-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
Cerita 132 – Rahasia Pertama
Episode 1
Aku terpaksa ceritakan ini karena aku ingin mengetahui:
Apakah ada orang lain yang mengalami hal yang sama.. entah pria atau wanita.
Aku berharap kita bisa saling tukar pengalaman.
Karena aku tidak bisa bercerita secara enak, ya.. pokoknya seperti itulah kisahnya.
Namaku Dino M Tandi. Statusku adalah seorang suami dan memiliki 2 orang anak.
Aku sangat sayang kepada mereka. Kisahku ini terjadi sekira pertengahan tahun 1999.
Sisi lain.. aku sebagai pimpinan di suatu perusahaan ternama di Indonesia.. tentu memiliki banyak bawahan.
Termasuk operator telepon kantor. Disamping itu.. kebetulan juga aku ikut memilih dan menentukan si Wina..
Nama operator telepon itu agar dipekerjakan di kantorku.
Sekedar bayangan sebagai deskripsi seorang Wina: Dia berkulit cerah, berambut sepundak.
Dan aku tau giginya kurang sempurna. Ini kuketahui ketika dia pertamakali tersenyum padaku.. saat wawancara.
Tetapi.. hal itu tidak mengurangi kecantikannya.
Sudah 6 bulan sejak dia bekerja di tempatku.. tanpa terasa.. aku sering mendengar suaranya lewat telepon..
setiapkali aku minta tolong dia untuk menyambungkan telepon ke luar..
atau meminta tolong untuk mengirimkan atau menerima fax.
Lama-lama kedengaran suara itu sangat indah didengar. Terutama di telingaku.
"Win, tolong sambungkan ke 4343949, dengan pak Joko, ya..” kataku suatu hari..
saat meminta dia menyambungkan telepon ke partner kerja di BCA.
Dia selalu menjawab dengan suara yang aku suka..
”Oya, baik pak..” dan ditutupnya telepon. Demikian terus setiap hari.
Suatu ketika .. Dia datang pagi sekali.. kebetulan aku sudah ada di kantor..
sedang bersiap untuk menandatangani berkas-berkas di meja.
Ruangku.. yang selalu membuat aku bisa mengamati dia dari jauh..
membantu aku untuk bisa mengetahui apa yang dia lakukan.
Saat itu.. terlihat dia berbenah diri kemudian mengeluarkan alat kosmetik berkaca..
dan mulai membetulkan rias wajahnya yang terkena debu saat berangkat kantor.. mungkin.
Hari itu dia mengenakan baju krem terang.. sehingga kelihatan behanya yang berwarna putih bertali kecil.
Untuk bawahannya.. dia mengenakan rok dengan belahan tidak terlalu Winggi.
Ahhhh.. ! Sungguh cantik kelihatannya.
Rambutnya yang membuat perasaanku menjadi berdegub.. dia mulai menyisir rambutnya.
Dia betulkan tali behanya.. dan tangannya menarik-narik bentuk behanya..
mungkin dirasa tak enak dipakainya.. membuat aku semakin deg-degan.
Dan.. ketika dia sadar aku perhatikan.. dia segera tersenyum malu dan menggigit bibir bawahnya.
Aku terpaksa membalas senyumannya.. dan berlagak serius.. seolah tidak memperhatikannya.
Wah.. aku berharap, dia tau bahwa aku memang sedang memperhatikannya..
Suatu hari.. aku panggil dia untuk mengirimkan fax dan sekaligus mengetik artikel untuk bahan promosi.
"Ya pak..?” Dia datang ke ruang kerjaku.
"Oya, duduk saja..” kataku.
Saat itu.. dia memakai baju dengan motif kembang kecil.. kain bajunya sangat transparan..
sehingga aku bisa lihat dia memakai BH berwarna putih. Ukurannya..?
Saat itu aku tidak tau.. tapi nantinya aku tau.
Kulit lehernya yang putih bersih, membuat aku ingin terus melihat ke bawah lehernya.
Sekali-kali, aku melihat bagian itu dan berusaha tidak membuat ia tau.. semoga berhasil.
Dia tersenyum cerah kepadaku. "Aku ada artikel, coba kamu lihat dulu..”
Aku suruh dia untuk lebih maju untuk melihat artikel itu.
Tanpa sengaja.. aku melihat belahan bajunya yang atas..
hingga memperlihatkan belahan kecil buah dadanya yang putih itu.
Dia sama sekali tidak tau bahwa aku sedang melihat buah dadanya. Terus saja dia membaca artikel itu.
Sedangkan aku melihat buah dadanya.. pikiranku sudah ke mana-mana. Kontolku sudah mulai mengeras.
"Tolong itu ketikkan.. saya tunggu hari ini, dan ini tolong difax ke Kantor Pusat. Ada yang kamu tanyakan..?”
Kataku.. membuat kondisi tetap formal, agar dia tidak menyadari tindakanku.
"Nggak pak. Nanti segera saya ketik dan fax ini. Ada yang lain, pak..?” Dia tegak kembali, dan tersenyum lagi.
Sejak itu.. aku menjadi terus menerus ingin memperhatikannya.
Perasaanku menjadi gelisah saat aku lama tidak melihatnya. Wah.. gawat nih..!
Aku selalu membayangkan buah dadanya yang putih itu suatu saat bisa kuelus..
-------ooOoo-------
Beberapa waktu berlalu. Pada bulan Desember.. hujan lebat..
Saat-saat seperti itu kantorku sangat sibuk dan membuat aku kerja lembur.. aku harus pulang malam.
Saat itu, aku tidak tau bahwa Wina, belum juga pulang. Ternyata ia belum dijemput oleh pacarnya.
Aku pergi ke Toilet untuk cuci muka kemudian mampir ke dapur. Eh..! Wina ada di sana.. sedang membuat teh.
"Lho.. Wina kok belum pulang..? Sudah jam 8 malam kan..?” Sapaku dengan jantung berdegub.
Aku coba untuk menenangkan diriku sendiri.. karena aku sangat tidak menyadari..
bahwa aku berjumpa dia saat itu di tempat yang jarang sekali dikunjungi orang.. dapur..!
"Ehh.. iya, pak Dino.. mmm saya belum dijemput, mungkin gara-gara hujan ini.. jadinya telat..”
Sambutnya malu-malu.
"Ooo.. pacarmu ya..?” Pancingku.
"Hhehehemm..” dia malu menjawabnya.
"Wah aku juga mau tuh, kalo dibuatin Kopi, bisa..?”
Aku coba lagi membuat bahan percakapan.. mumpung ada kesempatan.
"Oya, pak saya buatkan..” ujarnya menyambut permohonanku dengan sigap.
Dia langsung membuka lemari.. tetapi dia tampak kesulitan mendapatkan kopinya.
Belahan di paha kanannya terbuka lebar saat dia jongkok dan meraih sesuatu di dalam lemari.
Wuihhh.. !! Putih sekali. Lengannya yang putih mulus langsung terbuka..
dan memperlihatkan bulu ketiaknya yang halus.. merangsangku untuk mendekatinya.
"Ada..?” Tanyaku. Aku lantas duduk di kursi sebelahnya.. aku perlihatkan muka yang lelah.
"Sebentar pak, pasti ada. Ehm.. cape pak..?” Tanyanya.
"Ah.. biasaaa.. tiap hari juga begini.. tapi kalo sudah minum kopi, hilang dah..”
Ternyata, kopinya sudah habis. Dan untuk membuat dia tetap berjasa untukku, aku bilang..
"Ah sudahlah, teh saja nggak apa-apa..” ujarku lagi.
"Tapi pak, tehnya juga habis. Ini tadi yang terakhir. Wah.. gimana nih ya.. !?"
Dia terlihat sangat kuatir aku kecewa. Nampak dia bingung sekali.
"Ooo hohoh.. wah, nggak apa-apalah.. mmm.. gimana kalo tehmu kita minum sama-sama..?
Nggak usah malu, aku yang minta kok.. ya..”
"O, buat bapak ajalah itu.. saya gampang minum air putih saja..” aku nggak kalah.
"Eeii.. ini kan punyamu.. ayo..” Akhirnya,, dia mengalah juga.
Bajunya sudah tidak rapi lagi.. banyak belahan kancing yang terbuka karena tekukan badan..
saat mencari kopi untukku tadi.. membuat aku bisa melihat kulitnya yang putih mulus.
Kami duduk di meja dapur. Aku minum sedikit, dia minum juga sedikit.
Dia tampak sudah merasa bahwa aku tertarik kepadanya.
Beberapakali dia menahan senyumnya, malu. Se,mentara itu hujan di luar malah bertambah lebat.
"Ayo temani aku ke ruang kerjaku, kamu bisa belajar komputer di sana..”
"Oya, wah apa nggak ngganggu nih, pak..?” Katanya sedikit ragu.
Aku dan dia langsung menuju ke ruang kerja. Kantor sudah sepi, hanya satpam ada di luar.
Karena sudah gelap, banyak lampu dimatikan, aku coba bimbing dia dengan memegang pinggangnya maju.
Aku sudah tidak tahan lagi. Aku sediakan dia kursi dan laptopku untuk dia gunakan.
Lantas kubuka internet dengan site perusahaanku.
Tak lama dia manggut-manggut ketika aku jelaskan tentang internet.
Dan aku tidak sengaja membuka hot site.. karena sudah ada di history.
Dia langsung ketawa.. "Hei.. bapak ini, hayo.. ini juga ada di internet toh..?” Tanyanya lucu.
Lama-lama, pandangannya lain ke monitor laptop yang menampilkan gambar laki-laki muda..
sedang mengulum buah dada seorang gadis dan tangannya mengelus memek gadis itu.
"Tapi, aku punya yang lebih bagus dari ini, Win..!” Dia kaget mendengar kata-kataku tadi.
Aku langsung setelkan VCD porno..
Yang kebetulan menggambarkan situasi yang sama antara aku dengan Wina. Ya. Situasi di ruangan kantor.
Adegan demi adegan membuatku terangsang.. meski pun sebenarnya aku sudah pernah melihatnya.
Mulai kuperhatikan.. buah dada Wina naik turun karena nafasnya yang sudah tidak beraturan lagi.
Namun aku pura-pura biasa saja. Aku tidak ingin merusak konsentrasi Wina melihat VCD itu.
Dia beberapakali menelan ludah. Aku dekati dia dari samping kiri agak ke belakang.
Tanganku memegang pundaknya, perlahan.. tanpa membuatnya terkejut.
"Kamu pernah melihat film seperti ini, Win..?” Tanyaku.
"Ah.. belum pak..” jawabnya agak berbisik. Suara ahhhh.. ahhh.. mmemmmm.. yyeaaahh.. fuck me please..
dari speaker laptopku menjadikan suasana tambah panas.
Kontolku sedari tadi sudah bangun, dan sakit karena terhambat celanaku.
Tanganku yang sudah berada di pundaknya..
kini perlahan menuruni lengannya yang berlengan baju pendek dan tipis.
Aku naik-turunkan jempolku dengan halus dan pelan sekali.
Dia bereaksi dengan membetulkan duduknya.
Adegan hot saat itu adalah gadis yang tadi sudah berada di atas meja..
sementara memeknya sedang dicium dan dijilati clitorisnya.
Uhhhhh.. yesss.. againnnn.. Ahhhh.. !! Suara di laptopku semakin menjadi-jadi.
Hujan di luar menjadi-jadi juga. Tiba-tiba terdengar suara pager milik Wina.
Dia buru-buru melihat isinya:
Ternyata pacarnya tidak dapat menjemput karena kendaraanya mogok terkena banjir.
Wina terlihat menjadi bingung sekali.
"Lho, kan ada saya. Nanti saya antar kamu ke rumah..” dan aku langsung bilang meresponnya.
“Tapi pak .. saya tidak ingin merepotkan pak Dino..” katanya tidak ingin merepotkan aku.
"Nggaaakk, ngapain mesti repot..?” Balasku lagi meyakinkannnya. Akhirnya, dia menuruti saranku.
Wah..! Konsentrasiku langsung buyar nih..! Kontolku tidur kembali. Aku lihat wajah Wina sangat lain.
Saat itu seperti ada sesuatu hal yang ingin disampaikan tetapi dia tidak berani.
Aku beranikan untuk mengetahuinya.
Tanganku aku letakkan di telinganya dan menyibakkan rambutnya ke belakang.
Terus begitu.. hingga akhirnya ke alisnya.
Dia tampak diam saja dan sesekali menoleh ke wajahku dengan agak malu.
Aku yakin sekali dia menyukai perlakuanku padanya.
Karena itu.. aku lanjutkan dengan mendekatkan mukaku ke wajahnya.
Aku elus pipinya, dan aku tempelkan hidungku ke pipinya, membuat embusan nafasku mengenai wajahnya.
"Paakk..” katanya berbisik sambil agak memejamkan matanya.. tetapi dia menjauhkan wajahnya lagi.
Suara desahan dan erangan erotis di laptopku.. Come on babe.. i'm cumming.. deeper more deeper..!!
Tampaknya membuat suasana menjadi lain. "Win.. boleh aku cium kamu..?” Tanyaku nekat.
Tanpa menunggu jawabannya lagi.. aku dekati wajahnya dan cuph..!
Kucium bibirnya yang kering karena suasana tegang saat melihat film itu.
"Mhmemmm.. pak, saya.. mau pullmshmm..” kata-katanya tidak dapat dilanjutkan..
Karena aku sudah mengulum bibir dan lidahnya.
Dengan lembut kulingkarkan lenganku ke pundaknya kemudian aku putar kursinya menghadap ke kiri.
Tangan kiriku sekarang menyentuh kancing baju depan.. kemudian dengan perlahan membuka satu kancingnya.
Kuselipkan jariku.. lantas dengan jari telunjuk.. aku elus buah dadanya yang halus itu perlahan-lahan.
Aku tidak ingin dia ketakutan. Perlahan-lahan sekali aku elus buah dadanya.. tanpa membuka behanya.
Terlihat kini matanya merem melek. Sebenarnya aku ingin tertawa.. tetapi aku tahan.
Aku paham.. bahwa saat itu dia tidak menolak.. dan setuju dengan perlakuanku padanya itu.
Sekarang aku putar jempolku ke arah puting kirinya.. ”Hhhhehhhh.. mmehhhmmm..” desahnya pelan.
Dadanya agak membusung. Aku putar jempolku ke arah puting kanannya. "Aahhhhh, pak Dino.. ssshshsmm..”
Aku terus saja mengulum lidahnya.. dan dia sudah menyambut ciumanku, bersemangat.
Kedua putingnya terasa keras.. menonjol di cup behanya yang tipis itu. "Pakk..” bisiknya lagi.
"Win.. aku sudah lama ingin menciummu..” kataku untuk memancing dia berterus terang.
Bersamaan dengan itu tangan kiriku membuka kancing teratas.. sehingga kini behanya terlihat seluruhnya.
"Jangan.. pakk. Malu..” bisiknya. Aku teruskan dengan menarik tali BH di lengannya menurun, kiri dan kanan.
"Ohhhh pakk..” Dia melihat dirinya sendiri.. dan dia sempatkan melihat adegan di VCD..
sekarang sedang memperlihatkan kedua orang tadi sedang dalam posisi 69.
Ahhhhh.. ohhhhh.. mshmsmsmshmmm.. yesss..!!
Suara desahan dan erangan di laptop membuat aku semakin terangsang.
Kontolku sudah tegang lagi sekarang.
Dan ternyata aku baru tau.. bahwa roknya memiliki resleting di depan panjang ke bawah.
Aku coba untuk membukanya.. namun tanganku langsung dipegang oleh Wina keras.
Dia mencabut ciumanku. "Pak.. jangan pak..!”
"Oke.. Win, aku antar kau ke toilet.. ayo..!” Kataku tersenyum tanpa membuat dia bersalah.
Langsung dia mengancing baju dan mengikutiku dari belakang. Dia tak tau maksudku tapi dia ikut saja.
Dia mengira bahwa ini sudah berakhir dan dia akan pulang. Sesampai di toilet.. aku ikuti dia masuk.
Di depan cermin.. aku rangkul dia dan mengulangi adegan mesra di ruangan kerjaku.
Dan sekarang dia tau apa yang aku lakukan.. karena kami berada di depan cermin.
"Paakk.. saya malu..” saat aku lepas seluruh kancing bajunya.. dan aku lepaskan behanya.
Aku lepas dari belakang. Aku ciumi buah dadanya.. sampai putingnya, keduanya.
"Ohhhhhmm.. pakkk.. saya.. hhmmmmmm..” tangannya memegang kepalaku..
Namun justru menekannya ke arah buah dadanya. Matanya merem.. dan melihat adegan kami lewat cermin.
Akhirnya.. aku nerhasil melepas roknya tanpa kesulitan.
Sekarang dia hanya mengenak celana dalam.. serta sepatu berhak 3 cm.
Dia memalingkan badannya membelakangi cermin.. untuk mengatasi malunya.
Dari belakang bokong Wina tampak merangsang ditutup celana dalam warna hitam berenda.
"Pak, kenapa pak Dino melakukan ini..? Nanti ibu bagaimana..?”
Dia mencoba mengingatkanku pada istriku.
"Kenapa ibu..? Aku sangat kangen pada kamu..” aku mulai menciumi putingnya..
membuat dia malah kini membusungkan dadanya.
"Hohhh.. hhhhmm hhmhhm..” dia tidak dapat menahan suaranya.
Tangan kananku mendorongnya menuju wash table yang terbuat dari beton dan panjang itu.
Tanganku mulai menelusuri jembutnya yang terasa mulai membasah. "Paaaaak..” bisiknya.
Mukanya sudah lain.. dia sangat merangsang sekali saat itu.
Aku turunkan celana dalamnya menuju lutut dan aku turunkan dengan kakiku.
Sekarang dia telanjang bulat..!
Di hadapanku..! Aku tidak sangka akan dapat menelanjangi dia seperti ini..!
Tangannya kemudian kubimbing menuju ke kontolku yang sudah keras.
Aku masih memakai bajuku lengkap. Dengan lembut kuangkat dia duduk di atas wash table..
kemudian aku merendahkan kepalaku untuk bisa mencium memeknya.
Aku lihat bulunya tipis agak kemerahan. Rambutnya kini terlihat membasah karena rangsanganku.
Tangannya menyangga tubuhnya ke belakang dan wajahnya mendongak ke atas.
Aku duduk pada lutut dan aku mulai mengisap memeknya yang sangat basah itu.
Clrepp.. slrupp..!
Lidahku mencari clitorisnya, dan ketika ketemu, aku isap dan elus-elus ke atas-bawah.
Tangan Wina langsung menangkap kepalaku dan menjambak rambutku.
"Auhhhmmmm.. ohhh paakkk..!!”
"Rasanya gimana Win..?”
”Ahhhhh paakk.. saya maluuu..” tapi pinggulnya sekarang mengayun-ayun ke depan dan belakang.
Seirama dengan elusan lidahku. Berarti, dia sudah bisa menikmati..!
Hampir sekira 5 menitan aku jilat.. elus.. isap clitorisnya.. akhirnya kedua kakinya mengejang lurus..
Tangannya menekan kepalaku keras masuk ke dalam selangkangannya ke arah belahan memeknya.
Auhhhh..!! Sampai-sampai hidungku basah semua..! Kini kutau dia sedang orgasme.. panjang sekali..!
1 menit setelah dia mengatur nafasnya.. aku memutuskan untuk tidak melanjutkannya.
Karena kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku kuatir dia ditunggu oleh orang di rumahnya.
Aku langsung membantu dia mengenakan bajunya dan dia sangat malu kepadaku.
Untuk membuat dia tidak malu kukiblang padanya dengan mesra..
"Win.. aku suka kepadamu, dan kamu jangan malu kepadaku.
Biar kamu gak malu lagi.. sekarang kamu bisa lihat kontolku dan cium juga.."
Aku lantas mengeluarkan kontolku yang masih tegang berukuran 18 cm.
"Pak.. malah malu saya pak..!" Katanya dengan suara bergetar..
Tetapi akhirnya dia mau juga menciumnya hanya sebentar.. kemudian tersenyum malu lagi.
Akhirnya aku antar di pulang. Di jalan.. kami tidak dapat berbicara apa-apa.
Aku juga tidak ingin perasaannya jadi kacau.
-------ooOoo-------
Hari-hari selanjutnya.. perasaanku terhadap si Wina sungguh tidak dapat kutolak.. !
Nggak tau.. ini pasti 100% nafsu saja.. atau ada cintanya.
Karena.. sekarang mataku selalu kusempatkan..
untuk melihat dia dari jauh saat aku lewat atau hilir mudik di kantor.
Besoknya.. setelah peristiwa malam itu, aku bekerja seperti biasa dan melihat Wina juga masuk.
Padahal aku kira dia malu dan membolos kerja. Sesekali dia melirik ke arahku, tanpa senyumnya.
Aku kuatir, dia marah.
Malamnya.. aku rencana pulang malam lagi. Saat itu baru petang. Dan.. aku sangat terkejut..
Dia datang ke ruang kerjaku.. untuk menyerahkan disket berisi artikel yang aku suruh dia ketik.
"Pak, ini artikelnya..” katanya.
"Eh, Wina.. gimana kabarnya kemarin..? Ditunggu orang rumah..?” Ujarku beruaha memulai percakapan.
"Mm.. iya.. tapi nggak apa-apa, pak..” jawabnya singkat.
Duhhh.. aku bingung sekali saat itu.
Aku benar-benar salah tingkah.. karena mengingat kelakuanku kepadanya.
Tetapi dia diam saja di samping kursiku.. menunggu perintah selanjutnya.
Akhirnya, aku nekat..! Aku memegang tangannya dan menariknya untuk aku cium.
Dia menyerahkan bibirnya dan menutup matanya. Aku tau.. dia menginginkan aku seperti kemarin.
Aku langsung berbisik kepadanya.. ”Win.. aku tunggu kamu di Lantai 5 di ruang komputer, ya.. !?"
Aku langsung bangkit dan beranjak bergerak ke lantai 5, tanpa menunggu dia.
Saat itu masih jam 6 sore, jadi masih ada beberapa karyawan yang berada di kantor.
Tetapi, di ruangan komputer tidak ada orang yang ke sana. Dan aku membawa master kuncinya.
Di sana, aku tunggu dia.. hingga akhirnya dia datang juga.
"Ada apa pak..?” Tanyanya.. seperti tidak tau saja.
Aku tidak menunggu lagi.. langsung saja aku cium dia.. "Ehhhhehhehhhhhmmmmm pak..”
Kulepas baju dan roknya.. "Aahhhhmm..!” Behanya.. celana dalamnya.
Sampai akhirnya dia telanjang bulat di hadapanku.
Dia langsung menutup buah dadanya dengan tangan kanannya dan memeknya dengan tangan kirinya.
Aku cepat-cepat mengikutinya dengan melepas dasi, baju, celana dan celana dalamku.
Kontolku langsung teracung ke atas..!
Kemudian perlahan tangannya kubimbing untuk memegang adikku dan menggosoknya halus.
Aku menyentuh putingnya dan aku tau bahwa putingnya adalah bagian yang paling sensitif baginya.
Putingnya sudah keras dan berwarna merah muda.
Dia menggigit bibir bawahnya sambil mengeluh terus "Hhhhmmm.. hhmm..”
Dan tangan kananku membelah celah di pangkal pahanya.. kakinya perlahan mengangkang tanpa aku paksa.
Beberapa sat kemudian dia mulai tak kuat lagi menahan tubuhnya dan bersandar ke tembok.
Aku turunkan kepalaku menuju memeknya.. lalu mulai di bagian itu.
Kakinya semakin mengangkang membentuk huruf O..
Dan tanpa disadarinya bokongnya bergoyang.. menikmati rangsanganku lewat lidahku.
"Hhhhmhh. hhhssshhss.. shhhshhs.." dia hanya bisa menahan luapan emosinya dengan berdesis-desis.
Dia sekali-kali melihat ke arah pintu.. mungkin dia kuatir sewaktu-waktu ada orang yang masuk.
"Wina, kamu masih perawan..?” Aku sudah gak kuat lagi.. sambil aku jilati terus clitorisnya ke atas-bawah.
"Iyyyyyaa.. pak.. shhshs..” Duarr..! Aku sempat kaget.. tapi aku teruskan saja.
"Win.. aku akan gesekkan adikku ke punyamu.. tapi gak usah dimasukkan, mau yaa..?"
Aku bertanya sambil mengisap clitorisnya. "Paak.. saya takuuutt.. shhehsm..” jawabnya sembari mendesah.
"Tenang.. kamu tak akan hamil.. hanya digesek di luarnya saja..” rayuku lagi makin sange.
Langsung saja aku naik dan mengangkat tubuhnya ke atas meja..
Kemudian mengarahkan adikku ke atas belahan memeknya.
CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------