Cerita 13
Cerita 13
Cerita 13
Cerita 14
Cerita 14
 
Terakhir diubah:
-------------------------------------------------------

Cerita 001 - Affair Pertama

Bonus Mengikuti Kursus

Peristiwa ini terjadi tahun 2002.. ketika saya ditugaskan untuk mengikuti Kursus Kearsipan yang diadakan oleh Group Perusahaan saya.
Sebenarnya peristiwa ini tidaklah sengaja untuk saya rencanakan.. namun terjadi begitu saja secara spontan..
Ya.. mengalir bagai air mengikuti naluri manusia.
---------

Perusahaan di tempat saya bekerja pada awalnya adalah penyedia jasa yang bergerak di bidang bimbingan belajar di Kota Y.
Namun seiring dengan kemajuan yang dicapai.. maka dicoba untuk mengembangkan sayap pada bidang-bidang lain seperti super market..
sekolah tinggi ekonomi.. kursus komputer.. travel and tour..

Bahkan membuka rumah makan.. yang semakin hari semakin berkembang.. dan tidak hanya menempati satu gedung..
namun tersebar di berbagai tempat dan mempunyai kantor cabang di kota-kota lain di Indonesia.

Saya bekerja sebagai staf di bidang adminstrasi perusahaan dan menangani arsip-arsip perusahaan yang semakin hari semakin menumpuk saja.
Seiring dengan perkembangan tersebut diadakanlah training kearsipan bagi karyawan-karyawan yang menangani arsip-arsip perusahaan..
supaya ada kesatuan persepsi dan model yang akan dipakai dalam penanganan arsip..
Sehingga memudahkan dalam pencarian kembali arsip yang telah lalu maupun menyeleksi arsip-arsip yang akan dimusnahkan supaya tidak memenuhi gudang.

Ketika saya ditugaskan untuk mengikuti kursus tersebut.. saya langsung menyatakan setuju.
Saya merasa beruntung ditunjuk untuk kursus kearsipan tersebut.. karena selain tidak masuk kantor juga bisa 'refreshing' ..
menyegarkan badan dan otak yang sehari-hari hanya bergelut dengan kertas dan kertas.

Kursus diadakan selama 2 minggu dan menginap di subuah penginapan di kawasan Kaliurang..
Suatu tempat rekreasi yang sejuk di kaki Gunung Merapi.

Kursus kearsipan diikuti sekitar 30 orang laki dan perempuan.. usianya berkisar antara 22 sampai 36 tahun..
Jadi masih muda-muda dan penuh semangat. Ada yang sudah berkeluarga.. ada juga yang baru punya pacar.

Walaupun kami dalam satu group perusahaan.. namun karena jarang bertemu.. terlebih yang dari luar kota..
ya kebanyakan dari kami belum saling kenal.. hanya satu dua orang saja yang sudah saling kenal.

Hari pertama kursus diadakan acara perkenalan dari masing-masing peserta untuk menyebutkan nama.. alamat..
asal sub perusahaan/kerja dibagian apa.. dan sebagainya sampai soal status keluarga.. anak serta suami ataupun istri.

Setelah istirahat siang.. untuk lebih dapat menghafal nama serta lebih kompak dalam kerjasama peserta..
diadakan kegiatan dinamika kelompok.. dan dilanjutkan acara Outward Bound selama 2 hari penuh.

Dalam dua hari tersebut hampir semua peserta sudah saling kenal satu sama lain.. bahkan ada yang tampak akrab.
Ketika acara istirahat siang mereka sudah pada ngobrol satu sama lain.. saling curhat.. saling mencari "jodoh" masing-masing.

Dan pada malam kedua itu kelihatannya mereka sudah saling akrab.. bahkan hampir dari semua peserta pada malam itu..
sesudah pelajaran selesai kira-kira pukul 21. 30 WIB.. mereka memutuskan untuk jalan-jalan keliling sekitar penginapan sampai ke Gardu Pandang..
Ya.. untuk melihat pemandangan alam di sekitar Gunung Merapi malam hari.

Dan sungguh menakjubkan.. pada malam terang bulan itu Merapi terlihat indah.. gagah.. namun menyimpan rahasia alam yang tak dapat diraba oleh panca indera.

Dalam perjalanan malam itulah saya mulai menemukan 'jodoh' untuk diajak bincang-bincang secara dengan dekat atau curhat.. bahasa populernya.
Sebut saja teman saya tadi Wiwik. Masih muda.. sekitar 25 tahun.. belum kawin katanya.. namun sudah punya pacar.

"Pacarku itu lho Om.. –begitu dia panggil saya..– yang antar aku ke sini tempo hari..”
"Oh.. yang antar kamu tempo hari to Wuk.." sahutku..

Hari-hari selanjutnya semakin akrab aku memanggil dia dengan panggilan Wuk.. dan dia memanggilku dengan Om.
"Kok.. panggil aku Om.. gimana sih..?” Godaku.

"Gini Om.. soalnya dari perkenalan kemarin.. Om umurnya sudah sebaya dengan umur Pak Lik atau Paman saya.. jadi ya kupanggil saja Om.
Nggak apa-apa kan..?” Sahutnya.

"Oh.. begitu to.. oke deh" sahutku pula.

Pada Ju'mat pertama.. saya coba ajak Wiwik untuk jalan-jalan setelah akhir pelajaran. Waktu itu jarum jam menunjukkan pukul 22. 00 WIB.
"Wuk.. belum ngantukkan..?” Tanyaku.
"Belum Om.. ada apa..?” Wiwik balas bertanya.

"Yuk.. kita jalan-jalan ke gardu pandang..!” ajakku.
"Siapa aja yang akan ke sana Om..?” Tanyaknya lagi.

"Aku nggak tahu.. aku hanya ajak kamu jalan-jalan malam ini.. kan besok malam Minggu..
diberi kesempatan pulang ke rumah masing-masing.. jadi ini kesempatan malam terakhir minggu pertama..
untuk jalan-jalan. Kalau yang lain ada yang ikut aku nggak keberatan..
kalau tak ada yang ikut pokoknya aku ajak kamu aja.. mau kan..?” Aku coba merayu.

"Gimana ya Om..?” Dia agak ragu menjawab.
"Aku sih sebenarnya juga ingin jalan-jalan.. tapi kalau hanya kita berdua gimana.. ya..
aku tak enak sama teman-teman yang lain..” lanjutnya.

"Ya nggak usah dipikirkan.. tuh mereka sudah membuat kelompok-kelompok sendiri..!” Sahutku pula.
Wiwik diam sebentar dan akhirnya memutuskan mau kuajak jalan-jalan malam itu.. hanya berduaan saja.

Sepanjang jalan aku dan Wiwik ngobrol tentang keadaan kantor masing-masing.. tentang keadaan alam.. tentang keluarga..
dan ngomong apa saja untuk menghilangkan kejenuhan selama perjalanan ke gardu pandang.

Setelah jalan beberapa ratus meter melewati tanjakan dan tikungan..
tiba-tiba melewati tikungan yang cukup gelap karena lampu penerangan jalan yang mati.

Wiwik berhenti sebentar dan berkata.."Om.. gelap tuh jalan.. gimana yuk balik aja..?”
"Balik.. tanggunglah yau..! Kan gardu pandang tinggal beberapa puluh meter di depan.. setelah tikungan itu kan..?”
Sahutku agak ngotot.

"Iya tapi kan cukup gelap.. aku agak takut.." sahutnya pula.
"Nggak apa-apa.. ada aku kok –gayaku sok berani–.. yuk terus..!”
Ujarku sambil secara refleks menarik tangannya dan kugandeng terus melewati kegelapan.

Wiwik.. terus mengikuti.. malah memegangku semakin erat hingga semakin dekat jaraknya tubuhnya dengan tubuhku.
Uff.. Tercium.. bau parfum yang wangi dari tubuhnya. Hal ini semakin ingin aku menggandengnya lebih lama.

Akhirnya aku dan Wiwik melewati jalan gelap sambil bergandeng tangan terus sampat tempat gardu pandang.
Di sana sudah ada beberapa pasangan muda-mudi yang juda duduk-duduk sambil memandang keindahan Gunung Merapi.

"Om.. lepasin dong tangannya.." pintanya baru tersadar.
"Oh maaf.. ya Wuk.. aku sampai lupa.. habis hangat sih.." godaku.
"Om.. nakal.. besuk kuberitahu lho istri om.. biar dimarahi.." sahutnya.
"Eh.. ngancam.. ya..? Besuk juga kuberi tahu pacarmu.. hayo..!" Balasku pula.

Wiwik mencubit tanganku.. namun secara cepat kupegang tangannya erat-erat dan kutarik tubuhnya mendekati tubuhku..
kutarik lagi hingga tubuh kami berdua berdekatan.

"Ssst.. nggak usah ribut.. nanti pada menengok dan melihat ke sini semua.." bisikku di telinganya
. Mata kami saling memandang.. dan Wiwik pun tersenyum.

"Oke.. Om.. nggak usah lapor-laporan.. ya.." ucapnya pelan.. aku pun membalas senyumnya.
"Iya deh.. Oreo.. setuju kan..?"

Akhirnya malam itu kami duduk-duduk untuk beberapa lama.. ngobrol..
sambil menikmati pemandangan dari gardu pandang.. yang pada waktu itu Merapi telah diselimuti kabut cukup tebal.

Jarum jam telah menunjukkan pukul 23. 30 waktu setempat.. hawa di pegunungan itu semakin terasa dingin.. satu per satu..
sepasang demi sepasang.. mereka mulai meninggalkan gardu pandang.

Aku pun mengajak turun Wiwik menuju tempat penginapan kami.
"Om.. dingin sekali ya.. Om dingin nggak..?" Tanyanya.
"Ya iyalah.. dingin.." sahutku pula.. "Gimana to..?" Tanyaku pula.
"Nggak apa-apa kok.. yok kita turun.." lanjutnya.

Tanpa berkata ba.. bi.. bu.. ku gandeng tangan Wiwik.. dia tak menolak.. aku semakin berani untuk segera merangkulnya.
"Gimana Wuk..? Hangat kan..?"
"Om.. nakal.. besuk aku bilangan.. sama istri Om.." sahutnya.
"Eit.. kita kan udah janji.. Oreo-kan.." kataku mengingatkan janji kami.

Akhirnya Wiwk diam saja kurangkul dan kudekap sepanjang perjalanan menuju penginapan..
mungkin merasa hangat dan lebih tenang seperti yang kurasakan.

"Lepasin donk Om tangannya.." katanya setelah terlihat penginapan yang tinggal beberapa puluh meter.
Kulepaskan tanganku.. dan aku sengaja menyenggol bukitnya yang ternyata cukup besar. Wiwik hanya diam saja.

"Dah.. Wiwik..” kataku ketika kami berpisah dan menuju kamar masing-masing.
"Dah.. Om.. nakal.." sahutnya sambil tersenyum.

Sabtu sore kami diberi kesempatan untuk pulang mengengok keluarga masing-masing.
Aku pulang sendiri.. Wiwik dijemput oleh pacarnya.. yang ternyata juga tidak begitu ganteng.

"Selamat jalan.. ya.. hati-hati.." kataku sambil mengulurkan tanganku untuk bersalaman.
Wiwik pun menjawab.. "Terimakasih.. Om.. ini kenalkan.. pacarku..”

Aku pun lantas bersalaman dan berkenalan dengan pacarnya.
"Sigit.." katanya singkat memperkenalkan diri.
"Yanto.." jawabku singkat pula.

"Senang ya punya pacar cantik.. kok diajak pulang sore ini..? Kenapa nggak nginap di sini aja berdua.. sekaligus bermalam minggu di sini.
Kalau mau nanti aku mintakan izin sama panitianya. Aku kenal kok sama ketua panitia kegiatan ini.." godaku pada pasangan itu.

Mereka berdua saling berpandangan dan tersenyum malu.
"Nggak usah lah yau.. nanti ndak lupa daratan.." sahut mereka berdua hampir bersamaan.

"Oke.. kalau gitu selamat jalan.. dan sampai jumpa.." aku berkata demikian sambil melambaikan tangan.
Mereka berdua pun melambaikan tangan.. menghidupkan mesin motornya dan melesat turun ke kota.

Ketika aku masih bengong melihat Wiwik dengan pacarnya sudah melesat pergi..
tiba-tiba dari belakang di tepuk pundakku oleh Pak Bandung.. salah seorang panitia yang telah kukenal sebelumnya.

"Hayo! Dik Yanto jangan bengong aja.. dulu waktu muda kan pernah kayak gitu..
ingat lho Dik Yanto.. anak dan istri telah menunggu di rumah untuk berakhir pekan" katanya.

Aku pun terkejut.. "Oh.. nggak apa-apa kok Pak.. saya cuma setengahnya tidak percaya.. itu lho gadis cantik kayak gito kok pacarnya biasa saja..
nggak ganteng.. kalau dipikir-pikir justru lebih ganteng saya to Pak.." jawabku sok Pede.

Dan sambil menghidupkan mesin aku langsung tancap gas turun gunung.. mampir sebentar di warung pinggir jalan..
membeli juadah tempe serta wajik untuk oleh-oleh anak istri yang telah menunggu di pondok mertua indah.

Senin pagi para peserta kursus telah berdatangan lagi untuk melanjutkan menimba ilmu kearsipan.
Kulihat Wiwik juga telah datang dan tengah menikmati sarapan pagi yang memang telah disediakan oleh pihak panitia.

Aku mendekat dan menyapa.. "Pagi Wuk.. gimana kabarnya..? Gimana malam Minggunya.. asyik kan..?
Saya tau lho Wuk.. malam itu kamu tidak pulang ke rumah.. tapi entah bermalam di mana.."
kataku mencoba menebak-nebak sambil duduk di dekat Wiwik yang lagi sarapan pagi.

"Ah.. Om ini sok tau.. Kalau iya, terus mau apa..? Kalau tidak, trus gimana..?" jawabnya agak ketus.
"Ya.. nggak apa-apa.. wong aku cuma bercanda, kok.." aku balas menjawab.

"Gimana Wuk.. nanti habis pelajaran malam kita jalan-jalan lagi.. ya.
Nanti jalan-jalan dengan route yang lain dengan kemarin.. oke..?”
aku mengajak Wiwik. Wiwik cuma mengangguk tanda setuju.

Malamnya.. setelah pelajaran malam berakhir pukul 21. 30 kami berdua jalan-jalan mengelilingi taman parkir..
gardu pandang.. telogo nirmolo.. dan akhir berhenti duduk-duduk karang Pramuka.

Saat itu Wiwik memakai jaket tebal dan celana jeans ketat.
Dalam keremangan malam terlihat bentuk kakinya yang indah sesuai dengan tinggi badannya.

"Dingin Wuk..?” Tanyaku membuka percakapan.
"Ya dingin.. mana ada tempat di Kaliurang yang hangat.." jawabnya ngeledek.
"Ada saja.." jawabku
"Di mana..?" Tanyanya lagi
"Ya.. di sini.." jawabku sambil aku menggeser pantatku dan duduk berdekatan dengannya.
"Di mana Om..?” Wiwik pun bertanya lagi.
"Ya.. di sini.. Coba pejamkan mata sebentar..!” Perintahku.

Wiwik pun memejamkan mata. Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja.
"Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya
"Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya.

"Ahh.. Om.. nakal..!" Wiwik meronta.. tapi aku tetap meneruskan pelukanku.. bahkan semakin erat.
Pada akhirnya perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat.

Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya.
Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om..” desahnya pelan.

"Oh.. Wuk.. cantik sekali kau malam ini.." rayuku.. sembari tanganku selanjutnya menelusuri tubuh di balik jaketnya yang tebal.
Aku sedikit kaget.. karena ternyata Wiwik hanya memakai kaos 'adik'
–istilah kaos yang kekecilan.. sehingga ketiak dan pusar terlihat..– singlet yang agak tebal.

"Nggak usah terkejut Om.. aku sering melakukan ini dengan pacarku.." bisiknya.
"Lho.. katamu dingin..? Kok pakai singlet..?” Aku balas bertanya.
"Iya.. tadi dingin.. tapi sekarang sudah agak hangat.. kan ada pemanasnya.." celotehnya pula.

"Ooo begitu.. baru hangat kan..? Oke kalau begitu nanti kubuat kamu lebih hangat lagi.. kalau perlu sampai panas.."
lanjutku sambil terus mengelus.. meraba tubuhnya.

Dan akhirnya sampai di bukit yang cukup besar dan kiranya mulai menegang.
Tanganku berhenti sebentar di bukitnya yang kenyal..

Kemudian mulai kuremas-remas dengan kedua tanganku dari arah belakang.
Wiwik mulai melenguh kenakan. "Oh.. Om.. terus-terusin Om.. Om.. teruus.." Wiwik terus merengek.

Kemudian dia berbalik dan tangannya juga mulai mememeluk tubuhku semakin erat.
Tangannya menuntun tanganku dari bawah kaosnya.. menuju bukitnya dan ternyata juga tidak memakai BH.
Rrrrbb.. Kuremas pelan-pelan dan semakin cepat.. seiring dengan rengekannya.

Kami berdua saling berpelukan.. saling berciuman.. melumat bibir.. saling meremas.. entah berapa lama.
Kami semakin tidak sadar kalau berada di ruang terbuka.
Di sekeliling kami hanya pepohonan hutan cemara di keremangan malam..

Diiringi suara cengkerik.. belalang serta binatang malam lainnya.. di pinggir tanah lapang itu.
Kami pun tidak akan tau seandainya di sekeliling lokasi itu ada yang melihat.. baik sengaja mengintip atau tidak sengaja melewati daerah itu.

Permainan terus berlanjut di udara terbuka itu.
Tanpa dikomandoi.. Wiwik pun segera mengarahkan tangannya ke daerah selangkanganku.. mengelus dari luar celanaku.
Tau bahwa ‘adikku’ telah bangun.. Wiwik pun segera memelorotkan celanaku yang kebetulan waktu itu hanya memakai training.

Blepp.. Segera dikeluarkannya batang kemaluanku yang telah tegak.. untuk selanjutnya Wiwik mengemot-emot..
memainkan lidahnya di kepala kemaluanku dengan semangat.
Hal ini membuatku lupa dengan istri di rumah yang belum pernah melakukan hal yang demikian.

"Oh.. Wuk.. terus Wuk.. teruuss.. enak Wuk.. teruuss..” Dan.. crot.. crot.. crot.. crot.. crot.. crot..
muncratlah spermaku dalam mulutnya yang mungil dan sebagian lagi mengenai wajahnya yang cantik.
Aku hanya memejamkan mata keenakan.

"Enak Om..?” Tanyanya. Aku hanya mengangguk.. mulut rasanya sulit berkata.. karena hampir tak percaya kejadian yang baru saja tadi.
Ini adalah hubungan seks-ku yang pertama dengan selain istri.. walaupun baru sebatas oral seks.
Dan ternyata menimbulkan kesan lain yang mendalam selain juga mengasyikkan.

"Aku bersihkan ya Om..?" Lalu tanpa berkata lagi.. Wiwik mengulum-ngulum batang kemaluanku..
Menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel sampai bersih.. sih.

"Oh.. Wuk..” Sadar berada di alam terbuka.. aku segera melihat jam tanganku.
Jarum jam telah menunjukkan angka 23. 15. Aku segera mengajak Wiwik meninggalkan tempat itu.
---------------

Bonus Mengikuti Rapat Kerja


Pada akhir tahun 2002.. saya mengikuti Rapat Kerja –Raker..– yang diselenggarakan oleh Group Perusahaan.
Kegiatan Raker seperti itu sebenarnya hampir setiap tahun diadakan..
Namun baru kali ini saya diajak sekaligus menjadi panitia dalam kegiatan tersebut.

Saya berharap dapat mengulang kejadian sebagaimana ketika mengikuti Kursus Kearsipan..
–baca: Bonus Mengikuti Kursus..– beberapa waktu lalu.

Pucuk dicnita ulam tiba.. begitulah peribahasa yang pas diucapkan.. karena dari daftar peserta yang masuk terdapat nama Wiwik..
Cewek yang pernah saya ajak kencan kira-kira 3 bulan yang lalu sebelum Raker ini.
---------------

Sebenarnya Rapat Kerja hanya diadakan selama 2 hari.. namun atas usul para peserta minta untuk diperpanjang 1 hari lagi..
guna memberi waktu bagi peserta berwisata menikmati pemandangan alam Tawangmangu..
suatu tempat rekreasi yang sejuk di kaki Gunung Lawu.

Rapat Kerja ini diikuti para manajer yang ada di Kantor Pusat maupun kantor perwakilan.
Selain para manajer dan pimpinan.. masing-masing kantor perwakilan boleh menyertakan seorang staf administrasi..
sebagai penghubung peserta dengan panitia..
dan juga sekaligus membantu panitia menyiapkan berbagai peralatan yang diperlukan peserta Raker.

Untuk berangkat menuju ke Tawangmangu.. perusahaan menyediakan sarana tranportasi berupa bus full AC.. full musik..
namun banyak diantara para peserta yang membawa kendaraan pribadi.. termasuk saya.
Tujuan adalah dengan membawa mobil pribadi maka mobilitasnya lebih tinggi.

Sebagai panitia.. saya datang lebih awal untuk menyiapkan segala keperluan Raker serta mengurus akomodasi bagi para peserta.
Sengaja saya memilih kamar yang agak mojok.. dan hanya single bed.
Karena hari Jum'at para peserta diharapkan sudah check in sebelum Jum'atan.. sedang Raker-nya sendiri baru akan dimulai setelah Jum'atan.

Rombongan bus telah datang.. nampak Wiwik dengan pakaian kantor yang cukup serasi kelihatan lebih seksi dan cantik..
daripada waktu dulu pertama ketemu.
Payudaranya nampak lebih montok dan menantang.
Hatiku jadi berdebar juga.. dag dig dug rasanya. Membayangkan seandainya punya kesempatan untul ML dengan Wiwik.

"Siang Wuk.." sapaku sambil mengulurkan tangan ketika Wiwik memasuki lobby.
"Oh.. siang Om.." jawabnya agak terkejut.
"Om di sini..? Sudah lama ya..?" Lanjutnya.
"Ya.. cukup lama juga.. kan aku ikut panitia.. jadinya datang lebih awal.." jawabku agak sombong.

Setelah mendaftar ulang.. kuberi tahu nomor kamar Wiwik ada beseberangan dengan kamarku.
Kebetulan pula bahwa peserta wanitanya ganjil.. sehingga satu kamar yang mestinya untuk 2 orang..
Maka kamar untuk Wiwik hanya satu orang saja. Ini memang sudah kuatur agar aku dapat mengulang berkencan dengan Wiwik lagi.
"Dasar buaya darat.." aku bergumam sendiri.. hehe..

Waktu menunjukkan pukul 11.45. Semua peserta yang akan ber-Jum'atan sudah meninggalkan penginapan menuju tempat ibadah.
Hanya beberapa peserta yang tidak Jum'atan.. termasuk aku dan Wiwik.

Tok.. tok.. tok.. kuketuk pintu kamar Wiwik.
"Masuk.. nggak dikunci kok.." terdengar jawaban dari dalam.

Aku perlahan-lahan membuka pintu.. dan ternyata Wiwik sedang santai saja menata barang bawaannya.
Wiwik sudah melepas blazernya dan hanya memakai atasan you can see serta nampak kalau tak memakai bra.

"Wuk.. aku kangen sama kamu lho.." kataku.
"Ngrayu nih ye.. siang saja sudah merayu.. gimana entar malam ya..?” Wiwik menggodaku.

"Kalau malam ya nggak perlu ngerayu.. kamu kan udah tanggap sendiri.. iya kan.. hehe..?" Balasku terkekeh.
"Idiih.. Om kok semakin nakal kelihatannya.." lanjutnya.
"Habis.. susu kamu itu lho.. yang bikin aku ..” kataku lagi.
"Udahlah Om.. kalau hanya itu ambil sendiri aja.. tapi jangan lama-lama lho.." katanya lagi penuh teka-teki.

Jam di dinding kamar menunjukkan puul 12.00.. berarti ada waktu kurang lebih 45 menit untuk berkencan dengan Wiwik siang itu.
Ini waktu yang lumayan lama untuk satu permaninan panas.

Tanpa banyak cakap lagi mulai kukecup keningnya.. lalu kucium matanya.. hidungnya.. pipinya.. dan mulutnya.
Wiwik membalas dengan semangat pula. Makin lama makin intensif aku meraba-raba seluruh tubuhnya.. meremas-remas susunya..
Wiwik kelihatan semakin menikmati permainan ini.

Akhirnya mulai kulepas pakaian atasnya sehingga tampak dua bukit kembar yang montok menantang.
Segera kuemut-emut kedua bukit itu.. kupermainkan lidahku di putingnya.. kugigit-gigit.. dan kutarik-tarik dengan gigiku..
nampak Wiwik merintih-rintih menahan rasa antara sakit dan enak.

"Oh.. Om.. oh..” desahnya pelan.
"Oh.. Wuk.. kau semakin cantik dan menggairahkan.." rayuku pula.
"Oh.. Om.. terus-terusin Om.. Om.. teruus.." Wiwik terus merengek.

Kami berdua saling berpelukan.. saling berciuman.. melumat bibir.. saling meremas.. entah berapa lama.
Permainan terus berlanjut.. Wiwik pun segera mengarahkan tangannya ke daerah selangkanganku.. mengelus dari luar celanaku.

Tau bahwa 'Adikku' telah bangun.. Wiwik pun segera melepaskan sabuk dan selanjutnya memelorotkan celanaku.
Segera dikeluarkannya batang kemaluanku yang telah tegak dan selanjutnya Wiwik mengemot-emot..

Ia memainkan lidahnya di kepala kemaluanku dengan semangat.
Hal ini untuk sementara membuatku lupa dengan istri di rumah yang setia menungguku.

"Oh.. Wuk.. terus Wuk.. teruuss.. enak Wuk.. teruuss.. aku akan keluar Wuk..!"
Dan crot.. crot.. crot.. muncratlah spermaku dalam mulutnya dan sebagian lagi mengenai wajahnya yang cantik.

Aku hanya memejamkan mata keenakan. "Enak Om..?” Tanyanya retoris.
Aku hanya mengangguk.. mulutku rasanya sulit berkata.

"Aku bersihkan ya Om.." dan tanpa berkata lagi Wiwik mengulum-ulum batang kemaluanku..
menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel sampai bersih.. sih.
"Ouch.. ouch.. Wuk.." aku mendesah keenakan.

Setelah merapikan pakaian aku segera meninggalkan kamar Wiwik dan menuju kamarku.
Kami telah duakali melakukan oral seks namun tidak berlanjut dengan ML.
Dan keinginan untuk meniduri cewek itu tetap terpatri dalam benakku.

Dua hari sudah.. –lebih tepat hanya satu setengah hari..– para peserta Raker berdiskusi..
membahas berbagai macam persoalan yang ada serta menyusun strategi untuk tahun mendatang.

Untuk melepas lelah pada hari Minggunya para peserta diberi kesempatan untuk rekrasi atau belanja oleh-oleh khas Tawangmangu.
Aku dan Wiwik pun juga turut jalan bersama teman-teman lain.

Sampai di pasar para peserta Raker pun menyebar mencari apa yang dibutuhkan. Aku dan Wiwik pun berjalan berdua untuk belanja.
"Wuk.. belanjanya nanti saja.. ya..” kataku.
"Kenapa Om..?” Wiwik pun bertanya.
"Kita naik ke Hutan Wisata dulu yuk..!” Aku mengajaknya.

"Di mana Om lokasinya..?” Wiwik balik bertanya.
"Ke sana itu lho.. dari sini menjuju Grojogan Sewu.. selanjutnya terus kita naik.. di sana ada pemandangan yang sangat indah..
kita bisa naik ke menara pengawas" lanjutku lagi.

"Tapi ada syaratnya lho Om.." Wiwik pun berkata lagi.
"Apa syaratnya..?” Aku balik bertanya.
"Nanti kalau aku kedinginan.. Om tanggungjawab lho..!” Pintanya.
"Oke.. kalau itu syaratnya.. saya akan cari korek api dulu.." sahutku.

"Untuk apa Om..?" Tanya Wiwik tak mengerti.
"Ya untuk menghangatkan.. kalau kamu kedinginan.." jawabku.
"Om mulai nakal ya..!” Wiwik pun berkata sambil mencubit lenganku.
Belum sampai lepas cubitannya.. tangannya kupegang.. dan kugandeng melanjutkan perjalanan.

Kami berdua kadang bergandeng tangan dan tidak berjalan menyelusuri jalan setapak menuju hutan wisata di atas grojogan sewu.
Setelah sampai di menara pengawas.. aku mengajak Wiwik naik ke puncak menara melalui tangga yang cukup tinggi.
"Hati-hati lho Wuk.. tangganya licin.. karena kena embun.." perintahku kepadanya.

Walaupun hari itu Hari Minggu.. namun kelihatannya tidak banyak pengunjung yang sampai ke hutan wisata..
sehingga suasana cukup sepi.
Hanya terlihat beberapa pasang muda-mudi yang agak jauh dari lokasi kami berada.

Terlebih lagi pada saat itu mulai turun hujan rintik-rintik.
Untuk waktu itu kami sudah ada di puncak menara.. sehingga tidak kehujanan.

Dari puncak menara ini kami bisa menikmati pemandangan sekitar hutan.
Di samping tidak kehujanan.. juga kecil kemungkinannya bertemu dengan binatang buas maupun yang lain.
Yang kami sangat senang pada waktu itu belum ada yang naik ke menara.. sehingga kami hanya bedua saja di menara pengawas itu.

"Gimana Wuk.. indah kan..?” Aku mulai membuka pembicaraan.
"Iya.. sungguh indah.. menakjubkan sekali pemandangan alam dari sini ya Om.." sahutnya.
"Iya.. sungguh indah terlebih ada kamu di sini.. hal Ini mengingatkan aku waktu pacaran dulu.. di sini di tempat ini juga aku melakukan kissing..
necking.. dan petting untuk pertamakali.." sambungku pula terus terang.

"Hayo.. Om mulai nakal ya..!? Kalau sekarang ada aku.. apa Om mau melakukan hal yang sama..?” Wiwik bertanya seperti menantang.
"Siapa takut..!” Sahutku tak mau kalah gertak.

Aku segera memegang kedua tangan Wiwik.. lalu mendekapnya.. selanjutnya kesentuh dengan jari bibirnya yang mungil.
"Aku ingin mengulangnya.. Wuk. Mau kan kamu..?” Bisikku di telinganya. Wiwik diam.. dia hanya menganggukkan kepalanya.

Aku segera mengecup keningnya.. kemudian mencium bibirnya.. serta sekitar leher.
Cukup lama kami berciuman. Kuremas-remas kedua payudaranya yang mulai menegang.

Selanjutnya kutanggalkan jaketnya.. terlihatlah pemandangan yang indah karena Wiwik ternyata hanya memakai kaos singlet..
sehingga kedua bukitnya sedikit mulai.. kuning langsat.. bersih.. sangat menggairahkan.

"Dingin Wuk..?” Tanyaku.
"Ya dinginlah.. mana ada tempat yang panas di Tawangmangu.." katanya ketus.
"Oke.. tempat ini akan segera kubuat menjadi lebih panas.." kataku lagi.

Wiwik pun tak berkata lagi. Mulutku segera kuarahkan ke belahan dadanya.
Kucium.. kukecup.. dan kucupang hingga nampak merah dibeberapa tempat sekitar payudaranya.

"Berapa umurmu.. Wuk..?” Aku coba bertanya.
"Ngapain tanya umur segala..?” Wiwik balik bertanya.
"Ketika pacaran dulu.. cupangku di sekitar payudara dan pusar sebanyak umurnya.." sahutku nakal.

"Hmm.. begitu. Coba tebak.. ayo berapa..?
Kalau benar.. nanti selain boleh menyupang sejumlah umurku.. juga akan kuberi bonus..!” Perintahnya.

"Bonusnya apa..?"
"Eit.. Tebak dulu dong..!"

Aku sebenarnya tau umurnya.. karena waktu mendaftar kulihat biodatanya. Umurnya 25 tahun.. belum kawin.
Mungkin Wiwik sengaja bertanya atau memang tidak memperhatikan ketika pendaftaran ulang kulihat biodatanya.
Aku justru bertanya-tanya dalam hati. Ah.. persetan dengan itu.

"Duapuluh lima..!” Jawabku mantap.
"Kok Om tau..? Hayo.. dari mana..? Kalau ketauan curang.. nanti akan kutuntut..!"
"Lho katanya suruh menebak.. ya aku tebak saja.. betulkan jawabanku.. mana bonusnya..?"
"Bonusnya terserah Om.. pilih mana bagian tubuhku.." katanya membalas tuntutanku.

"Oke.. aku minta ini.. tapi nanti malam.." jawabku sambil memegang selangkangannya.
"Nanti malam Om..?” Tanya Wiwik bengong.
"Terus gimana.. nanti sore kan sudah selesai acaranya dan rombongan bus akan pulang..?"

"Begini aja.. kamu telpon do'i.. malam ini tidak pulang.. karena menyelesaikan tugas merangkum hasil-hasil Raker..
dan jangan kuatir aku bawa mobil sendiri kok.. besuk saya antar.. oke..!” kataku.
"Ngg.. Oke deh.. sudah terlanjur kalah taruhan sama Om.." lanjutnya seperti pasrah.

Perlahan-lahan kupelorotkan kaos singletnya.. kucopot kait BH-nya. Kini Wiwik sudah tidak memakai pakaian atas.
Pemandangan yang lebih indah kini terlihatnyata. Dua bukit kembar.. kuning langsat..
sangat menarik untuk segera kukecup dan kucupang sebagai tanda kemenanganku.

Tak berlama-lama aku memandangi kedua bukit itu.. segera kuemut-emut.. kugigit-gigit..
kutarik-tarik putingnya dengan gigiku.
"Oh.. Om.. jangan kuat-kuat gigitnya.. sakit.. Ouh.. trus Om.. teruuss Om.."

Wiwik mulai merengek-rengek menikmati permainan lidah dan bibirku di payudaranya.
Kuremas.. kukecup.. kuemut dan terus kuemut bagai bayi yang kehausan dan menetek ibunya.
Untuk beberapa lama kegiatan ini kulakukan.

Selanjutnya aku berdiri.. bersandar pada salahsatu tiang penyangga..
dan Wiwik pun jongkok di depanku terus melepas sabukku.. melepas kancing celanaku..
serta menarik ritsluitingnya.. segera memelorotkan celanaku.

Tuink..! Batang kemaluanku sudah berdiri menantang bagai tongkat komando.
Wiwik pun tanpa banyak bicara segera mengocok-ngocok dan mengemut-emut batang kontolku.
Menjilat-jilat mulai dari kedua buah pelir sampai pucuk kontol. Mengemut-emut lagi dan lagi.

"Oh.. Wuk.. terus Wuk.. teruuss..” aku meronta-ronta geli keenakan.
Segera kujambak rambutnya dan kumaju-mundurkan kepalanya.

"Oh.. Wuk.. terus Wuk.. teruuss.. aku akan keluar Wuk.."
Tak mampu kutahan lagi.. crot.. crot.. crot.. muncratlah spermaku dalam mulutnya lagi.

"Enak Om..?” Tanyanya. Aku hanya mengangguk. Kali ini aku bercumbu di tengah hutan.. di atas menara..
didiringi rintik hujan yang sudah mulai mereda. Dari arah tenggara sesekali terdengar deru mobil.

Hari semakin siang.. hujan suah reda.. beberapa pasang muda-mudi mulai berdatangan di hutan wisata dan sekitar menara.
Aku dan Wiwik segera membetulkan dan merapikan pakaian masing-masing dan segera turun kembali ke penginapan.

Sepanjang perjalanan menuju penginapan Wiwik kugandeng.. kadang kupeluk dengan mesra.
Sampai di penginapan hampir semua peserta telah berkemas-kemas..
Bahkan ada yang sudah meninggalkan penginapan menuju rumah masing-masing.

Kulihat Wiwik berjalan menuju Wartel dekat penginapan. Aku boleh merasa gembira.. karena akan dapat bonus dari Wiwik.
Aku segera bergegas menuju kantor penginapan.. menginformasikan kepada penjaga bahwa aku dan seorang peserta lagi pulangnya besok siang.

Pemilik penginapan pun mengizinkan aku tetap bermalam di penginapannya sampai esok hari.
Bahkan masih disediakan makan malam dan sarapan pagi.

Kulihat Wiwik telah selesai telpon di Wartel..
-Zaman itu masih pake WarTel..- namun tidak segera menuju penginapan.. tetapi mampir ke toko di seberang jalan.

Kiranya Wiwik membeli beberapa makanan kecil dan beberapa botol minuman suplemen.
Wiwik pun berjalan menuju tempat di lobby penginapan..
setelah dekat kuminta dia untuk memindah barang-barangnya ke kamarku.

Udara sore itu cukup dingin.. aku tidak berani mandi.. karena pemanas air di penginapan rusak.
Aku hanya membasuh muka.. tangan dan kaki saja. Wiwik pun demikian juga.

Jam ditanganku menunjukkan pukul 19.00.
Jatah makan malam yang biasanya di restoran kali ini kuminta pada petugas untuk diantar ke kamar saja..
karena akan kumakan setelah berita TV jam 21.00.. sebab sore ini aku telah makan bakso di seberang jalan.

Kini di kamarku hanya aku dan Wiwik.
"Wuk.. mana bonusnya..?” Tanyaku membuka percakapan dengan menagih janjinya.
"Nih.. ambil sendiri..!” Perintahnya sekenanya.

Dengan cepat aku segera memeluknya.. menciumnya.. dan mulai melepaskan pakaiannya satu per satu.
Tanpa perlawan berarti.. Wiwik telah berhasil kutelanjangi.. bulat-bulat. Ughh.. memeknya kelihatan kayak apem.. bulat.. empuk.
Payudaranya yang cukup besar.. kenyal segera kuemut-emut.. kesedot-sedot.

Wiwik pun mulai mengerang-erang. Kuhitung cupang yang ada di sekitar payudaranya.. ternyata baru 24.
"Wuk.. cupangannya baru 24.. belum genap 25 lho.." kataku.

"Mau genepin atau tidak terserah Om.." katanya pula.
"Nih. tak tambahi satu tempat lagi.. biar genap 25.." balasku.

Bukan langsung kembali mencerucup membuat tanda cupang di sekitar payudaranya.. melainkan kecupanku kuarahkan ke memeknya.
Kukecup-kecup memeknya.. kusedot-sedot lubang kewanitaanya.
Tak pelak hal itu membuat Wiwik menjerit-jerit.. dan tak lama kemudian mengalir lendir dari vaginanya. Wiwik telah orgasme.

Selanjutnya kupermainkan lidahku di bibir vaginanya.. menjilat-jilat klitorisnya dan lidahku terus mengobok-obok vaginanya.
Aku mengambil napas sebentar. Kutinggalkan dia yang telanjang bulat di tempat tidurku.

"Mau ke mana Om..?” Tanyanya bingung.
"Mau minum dulu.. kulihat tadi kamu beli minuman suplemen, ya..?” Aku balik bertanya.
"Oh.. iya.. tuh ambil di tas kresek hitam..” perintahnya. "Jangan lama-lama lho Om.. dingin nih.." katanya lagi seolah memancingku.

Aku segera mengambil sebotol dan meminum habis. Aku mulai menanggalkan pakaianku.
Kini aku dan Wiwik telah sama-sama telanjang bulat.

Segera kudekati dia dari arah kepala.. kucium mulai keningnya.. matanya.. bibirnya.. susunya.. terus turun ke pusar..
dan akhirnya tepat di vaginanya.. kuobok-obok lagi dengan lidahku.

Wiwik pun segera menangkap kontolku yang sudah tegang di atas mulutnya.
Lidahku kumainkan di lubang kewanitaanya.. Wiwik kembali mengerang-erang.. namun kurang jelas kata-katanya..
karena kini sudah tersumbat oleh batang kontolku.

Aku terus menjilat-jilat bibir vaginanya.. dan kontolku pun dikemot-kemot.. disedot-sedot.
"Ouh Wuk.. Oh.. Wuk.. terus Wuk.. teruuss.. aku akan keluar Wuk.." Crott.. crott.. crott..
Kembali tumpahlah spermaku dalam mulutnya untuk kesekiankalinya.. dan semua cairannya ditelan habis.

Setelah istirahat dan minum suplemen.. tak berapa lama aku segera berbalik dan melanjutkan mengambil bonus.
Perlahan-lahan kubuka pahanya yang putih mulus dengan selangkangan yang sangat menantang.

Slebb.. Perlahan-lahan kumasukkan batang kontolku ke liang senggamanya.
Rrrrbb.. Sedikit demi sedikit.. masuklah kumasukkan batang kontolku..
Jlebb.. akhirnya semua batang kontolku masuk ke dalam memeknya.

Kuangkat sedikit lalu kusodokkan lagi.. blessebb.. clebb.. clebb.. clebb.. terus dan terus.
Kuremas-remas susunya.. kuremas semakin lama semakin cepat. "Om.. perih om.. berhenti dulu Om" rintihnya.

Namun aku tak mempedulikannya.
Kuremas-remas susunya.. kuremas semakin lama semakin cepat.

Segera kugenjot lagi kontolku di dalam vaginanya.. terus dan terus..
"Ouh.. Ouh.. Omm.. Omm.. terus.. teruss Om.. aku akan keluar lagi Om..”

"Ouh Wuk.. Oh.. Wuk.. aku juga akan keluar Wuk.. Kita bareng-bareng Wuk..!!”
Akhirnya aku dan Wiwik mencapai puncak bersama-sama.

Malam itu kami bermain sepuas-puasnya.. dengan berbagai gaya dan posisi.
Kemudian kami tidur dengan satu selimut tebal masih dalam keadaan telanjang bulat sampai pagi.. lupa makan malamnya.

Paginya.. setelah kami berdua mandi dan sarapan.. segera berkemas meninggalkan penginapan.
Tak lupa kuberi tips pada petugas jaga pagi itu.

Kemudian kami menuju mobil dan segera melesat kembali ke kota.
Aku antar dulu Wiwik ke terminal bus. Sesampai di terminal bus.. kami segera berpisah.

Kujabat tangannya dengan erat. "Terimakasih ya Wuk atas bonusnya.." kataku.
"Terimakasih kembali.. Om. Sampai jumpa di lain kesempatan.." katanya sambil melambaikan tangannya. (. ) ( .)
---------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-------------------------------------------------------------

Cerita 002 – Kenikmatan di Balik Bencana

Nadya

Semenjak kedatangannya..
suasana kantor agak berubah. Orang-orang jadi semakin rajin, entah mengapa.

Dia bukanlah direktur yang baru, bukan pula sekretaris baru yang seksi.

Namanya Nadya. Perempuan berumur 27 tahun ini disukai sekaligus dibenci.
Disukai karena kerjanya cepat dan sangat efektif.. serta sangat cerdas..
tetapi di sisi lain dia selalu mengeluh dan memarahi kami karena keterlambatan kami atau hal-hal sepele lainnya.

Nadya bukanlah direktur, juga bukan senior designer. Posisinya sama denganku, junior designer.
Yang membedakannya denganku dan beberapa teman lainnya adalah;
Nadya lulusan universitas kenamaan di Amerika Serikat, dengan prestasi cum laude.

Selain itu Nadya juga keponakan dari Owner perusahaan desain interior ini.
Berdarah Jawa-Belanda, dengan tampang indo layaknya model-model catwalk.. rambut hitam panjang..
dengan kacamata tipis dan pakaiannya yang selalu modis, sudah barang tentu lelaki menyukainya.

Namun entah kenapa kami malas untuk akrab dengannya.. selain karena sikapnya yang selalu ketus dan tidak bersahabat itu..
juga karena kami merasa tidak selevel dengannya.

Apalagi kebanyakan dari kami adalah lulusan universitas lokal.. dan sewaktu kuliah membolos sudah jadi makanan kami..
–tidak bisa nyontek di kuliah desain interior..–
Walaupun kami datang dari universitas mentereng. tetap saja tidak bisa membandingkan diri kami dengan Nadya.

Aku sendiri berusia 29 tahun, masih jomblo dan belum menikah. Bukan karena aku tidak laku..
Tapi aku masih agak syok.. ketika setahun yang lalu pacarku selingkuh dengan sahabatnya sendiri.

Memang mereka tidak melakukan hal-hal yang melanggar norma kesusilaan..
Tetapi jalan dengan laki-laki lain dan saling berkirim SMS mesra di tengah-tengah persiapan pernikahan..
Apa bukan selingkuh itu namanya..?

Teman-temanku yang lain sering menggodaku agar aku mendekati dan mencoba akrab dengan Nadya..
karena menurut informasi yang beredar.. Nadya belum memiliki pacar.

Wajar saja hal ini terjadi.. mengingat yang masih bujangan di kantor ini selain aku dan Nadya.
Cuma ada seorang desainer senior yang selalu tidak beruntung dalam masalah percintaan dan seorang office boy.

Aku pun bertanya-tanya kenapa Nadya tidak laku, padahal dia sangat cantik dan pintar.
Apa karena sikapnya yang ketus..? Atau mungkin saja dia lesbian..? Haha. Bisa saja kan..?

Minggu ini minggu yang sangat melelahkan. Selain mengerjakan desain interior untuk sebuah mall yang akan dibangun..
aku dan Nadya harus rapat sore hari bersama developer sebuah gedung perkantoran.

Selama di mobilku, Nadya hanya diam saja, sembari mendengarkan musik di ipodnya.
Sudah barang tentu dia pasti tidak akan menjawab jika aku sekedar ingin mengobrol atau berbasa-basi dengannya.
Sebab selama ini pembicaraanku dengan dia hanya sebatas pekerjaan saja.

Dia juga tidak pernah bergabung dengan orang-orang kantor mencari makanan murah di sekeliling gedung perkantoran.
Entah dia makan di mana, karena menurut para direksi dan senior designer, Nadya tidak pernah makan bersama mereka.

Tentu saja, karena walaupun sudah berduit dan lebih berumur dari kami..
para direksi dan senior designer pasti mencari makan murah untuk berhemat.

Rapat berlangsung sangat lama. Waktu sudah menunjukkan pukul jam 8 malam.
Tetapi Nadya masih berdiskusi dengan pihak pengembang soal konsep desain interior gedung perkantoran itu.

Bila rapat dengan rekan yang lain.. pasti mereka akan mencari-cari alasan..
atau sengaja mengarahkan pembicaraan agar rapat cepat selesai.

Akhirnya rapat selesai juga. Waktu menunjukkan pukul 8.30.
Rapat berlangsung sangat lancar dan tidak satupun ucapan Nadya yang dibantah.
Harus kuakui gadis ini sangat hebat dalam berargumen.

Jalanan sudah agak lengang karena jam macet sudah lewat.
Aku dan Nadya berada di dalam mobil, menuju ke kantor.

Aku membuka pembicaraan.
“Udah malem, di kantor ga ada siapa-apa, mau cari makan dulu sebelum kembali ke kantor..?” Tanyaku berbasa-basi.
“Gak usah, langsung ke kantor aja..” jawabnya pelan dan pasti.

Tak sampai 5 detik dia langsung memasangkan headset ipod ke telinganya. Buset. Dingin sekali tanggapannya.
Ya sudah. Aku tidak ambil pusing.. dengan buru-buru aku segera menyetir mobil ke arah kantor..
agar aku bisa cepat pulang dan makan malam.

Kantor kami terletak di sebuah gedung berlantai 7, di daerah yang mentereng di Jakarta Selatan.
Kantor Konsultan desain interior kami berada di lantai paling atas, berbagi lantai dengan 3 kantor lainnya.

Aku memarkirkan mobilku dengan asal-asalan di tempat parkir. Tumben, pikirku, para Satpam lagi ke mana..?
Aku dan Nadya langsung masuk, menaiki lift dan kemudian masuk ke kantor.

Suasana kantor agak gelap karena memang sudah tidak ada siapapun.
Aku mencoba membuka pintu pantry untuk mengambil makanan ringan di kulkas, namun pintu pantry sudah terkunci.

Memang kebiasaan office boy kami untuk mengunci semua pintu di kantor kecuali pintu utama..
yang biasanya selalu dikunci oleh Satpam setelah semua pergi. Untung saja pintu belum dikunci ketika kami masuk.

Entah karena malas atau apa, kami tidak menyalakan lampu utama.
Karena besok pagi desain awal hasil rapat sudah masuk ke desainer senior..
maka kami membereskan hasil rapat tadi di ruang rapat utama.

Nadya bekerja dengan sangat teliti mengetik laporan dengan MacBook nya.
Sementara aku mengumpulkan hasil sketsa ‘dan denah ruangan dalam satu bundel..
sambil menahan perut lapar dan tak henti-hentinya aku melihat ke arah jam.

Setelah tugasku beres, aku membereskan mejaku dan bersiap untuk pulang sementara Nadya mem-print hasil ketikannya.
Nadya sudah akan pergi ketika aku memasukkan alat tulis ke tasku.

“Aku pulang duluan ya..” Nadya berjalan ke arah pintu.
Aku tersenyum sekenanya dan meregangkan tubuh dulu sebelum benar-benar akan pulang.

Tiba-tiba.. “SHIT..!” Aku mendengar teriakan Nadya dari arah pintu utama.
Aku bergegas berlari ke arah pintu utama. Rupanya Nadya sedang berdiri mematung di depan pintu yang tertutup.

“Kenapa..?” Tanyaku heran.
“Pintunya dikunci..” jawab Nadya sambil menarik-narik handle pintu sekuat tenaga.

Sial.. pikirku. Tidak adanya Satpam di luar itu dikarenakan mereka sedang patroli..
sekaligus mengecek adakah orang yang lembur malam ini.

Rupanya karena kami berdua tidak menyalakan lampu-lampu utama..
yang menyebabkan ruangan kantor seperti tidak ada orang.. mereka mengunci pintu tanpa memeriksa terlebih dahulu.

Aku mulai panik karena jalan satu-satunya keluar dari kantor ini adalah pintu itu.
Tangga darurat ada di seberang pintu kantor. Sial. Sekali lagi sial. Semua pintu sudah dikunci.

Aku berlari mengintip ke jendela. Sia-sia. Jendela kantor kami tidak ada yang menghadap ke kantor Satpam.
Aku blingsatan ke sana kemari dan dengan marah kutendang pintu kaca yang tebal itu.

Tak ada reaksi kecuali kakiku sakit. Desain pintu yang kuat agar kantor aman ternyata menjebak kami di kantor
Aku mengeluarkan handphone dari saku celanaku dan menelpon office boy, untuk menyuruhnya kembali ke kantor.

Sial sekali lagi. Telponnya tidak aktif. Hebat. Nadya diam, walau bisa kulihat mukanya memerah menahan marah.
Mungkin dia juga ingin cepat pulang, ada janji atau apapun.

Tapi Nadya tetap berusaha kalem dengan menelpon pamannya.. sang owner perusahaan desain ini.
Aku bisa mendengar percakapan mereka.

“Hallo om..”
“Eh Nadya, ada apa..?”

“Om, aku kekunci di kantor..”
“Lah kok bisa..?”

Nadya menjelaskan situasinya ke pamannya.
“Waduh.. Gawat juga.. OB nya pun ga bisa ditelpon..?”
“Iya om..”
“Teriak-teriak gih, coba panggil Satpamnya..”

Percuma.. kupikir. Aku pernah lembur dan melihat kelakuan para Satpam itu ketika waktu sudah menunjukkan jam 9 ke atas.
Setelah patroli dan mengunci pintu-pintu utama.. mereka langsung ke kantor mereka untuk nonton tv rame-rame, main kartu..
bahkan kadang-kadang mabuk bareng.

“Ga bisa om..” nada bicara Nadya sudah mulai memelas.
“Hmm.. om akan usahakan cari bantuan, tapi om lagi di luar kota sekarang..”

“KOK OM GAK BILANG DARI TADI KALAU ADA DI LUAR KOTA..!?” Nadya meledak.

Di tengah kekalutan aku mencoba menelpon semua nomor telpon kantor. Dan sialnya, kebanyakan dari mereka tidak aktif.
Ada yang mengangkatnya dengan background suara hingar bingar diskotik dan suara teler ga karuan.
Tolol. Di tengah minggu malah dugem.

Nadya, terus menekan pamannya.
Aku berusaha menelpon semuanya, tetapi entah kenapa sinyal hapeku tiba-tiba hilang.

Aku kalut.. mencari telpon kantor. Dan hanya telpon di meja front office saja yang bisa dipakai untuk menelepon ke luar.
Aku berlari ke arah front office dengan panik.
Dan bodohnya tiba-tiba aku terjatuh tersangkut pojokan meja. Aku jatuh ke meja menimpa telpon kantor.

Aku kaget dan langsung bangkit. Berharap telpon tidak rusak. Aku lalu mengangkat telponnya. Ternyata ada nada sambung.
Aku mencoba menekan nomer yang kuhapal.

Lagi-lagi sial. Rupanya kejadian tadi menyebabkan tombol 0 rusak dan tidak bisa ditekan.
Nomer telpon HP mana yang tidak ada 0 nya..? Sedangkan aku tidak punya nomor telpon rumah orang kantor.

Ide tiba-tiba muncul, aku membuka laci front office untuk melihat data nomer telpon pegawai.
SIAL..! SIAL..! Lacinya terkunci. Sementara itu Nadya masih menelpon pamannya.

“JADI GIMANA DONG OM..!?” Bentak Nadya.
“Sabar, kamu sama siapa di sana..?” Nadya menyebutkan namaku.

“Oh.. sama dia.. Aman kalau sama dia, Nadya, kamu tunggu besok aja, kamu..”
Belum sempat pamannya menyelesaikan kalimatnya.. Nadya dengan kesal melemparkan handphonenya ke dinding..
dan handphonenya hancur berkeping-keping.

“Kenapa kamu banting..!?” Bentakku. Nadya hanya terdiam. Dia menarik nafas dalam-dalam.
“Telpon kantor..?” Tanyanya pendek
“Rusak..” jawabku tak kalah pendeknya.

“Kenapa..?” Mukanya mulai memerah. Matanya berkaca-kaca.
“Tadi aku jatuh, telponnya ketindih badanku..” Aku menjawab sambil memalingkan muka.

“TOLOL..!” Nadya membentakku dan tangan kanannya mengayun akan menampar pipiku.
Dengan tangkas aku menangkap tangannya dan melepasnya kembali.
“Lebih tolol mana sama orang yang ngebanting hape nya sendiri..?” Sindirku.

Ruang rapat penuh asap rokok sekarang. Aku mengisap rokok kretekku dalam-dalam dan membuang asapnya ke langit-langit.
Nadya duduk di pojokan sambil mengisap rokok mentholnya.

Kami sudah saling diam selama 30 menit lebih. Tidak ada alasan bagiku untuk mengobrol dengan wanita judes ini. Bikin pusing.
Tapi aku mencoba menengok untuk melihat keadaannya. Khawatir juga. Jangan-jangan nekat gantung diri.

“Apa kamu lihat-lihat..!?” Nadya membalas tatapanku dengan pertanyaan dingin
“Gue punya mata, boleh dong liat ke mana aja..” Jawabku tak kalah dingin.

“Ngeri tau gak, berdua doang sama cowok macem kamu..”
“Eh.. Lu baru masuk kemaren sore Nad, blom kenal siapa gue..” Aku menatap penuh emosi ke arah Nadya.

“Ah.. semua cowok sama aja..” Nadya membuang muka.
“Apa maksud lu..?” Tanyaku penasaran.

“Ah, taulah..” Jawabnya sembari mematikan rokoknya di pot bunga yang sekarang beralih fungsi sebagai asbak.
“Lo tau kan otak cowok isinya seks melulu..?” Suara Nadya terdengar tidak enak. Aku hanya terdiam.

“Bahaya tau gak.. berdua doang sama cowok asing. Salah-salah gue diperkosa..” Nadya berkata ketus.
“EH. Sori ya mbak-sok pintar-lulusan luar negri-masuk karena koneksi..” Nada bicaraku meninggi.
“Biar kata lu cantik, juga, ga bakal ada cowok mau perkosa lo..! Mana ada orang mau merkosa orang ngeselin macem elo..!” Bentakku.

“Orang yang gak bisa bersosialisasi macem lo..! Orang yang egois..! Ga ada empati sedikitpun sama orang kantor..!
Ga ada bagus-bagusnya..! Mentang-mentang ni kantor punya om lu.. lu mau seenaknya aja di sini..!?“
Aku sudah naik pitam. Tidak mampu menahan kesabaran lagi.

“Ah..“ Nadya tidak bisa berkata-kata lagi.

“Enak aja lo bilang gue mau merkosa elo..! Mendingan gue tidur ama pecun daripada nyentuh badan lo..!”
Nafasku habis. Sudah kuluapkan semua kekesalanku kepada Nadya.

Tiba-tiba Nadya berlutut. Melepas kacamatanya dan mulai menitikkan airmata.
Dia membanting kacamatanya dan mulai menangis sesenggukan.
Shit. Rupanya kata-kataku tadi kelewat kasar. Makin lama tangis Nadya makin keras.

Aku pun berlutut mendekatinya dan mencoba memegang bahunya.
“Nadya.. Sorry.. mungkin gue terlalu kasar..” aku meminta maaf. Nadya menepis tanganku dan terus menangis.

“Nad..” Aku agak membungkuk untuk melihat wajahnya.
Tapi tiba-tiba Nadya memelukku dan menangis di dalam pelukanku.

Aku terdiam sembari mengelus-elus punggung Nadya.
Sekitar 10 menit dia menghabiskan tangisnya di pelukku.

Aku yang pegal lalu duduk di lantai bersandar pada dinding.
Nadya duduk di sebelahku, dengan pandangan kosong.

Tak beberapa lama Nadya memulai pembicaraan. “Maaf.. tadi aku lancang ngecap kamu..” katanya pelan.
“Gue juga Nad.. maaf tadi terlalu kasar..” jawabku.

“Aku yang mulai..” lanjut Nadya. “Kupikir semua laki-laki sama. Baik pada awalnya tapi ternyata brengsek..”
“Ah. Semua laki-laki brengsek kok Nad.. makanya aku nggak mau pacaran sama cowok..” jawabku berusaha berseloroh.

Lalu kami terdiam cukup lama.

“Aku pernah diperkosa..” Nadya tiba-tiba bercerita.
“Eh..!?” Aku tidak bisa menyembunyikan mimik heran dari mukaku.

“Waktu aku baru kuliah di US, ada kakak kelas yang ngedeketin aku..” Lanjut Nadya
“Dia baik banget, sampe pada akhirnya aku diundang ke pesta di asramanya.. Pestanya rame dan ternyata minumannya beralkohol semua..
Aku dibuat mabuk..” dia terus bercerita..

“Lalu aku dibawa masuk ke kamar dan di sana aku diperkosa olehnya..” Nadya menghela nafas panjang dulu.
“Sejak saat itu aku ga pernah percaya sama cowok..”

Nadia lalu mengambil sebatang rokok menthol dari bungkusnya..
meremas bungkusnya yang sudah kosong.. lalu melemparkan bungkusnya ke pot bunga.

Aku memberikan korek apiku ke Nadya. Nadya lalu menyalakan rokoknya dengan korek milikku.
Aku tidak berani berbicara lagi. Aku tadi telah lancang berbicara seperti itu kepada Nadya.

“Gimana kehidupan cinta kamu..?” tanya Nadya
“Mmmm..” Aku diam tak berani menjawab

“Setelah kejadian itu, aku ga pernah berhubungan sama laki-laki lagi..” katanya.
“Sekarang giliran kamu cerita..” Katanya sambil tersenyum kepadaku.

Aku sedikit terkejut. Ternyata jika tersenyum Nadya manis sekali.
Aku tidak pernah melihatnya tersenyum semenjak dia masuk kantor.

“Mmmm.. Aku harusnya tahun lalu nikah..” jawabku.
“Tapi ..?” Tanyanya sambil mengisap rokok mentholnya.
“Tunanganku selingkuh..” Jawabku pelan. Tak ingin rasanya menceritakan hal tersebut.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan memandang ke arah langit-langit.
Nadya tidak menimpali jawabanku. Dia mematikan rokoknya di pot bunga.

Waktu berjalan sangat lama. Aku dan Nadya berbicara tentang banyak hal. Mulai dari jaman kuliah, SMA, segala macam.
Ternyata Nadya menyenangkan jika diajak bicara.
Tak jarang ia tertawa bersamaku, menertawakan kejadian-kejadian konyol di kantor yang terjadi sebelum kedatangannya.

Tak terasa sudah jam 12 malam. Aku sangat capek. Aku mencoba tidur.
Aku masih bersender pada dinding, sementara Nadya tertidur, dengan menggunakan bahuku sebagai sandaran.

“Dingin..” Nadya tiba-tiba memelukku. Aku tak tahu harus berbuat apa.
Sebagai lelaki normal, yang sudah lama tidak berhubungan dengan perempuan..

Aku tiba-tiba merasa deg-degan dan suhu tubuhku memanas.
Aku mengira Nadya bisa merasakannya, karena dia memeluk tubuhku sekarang.

“Hmmmm.. jadi yang bujangan di kantor cuma aku, kamu, sama Pak Yudi..?” Tanya Nadya.
“Iya..” jawabku pelan sambil menahan perasaan aneh ini.

“Hehe..” Nadya tertawa kecil.
“Kenapa..?” tanyaku.

“Nope.. nothing..” katanya sambil menahan tawa.
“Well.. I guess. Ga ada salahnya kalo satu dari kalian aku pacarin..” Nadya melanjutkan ucapannya.

“Oh.. jadi lu demen ya sama om-om bujangan tua..?” Timpalku
“Haha.. enak aja. Coba kamu itung, 45 – 27 = 18.. jauh kan umurku sama Pak Yudi..” jawabnya.
“27..? Kirain 35..” ledekku.

Nadya berusaha untuk menjewer telingaku.. tetapi aku menghindar.. menangkap tangannya..
Namun aku kehilangan keseimbangan duduk.. sehingga aku terjatuh ke arah kanan,,
hingga tak sengaja menarik Nadya ikut jatuh juga menimpa tubuhku.

Aku yang jatuh menyimpang ke kanan ditimpa oleh Nadya yang menghadapi telingaku.
Akhirnya dia menjewer telingaku tanpa ampun. “Aduh..! Sakit tau..!”

Aku berusaha memberontak tapi Nadya malah tertawa-tawa dan tidak melawan rontaanku.
Aku berusaha bangkit tetapi Nadya malah memelukku.

“Aku ingin diperlakukan dengan lembut oleh laki-laki..” bisik Nadya.
Aku memperbaiki posisi jatuhku. Aku tiduran terlentang di ruang rapat.. dan Nadya menimpa tubuhku.

Aku bangkit dan Nadya ikut memperbaiki posisinya.
Aku kembali duduk, tetapi sekarang Nadya ada di pangkuanku dan tetap memelukku.

“Aku merhatiin kamu terus semenjak pertamakali masuk kantor..” Nadya kembali berbisik.
“Kamu paling sopan dan lembut sama perempuan kalo dibandingin sama yang lain..
Ditambah lagi.. kamu belum nikah kan.. dan om-ku bilang kamu orang yang baik..” Nadya terus berbicara.

“Baru tadi kan bilangnya, gue juga denger..” jawabku.
“Enggak. Dari awal aku masuk kantor, om udah bilang kalo kamu selain kinerjanya paling bagus..
kamu juga sopan, ramah dan orangnya menyenangkan..” Nadya membantah ucapanku.

“Kayaknya lucu kalau kita pacaran..” Nadya melanjutkan ucapannya.
Aku kaget. Baru pertamakali seumur hidup ada perempuan yang mengatakan ingin kupacari.

Dan perempuan itu adalah perempuan yang cantiknya minta ampun seperti Nadya.
Aku tak bisa bicara apa-apa.

Kami berdua saling memandang.
Tiba-tiba entah siapa yang memulai, kami memajukan kepala kami masing-masing dan berciuman.

Bibir Nadya sungguh hangat.
Aku memeluk erat pinggangnya dan Nadya meremas rambutku.

Kami berdua berciuman sangat lama. Kurasakan kacamata Nadya menekan-nekan mukaku.
Tapi aku tidak peduli. Bibir kami saling memagut. Lidah kami saling beradu.
Aku semakin menguatkan pelukanku. Dan nadya melepaskan ciumannya.

Hidungnya beradu dengan hidungku. Dapat kurasakan nafasnya yang panas dan memburu.
Nadya melepas kacamatanya dan meletakkannya di sembarang tempat.

Tanpa terasa Nadya membuka kancing bajuku. Dia melakukannya sambil menciumi leherku.
Agak sulit membuka kancingku dalam keadaan seperti itu, tetapi Nadya cuek.

Aku tak mau kalah. Kulepaskan leherku dari jangkauan bibir nadya dan mulai meraih kancing kemejanya.
Tak berapa lama bajunya terbuka.
Tanpa diminta Nadya membuka ikat pinggangnya dan melepas celananya.

Di depanku berdiri perempuan blasteran Jawa-Belanda.. dengan kulit yang putih dan mulus..
Hanya memakai pakaian dalam berwarna merah menyala.
Glekk.. Aku menelan ludah, melihat tubuh Nadya yang indah, bagaikan model catwalk yang langsing dan proporsional.

Nadya kembali menyerangku.
Bibir kami kembali saling berciuman, tanpa sadar tanganku mengarah pada buah dada Nadya.

Aku meremasnya dengan lembut. Buah dadanya yang proporsional terasa sangat empuk di tanganku.
Aku dengan cepat menyisipkan tanganku ke dalam BHnya.

Nadya tiba-tiba memegang pergelangan tanganku. Dia menahan tanganku dan seakan menyuruhku untuk mundur.
Setelah aku menarik tanganku kembali, tangan Nadya mengarah ke punggungnya dan dia melepas pengait BHnya, melepas BH nya sendiri.

Nadya tersenyum kepadaku dan berkata.. “Kenapa melongo gitu..? Kayak orang bego tau..” Aku malu sendiri dan membuang muka.
Nadya memegang pipiku dan kemudian tangannya menyusuri badanku, untuk kemudian membuka ikat pinggangku.
Aku pasrah dan Nadya pun menciumi badanku mulai dari leher sampai ke perutku.

Aku kaget saat tangan Nadya masuk ke celana dalamku dan menggenggam penisku. Nadya lalu mengoral penisku.
Aku sedikit kaget, karena tidak terbiasa dengan oral seks.
Pada saat dengan tunanganku dulu, boro-boro oral seks.. pegang-pegang sedikit saja sudah kena marah.

Padahal aku bukan orang yang tanpa pengalaman seks.
Sebelum berpacaran dengannya, aku beberapakali melakukannya dengan pacar-pacarku yang dulu.

Aku meringis menahan geli akibat permainan lidah Nadya.
Dia sangat pintar memainkan penisku dengan mulutnya.

Ahhhh.. Tindakannya bervariasi.. tidak hanya mengulumnya..
Tetapi juga dengan menciumi bagian-bagian yang sensitif.. juga memainkan lidahnya di kepala penisku.
Kupikir.. sebelum kejadian perkosaan yang menimpanya di US.. Nadya sudah sangat berpengalaman dalam hal ini.

Aku kaget dan berusaha menahan kepala Nadya ketika kurasakan spermaku hampir keluar.
Nadya tampaknya mengerti dan menghentikan kegiatannya.

Dan dalam beberapa menit kemudian, Nadya menanggalkan semua baju dalamnya, begitu juga denganku.
Tubuh telanjang kami berdua bergumul di lantai ruang rapat.
Saling berciuman.. berpelukan dan menikmati keindahan tubuh masing-masing.

Hingga pada akhirnya Nadya telentang di atas karpet, kepalanya tepat berada di bawah kepalaku.
Mataku memandang lekat-lekat matanya yang indah. “Nad..”
“Ya.. “ jawabnya

“Are you sure you want to do this..?” Tanyaku
“Why did you ask..?” Katanya sambil tersenyum.

“We’re already gone too far..” lanjutnya.
“And now I consider you as my lover though..” senyum tipisnya meluluhkan hatiku.

Aku mencium keningnya. Kedua kaki Nadya tanpa disuruh kini telah melingkari pinggangku.
Kami berciuman dengan hangat. Kedua tangannya melingkari leherku.

Kudekatkan penisku ke mulut vaginanya yang mulai terasa basah.
Slebb.. clebb.. Pelan-pelan aku menggesekkan penisku di mulut vaginanya.. mencari jalan masuk.

Tetapi tiba-tiba otot vaginanya menegang, seakan menolak penisku untuk masuk.
Aku terdiam dan memandang wajahnya.. aku takut dia masih trauma akibat kejadian di US itu.

“It’s okay..” Nadya mengisyaratkan bahwa dia tidak apa-apa.
Nadya membuka pahanya sedikit lebih lebar lagi dan dia tampak mencoba untuk rileks.

Pelan-pelan kudekatkan kembali kepala penisku di bibir vaginanya. Slepph.. Kepala penisku sudah mulai masuk.
Aku mulai menggerakkan penisku maju-mundur, walaupun baru sedikit yang masuk.

Perlahan namun pasti, penisku semakin masuk ke dalam lubang vaginanya. “Aah..“
Nadya mengerang pelan dan agak meringis ketika penisku masuk sepenuhnya ke dalam vaginanya.

Aku menggerakkan penisku maju-mundur dalam posisi misionaris.
“Mmmhhh.. sayang.. pelan-pelan..“ Nadya mengingatkanku untuk tidak bergerak terlalu cepat.

Ughh.. Dinding vaginanya seakan memijat-mijat batang penisku dengan lembut.
“Aahhh.. sayang.. mmmhhh.. uuhhh..” Nadya mengerang, menandakan dia mendekati orgasme.

Tetapi aku tidak ingin malam ini berakhir secepat itu. Aku menghentikan gerakanku..
Dan ketika Nadya akan membuka mulutnya untuk bertanya, aku langsung meraih pantatnya dan menggendongnya.

Aku kemudian duduk di kursi rapat dan menaikkan badan Nadya di pangkuanku. Nadya mulai berpegang pada pundakku.
Dia mengerti.. dan segera menaikkan pantatnya, lalu dengan pelan-pelan dia mengarahkan lubang vaginanya ke kepala penisku.

Nadya bergerak naik-turun di pangkuanku.
Vaginanya terus-terusan memijat-mijat batang penisku dengan lembut. Aku memegangi pinggangnya.

Nadya menghentikan gerakannya dan berbisik lembut kepadaku..
“Sayang.. kalo udah mau keluar bilang ya.. Aku gak mau kamu keluarin di situ..”
Aku mengiyakannya dan dia mulai kembali beraksi.

Goyangannya tidak liar dan asal, tetapi begitu rapih. Begitu elegan dan anggun. Suara erangan kami memenuhi ruang rapat.
Kami sudah tidak peduli lagi tentang kemungkinan Satpam kembali lagi ke atas dan menolong kami yang terkunci.

Aku sudah tidak berpikir lagi untuk kembali menelpon orang kantor..
atau mencoba mendobrak pintu pantry dan keluar lewat tangga darurat.

Yang ada di pikiranku hanyalah Nadya.
Rasanya tidak percaya gadis yang tadinya cuek dan judes kepadaku ini bisa ada di pelukanku sekarang.

“Mmmmmhhh..” Nadya agak menggelinjang.
“Aaahhh..” Nadya kembali bersuara.

Aku bisa merasakan Nadya akan mengalami orgasme..
Karena selain merasakan gelinjangan tubuhnya, aku pun merasakan vaginanya makin menjepit penisku.

Aku pun mengimbangi dengan menggerakkan pantatku.. naik-turun di kursi itu.
Kursi yang biasanya dipakai rapat itu menjadi saksi bisu percintaan kami.
“Sayang.. Ahhhhh..” Nadya pun makin mempercepat gerakannya.

Aku lalu bangkit sambil menggendong Nadya. Aku mendudukkan Nadya di meja rapat,
Nadya tetap memelukku dan aku terus menggerakkan penisku maju-mundur.

“Uuuhh.. Uhhhh.. Sayang.. Aku mau.. Ahhhhh..” Nadya menggelinjang dengan hebatnya..
“Tahan sedikit.. aku juga mau..”

“Ahhhhh..” paha Nadya mencengkram pinggangku dan kepalanya mendongak ke atas.
Mengerang nikmat menandakan bahwa dia sudah orgasme.

Aku terus menggerakkan penisku dan.. ”Nadya.. Ahhh..”
Nadya jatuh telentang di meja rapat dan aku mencabut penisku dari lubang vaginanya.
Cratt.. cratt.. cratt.. cratt.. Sperma segera berhamburan dari penisku.

Nadya segera bangkit dan memelukku. Kami berpelukan erat. Tidak berciuman, tidak melakukan apapun.
Hanya berpelukan selama beberapa lama tanpa berbicara apa-apa.

Nadya lalu melepaskan pelukannya dan turun dari meja. Dia lalu mencium pipiku lembut, kemudian dia mulai memakai kembali bajunya.
Aku masih berdiri telanjang dan tertegun. Melihat Nadya yang bagaikan malaikat itu memakai bajunya satu per satu.

“Eh.. pake baju dong.. Ntar keburu pagi..” Nadya mengingatkanku.
Aku segera mengenakan kembali bajuku. Aku kembali mencoba tidur dengan bersandar di dinding.
Nadya kembali pada posisinya, bersandar di bahuku.

Singkat cerita pagi pun datang. Kami berhasil keluar jam 7 pagi.
Hari itu kami berdua sengaja diliburkan karena kejadian konyol itu.

Selanjutnya bisa ditebak. Nadya mulai terbuka pada orang-orang kantor.
Dia sudah bisa berkomunikasi dengan akrab dan sinisnya makin lama menghilang.

Ditambah lagi ketika kini kami sudah berpacaran.
Nadya menjadi ceria dan orang-orang kantor tampak takjub melihat perubahan itu.

One thing leads to another.

Dan sekarang..
Setelah kegagalan pernikahanku yang dulu.. setelah beberapa lama berpacaran.. aku akan mempersiapkan pernikahanku dengan Nadya. (. ) ( .)
----------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:

-----------------------------------------------------

Cerita 003 – Rapat Merapat alias Tulalit

"Hah..? Klien kita minta meeting hari Jumat..? Tapi itu kan Jumat terakhir.. Waduh.. masa' orang lain udah pada libur kita meeting di sini..?”
Aku protes ketika Anna melapor. Ini kurang masuk akal.
Si tengil Anna.. sedekap saja membuat susunya yang sudah gede itu jadi tambah gede. Tidak menyahut sama sekali.

"Bener klien kita minta begitu..?” Ulangku memastikan.
"Kliennya orang Madura..” jawab Anna nggak nyambung.

"Gue cium lu.. An..! Yang bilang kliennya dari Mexico tuh sapa..!?” Aku geregetan.
"Iya kok.. bener. Kliennya orang Madura..!” Ulang Anna.. tetap merasa tak bersalah.
"Iya-iya.. saya tau pak Dirutnya itu orang Madura.. tapi apa hubungannya..!?” Tanyaku. Cantik-cantik kok ngeselin nih anak buah satu.

Baru aku mau menyela.. Bella.. anak buah yang satu lagi nyeletuk. Daritadi tuh anak roknya agak mengundang.. pendek banget..
Pahanya yang putih mulus jadi kelihatan ke mana-mana. Jadi aku tidak berani menghadap ke arahnya.

"You are the boss..” kata Bella.. sambil kakinya disilangkan.
Roknya jadi makin ngangkat.. sekarang bukan pahanya saja yang kelihatan.. celana dalamnya juga.. terlihat sedikit mengintip.

"Iya bener.. Jangan asal main coblos..!” Kata Cika. Hah..? Coblos..? Ngaco bener ni anak buah yang ketiga..!
Sehabis telinganya kecelakaan kecil.. dan sekarang masih dibebat rapat.. si Cika ini memang jadi rada-rada error pendengarannya.

Si Anna mesam-mesem menahan geli. Atau dia meledekku..? Kurang asem..!
Aku meliriknya tajam.. dan hanya ke arahnya aku berani melirik. "Melototnya kok cuma sama aku aja..?” Anna protes.

Aku garuk-garuk kepala. Bagaimana aku bisa melotot ke arah Bella..? Rok span hitamnya begitu pendek.. dan posisinya juga sangat sembarangan.
Sementara itu Cika si tulalit.. celana panjangnya nyopan.. tapi belahan dadanya melambai-lambai.. seperti nyiur di pantai. Dalem banget.
Eh.. apanya..!? Ya belahannya. Lho kok malah dibahas..! Haduh.. ngaco bener.

"Ya udah.. demi rencana liburan kalian semua.. Anna.. Bella.. dan Cika.. biarlah aku tolak permintaan klien..” kataku dengan berat hati.
"Demi kalian semua gombal..!” Sela Bella.. sengit.

"Lho..? Kok gombal.. gimana sih..?” Aku bingung.
"Hehehe.. Sorry.. Boss..” katanya cengar-cengir.

"Aku tau.. kalian kan pingin pada liburan ke Bandung..” ulangku.
"Iya.. bener.. Mas. Si Bella celana dalemnya memang melendung..! Mas perhatiin juga ya daritadi..?” Sela Cika.. tulalit.

"Buset.. Cika..!" Ngaco banget.. nih anak.. Aku jadi kikuk sendiri. Untuk sesaat bermunculan imajinasi gila yang mestinya tidak muncul.
Dan bisalah dibayangkan bagaimana kikuknya Bella. Tapi salahnya sendiri.. ngapain juga pake baju seperti itu ke kantor.
Dan lagipula.. celana dalem melendung itu yang kayak apa.. sih..!? Dasar si Cika.

Baru aku mau menelepon klien.. Anna merebut hapeku.
Anak buah kurang ajar..! Wong boss-nya mau nelepon kok main samber aja. "Eh.. meetingnya jangan dibatalin.. Mas..!” Protes Anna.

"Hah..? Kamu gimana sih..? Tadi diajak meeting Jumat, kamu manyun. Mau saya batalin.. eh kamu larang juga. Jadi kamu maunya apa..!?” Protesku.
Huh.. daritadi siang kok dibikin gemes aja nih sama anak buah tiga.

"Iya tuh.. An.. tali beha kamu kelihatan..! Warnanya merah marun..!” Kata Cika kembali tulalit.
Walah..! Orang saya bilang manyun.. dia malah ngomongin soal tali beha merah marun. Ampun dah..

"Cika.. kamu tuh.. biar kupingnya bumpet.. matanya jeli juga ya.. merhatiin banget sama dalemannya temen-temen..” gumamku gemas.
"Hah..? Mas demen sama dalemannya Cika..!? Kelihatan ya..!?” Sontak dia panik nggak puguh.

Tangannya menyilang di dada.. berusaha menutupi belahannya yang lebar kaya tebing Gunung Semeru.
Mau diterangin juga percuma. Jadi aku cuma mengelus dada saja.

"Mampus deh.. gue..! Orang lagi diskusi meeting di injury time.. kok belok jadi diskusi masalah daleman.. sih..?” Keluhku.
"Dadanya Cika kelihatan banget ginjur-ginjur ya.. Mas..?” Kata Cika panik.

“Perasaan tadi pagi waktu mau berangkat masih sekel n padet. Apa Cika salah makan ya..?”
Gadis itu meremas-remas payudaranya sendiri.. mencoba menimbang kepadatannya.

Walah.. aku jadi merinding disko melihatnya. Segera kupalingkan muka..
"Injury time.. Cika..! In-ju-ry time..! Bukan ginjur-ginjur atau gonjir-gonjir..!!” Potongku.. antara gemas dan risih.

"Tapi mengkel juga kan.. Mas..?” Kerling Anna nakal.
"Shut up..!” Bentakku.
Habis sudah kesabaranku. Kuraih tubuh langsing Anna yang berdiri di depanku dan langsung kulumat habis bibirnya..
sementara tanganku bergerilya di dadanya yang bulat.

”Ini tuh yang mengkel..” geramku sambil kupenceti buah dadanya berulangkali.
“Mas.. ahhh.. aduh..” rintihnya.

"Ingat darah tingginya lho.. Mas..” Bella menyela melihat keganasanku.
Ah.. bener juga..! Ya ampun. ”Ah.. iya deh..” kulepaskan pelukanku.

”Huh.. aku jadi terangsang nih. Gara-gara si Cika error terus daritadi..” kataku melunak.
“Augh..!” Desah Anna begitu payudaranya kulepaskan.

"Kembali ke soal meeting..?” Ajak Cika.. mukanya tampak memerah melihat apa yang kulakukan pada Anna.
"Oh..? Jadi kamu tau juga kalau kita ini tadi diskusi soal meeting..?” Kata Anna sambil membenahi baju depannya yang acak-acakan.

"Idih.. enggaklah.. An..! Biar agak kebuka.. cuma kelihatan belahannya doang kok. Nggak sampai kelihatan put ..”
"STOP CIKA..! Orang ngomongin meeting kok depannya diganti put -.." Bella cepat-cepat membekap mulut si kuping error itu.

Takut kalau aku jadi tak terkendali lagi. Tapi aku yang masih BT –Birahi Tinggi..– langsung menyela.
“Gini deh.. Cik. Daripada kamu mancing-mancing terus daritadi.. sini aku puasin. Setelah itu kita lanjutin meeting.. biar omongan kita bisa fokus..!”
Seruku seraya memeluknya dan mencium bibirnya dengan rakus.

”Hmph..” Cika kaget.. tapi tidak menolak. Bahkan saat tanganku masuk ke belahan dadanya.. dia tidak keberatan.
”Tapi.. mas..” malah Anna yang memprotes.

”Apa..!? Kamu mau ikut juga..?” Aku mendelik ke arahnya.
”Eh.. tidak. Tidak..” Anna salah tingkah.

”Kalau kamu.. La..?” Kulihat dia menatapku tanpa berkedip.. mungkin terangsang.. salahsatu tangannya sudah masuk ke dalam roknya.
”Mas terusin aja.. aku nanti menyusul..” jawab Bella sambil mengusap-usap kemaluannya dari luar celana dalam.
Anna yang ada di sebelahnya.. langsung menjitak kepalanya.

Tak peduli dengan tingkah mereka.. aku kembali fokus pada Cika. Kulihat si montok ini sudah sangat sangat pasrah.
Dia diam saja meski tanganku terus bermain-main di atas gundukan payudaranya yang menggunung.

Bahkan dia tidak menolak saat ciumanku mulai turun ke arah payudaranya yang masih terbungkus BH dan kemeja itu.
Kulumat buah dadanya yang sebelah kiri.. sedangkan yang kanan kuremas-remas penuh nafsu.

“Augh..” desah Cika saat tanganku berhasil masuk melewati BH-nya. Kubuka baju dan bra yang dipakainya dengan cepat..
“Wow.. tambah gede aja susumu.. Cik..” bisikku sambil kumainkan susunya dan kupelintir putingnya.

"Ahhh..” Cika mendesah. ”Ayo dong.. Mas. Nyusu dulu.. augh..!”
Dia mendorong kepalaku ke arah gundukannya hingga susunya langsung tertelan oleh mulutku.

“Augghh...” Cika makin merintih keenakan. Tangannya terjulur.. berusaha masuk ke balik celanaku.
Saat sudah berhasil.. dia langsung mengocok batang penisku yang sudah menegang dahsyat dari tadi.

Sambil menikmati kocokannya.. kujilat dan kuisap payudara gadis itu. Aku juga meremas serta mempermainkan puting susunya..
Kadang juga kugigit dan kusedot kuat-kuat benda mungil itu.. hingga Cika berteriak kencang.. “Auughh..!”

Tanganku kini juga berhasil menelusup masuk ke balik CD-nya.. kukorek-korek liang senggamanya yang terasa masih sangat sempit itu.
Saat aku puas menyusu pada buah dadanya.. ciumanku turun ke bawah.. kujilat perut Cika yang agak gemuk dan kubuka roknya lebar-lebar..
Hingga bisa kulihat sepasang pahanya yang putih mulus.. juga liang senggamanya yang tampak sudah mulai basah.

Celdamnya yang menghalangi.. aku singkirkan ke samping.. sekedar agar lubang kemaluannya terlihat.
Ugh.. aku jadi makin terangsang. Nafsuku bertambah berlipat ganda.

Di sebelah.. kulihat Anna dan Bella juga sudah telanjang bulat. Entah kapan mereka melepas pakaian masing-masing.
Kedua gadis itu sekarang asyik melakukan masturbasi sendiri-sendiri sambil melihat bossnya ini bercinta dengan temannya.

Anna meremas-remas payudaranya yang tampak bulat.. dengan tangan kiri mengocok cepat lubang vaginanya.
Sedangkan Bella.. dengan kaki mengangkang lebar-lebar.. sibuk menggosok-gosok kelentitnya yang mungil kemerahan.

Teriakan mereka berpadu.. bersahutan dengan rintihan Cika yang tak kuat menerima jilatanku pada kemaluannya.
“Augghh.. Aaghhh..” Cika menggelinjang hebat.

Dia menekan kepalaku.. mendorongnya makin masuk ke liang senggamanya.. meminta agar aku menjilat lebih kuat dan lebih dalam lagi.
“Auughh.. Aughh..” rintihnya saat lidahku menyapu permukaan klitorisnya. Kugigit dan kukenyot benda mungil itu.

Tak lupa juga kumasukkan lidahku ke liangnya yang sempit dan kujilati semua dinding kemaluan Cika tanpa ada sedikitpun yang terlewat.
“Mass.. Aauugghh.. Aaagghh..!” Cika makin menggelinjang.. sementara lidahku terus menyerbu bagian dalam vaginanya.

Tubuhnya mulai menggelinjang.. mengejang-ngejang bagai tersambar petir.
Tangannya dengan kasar menjambak rambutku.. menekan lebih dalam lagi agar aku makin liar mengerjai vaginanya.

“Aarrgghhhh.. aku mau keluarrgghhhhh.. masss..!” Rintihnya.. dan.. Croott..! Crroott..! Crroott..!
Cairan kental yang panas dan asin menyembur deras dari liang senggamanya.
Segera kutampung cairan itu dengan lidahku dan kutelan dalam sekali teguk. Sisanya yang masih menetes-netes.. kujilati sampai bersih.

”Mas.. aghhh.. ahhhh..” Cika terengah-engah. Payudaranya yang bulat tampak naik-turun menggiurkan.
Kuremas-remas benda itu sebentar sebelum aku pergi meninggalkan dirinya..
menghampiri Anna yang sedang tiduran di meja sambil mengocok vaginanya sendiri.

Langsung kutindih tubuh mulusnya. Kuciumi dengan rakus payudara Anna yang sudah mengencang keras.
Kujilat dan kugigit putingnya hingga Anna mendesah kegelian.

Dia menggelinjang hebat.. tapi tangannya masih tetap berada di liang vaginanya.. mengocok cepat di sana.
Aku yang bergairah.. segera menggantikan tangan itu dengan lidahku.
“Aaugghh..!” Desah Anna ketika lidah panjangku menelusuri dinding kemaluannya.

Tangannya kini beralih meremas-remas payudaranya sendiri. Ia memijitnya begitu keras hingga benda bulat itu tergencet-gencet tak karuan.
Anna juga memilin-milin putingnya kuat-kuat untuk menahan rasa geli dan nikmat akibat seranganku.

Lidahku kutarik dan kugantikan jariku. Tidak cuma satu.. tapi langsung masuk tiga jari.
Kukocok vagina sempit Anna dengan tiga jari sekaligus. Sementara mulutku beralih menjilati payudaranya.
Terutama putingnya.. yang terlihat merah menggiurkan. Slrupp.. Kuseruput benda mungil itu berulang-ulang.. bergantian kiri dan kanan.

“Auugghh.. Aaagghh.. Uugghh.. Uughh…..!”
Anna mendesah hebat.. tubuh langsingnya bergerak ke kiri dan ke kanan untuk menahan rasa nikmat yang luar biasa.. sungguh sangat liar sekali.

Kuteruskan kocokanku.. dan semakin lama menjadi semakin cepat.. karena vagina Anna semakin lama juga menjadi semakin basah.
Sementara jilatanku pada payudaranya.. semakin kasar dan rakus saja. Putingnya berkali-kali kugigit dan kupilin-pilin kecil.

“Aagghh.. Mass..” Anna menjerit. ”Aku mau keluar.. ..!!” teriaknya parau sambil memasukkan jariku dalam-dalam ke liang senggamanya.

Mengetahui dia mau keluar.. tanganku segera kutarik dan kuganti lagi dengan lidahku..
sementara tanganku kualihkan untuk memelintir serta meremas bulatan payudaranya agar dia lebih cepat mencapai orgasme.

Beberapa detik kemudian.. “Aarrgghhhhh.. Aku keluar..! Aahhh.. Aahhh..”
dari dalam vaginanya menyembur cairan panas yang banyak sekali hingga memenuhi mulutku.
Sama seperti Cika tadi.. segera kutelan juga cairan kental itu.

Tubuh Anna lemas seketika. Dia memandangku.. - yang masih asyik menjilati vaginanya..-
penuh kepuasan sambil meremas-remas pelan buah dadanya sendiri.

Setelah selangkangannya bersih dari cairan orgasme.. aku berdiri dan mengecup bibirnya.
Anna ingin memegang penisku yang terlihat menegang dahsyat di balik celana.. tapi segera kutepis.
Aku tidak ingin moncrot duluan.. karena Anna memang terkenal jago banget ngemut kontol.

Aku beralih pada Bella.. si cantik.. yang sekarang sedang asyik berciuman mesra dengan Cika.
Mereka saling melumat dan memagut bibir dengan rakus.

Kaki Bella sudah terbuka lebar.. memperlihatkan lubang kencingnya yang licin dan merah menyala.
Bella memang paling rajin mencukur bulu memeknya.. dia tidak suka kalau ada jembut yang tumbuh mengotori selangkangannya.

Aku memandangi benda itu sejenak.. memperhatikan betapa vagina Bella sudah banjir oleh cairan kental.
Sementara tangannya yang terus meremas-remas payudara Cika terlihat gemetar hebat. Rupanya gadis cantik itu sudah begitu bergairah.

Karena sudah posisi siap.. maka sambil berlutut.. segera kutancapkan lidahku ke liang memeknya.
Slrupp.. “Agghh..!” Bella menjerit keras.. kaget saat tiba-tiba lidahku menjilat dan menghisap klitorisnya.

Dia melenguh sejenak.. sebelum akhirnya kembali melanjutkan ciumannya dengan Cika.
Sementara di atas meja.. Anna memandangi tingkahku sambil melakukan masturbasi lagi.

Aku terus menjilat kemaluan Bella sambil sesekali kumasukkan tanganku ke lubangnya.
Kurasakan benda itu begitu sempit dan legit. Aku jadi ketagihan. Penuh nafsu.. kupercepat jilatan dan hisapanku.. juga kocokan tanganku.

Bella yang menerimanya.. langsung berhenti berciuman dan mengejang. Tubuh montoknya oleng ke kiri dan ke kanan.
Sementara tangannya.. meremas-remas susu jumbo Cika semakin keras.. sampai Cika sedikit mengaduh kesakitan.

“Aagh.. Uuugghh.. aku mau keluar.. masss..!” Jeritnya.
Cika yang mengetahui hal itu.. ikut membantuku dengan menjilat dan menciumi susu Bella bergantian.

Tak lama.. sambil memaju-mundurkan pantatnya.. Bella mengejang. Ccrrott.. Crroott.. Croott..!
Cairan bening panas keluar membasahi mulut dan wajahku lagi.. untuk yang ketigakalinya dalam 1 jam ini.
Seperti sebelumnya.. segera kutampung dan kutelan bulat-bulat.. seluruhnya.

Setelah membersihkan vagina Bella dari sisa-sisa cairan orgasmenya.. aku berdiri dan menarik Cika.
Kucium dia sebentar sebelum kudorong tubuhnya agar berposisi nungging di lantai.
Cika tertawa saat kupukul-pukul pantatnya yang bulat dengan batang kejantananku.

Setelah terlihat lubang kemaluannya yang merah merekah.. langsung kutancapkan batang penisku.
Blessepp..!
“Aaagghh..!” Cika mengerang saat benda milikku itu masuk semua ke lubang senggamanya.

Berpegangan pada payudaranya yang bulat.. aku pun mulai memompanya secara stabil dan teratur..
diselingi hentakan-hentakan ringan yang tiba-tiba.
”Aauugghhhh..!” Cika makin mendesah.

Dengan sabar.. aku terus memompa dan menggenjot tubuhnya.. makin lama makin bertambah cepat.
Cika sampai terdongak-dongak ke atas karenanya. Teriakannya juga menjadi semakin keras.

Bahkan ia tidak sungkan-sungkan untuk mengucapkan kata-kata kotor.
"Auugghh.. Mas.. kontol mas enak banget. Terus entot aku.. mas! Aaghhh.. enak..!” Teriaknya.

“Aaghhh.. aku moncrootthhhhh..!”
Tubuhnya mengejang hebat dan dari dalam liang kemaluannya keluar cairan bening.. yang membasahi batang penisku.
Terasa sangat panas dan lengket.

Kupegangi tubuh montok Cika yang masih gemetar dan kuciumi punggungnya.. “Liang kamu juga enak.. nanti aku nambah lagi ya..?” Bisikku.
Cika hanya diam berbaring dalam pelukanku sambil tangannya meremas-remas susunya sendiri.

Aku kemudian merangkak mendekati Anna yang duduk di meja dan sedang masturbasi mengocok vaginanya sendiri.
Saat kuacungkan batang penisku ke mukanya.. dia langsung menyambar dan menjilatinya.

Dengan tak sabar.. Anna memasukkan benda itu ke mulutnya. “Hmm.. aagghh..!” Aku mendesah keenakan..
“Kamu memang hebat kalau ngemut beginian..!” kataku memuji hisapannya. Anna memang ahli blowjob.

Dengan sabar dan telaten dia menjilat batangku.. mulai dari ujung hingga ke buah zakarnya.
Kadang dimasukkan semua ke dalam mulut dan disedot kuat-kuat.. tak jarang cuma dimaju-mundurkan di ujung bibirnya.
Apapun yang ia lakukan.. yang jelas rasanya sangat nikmat sekali.

Setelah puas ’dimandikan’ olehnya.. aku meminta Anna untuk naik ke atas tubuhku.
Aku sudah tak sabar untuk menyetubuhinya. Kulihat memek Anna sudah menganga lebar dan sangat basah sekali. Terlihat begitu menggiurkan.

Berbaring telentang di meja.. kutuntun batang kejantananku masuk ke liang Anna yang memposisikan diri duduk di atas tubuhku.
Jlebb.. “Agghhh..” desah kami bersamaan saat penisku mulai masuk menusuk liang kewanitaannya.

Kudorong pinggulku untuk menekannya lebih masuk lagi..
Sementara Anna menggoyangkan pinggangnya agar batangku bisa menggesek semua dinding vaginanya.

Saat aku mulai menggoyang naik-turun.. Anna turut bergerak memutar untuk mengimbangi sodokan liarku.
Tak tahan nikmatnya.. tanganku pun meremas susu bulatnya yang bergoyang-goyang indah mengikuti gerakannya untuk melampiaskan nafsuku.

“Agghh.. Uuuggkkhh..!” Anna mendesah. Dan desahannya berubah menjadi jeritan saat dia merasa sudah mau keluar.
“Aaghh.. Mas.. aku mau.. keluar..!” Teriaknya.

Aku pun mempercepat goyanganku.. begitu juga dengan Anna.
Dia menggerakkan pinggulnya makin liar dan kasar.. hingga akhirnya..
Croott!! Croott!! Croott!! Cairan bening keluar dari dalam memeknya.

Rasanya lebih panas daripada milik Cika. Batangku serasa direndam.
“Kamu hebat.. An..” bisikku sambil mengemut susunya.
”Aghh.. Mas juga hebat.. kontol mas enak banget..!” sahutnya nakal.

Kini aku beralih pada Bella.. tinggal dia yang belum mendapat giliran. Kutarik si cantik itu yang sedang asyik menjilati bibir kemaluan Cika.
Kusuruh dia untuk menjilat dan menghisap penisku yang agak melembek setelah bertempur dengan Anna.

Setelah batang itu berdiri kembali.. kutidurkan Bella di lantai dan kutindih tubuh sintalnya.
Blessepp..! Tanpa aba-aba kumasukkan batangku yang sudah menegang dahsyat ke lubang kenikmatannya.

“Agghh..” Bella mendesah.. padahal penisku baru masuk setengahnya saja.
“Rapet banget lubangmu.. Bel..” kataku saat merasa agak kesulitan menyetubuhinya.

Tapi aku tidak mau menyerah. Penisku terus kutekan. Slebb.. Jlebb..!
”Auwh..!” Jerit Bella saat aku menghentak dan menyodok kemaluannya keras-keras.
”P-punya mas.. terlalu b-besar..!” rintihnya.

Aku berhenti.. kudiamkan penisku sebentar. Lumayan.. benda itu sudah hampir masuk seluruhnya.
Karena tidak ingin membuatnya lebih kesakitan lagi.. aku tidak melanjutkan doronganku. Tapi aku langsung memompanya.. pelan.

Setelah kulihat Bella mulai rileks dan menikmati.. - bisa kulihat dari desahan dan rintihannya yang mulai merdu..– baru aku mempercepatnya.
“Aghh.. Uuugghh.. kontol mas.. enak..!” Teriaknya manja.

Aku menjawab dengan mengisap payudaranya kuat-kuat hingga membuatnya makin menjerit.
”Auw! Aagghhhh..” tubuh montoknya bergerak ke kanan dan ke kiri. Vaginanya semakin erat menjepit rudalku. Rasanya ngilu.. tapi juga nikmat.

”Aaaghh.. aku keluar.. mass.. Uuughh.. Uughh..!”
Bella menjerit kencang tidak beraturan karena nafasnya mulai habis. Ia terlihat sangat menikmati sodokan penisku.

Crroott..! Ccrroott..! Croott..! Cairan panas memancar deras dari dalam liang kemaluannya.
Begitu banyaknya hingga meluber keluar dari liang senggamanya.. padahal saat itu penisku masih menancap dalam-dalam.

“Boleh juga memek kamu.. Bel. Susu kamu juga oke..” kataku setelah mengecup kedua puting susunya.
“Ah.. Mas bisa aja..” sahutnya malu.

Karena aku masih belum ejakulasi.. maka kusuruh ketika anak buahku itu untuk mengisap dan menjilat batang kemaluanku yang masih berdiri tegak..
sampai mengeluarkan sperma. Aku sengaja tidak menyetubuhi mereka lagi agar tidak ada yang iri kalau sampai tidak mendapat giliran.

Aku merasa tidak mampu kalau harus menggilir mereka seperti tadi. Aku sudah hampir keluar. Pejuhku rasanya sudah berada di ujung.
Cika.. Anna dan Bella berebutan mengisap dan memasukkan batang kemaluanku ke mulut mereka.. bergantian.

Aku yang merasa sudah mau moncrot menarik keluar benda itu dan mulai mengocok dengan cepat di depan wajah mereka.
“Aaaghh..!” Desahku saat spermaku menyembur mengenai wajah Cika.. Anna dan Bella. Rasanya lega bisa melepas ’beban’ yang menggantung daritadi.

Karena sperma yang kukeluarkan sangat banyak.. sampai-sampai mengalir ke susu dan tubuh mereka bertiga.
”Jilat.. An..” kusuruh Anna untuk membersihkan sisa sperma di batang kejantananku.

Sementara Anna menjilati penisku.. Cika dan Bella yang menganggur.. membersihkan lelehan sperma yang menempel di wajah dan susu mereka..
lalu menjilatnya dan menelannya tanpa rasa jijik. Mereka juga menyerbu spermaku yang menempel di tubuh Anna.

Setelah bersih semua.. Anna berkata.. “Sekarang.. bisa kita membicarakan pekerjaan lagi..?”
”Silakan..” aku berjalan mengambil bajuku dan mulai mengenakannya lagi. Begitu juga dengan Bella dan Cika.

"Kita harus setuju meeting itu..” kata Anna. "Kalau kita tolak sekarang.. sehabis tahun baru kita jungkir balik.
Dan lagi.. liburan jadi nggak tenang..!” Lanjutnya. Dia pakai lagi rok spannya.. tapi payudaranya yang bulat tetap ia biarkan terbuka.

"Bener.. Mas. Ditambah lagi nanti waktunya nggak akan sesuai kontrak dan kita akan kena penalti..” sambung Bella.
Berbeda dengan Anna.. dia malah telanjang dari pinggang ke bawah.

"Bener banget. Waktu kena penalti.. pendukung Persib malah berontak..!” Kata Cika menimpali. Meski out of topic.. lumayan masih nyambung!
"Idih.. Cika.. kamu diem deh..!” potong Bella sambil melempar celana dalamnya ke muka gadis itu.
Cika membalas dengan melempar BH-nya.. dia memang masih telanjang sekarang.

Lalu kami berdebat seperti biasa. Sambil berdebat.. tak lupa juga tanganku menggerayangi tubuh mereka bertiga bergantian..
mumpung masih pada terbuka.
Semula aku tetap berkeras.. meeting sebaiknya ditunda. Bagaimanapun.. seperti kata mereka.. I'm the boss. Tapi ketiga anak buah centil itu protes.

Dan protesnya sambil meremas keras kontolku. Aku jadi nggak kuat. Lagi pula.. aku menyadari.. I'm not really the boss. Bossnya adalah klien kami.
Dan begitulah. Akhirnya.. keputusan diambil. Jumat ini kami meeting lagi.

Di luar.. langit Jakarta terlihat mendung. Anginnya tidak pengap seperti biasanya.. agak terasa sejuk.
Selepas rapat bersama dengan ketiga anak buahku.. aku menelepon Dini.. pacarku. Dia marah.. minggu kemarin aku absen mengapeli dia.

Dengan teknologi 3G di hapeku.. aku bisa melihat mukanya yang cantik ditekuk jadi empat kayak kardus.
Kucoba untuk membujuknya dengan kata-kata mesra.. ah lumayan.. dia mulai sedikit tersenyum.
Berguna juga si 3G ini. Bersemangat.. makin kubanjiri dia dengan rayuan gombal.. hingga insiden itu terjadi.

Cika yang semula mojok.. tau-tau ikutan nongol di depan kamera. "Tenang aja.. Mbak Dini..” celetuknya..
"Mas-nya di sini aman kok. Biar pun jauh dari Mbak.. di sini dia terpuaskan kok.. oleh tiga cewek-cewek cantik.. hihihi..!” Katanya.
Hayo.. bagaimana coba.. saya harus ngomong apa sekarang..?

Dan dasarnya si Dini cemburuan.. dia langsung meledak. Apalagi Cika nongol dengan belahan dadanya yang seperti tebing mau runtuh..
ditambah apa pentingnya juga dia menggunakan kata 'terpuaskan..!?'
Bercanda sih bercanda.. tapi.. waduh..! Ingin kujitak kepalanya yang nonong itu.

"Eh.. emangnya aku tadi salah ngomong ya..?” Kata Cika sambil ngacir begitu tau Dini ngomel-ngomel tak karuan.
Aku mencoba mengejarnya.. supaya Cika bisa memberi klarifikasi.. tapi apesnya.. itu kamera 3G malah nggak sengaja menyorot kaki Bella.

Kaki jenjang putih mulus yang terbuka sampai ke perut. Gawat..!
Dan sebelum aku sempat memindahkannya.. Anna ikut muncul dengan ’botol susunya’ yang bergelantungan indah ke mana-mana.

"Oh.. jadi suasananya di sana gitu ya.. Mas..?” Muka Dini merah kayak kepiting rebus.
"Jangan marah begitu.. Dini. Yang terjadi di sini tidak seperti yang kamu lihat..” bujukku.

Tidak menjawab.. Dini langsung memutus telepon. Aku menarik nafas panjang.. panjang sekali saat telepon itu diputus oleh Dini.
Nyesek bener rasanya. Lagi kangen berat.. malah diginiin. Siapa yang nggak nyesek coba..?

Kulirik ketiga anak buahku yang cekikikan di sofa. ”Pokoknya kalian harus tanggungjawab..!” Gerutuku sambil menghampiri mereka.
”Sebagai hukuman.. kalian harus lembur. Jangan pulang dulu sebelum pejuhku habis..!” Kurengkuh tubuh mulus mereka dan kuciumi bergantian.

Tertawa genit.. ketiga bidadari itu pun kembali melepas pakaian masing-masing. Urusan Dini.. belakangan ajalah.. hehe.. (. ) ( .)
---------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Master Pecah Utak, suhu semprot mulai lagi bertitah....
 
-----------------------------------------------------

Cerita 004 – The Lust Hunter

Episode The Last Port alias Lembur Asik

Sari

Nama panggilanku Sari.
Aku berusia 25 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan swasta di Surabaya..
pada posisi yang cukup menyenangkan.. baik secara status maupun secara ekonomi.

Aku seorang blasteran Jawa-Jepang.. namun secara fisik.. banyak orang mengira aku keturunan Chinese..
karena warna kulitku putih dan mataku tidak lebar.

Rambutku pendek seleher.. tergolong wanita yang kurus.. dengan tinggi badan 176 cm dan berat 59 kg.
Namun aku merasa memiliki bentuk tubuh yang bagus.. dengan kaki yang panjang..
dan payudara yang tidak besar namun padat dan kencang.

Sejak remaja, kehidupan seksualku tergolong cukup 'bebas' untuk orang Indonesia.
Selama aku cocok dan dia cocok, aku easy going sajalah.

Mungkin sikap ini juga yang membuatku belum mendapatkan pasangan 'resmi' hingga sekarang..
Tapi.. peduli amat..? Aku toh enjoy aja dengan ini semua.

Waktu itu akhir bulan Juni 99. Karena akhir bulan.. seperti biasa aku sibuk membaca..
dan mengevaluasi laporan hasil kerja anak buahku, dan menuliskan laporan untuk atasanku.
Karena waktu sudah sangat sempit, aku memutuskan untuk bekerja overtime sampai selesai.

Gedung perkantoran tempatku bekerja tergolong pelit..
mereka mematikan lampu dan listrik utama setelah lewat pukul enam sore.

Karena itu aku menyewa sebuah ruang khusus..
yang memang disediakan gedung itu untuk orang-orang yang ingin lembur.

Ruangan itu kecil sekali, sekitar 3x3 meter.. tidak berjendela..
sehingga terkesan seperti dikurung dalam sebuah kotak korek api.. dan AC-nya tidak begitu dingin.

Namun karena tuntutan karier, ya sudahlah, aku langsung menginput data ke dalam notebook..
untuk diemailkan pada kantor pusat.
Tak terasa, aku sudah bekerja hingga pukul delapan malam.

Karena AC yang kurang bagus, aku merasa kegerahan dan haus.
Aku ingat.. di luar bilik kecil ini, di dekat lift.. ada sebuah dispenser air minum.

Aku segera berdiri dan keluar dari ruang itu untuk mengambil air minum.
Ketika aku membuka pintu, aku melihat seorang pria sedang mengambil air di dispenser itu.

Nah.. aku lega bahwa ternyata dispenser itu bekerja.
Aku segera menghampiri dispenser itu.. mengambil gelas, dan menuangkan air ke gelasku.

Pria yang sedang minum tadi tersenyum menyapaku.. aku tersenyum balik.. sekedar ramah tamah basa-basi.
Pria itu berbadan besar.. tingginya sekitar 180-an.. lebih tinggi dariku yang tergolong jangkung.

Ia tidak terlalu kurus atau gemuk.. meskipun tidak juga berbentuk seperti binaragawan.
Tubuhnya terbungkus rapi oleh kemeja Kenzo warna hijau muda..

Di lehernya terikat dasi bercorak ramai khas Gianni Versace.
Wajahnya pun biasa saja.. tampang orang pengejar karir di usia pertengahan duapuluhan.

"Sedang lembur juga, Mbak..?” Tanyanya mencoba mencairkan suasana sepi.
"Iya, biasa, Mas, akhir bulan. Pas hari Jumat lagi.."

"Oh, pasti lagi nyelesaikan progress report yah..?
"Iya.. untung udah selesai barusan."

"Wah.. baguslah. Eh, omong-omong, Mbak kantornya di lantai berapa..?”
"Di lantai sebelas, di PT (perusahaanku). Kalau Mas..?”
"Saya di lantai delapan, di PT (perusahaannya)."

"Oh, wajarlah kalau kita nggak pernah ketemu..”
"Haha, iya, rupanya ada gunanya juga lembur. Kita bisa saling kenal..”

Pria itu berkesan begitu sopan dan ramah.. matanya sedari tadi memandang hanya ke mataku..
tidak ke arah kemejaku yang dua kancing atasnya terbuka..
sehingga nampak putihnya kulit dadaku mengintip keluar.

"Oh iya, kita belum kenalan, Namaku Ditto..”
Katanya sambil mengulurkan tangannya mengajak berjabatan tangan.
"Aku Sari..” Jawabku sambil tersenyum semanis yang aku bisa.

"Sari pulang nanti naik apa..?”
"Oh, aku bawa mobil sendiri. Kalau kamu..?”

"Aku naik mobil juga.. Eh, Sari keberatan nggak kalau kita makan malam bareng setelah ini..?”
Wah, orang ini 'direct' juga yah..? Pikirku kegirangan.

"Boleh aja, apa Ditto nggak ada yang nungguin di rumah..?”
"Ah, belum kok..” jawabnya sambil mengerdipkan mata kiri dan tersenyum manis.
"Oke.. aku akan beres-beres dulu yah..!” Kataku sambil melangkah balik ke bilikku.

Aku segera mengemasi notebook dan kertas-kertas kerjaku secara terburu-buru. Ada yang aneh di pikiranku.
Aku merasakan ada gairah yang mendorongku untuk berhubungan lebih intim dengan Ditto.

Padahal orangnya biasa saja.. kulitnya rada gelap.. rambutnya cepak..
Wajahnya biasa saja meski ukuran tubuhnya memang cukup besar untuk ukuran orang sini.

Tapi cara dia bicara, cara dia tersenyum, cara dia memandang mataku.. benar-benar hangat..
Namun tidak nakal atau kurang ajar.

Nyatanya.. ia tidak berusaha mencuri pandang ke arah yang tidak-tidak..
seperti pria lainnya yang pernah ketemu aku.

Hmm.. Kira-kira apakah dia ada keinginan untuk bercumbu denganku atau tidak yaa..?
Selagi aku asyik mengkhayalkannya, terdengar ketukan di pintu.

"Masuk..!" Kataku sambil berharap bahwa itu adalah Ditto.
Ternyata benar.. Gitto berdiri di pintu itu sambil menenteng tas notebook di tangan kanannya.

Dasinya telah dilepas, dan kancing bajunya terbuka yang di atasnya..
sehingga nampak rambut-rambut halus di situ.

"Gimana, udah selesai..?” Tanyanya.
"Iya, udah.. tapi sewa overtime-nya sampai jam sepuluh nih.. jadi masih rugi kalau aku tinggalkan sekarang..!"
Aku mencoba mengajak bercanda.

"Haha, pelit juga kamu, Sar..! Boleh aku masuk..?”
"Silakan aja, asalkan kamu nggak keburu pulang..”
"Ah, nggak kok, ini kan Jumat.. biasanya juga pulang telat..”

"Biasanya ke mana aja kalau Jumat malam..?”
"Paling-paling pergi sama teman-teman main badminton atau basket..”

"Oh, seru dong..? Apa sekarang nggak ditungguin teman-temannya..?”
"Ah, mendingan juga di sini nemenin kamu. Sekali-kali boleh kan ganti suasana..?" Kami kembali tertawa-tawa.

Ia duduk di meja kerja.. sementara aku duduk di kursi kerjaku yang tadi.
"Wah, panas sekali di sini.. AC-nya kurang bagus yah..?" Katanya sambil menggulung lengan bajunya ke atas..

Lalu membuka satu lagi kancing baju di dadanya.
Aku menahan diri untuk tidak melihat ke arah rambut-rambut di dadanya.

"Sar.. kamu nggak panas pakai blazer di ruang kaya gini..?"
Tanyanya dengan nada yang terkesan wajar.. meski mungkin saja tujuannya nakal.

"Well, sebenarnya iya sih.. boleh nggak aku copot blazernya..?"
"Hahaha.. kok pakai minta izin segala sih..? Memangnya aku Papa mertua kamu..?” Balasnya dengan canda.

Humornya membuatku tertawa geli.. tapi juga sekaligus membuatku ingin berbuat lebih jauh dengannya.
Maka aku berdiri dari kursi.. dan melepaskan blazerku dengan gaya yang aku buat-buat agar nampak seksi.

Aku menunggu apa reaksi dia kalau dia melihat bahwa ternyata kemeja yang aku kenakan ini tidak berlengan..
sehingga kehalusan bahuku bebas dilihatnya.

"Wah.. ternyata nggak ada lengannya toh..?
Bisa-bisa nanti orang hanya menempelkan selembar kain saja di bawah blazer..” candanya mengomentari.

"Sialan, aku kira kamu akan bilang aku seksi, Dit..!” Jawabku menggoda.
"Hah..? Wah.. kalau itu sih.. apa kamu masih kurang yakin..? Sampai-sampai aku perlu meyakinkan diri kamu lagi..?"
"Hihihi.. ada-ada saja. Tapi thanks lho..!” Kataku sambil mengerdipkan mata.

Lalu dengan gaya yang kocak ia menceritakan bahwa seorang pialang saham ulung..
akan lebih merasa tersanjung bila dipuji atas kepandaiannya memasak.. daripada atas kepiawaiannya menganalisis saham.
Wow.. aku jadi merasa tersanjung juga karena itu berarti dia mengakui keindahanku.

Tiba-tiba dia berkata lagi.. "Kamu nggak minta dipijitin sekalian, Sar..?
Kan kalau di film-film semi.. adegan cewe buka blazer dilanjut dengan adegan pijit itu..
trus berlanjut dengan adegan yang biasanya disensor..?”

Ya ampun.. caranya begitu jantan sekali.. dan sama sekali nggak kurang ajar.. Aku jadi luluh juga dibuatnya..
Dan aku jadi rela untuk menyerahkan tubuhku padanya.. meski sebenarnya akulah yang menginginkannya.

Aku segera menjawab.. "Terserah deh, tapi nggak usah disensor juga nggak apa-apa kok..”
"Oke deh.. itu berarti adegan yang disensor itu bisa aja dilakukan nanti..?"
Katanya, sambil berdiri di belakang kursiku dan mulai memijit bahuku.

Kami terdiam sejenak.. ia memijit bahuku lewat kemejaku.
Rasanya mantap juga, tapi tali bra yang kukenakan terasa menyakitkan sedikit.

Dan dia bukannya tak tau itu.. ia menyingkapkan kemeja tanpa lenganku ke bawah..
sehingga kini pundakku terpampang di hadapannya.

"Huh.. tali ini menggangguku memamerkan keahlianku memijit..!"
Katanya sambil menyingkirkan tali bra ku ke samping..

Aku jadi merasa begitu seksi.. ditelanjangi perlahan-lahan seperti ini membuat pikiranku jadi aneh-aneh.
"Mmm.. nikmat sekali Ditt..”
Kataku sambil menikmati pijitannya yang memang nikmat dan membuatku menggeliat-geliat sedikit.

Tangannya dengan mantap memijiti pundak dan leherku..
membuatku merasa begitu rileks, dan terus terang saja.. terangsang.

Tiap kali jemarinya yang hangat itu menyentuhku, rasanya begitu nikmat hingga aku mengerang keenakan.
"Mmm.. mm.. aduuh.. enaknyaa.. boleh juga tangan kamu, Git..!"

"Eh.. rintihannya jangan dibuat-buat gitu dong..! Nanti aku jadi ingin mijit bagian yang lain..!”
Ia membuatku jadi makin terangsang dengan pilihan katanya yang selalu di luar perkiraanku.

"Berarti kalau aku merintih-rintih yang dibuat-buat, kamu pijit bagian yang lain yah..?"
"Oke.. Setuju..!" Candanya dengan nada seperti orang sedang rapat kampung.

"Aahh.. mmhh.. Ohh..” Rintihku aku buat-buat sambil bercanda.
Tiba-tiba tangannya langsung turun meremas kedua payudaraku yang masih terbungkus bra itu.

Tangannya diam di situ, dan dia bilang.. "Tuh kan..? Apa aku bilang..?
Kalau kamu buat-buat gitu.. tanganku jadi memijit bagian yang lain.." Katanya sambil bercanda..
Padahal aku sudah mabuk kepayang dan ingin tangannya segera meremas kedua payudaraku.

"Udahlah Dit.. sekarang kita mulai aja deh,," kataku dengan nada serius.
"Baiklah.. Saya juga ingin melakukannya sejak tadi.. kalau kamu yang minta okelah..” katanya diplomasi.

Ia pun langsung menurunkan bra-ku ke bawah.. hingga kedua susuku kini terbuka lebar.
Ia memutar kursiku hingga kami kini berhadapan.

Ia lantas berlutut di depanku.. matanya menatap mataku yang telah sayu terlanda birahi.
Aku menggerakkan tanganku untuk melepas kacamata minusku, namun ia menghalanginya.

"Nggak apa-apa, Sar.. Aku senang melihat kamu dengan kaca mata itu.. seksi sekali..!"
Katanya sambil mengedipkan mata kiri.

Tanpa banyak kata.. ia lalu memajukan kepalanya dan mengulum bibirku..
Ughhh.. aku terpejam ketika merasakan lidahnya menerobos mulutku.

Aku agak terkejut ketika ia melepaskan bibirnya dari bibirku.
Belum sempat aku membuka mata, aku sudah merasakan jilatan lidahnya membasahi leherku yang jenjang..
merambat menyusuri bahuku.. hangat sekali rasanya.

"Nngg..” aku mulai merintih pelan sambil menengadahkan kepalaku.
Sementara lidahnya melingkar-lingkar mengolesi leherku, turun ke belahan dadaku.. menari-nari di situ..
Uuhh.. aku semakin tak karuan rasanya.

"Augh, cium yang aku mesra..” aku meracau tak karuan.
"Wah.. ketahuan nih, udah pengen yaa..?” Godanya nakal.

Aku sudah kesetanan.. segera kudekap kepalanya dan kutarik mendekati dadaku..
dan kubusungkan kedua dadaku agar ia segera mengulum puting susuku.

Dia malah berkata lagi.. "Iya, iya aku tau maksudnya kok.. sslurp..”
"Uhgkk.." Mulutnya menangkap puting susuku yang kanan, lidahnya menjilat-jilat lembut.

Aduuh.. rasanya gelii dan nikmaat sekali.. aku menggelinjang-gelinjang menahan geli yang luar biasa..
Lidahnya seperti melingkar-lingkari puting susuku dengan cepat namun lembut.

Begitu gelinya hingga punggungku terlepas dari sandaran kursi dan melengkung seperti busur panah.
Kini lidahnya berpindah ke puting susuku yang kiri.. mengait-ngaitnya.. Aduuhh aku semakin lupa daratan..

Aku nggak tahu kenapa.. tapi jilatan Gitto rasanya begitu berbeda.. benar-benar membuatku seperti melayang-layang kegelian..
rasanya seluruh badanku kehilangan energi.. lemas sekali.. tapi terasa nikmaat sekali. Puting susuku yang kanan kini dipilin-pilinnya.

Uhhfff.. Kedua puting susuku yang sensitif ini menjadi bulan-bulanan mulut rakus Gitto.
Tak sadar aku merintih dan mengerang sebisaku.. keringatku mulai menetes.. rasanya sulit sekali untuk bernafas teratur.
Tiapkali menarik nafas selalu terhenti oleh rasa geli yang menyengat puting susuku.

Tiba-tiba ia berhenti. "Sar.. naik ke meja dong..?” Katanya sambil mendirikan tubuhku.
Karena sudah terangsang tak karuan.. aku menurut saja ketika ia menelentangkan tubuhku di meja kantor.
Sementara kemejaku telah terbuka kancingnya.. namun ia tidak melepasnya.. hanya menyingkirkan ke kiri kanan.

Aku sempat tertegun melihat kemeja Ditto masih tampak rapi..
hanya celananya saja yang terlihat menonjol karena desakan kejantanannya.

Aku tertegun juga ketika melihat kedua pentil susuku terlihat kemerahan..
berdenyut denyut dan mencuat tinggi sekali.

Namun aku segera kembali terpejam ketika mulut rakusnya kembali menyerang kedua susuku.
Puting-putingku dijilat.. diisap.. digigit.. dan aku tak tau diapakan lagi.. rasanya luar biasa geli dan nikmat.

Aku hanya bisa telentang di meja itu sambil terengah-engah dan menggelinjang menahan serbuan birahi.
"Ahhkk.. sshh.. mmh..”aku mendesah dan meracau tak karuan.

Sementara tangan kananku mulai gatal dan menyusup ke balik rok mini dan celana dalamku..
menggosok-gosok bibir kelaminku yang rupanya telah lembab dan basah sekali dari tadi.

Kini Gitto memilin-milin kedua puting susuku dengan jari-jarinya..
dan lidahnya menyusuri perutku yang langsing, menjilati pusarku.

Lidahnya mendarat di tempat-tempat tak terduga yang memberiku sensasi yang luar biasa..
selain pilinan jarinya pada puting susuku.

Paha bagian dalamku tak luput dari jilatan-jilatannya yang mesra dan buas.
Disingkapkannya rok miniku ke atas, lalu jemarinya kembali ke puting susuku seolah tak membiarkan mereka istirahat.

Digigitnya karet celana dalamku, secara refleks aku merapatkan kaki..
dan mengangkat punggungku agar ia mudah melepaskannya.
Aku tak tau diapakan.. tapi celana dalamku segera lepas.

Secara sukarela aku mengangkangkan kedua tungkaiku lebar-lebar..
agar ia bisa memandangi kewanitaanku yang telah membanjir karena ulahnya.

Ditto melepaskan kedua putingku.. lalu menekan pahaku keluar,
agar ia lebih bebas lagi memandangi kewanitaanku.

Aku hanya terengah-engah memandangi langit-langit dalam keadaan terangsang sekali.
Akhirnya aku mampu menarik nafas panjang, karena kedua putingku tak lagi menerima sengatan birahi darinya.

Tapi tiba-tiba kurasakan hawa dingin di kewanitaanku, ia meniup-niupnya, memberiku rasa geli yang aneh..
membuatku semakin tak tahan lagi, ingin ia segera menancapkan kejantanannya ke tubuhku.

"Ohh.. cepatlahh Gittoo.. ayo.. kamu hebat.. deh..!”
"Zan.. badan kamu indah sekali.. luar biasa.. cantik sekali..”
"Please, lakukan sesuatu..” aku merintih memintanya segera menyelesaikannya.

"Ahhgg..!!”
Aku menjerit dan menggelinjang hebat ketika lidahnya tiba-tiba menyayat clitorisku dengan cepat dan tajam.

Lalu kewanitaanku seperti diselimuti oleh sesuatu yang basah.. panas.. serta lunak..
terisap-isap.. dan clitorisku tersayat-sayat oleh sesuatu.

Karuan saja aku makin tak tahan.. menggeliat-geliat tak karuan.. punggungku terangkat-angkat dari meja itu..
mataku tak mampu kubuka.. nafasku kian terasa berat// rasanya gelii sekali.. oohh.. nikmat tak terkira..

"Oohh.. Dittoo.. uuhh.. enaak sekalii.. sshh.. kamu apain akuu.. aduuhh..”
Rintihanku kian tak terkendali, aku segera memlintir-mlintir kedua puting susuku untuk menambah kenikmatan..
meremas kedua susuku yang kenyal.. sementara Ditto tak henti mengirimkan kehangatan birahi lewat bibir kewanitaanku.

Jilatan dan isapan mulut Gitto kian buas menerpa kewanitaanku.
Apalagi ketika jarinya ditusukkannya ke dalam liang kewanitaanku, dan menari-nari di dalamnya..

Aduuh.. benar-benar tak terperi nikmatnya. Tusukan jari Ditto menyentuh tempat yang tepat.. berkali-kali..
Auhh.. terasa seluruh energiku seperti terisap ke tempat itu.. terkumpul di situ.. lalu meledak.

"Aahhgg Gittoo.. uhh..” Aku segera mencapai klimaks.
Orgasme yang luar biasa sekali.. merenggut sebagian kesadaranku.. hingga kini aku terkulai lemas.

Aku mencoba mengatur nafas.. tapi sia-sia.. kenikmatan ini benar-benar membuatku terbang melayang.
Aku terpejam, merasakan nikmatnya diriku terombang-ambing ke alam tak sadar.. menggumam..

"Mmmhh.. Ditto.. nikmat sekali.. hh..”
"Sari.. mau istirahat dulu..?”

"Ngghh.. nggak.. langsung aja, goyang yang cepat..! Sekarang..!”
Aku tak mampu mengontrol pilihan kataku lagi, birahiku telah menguasai diriku.

"Well, baik kalau begitu..” Itu kata terakhir yang kudengar dari Ditto..
Lalu sambil hanya dapat memandangi langit-langit aku merasa pahaku dikangkangkan..

Tiba-tiba.. Sslepp.. Kejantanannya mengisi tiap rongga di liang kewanitaanku ini.
"Auuhhkk.. Ohhh.. terusin sayangghh.. deeper..” aku merintih tak karuan ketika ia mulai menggerakkan tubuhnya.

Ia berdiri.. sementara aku telentang di meja. Jelas ia sangat leluasa menggerakkan tubuhnya.
Kejantanannya terasa menyodok dan menggerus-gerus seluruh bagian dalam kewanitaanku dengan buas dan garangnya.

Aku tak mampu bergerak membalas karena masih lemas oleh orgasme yang pertama tadi..
namun persetubuhan ini rasanya lebih hebat lagi..

Rasa-rasanya seluruh tubuhnya memasuki liang kewanitaanku..
Aku hanya memejamkan mata.. menggeliat.. merintih.

"Ughh..” Sodokan-sodokan kejantanannya terasa kian dalam menerobos dasar kewanitaanku..
Sementara telapak-telapak tangannya yang kasar tak henti meremas dan memegang kedua susuku.

Beberapa menit kemudian.. Ditto tiba-tiba menarik kejantanannya dari kewanitaanku..
lalu dengan begitu cepat membalikkan tubuhku.. hingga kini badanku tengkurap di meja..

Namum kakiku menjuntai ke lantai.. puting susuku terasa geli merasakan dinginnya meja kantor itu.
"Nghh.." aku hanya terengah.

Slebbh.. Jlebb.. Ditto menikamkan kejantanannya lagi ke lubang kewanitaanku dari belakang..
"Uffhh..” sensasi yang berbeda lagi.. ia mengocok tubuhku keras sekali hingga meja itu bergoyang-goyang..

Saat itu juga, aku merasakan klimaks menyambar tubuhku.. kewanitaanku serasa mengejang.. menggigit kejantanan Ditto.
Kedua tanganku mencengkeram ujung meja kuat-kuat.. tubuhku menegang..

Dan aku merasakan adanya gelombang kenikmatan yang menyapu jiwaku, merenggut tenagaku..
Aku menjerit tertahan.. "Ahkk..!!”

Lalu aku merasakan nikmat yang luar biasa dan tubuhku serasa lemas sekali.
"Aduuh.. Ditt.. Enakk bangetth.. hh..”

"Tahan sebentar, ya Sar.. bisa kan..?” Jawabnya sambil mempercepat gerakannya.
"Ahhkk.. sakit.. pelan-pelan dongg..” kewanitaanku terasa ngilu.

"Sebentar saja yang.. sebentaar lagii..”
"Ohh.. Uhhg.. Ngg..”

Aku mengerang-erang menahan ngilu.. namun rasa sakit itu tak bertahan lama..
ketika tiba-tiba kehangatan kembali mengalir lewat kewanitaanku.

Aku serasa melambung lagi oleh orgasme yang ketiga..
ketika sperma Ditto menyembur menghangatkan sudut-sudut liang kewanitaanku.

Cratt.. cratt.. cratt.. cratt.. Kali ini.. kenikmatan itu mengantarkanku ke alam tak sadar untuk beberapa saat.
Cukup lama aku tertelungkup di meja itu, terengah-engah, dibanjiri keringat, lemas sekali seperti setengah pingsan.

Yang dapat kurasakan hanya rasa nikmat dan kepuasan tiada tara..
Aku sempat melihat Gitto melemparkan tubuhnya ke kursi kerja, lalu memejamkan matanya.

Beberapa saat kemudian, aku tersadar. Dengan sisa tenagaku aku mencoba berdiri.. lalu merapikan kemejaku..
yang telah kusut tak karuan.. karena habis bersetubuh tanpa melepaskan pakaian.

Tak kukenakan kembali celana dalamku.. karena telah sedikit basah oleh cairan kenikmatanku ketika foreplay tadi.
Kukenakan kembali blazerku, kulihat Gitto sedang berdiri bersandar di pintu tanpa ada kusut sedikitpun di kemejanya..

Namun wajahnya tampak berseri-seri. "Sar.. udah jam sepuluh seperempat..”
"Iya, sudah waktunya pulang nih..”

"Nah, dengan begini kamu nggak rugi kan..?”
"Apanya yang nggak rugi..?”

"Kan bayar sewa ruang overtimenya sampai jam sepuluh..!?”
Kami tertawa-tawa lagi. Lalu berjalan menuju tempat parkir mobil kami di lantai lima.

Di lift.. sebenarnya ingin juga sekedar berpelukan atau berciuman.. tapi sayang sekali Satpam gedung ikut berada di lift..
Ia senyam senyum memandangi wajah-wajah kami yang kusut meski berseri-seri.

Semenjak itu.. aku masih beberapakali lagi melakukannya dengan Gitto..
Sampai ia dipindahtugaskan menjadi kepala pemasaran di daerah lain.

Dan aku..? Well.. Ia memang luar biasa, tapi availability ialah segalanya, bukan..?
Aku kembali mengejar karier..

Sambil bertualang dari satu pelukan ke pelukan lain para pria..
–dan kadang-kadang wanita..– Yang aku taklukkan dengan tubuhku. (. ) ( .)
-------------------------------------------oOo----------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-------------------------------------------------

Cerita 005 – Kucing Disodori Daging

Ivone

Namaku Diki..
28 tahun. Aku adalah seorang staf perusahaan perbankan pemerintah di Bandung.
Di kantorku, ada seorang sekretaris kepala divisi Treasury bernama Ivone.. berusia 34 tahun.. telah menikah namun belum juga dikarunia anak.
Katanya sih.. Ivone dan suaminya sama-sama tidak masalah.. tapi ternyata selama 8 tahun pernikahannya masih juga kosong.

Karena pekerjaanku banyak berhubungan dengan divisi dia, maka otomatis aku sering bekerjasama dengan staf-staf di divisinya, termasuk dengan Ivone.
Keakraban ini semakin lama semakin erat sampai antara dia dan aku sering menceritakan hal-hal yang bersifat pribadi.

Tetapi sejauh ini hanya sebatas itu saja, tidak pernah terpikir untuk melakukan affair..
disamping posisi dia sebagai istri orang.. secara fisik pun aku tidak terlalu tertarik.

Suatu hari.. aku menuju ruangan divisi treasury. Kutengok meja kerja sekretaris Kadiv.. ternyata Ivone keliatan lesu.
Sedih amat tampangnya hari ini..? Pikirku.

“Hai, kenapa Non..? Kok lesu..?” Tanyaku.
“Eh, nggak. Nggak pa-pa kok..” jawabnya sambil pura-pura menyibukkan diri.

“Oke, tapi jangan lesu gitu dong, masa sekretaris tampangnya nggak seger ah..!” Kataku sedikit menggoda. Dia tidak berkomentar..
“Ok, aku mo ke Pak Handi dulu ya..” – Pak Handi adalah Kepala Bagian Treasury..– kataku.

Setelah selesai menghadap Pak Handi.. mendadak vibra HP-ku bergetar.. dan kulihat ada 1 SMS masuk dan kubaca.
Dik.. aku mo minta tolong.. but secret ya. Dari No HP-nya Ivone.

Segera aku menghampiri meja kerjanya dan kulihat dia masih membuka-buka kertas sambil pandangan matanya ke mana.
“Kenapa..? Ada apa sih..?” Tanyaku.

“Eh, udah selesai..? Aku mo ngomong.. tapi aku malu. Dan mending lewat SMS aja ya..” pintanya.
“Lho.. kenapa musti lewat SMS..? Mending sekarang aja..” jawabku.

“Nggak.. soalnya .. emhh.. gimana ya. Eh.. mending nggak jadi aja deh..” kata dia makin membuatku bingung.
“Lho, gimana sih, kenapa sih Vonee..?” Tanyaku penasaran.

“Udah nanti via SMS aja, dah aku mo kerja dulu..” kata dia singkat.
“Ya udah, aku tunggu..” aku menjawab sambil kembali ke ruangan kerjaku.

Sepuluh menit kemudian.. ketika aku sedang membuat laporan.. mendadak vibra HP-ku bergetar dan kulihat 1 SMS masuk dari Ivone.
Dik, mau tolong aku nggak..?

Segera kubalas melalui SMS.. Tlng apa sie? Pnj duit? – tolong apa sih..? Pinjam duit..?–
Jg becnd, serius! Tp aku ML ngmngnya.. – Jangan bercanda, serius..! Tapi aku malu ngomongnya..–

ok, serius & jg ml, da apa? – Oke, serius dan jangan malu, ada apa..?–
aku pgn pny anak..
– Aku pingin punya anak.. –

Sesaat aku bengong membaca balasan SMS-nya.
Ivone ingin punya anak..? Lho wajar kan..!? Maksudnya apa ya..? Pikirku dalam hati.
aku gk ngerti. Langsung kubalas lagi SMS-nya.

aku pgn pny anak, tlng bnt aku.. – Aku pingin punya anak.. Tolong bantu aku..–
dgn cara apa?? Aku gak ngerti. – Dengan cara apa..?? Aku gak ngerti..–

Lama kutunggu balasan SMS-nya. Baru 10 menit kemudian vibrator HP-ku bergetar.
.*** W/U..
Apaa..!
Tidak pernah terpikir olehku mendapat jawaban SMS seperti ini.

Ivone.. sekretaris Kadiv.. tinggi 166 cm. Putih.. bentuk tubuh proporsional.. rambut sebahu.. wajah manis..
ingin agar aku memberikan benih sperma agar dia dapat memiliki anak. Bingung aku menjawab SMS-nya.

1 jam.. 2 jam.. sampai istirahat aku belum membalas SMS-nya. Aku berpikir, gimana ya..?
Easy come easy go aja deh. Yang penting kesempatan. Toh dia yang minta, jangan pakai rasa.. pakai nafsu saja.
Ha.. haa.. haa.. tidak pernah terpikirkan olehku.

Mendadak vibrator HP-ku bergetar dan kulihat SMS dari Ivone.
sorry, anggap aku gak prnh krm SMS spt td.. – Sorry.. anggap aku nggak pernah kirim SMS seperti tadi..–
Woow.. rupanya dia ragu-ragu.

Langsung kutelpon dia. “Halo, Vone.. aku mau membantu kamu. Sore ini pulang kantor..” langsung aku berbicara tanpa basa-basi.
“Mhh.. sorry aku nggak berpikir panjang tadi pagi..” terus dia diam.

“Pokoknya sore ini kita pulang bareng. Aku jemput kamu di Holland bakery merdeka jam 17.00. Oke..” kataku.
“Hm.. iya sampe jam 17.00 nanti..” katanya.

Langsung aku berpikir..
Gila.. beneran ini peristiwa yang tidak kubayangkan. Harus rapi.. dan aman.. jangan sampai diketahui orang kantor..

Pukul 16.45.. aku segera pulang dan menuju ke arah Jl. Merdeka.
Kulihat Ivone telah menunggu di muka Holland bakery dan langsung dia menaiki corolla SE-ku.

“Udah lama..?” Tanyaku.
"Nggak.. paling baru lima menit..” jawab dia tegang.

“Hm.. kita ke atas aja ya..?” Aku memberi alternatif.
“Terserah Diki deh..” Ivone masih menjawab dengan tegang.
Akhirnya aku yang banyak bicara agar dia tidak tetap tegang, walaupun sebenarnya aku juga tegang.

Kurang lebih 30 menit kemudian aku memasukkan mobil ke hotel ‘GS’ di jalan Setiabudhi..
dan langsung memasukkan mobil di dalam ruang parkir kamar hotel.. jadi posisinya benar-benar aman.

Sesampainya di kamar Hotel ‘GS’ di jalan Setiabudi, Ivone langsung duduk di kasur, sedangkan aku langsung menyalakan TV dan masih berpikir.
Apa ini mimpi.. aku di kamar hotel bareng Ivone dan berencana melakukan sesuatu.
Haah.. bodo amat.. sing penting awalnya dia yang minta..
ujarku dalam hati.

Ivone kemudian bangkit menuju balkon kamar.. “Kamu sering ke sini Dik..?” Tanyanya.
“Hm.. nggak, nggak pernah tuh.. – padahal aku seringnya ke hotel ‘PK’ yang masih satu jalur.. hanya lebih di atas..–
Kenapa emang..?” Aku balik bertanya.
“Enggak.. kali aja.. kamu mungkin sering bawa pacar-pacar kamu check-in..?” Katanya.

“Haha.. kan selama ini kamu tau siapa aku.. dan sekarang emang aku juga lagi jomblo kok..” ujarku.
“Iya ya.. aku kok jadi bego gini.. padahal kan kamu sendiri udah sering cerita tentang pacar-pacar kamu..” dia jadi geli sendiri.

“Dik, kalo kamu kagok mending nggak usah deh.. kita cancel aja..?” Kata dia ragu.
“Mhh.. emang sih aku kaget.. kenapa sih..? Atas dasar apa..?” Tanyaku.

“Mo tau..? Pertama aku merasa jenuh banget ama kehidupan pernikahanku.. belum juga dikarunai anak.. segala macam udah aku coba..
tau sendiri kan.. lama-lama aku merasa bosan dengan pernikahanku Dik.. dan mendadak terpikir keinginan seperti ini..” papar Ivone.

“Hm.. it’s okey for me.. kamu tau kan aku. Easy come easy go.
Aku pikir selama nggak pake rasa.. kenapa musti ditolak.. wong kucing disodorin daging.. mana tahan. He.. he..” selorohku.

“Dasar.. Dikii.. itu yang jadi alasan kenapa aku minta tolong ama kamu.. soalnya kamu nggak terlalu ambil pusing ama suatu kondisi..”
kata Ivone sambil tersenyum.

“So, gimana..? Kita bukan sepasang kekasih.. kita cuma dua manusia dewasa yang sama-sama mengerti apa itu making love..
tapi tetep aja aku pengen kamu juga menikmatinya.. dan aku perlakukan seperti seorang wanita..” kataku sedikit ngegombal.

Aku tidak memberikan kesempatan untuk Ivone berkata apa-apa lagi. Langsung kupeluk dan melumat bibirnya.
Ivone gelapan dan tidak kuasa menolak ketika aku mulai membuka Blazer dan kaos ketat ungu serta membuka celana panjangku.

Aku lantas menyuruhnya duduk di atas meja. Dengan elusan tangan kubuka bra-nya yang berukuran 36B dan celana dalamnya.
Ivone mulai terangsang dan menjadi beringas.. bagaikan macan kelaparan.

Terlebih ketika aku mulai menciumi lubang kewanitaannya yang menebarkan harum yang khas.
“Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. Dikii.. Ivone maluu.. jangan diciumin.. Ah.. ah.. uh shh.. shh.. uh..”

Ivone mengeliat sambil mengacak-acak rambutku dan lalu sedikit mendorong kepalaku.
“Dikii.. Ivone belum pernah dicium bagian yang paling vital seperti itu. Kamu nggak jijik..?”
Wah.. rupanya dia benar-benar seorang wanita yang belum pernah merasakan eksplorasi semua wilayah.

“Emang Mas-mu nggak pernah..?” Tanyaku.
“Enggaak..” jawabnya sambil menunduk dan menggigit bagian bawah bibirnya.

“Ivone sayang.. aku beri kamu sebuah pengalaman yang nggak bakal kamu lupakan ya..” ujarku sambil kembali menciumi vaginanya.
Kemudian lidahku merojok-rojok vaginanya dan menjilat klitorisnya yang sebesar kacang kedelai.

Ivone kemudian membuka kemeja dan celana kerjaku. Dia sedikit teriak Kaget..! Melihat ‘barang’-ku sudah keluar melewati celana dalamku.
Kelihatan ujungnya memerah. “Aah.. Dikii.. aku takut, apa muat..? Punyamu gede gitu..?”

Aku tidak menghiraukan pertanyaannya. Satu jari kumasukkan ke dalam lubang kewanitaannya.
Kukeluar-masukkan jari itu dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri. Satu jari kumasukkan lagi.

“Ah.. uh.. ah.. sh.. uhh.. shh.. terus Diik.. aduh.. nggak kuat Dikki. Aku mau keluar nih..!”
Akhirnya Ivone basah. Aku tersenyum puas.

“Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Von..” aku meminta kepadanya.
“Tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?” Jawabnya.

“Coba saja dulu, Sayang.. Nanti juga terbiasa..” bujukku lagi.
Slrupp.. blubb.. “Auh.. aw.. jangan didorong dong Dik, malah masuk ke tenggorokanku.. pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang..” protes Ivone.

Sekitar lima belas menit kemudian eranganku semakin menjadi-jadi. “Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. ah.. uh..”
Terasa Ivone mengisap semakin kuat, aku pun semakin keras erangannya.

Tanganku bekerja lagi mengelus vaginanya yang mulai mengering menjadi basah kembali.
Mulut Ivone masih penuh kemaluanku dengan gerakan keluar-masuk seperti seorang penyanyi.

“Vone.. aku nggak tahan.. masukkin saja ke punyamu ya..?” Pintaku.
Ivone hanya menganggukkan kepala saja.. kedua kakinya kuangkat ke pundak kiri dan kananku.. sehingga posisinya mengangkang.

Aku melihat dengan jelas kemaluan Ivone..
wanita yang telah bersuami yang tidak pernah kubayangkan akan berada di hadapanku dalam situasi seperti sekarang ini.

Plepp.. plepp.. aku mulai menyenggol-nyenggolkan ujung kemaluanku pada bibir vaginanya.
“Aaah Dikii..” Ivone pun kegelian.

Lalu kubuka kemaluannya dengan tangan kiriku..
sementara tangan kananku menuntun kemaluanku yang besar dan panjang menuju lubang kewanitaannya.

Kudorong perlahan.. Sreett.. slebb.. mulai kurasakan ujung kemaluanku masuk perlahan.
Aku melihat Ivone meringis menahan sakit.. aku berhenti dan bertanya.. “Sakit ya..?”

Ivone tidak menjawab.. hanya memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya.
Perlahan kugoyang helm batang kemaluanku..
Blessep.. jlebb.. kugenjot kuat pantatku ke depan hingga Ivone menjerit.. “Aaauu.. Diikkii.. aahh..!”

Kutahan pantatku untuk tidak bergerak. Rupanya kemaluannya agak sakit.. dan dia juga ikut diam sesaat.
Ughh.. Kurasakan kemaluannya berdenyut.. Ivone berusaha mengejang.. sehingga kemaluanku merasa terpijit-pijit.

Selang beberapa saat.. kemaluannya rupanya sudah dapat menerima semua kemaluanku dan mulai berair..
sehingga ini memudahkanku untuk bergerak.

Aku merasa bahwa Ivone mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku.
Perlahan aku menggerakkan pantatku ke belakang dan ke depan. Clebb.. clebb.. clebb.. clebb..

Ivone mulai kegelian dan nikmat. Ia mengikutiku dengan ikut menggerakkan pantatnya berputar.
“Aduhh.. Ivonee..” erangku menahan laju gerakan pantatku. Rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku.

Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak maju-mundur lagi.. justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli..
karena Ivone bergerak memutar-mutar pantatnya.. dia semakin kuat memegangnya.

Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat.. kulihat hasilnya.. dia mulai kewalahan.
Dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar.

Ivone menurunkan kakinya dan menggamit pinggangku.. Ivone memegang batang kemaluanku yang keluar masuk liang kewanitaannya..
ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang vaginanya.

Ivone pun mengerang keasyikan. Kecepek.. kecepek..! Bunyi kemaluannya saat kemaluanku mengucek habis di dalamnya.
Tampaknya Ivone kegelian hebat.. “Vonee.. aku mau keluar.. Tahan ya..” pintaku.

Sreet.. sreett.. sreett.. Kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di kemaluanku..
"Ngghh.." erang dia memelukku erat.. demikian pula aku.
Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat.. seolah tidak dapat lepas. Dia tersenyum puas.

“Ivone sayang.. jepitan kemaluan kamu benar-benar. Sungguh luar biasa.. enak gila..
punyamu memijit punyaku sampai nggak karuan rasanya.. aku puas Vonee..”

“Aahh.. kamu bohong.. cowok seperti kamu itu emang paling bisa muji cewe..”
Dia hanya tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat.

“Sumpah, Vone..! Apakah kamu masih akan memberikannya lagi untukku..?” Tanyaku.
“Pasti..! Tapi ada syaratnya..” jawabnya.

“Apa dong syaratnya..?” tanyaku penasaran.
“Gampang saja.. aku ingin punya anak.. aku ingin kamu membantu aku agar aku hamil..!”

“Oke deh.. itu masalah gampang. Lagipula.. ini kemauan kita berdua.. tidak ada paksaan dan itung-itung aku amal. He.. he..”
“Dasar..!” Ivone mencubit pinggangku.

Kemudian kami sama-sama mengatur napas dan menghimpun kembali tenaga yang cukup terkuras.
Ivone berbaring di sampingku sambil memainkan bulu dadaku.

Tidak lama kemudian, dia kembali mencoba merangsangku dengan menciumi dadaku.
“Aahh.. Ivone. Kamu jadi bandel ya..? Harus tanggungjawab udah bikin aku kerangsang..” kataku.

Penisku kembali mengeras dan tidak sabar lagi ingin dimasukkan dalam liang vagina penuh lendir yang terasa manis dan nikmat di mulutku ini.
Maka aku memanjat tubuhnya dan melebarkan kangkangan kedua paha Ivone sambil memposisikan penisku di depan vaginanya.

Kedua tangan Ivone memegang bahuku, dengan lembut kubelai pipi dan rambutnya dan kuciumi bibirnya dengan lembut.
Slebb.. Kutekan penisku masuk perlahan-lahan ke dalam liang vaginanya. Mata Ivone terbelalak merasakan tekanan penisku pada vaginanya.

Ia kembali menggigit bibirnya sementara aku terus memasukkan penisku semakin dalam ke dalam vaginanya..
membuat Ivone semakin keras menggigit bibirnya. “Ouggh Dikii.. aah.. hhkk..” erangan kenikmatan terdengar dari bibirnya.

Jlebb.. kutekan batang penisku sedalam-dalamnya hingga pangkal penisku menempel di bibir vaginanya.
Ahhh.. Nikmat sekali kurasakan vagina teman kerjaku yang terasa sangat sempit ini.

“Ohh, Voon..” desahku sambil mulai menarik penisku keluar hingga setengah jalan..
lalu menekannya kembali hingga masuk penuh sampai ke pangkal penisku.

“Ohh.. ohh.. Ivoon.. aah.. ouggh.. ohh..” Aku pun mulai memaju-mundurkan pantatku..
sementara Ivone mengimbangi dengan memutar pantatnya dengan tetap menggigit bibirnya.
Entah apa yang ia rasakan.. mungkin sama seperti yang kurasakan saat itu adalah kenikmatan hebat melakukan perbuatan penuh birahi.

“Ohh.. ohh Sayang.. mmhh.. aku cinta kamu, Voon..” kubisikkan lembut kata-kata cinta gombal di telinganya..
sementara tanganku meraba-raba putingnya yang mengeras dan mengacung itu dengan lembut dan penuh perasaan..
Kulakukan tanpa menghentikan gerakan pantatku yang maju-mundur di vaginanya dengan penis besar dan kerasku yang lembut dan perlahan-lahan.

“Ohh Sayang.. ohh Ivoon.. Sayang.. Mmhh.. Sayang.. oh.. aku cinta kamu Sayang..”
Bisikan-bisikan cintaku kuselingi dengan sesekali menjilati telinga, leher dan bibirnya.
Kadang turun ke buah dada dan putingnya. Kuisap bibirnya dengan bernafsu.

Hampir 10 menit kulakukan ini.
Tubuh Ivone mengikuti rangsanganku dan pantatnya terus bergerak mengikuti irama sodokan penisku yang mulai agak kupercepat.

“Hnghh.. mmhh.. hh.. ohh..” desahan dan erangan dari celah bibirnya kembali terdengar.
Kedua tangannya yang tadi memegang bahuku mulai berpindah meraba-raba puting dadaku dan punggungku.

Saat mulutku kembali melahap bibirnya.. tangannya langsung berpindah mengacak-acak rambutku sambil menekan kepalaku..
hingga ciuman kami benar-benar terasa ketat dan penuh birahi.. dibarengi dengan gerakan lidahnya yang semakin liar merespon..
dan melilit lidahku yang dengan ganas menjilati isi mulutnya.

Erangan dan desahan kami semakin liar seiring dengan genjotan penisku pada vaginanya yang semakin mengganas dan cepat..
di mana pantat kami maju-mundur dengan cepat dan bernafsu.. membuat selangkangan kami saling menghantam dengan keras dan hebat.

Lidah dan bibirku menari liar menjilat dan mengisap putingnya..
sementara ia menjambak rambutku, menekan kepalaku agar menancap lebih dalam di dadanya.

15 menit yang liar dan penuh birahi berlalu hingga mendadak Ivone mengejang dan kakinya menjepit keras melingkari pantatku.
“Aahh..! Aahh..! Diikii..!”
Ia memekik dan menjambak rambutku keras dengan bola mata berputar hingga hanya terlihat putih matanya saja.. lalu.. “Ahhkh..!”

Kembali ia memekik tertahan menyertai sentakan terakhir pantatnya..
membuat penisku tertancap sedalam-dalamnya pada vaginanya yang meledakkan lendir orgasme panas.. hingga meleleh keluar dari vaginanya.

Ivone ambruk lemas tidak dapat bergerak lagi dengan napas memburu.. sementara penisku masih keras berdenyut-denyut di dalam vaginanya.
“Aaah, Dikii capee..” Ivone berkata lirih.

Aku masih berdiam di atas badannya dengan penisku masih menancap dalam vaginanya.
“Aku masih belum juga nih.. nanggung Sayang..” kataku.

Lalu kutuntun agar ia berbalik memunggungiku sambil berlutut, dan kudorong punggungnya hingga menungging.
Kutarik kedua pahanya hingga semakin mengangkang.. dari belakang kulihat rekahan pantatnya yang memang padat dan besar.

Lalu kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang memang sudah siap dimasuki itu.
Clebb.. kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah dan kuremas dengan gemas pantatnya.

Pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku agar ia terbiasa dengan posisi ini.. dan semakin lama semakin cepat.
Penisku terasa diremas-remas oleh vagina Ivone yang sempit dan berlendir oleh rangsangan dia.
Tidak dapat kuucapkan dengan kata-kata kenikmatan yang kurasakan pada seluruh tubuhku.

Kumaju-mundurkan pantatku dengan cepat..
sehingga terdengar ‘keceplok’ perutku menghantam pantatnya seiring dengan semakin liarnya aku menyetubuhi Ivone dari belakang.
Lama-lama ia pun mengimbangi gerakanku dengan semakin bernafsu menggoyang-goyangkan dan memaju-mundurkan pantatnya.

Rupanya ia menyukai posisi yang kulakukan padanya ini.. sebab ia tampak bernafsu menggoyang tubuhnya..
sementara kedua tangannya mencengkeram kasur.. desahan didertai erangannya mulai berubah menjadi jeritan kecil dan tidak terkendali..
Semakin lama semakin keras. “Ahk.. ahkk.. aahh.. ahhkk.. Dikii.. Diikkii..!!”

Aku pun semakin terangsang mendengar jeritan-jeritannya ini. Maka aku pun semakin larut dalam gairah dan kenikmatan ini.
“Voon.. nikhmaat.. Sayang.. ohh.. ohh.. ohh..”
“Aahkk.. ahkk.. aahh.. Diikii.. Diikii.. terus..!”

Ia menggelinjang hebat menyertai jeritan terakhirnya itu..
Aku pun semakin keras menggenjotkan penisku di vaginanya sambil meremas-remas buah dadanya yang sudah sangat mengeras.

Ivone mendorong pantatnya habis-habisan..
sehingga penisku menancap dalam vaginanya dengan muncratan lendir orgasme hingga meleleh keluar dari vaginanya.

Kutekan penisku dalam-dalam sambil kuremas buah dadanya.
Kembali ia ambruk lemas hingga penisku tercabut lepas dari vaginanya.

Kutindih ia dari belakang dan kuciumi punggungnya yang basah oleh keringat terus ke leher dan telinganya.
Ivone diam saja membiarkanku menjilatinya sementara napasnya terdengar memburu.

Begitu napasnya terdengar mulai tenang.. kutarik lagi pinggulnya sehingga Ivone kembali berlutut menungging seperti tadi..
Namun ia menoleh dan memohon.. “Hhh.. Dikii, Ivone nggak kuat, Diik..!”
“Aku belum keluar juga, nanggung nih..” kataku sambil mencengkram pantatnya yang merangsang.

Ia terdiam.. sementara aku menungging di belakangnya.. lalu kujilati pantatnya dan lubang anusnya.
Vaginanya tidak lagi kusentuh.. kini lidahku habis-habisan menyerang lubang anusnya dan membuat pantat dan lubang anusnya basah kuyup.
Ivone diam saja tidak bereaksi.

Aku lalu bangkit kemudian mengarahkan penisku yang masih dipenuhi lendir orgasme teman sekerjaku ini pada lubang pantatnya..
lalu perlahan-lahan kutekan pada lubang pantatnya.

Ivone tersentak kaget dan menarik pantatnya sampai ia berbalik dalam posisi duduk di kasur.
Rupanya ia baru menyadari apa yang ingin kulakukan. “Dikii, jangan Dikk.. sakiitt.. jangan di situ..!”

Aku memeluknya dan membelai rambutnya.. “Nggak Von. Diki pelan-pelan.. ya.. biar kamu merasakan sesuatu yang baru..”
Kutarik pantatnya dengan lembut hingga kembali pada posisi menungging, penisku semakin mengeras dan membesar.

Tidak berlama-lama lagi, kupegang kedua pantatnya dan kumasukkan penisku ke dalam lubang anusnya.
Kepala penisku tertahan erat di ujung lubang anusnya. “Adduhh.. duuhh.. Diik, sakit. Duh..” erangnya.

Segera kuludahi kedua tanganku dan kuusapkan pada batang penisku. Tidak lupa kujilati pula ujung lubang anusnya agar sedikit lebih licin..
lalu kupaksakan penisku memasuki lubang anusnya yang terasa sangat sempit dan mencengkeram itu.

Perlahan-lahan kukeluar-masukkan kepala penisku, terus hingga terasa lebih lancar.
Tidak kupedulikan pekik kesakitan dan meminta agar berhenti yang dilontarkan Ivone.

Kuremas pundaknya dan kujadikan penopang untuk menarik pantatnya ke arahku,
sementara pantatku maju menyodokkan penisku lebih dalam ke lubang anusnya.

Kurasakan keringat dingin merembes di tubuh Ivone yang memang sudah basah berkeringat ini.
“Dikii.. sakit.. duuh.. udah ya, Dikk.. brenti ya.. pelan-pelan Diiki.. ungh..”

Namun usahaku tidak sia-sia.
Semakin lama penisku berhasil masuk semakin dalam ke dalam lubang anusnya.. dan gerakan sodokanku dapat semakin cepat.

Kurasakan kenikmatan menggila yang baru kali ini kurasakan saat menyetubuhi pantat teman kerjaku yang tinggi putih dan bohay –bodi aduhay..– ini.
Aku merasa seperti di surga dengan cengkeraman erat yang mengocok kejantananku dengan gila ini.

Kini kemaluanku benar-benar sudah amblas ke dalam lubang anus Ivone dan kusodokkan keluar masuk dengan cepat..
sementara keringat menetes dari wajah Ivone ke kasur tipis itu.

Tidak lama aku mampu bertahan pada kocokan lubang anus yang mencengkeram ketat ini, kenikmatan puncak mulai meledak-ledak dalam tubuhku.
“Ohh.. ohh.. Voon.. akuu nggak kuat.. Sayang..!” Aku menjerit keras dan.. Crat.. Crat.. Berulangkali lendir mani kental dan panas meledak dalam pantat Ivone.

Ia menggigit bibir bawahnya dengan keras sementara kedua tangannya mencengkeram kasur menahan rasa yang campur aduk.
Kutancapkan penisku sedalam-dalamnya di lubang anusnya yang sempit itu..
terus hingga muncratan mani terakhirku dan penisku melemas seketika di dalam pantatnya.

Aku ambruk menindih tubuh Ivone.. dan penisku pun tercabut lepas dari pantatnya. Kuciumi punggung dan lehernya yang basah.
Kubalikkan dia, kupeluk erat dan kuciumi bibirnya dengan bernafsu. Ivone merespon ciumanku.

“Kamu puas Sayang..?” Tanyanya sambil menatap wajahku.
Kupeluk dan kubelai-belai rambut dan tubuhnya sambil mengatur napasku yang tersengal-sengal.

Kukecup bibir dan pipinya sesekali hingga akhirnya napasku pun kembali teratur.
“Hhh.. Makasih, Sayang.. Hhh.. Aku nikmatin banget..” Ivone tersenyum dan mengecup bibirku sekali lagi.

“Mandi yuk..?” Ajaknya.
“Ayuk mandiin ya..?” Kataku. Kami pun langsung berlomba menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi, kami pun keluar dari kamar mandi itu secara bersamaan.
Sambil berpelukan.. aku langsung mengambil rokok dan kunyalakan sambil mengembuskan asap dengan penuh kenikmatan..
membayangkan apa yang baru saja kami lakukan.

Setelah beres berpakaian, kami langsung check out.
Tidak terasa jam telah menunjukkan pukul 23.10 aku mengantarkan Ivone hingga memperoleh taxi.. dan sebelumnya dia menghadiahi sebuah kecupan.

“Ini cuma awal Dik.. aku ketagihan..” katanya sambil melepas pelukan.
“Ya, Sayang.. met istirahat ya..” kataku.

Aku langsung pulang ke rumah dengan kepuasan yang benar-benar tidak kuduga sebelumnya.
Gila.. kucing diberi daging.. mana tahan..! Ahh.. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
----------------------------------------------------

Cerita 006 – Di Sini Panas Ya..?

Suntuk
karena pisah dengan Sari setelah berantem hebat.. aku jadi sering merenung.
Ingin rujuk.. tidak tau caranya. Di kantor pun aku sering merenung sambil ngumpet di balkon Presdir.

Eh, tau-tau.. hari ini, pas lagi di balkon Presdir.. ada bunyi gerabak-gerubuk.
Waduh.. ternyata Presdir membawa kekasih gelapnya..!
Gawatnya lagi.. tidak lama mereka cap-cip-cup.. muncul istri resminya..! Nah loh..!?

Lha.. udah.. ngibritlah sang selingkuhan. Ndilalah, dia ngumpet di balkon juga. Bersamaku..!
"Lho, ada orang di sini..!?” Katanya sambil membenahi bajunya yang kedodoran.
Sempat kulihat payudaranya yang bulat besar mengintip malu-malu dari balik kancing baju.

"Iya, Mbak. Saya Bejo.. di sini panas ya..?” Godaku dengan menyeringai.
"Iya sih, panas..” dia membenarkan.
“Di balkon nggak ada AC..” katanya.

"Tadi nanggung ya..?” Tanyaku lagi.. tetap menyeringai. Dia mengangguk.
“Nama Mbak siapa..?” Aku bertanya terus, kuulurkan tanganku.
”Caroline..” dia menjabatnya.. tangannya terasa halus dan empuk. Tangan orang kaya.

“Terusin yuk Mbak.. sama saya..” tawarku nekad.
”Gila kamu..!” Caroline mendelik.

“Daripada Mbak kembali ke dalam.. dan ketahuan ibu Presdir..” rayuku.
Plak..! Pertamanya aku ditempeleng.. tapi ujungnya aku dapet enak juga.

Pasti dia mikir.. daripada ketauan.. mending ngasih enak dikit sama seorang Bejo.
Toh nggak lecet juga. Betul nggak..? Oye..!

Maka jadilah.. entah siapa yang memulai.. kedua bibir kami langsung saling melumat satu sama lain..
Saling memilin dengan penuh nafsu..
sambil tanganku mulai beraksi mengelus-elus permukaan dadanya yang tertutup blus merah.

"Ouchh.. Jo..!" Desah Caroline saat kulanjutkan dengan menelusupkan tangan yang lain ke bagian bawah..
mengelus permukaan pahanya yang putih mulus.

Kuserang dia atas dan bawah. Menggeliat kegelian, dia membiarkanku membuka bagian atas gaun merahnya.
Tampaklah olehku kemulusan kulit dadanya yang terbalut bra hitam tipis..
Terlihat kontras dengan kulit tubuhnya yang putih sewarna pualam.

Lekas kucumbu permukaan daging yang menggunung itu sambil tanganku mengelusi bagian punggungnya..
yang kemudian kulanjutkan dengan membuka pengait behanya.

Sambil bekerja.. lidahku juga tak tinggal diam.
Kujulurkan ujungnya untuk menjilat puting Caroline yang berwarna pink selembut mungkin.
"Ssh.. ohh.. Joo..” erangnya. Kurasakan benda mungil itu mulai mengeras tajam.

Ukuran payudaranya yang cukup besar.. ditambah dengan kekenyalannya.. makin membuatku bergairah.
Aku menebak, masih belum banyak tangan yang menjamahnya.

Kulanjutkan jilatanku dengan menelusuri permukaan buah dadanya, lalu berlanjut ke perutnya.
Di sana lidahku menelusuri setiap jengkal kulit tubuhnya yang putih mulus.

Dengan lembut kuteruskan jilatanku ke bawah sambil menurunkan gaun merahnya hingga melewati mata kaki..
sekaligus kubuka juga celana dalamnya. ”Ahh.. Jo..!” Caroline terlihat malu-malu manja bertelanjang di depanku.

Dengan beralaskan gaun merahnya, kurebahkan dia.
Kemudian aku rebahan di sampingnya sambil membisikkan kata-kata mesra.. "Kamu cantik..”
Dia memencet hidungku.. ”Iihh.. gombal..!” Tapi terlihat senang.

Kukecup bibirnya sejenak, lalu kulanjutkan berkata..
"Gimana aku harus memanggilmu; Carol, Rolin.. atau Lina..?” Tanyaku iseng.
Caroline tertawa.. “Terserah kamu, deh..” bisiknya.

Sejenak dia memandangku dengan bibirnya yang merah merekah.
Tak kusia-siakan moment itu, dengan cepat kukecup bibirnya lembut.

Kuisap lidah Caroline yang menjulur menyeruak ke rongga mulutku.
"Mhh…" dia mendesah pelan, tubuh montoknya menggelinjang.

Tanganku juga mulai aktif dengan mengelus-elus pahanya yang putih mulus..
sementara lidahku beralih ke lehernya yang jenjang.
Kujilat lembut di sana beberapakali sebelum terus berlanjut ke belakang telinganya yang sebelah kiri.

Kujulurkan lidahku ke lubangnya yang mungil. Kembali Caroline mendesah pelan.. "Oohh.. Jo..!"
Kuteruskan menciumi wajahnya sampai aku puas, baru kemudian aku berdiri..
bukan untuk meninggalkannya, tapi untuk melepas celanaku. Penisku nyeri eii.. terhimpit celana dalam.

"Ohh.. Jo..!?” Teriaknya begitu melihat batangku. "Gede banget..!
Belum pernah aku tau yang segede itu..” lanjutnya.
Dia sudah akan menyambarnya.. tapi lekas kularang.. ”Eits, belum saatnya..!” Seruku.

”Ah, kamu..!” Caroline nampak agak kecewa, tapi tidak membantah.
Malah ia kembali tersenyum saat melihatku mulai menunduk ke arah sela-sela pahanya.

”Kamu mau apa, Jo..!?” Tanyanya sambil menggelinjang. Lidahku kujulurkan sepanjang mungkin..
Lalu kugerakkan melingkar untuk menjilati bagian pahanya yang berdekatan dengan vagina.

Pelan kuisap tepian vagina Caroline yang ternyata berbulu lebat, hitam dan legam.
Terus kucicipi pinggiran kewanitaannya sampai ia mengaduh pelan tak lama kemudian.

”Lubangnya, Jo..! Jilati lubangnya..!” ia meminta.
Maka kulanjutkan jilatanku mengitari daerah antara anus dan vaginanya.

”Terus, Jo..! Yang tengah! Jilat lubangnya..!” pekik Caroline tak sabar, merasa kupermainkan.
Tertawa senang.. "Slurp.. slurp..” segera kusapukan ujung lidahku dari atas ke bawah.

Kucicipi belahan vaginanya. ”Ouchh…” Caroline mendesah..
"Y-yah, yang itu..! Jilat yang itu. Ohh.. nikmat sekali, sayang..” rintihnya.

Sebenarnya aku juga sudah terangsang sekali.. penisku sudah kaku dan keras..
Tapi aku memang suka mempermainkan wanita seperti ini.
Semakin mereka meminta, semakin aku akan berkuasa. Itu prinsipku..!

Terus kujulurkan lidahku yang tadi sudah melewati belahan vaginanya..
sekarang kutekan-tekan kuat untuk mengisap klitorisnya yang mungil tapi sudah mengencang.

Caroline menyambut dengan menghentakkan tubuhnya kuat-kuat.
"Ohh.. Joo.. ampun.. aku nggak kuat..” erangnya kemudian.
Tangannya dengan sembarangan menyambar penisku dan lalu mengocoknya cepat. Aku jadi ikut enak.

Tapi dasar manusia, tetap pengen yang paling enak.
Jadi kuputar tubuhku agar kami bisa saling berhadapan, apalagi kalau bukan posisi 69.

Aku di depan vagina Caroline, sedangkan dia menghadapi penisku.
Jadilah kami saling mengisap dan mengulum mesra.

Dengan lincahnya Caroline menjulurkan lidah..
untuk menjilati seluruh permukaan penisku yang berukuran lumayan besar..
lengkap dengan bulunya yang hitam lebat tumbuh berserakan di mana-mana.

Dia memajukan bibirnya untuk mengisap penuh nafsu; kepala penisku dilahapnya bagai makan sosis..
ia juga memainkan batangku yang memenuhi rongga mulutnya dengan lidah..
kemudian dilanjutkan dengan mengisap buah zakarku kuat-kuat.

Aku tanya.. siapa coba yang tahan diperlakukan seperti itu..? Tak terkecuali diriku.
Makanya jangan salahkan kalau aku merintih penuh nikmat tak lama kemudian..
"Ahh.. Linn.. enak banget jilatanmu, sayang..!!" Teriakku tertahan.

Dengan tersenyum manis.. sambil tetap berbaring di bawah tubuhku.
Caroline menengadahkan muka ke atas dan berkata kepadaku..
"Aku juga sangat menyukai penismu, Jo, gede banget..!" Balasnya.

Sebagai tanda terimakasih.. sedikit kubungkukkan badan dan mulai menjilati permukaan vaginanya kembali.
Kami terus dalam posisi seperti itu hingga Caroline mendesis lirih..
"Oh, Joo.. aku udah nggak kuat nih.. sekarang yah, sayang..?” Pintanya.

Karena aku juga sudah tak tahan, maka segera kuputar tubuhku. Kepala kami kembali saling berhadapan.
Caroline tersenyum kepadaku. Kukecup bibirnya sambil sedikit berjongkok..

Lalu kuatur batang penisku yang sudah sangat mengeras..
untuk mulai mengelus-elus belahan vaginanya yang sudah basah berlendir.

”Tahan ya, kumasukkan sekarang..” bisikku sambil dengan lembut..
mulai menusukkan penisku ke lubang vaginanya yang ternyata cukup sempit juga.
Srett.. masuk seperempat. "Oh, Joo.. enak, sayang, masukkan semua dong..!!" desahnya menggelinjang.

Dengan perlahan, kembali aku memajukan penisku.. slebb.. blees.. masuk setengahnya.
”Semua, Joo.. semua..! Penuhi vaginaku dengan penismu..!!” Jeritnya tak tahan.

Jlebb..! Dengan sekali dorong,.. amblaslah semua penisku ke dalam lobang vaginanya yang cukup terasa ketat.
Lalu sebelum dia meminta.. kulanjutkan dengan mulai memaju-mundurkan pantatku perlahan-lahan..

Menjadikan kemaluan kami yang sudah saling mengisi dan bertaut erat jadi bergesekan pelan..
Ohhhh.. menciptakan rasa nikmat yang amat sangat.

”Auw..! Enak, Jo.. terus.. ughh.. terus.. tekan yang kuat..!” Caroline semakin menggelinjang..
Tubuh sintalnya bergerak ke kiri dan ke kanan untuk mengimbangi genjotanku.

Segera kupegangi dia, tepat di bagian dada.
Kugunakan bulatan payudaranya sebagai tali kekang agar dia tidak lari kemana-mana.

Terus kugerakkan pinggulku, maju-mundur menyetubuhi dirinya.
Clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb..

Tak lama berselang, badan Caroline tiba-tiba bergetar hebat, menandakan kalau dia akan mencapai orgasme.
"Joo.. aku mau sampai nih..!!” Teriaknya.

"Sebentar, sayang.. aku juga mau nyampai..”
Sahutku sambil menggandakan kecepatan pompaan menjadi duakali lipat.
Tapi Caroline rupanya sudah benar-benar tak tahan.. tak lama tubuhnya sudah mengejang kuat.

"Ah, Joo.. aku.. aku.. aughhhh..!!" Teriaknya panjang.
Serr.. serr.. kurasakan desiran hangat keluar dari lubang vaginanya.

Aku yang tidak ingin ketinggalan, semakin mempercepat kocokanku.
Clebb-clebb-clebb-crebb0crebb-clebb-clebb..

Kuremas-remas juga payudaranya semakin kuat.. sambil tak lupa kulumat bibir merahnya penuh nafsu.
Hingga akhirnya aku menjerit pelan..
saat spermaku menyembur deras di dalam lubang vaginanya beberapa detik kemudian.

Crott.. crott.. crott.. crott.. ”Ughh..!”
Caroline sedikit tersentak saat menerimanya, tapi terlihat senang.

Dengan penis masih tertancap kuat, kukecup kembali bibirnya sambil mengucapkan..
"Trims ya, enak banget..!" Kataku jujur.
Ia membalas kecupanku.. "Aku juga enak, terimakasih juga..” bisiknya mesra.

Beruntunglah diriku bisa bercinta dengan Caroline, kekasih gelap Presdir yang cantik dan sexy.
Apalagi oral sex-nya begitu dahsyat, yang awalnya tidak pernah kubayangkan.

Setelah tuntas, akupun ngacir sambil membawa secuil kain 36B miliknya, sengaja kuminta sebagai suvenir.
---------

Beberapa minggu kemudian, kejadian itu terulang kembali.
"Saya Bejo, Mbak.. di sini panas ya..?”
Kataku begitu ia menghambur ke balkon, takut dipergoki istri pak Presdir yang tiba-tiba datang.

"Iya, nggak ada AC..” jawabnya malu.
“Dan nggak banyak urusan juga..” tambahku.

Tanpa babibu, puncak birahi segera kami daki. Dalam balkon sempit berukuran 2x3 m itu..
dua makhluk berlainan jenis itu memadu kasih.

Keduanya bertindihan dengan tubuh bugil.
Yang lelaki di atas sementara perempuannya di bawah. Bibir mereka berpagutan erat.

“Ahh… Jo..” rintih Caroline saat tanganku terus meremas-remas bongkahan susunya..
Sementara penisku terus menyodok kemaluannya dengan bertubi-tubi.

Caroline menggoyang pinggulnya..
nafasnya terdengar semakin memburu, apalagi saat tubuhnya kumiringkan.

Sambil meremas susunya dari belakang.. kucium lehernya.. kugigit-gigit punggungnya..
Sementara di bawah..
batang penisku terus menusuk, mengaduk-ngaduk lubang vaginanya hingga tak berbentuk.

"Aduh, Lin..!!” Teriakku.
Memang dengan posisi seperti itu menjadikan lubang Caroline jadi lebih sempit..
Aku jadi merasa lebih enak, juga lebih nikmat.

Bertahan dalam posisi seperti itu.. crott.. crott.. crott.. aku pun menumpahkan spermaku tak lama kemudian.
Caroline menyambutnya dengan sedikit menghentakkan tubuhnya, ia ikut mendesah nikmat..
"Joo.. aduh.. enak banget.." rintihnya parau karena juga ikut orgasme.

Cairan kami saling berkumpul dan bercampur menjadi satu.
Tuntaslah aku menerabas selingkuhan Presdir untuk yang keduakalinya..
Lalu kembali aku sita kain 36B-nya sebagai kenang-kenangan.
---------

Begitulah.. beberapakali kami mengulanginya.. tentunya tanpa sengaja dan sepengetahuan Presdir.
Akibatnya.. koleksi 36B-ku jadi banyak. Laci lemariku penuh oleh beha seksi Caroline.

Aku sering mengaguminya saat malam, sesaat sebelum tidur.
Beberapakali juga kugunakan sebagai bahan onani kalau lama tak berjumpa dengannya.

Eh, apesnya.. hari ini aku kepergok sama Wak Haji. Nah lho ..
Siapa Wak Haji..? Dia adalah pemilik tempat kos di mana aku tinggal setelah diusir oleh istri.

"Kamu tuh ngoleksi perabot cewek, kelainan, ya? Pantesan diusir sama istri..” kata Wak Haji.
"Tapi udahlah. Nggak usah kuatir. Saya punya kenalan, ahli terapi. Dia pasti bisa ngatasi penyakitmu.."
Tanpa ba-bi-bu, malam itu juga aku digeret sama Wak Haji untuk menemui dokter kenalannya.

Di tempat terapi.. seorang perawat menyambut kami.
"Lagi renovasi.. jadi prakteknya di bilik.. di taman belakang. Mari..” kata si perawat menerangkan.

Segera kuikuti perawat cantik itu, sementara Wak Haji nunggu di rumah utama.
"Oh, bukan di situ, Mas..! Itu tempat Pak dokter.. suami Ibu..” kata si perawat saat aku mau berbelok ke kiri.
”Kalau ruang periksa Ibu ada di sebelah kanan. Mari sini, silakan masuk..”

Perawat itu mempersilakan dengan ramah. Iih.. jadi gemes deh. Pengen kucupit pipinya.
Tapi kan, aku di sini untuk terapi.. jadi, sabar-sabar..!

Setelah masuk dan duduk setengah berbaring di kursi santai yang disediakan..
sang perawat pun menutup gordennya, lalu pergi memanggil bu dokter.

”Pasien sudah siap, dok..!” Serunya. Selang sebentar, terdengar suara lembut menyapaku.
”Selamat siang, Mas.. perlu konsultasi dengan saya, ya..?”
Lho, kok suara itu..? Aku bingung, tapi juga senang.

Tanpa perlu membuka gorden, akupun menyahut.. "Saya Bejo, Bu dokter.. di sini panas ya..?” Sapaku.
"Iya, di sini nggak ada AC.. HAH..!? KOK KAMU LAGI..!!?"

Suara si bu dokter yang familiar itu pun tertahan..
Takut kedengaran oleh suaminya yang ada di bilik periksa ruang sebelah.

Benar, dia adalah Caroline, kekasih gelap Presdir yang sering tidur denganku. Ternyata dia seorang dokter..!
Ya udah.. karena sudah terlanjur ketemu, klasik lagi deh urusannya.

Tanpa menyia-nyiakan waktu.. kupagut bibirnya begitu mesra..
sambil lidahku menjelajahi seluruh rongga mulutnya yang mulai terbuka.
Tak lupa tanganku juga meraba di sana-sini.

”Ahh.. Jo..” Caroline mendesah saat kuusap-usap buah dadanya yang besar dan sangat menggairahkan itu..
Matanya merem melek menahan gejolak birahi. Kuangkat tubuhnya ke dalam kamar kemudian pintu aku kunci.

Sedikit demi sedikit kupreteli pakaiannya hingga ia tinggal mengenakan bh dan celana dalam saja.
Tubuhnya kelihatan makin indah saja setelah beberapa hari tak ketemu.

Lekas aku menggumulinya tanpa membuang banyak waktu.
Tanpa kusuruh.. Caroline melepas dalemannya. Ia memang lebih suka telanjang kalau berada bersamaku.

Akupun begitu.. segera kulepas semua pakaianku.
Kami segera berpelukan dan bergumul kembali seolah-olah telah 200 tahun tak ketemu.. layaknya Adam dan Hawa saja.

Dengan rakus mulutku mengisap putingnya yang sebelah kiri..
sementara yang kanan kuremas-remas hingga jadi mengeras.

Tanganku juga menelusur ke bawah untuk menjelajahi hutan belantaranya yang sepertinya makin rimbun saja.
Caroline membalas dengan menghampiri kemaluanku. Ia memutar tubuhnya agar kami bisa berposisi 69.

Kami pun saling mengisap dan menjilat selama kurang lebih 20 menit..
Setelah itu barulah kuminta ia untuk bersiap-siap.

"Kumasukkan sekarang ya.. udah nggak tahan nih..” bisikku sambil menciumi bibirnya.
”Lakukan, Jo.. aku juga kangen sama kontolmu..” balasnya tanpa ragu.

Semakin dia berkata kotor, berarti semakin dia terangsang. Itu kupelajari setelah beberapakali ngentot dengannya.
Dengan kaki sedikit kurenggangkan, perlahan kumasukkan penisku ke dalam sumur kenikmatannya yang masih sempit.

Aku goyang ke kiri dan ke kanan agar lebih nikmat. "Ahh.. yang cepat, Joo.. enak.. terus..!!" rintih Caroline.
Wah, gawat nih. Kalau dia terus ngoceh kencang seperti ini, bisa-bisa dipergoki sama suaminya.

Maka segera kusumpal mulutnya dengan ciuman. ”Jangan keras-keras.. nanti dipergoki sama suamimu..” bisikku di telinganya.
"Habis enak sih.. belum pernah aku ngerasakan yang seperti ini dengan suamiku..” balasnya ikut berbisik.

Aku mulai menggoyang; awalnya lambat.. tapi lama-lama jadi bertambah cepat..
Namun tetap kuusahakan hati-hati agar Caroline tidak kesakitan.
Aku tidak ingin dia teriak-teriak. Cukup mendesah dan merintih-rintih saja, itu lebih aman buat kami.

Dengan tusukan pelan namun sangat dalam.. terus kugenjot pantatku menyetubuhi kemaluannya.
Caroline mengimbangi dengan menggoyang pinggulnya maju-mundur seiring ayunanku.

Hingga beberapa menit kemudian dia tiba-tiba memelukku erat dan menjerit tertahan.
"Joo.. aku keluar..! Arghh..!” Srrr.. srrr.. srrr..
Dari dalam liang rahimnya memancar air cinta yang amat banyak, membasahi sprei. Dia orgasme.

"Aku tinggal sedikit lagi, tahan ya..!" Kataku.
Dengan liangnya yang semakin becek, tusukanku pun jadi semakin menggila.

Clobb-clobb-clobb-clobb-clobb-pyiek-pyiekk-pyekk..!
Cairan Caroline sampai muncrat-muncrat karena saking kerasnya aku memompa.
Dia mengaduh, namun tidak kuhiraukan. Aku sudah merasa nikmat, tanggung kalau harus berhenti sekarang.

Penisku juga semakin menggembung dan berkedut-kedut liar..
Tanda kalau lahar panas yang terkandung di dalamnya akan segera meledak keluar.
Caroline yang tahu akan hal itu.. akhirnya pasrah dengan segala kelakuanku.

Ia biarkan aku menggenjot tubuh sintalnya sesuka hati hingga aku orgasme tak lama kemudian.
Crott.. crott.. crott..! "Lin, aku keluar..” rintihku lirih di telinganya. Caroline membalas dengan mencium bibirku mesra.

Kami berpelukan erat untuk beberapa saat, dan saling berpagutan sebagai tanda akhir permainan nikmat ini.
---------

"Gimana konsultasinya.. sip kan..?” Wak Haji menyapa saat aku kembali ke ruang utama.
Dia tidak memperhatikan tubuhku yang sedikit lemas.
"Oke banget, Wak.
Si dokternya nggak banyak omong sih.. tapi kayaknya nggak apa-apa kok.. nggak ada kelainan.." kataku lemes.

"Buktinya.. ini saya malah diberi tambahan koleksi..”
Kataku sambil menunjukkan property berukuran 36B koleksi terbaruku.. fresh from the oven..!
Wak Haji melongo.

Sementara itu.. rencanaku untuk rujuk dengan Sari jadi bubar.. karena aku disibukkan hobi baru;
Berburu kain bekas pakai milik si dokter cantik.. Caroline. Hehe.. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-----------------------------------------------------

Cerita 007 – Karena Nyaris Dipecat

Silvi

Hari ini
aku melakukan rapat internal perusahaan dengan beberapa staf terkait dengan evaluasi pegawai.
Salahsatu yang dibicarakan adalah mengenai kinerja seorang staf yang bernama Silvi.

Silvi merupakan resepsionis kantor yang merangkap sebagai staf administrasi.
Akhir-akhir ini kinerjanya menurun dengan sering absennya dia masuk kantor.

Setelah selesai rapat, jam 12 aku berangkat ke Bandung untuk menghadiri pertemuan dengan seorang klien.
Tepat jam 3 aku tiba di Bandung.. dan langsung menuju hotel Sheraton Bandung yang dipesankan stafku.
Klienku pun mendatangi hotel tersebut untuk membicarakan pekerjaan.

Selama meeting.. Silvi beberapa kali mengirimkan pesan lewat HP.. menanyakan apakah ia dapat bertemu untuk mengobrol.
Rupanya ia mendengar gosip bahwa ia akan diberhentikan.

"Saya di Bandung, Silvi. Nanti kita bicarakan hari Senin aja ya..” aku menjawab pesan dari Silvi.
"Aku nyusul ya pak. Bapak nginep di hotel apa..?” Silvi memaksa untuk menyusulku.

"Bener kamu mau nyusul..? Gak repot harus ke sini malam-malam..?” Tanyaku meyakinkan dirinya.
"Gak papa pak, biar aku juga tenang..” balasnya.

Setelah selesai meeting dan mandi serta beristirahat di kamar sekitar jam 8 malam..
aku menerima pesan singkat dari Silvi bahwa ia telah tiba di Bandung.. dan diantar oleh travel langsung ke hotelku.

Rupanya setelah jam kantor selesai.. ia langsung menuju ke pool travel untuk menyusulku.
Kubalas pesannya dan memberitahukan nomor kamar.

Tak lama kudengar ketukan di pintu kamarku, ternyata ia telah sampai di hotel.
Sambil duduk di sofa kita mengobrol santai menanyakan kabar masing-masing.
Kulihat ia terlihat gelisah.. entah karena mendengar kabar pemecatan atau karena sekamar dengan diriku yang merupakan bosnya.

Pikiran nakal mulai berputar dalam kepalaku. Melihat fisiknya yang menarik..
Dengan rambut sebahu.. kulit putih bersih dan badan yang cukup berisi.. otakku mulai mencari cara untuk menidurinya.
Tapi mengingat ia adalah bawahanku.. kuusir semua pikiran kotor itu.

“Pak, emang bener ya pak aku mau dipecat..?” Ia memberanikan diri menanyakan mengenai kabar pemecatan dengan wajah penuh kekuatiran.
"Iya Silvi.. kinerja kamu jelek sekali soalnya. Sering telat masuk kantor dan absen.. padahal kantor sangat perlu kehadiran kamu..” aku coba memberi alasan.

Dengan wajah sedih.. ia memberi penjelasan tentang kondisi keluarganya. Bagaimana kedua orangtuanya akan bercerai.
Sebagai anak tertua ia memiliki tanggungjawab yang besar mengurus ibu dan adik-adiknya.

Akhirnya akupun jadi iba.. dan mencoba mengerti dan memberikan kesempatan.
“Saya evaluasi kamu dulu ya Silvi. Sebenarnya saya masih perlu kamu..
tapi memang kinerja kamu jelek banget dan banyak staf lain yang mengeluh..” ujarku berusaha menjelaskan.

Wajah Silvi mulai tampak cerah dan lebih tenang. Ia mengucapkan terimakasih sambil mencium tanganku.
Kuusap punggungnya sambil mengingatkan komitmennya untuk memperbaiki diri.
Ia berkali-kali mengucapkan terimakasih sambil memuji diriku. “Untung bos aku baik banget ya.. Ganteng lagi..” ujarnya menggoda.

“Silvi.. terus terang saya capek banget. Tadi rencananya mau pijat manggil therapist dari spa hotel.
Saya pengen pijat di kamar aja. Kamu mau pulang.. atau saya pesankan kamar di sini..?” Tanyaku.

“Aku aja deh pak yang mijetin.. Aku juga bisa kok kalo cuma mijet aja..” ia menawarkan diri.
Nah loh..!? Pikiran kotor yang tadi kuhilangkan kembali muncul.

Hhmm.. Ini merupakan kesempatan bagus..
untuk menikmati tubuhnya yang dibalut rok di atas lutut dan kemeja lengan pendek ketat yang sangat mengundang.

“Kamu yakin mau mijetin saya..? Gak kemaleman pulangnya..?” Tanyaku mencoba mengingatkan.
“Gak papa pak.. aku nginep sini aja boleh kan..? Besok aku naik travel aja.. kan besok tanggal merah.. jadi gak ngantor.
Aku udah bilang sama orang rumah aku nginep rumah temen kok..” ujarnya menjelaskan.

Ia kemudian menghampiri diriku yang masih berdiri.. dan membuka polo shirt dan celana jins-ku.. hingga aku hanya mengenakan celana dalam.
“Yuk aku pijetin pak..” ia menggandeng diriku ke tempat tidur dan menyuruhku tengkurap.

Bagai kerbau dicucuk hidung aku mengikuti semua perintahnya.
Ia menaiki tubuhku dan memijat punggungku. Kurasakan pijatannya cukup kuat dan tepat di sasaran.. sehingga badanku terasa lebih nyaman.

Sambil tengkurap kulirik cermin yang ada di samping tempat tidur.
Aku sungguh kaget.. karena ternyata saat aku tengkurap tadi ia telah membuka rok dan kemejanya..
Sehingga kini ia hanya mengenakan bra dan celana dalam.

“Silvi, rok sama baju kamu kok dibuka..?” Aku bertanya.
“Iya pak.. aku gak bawa baju ganti. Takut lecek.. kan besok mau dipake pulang..” ujarnya sambil terus memijat punggungku.
Aku tidak bertanya lebih lanjut.

Sambil memijat punggungku.. kurasakan vaginanya digesek-gesekkan ke pantatku dengan gerakan yang teratur.
Tampaknya ia mulai bernafsu. Semakin lama pijatannya semakin pelan.. dan hanya berupa usapan-usapan halus di punggungku.
Nafasnya semakin memburu dan mulutnya mulai berdesah halus.

“Udah ya pak.. telentang aja.. aku pijat badan bagian depannya..” ujarnya memintaku untuk membalikkan badan dan terlentang.
Silvi mengangkat posisi duduknya.. sehingga aku bisa membalikkan badan.

Setelah berbalik terlentang.. aku dapat melihat jelas tubuhnya yang setengah telanjang hanya berbalut pakaian dalam berwarna hitam.
Sungguh putih dan mulus tanpa cacat.. dengan bulu-bulu halus menghiasi tangan dan beberapa bagian tubuhnya.

Vaginanya tepat berada di atas penisku walau keduanya masih berbalut celana dalam.
“Pak.. sshhh.. kok aku horny banget ya.. aahh..” ujarnya sambil terus menggoyangkan badannya..
hingga vaginanya terus bergesekkan dengan penisku yang perlahan mulai mengeras.

“Emang kamu udah pernah ML..?” Tanyaku sambil tanganku kuletakkan di pinggangnya.
“Ssshh.. sering pak.. sama pacarku.. tapi ya gitu.. baru sebentar aja udah keluar.. aku gak pernah ngerasain enaknya..”
ia terus menggoyangkan badannya.

Kuangkat sedikit badanku.. sehingga ada dalam posisi duduk. Ia menarik kepalaku ke arahnya dan melumat bibirku.
“Hmmmppff.. sshhh.. masukin sekarang ya pak.. sshh.. aku udah gak tahan nih..” ia memohon sambil terus melumat bibirku.

Aku tak menjawab. Kuarahkan tangan kiriku membuka kait bra yang ada di punggungnya.
Sekarang payudaranya terpampang jelas di depan mataku.

Hhmm.. Payudaranya sungguh bagus, tidak terlalu besar namun kencang.
Putingnya yang berwarna merah muda kukulum dan sesekali kugigit. Silvi pun mulai meracau.

“Sshhh.. paakk.. ayo dong masukinnn.. sshhh..” ujarnya sambil menekan kepalaku untuk terus mengisap payudaranya.
Terlihat memang nafsunya sudah semakin memuncak. Vaginanya mulai terasa licin saat penisku menggesek belahannya.

“Nanti dulu ya Silvi.. Saya puasin kamu pokoknya..” aku menjawab sambil terus mengulum payudaranya.
Perlahan kubalikkan posisiku menjadi di atas.

Silvi pun terlentang pasrah sambil tangannya meremas-remas rambutku saat bibirku menjelajahi seluruh area tubuhnya.
Kulumat bibirnya dan ia memberikan respon dengan memainkan lidahnya di dalam mulutku.

Bibirku perlahan turun menuju payudaranya sambil tanganku menstimulasi vaginanya.
Pelan-pelan kubuka celana dalamnya.. sehingga vaginanya yang bersih berada di depan wajahku.

“Ooohh.. sssshh.. paakkk.. enak banget.. sshhh..” ia menggelinjang dan bergidik saat lidahku menyapu klitorisnya.
Tangannya meremas-remas rambutku. Aku semakin bersemangat saat ia mulai menggelinjang ke kiri dan ke kanan merasakan kenikmatan.

Mulutnya mulai meracau dan berteriak-teriak. Di balik wajah kalem dan lembut, ternyata ia menyimpan keliaran.
“Terusssiinn sayaannggg.. aahhhh.. aahhhh.. ahhhh.. aahhhh..!!”
Teriakannya luar biasa keras.. mungkin yang terkeras dari semua wanita yang pernah berhubungan seks denganku.

Sepertinya ia hampir mencapai puncak kenikmatannya.
Tangannya menjambak kuat rambutku dan tubuhnya bergoyang semakin tidak beraturan.. ditambah teriakannya pun semakin kencang.

“Ssshhhh.. aku udah mau sampe niy .. ssshh.. sshhh.. auhhh..!” Teriaknya keras.
Lidahku semakin liar menjilat.. menggigit dan mengisap klitorisnya.

Tangan kanannya terus menjambak rambutku.. sementara tangan kirinya meremas-remas payudaranya.
Jepitan pahanya semakin kuat.. ia semakin dekat dengan puncak kenikmatan.

“Aaahh.. enak banget sayaannngg.. ssshhh.. ssshhhh.. aaaahhhh..” akhirnya Silvi mencapai puncaknya.
Tubuhnya melemas dan nafasnya lebih teratur. Kubiarkan ia menikmati sensasi puncak kenikmatan sambil lidahku terus menciumi vaginanya.

Ia menarik tubuhku ke atas dan melumat bibirku. “Makasih ya pak.. aku udah lama gak puas kaya gini..
Sekarang gantian aku mau puasin bapak..“ ujarnya sambil membalikkan posisi.. sehingga tubuhku berada di bawahnya.

Silvi membuka celana dalamku dan mulai mengulum penisku.
Kepalanya naik turun dengan ritme yang teratur sambil sesekali tersenyum menatap wajahku.

Kuangkat tubuhku bertumpu pada siku agar dapat lebih jelas melihat isapannya pada penisku.
“Kamu suka ya Silvi.. sshhh.. ssshh..” tanyaku sambil menikmati.

“Iya pak.. punya bapak gede banget.. mmpphh.. Pasti enak kalo dimasukkin..”
ujarnya sambil terus menjilat penisku bagaikan anak kecil mendapatkan eskrim.

Ia terus mengulum penisku sambil matanya menatap sayu. Sepertinya ia memohon agar aku segera memasukkan penisku.
Kuangkat tubuhnya ke atas dan kuciumi bibirnya. Ia membalas dengan penuh gairah sambil memainkan lidahnya dalam rongga mulutku.

Sementara tangannya terus mengocok penisku yang tegak berdiri.
“Pak.. masukkin sekarang ya..? Aku udah gak tahan nih..” rengeknya sambil terus mengulum bibirku.

Kubalikkan tubuhnya ke tempat tidur. Perlahan penisku kuarahkan dan kugesekkan di bagian luar vaginanya.
“Ayo masukkin donngg.. ssshh.. sshhh.. aaahhhh..” ia terus merengek.

“Tapi gak ada kondom Vi, gimana dong..?” Ujarku sambil terus menggesekkan penis ke vaginanya.
“Gak papa.. Nanti keluarin di mulut aku aja ya.. aaahhh.. ssshhh.. ssshhh..” ia pun berdesis penuh kenikmatan..

Jlebb.. “Ohhkk..!” Erangnya.. saat kata-katanya belum selesai dan kuhujamkan penisku.
Clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. Kupompa penisku dengan gaya misionaris.. dan dalam tempo sedang.

Ia menarik kepalaku dan melumat bibirku dengan ganas. Sesekali kugigit kecil putingnya yang mengeras karena nafsu.
“Ooohh… ssshh.. ssshh.. enak banget sayang.. masukkin yang keras.. aahhh.. aahhh..!!” Ia mulai menjerit penuh kenikmatan.

Mendengar permintaannya itu segera kuangkat kedua kakinya.. agar lebih leluasa menghujamkan penisku.
Tubuhku terasa lelah karena berada dalam posisi misionaris cukup lama.

Tanpa melepas penisku dari liang vaginanya.. kubalikkan tubuhku menjadi di bawah dalam posisi woman on top.
“Kamu di atas ya sayangg.. ssshh.. sshhh..” ujarku penuh kenikmatan merasakan goyangan tubuhnya yang liar.

Silvi terus menggoyangkan badannya penuh nafsu. Sesekali disibakkannya rambut yang menutupi wajahnya.
Tangannya terlihat meremas-remas kedua payudaranya sambil sesekali badannya dijatuhkan dan melumat bibirku.

Nafsuku semakin bergelora dan spermaku sudah terasa di ujung penisku.
“Ssshh.. aku udah mau sampe lagi nih.. kamu masih lama ya sayanggg..? Hhhmmmppff.. sshhh..sshhh..” ujarnya penuh nafsu.

“Jangang ditahan ya sayaanngg.. kamu duluan aja.. sshhh.. sshhh..”
ujarku sambil mengayunkan pinggangnya naik-turun agar penisku menghujam lebih dalam dan cepat.

Kuangkat tubuhku dalam posisi duduk agar lebih nyaman.
Sesekali kugigit dan kujilati payudaranya hingga ia menggelinjang penuh kenikmatan.

“Oohhh.. aku udah mau sampe sayanggg.. ooohhh goodd.. sshhhh.. sshh.. aaahhh.. aahhh.. hhmmmppff..!!”
Desahnya serupa teriakan.. penuh nafsu. Teriakannya luar biasa keras.. kulumat bibirnya karena khawatir terdengar dari luar kamar.

Ia terus menggoyangkan tubuhnya maju-mundur sambil terus menciumi bibirku dalam posisi duduk. Kurasakan vaginanya sangat basah dan licin.
Bibirnya melumat ganas bibirku dan satu tangannya menjambak rambutku sementara tangan yang lain meremas-remas payudaranya.

Tak lama berselang.. srrr.. srrr.. srrr.. srr.. Iapun mencapai puncak kenikmatan yang keduakalinya.
Perlahan kurasakan tubuhnya mulai mengendur sambil memeluk tubuhku dan menciumi bibirku lembut.

“Sshhh.. bapak hebat banget.. aku udah duakali nih..” ujarnya tersipu malu.
“Enak ya.. aku dikit lagi kok.. jadinya mau dikeluarin di mana nih sayang..” ujarku menggodanya.
“Kalo udah mau keluar bilang ya.. nanti keluarin di dalam mulut aku..” ujarnya sambil terus mencium bibirku mesra.

Kubalikkan badannya dan ia bertumpu dengan tangan dan lututnya dalam posisi doggy style.. menghadap cermin di samping tempat tidur.
Ahh.. Sungguh indah pemandangan di hadapanku.. kulit yang putih dengan vagina bersih dan bongkahan pantat yang bulat.

Pantulan di cermin membuat nafsuku semakin bergelora. Kuarahkan penisku ke lepitan vaginanya.
Slebbh.. kumasukkan perlahan ke dalam vaginanya. Silvi sepertinya sudah kelelahan setelah duakali mengalami orgasme.
Tapi nafsunya masih membara dan vaginanya masih basah dan licin.

"Aaahh enak banget sayang.. punya kamu rapet banget.. ssshh.. sshhh..” ujarku sambil terus memompa penisku maju mundur.
"Punya bapak yang gede banget.. aawww.. aaawwww..!!” Ia berteriak keras setiapkali kuhujamkan penisku.

"Aku udah mau keluar ni sayaanngg..!! Sssshhh.. ssshhh..” teriakku sambil terus memompa penisku.
"Keluarin di mulut aku ya pak.. aaahhh.. aaahhh..” ia menjawab sambil berteriak keenakan.

Aku semakin mendekati puncak kenikmatan. Penisku kutarik keluar dari vaginanya.
Ia membungkuk dan mengulum penisku maju-mundur sambil mengocok batang penisku.

"Aaahhhh Silviii.. isep terus sayang.. ssshhh.. ssshhh..” aku mencapai puncak kenikmatan saat penisku berada dalam mulutnya.
Silvi terus mengulum penisku.. crptt.. crptt..crptt.. crptt.. spermaku tumpah di dalam mulutnya yang mungil.. diisap serta dijilatinya sampai habis.

"Hhmmmppfff.. slluurrppp.. sluuurrpp.. enak ya pak..?” Ujarnya sambil melirik manja kepadaku.
"Enak banget Silvi.. kamu jago ya..” aku memujinya.
"Kan bapak yang ngajarin..” ujarnya menggodaku.

"Bapak juga hebat banget.. aku kalah 2-1 nih..” ia balik memujiku.
Tubuhku terasa lemas setelah melewati permainan cinta yang dahsyat ini.

Ia memeluk tubuhku dan menciumku mesra sambil merebahkan diri di sampingku.
Kuusap rambutnya sambil ia bercerita tentang masalah yang menimpa keluarganya.
Sesekali tangannya yang jahil mempermainkan penisku hingga berdiri tegak kembali.

Kita pun melanjutkan permainan cinta dengan lebih ganas dan liar beberapakali setelah itu.
Aku terpaksa menyalakan TV dalam volume suara besar.. agar teriakannya yang sangat keras itu tidak terdengar dari luar.
Total malam itu kita bercinta 3 kali.

Pada pagi hari sebelum ia berangkat ke Jakarta.. kami bercinta dengan liar sekali lagi.. memanfaatkan segala sudut kamar mandi. (. ) ( .)
---------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Nitip jejak dimari om :beer:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd