Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

----------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------

Cerita 090 - Jatuh Cinta

Rena

Mimi
membelalakkan matanya yang bulat besar dan indah itu. "Gila Ren..!"
"Emang.."
"Kamu suka..?"
"Nggak juga.. tapi, buat gue udah ngga ada bedanya 'kan..? Tapi kali ini gue dapat duit.."

Mimi terdiam. Bagaimana pun juga.. ia memahami situasiku.. sekaligus tidak setuju dengan pilihanku.
Rasanya aku ingin mengeraskan hati.. tetapi di dalam sana aku tidak bisa membohongi diri sendiri.

Menjadi pelacur bukanlah jalan yang ingin ditempuh oleh perempuan mana pun juga..
–Sampai suatu saat mereka mendapati diri mereka berada di posisi itu..–

Setelah kegilaan yang dibawa oleh Raymond..
untuk beberapa waktu lamanya aku tidak berani menelepon Mimi.. atau Helen.
Apalagi Kak Diana. Ahhh.. aku kehilangan nasehat-nasehatnya yang baik.

Dan lihatlah apa jadinya aku sekarang..!
Seorang perempuan masih berharga sekali pun kehilangan selaput daranya..

Sekali pun sudah digagahi banyak lelaki.. selama ia sendiri masih menjaga kesucian hatinya.
Begitulah katanya.

Tapi aku.. Rena. Mungkin tidak lagi punya hati yang suci. Atau malah.. tidak lagi punya hati..?
Dengan dingin aku mengingat bagaimana Leo memasukkan penisnya dalam memekku..
Melesak hingga ke pangkalnya.

Lalu seseorang lain yang tidak kukenal memuncratkan maninya di mulutku.
Disusul semprotan dari kiri.. lalu kanan.. hasil dari kocokan tanganku.

Mereka semua.. belasan orang.. dipuaskan malam itu.
–dan aku menerima uang yang extra besar untuk ukuran cewek panggilan..–
Angka yang besar untuk yang pertamakalinya, tapi hanya sekali.

Raymond sudah bilang.. yang kedua dan seterusnya akan menjadi lebih kecil dan lebih kecil..
Sampai tidak beda jauh dengan pelacur jalanan yang sudah dicicipi banyak orang.

Ha.. jadi aku tau bagaimana mengetahui kadar pengalaman pelacur:
Semakin murah bayarannya.. semakin banyak pengalamannya dan semakin hancur memeknya.

Tapi aku tidak mau hancur. Aku tidak mau jadi murahan. Ahh.. sudah seberapa rendahnyakah Rena..?

Mimi memelukku, merasakan kegelisahanku. "Udah Ren.. yang sudah ya sudah. Jangan diulangi lagi aja deh..
Kalau kamu butuh sesuatu, kan masih ada aku.."

Tak urung.. mataku jadi basah. Mimi sungguh seorang sahabat sejati.
Ada kalanya anak ini kelihatan manja dan centil sekali.

Tapi ada juga saatnya ia menyerupai seorang ibu yang mengasihi putrinya.. apa pun yang terjadi.
Cocok dengan penampilannya yang serba bulat dan cantik itu.

Di hari-hari sesudahnya.. aku bekerja kembali seperti biasa. Raymond masih datang dan mencoba bermain mata.
Tetapi aku bersikap sedingin-dinginnya.. meski pun tetap mempertahankan senyum manis di wajah.

Beberapakali Raymond mengancam akan memberitau bosku yang judes itu kalau aku tidak mau mengikuti ajakannya.
–Tapi aku tidak peduli.
Kalau bosku memang akan memecatku karena tidak mau menjadi pelacur bagi Raymond.. biarlah seperti itu.

Raymond lantas jadi heran setengah mati..
–bagaimana mungkin Rena yang waktu pulang dari hotel kelihatan baik-baik saja lantas merajuk seperti ini..?

Tetapi aku pun sebenarnya heran dengan diriku sendiri. Ketika semuanya baru selesai.. aku tidak merasakan apa-apa.
Malah aku masih mengingat orgasme yang hebat bersama Leo, duakali.

Tetapi sesudahnya.. aku merasakan sakit. Memekku sakit. Hatiku sakit.
Biarlah si Raymond itu bingung.. karena aku jadi begini karena ulahnya juga.

Kalau saja ia bukan klien besar bos.. aku tidak mau memandang wajah lelaki yang rada bencong ini.
Semuanya mulai berjalan biasa saja.. sampai pada suatu hari ada telepon. "Halo..?"

"Selamat siang. Saya bicara dengan Ibu Rena..?"
"Ya, saya sendiri Pak. Ada yang bisa saya bantu..?"

"Ren, ini aku. Leo.." Duk. Duk. Duk.
Tiba-tiba saja aku seperti bisa mendengar detak jantungku sendiri.
"Ya, Leo..?" Suaraku tercekat di tenggorokan.

Aku bisa menghindari Raymond.. tetapi ingatan dengan Leo tidak terlupakan.
Bagaimana aku menghindarinya..? Pikiranku seperti lumpuh, buntu.

Gilanya.. bodohnya.. aku malah merasakan memekku berkedut-kedut.
Cairannya merembes keluar.. membasahi celana dalamku. Terasa di sela-sela pahaku.

"Rena.. aku ingin ketemu denganmu.. boleh saya jemput kamu sepulang kantor..? Jam enam kan..?"
"Mau apa..!?" Suaraku kembali dingin. Kalau kubiarkan.. sekali lagi aku kehilangan kontrol.
Aku tidak tau apa yang akan terjadi.. atau apakah aku tidak akan merendahkan diri sekali lagi.

"Tidak apa-apa. Saya hanya mengajak makan malam saja. Saya janji.. tidak akan ada apa-apa.
Setelah makan.. saya akan antar pulang atau ke mana saja Rena mau pergi.
Hanya.. mohon dengarkan saya.. sebentar saja.."

"Sungguh..?" Suaraku melunak. Aku harus mengakui..
di hati kecilku ada keinginan untuk sekali lagi bertemu lelaki ini.

"Ya, saya janji. Sekali ini saja. Kalau sesudah ini kamu tidak mau ketemu saya, itu juga akan saya hormati."
"Baiklah.. Leo.. jam setengah tujuh saja di lobby.."
"Oke Rena.. sampai ketemu.."

Aku tidak menjawab dan langsung menutup telepon.
Setelah itu.. rasanya aku tidak bisa melakukan apa-apa dengan benar.

Untungnya.. tidak ada pekerjaan berat untuk dipikirkan.
Hanya membereskan berkas-berkas ke dalam map saja.
Pekerjaan yang bisa dilakukan secara otomatis..
Yang tidak membutuhkan otakku yang masih terasa kelu, tidak bisa berpikir.

Aku menemukan Leo di lobby gedung seperti yang dijanjikannya.. kemudian kami menuju mobil CR-V..
Yang hitam mengkilat menunggu di depan.. disupiri seorang yang nampak seperti tentara.
Rambutnya cepak dan rahangnya keras.

Leo membukakan pintu belakang supir.. kemudian menyusul naik dan duduk di sebelahku.
Aku menunduk saja.. tidak mau memandangnya.

Aku kuatir Leo melihat mataku, melihat gairahku tiba-tiba menyala lagi berada bersamanya.
Melihat memekku menjadi lebih basah lagi.. dan mulai terasa ngilu.

Aku tidak bisa mencegah ingatan tentang kemaluan yang kekar dan indah itu memasuki tubuhku.
Rena yang berada di atasnya.. yang menggerakkan pinggul dan pantat.

Hingga batang itu keluar dan dimasukkan lagi –semuanya..– lalu memuncratkan spermanya di dalam.
Untung aku minum kontrasepsi. Atau aku tidak untung..? Aku membayangkan..

Seandainya aku membawa anak dari lelaki ini.. aku mungkin tidak akan menyesal.
Entah mengapa.. entah bagaimana.. aku menginginkannya.
Aku hanya menginginkannya.. bukan sekedar seks.

Bukan sekedar kemaluannya memasuki kemaluanku. Aku menginginkan hatinya, hidupnya.
Tapi aku tidak berani berkata-kata, tidak berani bertatapan mata dengannya!

Leo juga terdiam.. dia nampak gelisah. Kami kemudianberhenti di muka sebuah cafe yang cukup sepi.
Cukup mewah.. dan Leo berjalan di muka sampai kami masuk ke ruangan bersekat. VIP room.

Aku gelisah.. apakah yang dikehendaki Leo..? Lelaki ini nampak begitu tampan.. begitu gagah..
Apakah dia akan menggagahiku di ruangan ini..?

Namun semuanya berjalan biasa: Pelayan datang membawa menu.
Aku memesan steak salmon dengan puree kentang. Leo memesan Sirloin steak.

"Bon appétit..! Faire un bon repas.."
"Maaf, apa itu tadi..?" Sekali ini Leo nampak terkejut. Tanpa bisa ditahan.. aku tertawa kecil.

"Maaf.. itu artinya selamat makan.. silakan mendapat makanan enak.."
"Bahasa apa tuh..?"
"Itu Français.. Perancis.."

"Kamu bisa Perancis..?"
"Dan Inggris juga.."

"Wah..! Lancar..?"
"He-eh. Lebih lancaran Inggris sih.. TOEFL saya enamratus limabelas.."

"Kok bisa..?"
"Ya bisalah. Kan memang kuliah sastra Inggris.." Rasanya aku mau menjadi lebih mesra.

Tetapi perasaanku yang tidak karuan ini membuatku bersikap antara ramah dan judes.. aneh.
Untungnya.. melalui percakapan ini makan malam tidak terlalu menegangkan. Kami menjadi lebih rileks.

Leo kemudian bercerita panjang lebar. Cerita tentang masa kecilnya di Kalimantan.
Cerita tentang perjuangannya kuliah di Jakarta. Cerita tentang pernikahannya.

Dan bagaimana ia berusaha untuk masuk ke sebuah Departemen di negeri ini.
Lantas beranjak dari bawah dengan susah payah.. hingga mencapai posisi eselon II.

Malangnya.. ketika ia baru diangkat.. justru istrinya meninggal dunia - terkena kanker rahim.
Kanker itu memang kejam: Penyakit ini membuat mereka tidak punya anak.. dan kini Leo tidak punya istri.

Ia sudah menjadi bujangan sejak beberapa tahun.. –sampai tiba promosi berikutnya.
Ia menjadi eselon I baru-baru ini. Itulah mulainya ada ide gila untuk pesta seks.
Tapi hanya dengan satu orang saja: Aku..!

Mereka semua itu adalah rekan-rekannya dari eselon II.. juga anak buahnya.
Mereka tidak mau memakai banyak perempuan karena khawatir akan menjadi gosip yang buruk.

Bagi Leo.. semua itu mulanya hanya keisengan belaka.. main-main dan bercanda.
Ia sendiri sudah lama tidak berhubungan badan dengan perempuan.
Bahkan sudah lama tidak pernah ejakulasi. Masturbasi pun tidak.

Tetapi malam itu.. ketika ia menjadi yang pertama tiba di kamar.. pertamakali memandangku.
Leo seperti jatuh cinta kembali.

Malam itu.. untuk pertamakalinya setelah berbulan-bulan.. ia kembali bertelanjang dengan seorang perempuan.
Kembali merasakan denyutan memek di kemaluannya. Kembali memuncratkan maninya dengan birahi.
Seperti remaja kembali. Seperti pengantin baru.

Ketika ia melihat teman-temannya memasukkan kemaluan mereka ke dalam diriku, Leo merasa sakit.
Ia merasa seharusnya aku adalah miliknya seorang.. –hanya untuknya saja.

Ia tertekan melihat penis-penis itu masuk memekku.. masuk anusku.. masuk mulutku.
Tertekan, sekaligus terangsang.. sekaligus menerima.

Tidak peduli berapa pun banyaknya batang laki-laki memasuki lubang-lubang di tubuhku..
Ia merasakan keinginan yang besar untuk memilikiku.
Itulah sebabnya.. sekali lagi ia bercinta denganku di kamar mandi.

Aku pun bercerita padanya.. betapa malam itu sebenarnya hanya ada aku dan Leo.
Ada begitu banyak penis.. begitu banyak semburan sperma. Tapi aku hanya merasakan orgasme bersamanya.

Aku hanya menginginkan dirinya.. merasakan kemaluannya menyelinap memasukiku.
Menggenjotku. Masuk dan keluar.. masuk dan keluar.. hingga sampai ke puncaknya..

Merasakan tubuh bergetar-getar.. merasakan semburan hangat di mulut rahimku.
Orgasme yang hebat.. yang tidak terlupakan.

Tetapi Leo harus mendengarkan ceritaku lebih lengkap;
Jadi.. tanpa terasa malam berlalu di restoran itu. Leo mendengarkan kisahku sejak semula, sejak SMA.

Bagian-bagian yang menyakitkan, yang menyenangkan.
Dan betapa aku tanpa sadar telah menjadi seperti pelacur.. yang sudah kenal banyak penis laki-laki.

Sesuatu yang mencegahku untuk jatuh cinta.
Karena aku tidak pernah tau kapan seorang laki-laki bersedia untuk jatuh cinta kepada perempuan seperti ini.

"Rena.. jika seorang yang berumur seperti saya jatuh cinta.. dapatkah kamu menerimanya..?"
"Leo, Leo.. memangnya sudah umur berapa sih..?"
"Sekarang, mau 41.."
"Belum terlalu tua..” Sebenarnya.. mungkin dia sedang puber kedua. Siapa tau..?
Konon itulah usia seorang laki-laki bisa jatuh cinta kembali.

"Leo.. kalau boleh.. aku ingin jatuh cinta seperti biasa. Maksudku, tanpa nafsu, tanpa hubungan badan.
Aku ingin dicintai Leo apa adanya.. bukan karena seksnya. Aku tidak tau apakah aku juga bisa mencintai Leo..
sebagaimana diri Leo sendiri, apa adanya. Jujur.. aku belum kenal Leo.
Kalau tidak kenal, tidak sayang.. aku tidak menginginkan cinta laki-laki yang tidak aku kenal, atau tidak mengenalku.."

Gila.. kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirku. Sesuatu yang jujur yang keluar dari hati.
Kalau cinta.. harus dimulai dengan kejujuran, bukan..?

Malam itu berakhir dengan baik. Aku kembali ke apartemenku dengan selamat.
Entah mengapa.. kini aku kehilangan gairah seks yang seringkali menggebu dan membuat susah tidur.

Kini aku lebih tenang. Apakah karena aku mendapatkan orang yang bersedia mencintaiku..?
Aku tidak berani berharap banyak.. cobalah dilihat bagaimana jadinya.

Hari-hari berikutnya.. Leo menjadi semakin sering menelepon dan menjemputku di sela-sela kesibukannya sendiri.
Ini bukan pacaran seperti orang pada umumnya; kami tidak punya waktu khusus untuk apel pacar.

Bukan hari Sabtu atau Minggu.. melainkan setiapkali ada kesempatan..
–karena kalau sibuk.. dengan sendirinya tidak banyak kesempatan..–

Tetapi aku semakin mengenalinya dan menghormatinya, demikian pula ia mengenal dan menghormatiku.
Aku mulai berani memperkenalkan Leo kepada sahabat-sahabatku.

Mereka memelukku.. menciumku, mengucapkan selamat atas cinta kasih yang baru mulai ditanam ini.
Cinta kasih yang dengan cepat bertumbuh.. membesar.. mengakar jauh dalam hati..
sampai tiba saatnya aku merasa tidak bisa hidup tanpa Leo.

Sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Inikah yang namanya jatuh cinta..?

Hubungan ini berjalan sepanjang tahun.. lalu memasuki tahun kedua.
Aku sudah diwisuda.. sudah bebas dari kampus.. dan menerima kepercayaan yang lebih besar dari bosku.

Sebaliknya Leo mendapat masalah: ia tidak mau korupsi menurut perintah atasan barunya..
–punya menteri yang baru tidak selalu enak atau gampang.

Karena zaman sekarang menteri pun adalah perpanjangan tangan partai yang punya kepentingan sendiri.
Leo tidak dipecat.. tapi ia juga tidak naik pangkat lagi atau ditambah tunjangannya. Dan usianya mendekati 43.

Leo mengajakku untuk menikah. Ia masih menginginkan anak, dari diriku. Dari Rena.
Aku bilang.. "Ya Leo sayang.. aku mau.."

Perlukah aku menceritakan kelanjutannya..?
Pernikahan kami berlangsung sederhana –bagaimana pun aku menjadi istri keduanya setelah yang pertama wafat.

Akad nikah berlangsung cepat dan khidmat, dan kami terus menempati rumahnya yang besar.
Aku memandang kamar tidurnya, yang selama ini dingin karena hanya dipakai seorang laki-laki.
Kini ada perempuan.. istri.. yang akan menghangatinya.

Aku membuka bajuku satu per satu. Leo menatapku dengan birahi. Aku menatapnya dengan birahi.
Kini lembaran terakhir sudah terlepas. Leo juga.

Kepala kemaluannya keras.. ujungnya sudah mengeluarkan cairan. Aku menunggunya di atas ranjang, mengangkang.
Lampu kecil persis di atas ranjang menyorot memekku.. memperlihatkan bibirnya yang merah merekah, basah.

Leo datang, menghampiriku.. penisnya mendekat. Ia tidak sabar lagi. Aku juga tidak sabar lagi.
Lagipula, sudah beberapa bulan ini aku tidak lagi minum kontrasepsi.

Dan sekarang adalah puncak masa suburku.. masa yang paling nikmat untuk bercinta.
Laki-laki itu membenamkan penisnya dalam-dalam. Aaarrhhhh.. uuuggghhhh..!!

Aku merasakan tatapan Leo menjalar di seluruh tubuhku. Wajah. Dagu.
Kedua puting yang merah mengeras. Bulatan dada yang putih membusung.

Turun ke perut yang rata, dengan pusar yang dalam. Turun lagi.
Leo memandang memek yang berambut tipis pendek, dengan bibir merah merekah.

Aku mengangkang kedua paha lebih lebar lagi.. biar cahaya lebih baik menyinari memekku.
Aku gemetaran menunggu hujaman batang kemaluannya.

Leo mendekatkan kepala burungnya.. lalu jlebb.. mendorong masuk. "Arrhhhh.. uggghhhh..” enak.
Tetapi.. ia terus mencabutnya. Lendir menetes-netes ke atas ranjang.

Leo melihat lagi memekku.. kini sudah lebih lebar lubangnya.
"Indahnya.. memek kamu cantik sekali.. apalagi kalau berlubang begini.."
"Leo.. masukin lagi dong..!"

Leo menaruh lagi penisnya, sekali lagi mendorong masuk. Jlebb..!!
"Auhhhh..” aku tidak bisa tidak mendesah. Rasanya enak.

Leo menarik lagi penisnya, mencabutnya. Ia sekali lagi memandang memekku.
Aku mengangkang makin lebar. "Hmmm.. benar, basah dan lembut.. lubangnya tetap sempit ya..?"

"Aduh, Leo.. jangan siksa aku..” aku merengek.. tak sabar. Birahi telah membakarku.
Jlebb..!! Sekali lagi Leo menghujamkan penisnya ke dalam memekku.. tetapi sekali ia terus menindihku dari atas.

Tangannya memegang kepalaku, membelai rambutku. Leo menciumi dahiku, pipiku, ujung hidungku.
Lalu bibir. Kami berpagutan, lidah kami membelit-belit.

Dia mulai menggerakkan pinggulnya, membenamkan batang perkasanya yang berurat-urat.
Menancap dalam sampai aku merasa kelentitku terjepit.. tergesek bagian berambut dari suamiku ini.

Rasanya luar biasa. Tapi lebih luar biasa lagi.. ketika Leo menarik keluar sedikit.. lalu menghujam masuk lagi.
Tarik keluar lebih banyak.. hujamkan lebih dalam lagi.

Di bawahnya.. aku juga mulai menggerakkan pinggulku sebisanya.. membentuk gerakan memutar.
Leo menyukainya, ia mulai mengatur gerakannya seirama gerakanku.

Kami seperti menari.. aku berputar di bawah.. Leo turun naik di atas.
Tetapi semua itu membuat gesekannya terasa hebat.. terasa hangat.

Nafasku semakin memburu. Apalagi waktu Leo menunduk dan mulai menciumi dadaku.
Tanganku memeluknya, meremas rambutnya yang ikal itu..

Merasakan bibir dan lidahnya memainkan putingku yang keras. Rasanya luar biasa. Tak tertahankan.
"Oooohhhhhh.. Leoooo.. aku sampaiii..!!” Tapi, Leo tidak menjawab.

Ia terus menggerakkan penisnya masuk dan keluar.
Aku sendiri berhenti, karena saat itu rasanya kepalaku melayang ke langit-langit.

Hanya bisa memejamkan mata, karena rasanya berkunang-kunang dengan deraan yang nikmat.
"Renaaa.. aku juga.. mauu .."
Leo menggeram, seperti seekor singa jantan yang membuktikan keperkasaannya.

Ia memasukiku sedalam-dalamnya.. membuat aku melebarkan kedua paha..
Uhhhh.. kakiku menendang-nendang udara.

Dan rasanya aku mendapatkan orgasme keduakali..
Ketika merasakan ia meledak di mulut rahimku.. di dalam memekku.

Masuk semua sampai ke pangkalnya.. Leo melampiaskan mani memenuhi liang miliknya.
Memek miliknya.. rahim miliknya.

Itu adalah semburan yang sudah disimpan selama dua tahun ini..
Sebagai perjanjian kami untuk tidak berhubungan badan.

Baik di antara aku dan Leo mau pun dengan orang lain mana pun juga.. sebelum kami menikah.
Rasanya, aku kembali jadi perawan.. yang dipingit untuk hari istimewa.

Leo memang jauh lebih tua.. –usianya hampir duakali usiaku..–
Tetapi semburan-semburannya tidak kalah dari anak muda.
Bahkan rasanya lebih dari lelaki muda mana pun yang pernah mengentotku.. dari sejak dulu sampai sekarang.

Leo masih tetap keras ketika ia mencabut penisnya.
"Aku mau dari belakang.." katanya, dengan nafas memburu.

Aku lantas berbalik.. merondang dengan kedua tangan dan lutut di ranjang. Menunggu.
Suamiku datang.. dia yang masih membuktikan keperkasaannya.

Jlebb..!! Leo menghujamkan penisnya dari belakang langsung masuk ke memekku..
Kemudian bergerak dengan pompaan yang cepat.. maju mundur.. maju mundur.

Ia memegang pinggangku yang ramping.. memastikan gerakan yang kuat terjadi.
Aku juga berusaha mengimbangi dengan mengeraskan otot-otot di selangkangan.

Di memek yang basah dan licin. Dengan cepat.. aku kembali naik menuju orgasme.
Buat perempuan.. kalau sudah orgasme sekali..
Lebih cepat menuju orgasme berikutnya jika dirangsang dengan benar.

Dan Leo tau bagaimana merangsang perempuan dengan tepat.. dengan lembut tapi kuat.. tidak terlalu cepat.
Suami yang hebat.. dia baru saja mengeluarkan mani.. bagaimana bisa seperkasa ini..?

Aku makin mengaguminya. Aku menginginkannya. Aku mendambakannya.
Aku mau menjadi budaknya.. pelayannya.. memuaskan hasrat birahinya.

"Ohhh.. Rena.. Rena.. sayangku.. aku cinta padamu..!!"
"Ouh ouh ouh.. Leo.. Leo.. aku juga.. cinta.. pa..da..muuu.. ahhhhhhhhhh..!!"

Entah ini orgasme yang keberapa. Kakiku lemas..
Tapi aku merasakan sepertinya memekku yang sekali ini menyemprotkan cairannya.

Menjadi basah.. mengalir keluar membasahi pahaku yang putih berkeringat.
Aku merasa sangat seksi.. tetapi deraan ini terlalu hebat, tidak pernah kualami sebelumnya.

Leo tampaknya tidak ejakulasi lagi – sudah habis tadi..– tapi ia berhenti mengentotku.
Batang kemaluannya masih keras. Ia berbaring di sebelahku.. terlentang.. terengah-engah.

Rupanya aktivitas ini juga menguras tenaganya.
Hebatnya.. batang yang indah itu masih mengacung dengan kerasnya.
Mengkilap.. oleh lendir dari memekku.. campuran maninya dan cairanku.

Aku berputar.. masih merondang.. dan mulai menggarap penis ini dengan mulutku.
Ah.. gila ini masih keras..! Aku membersihkannya. Mula-mula, aku mengulum kepalanya yang lembut.

Ehmm.. terasa agak asin. Kemudian aku memasukkannya..
Berusaha memasukkan semua ke dalam mulut sampai bibirku menyentuh pangkal batangnya.

"Uh uh.. udahan dulu Ren.. ngga tahan gelinya.."
"Tapi ini kan masih keras, Leo.. masih pengin..?"

"Nggak.. nggak.. hehehehehe.."
"Lho..?"

Ya.. ternyata ini gara-gara Leo tadi sebelum main minum obat kuat dari Malaysia, namanya Spartan.
Hanya minum separoh.. tetapi hasilnya begini rupa. Kenapa tidak diminum semua..?

"Ah.. kalau diminum semua, kepala jadi pusing.
Sebelum ini.. burung jadi keras tiga hari.. seperti singkong. Ngga enak juga.."

Aku tersenyum, suamiku ini memang bersemangat dan ia ingin memuaskanku.
Sungguh aku mencintainya. Mudah-mudahan.. dari apa yang ditanamnya ada yang bisa jadi..

Kami bersama-sama masuk ke kamar mandi.
Sebagai istri yang baik, aku ingin melayaninya dengan sepenuh hati.

Aku menyalakan shower, membasahinya, membasahi juga diriku.
Aku membasahi rambutku, lalu memakainya untuk menggosok punggungnya. Leo bergidik kegelian.

"Apa tuh..?"
"Sstt.. nikmati aja, sayang.."

Aku memakaikan shampoo ke rambutku yang panjang..
kemudian menggosokkan rambut berbusa ini ke punggungnya.. lalu ke pantatnya, terus turun ke pahanya.

Aku memakai rambutku untuk menggosok bibir anusnya, sampai Leo mendesah.
Aku berputar.. kini rambutku menggosok penisnya, yang masih keras. Luar biasa.

Leo membalas dengan mengusap-usap rambutku, mengeramasiku - karena masih ada busanya.
Kupejamkan mata, karena takut kemasukan shampoo.

Tapi, kemudian Leo membilas kepalaku, membersihkan busanya. Rasanya hangat, enak.
Aku lalu berdiri, sambil masih memejamkan mata. Leo mencium bibirku. Lidah kami sekali lagi bergelut.

Penis Leo yang keras masih menyodok-nyodok bibir memekku..
Jadi aku mengangkangkan kaki agar kepalanya terbenam masuk. Oh.. enak bukan main..!!

Leo merendahkan dirinya sedikit, mengambil posisi.. lalu clebb.. membenamkan penisnya dalam-dalam.
Kami bercinta sambil berdiri.. di bawah shower hangat, dan sekali lagi aku bergairah.

Dalam posisi berdiri begitu kami tidak bisa banyak bergerak.. jadi kami hanya berangkulan erat..
sambil menggoyang-goyangkan pinggang.. sementara penisnya tertancap dalam di memekku ini.

Semakin lama, aku jadi semakin birahi, jadi kedua kakiku menjepit pinggang Leo, dan ia pun menggendongku.
Penisnya semakin tertancap dalam, tetapi dalam gendongannya aku bisa bergerak naik turun sedikit.

Itu rasanya luar biasa.. karena memekku juga menjepit kontol itu sekuat-kuatnya.. setiap gesekan terasa dahsyat.
Aku mendongakkan kepala.. merasakan air membasahi muka.
Rasanya seperti kehabisan nafas.. tetapi yang benar adalah orgasme dengan kuat menerpaku sekali lagi.

Juga menerpa Leo.. karena sekali lagi aku merasakan kedutan-kedutan penis di dalamku..
disertai perasaan hangat ketika ia menyembur jauh dan keras di dalam lubuk memekku sana.

Sekali ini, benar-benar mengurasnya habis, jadi ia melepaskan penisnya, yang kemudian mulai terlihat layu.
"Hihihi.. akhirnya, lemes juga.."

"Lemes tapi enak banget.."
"Aku juga enak.. Leo, kamu hebat sekali.. kontolmu enak sekali..”

Kami memakai handuk bersama-sama, saling menggosok, saling mengeringkan.
Aku lantas mengambil hair dryer yang tersedia..
untuk mengeringkan rambut kami yang basah, sambil saling bertatapan.

Inikah yang namanya pernikahan..? Seperti inikah rasanya suami istri..?
Astaga. Tau begini, dari dulu aku jadi istri orang.. tapi, mungkin akan berbeda jika suamiku bukan Leo, ya..?

Pengalaman ini menjadi bagian diriku, yang pasti akan terus kunikmati..
Aku belum tau kelanjutannya setelah malam berlalu.

Bagaimanapun, sekarang ini kan aku masih jadi pengantin baru.
Tapi, mungkin aku tidak lagi sempat bercerita dan menulis seperti ini.

Toh kalian sudah bisa mengira-ngira kelanjutannya, bukan..?

Selamat Mupeng..! E(. )N ( .)D
----------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------

Cerita 091 – Ujian Perbaikan

[Part 1] – Saving Privacy ahhh..

Perkenalkan.. Namaku Adi.
Dosen di Perguruan Tinggi Swasta.
Seminggu yang lalu.. aku dikerjai dua mahasiswiku.

Kebetulan si dua mahasiswi tadi.. Dewi dan Sinta mendapat nilai yang di bawah standar.
Mereka tergabung dengan 3 mahasiswi lainnya yang juga mendapat nilai di bawah standar.

Entah kenapa aku menemukan anomali dari kelas ini.
Cowok-cowok yang biasanya nilainya berantakan malah pada bagus-bagus.
Sedangkan cewek-cewek pada jelek-jelek.

Dengan langkah semangat aku masuk ke kelas, wajah-wajah tegang sudah tergambar di wajah mahasiswaku.
Perlahan aku jelaskan mekanismenya.. setelah yakin mereka paham aku berikan kertas ujian itu satu per satu.

Aku sengaja menyimpan hasil ujian Sinta dan Dewi untuk aku berikan secara private di ruang dosen.
Benar saja.. setelah saya bagikan kertas ujian kelas jadi gaduh bukan kepalang. Karena senang.

“TENANG..!!!! Bagi yang nilainya di atas 50 silakan tinggalkan ruangan..” kataku menenangkan.
Tanpa dikomando duakali.. anak-anak berebut keluar kelas. Menyisakan 5 mahasiswi di kelas itu.

Dewi dan Sinta mendatangi mejaku dan bertanya.
Sinta duluan yang ‘berani’ bertanya.. “Pak, kami belum dapat kertas ujiannya..”
“Masa’..? Tapi nilai kalian ada di sini kok..” kataku sambil memperlihatkan hasil ujian mereka.

“Kamu Sinta.. dapat nilai 45.. sedangkan kamu Dewi dapat nilai 35..”
“Kok bisa pak..? Bukannya saya sudah ikut ‘ujian khusus’..? Masa’ masih ngga lulus juga..?” Santi protes.

“Pak.. temen sebelah saya yang nyontek saya aja dapet 60, masa’ saya dapet 35..?” Dewi ikutan protes.
“Oke.. nanti saya cari dulu di ruangan. Saya ngga ingat salahnya di mana..” jawabku santai.
Sinta dan Dewi berpandangan sambil senyum kecut.. dan menjawab hampir bersamaan.. “Baik Pak..!”

Setelah mereka berdua duduk.. aku absen satu per satu.. dan kemudian aku jelaskan mekanisme ujian perbaikan.
Pelan aku sapu pandanganku ke mereka sambil menguji apakah mereka paham.

Aku ngga tau mereka janjian atau bagaimana..
tapi semua dari mereka menggunakan tank top yang sangat menggoda.
Nggak perlu aku amati dengan detil pun aku tau.. mereka tidak pakai bra.

Karena putting mereka yang menonjol dengan indahnya.
Assshhh.. sudah Adi..!! Fokus..!!! Kataku dalam hati.

Tak berapa lama penjelasan itu berakhir.
Mereka sepakat untuk mengerjakan tugas sebagai pengganti ujian perbaikan.

Sinta dan Dewi mengikutiku saat masuk ke ruang dosen.. tepat di depan pintu Sinta bertanya..
“Satu-satu atau berdua pak..?” Tanya Sinta lirih.
“Berdualah. Masa’ sendiri-sendiri..?” Kujawab sembari membuka pintu ruangan.

“Kirain bapak ketagihan, hehe..” ujar Sinta dengan nada lirih dan nakal. “..........”
Speechless aku menjawabnya.. pengen jawab iya tapi malu.
Pengen jawab nggak.. padahal emang ketagihan.. hehehe..

Setelah mereka masuk.. aku berikan 2 hasil ujian yang memang aku sembunyikan.
Sengaja aku berikan kertas ujian itu terbalik.. maksudku biar si Dewi tau apa yang aku lakukan terhadap Sinta.

“Ini kertas ujian kalian.. coba dicek apa yang salah..”
Beberapa saat mereka serius membaca kesalahannya satu per satu.
Sampai tiba-tiba Dewi terbelalak melihat kertas jawaban yang dipegangnya.

Bagi yang sudah baca catatan sebelumnya.. pasti tau apa yang ditulis Sinta.
Alih-alih menjawab pertanyaan.. Sinta malah menuliskan desahan mesranya di lembar jawaban ujian.

Kurang lebih seperti ini: Wealth of Nationssshhh adalah saaaalaahsss satu ahhh Pak..
Naik pak.. ahh situ pak.. salah satuuu pengarang ahhhh..


Tentu saja si Dewi kaget bukan kepalang. Herannya.. dia malah melanjutkan membaca kertas jawaban itu..
Sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Tampaknya tulisan Sinta membuatnya horny.

Tak berapa lama Sinta menyadari bahwa kertasnya tertukar.
“Pak, ini bukan kertas jawaban saya..” katanya sambil membolak-baliknya.
“Masa’ sih..??” Jawabku pura-pura ngga tau.

“Iya pak. Nih.. namanya dilihat dong..!” Kata Sinta lagi.
“Iya pak.. salah nih..!” Ujar Dewi sambil bergetar menahan nafsu.. setelah baca tulisan Sinta di lembar jawaban.

“Hmm.. ya sudah.. ditukar saja. Kemudian dicek apa saya salah ngoreksinya..”
Sinta Dewi menjawab hampir bersamaan..“Baik pak..!”

Setelah bertukar kertas jawaban.. giliran Sinta yang tersipu dan senyum-senyum sendiri..
Sambil kadang melirikku nakal penuh makna. Aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

Lalu Dewi memulai pertanyaan:
“Kok nomer 3 salah pak..? Perasaan saya.. tadi liat temen yang nyontek saya nomer 3 bener kok..” protesnya.

“Oke.. bawa ke sini lembar jawaban temenmu itu..” perintahku pada Dewi.
“Baik pak..” jawab Dewi.. bergegas siap-siap untuk keluar.

”Saya ikut keluar, pak..?” Ujar Sinta menatap ke arahku.
“Nggak usah mbak, kamu ngga lama kan, Dewi..?” Jawabku sambil bertanya pada Dewi.
“Nggak pak..” sahut Dewi cepat.

Setelah Dewi keluar.. suasana jadi kikuk. Aku mencoba mematahkan suasana itu dengan pertanyaan.
“Gimana mbak..? Ada yang mau dikomplain..?”

“Nggak pak. Malu aja.. bingung kenapa saya nulis kayak gini..?” Katanya dengan tersipu.
“Hahaha.. saya juga heran mbak..” kataku tak mampu menahan tawa.

“Abis.. jilatan bapak enak banget siiihhh..” katanya manja sambil matanya berkerling nakal.
Tiba-tiba Sinta menyelusupkan kakinya ke celah mejaku..
dan tanpa permisi dia raba-raba kontolku pake jari-jari kakinya.

Aku hanya diam.. dan tersenyum sambil nahan horny.
Si kontol ngga mau kompromi.. tiba-tiba dia mengeras dan Sinta pun tersenyum senang

“Nah gitu donk pak..!” Serunya senang.
“Hmm.. nakal kamu ya..” Langsung kubalas olahan kakinya dengan olahan kakiku.

Kebetulan dia pakai rok mini.. jadi dengan leluasa aku selipkan di antara kedua pahanya.
Aku mainkan jempolku di belahan memeknya.. dan dia membelalak sambil tersenyum nakal.

“Pakkkk.. shhhh.. ntar ketauan Dewi lho..!?” Katanya sambil mendesah.
“Hehe.. Dewi kan lagi keluar..” jawabku nakal.
“Iiihhh.. Bapak genit.. shhhh.. ke bawah dikit pak.. shhh..”

Tiba-tiba Sinta mundur dari kursinya.. kemudian dia nyelusup ke bawah kolong mejaku.
Aku kaget.. tapi ngga bisa menghindar. Karena persis di belakang kursiku adalah tembok ruangan.

“Hei Sint.. kamu ngapain..!?”
“Bikin bapak seneng.. biar bapak ngelulusin Sinta..” katanya menjawab nakal.

“Hei.. kamu pikir.. dengan begi ..” Zreeettt.. bunyi ritsletingku ditarik..
”Begini.. ka.. ka.. mu..” kata terbata-bata antara grogi dan horny..” Bisa lulus..??”

Sinta diam.. ngga menjawab. Dan malah asyik ngejilat-jilat kontolku dari luar CD.
“Sin, udah Sin.. shhh.. kamu ngga bakalan lulus kalo cuma dengan gitu..”

Dia diam dan focus menjilati selangkanganku.. dia gigit-gigit kecil kontolku. “SINTA..” kataku menahan suara.
“Kalo bapak mau Sinta berhenti.. bapak cuma tinggal bilang ‘HENTIKAN’ pasti Sinta berhenti..” katanya menggoda.

Uhhhh..!! “.........” Lagi-lagi aku speechless. Aku hanya diam.
Mau bilang ‘hentikan’ kok enak banget.. tapi kalo mau bilang ‘teruskan’ rasanya kok risih. Ah biarlah ..

Aku duduk menyenderkan tubuhku di kursi dan membiarkan Sinta menikmati kontolku dari luar CD.
Dengan lincah Sinta menyelipkan kontolku di belahan cd.. dan nongollah si gundul kebanggaanku.

“Ini dia nih yang bikin Sinta kangen.. Sinta jilat ya pak..?”
“Tapi bukan berarti kamu lulus lho ya..?”
“.. Aah Sinta udah ngga peduli itu lagi pak. Sinta cuma kangen sama ini..!” SLUURPPPSSSSS..!!

Sinta menjulurkan lidahnya.. disaputnya belahan kontolku dan dimainkan dengan nakal.
Ughhh.. ngilu rasanya. Dia kocok batang kontolku sambil dia kulum dan kenyot kepalanya.
Ughh.. aku hanya bisa mendesis pelan.

Tiba-tiba.. Tok-tok-tok..!! “Sint udah Sint.. ada orang..!” Desisku menyuruhnya berhenti.
Sinta cuek aja dan malah tambah ganas.

Tok-tok-tok-tok..!! “Ini Dewi pak..!”
“Iyaaa.. silakan..” jawabku terbata-bata karena nahan enak di bawah pinggangku.

“Pak.. temen saya yang nyontek saya udah pulang. Jadi saya mesti nyusul ke kosnya. Bapak masih lama di sini..?”
“Ehmmm..” kataku sambil nahan ngilu.. “Masih.. sampai jam 5 mbak..”

“Baik pak, saya akan segera cari temen saya itu, Sinta udah keluar ya pak..?”
“Sudah mbak.. sudah lama kok..” kataku bohong
“Oww.. ya udah pak.. saya pamit dulu..”
“Oke mbak..” Uffhhh..!!

Legaaa rasanya si Dewi pergi.. jadi bisa fokus lagi ke kenikmatan yang diberikan Sinta.
“Sshhhh.. Gila kamu Sint.. nekat banget..!” Kataku sambil ngelus rambut Sinta.

“Hehe.. kadang yang nekat-nekat bikin Sinta tambah hot pak..” jawab Sinta lagi.
“Pantesan kok kerasa lebih ngilu .. awwww. jangan digigit Sint..!! Ssshhh..” Aku hanya mengiyakan dalam hati.

Memang kenyotan Sinta kali ini terasa lebih hot dan liar dibandingkan kenyotan dia minggu lalu.
Kriiinggg.. dering telpon internal di mejaku berbunyi.
Aah.. shit..!! Lagi enak-enak gini ada telpon..!! Batinku menggerutu.

“Halo, Adi di sini. Ini dengan siapa..?”
“Ini Ines pak.. staf jurusan. Sekedar mengingatkan.. bapak ada rapat dosen 5 menit lagi..”
“Oke Nes.. saya berangkat..”
“Kami tunggu pak..” balas si Ines sebelum menutup telepon.

”Sint udahan dulu.. Bapak ada rapat..”
“Ahhh bapak.. dikit lagi pak.. Sinta pengen sampe bapak keluar..”
“Masih lama Sint.. percaya deh, waktu itu aja butuh 20 menit kan..?” Kataku senyum nakal.

“Bapak lagi buru-buru nih..”
“Aahhh bapak.. trus nanggung donk nih.. istilah ABG-nya kentang nih pak..”
”Haha.. istilah apa tuh..?”

“Iya.. kalo udah mau keluar trus ngga jadi.. dan nanggung. Namanya Kentang pak.. kayak kentang rebus..”
”Haha.. ada-ada aja. Oke.. gini aja deh.. kamu cari tempat yang nyaman..
Nanti kita tuntaskan setuntas-tuntasnya biar ngga Kentang..” kataku menyarankan.

“Hmmmm.. tapi janji ngga merawanin Sinta ya pak..?”
“Beres bosss..!!”
“Janji juga ngelulusin Sinta di kuliah ini..?”
“Hahaha.. liat nanti yaaaa..”

“Hehe namanya juga usaha pak.. hmmm masalah lulus atau nggak terserah bapak deh..
Yang penting buat Sinta sih .. bisa ngemut lagi..” katanya sambil mengerling nakal.

“Oke pak.. Sinta cari tempatnya ya..?” Sinta akhirnya melepaskan batang kontolku dari ‘sekapannya’.
“Oke .. cari yang aman ya.. mahal dikit ngga papa..”

“Oke bapakku sayang.. daaaahh..!!” Katanya genit sambil meninggalkan ruanganku.
“Dahhh.. Sinta..!”
-----ooOoo-----

Aku lantas bergegas ke ruang rapat. Yang ternyata sudah penuh.
Hingga aku akhirnya harus duduk di sebelah Ines.. tepat di pojok ruangan.

“Kosong Nes..?”
“Kosong pak, kok tumben telat pak..?”
“Biasa.. ada mahasiswa konsultasi..”
“Mahasiswa apa mahasiswi pak..?” Katanya menggoda.

“Saya sering liat banyak mahasiswi cekikikan kalo bapak lewat..”
“Ah.. Mbak Ines bisa aja. Jangan-jangan Mbak Ines ikut cekikikan..?” Kataku balas menggoda.
“Hihihi.. nanti saya bilangin Bu Adi lho pak..”
“Nanti aku bales bilangin suamimu, donk..”

“Lha emang kita ngapain sih, pak..?” Katanya genit.
“Kalo sekarang sih belum ngapa-ngapain.. ngga tau 5 menit lagi.. hehehe..”
“5 menit lagi rapat pak..”
“Saya milih rapet aja sama mbak Ines..”
“Pantes mahasiswi pada cekikikan pak.. dosennya genit banget.. hihiihi..” Aku hanya tersenyum kecut.

Pikiran isengku berkembang.. aku senggol-senggol dengkul Ines di dalam meja.
Dia membalas senggolanku dengan wajah yang tetep Jaim dan ngeliat ke depan.

Hhmmm.. gayung bersambut nih kayaknya..! Batinku.

Aku lepas sepatuku dan aku mulai raba betisnya dengan telapak kakiku yang berkaos kaki.
Dia tetap diam dan tampak menikmati rabaan kakiku.. tanpa desisan.. tanpa perubahan ekspresi.
Hanya mendiamkan apa yang aku lakukan.

Rapat pun dimulai.. aku sudah ngga peduli dengan rapat ini.. yang aku pedulikan adalah Ines..
Si staff jurusan yang baru 1 tahun bekerja di tempat kami.

Ia punya suami.. 1 anak. Berkulit putih.. berkacamata.. rambut sebahu yang selalu dikuncir kuda..
dan bertubuh sangat proporsional.. dengan cup bra aku perkirakan 34 B.

Pakaiannya yang selalu modis dan wangi..
membuatku berpikir dia lebih pantas bekerja sebagai teller bank daripada Admin jurusan.

Ines masih saja terdiam.. meski bibirnya yang ranum mulai terbuka dan mendesis pelan.. “Ssshhhh..” desisnya.
Posisi kami yang di sudut pojok ruangan.. membuat kami tidak perlu khawatir ada yang melihat kami.

Gesekan jemariku semakin ke atas.. hingga ke belakang dengkulnya.
Ia tampak menikmati ketika jempol kakiku memainkan selahan dengkulnya.

Desisannya bertambah nakal.. ”Sshhhsss.. shhhh.. hessss..”
Kakiku naik.. menembus rok sedengkulnya dan terus hingga ke selangkangannya.

Jdapp..!! Dan tiba-tiba kakiku dijepit dengan kedua paha halusnya. Dia mulai bergoyang pelan..
Takut ketauan.. aku pun berbisik ke Ines. “Jangan kebanyakan goyang Nes, ntar ketauan..!”

“Eshh.. trusss gimana..??” Tanpa persetujuannya lagi.. slapp..!!
Aku selipkan tanganku ke rok mininya.. tepat di luar celana dalamnya.

Seketika Ia sempat terbelalak kemudian berbisik.. “Duhhh jangan pak..!
Kalo gini mah Ines tambah goyang pak.. ntar ketauan yang lain..”

“Ehmm.. asal kamu ngga banyak goyang.. ngga akan ketauan Nes. kamu liat ke depan aja..” kuarahkan Ines.
“Sshhhh pak.. pak.. Shhhh..” jawabnya sambil menjepit erat tanganku.

Jari jemariku memainkan memek Ines dari luar celana dalam. Sungguh terasa betul seksinya staf jurusanku ini.
Belahan memeknya terasa.. yang artinya dia nggak mencukur bersih bulu-bulu di memeknya.

Ini bikin aku tambah gregetan. Terus kuelus-elus bibir memeknya pakai kedua jariku..
Dan desisannya tambah intens:
“Sshhh.. uhhh.. shhh naik dikit pak.. ahhh.. sssttthh.. di.. di situ pak.. shhhh..” desisnya lagi.

Setelah menemukan titik yang dimaui Ines.. aku mulai lancarkan jurus ‘kitik-kitik maut’.
Ya.. memang konyol namanya.. tapi setiapkali aku lakukan jurus itu istriku selalu orgasme.

Aku gesekkan jariku ke atas dan ke bawah.. ke kiri dan ke kanan.. berputar.. dan FHOOM..!!
Nyuttt..!! Menggelinjanglah si Ines.. sambil aku rasakan memeknya yang berkedut-kedut tidak teratur.

“Sshhhh pakkkkk..” desisnya manja..
“Ayo Nes.. keluarin di tangan saya..”
“Iiyhaaa pak.. shhhh ahhhh..” desisnya melepas nikmat.

Aku lihat ines memejamkan mata sembari menggigit bibir.
Dan di bawah.. aku rasakan cd-nya semakin bertambah basah.

“Udah pak Adi..” katanya lemas dan puas
“Enak Nes..?”

“Enak pak.. tapi.. lebih enak kalau yang gesek bukan jarinya Pak Adi..” bisiknya nakal.
“Trus apa donk..?” Kataku berlagak bloon.

”Iniiii pakkk..!” Sambil diremasnya kontolku yang sudah ½ ngaceng.. hehe.. gemes dia..
“Eitsss nakal ya..!?” Cetusku.

Ines cuek saja dan terus meremas-remas kontolku. Duh.. enak banget rasanya.
Sisa ngaceng dengan Sinta.. plus merasakan belahan memek Ines.. membuat kontolku mengeras total.

Apalagi sekarang tangan lentik Ines dengan lincahnya meremas dengan lembut. Ahhhh.. sungguh nikmat.

Sesaat sebelum rasa enakku melayang.. tiba-tiba Pak Kajur bicara.. “Ines.. snack rapatnya tolong diambil..”
“Baik pak..” jawab Ines sigap.. sambil kemudian berbisik lirih.. “Sorry ya Pak Adi.. tugas menanti.

Ntar kita lanjutin lagi ya..” ujarnya dengan seyum tipis menggoda.
“Hhhh.. oke Nes..”

Duhhhh.. shit .. Kentang duakali nih..!! Pertama ama Sinta.. sekarang ama Ines..!!
Duuuhhhh..!!
Batinku sambil memegang kepala.
-----oOo-----

Tak berapa lama rapat pun berakhir. Setelah berhasil menurunkan birahi yang sudah sampai ubun-ubun..
aku pun berbaur dengan teman-teman yang lain.. untuk membicarakan masalah serius seputar pembelajaran.

Setelah snack rapat tandas, ruangan pun bubar.
Di pintu aku ketemu Ines sambil menggoda.. “Pamit dulu ya mbak.. inget lho utangnya..!?”
”Hah..? Utang apa pak..!?” Katanya dengan wajah bingung.
“Wah.. dah lupa nih..???”
Ines cuma bengong. Sepertinya dia emang belum .. atau nggak ‘ngeh’ apa yang kumaksudkan.

Aku meninggalkan Ines yang masih kebingungan.
Tit tit tit.. bunyi SMSdi HP ku. Segera kubuka SMS itu.. nomer yang tidak aku kenal.
Tulisan messagenya: Pak.. saya udah ketemu tempatnya. Hotel N*vo*el atau I**s pak..?

Aku berpikir sebentar, dan langsung ingat.. Oh iya.. aku kan pesen Sinta nyari tempat ya..?
Aku segera balas SMS itu: I**s aja mbak, lebih murah..

Nggak berapa lama ada SMS masuk:
Room udah Sinta booking pak. Kamar 516. Jangan lama-lama ya Bapakku sayanggggg..
Oke saya meluncur 10 menit lagi.

Tigapuluh menit kemudian, aku sudah tiba di loby hotel I**s.
Tanpa banyak bertanya aku masuk ke lift dan memencet angka 5.

TING..!! Pintu lift pun terbuka.. tepat ketika angka 5 muncul di atas pintu.
Aku ketok pintu nomer 516.. kudengar lamat-lamat suara Sinta.

“Yaaa, siapa..!??” Suara Sinta dari dalam kamar.
”Room Service..!!” Jawabku dengan suara kusamarkan.

“Saya ngga pesen apa-apa kok..!” Jawabnya sambil ngebuka pintu.
”Iihhhhh.. bapak nakal..!!” Serunya kesel.. kesel tapi senang.

“Ya.. kan room service khusus untuk Sinta.. menunya Sosis Adi..” godaku mencandainya.
“Iiihhhhh..!!” Jawabnya genit sambil mencubit lenganku.

Ketika aku masuk ke kamar hotel itu, Sinta sudah terbalut jas mandi.
“Mandi dulu yuk pak, biar seger..!” Ajaknya menggamit lenganku.
”Good idea..!!” Balasku menyambut.

Aku dengan bunyi kletek-kletek di lemari yang letaknya tepat berhadapan dengan kasur.
Aku beranjak ke lemari itu.. tapi Sinta buru-buru menarikku ke kamar mandi.

Akhirnya aku mengurungkan niat untuk membuka pintu lemari.
Lalu menuruti Sinta yang melucuti bajuku. Sinta menyisakan celana dalamku tetap melekat.

“Kalo dibuka sekarang.. Sinta ngga nahan pingin ngemut pak..”
“Haha.. ya terserah kamu aja Sint..” balasku santai.

Bathtub sudah penuh dengan air hangat. Aku mau lepas celana.. tapi Sinta melarangnya.
“Jangan pak.. masuknya pake CD aja..”

“Basah donk Sint..” sambil aku paksa buka CD ku
“Hhhhh bapak .. kan Sinta jadi pengen ngemut..!?”

“Nanti dulu ya sayang..” aku cumbu bibir Sinta lembut.. sambil menuntunnya ke bath tub.
Dia membalas cumbuanku dengan ganas..

“Owowow.. mahasiswi bapak sudah horny ternyata..!?”
“Sshhhh iya pak..” ia menjawab sembari mencucup bibir dan lidahku.

Zruuuttt.. aku tarik baju mandi Sinta.. dan tampaklah tubuh sintal perawan.. yang minggu lalu aku nikmati.
Hmmm.. tampak lebih yammy kalau dilihat begini.. pikirku.

“Sinta yang sabunin bapak dulu ya..?” Ujarku menyuruh.
“Iya pak..” katanya dengan nafas nggak beraturan.

Aku duduk dan bersender di tepi bath tub. Dan membiarkan Sinta menyabuni tubuhku.
Hhhh.. nyamannya. Jari-jemari lentiknya menjelajahi tubuhku dengan telaten.
Aku bisa menangkap suara desahan napsu dan nafas memburu Sinta.

Jarinya berhenti saat dia menyabuni selangkanganku. Dengan nafsu yang tidak bisa disembunyikan lagi..
dia urut-urut kontolku pakai sabun pelan. Matanya tampak senang sekali.

Dia urut perlahan dan semakin cepat sampe kontolku membesar.. dan ia semakin cepat mengocoknya.
Seakan nggak peduli dengan sabun yang ada di kontolku..

Tiba-tiba.. Clopp..! Dia ‘telan’ kepala kontolku dan dijilatnya perlahan.
“Ughhhhttt.. Sinnnnt..” Seketika aku mengerang nikmat.

Sinta terus mengelomoh batang kontolku.. Sluuruppps.. slerppps.. Srupuutttt..!!
Rasa ngiluku sampai ke ubun-ubun. Aku raih dada Sinta dan aku remas lembut.

Sinta tidak menolak.. justru sedotannya bertambah liar. Ughh.. aku nikmati sedotannya.
Klek klek.. lagi-lagi aku dengar bunyi seperti itu.

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd