Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

----------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------

Cerita 113 – Skandal di Rumah

Eps. 12 – Lust Everywhere [4]

“Aaaaahh..
pelan-pelan.. aahhh.. ssshhh..” kembali Lily menggeram..
ketika batang penis Ujang sepenuhnya melekat terbenam di dalam liang anusnya.

“Esstttt..!! Wuih.. lebih sempit dari memek, mantap abis Non..!!” Ujang pun mendesah penuh nikmat.
Karena terasa sekali batang penisnya bagai diremas begitu kuat di dalam lubang anus Lily.

Kini Ujang tidak tinggal diam. Dia mulai menyetubuhi wanita itu..
dengan memaju mundurkan penisnya menggesek dinding bagian dalam anus Lily.

Nah.. pada saat melakukan anal seks itulah Linda dan Darso masuk ke kamar Ujang.
Sesampainya di dalam kamar Ujang.. mereka terus menonton persetubuhan yang begitu seru antara Ujang dan Lily.

Adegan panas dan erangan Lily begitu seksi dan penuh gairah.. membuat mereka terpana.
Sambil terus disodomi oleh Ujang..
Darso lantas mendekati Lily dan tangannya langsung meremas sepasang payudara Lily yang tergantung indah itu.

Dengan begitu nafsu.. Darso meremas payudara wanita itu..
dan meraba sekujur tubuhnya yang sedang pasrah disodomi oleh Ujang.

Darso yang masih dalam keadaan bugil.. kemudian mengarahkan batang penisnya..
yang hitam.. kini kembali tegang besar dan mengeras itu ke dalam mulut mungil Lily.
Lily pun menyambut batang penis itu dan mulai menciuminya dengan penuh nafsu.

“Disepong kontol saya dong Non..!” Darso menyampaikan permintaannya.
Mendengar permintaan Darso.. Lily membuka mulutnya.. mulai memasukkan penis itu ke dalam mulutnya..
kemudian mengis batang penis Darso dengan penuh nafsu.

Permainan lidah Lily pada batang penisnya, membuat Darso mengerang penuh nikmat.
“Egghhh noonnn Liiiilllyyy eennaaakkksss sseeeekkkaaallliihhhhh..!”

Kini mulut dan liang anus Lily dipenuhi oleh dua penis hitam yang besar, tegang, keras dan panjang.
Lily sangat menikmati perlakuan Ujang dan Darso atas dirinya..
sehingga ia pasrah membiarkan tubuh bugilnya untuk dinikmati kedua jongos itu.

“Wow.. gak nyangka liar juga kamu Ly..!” Seru Linda yang menonton adegan mereka di depan pintu.
“Iyah nyah.. Non Lily gak kalah liar sama nyonya loh..” sahut Ujang terus menggenjot Lily.

“Eh kita pindah aja yuk ke ruang tengah.. mumpung lagi ga ada orang.
Ngapain di sini sumpek gini.. ranjangnya aja gak muat..!” Ajak Linda kemudian.

Mereka pun akhirnya pindah ke ruang tengah.. di mana terdapat satu set sofa empuk..
dengan hamparan karpet bulu di bawahnya.

Darso kemudian membaringkan Lily di sofa dan membuka pahanya serta menguakkan liang vaginanya dengan jari.
“Wah.. udah basah ke mana-mana gini, langsung saya coblos aja ya Bu..!?” Katanya yang diiyakan Lily dengan anggukan.

Kemudian Darso menaikkan kedua betis mulus Lily ke pundaknya..
Lalu mengarahkan batang penisnya ke liang senggama wanita itu. Slebb.. clebbb.. jlebb..!!

Lily menerima hentakan penuh nikmat dari batang penis Darso yang dengan penuh nafsu menerobos vaginanya.
Clebb-clebb-clebb-clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. creb..!!
Penis keras pria itu langsung merojok-rojok dengan lancar karena vagina Lily sudah sangat basah.

Di sofa sebelah.. Ujang sedang meremasi payudara Linda yang sedang ber-woman on top di batang penisnya.
Linda terlihat begitu ganas menaik-turunkan tubuhnya sampai Ujang nampak kelabakan.

Kedua wanita cantik itu tampak begitu pasrah menyerahkan tubuh mereka yang begitu indah..
kepada kedua jongos kampungan itu untuk disetubuhi sepuasnya.

Erangan dan desisan penuh nikmat membahana di ruang tengah itu.
Keempat orang itu terus berpacu dalam birahi berlomba-lomba mencapai puncak kenikmatan.
Sesekali mereka berganti pasangan dalam menikmati persetubuhan itu.

Di tengah persetubuhan yang liar itu.. tiba-tiba Linda teringat ia harus menelepon Pak Abdul..
untuk membeli lauk untuk makan siang.. berhubung hari ini ia sedang malas memasak.

Waktu telah menunjukkan pukul 11.40.. berarti Merry sudah bubar kelas 25 menit yang lalu.
Biasanya sih anaknya itu diberi makan snack oleh baby sitternya dulu sambil main di playground sebelum pulang.

Linda menunggu Pak Abdul mengangkat ponselnya dan berharap ia masih menunggu di sekolah..
Sehingga masih sempat menitip makanan ke sopirnya itu. “Ya.. Bu..” sahut Pak Abdul di seberang sana.
“Pak Abdul.. di mana nih..?”
“Masih di sekolah Bu.. kan Merry masih makan tuh..!”

“Oooh bagus deh.. kalau gitu pulangnya sekalian beliin lauk buat hari ini ya..!” Kata Linda.
“Abis ini saya SMS aja pesenannya supaya gak lupa Pak, oke..?”

“Baik Bu.. nnngghh.. pulang dari sini saya mampir sana dulu..” jawab Pak Abdul.
“Pak Abdul kenapa..? Kok suaranya berat..?” Tanya Linda agak heran.

“Di mobil Bu.. eeggghh.. baru bangun, tadi kan tidur di mobil..”
“Oh ya udah, gitu aja ya Pak, makasih..”

Pak Abdul memang sedang menunggu Merry yang sedang makan.. tapi ia bukan di mobil dan bukan baru bangun tidur.
Ia kini sedang berada di toilet kelas Merry.. duduk di atas wastafel mini..
yang sebenarnya diperuntukkan buat anak-anak. Dan ia tidak sendiri di sana.

Di antara kedua belah pahanya tampak seorang wanita muda berambut panjang dikuncir.. berlutut dan mengoral penisnya.
“Udah dicari ya Pak..?” Tanya wanita muda itu menghentikan sejenak oralnya.. lantas mengangkat wajah cantiknya.

Wanita itu tidak lain adalah Miss Lusi. –25 tahun..– Ia adalah salah seorang guru TK-nya Merry.
Ia masih memakai seragam guru TK-nya berupa celana panjang hitam..
dan kaos berkerah warna hijau dengan lambang sekolah di dadanya.

“Bukan.. nyonya nitip beliin makanan..” jawab pria setengah baya itu dengan santai sambil menutup ponselnya..
“Yuk Miss.. kita main cepet aja. Kasian Non Merry kalau nunggu kelamaan..”

Ia lalu menarik lengan Miss Lusi dan mendudukkan guru cantik itu di pangkuannya.
Keduanya lalu berciuman dan terlibat adu lidah yang menggairahkan.

Tangan Miss Lusi meraih penis Pak Abdul yang sudah sangat tegang dan mengocoknya lembut.
Sementara Pak Abdul mulai mengangkat kaos Miss Lusi hingga akhirnya melepaskannya.

“Katanya main cepat aja, kok nelanjangin sih..?” Protes Miss Lusi dengan nada manja.
“Soalnya Miss lebih cantik kalau gak pake apa-apa.. jadi saya juga cepet keluarnya hehehhee..!”
Sahut Pak Abdul terkekeh.

“Ah dasar si Bapak..! Yuk.. buruan..!!”
Miss Lusi mengangkat kedua lengannya membiarkan Pak Abdul meloloskan kaos itu dari badannya.

Segera setelah itu Pak Abdul langsung menaikkan bra krem yang dikenakan Miss Lusi..
Kemudian dengan rakus dipagutnya payudara berukuran sedang dengan puting kecoklatan di baliknya.

“Aaahhh.. eeennnggghh..!!” Miss Lusi berusaha menahan desahannya..
agar tidak terlalu keras sambil tangannya mengocoki penis pria itu.

Sementara itu tangan Pak Abdul yang satunya membuka ikat pinggang Miss Lusi..
disusul ritsleting celana panjangnya dengan dibantu guru cantik itu juga.

Miss Lusi menggerakkan kakinya yang ramping dan mulus itu untuk melepaskan celananya.
Setelah celana panjangnya lepas, ia turun dari pangkuan Pak Abdul dan berdiri di hadapannya.

Mula-mula ia lepaskan branya yang telah tersingkap lalu celana dalamnya..
hingga akhirnya ia telanjang bulat di depan sopir setengah baya tersebut.

Pak Abdul terpana memandangi tubuh putih mulus nan kencang Miss Lusi.
Terlihat sangat indah di depan matanya.. yang kini sudah tidak tertutup apa-apa lagi itu.

“Tuh benar kan.. Miss jadi lebih cantik kalau telanjang gini..!”
Sahutnya sambil menarik tubuh bugil Miss Lusi mendekatinya.

Vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang lebat itu dapat ia lihat dari jarak dekat.
Pria itu memulainya dengan menyibakkan bulu-bulu halus itu pelan-pelan.

"Ehh.. enak Pak.. ahh..” rintih Miss Lusi. Clupp..!
Mendengar rintihan itu Pak Abdul langsung membenamkan wajahnya ke bulu-bulu halus itu..
Kemudian segera memainkan lidahnya di sekitar bibir vagina guru TK itu.

"Ssshhhh.. ahhhhh.." Miss Lusi semakin mendesah. Dan kali ini malah meremas-remas rambut si pria..
yang sudah sebagian besar beruban sambil sesekali menggoyangkan pinggulnya karena rasa geli yang nikmat.

“Duduk sini aja Miss, lebih enak..” kata Pak Abdul turun dari meja wastafel
Mereka pun tukar posisi. Miss Lusi kini duduk di wastafel.. dan Pak Abdul berlutut di antara kedua pahanya..
meneruskan jilatan dan isapannya terhadap vagina guru cantik itu.

"Hhhhssshhh.. jangan kelamaan Pak.. mmmhh.. takutnya keburu ada yang dateng.. enak sih uuhh..”
Kata Miss Lusi mengingatkan di tengah desahannya.
“Sabar Miss.. supaya basah dulu, jadi enak masuknya..” kata Pak Abdul membuka lebih lebar paha wanita itu.

Lidah pria itu mengais-ngais liang senggama Miss Lusi makin dalam.. bibir vagina.. dinding di dalamnya..
serta klitorisnya yang sensitif tidak luput dari sapuan lidah yang panas itu.

Sambil menjilat tangannya yang kasar itu juga aktif meremasi payudara guru cantik itu.
"Aaahh Pak.. masukin sekarang aja yah.. saya udah ngga tahan lagi..” pinta Miss Lusi lirih.
"Oke deh.. yuk naik sini Miss..!” Pak Abdul duduk di lantai dan menarik tubuh Miss Lusi ke arahnya.

Di toilet yang ukuran alat-alat di dalamnya untuk anak TK itu..
memang paling memungkinkan untuk gaya duduk ya di lantai.
Untungnya lantainya kering dan bersih, namanya juga sekolah nasional plus, tentunya terjaga soal kebersihannya.

Miss Lusi meraih penis Pak Abdul yang sudah sangat keras itu..
Kemudian mengarahkannya ke vaginanya yang sudah basah kuyup itu.

Slebb.. Clebb..!! Blessepp..!! "Ehh.. aaahhh.. keras banget Pak.. mmmhh..” erangnya.
Tubuh Miss Lusi makin turun.. sehingga penis pria itu pun semakin terbenam di vaginanya.

Pak Abdul tidak bersikap pasif. Ia juga menekan penisnya ke atas pelan-pelan..
sambil mencium payudara Miss Lusi dan tangan kanannya meremas-remas halus payudaranya.

"Ehmmm.. enak Miss.. terus tekan lagi.. sam..pai masuk semua.. ohhhh..” Pak Abdul melenguh tak karuan..
karena batang penisnya serasa diremas hingga akhirnya mentok di dinding rahim guru cantik itu.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Miss Lusi mulai menggoyangkan tubuhnya naik-turun di pangkuan Pak Abdul.
Makin lama tusukannya makin dalam dan semakin cepat frekuensinya.

Bunyi decakan terdengar karena gerakan Pak Abdul diikuti oleh gerakan naik-turun Miss Lusi.
Mulut Pak Abdul tak henti-hentinya mengenyoti payudara Miss Lusi yang menggemaskan itu.

Remasan dan lumatan yang ia berikan pada kedua payudara itu membuat Miss Lusi menggelinjang tak karuan.
“Ehmmm.. erghh..!!” Desah Miss Lusi tak karuan sembari berusaha menutup mulutnya..
agar tak mengeluarkan suara desahan lagi.. namun gagal juga..

Apalagi saat pria itu menyentakkan tubuhnya ke atas.. sehingga sodokan itu benar-benar terasa.
Guru cantik itu menggelinjang ke kiri dan ke kanan tak karuan sembari terus mendesah.
“Arhhh.. akhh.. terus.. Pak, sodok yang kuat..” katanya di sela desahannya.

Kurang dari sepuluh menit kemudian.. Miss Lusi mengerang agak keras dan memeluk pria itu erat-erat.
Dia akhirnya mencapai puncak kenikmatannya.
“Akhh.. saya keluar Pak.. Ekhhh.. ahhh..” erangannya ketika orgasme melanda tubuhnya.

Tanpa melepas penisnya dari vagina Miss Lusi, Pak Abdul menurunkan wanita itu dari pangkuannya dan berlutut di lantai.
Miss Lusi menyandarkan punggungnya pada wastafel mini di belakangnya.. sehingga posisinya setengah terduduk di lantai.

Crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb..!! Posisi ini memungkinkan Pak Abdul menggenjot lebih cepat..
Selain itu juga diperlancar oleh lelehan lahar cinta yang luar dari vagina Miss Lusi.

Pria itu terus meningkatkan kecepatan sodokan penisnya.. sampai beberapa saat kemudian ia menarik lepas penisnya..
Hingga sempat bergesekan cepat dengan klitoris Miss Lusi yang membuat wanita itu menggelinjang hebat.

Diiringi lenguhan pria itu.. crott.. crott.. crott.. crott..!! Keluarlah cairan putih kental dan hangat.
Menyemprot deras beberapakali dari ujung penisnya yang bersunat.. membasahi perut dan dada Miss Lusi.

“Mantep banget hari ini, gimana..? Puas gak Miss..?” Tanya Pak Abdul pada Miss Lusi..
sambil mencabut penisnya yang sudah belepotan cairan kewanitaan dan sperma itu.
Miss Lusi hanya tersenyum dengan kepuasan dengan sebersit rasa malu. Ia tidak mau menjawab karena gengsi.

“Udah.. cepet beres-beres Pak. Kalau ada yang masuk kelas, berabe nih..!”
Suruhnya sambil meraih celana panjang pria itu dari atas meja wastafel dan melemparkan pelan padanya

“Eee.. dikit lagi Miss, bersihin dulu dong ya..!?” Kata Pak Abdul sambil mendorong lembut kepalanya..
Ya.. ke arah penisnya yang sudah mulai lemas. Guru cantik itu rupanya mengerti apa mau pria itu.
Ia tersenyum nakal dan mulutnya pun membuka lalu memasukkan penis yang basah itu ke dalam mulutnya.

"Ughhhh..!!" Pak Abdul mengerang meniikmati isapan dan sapuan lidah Miss Lusi pada penis dan ujungnya.
Hingga akhirnya batang penis itu bersih dari sperma dan berkilat karena ludahnya.

“Saya keluar duluan ya. Kalau aman saya ketok pintu ini supaya Bapak bisa keluar..”
Kata Miss Lusi.. usai memakai kembali pakaiannya dan merapikan rambutnya.

Kira-kira semenit kemudian pintu toilet diketuk dari luar.. Pak Abdul pun keluar dari persembunyiannya.
Sebelum keluar dari kelas.. Pak Abdul masih menyempatkan diri meremas pantat Miss Lusi.

“Ihhh.. Bapak. Sana.. cepet pergi.. kasian Merry nunggu tuh..!”
Guru cantik itu menepis tangan Pak Abdul yang cengengesan.
Dengan perasaan puas Pak Abdul lantas melangkah keluar dari gedung sekolah elite itu.

Di playground masih nampak beberapa anak dengan orangtua atau babysitter mereka.
Ada yang masih menunggu jemputan.. ada yang masih diberi makan oleh babbysitter atau orangtua mereka.
Juga ada yang masih menunggu kakak mereka di SD yang bubaran sekitar setengah jam lagi.

“Udah Nah..? Gimana Non..? Pulang sekarang..?” Tanya Pak Abdul sambil menghampiri Linah..
si babysitter yang sedang menyuapi roti pada Merry yang sedang asyik main jungkat-jungkit dengan seorang temannya.

“Belum.. ini dikit lagi. Ayo Mer, di mobil aja..!” Kata Linah menarik tangan Merry hendak mengajaknya pergi.
“Ga mau.. abisin aja dulu rotinya..!” Protes anak itu dengan gayanya yang lucu.

“Ya udah.. kalau gitu makannya cepet..! Biar cepet pulang..” Linah menyuapinya lagi roti yang tinggal setengah itu.
‘Iya deh.. Bapak tunggu.. tapi cepet ya makannya Non. Mama udah tunggu tuh.. suruh beli makan dulu lagi..”
Kata Pak Abdul dengan sabar.

“Siang Pak Abdul.. lagi nunggu nih..?” Sapa seseorang dari belakang sopir itu.
“Eh.. Bu, udah berapa hari ini ga keliatan, belum pulang nih..?”
Pak Abdul balas menyapa pada seorang wanita cantik yang tengah duduk di bangku batu dekat situ.

“Iya kan lagi tunggu kokonya.. setengah jam lagilah..”
Jawab wanita itu sambil memasukkan kembali Ipadnya ke tas jinjing.

Wanita ini bernama Imelda.. berusia 29 tahun. Ibu muda yang cantik yang anaknya juga teman sekelas Merry.
Hari itu ia tampil menawan.. dengan gaun terusan ungu bermotif yang bawahannya agak pendek..
Sehingga memamerkan pahanya yang jenjang dan mulus.

Ia sedang menunggu anak sulungnya bubaran SD.
Di dekatnya nampak anaknya yang teman sekelas Merry sedang main pasir ditemani baby sitternya.

“Wah.. banyak amat kadonya Bu..!” Sapa Pak Abdul memperhatikan dua kantong besar berisi kado.
“Iya kan kemaren ulang tahun si Darren, ini balesan dari temen-temennya nih tadi..” jawab Imelda.

“Mau saya bantu taro di mobil Bu..? Sekalian saya mau ke parkiran juga nunggu di mobil..?” Tawar Pak Abdul.
“Hhhmm.. boleh. Ayo..!” Imelda mengiyakan setelah berpikir sebentar..

“Sus.. saya ke mobil sebentar ya.. taro kado. Darren.. mama ke mobil dulu ya.. tunggu di sini aja ya..!?”
Pesannya pada mereka.. sambil beranjak dari bangku.

“Nah.. saya ke parkiran dulu bawa mobil ke deket sini.. sekalian bantuin bawa barang.
Jadi kalau udah cari aja mobilnya deket sini..” kata Pak Abdul pada Linah.

Setelah itu ia pun mengikuti Imelda dengan menenteng dua kantong besar berisi kado itu..
menuju ke lapangan parkir di samping sekolah.

“Bu Linda baik-baik Pak..? Udah lama ga keliatan..?” Tanya Imelda
“Baik kok.. sekarang emang agak sibuk, kan lagi mau buka butik. Sering bolak-balik mall sama kantor bapak..”

Jawab Pak Abdul sambil terus memperhatikan tubuh indah Imelda dari belakang.
“Ooohh.. hebat.. baru tau saya..!” Mereka ngobrol ringan sambil berjalan ke tempat parkir.

Sekolah ini memiliki dua lapangan parkir sebelah barat untuk anak TK..
Dan sebelah timur yang lebih besar untuk SD sampai SMP.
Sekolah ini memang relatif baru.. sehingga baru terisi sampai jenjang SMP.

Pada jam-jam setelah bubar TK seperti sekarang, parkir barat sudah agak sepi..
Dan hanya tersisa beberapa mobil yang tak lama lagi juga akan pergi.

Lapangan parkir itu sendiri berupa adalah tanah kosong yang ditimbun oleh batu dan pasir..
Serta dikelilingi oleh pagar berkanopi. Mobil Imelda adalah Kijang Avanza berwarna putih..
Terparkir di sudut dekat tembok.. selain itu tinggal empat mobil lagi di sana.

“Nah, masukin sini aja Pak..” kata Imelda membukakan bagasi. Pak Abdul menaruh kedua kantong itu di bagasi..
Namun ketika Imelda hendak menutup kembali bagasi mobilnya, pria itu mencegahnya.

“Eh tunggu dulu Bu..” katanya sambil menyibak rok wanita cantik itu dan meraba pahanya.
“Iihh Bapak.. apaan sih..!?” Balas Imelda seraya menepis tangan pria itu.

“Bentar aja Bu.. tempo hari waktu di toilet itu kan tanggung gara-gara ada orang dateng.
Mumpung sepi nih Bu, yah..?” Pak Abdul mendekap tubuh Imelda dan berusaha memagut bibirnya.

“Iya Pak.. tapi masa’ di sini sih..!?” Imelda memalingkan wajah.. berusaha menghindari mulut pria itu.
“Jangan gila ah Pak.. lepasin..!” Tangannya mendorong-dorong dada Pak Abdul.

“Eeemmhhh.. mm..” Pak Abdul akhirnya berhasil memagut bibir Imelda.
Lidah kasapnya menjilati bibirnya yang langsung membuka sebentar saja.
Imelda semakin tak berdaya menghadapi sapuan-sapuan lidah pria itu di rongga mulutnya.

Seketika gairahnya semakin terpicu.. apalagi tangan pria itu juga telah mulai bermain mengusap-usap paha..
Lalu pantatnya ia remas-remas..
kemudian dengan lembut mengusap-usap bukit kemaluannya dari luar celana dalam.

Imelda hanya bisa mendesah lemah dan mulai merasakan rangsangan yang demikian kuat.
Jelas ini bukan pertamakalinya mereka melakukan hal itu.

Bagi Imelda yang hubungan dengan suaminya makin dingin saja.. seks terlarang seperti ini adalah pelampiasan.
Karena suaminya sendiri hampir tidak pernah menyentuhnya lagi.

”Mmmm.. Ibu hadap sini yah..?” Kata Pak Abdul melepas ciumannya lalu menghadapkan tubuh Imelda ke arah bagasi..
sehingga dapat melihat ke gerbang melalui jendela mobilnya..

“Kalo ada orang bilang ya Bu..” Bisiknya sambil memeluk Imelda dari belakang.
Imelda mengangguk sambil tangannya kini bertumpu pada pintu bagasi..
Sementara matanya menatap ke depan.. mengawasi kalau-kalau ada yang datang.

Aktivitas mereka tidak terlihat dari depan karena tertutup mobil ini..
Sedangkan kiri mereka ada sebuah sedan Honda City dan kanan kosong.

Kini jari-jari Pak Abdul mulai mengelus celana dalam Imelda.. searah dengan belahan vaginanya..
Yang tercetak di celana dalamnya yang mulai basah.. Nafas mereka pun menjadi cepat dan berat dilanda birahi..

”Eeecchh.. Pak..!” Desah Imelda pelan ketika jari pria itu menyelinap ke dalam celana dalamnya dan mengelusi vaginanya.
Pak Abdul memeluk wanita itu dari belakang sambil menciumi telinga dan tenguknya.

Tangannya dengan leluasa menggenggam payudara Imelda dari balik pakaiannya.
Dua kancing atas Imelda dibuka oleh pria itu lalu tangannya menyelinap dari atas bra.

Seluruh payudara kiri Imelda kini dalam genggaman tangan kasar Pak Abdul yang mengelus dan meremasnya.
”Ssss.. aaah..” Desah Imelda mendongakkan kepala dan sedikit memejamkan mata ketika pria itu memilin putingnya.

Di bawah sana.. Pak Abdul semakin menempelkan bagian bawah tubuhnya ke bokong Imelda..
Sehingga penisnya yang masih di dalam celana dapat merasakan kekenyalannyai.

Sleckk.. sleck.. sleck.. sleck..!! Digesek-gesekkannya penis tersebut ke pantat Imelda.
Dengan refleks Imelda juga menyambut gesekan penis pria itu dengan sedikit menunggingkan pantatnya ke belakang..

Sehingga belahan pantatnya menempel dan menggesek lebih kuat dengan penis pria itu.
Ia semakin mendongak dan menggeliat merasakan kenikmatan seks di tempat berbahaya ini.

Nafas Pak Abdul juga semakin terengah-ngah saking nafsunya.. tangannya satu semakin liar..
Meremas payudara serta puting Imelda.. sedangkan tangan satunya berusaha menurunkan celana dalam wanita itu.

Imelda merasakan angin menerpa kemaluan dan pantatnya.. karena celana dalamnya kini sudah melorot hingga lutut.
Ia juga dapat merasakan ada benda keras dan hangat menempel erat di belahan pantatnya.

Ternyata pria setengah baya itu sudah membuka ritsleting celananya dan mengeluarkan penisnya.
Pak Abdul menaik-turunkan pinggulnya.. sehingga penisnya bergesekan dengan pantat dan vagina Imelda.
Secara naluri Imelda pun menyambutnya dengan menggerakkan pinggulnya.

Sambil sesekali mengintip lewat jendela mobil mengawasi keadaan.. gerakan dan geliat Imelda semakin liar..
Menyambut gesekan penis Pak Abdul yang kini sudah siap memasuki vaginanya yang sudah sangat becek itu.
Sensasi yang mereka rasakan sungguh luar biasa.. karena disertai dengan perasaan waswas kalo ada orang datang.

“Aaaaaacchhh..!!” Erang Imelda sambil menggigit bibir agar tidak terlalu keras..
ketika merasakan kepala penis pria itu menyeruak masuk dan membelah lipatan bibir vaginanya.

Segera setelahnya.. Pak Abdul mulai menyodok-nyodokkan batang kemaluannya di dalam vagina Imelda..
yang langsung juga memberikan respon berupa remasan lembut pada penisnya.

“Bu.. memeknya mantep banget.. padahal udah dipake melahirkan..” Puji pria itu dekat telinga Imelda..
yang membuat wanita cantik itu mukanya makin bersemu merah.
Matanya merem-melek keenakan.. dan hampir tidak peduli lagi dengan tugasnya mengawasi keadaan di depan.

Imelda semakin menunggingkan pantatnya ke belakang.. agar tusukan penis pria itu makin terasa dalam vaginanya.
”Aaaeecchhh.. aaahhhh..!” Desah Imelda panjang. Gerakannya makin tak terkendali..
Karena sudah tidak sanggup lagi menahan gelora birahi yang segera menggelegar.

Pak Abdul yang cukup mengerti situasi segera memutar wajah ibu muda itu ke belakang.. kemudian memagut bibirnya.
Dengan demikian erangan itu teredam dan tidak memancing perhatian.

“Akhhh.. udah mau Pak.. cepetan..” desah Imelda lirih. Pak Abdul meresponnya dengan mempercepat gerakan pompaannya..
Dan sambil meremas payudaranya dengan mesra lalu menusukkan sebuah tusukan tunggal namun dalam..

Jleghhh..!! Hentakan itu sontak membuat tubuh wanita itu tersentak. ”Aaaaacccchhhhh..!!”
Dengan gerakan pinggul yang liar dan desahan panjang.. seluruh tubuh Imelda bergetar merasakan orgasme yang dahsyat

Cruph..! Kembali Pak Abdul memagut mulutnya..
sehingga desahan orgasme Imelda pun teredam dalam cumbuan penuh birahi itu.
“Uuuhhhh..!” Pak Abdul melenguh menyambut orgasme. Crott.. crott.. crtt..crott..crott..!!

Entah berapakali batang penisnya menyemburkan sperma di dalam vagina Imelda..
Hingga bercampur dengan cairan hasil orgasmenya. Pak Abdul merasakan batang penisnya hangat..
Dan seperti dicengkeram erat oleh dinding liang vagina Imelda.

Ia memeluk erat tubuh Imelda yang bergetar. Dicengkeramnya kedua payudara itu..
Sambil terus menyemprotkan sisa-sisa spermanya hingga penisnya menyusut lemas.

Mereka diam beberapa saat sambil mengatur nafas masing-masing.
Selama kurang lebih sepuluh menit bersetubuh kilat itu untungnya belum ada siapa pun yang masuk tempat parkir itu.

”Fiuhhh..!!” Desah Pak Abdul.. lalu menarik lepas penisnya dari lepitan daging vagina Imelda.
Imelda menjatuhkan diri hingga terduduk lemas di pinggir bagasi yang luas itu.

"Asyik ya Bu..?” Tanya Pak Abdul.
"Bapak ini.. gila juga ya.. kalau kepergok gimana coba..?" Protesnya dengan nada manja.

"Ehmm.. omong-omong kontol Bapak kaya tambah gede aja deh..” kata Imelda lagi sambil tersenyum.
Ia mulai merapikan bra-nya dan mengancingkan kembali bagian atas pakaiannya yang terbuka.

“Ntar-ntar kalau ada waktu masih mau kan Bu..?” Tanya pria itu lagi berharap.
“Hihi.. kita liat aja nanti..” Imelda kembali mengenakan celana dalamnya.
“Yuk Pak.. anter saya ke bawah..!”

Setelah itu Pak Abdul mengeluarkan mobil dan mengantar Imelda ke depan gerbang TK.
Di sana Linah dan Merry keluar dari gerbang setelah melihat mobil itu mendekat.

“Merry bye-bye ya..!” Kata Imelda setelah turun dari mobil.
“Bye-bye tante..!” Balas Merry dengan gayanya yang imut.

Setengah jam kemudian mereka setelah membeli lauk pesanan Linda mereka pun akhirnya tiba di rumah.
Saat itu Linda sedang mengantarkan Lily yang hendak pulang dari situ ke mobilnya.

“Hei Merry.. baru pulang sekolah ya..?”
Lily langsung menghampiri anak itu begitu melihatnya turun dari mobil.

“Iyah.. Kukuh Lily main..?” Tanya Merry.
“Iya tadi main di sini.. tapi sekarang mau pulang. Yuk .. Merry mau ikut..!?” Katanya bercanda.

Setelah main-main sejenak dengan keponakannya.. Lily pun menaiki mobilnya.
Mengenakan kacamata hitamnya dan meninggalkan Linda yang menggendong Merry dan melambai padanya.

Mengenai ada apa sebenarnya yang terjadi di sekolah Merry..
sampai sopir seperti Pak Abdul bisa berhubungan dengan guru dan ibu muda di sana..
Hmm.. akan diceritakan di episode lainnya agar tidak kepanjangan. FIN
----------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------

End of Cerita 113..

Sampai Jumpa di Lain Cerita .. Adios.. :bye:
 
:mindik: .. melaM dooG
eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Episode Final Cerita 113..
Sialkan dikenyot.. nyott.. :nenen:
 
---------------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------------

Cerita 114 – Risiko Profesi..!!

Kisah Kedua –
Dokter Jaga

“San..
hei aku jaga nich malam ini.. elu jangan kirim pasien yang aneh-aneh ya. Aku mau bobo..”
Begitu pesanku ketika terdengar telepon di ujung sana diangkat.

"Udah makan belum..?” Suara merdu di seberang sana menyahut.
"Cie.. illee.. perhatian nich..!” Aku menyambung dan..
"Bodo ach..” Lalu terdengar tuutt.. tuutt.. tuut.. rupanya telepon di sana sudah ditutup.

Malam ini aku dapat giliran jaga di bangsal bedah..
Sedangkan di UGD alias Unit Gawat Darurat ada dokter Sandra yang jaga.

Nah.. UGD kalau sudah malam begini jadi pintu gerbang.. jadi seluruh pasien akan masuk via UGD..
nanti baru dibagi-bagi atau diputuskan oleh dokter jaga akan dikirim ke bagian mana para pasien yang perlu dirawat itu.
Syukur-syukur sih bisa ditangani langsung di UGD.. jadi tidak perlu merepotkan dokter bangsal.

Dokter Sandra sendiri harus aku akui dia cukup terampil dan pandai juga.. masih sangat muda.. sekitar 28 tahun.
Cantik menurutku. Tidak terlalu tinggi.. sekitar 165 cm dengan bodi sedang ideal.. kulitnya putih dengan rambut sebahu.

Sifatnya cukup pendiam.. kalau bicara tenang.. seakan memberikan kesan sabar.
Tapi yang sering rekan sejawat jumpai yaitu ketus dan judes.. apalagi kalau lagi moodnya sedang jelek sekali.

Celakanya.. yang sering ditunjukkan, ya seperti itu. Gara-gara itu barangkali, sampai sekarang dia masih singel.
Cuma dengar-dengar saja..
belakangan ini dia lagi punya hubungan khusus dengan dokter Anton.. tapi aku juga tidak pasti.

Kira-kira jam 2 pagi.. kamar jagaku diketuk dengan cukup keras juga.
"Siapa..?” Tanyaku masih agak malas untuk bangun.. sepet benar nih mata.

"Dok.. ditunggu di UGD ada pasien konsul..!” Suara di balik pintu itu menyahut.. oh suster Lena rupanya.
"Ya..!” Sahutku sejurus kemudian.

Sampe di UGD kulihat ada beberapa pria di dalam ruang UGD.
Dan sayup-sayup terdengar suara rintihan halus dari ranjang periksa di ujung sana.

Sempat kulihat sepintas seorang pria tergeletak di sana..
tapi belum sempat kulihat lebih jelas ketika dokter Sandra menyongsongku..

"Fran, pasien ini jari telunjuk kanannya masuk ke mesin.. parah.. baru setengah jam sih. Tensi oke..
Menurutku sih amputasi.. –dipotong.. gitu maksudnya..– Gimana menurut elu..?”
Demikian resume singkat yang diberikan olehnya.

"San.. elu makin cantik aja..!” Pujiku sebelum meraih status pasien yang diberikannya padaku.
Dan ketika aku berjalan menuju ke tempat pasien itu.. sebuah cubitan keras mampir di pinggangku..
Sambil dokter Sandra mengiringi langkahku.. sehingga tidak terlalu lihat apa yang dia lakukan.
Wuihhh..!! Sakit juga nih. Hehehe..

Saat kulihat, pasien itu memang parah sekali.. boleh dibilang hampir putus.
Dan yang tertinggal cuma sedikit daging dan kulit saja.
"Dok.. tolong dok.. jangan dipotong..” pintanya kepadaku memelas.

Akhirnya aku panggil itu si Om gendut.. bosnya barangkali dan seorang rekan kerjanya untuk mendekat.
Kemudian aku berikan pengertian ke mereka semua.

"Siapa nama Bapak..?” Begitu aku memulai percakapan.. sambil melirik ke status untuk memastikan..
Bahwa status yang kupegang memang punya pasien ini. "Praptono..” sahutnya lemah.

"Begini Pak Prap.. saya mengerti keadaan Bapak dan saya akan berusaha untuk mempertahankan jari Bapak..
Namun hal ini tidak mungkin dilakukan. Karena yang tersisa hanya sedikit daging dan kulit saja..
sehingga tidak ada lagi pembuluh darah yang mengalir sampai ke ujung jari.." jelasku perlahan

"Bila saya jahit dan sambungkan.. itu hanya untuk sementara mungkin sekitar 2 - 4 hari.
Setelah itu jari ini akan membusuk.. dan mau tidak mau pada akhirnya harus dibuang juga.. jadi dikerjakan 2 kali.
Kalau sekarang kita lakukan.. hanya butuh 1 kali pengerjaan dengan hasil akhir yang lebih baik.." tambahku.

"Saya akan berusaha untuk seminimal mungkin membuang jaringannya..
dan pada penyembuhannya nanti diharapkan lebih cepat.. karena lukanya rapi dan tidak compang-camping seperti ini..”
Begitu penjelasan aku pada mereka.

Kira-kira seperempat jam kubutuhkan waktu untuk meyakinkan mereka akan tindakan yang akan kita lakukan.
Setelah semuanya oke.. aku minta dokter Sandra untuk menyiapkan dokumennya..

Termasuk Surat Persetujuan Tindakan Medik dan pengurusan untuk rawat inapnya..
Sementara aku siapkan peralatannya dibantu oleh suster-suster dinas di UGD.

"San, elu mau jadi operatornya..?” Tanyaku setelah semuanya siap.
"Ehm.. aku jadi asisten elu aja deh..” jawabnya setelah terdiam sejenak.

Entah kenapa ruangan UGD ini walaupun ber-AC tetap saja aku merasa panas..
sehingga butir-butir keringat yang sebesar jagung bercucuran keluar..
terutama dari dahi dan hidung yang mengalir hingga ke leher saat aku kerja itu.

Untung Sandra mengamati hal ini..
Dan sebagai asisten dia cepat tanggap dan berulangkali dia menyeka keringatku.
Huh.. aku suka sekali waktu dia menyeka keringatku.

Soalnya wajahku dan wajahnya begitu dekat..
sehingga aku juga bisa mencium wangi tubuhnya yang begitu menggoda.

Lebih-lebih rambutnya yang sebahu dia gelung ke atas..
Sehingga tampak lehernya yang putih berjenjang dan tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Ahhhh..!! Benar-benar menggoda iman dan harapan. Hehehe..
-------ooOoo-------

Setengah jam kemudian selesai sudah tugasku.
Tinggal jahit untuk menutup luka yang kuserahkan pada dokter Sandra.

Setelah itu kulepaskan sarung tangan sedikit terburu-buru..
Terus cuci tangan di wastafel yang ada.. kemudian segera masuk ke kamar jaga UGD untuk pipis.

Ini yang membuat aku tidak tahan dari tadi ingin pipis. Daripada aku mesti lari ke bangsal bedah yang cukup jauh..
atau keluar UGD di ujung lorong sana juga ada toilet..
lebih baik aku pilih di kamar dokter jaga UGD ini.. lagipula rasanya lebih bersih.

Saat kubuka pintu toilet.. –hendak keluar toilet..– "Ooopss..!"
"Kyyyaaaa..!!" Terdengar jeritan kecil halus.
Dan kulihat dokter Sandra masih sibuk berusaha menutupi tubuh bagian atasnya dengan kaos yang dipegangnya.

"Ngapain lu di sini..?” Tanyanya ketus.
"Aku habis pipis nih.. elu juga kok nggak periksa-periksa dulu. Terus ngapain elu buka baju..?”Tanyaku balik..
Tak mau disalahkan begitu saja.

"Ya, udah.. keluar sana..” suaranya sudah lebih lembut.. seraya bergerak ke balik pintu.
Biar tidak kelihatan dari luar saat kubuka pintu nanti.

Ketika aku sampai di pintu.. kulihat dokter Sandra tertunduk dan .. ya ampun..!!
Pundaknya yang putih halus terlihat sampai dengan ke pangkal lengannya.
"San, pundak elu bagus..” bisikku dekat telinganya.. sontak semburat merah muda segera menjalar di wajahnya.

Dan ia masih tertunduk yang menimbulkan keberanianku untuk mengecup pundaknya perlahan.
Ia tetap terdiam.. segera kulanjutkan dengan menjilat sepanjang pundaknya hingga ke pangkal leher dekat tengkuknya.
Kupegang lengannya..

Sempat tersentuh kaos yang dipegangnya untuk menutupi bagian depan tubuhnya dan terasa agak lembab.
Rupanya itu alasannya dia membuka kaosnya untuk menggantinya dengan yang baru.
Berkeringat juga rupanya tadi.

Perlahan kubalikkan tubuhnya dan segera tampak punggungnya yang putih mulus.. halus.
Kurengkuh tubuhnya.. dan kembali lidahku bermain lincah di pundak.. punggungnya hingga ke tengkuknya..
yang ditumbuhi bulu-bulu halus.. perlahan kusapu dengan lidahku yang basah.

"Aaacch.. ach.." desahnya yang pertama.. kemudian disusul dengan jeritan kecil tertahan dilontarkannya..
ketika kugigiti urat lehernya dengan gemas dan tubuhnya sedikit mengejang kaku.

Kuraba pangkal lengannya hingga ke siku.. dan dengan sedikit tekanan kuusahakan untuk meluruskannya sikunya..
yang secara otomatis menarik kaos yang dipegangnya ikut turun ke bawah dan dari belakang pundaknya itu.

Kulihat dua buah gundukan bukit yang tidak terlalu besar tapi sangat menantang.
Dan pada bukit yang sebelah kanan tampak tonjolannya yang masih berwarna merah dadu..
sedangkan yang sebelah kiri tak terlihat.

Kusedot kembali urat lehernya membuat ia menjerit tertahan.. "Aach.. ach..!! Ssshh.. hhhh..!!”
Tubuhnya pun kurasakan semakin lemas.. oleh karenanya semakin berat aku menahannya.

Dengan tetap dalam dekapan.. kubimbing dokter Sandra menuju ke ranjang yang ada..
Kemudian perlahan kurebahkan tubuhnya di sana.

Matanya masih terpejam dengan guratan nikmat terhias di senyum tipisnya..
Dan secara refleks tangannya bergerak menutupi buah dadanya.

Kubaringkan tubuhku sendiri di sampingnya.. dengan tangan kiri menyangga beban tubuh..
Sedangkan tangan kanan mengusap lembut alis matanya.. terus turun ke pangkal hidung.. mengitari bibir.
Terus turun ke bawah dagu.. dan berakhir di ujung liang telinganya.

Senyum tipis terus menghias wajahnya.. dan berakhir dengan desahan halus disertai terbukanya bibir ranum itu.
"Ssshh.. acchh..!" Cuph..!
Kusentuhkan bibirku sendiri ke bibirnya. Dan segera kami saling berpagutan penuh nafsu.

Kuteroboskan lidahku memasuki mulut dan mencari lidahnya.. untuk saling bergesekan.
Kemudian kugesekkan lidahku ke langit-langit mulutnya..
sementara tangan kananku kembali menelusuri lekuk wajahnya.. leher dan terus turun menyusuri lembah bukit.

Perlahan kudorong tangan kanannya ke bawah.. kemudian kukitari putingnya yang menonjol itu.
Lima sampai tujuhkali putaran dan putingnya semakin mengeras. Kulepaskan ciumanku dan kualihkan ke dagunya.

Sandra merespons dengan mengangkat nahunya.. memberikan leher bagian depannya.
Dan segera kusapu lehernya dengan lidahku.. terus turun dan menyusuri tulang dadanya..

Kemudian dengan perlahan kutarik tangannya yang kiri yang masih menutupi bukitnya.
Tampak kini dengan jelas kedua puting susunya masih berwarna merah dadu..

Tapi yang kiri masih tenggelam dalam gundukan bukit.
Feeling-ku.. belum pernah ada yang menyentuh itu sebelumnya.

Slrupp..! Kujilat tepat di area puting kirinya yang masih terpendam malu itu.
Entah pada jilatan yang kelima atau keenam.. aku lupa.. puting itu mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu.

Clrupp..!! Dan segera kutangkap dengan lidah.. lalu kutekankan di gigi bagian atasku.
"Achh.. achh.. achh.. Ochhhh..!!" Suara desisnya semakin menjadi.
Dan kali ini tangannya juga mulai aktif memberikan perlawanan.. dengan mengusap rambut dan punggungku.

Sambil terus memainkan kedua buah payudaranya.. tanganku mulai menjelajah area yang baru..
Turun ke bawah melalui jalur tengah.. terus dan terus menembus batas atas celana panjangnya.

Sedikit tekanan.. dan kembali meluncur ke bawah.. menerobos karet celana dalamnya.
Perlahan turun sedikit.. dan segera tersentuh bulu-bulu yang sedikit lebih kasar.

"Eeehhm.. ech.." tidak diteruskan.. tapi bergerak kembali..
Naik menyusuri lipatan celana panjangnya.. lalu sampai pada area pinggulnya.

Segera kutekan dengan agak keras dan mantap.. "Ach..!!" Pekiknya kecil pendek..
Seraya bergerak sedikit liar dan mengangkat pantat dan pinggulnya.

Segera kutekan kembali lagi pinggul ini.. tapi kali ini kulakukan keduanya kanan dan kiri.. dan..
"Fran..! Uugh..!!" Teriaknya tertahan. Aku kaget juga.. Itu kan artinya Sandra sadar siapa yang mencumbunya..
Dan itu juga berarti dia memang memberikan ‘kesempatan’ itu untukku.

Matanya masih terpejam.. hanya-hanya kadang terbuka. Kutarik ritstleting celananya dan kutarik celana itu turun.
Mudah .. oleh karena Sandra memang menginginkannya juga.. sehingga gerakan yang dilakukannya sangat membantu.

Wuihh..!! Tungkainya sangat proporsional. Kencang.. putih mulus.. tentu dia merawatnya dengan baik.
Juga oleh karena dia juga kan berasal dari keluarga kaya. Kalau tidak salah bapaknya salahsatu pejabat tinggi di bea cukai.

Kuraba paha bagian dalamnya.. turun ke bawah betis.. terus turun hingga punggung kaki.
Secara tak terduga.. Sandra meronta dan terduduk.. dengan nafas memburu dan tersengal-sengal..

"Fran.." desisnya tertelan oleh nafasnya yang masih memburu.
Kemudian ia mulai membuka kancing bajuku sedikit tergesa.. segera kubantu..

Lalu ia mulai mengecup dadaku yang lumayan bidang..
Seraya tangannya bergerak aktif menarik ritsleting celanaku dan menariknya lepas.

Langsung saja aku berdiri dan melepaskan seluruh bajuku.. dan kuterjang Sandra.
Sehingga ia rebah kembali dan kujilat mulai dari perutnya.
Sementara tangannya ikut mengimbangi dengan mengusap rambutku.

Ketika aku sampai di selangkangannya.. kulihat ia memakai celana berwarna dadu..
dan terlihat belahan tengahnya yang sedikit cekung.. sementara pinggirnya menonjol keluar..
mirip pematang sawah dan ada sedikit noda basah di tengahnya.. tidak terlalu luas.
Hmm.. sda sedikit bulu hitam yang mengintip keluar dari balik celananya.

Kurapatkan tungkainya.. lalu kutarik celana dalamnya..
Lalu kembali kurentangkan kakinya.. seraya aku juga melepas celanaku.

Kini kami sama berbugil. Erghhhh..!! Batang kemaluanku tegang sekali.. dan cukup besar untuk ukuranku.
Sementara Sandra sudah mengangkang lebar.. tapi labia mayoranya masih tertutup rapat.

Kucoba membukanya dengan jari-jari tangan kiriku..
hingga kini tampak sebuah lubang kecil sebesar kancing di tengahnya..
Diliputi oleh semacam daging yang berwarna pucat.

Demikian juga dindingnya.. tampak berwarna pucat.. walau lebih merah dibandingkan dengan bagian tengahnya.
Gila.. rupanya masih perawan..!!

Tak lama kulihat segera keluar cairan bening yang mengalir dari lubang itu..
Oleh karena sudah tidak ada lagi hambatan mekanik yang menghalanginya untuk keluar membanjir..
disertai aromanya yang khas makin terasa tajam.

Baru saat itu kujulurkan lidahku untuk mengusapnya perlahan dengan sedikit tekanan.
"Eehh.. ach.. ach.. ehh..” desahnya berkepanjangan.

Sementara lidahku mencoba untuk membersihkannya namun banjir itu datang tak tertahankan.
Aku kembali naik dan menindih tubuh Sandra.. sementara kemaluanku menempel di selangkangannya.

Aku sudah tidak tahan lagi. Kemudian aku mulai meremas payudara kanannya yang kenyal itu..
dengan kekuatan lemah yang makin lama makin kuat.

"Fran.. ambillah.." bisiknya tertahan..
Seraya menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.. sementara kakinya diangkat tinggi-tinggi.

Dengan tangan kanan kuarahkan torpedoku untuk menembak dengan tepat. Slebb..!! Satukali gagal.
Ughhhh..!! Rasanya melejit ke atas oleh karena licinnya cairan yang membanjir itu.

Slebbb..!! Duakali masih gagal juga..!! Slebb..!! Clebb..!! Namun yang ketiga rasanya aku berhasil..
Ketika tangan Sandra tiba-tiba memegang kencang kedua pergelangan tanganku dengan erat.
Dan diiringi desisnya seperti menahan sakit.. dengan bibir bawah yang ia gigit sendiri.

Sementara ujung batang kejantananku rasanya mulai memasuki liang yang sempit dan membuka sesuatu lembaran.
Slebbb.. blesssepp..!! Sesaat kemudian seluruh batang kemaluanku sudah tertanam dalam liang surganya.

Kaki Sandra pun sudah melingkari pinggangku dengan erat dan menahanku untuk bergerak.
"Tunggu..!” Pintanya terdengar seperti erangan.. ketika aku ingin bergerak.

Beberapa saat kemudian aku mulai bergerak mengocoknya perlahan.. Kaki Sandra pun sudah turun.
Clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. clebb.. crebb.. clebb.. clebb.. clebb.. Ughhh.. terasa seret sekali..!!

Mulanya biasa saja dan respon yang diberikan juga masih minimal..
Namun sesaat kemudian nafasnya kembali mulai memburu.. disertai butir-butir keringat mulai tampak di dadanya.
Rambutnya sudah kusut basah.. makin mempesona.

Di bawah.. gerakan mengocokku mulai kutingkatkan frekuensinya.. crebb-crebb-crebb-clebb-crebb-clebb..
Terlihat Sandra pun mulai dapat mengimbanginya. Makin lama gerakan kami semakin seirama.

Tangannya yang pada mulanya diletakkan di dadaku kini bergerak naik..
Hingga akhirnya mengusap kepala dan punggungku. "Yach.. achhh..!! Eeehmm.. oohhh..” desisnya berirama.

Beberapa saat kemudian aku makin merasakan liang senggamanya makin sempit..
Dan terasa makin menjepit kuat batang penisku di dalam liang nikmatnya sana.

Gerakan tubuhnya pun makin liar. Tangannya sudah meremas bantal dan menarik kain sprei.
Sementara keringatku mulai menetes membasahi tubuhnya..

Namun yang kunikmati saat ini adalah kenikmatan yang makin meningkat dan luar biasa..
Lain dari yang kurasakan selama ini melalui masturbasi.

Makin cepat.. cepat.. cepat.. hingga akhirnya kaki Sandra kembali mengunci punggungku.. Jlebb..!!
Dia menariknya lebih ke dalam.. Jleghh..!! Bersamaan dengan pompaanku yang terakhir dan kami terdiam.

Sedetik kemudian.. "Eeegghh..!" Jeritannya tertahan.. bersamaan dengan mengalirnya cairan nikmat itu..
menjalar di sepanjang kemaluanku dan.. Croot.. croot.. crott.. crott..!!
Spermaku muncrat deras di dalam liang nikmatnya.. memberikan kenikmatan yang luar biasa.

Sebaliknya bagi Sandra terasa ada semprotan kuat di dalam sana..
Dan memberikan rasa hangat yang mengalir dan berputar.. serasa terus menembus ke dalam tiada berujung.

Selesai sudah pertempuran.. namun kekakuan tubuhnya masih kurasakan.
Demikian juga tubuhku masih kaku.

Sesaat kemudian kuraih bantal yang tersisa.. kulipat jadi dua dan kuletakkan kepalaku di situ..
setelah sebelumnya bergeser sedikit untuk memberinya nafas..
Agar beban tubuhku tidak menindih paru-parunya.. namun tetap tubuhku menindih tubuhnya.

Kulihat senyum puasnya masih mengembang di bibir mungilnya..
Tubuhnya terlihat mengkilap licin karena keringat kami berdua.
"Fran.. thank you..” sesaat kemudian katanya dengan lembut dan mesra.

"Ehmm.. Fran aku boleh tanya..?” Bisiknya lagi perlahan.
"Ya..” sahutku sambil tersenyum dan menyeka keringat yang menempel di ujung hidungnya.

"Aku.. gadis keberapa yang elu tidurin..?” Tanyanya setelah sempat terdiam sejenak.
"Yang pertama..” kataku meyakinkannya.

Namun Sandra mengerenyitkan alisnya.. tak percaya apa yang kukatakan.
"Sungguh..!?” Tanyanya untuk meyakinkan.

"Betul. Keperawanan elu, aku ambil.. tapi perjakaku juga elu yang ambil..” bisikku di telinganya.
Sandra tersenyum manis.

"San, thank you juga..” itu kata-kata terakhirku.. sebelum ia tidur terlelap kelelahan..
Dengan senyum puas masih tersungging di bibir mungilnya..

Dan batang kemaluanku juga masih belum keluar dari bekapan hangat liang nikmatnya..
Tapi aku juga ikut terlelap. TA(. )M( ,)AT
---------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
By Frantines
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd