Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

------------------------------------------------------------------------------

Cerita 48 – Penguji Idolaku

Ida

Mutasi
pekerjaan bagi setiap orang memiliki arti yang beragam.
Ada yang keberatan karena pisah keluarga..
tapi ada yang enjoy saja atau bahkan bahagia karena promosi jabatan.

Demikian halnya dengan saya –Fendi..– yang harap-harap cemas ketika dimutasi ke lain daerah.
Berharap karena promosi..
tetapi cemas karena harus meninggalkan istriku yang baru kunikahi setahun yang lalu.

Sementara dia sebagai pegawai pula.. yang tidak dengan mudah..
meninggalkan pekerjaan atau minta mutasi mengikuti suami.

Hari itu merupakan hari pertama saya mutasi masuk tempat baru di kota propinsi..
yang jaraknya 200 km dari tempat tinggalku semula.

Pagi itu saya sudah siap di lobby kantor baru..
sambil menunggu untuk melapor calon atasan saya yang belum datang.

Para pegawai kebanyakan belum aku kenal.. hanya beberapa teman yang kenal karena satu angkatan..
ketika menjalani test rekrutmen dan pelatihan bersama.. tiga tahun yang lalu.

Hampir satu jam saya duduk di lobby.. lalu aku lihat seorang perempuan yang tinggi kira-kira 165 cm..
anggun.. dengan pakaian uniform abu-abu tua dan kerudung warna putih..
dengan motif bunga warna biru tua gradasi dan cantik tentu saja.

Saya agak kaget.. karena aku cukup kenal perempuan itu. Bu Ida.. –bukan nama sebenarnya..–
Dia-lah yang menjadi salahsatu pengujiku di kantor pusat ketika saya masuk di instansi ini.

Aku masih ingat betul.. karena di samping cantik..
diam-diam aku juga mengidolakannya.. sebagai perempuan yang menarik.

Kala itu saya baru berusia 24 tahun.. masih calon pegawai lagi..!
Sementara dia kelihatannya sudah di atas 30an lebih.

Teman-teman juga banyak yang bilang.. dia sebagai penguji yang paling cantik.
Ketika aku dipanggil masuk.. langsung aku menghadap atasanku yang baru itu.

Ternyata bu Ida-lah bosku yang baru. Lalu aku memperkenalkan diri.
Rupanya dia lupa.. ketika aku menerangkan bahwa aku pernah diuji olehnya.

“Siapa.. ya, lupa aku..?” Katanya tanpa ekspresi.. mungkin juga untuk menjaga wibawanya..
Atau memang dia lupa. Maklum banyak calon pegawai seangkatanku.

Posisiku dua tingkat di bawah bu Ida.. namun aku membawahi beberapa pegawai..
walau pun mereka lebih lama bekerja daripada aku.. karena faktor ijazah formal dan establish manajemen.

Sebagai bawahannya saya sering diperintah bu Ida untuk membuat laporan.. analisis data..
dan tidak jarang pula aku ikut serta dalam rapat dinas.

Lama kelamaan kami berdua menjadi berkesempatan untuk bertukar pikiran..
tidak hanya masalah pekerjaan.. tetapi malah sampai masalah pribadi.

Konon suaminya ada di luar kota.. tapi aku tidak berani menanyakannya lebih jauh.
Di rumah ditemani oleh dua orang gadis.. keponakannya.
Aneh juga.. saya sudah demikian akrab.. tapi bertandang di rumahnya saja tidak boleh.

Di sisi lain.. kami berdua makin akrab saja.
Pernah suatukali ketika kami menuruni tangga.. saya coba gandeng tangannya..
dia menyambut dengan memegang tanganku erat-erat.

Kami berpandangan mata cukup berarti.. dia tersenyum. Pandangan mata yang penuh arti.
Aku bergembira walau hatiku bergetar. Sebuah pengalaman yang takkan kulupakan.

Sejak saat itu ada perasaan aneh menyelimuti pikiranku.. ada suatu kontak istimewa.
Dari pandangannya yang tajam berwibawa, tapi mempesona itu.. kini sering berkerling..
Membuat hati ini berdetak lebih kencang. Ada perasaan aneh..!

Di suatu hari, saya diajak survey tempat untuk rencana acara in house training perusahaan..
yang akan diadakan di suatu resort tempat wisata luar kota yang jaraknya 30an km dari kota.

Di Sabtu pagi itu kami berangkat bertiga bersama bu Ida..
seorang teman perempuan.. sebut saja namanya Susie dan saya.

Pagi itu sekitar pukul setengah sembilan, aku berangkat bersama Susie..
kemudian kami meluncur ke rumah bu Ida. Rupanya dia sudah menunggu.. langsung naik ke mobilku.

“Ibu di depan.. saya di belakang saja..” kata Susie sungkan yang semula memang duduk di jok depan.
“Enggak usah.. kamu aja di depan..” sahut bu Ida kalem.

“Maaf Bu, saya membelakangi Ibu..” sahut Susie dengan takzim.
“Ya.. enggak apa-apa, silakan..” kata wanita cantik berusia 38 tahun itu langsung duduk di jok tengah.

Pagi itu Bu Ida tampak cantik sekali. Dengan memakai celana panjang agak ketat warna hitam..
baju putih motif bunga lengan panjang.. leher bajunya berkacing pada leher bagian depan..
seperti dipakai untuk mengikat kerudungnya dengan warna dasar putih berbunga coklat.

Modis. Penampilannya sangat berbeda dengan pakaian kesehariannya..
yang selalu memakai seragam kantor dan rapat.

Bu Ida mengajak kami berkeliling melihat-lihat lokasi di sekitar resort.
Setelah urusan di resort selesai, Susie minta pamit duluan..
karena Sabtu itu akan keluar kota bersama suaminya dan sudah izin kemarin pada bu Ida.

Suaminya sudah menjemput, lalu Susie pamit dengan hormat pada bu Ida.
Sekarang tinggal aku dan bos ku ini, lalu meninggalkan resort.

Kami kemudian menikmati pemandangan indah di pagi itu.
Saya memarkir mobil di tempat agak sepi, menghadap hamparan lembah curam..
dengan latar belakang pegunungan. Indah sekali pemandangan pagi yang beranjak siang itu.

Di atas mobil bu Ida memakai kacamata hitam lebar, kami berpegang tangan..
jemari kami saling mengusapi, meremas lembut, sesekali mencium tangannya.

Saya senang sekali. Aku ingin sekali mengecup bibirnya, tapi ada perasaan takut..
hanya memandangi wajah ayunya saja.. dia menyambut dengan senyum khasnya, aku pun tersenyum.

Lalu aku beranjak memberanikan diri mengecup bibirnya.
Wanita yang memiliki bentuk bibir indah ini pun menyambut dengan kecupan mesra.

Kami berciuman lembut dan lidah kami saling beradu dan menari-nari bersama.
Gejolak hati berdebar sangat seru. Namun hal itu tidak lama, dia mendorong saya, katanya:

“Jangan Fen, dilihat orang..” suaranya lirih
“Ibu cantik sekali pagi ini..” kataku merayu. Pengalaman pertama mengecup bibirnya.

Dalam situasi seperti itu.. dorongan kuat dan keras untuk berbuat lebih jauh..
semakin memburu rasa dan perasaanku.

“Bu kita ke sana..yuk..” ajakku sambil menunjuk sebuah hotel.
“Enggak.. ah..” katanya sambil menggeleng acuh.. lalu berpaling ke hamparan luas.

“Kalau gitu, kita makan dulu..” maksudku kuajak ke restauran.
“Enggak .. ah di sini saja, aku enggak lapar kok..”

Aku diam sejenak, hatiku gundah gulana, rasa malu.. menyesal dan cemas..
bercampur menjadi satu, karena ditolak.

Namun aku tetap menutupi apa yang kurasakan dalam hatiku..
aku tetap berusaha untuk bersikap manis. “Lalu.. gimana ya, Bu..?”

“Kamu ini mabuk Fendi, tapi jangan ngawur..! Gimana kata orang nanti..
kata teman kita, bila mereka tau kita makan bersama, apalagi di hotel, enggak lucu, kan..!?”
Katanya dengan nada tinggi.

“Maafkan aku, Bu..” kataku kubuat menghiba, walau sebenarnya aku takut juga.
Dia menjawab dengan senyuman.
Ternyata dia tidak marah.. lalu kukecup bibir indahnya kami pun kembali bermesraan.

Akhirnya aku memahami pikirannya, memang dia dapat dikenal oleh banyak orang karena posisinya di kantor.
Dan dapat kutangkap yang dipermasalahkan hanya tempatnya..
bukan ‘acaranya’ yang aku rencanakan, yang mungkin pula dia tau.

Lalu kami memutuskan untuk kembali ke kota..
Dalam hati aku punya ide cemerlang untuk mengajak mampir di rumahku.
–Rumah ini dikontrakkan oleh perusahaan untukku..–

Namun aku masih ragu untuk mengajaknya. Tapi namanya usaha, mengapa tidak dicoba..? Pikirku.
“Mampir di rumahku dulu ya Bu..?” Pintaku
“Ntar ketemu istrimu, bisa perang..!?” Katanya

“Jangan kawatir Bu, istriku belum tau, kalau aku menempati rumah itu dan nggak mungkin dia ke sini..
karena ndak ada rencana..” kataku menyakinkan.
Perempuan ini hanya diam saja.. berarti dia setuju atas usulku.

Sampai di rumah sekitar pukul sebelas siang. Kebetulan rumah ini menghadap sisi rumah tetangga..
yang berpagar tembok tinggi, jadi cukup aman tanpa diketahui tetangga..
dan mereka pun cukup acuh terhadap lingkungan.

Aku membuka pintu pagar dan garasi, bu Ida tidak turun.
Setelah mobil masuk garasi pintu pagar dan garasi aku tutup rapat-rapat dan saya kunci dari dalam.

Kami berjalan menuju ruang tengah, sambil memeluk mesra bu Ida.
Sesampainya di ruang tengah, dia melihat-lihat setiap sudut ruangan, bahkan melongok ke kamarku.

Sepertinya tak mempedulikan pelukanku, meski pun tangan kanannya memeluk pinggangku.
“Rumahmu bersih.. rapi..” komentarnya.
“He.. he.. terimakasih Bu..” kataku agak bangga.

“Biasanya cowok amburadul, jorok, tak cakap atur rumah..” komentarnya berikutnya.
Aku tersenyum dan berterimakasih kembali.

Aku memeluknya dengan nafsu, dan kuciumi sejadi-jadinya.
Kami berdua kembali masih dalam alam percumbuan seperti di mobil tadi, tapi ini lebih leluasa dan hebat.

Kami berpelukan erat. Bau harum merambah dari seantero tubuhnya.
Bibir kami beradu, lidah kami sedot-menyedot enak sekali, kemudian menelusuri setiap sudut mulut.

“Istrimu seharusnya kamu ajak ke sini..” katanya dalam pelukanku
“Lho kok gitu..?” Aku tak paham.

“Iya, nafsumu tinggi sekali, dan aku menjadi sasaranmu..” katanya sambil tersenyum
“Ah, ibu..” kataku sambil menyalakan remote AC kamar.

Dadaku bergemuruh, perasaanku terasa membara dan seakan berkobar-kobar panas.
Detak-detak jatungku makin kencang berlarian, dengan nafsu lelakiku yang kian memuncak.

Tanganku kususupkan pada bajunya.. aku kembali meraba-raba lembut pinggangnya.. halus sekali.
Getaran-getaran itu juga terasa pada dada bu Ida, ketika telingaku kupepetkan pada dadanya.

Dengan deru dada yang bergoncang itu.. aku beranikan diri membuka kancing bajunya satu per satu..
sampai pada kancing terakhir.. hingga tampak indah susunya di balik beha berwarna putih itu.

Bahu dan dadanya.. push up bra style.. seakan tidak muat menyangga buah dadanya.
Mengundang dan menambah melonjak-lonjak nafsu birahiku.

Dengan tangan bergetaran aku membuka kait celananya dan kutarik ke bawah. Pahanya teramat sangat mulus.
Sembari menciumi bibir, pipi.. kemudian lehernya yang menjadi sasaran empuk dan dia meronta-ronta.

Lalu kain yang melilit pada leher dan kepalanya ku preteli.
Perempuan yang ternyata berambut sebahu itu.. nampak jelas lekuk-lekuk tubuhnya..

Di balik beha dan cede yang berwarna putih cemerlang pula..
senada dengan warna kulitnya yang putih bersih khas kulit perempuan; halus dan lembut.

Ahhh..!! Tubuhnya indah.. padat berisi.. perutnya ramping menawan.

Saya dengan serta merta mencopot semua pakaianku.. sehingga aku pun berbugil ria.
Penisku ngaceng bukan main kencangnya.

Melihat senjataku yang maksimal itu, bosku itu melirik sambil tersenyum penuh arti.
Tangan kanannya memeluk bahuku, sementara yang kiri menimang dan mengelus-elus tititku.

Kami saling memagut bibir dengan lembut penuh perasaan.. sambil bergetaran membuka kait behanya.
Susunya berbentuk indah, putih, empuk.

Bibirku kugigit-gigitkan pada permukaan susunya dan kuedot, kanan-kiri berkali-kali dengan lembutnya.
Rupanya dia pun menikmati permainan ini..

Terlebih ketika pentil susunya yang berwarna coklat muda kemerah-merahan itu kusedot..
dan ujung lidahku menari-nari di puncaknya.

“Ahhh.. uahh.. engh..” desahnya lembut menggairahkan.
Masih sambil berdiri, kami berangkulan ketat sambil berpagutan bibir, tanganku mengusap lembut pahanya.

Dia pun membalas dengan ciuman-ciuman mesranya.
Mulai pada dadaku, leherku dan tangannya mengelus-elus lembut tititku yang terasa maksimal itu.

“Di kamar aja.. yuk.. Fen ..” katanya terbata-bata dan gemetar.
Lalu tangan kananku mengangkat pantatnya dia merangkul aku dan kuangkat dia ke kamar.

Setelah merebahkan diri di tempat tidur saya tarik cedenya dengan pelan melalui kaki-kaki indahnya.
Saya benar-benar tertegun sambil menelan ludah, betapa indahnya dan sempurnanya tubuh atasanku ini.
Benar-benar perfect body..!!

Wajahnya memang cantik, yang sering aku lihat, tapi bahunya, payudaranya yang montok..
bentuk pinggangnya bagai gitar spanyol dan kakinya, paha dan betisnya.

Menakjubkan. Tiada noda di sana, tiada gumpalan lemak di balik kulit mulusnya.
Perutnya ramping, indah sekali..!

Apalagi aku lihat di antara pangkal paha dan pinggulnya.. membentuk huruf ‘V’.. posisinya tepat di bawah perut.
Ughhh..!! Benar-benar seperti boneka barbie.

“Wah.. sampai melotot ya.. ngliatin..? ACnya kecilin dikit dong, dingin nih..” katanya, saya tersentak.
Setelah mengurangi dinginnya AC, saya kembali ke ranjang mendekati bu Ida yang berbaring.

Kami berdua yang sudah berbugil ria itu, bergulat saling mencium.. menyerang dan memeluk..
rasanya tak ingin menjauh walau semilimeter.

Gesek menggesek di antara kami terus berlangsung. Suara desah mendesah silih berganti di antara kami.
Saya dengan leluasa meremas-remas lembut susunya dan memainkan putingnya..
sambil kudot dengan lidahku menari-nari pada puntingnya.

Cukup lama dan mengasyikkan, saya senang sekali.
Sementara jemarinya yang runcing dengan kuku yang dipotong tumpul rapi itu memegang penisku dengan lembut..
Aahh.. rasanya enak sekali, dielus dan dikocok-kocok lembut.

“Mantap milikmu, Fen..” bisiknya agak malu-malu.
“He-em, thanks..” kataku tersenyum

Sungguh siang itu merupakan moment yang menyenangkan, yang sebenarnya tak terbayangkan secepat itu.
Ketika kata-kata sudah tidak efektif lagi dalam kondisi demikian.. suara desah mendesah..
berarak-arakan dengan detak-detak jam dinding di siang bolong itu.

Aku menyusuri lehernya, bahunya, kemudian wajahku tertambat di antara payudaranya.
Di saat yang bersamaan pahaku menggesek-gesek lembut selangkangannya dan tangannya mengelus manja penisku.

Wajahku menyisir sampai ke perut dan mengecupnya, dia kegelian bergelincang.
Kemudian tanganku menyisir ke rerumputan tipis pada selakangannya.. mengelus dan memainkan klitorisnya..
sambil jari tengahku masuk ke lubang kewanitaannya, warna pink merekah dan basah.

Ujung jari yang masuk menggelitik lembut sisi atas lobang.
Klitorisnya saya cubit lembut antara ibu jari dengan jari telunjukku.

Mendapat perlakuan begini dia tambah bergelincangan, kayak kena sengatan kalajengking saja.
Matanya memandang sayu ke arah wajahku, seolah berbicara kepasrahan.

Selangkangannya basah, ada cairan yang keluar, cairan kenikmatan.
Tubuhnya bergerak mengambil posisi 69, dia mengedot-edot penisku..
sementara lidahku menari-nari di atas klitorisnya.

Bu Ida bergelincangan hebat, aku pun menjadi geli walau pun nikmatnya bukan main.
Aku pun mencoba melepas tititku dari kulumannya, walau sebenarnya nikmat pula, tapi aku tak tahan.

“Maaf, saya masukkan, ya Bu..?” Aku minta izin.
“He-em.. Wah.. nggak muat nih, Fen. Aku merinding lihat punyamu..” bisiknya melemah.

“Ya, kita coba dulu..”
“Pelan-pelan..” katanya lirih.
“Beres..”

Lalu aku menindih bos ku itu yang sudah siap berbabring telentang..
sambil merenggangkan kaki dengan kedua lututnya ditekuk sedikit.

Senjataku kuarahkan pada tempik –vaginanya..–
Dia kemudian beringsut untuk menyiapkan miliknya yang paling pribadi itu, untuk saya nikmati.

Setelah terasa posisi pas.. slebbb.. saya tekan dengan pelan sekali.. dia beringsut lagi..
lalu tangannya memegang penisku.. menuntun pada lubang miliknya.. clebb.. baru masuk walau agak seret.

Peristiwa itu menimbulkan efek rasa nikmat luar biasa, bukan saja pada saya tapi juga pada bu Ida.
“Ahh.. Fen.. kamu ..” desahnya wajahnya serius menikmati, ketika penisku masuk dengan mulusnya.

“Ibu molek sekali, terasa nikmat..” jawabku balik memujinya.
“Enak.. Fen.. Ahhh..” desahnya menikmati prosesi awal persetubuhan kami.

Tangannya mengusap-usap punggungku.. kemudian menarik leherku memeluk erat-erat..
kemudian menaikkan pinggulnya.. seolah ingin rasanya aku menghujamkan lebih dalam lagi.

Sejenak aku tarik dan ku tekan lagi pinggulku, yang selalu menimbulkan rasa enak bukan kepalang.
Gerakan itu saya lakukan berulang-ulang, namun pelan sekali dan bu Ida pun mengimbangi..
dengan gerakan menggoyang pinggulnya seperti menari-nari di bawah himpitanku.

Pinggulnya selalu diangkat, ketika senjataku kutekan ke bawah, seperti menyambut penetrasiku.
Tangannya merangkul ketat, bibirku menutup dan melumat bibirnya..
sementara kedua tanganku meremas-remas lembut susunya.

Dan pusat kegiatan terasa berporos pada penisku yang menghujam kuat pada tempiknya.
Kedua kakinya digerakkan merenggang-mengatup..

Tak lama.. sambil menggoyang pinggulnya lalu kakinya dililitkan pada kakiku.
Kami benar-benar menyatu.. dan saya benar-benar menikmati setiap milimeter tubuhnya.

“Sudah setahun lebih aku tak beginian lho, Fen..” katanya terengah-engah.
“Oh.. aku juga sudah satu minggu Bu..” jawabku
“Gundulmu.. ah..!” Katanya gemas.. kami tertawa kecil

Suaminya di luar kota, dia pernah bercerita, suaminya menghamili bawahannya..
sehingga dia terpukul lalu jarang pulang.

Lalu aku lanjutkan dengan tembakan demi tembakan..
seperti orang sedang memompa dan sesekali berputar ngebor.

Dan manakala saya genjot lebih keras..
dia pun mengimbangi dengan gerakan cepat dengan mengangkat pinggangnya lebih ke atas.

“Enak ya Bu..” kataku
“He..em.. Kamu jangan panggil aku Bu lagi.. sudah beginian kok masih panggil Bu..!?
Di kantor saja panggil Bu..” katanya di sela-sela goyangan pinggulnya

“Ya, Bu.. eh.. panggil siapa..?” Tanyaku.
“Terserah kamu..” dengan ekspresi wajah serius.. menikmati permainan ini.

Tiba-tiba dia mengerang lembut.. “Ah.. Fen aku keluar..” desisnya
“Tuntaskan Da.. tuntaskan sayang..” kataku terus menggenjot.

Sejak saat itu saya memanggilnya hanya dengan sebutan ‘Ida’ atau ‘Da’ begitu saja.
Dan dia suka dengan panggilan itu.

Sejenak aku berhenti menggenjot memberi waktu untuk menikmati orgasmenya.
“Akh.. ukh.. ekh..” desisnya.

Wajahnya merona merah dan menarik wajahku menciumi bibirku habis-habisan.
Pemandangan yang mengasyikkan. Beberapa menit kemudian nampak nafasnya normal kambali.

Aku memandangi wajahnya dengan seksama, betapa perempuan ini menyerah padaku siang ini.
Semula aku mengira wanita ini sepintas nampak angkuh dan sombong, tapi di sisi lain sangat romantis.

Tanpa terasa sudah lebih dari dua puluh menit, aku menikmati tubuh bu Ida dari atas..
Sekarang kami berguling dan perempuan berkulit putih bersih itu gantian menindihku..
tanpa melepas pertautan kedua alat seks kami.

Gerakannya makin mempesona dia bergoyang makin bersemangat..
tidak hanya naik turun saja, tapi berputar kayak mengebor saja.

Payudaranya bergelantungan indah dan sangat menggairahkan..
aku sapu dengan kumisku dan kudot habis-habisan.

Setiap gerakannya menghasilkan rasa nikmat luar biasa.
Rasanya gerakan kami maksimal, wajahnya serius pertanda kenikmatan.

Desah mendesah dan leguhan yang mempesona mengiringi goyangan-goyangan indah.
Merasakan kenikmatan bersama.

Getaran-getaran kecil mengembang menjadi gejolak nafsu yang makin bergelora..
dan permainan ini makin susah dikendalikan.

Puting susunya disodorkan pada mulutku dan langsung ku isap-isap.
Sementara tanganku mencengkeram ketat bongkahan pantatnya.

Gerakannya makin tak beraturan..
Getaran dinding-dinding vagina menggesek-gesek permukaan batang penis..

Erghhhh.. terasa mengisap-isap ketat membuat gairah dan birahi kian melonjak tinggi.
Lalu dari rasa yang bercampur-aduk itulah keluar desahan panjang dari mulut bu Ida, berulang-ulang.

“Aaah.. uhhhhhh.. aaah, aku ke..lu..ar.. lagi .. Fen.. Aehh .” Rintih dan desahnya memecah kesunyian siang..
dengan ekspresi wajah memerah jambu nampak serius.. tanda menikmati orgasme.

“Teruskan.. tuntaskan, Ida Sayang..” kataku
“Ohh..ahh.. yah..” suaranya sambil mempercepat gerakan..

Tangannya sambil membelai-belai kepalaku dan mengacak-acak rambutku..
sementara mulutnya melumat bibirku.

Setelah istirahat sejenak dia memutar pinggulnya meliuk-liuk lagi, diiringan desahan nafsu.
Rasa nikmat luar biasa tercurah dalam tubuhnya..

Hal ini terpancar dari raut wajahnya merona pink saat merasakannya.
Mengasyikan juga melihat bos orgasme.. kelihatannya benar-benar menikmati permainan ini.

Aku makin menjadi bernafsu.
Gerakannya masih kentara menggoyangku.. keras dan menghebohkan.

Beberapa menit kemudian, lambat laun berkurang dan akhirnya tak bergerak..
hanya sesekali pinggulnya bergoyang pelan untuk merasakan nikmatnya sisa-sisa orgasmenya.

Aku membelai-belai rambutnya dan kemudian menciumnya.
Setelah selesai melampui rasa nikmatnya..
bu Ida terkapar lemas di atasku sambil mengatur nafasnya, karena habis kerja keras.

Saya merangkulnya sambil membelai punggung dan meremas pantatnya..
aku menatap langit-langit yang menjadi saksi bisu.

“Ganteng.. aku puas puas dengan kamu. Aku suka kamu..” bisiknya..
kusambut dengan cium dahinya.

Menit-menit berikutnya gantian aku yang ngebet.. lalu berbalik menindihnya..
dengan menghujamkan kembali penisku pada alat pribadi wanita yang belum pernah melahirkan ini..
Makanya rasanya seret.. peret.. dan enak sekali.

Gerakanku sebenarnya hanya sederhana saja, naik-turun.. keluar-masuk dan sedikit berputar..
Namun rasa nikmatnya.. ahhhh.. sungguh luar biasa..!!

Dan hal ini tidak hanya aku yang merasakan tetapi wanita ini juga.
Kami ingin mengulang kenikmatan demi kenikmatan..

Dan aku kumpulkan tenaga dan perasaan menjadi satu untuk menyambut badai kenikmatan.
Sejuknya ruangan.. memicu makin terasa nikmatnya tubuh bu Ida.

Sesekali kedua kakinya diangkat ke atas dan kadang dililitkan pada kedua kakiku.
Saya menjadi bersemangat dan sangat bergairah atas permainan wanita yang 11 tahun lebih tua dari saya ini.

Tubuhnya tergoncang-goncang menahan gempuranku..
yang bertumpu pada pertemuan dan gesekan antara penisku dan isapan V-nya.

Rasanya matahari mulai condong ke barat.. terlihat dari jarum jam menunjukkan jam satu lebih..
tapi permainan babak pertama belum usai juga.

“Kita keluarkan bersama, ya Sayang.. aku mau keluar lagi..” katanya terbata-bata
“Yaaah..” kataku terengah-engah.

Kembali aku mulai mengebor kuat-kuat namun berirama.. tubuh molek ini sampai bergoncang-goncang.
Aku benar-benar mengaduk-aduk dan mengeksploitasi V-nya.

Saya menjadi gemas dengan kemolekan tubuhnya ini..
lalu kutingkatkan lagi dengan genjotan yang agak keras.. tubuhnya bergetar dan mengerang.

Darahku serasa mendidih.. tekanan yang luar biasa keluar mendorong lalu menghempas urat nadi..
dan memenuhi lorong-lorong birahi yang berkobar-kobar.

Kemudian menyatu.. berpusat pada ujung penisku..
dengan dorongan seperti deru bergemuruh yang sudah tidak terkendali lagi.

Lalu menghentak dengan kerasnya menekan-nekan..
bagai gunung berapi yang akan memutahkan lahar panas.

Crott.. crett.. crutt.. crutt..! Bersamaan dengan itu.. terasa air maniku menyemprot..
Memuncrat keluar tanpa kendali..
memancar dengan tekanan dahsyat memenuhi lubang kehormatan bu Ida.

Peristiwa itu diiringi rasa nikmat luar biasa. Most wonderful!
Dengan desahan bersahut-sahutan antara saya dan atasanku itu.

Pelukannya makin diperketat, bibir kami beradu ketat.
Tak lupa, kedua tanganku meremas susunya

“Keluar Fen..!?” Tanyanya
“Yah.. aku keluarr.. Akh.. Ukh..” jawabku terengah-engah

“Aku juga keluar lagi Sayang, kamu hebat..”
Bu Ida menyambut dengan kecupan dan memelukku kembali sangat erat.

Wanita berusia 38 tahun ini benar-benar menjadikan aku puas.. tidak salah aku mengidolakannya.
Puncak kenikmatan belum berlalu lama, nafasku belum teratur..
aku menjadi lemas terdampar di atas tubuh molek itu.

Walau melelahkan namun merasakan sisa-sisa kenikmatan luar biasa rasanya.
Beberapa menit kemudian setelah nafasku teratur..
aku ingin mencabut senjataku dari vaginanya, tapi dia melarang.

“Jangan Fen.. biar di situ dulu..” katanya manja.
Tangannya sambil meraba-raba punggungku dan kakinya digerak-gerakkan pelan.

Lalu diikuti dengan gerakan pinggulnya.
Ughhh..!! Kepala penisku terasa geli.. dengan gesekan vaginanya dan gerakannya makin kencang.

Mungkin dia masih merasakan kenikmatan.. dan kepuasannya belum berlalu.
“Kamu juga hebat Sayang..” kataku.. sambil membelai-belai dan mencium rambutnya yang harum itu.
Dia tersenyum puas.

Setelah benar-benar puas, pelan-pelan aku cabut, dia pun terkapar lemas tapi puas.
Aku menarik nafas panjang-panjang. Luar biasa, puncak kenikmatan yang sungguh dahsyat.

Setelah beberapa saat.. kulihat selangkangannya bergelepotan cairan putih kental..
spermaku sampai tumpah keluar dari vaginanya.

Kami beranjak mencuci selangkangannya dan dia membersihkan penisku di kamar mandi..
lalu kami kembali berbaring di tempat tidur.

Masih membayangkan rasa kenikmatan yang baru saja kami raih bersama itu.
Karena letih kami tertidur dibalik selimut, dengan berpelukkan dan masih telanjang sampai terlena.

Sekitar setengah jam dia bangun, menciumi aku sambil membelai-belai lembut tititku,
“Lagi yuk Fen..” pintanya setelah tititku tegak lagi..
karena jepit dengan payudaranya dan diemut habis-habisan.

Senja menjelang malam aku minta dia bermalam di rumahku.. setelah berpikir sejenak..
dia mengangguk setuju dan kemudian menelepon keponakannya mengatakan;

“Tidak pulang.. karena ada tugas mendadak di luar kota..”
Semalaman kami mengarungi samudra birahi bersama.. mendaki puncak-puncak gairah.

Berbagai gaya menghasilkan berbagai kenikmatan sensasional.
“Enak ya Fen.. kamu kaya variasi..” katanya mengomentari setiap style yang aku lakukan.
“Kamu juga hebat Da.. Senang bisa bermain dengan kamu..” kataku sambil mencium keningnya.
----oOo----

Minggu.. keesokan harinya saya terbangun sekitar pukul 06.00.. bu Ida masih tidur dalam pelukanku..
sesekali menimang-nimang tititku.. merangsek untuk mengusir dinginnya pagi.

Perempuan cantik itu tidur mengenakan kaosku yang panjangnya sampai di atas lututnya.. bercede tanpa beha.
Setelah ia bangun.. sekitar pukul 06.30 kami mandi bersama.

Hari itu.. seharian kami berdua di rumah sambil bercinta sampai menjelang malam harinya.
Entah sampai berapakali.

Sesudah agak gelap saya bertanya: “Pulang jam berapa, Da..?” Kataku.
“Sekarang..! Tapi.. main sekali lagi..” katanya sambil tiduran di sofa berbantal pada pahaku.

“Katanya sakit.. tadi..?” Kataku.. karena ia mengeluh sakit pada selangkangannya.
“Ya.. kalau pas masuk sakit.. tapi kalau sudah di dalam tidak lagi..”
katanya pelan sambil memegangi selangkangannya.

Senja itu bu Ida saya tembak sekali lagi sesuai permintaannya..
baru mengantarnya pulang pukul tujuh malam.

Setelah melanjutkan isapan madu bersama.. mulai Sabtu siang.. semalam dan Minggu..
baru saja aku menyelesaikan arungan samudera raya yang bertaburan bunga kenikmatan.

Hanya kami berdua yang memiliki event itu. Sungguh menakjubkan luar biasa.
Rasanya baru saja bangun dari mimpi.

Ya.. mimpi indah.. seolah tidak percaya bahwa kejadian kemarin di alam nyata.
Penisku juga terasa pedih.. habis dua hari bergesekan terus dengan cepitan milik bu Ida.
----oOo----

Keesokan harinya.. Senin pagi saya bertemu di kantor.
Kami bersikap seolah tidak ada kejadian apa-apa antara aku dan dia.
Dan ketika dia memimpin meeting awal pekan juga seperti biasa.. semuanya biasa saja.

Siapa sangka..? Betapa perempuan yang sedang memimpin meeting dan didengar banyak orang itu..
kemarin ‘habis’ kujelajahi seluruh tubuhnya yang sekarang terbungkus rapi itu.

Bahkan lebih dari itu.. sampai pada milik yang paling pribadi diserahkan padaku..
untuk dinikmati secara utuh.

Mungkin dia juga dahaga..? Dahaga sebagai seorang perempuan dewasa..
yang sesekali butuh belaian bahkan limpahan nikmat dari lelaki.

Lelaki yang selama ini menjadi tumpuannya yaitu suaminya..
telah menyalurkan kepada orang lain sampai hamil.
Ini alasannya.. karena istrinya belum bisa memberi anak dan melahirkan.

Bu Ida memang belum bisa memberi anak.
Tetapi rupanya bu Ida ingin menikmati pula di tengah-tengah hari kosongnya..
dengan menyambut kehadiranku di sisinya.

Usai meeting.. setelah rekan-rekan kembali ke ruangan masing-masing.. kucium keningnya.
“Istrimu apa tidak kewalahan menghadapimu..?”

Katanya setengah berbisik, mengenang kejadian Sabtu siang malam dan Minggu kemarin.
Aku tersenyum sambil menggelengkan kepalaku.

Hari-hari selanjutnya kutapaki menuju bulan-bulan dan tahun-tahun..
dengan aroma gairah menggelegak bersama bu Ida.. pengujiku idolaku.

Sering kami melakukan di rumahku..
bahkan aku pernah nekat main di ruang kerjanya, saat libidoku memuncak.

Waktu itu pagi hari, kantor masih dalam keadaan sepi..
tetapi cleaning service sudah selesai membersihkan ruangannya bu Ida.
Dan seperti biasanya.. cleaning service melanjutkan cuci mobil di tempat parkir.

Aku datang pagi sekali dan bu Ida pun datang lebih awal.
Setelah mengunci pintu ruangannya, kami bercumbu.

“Da, sebentar aja yuk..” bisikku di dekat telinganya
Pagi itu dia memakai bleser dan rok warna abu-abu tua.. roknya panjang..
hampir sampai mata kaki, berkaos kaki warna krem.

Roknya belahan bagian belakang dari betis sampai ujung rok bawah.
Srettt..! Kutarik ke atas rok itu, terlihat pahanya yang putih mulus.

Dadaku bergetar, menggoncang-goncang keras.
“Sebentar..” katanya sambil membuka cedenya sendiri.

Aku melanjutkan menarik roknya kembali sampai pinggul gitarnya kelihatan indah sekali.
Posisinya berdiri kemudian kedua tangannya bertumpu pada meja.. membungkuk sedikit..

Kedua belahan pantat indah itu makin menyembul..
lalu aku mendekatkan senjataku ke arah selangkangannya dan memompanya dengan lembut.
Ahhhh.. Benar-benar nikmat pagi itu.

Kedua tanganku menyusup di balik bleser dan kaos kemudian sampai menyusup behanya meraih susunya..
Beberapa menit kemudian, dia berbisik: “Aku mau keluar..” suaranya terbata-bata.
“Keluarkan Sayang, tuntaskan..”

Crebb-crebb-crepp-crepp-clebb-clepp-clebb-clepp-crekk-clekk-clekk-clekk-crebb..
Saya makin mempercepat gerakanku, dan peristiwa dahsyat lagi-lagi terulang kembali.

HIngga.. crett.. crett.. crett.. crett.. "Nghhh..!!" "Ahhh..!!" Kami mengerang nikmat..
Aku menyemprotkan spermaku pada liang vaginanya, dengan kenikmatan luar biasa.

Selesai.. dia bergegas ke kamar mandi yang ada di bagian ruangan itu.
Ini petualang yang menakjubkan walau riskan.

Dalam lamunanku, di satu sisi bu Ida sebagai seorang leader yang tegas, anggun dan berwibawa, di sisi lain..
–ini mungkin hanya aku yang tau..–
sebagai seorang perempuan yang butuh belaian dan hangatnya birahi dari seorang laki-laki.

Sementara suaminya di luar kota dan sedang bermasalah.
Dan laki-laki yang dipilih untuk mengisi kekosongan hari-harinya itu adalah saya..!

Betapa orang tiada menyangka.. aku pun tidak mengira sebelumnya..
betapa seorang bawahan bisa menjelajah.. menyisir..
mengekploitasi dengan leluasa pada seluruh tubuh molek bosnya.

Dan menikmati.. bukan hanya terbatas pada pandangan mata..
Tetapi menikmati tubuh dan perasaan dalam arti yang sebenarnya.

Dia wanita pengujiku idolaku.. cantik dan menarik. (. ) ( .)
-----------------------------------------------oOo----------------------------------------------
 
-------------------------------------------------------------------

Cerita 49 – Affair dengan Bos Cantik

Bu Melly

Sudah dua tahun
aku bekerja di perusahaan swasta ini.
Aku bersyukur.. karena prestasiku.. di usia yang ke 25 ini aku sudah mendapat posisi penyelia.

Atasanku seorang wanita paruh baya.. berusia 42 tahun. Namanya Melly.
Walau pun Bos-ku ini cantik.. tapi banyak karyawan yang tidak menyukainya.
Karena selain keras.. ia terkesan sombong dan terkadang suka cuek pada siapa pun.

Namun sebagai bawahannya langsung.. aku cukup mengerti beban posisi..
yang harus dipikulnya sebagai pemimpin perusahaan.

Kalau karyawan lain ketakutan dipanggil menghadap sama Bu Melly.. aku malah selalu berharap dipanggil.
Bahkan sering aku mencari-cari alasan untuk menghadap ke ruangan pribadinya.

Sebagai mantan peragawati.. tubuh Bu Melly sangatlah bagus di usia kepala empat ini.
Wajahnya yang cantik tanpa ada garis-garis ketuaan menjadikannya tak kalah dengan anak muda.

Saking keseringan aku menghadap ke ruangannya.. aku mulai menangkap ada nada-nada persahabatan..
Ya.. itu terlontar dari mulut dan juga gerak-geriknya.

Tak jarang kalo aku baru masuk ruangannya.. Bu Melly langsung memuji penampilanku.
Hehehe.. aku bangga juga mulai bisa menarik perhatian.

Mudah-mudahan bisa berpengaruh di gaji hahaha.. nyari muka nih..!
Sampai suatu ketika.. lagi-lagi ketika aku dipanggil menghadap.

Kulihat raut muka Bu Melly tegang dan kusut. Aku memberanikan diri untuk peduli..
"Ibu kok hari ini kelihatan kusut..? Ada masalah..?” Sapaku sembari menuju kursi di depan mejanya.

"Iya nih Ndy.. aku lagi stres.. udah urusan kantor banyak.. di rumah mesti berantem sama suami..
Kusut deh..” jawabnya ramah.. sudut bibirnya terlihat sedikit tersenyum.

"Justru aku manggil kamu karena aku lagi kesel. Kenapa ya .. kalau lagi kesel trus ngeliat kamu..
aku jadi tenang..” tambahnya menatapku dalam.

Aku terhenyak diam.. terpaku. Masa’ sih Bu Melly bilang begitu..? Batinku.
"Andy.. ditanya kok malah bengong..?” Bu Melly menyenggol lenganku.. menyadarkanku.

"Eeehh.. nggak.. abisnya kaget dengan omongan Ibu kayak tadi.
Aku kaget dibilang bisa nenangin seorang wanita cantik..” balasku gagap.

"Hmm.. gini Ndy.. nanti temenin aku makan siang di Hotel ******* ya.. Kita bicarain soal promosi kamu.
Tapi kita jangan pergi bareng.. nggak enak sama teman kantor. Kamu duluan aja. Kita ketemu di sana..”
Kata Bu Melly mengarahkan.

Aku semakin tergagap.. tidak menyangka akan diajak seperti ini.
"Baik Bu..” jawabku sambil keluar dari ruangannya.

Setelah membereskan file-file.. pas jam makan siang aku langsung menuju hotel..
tempat janji makan siang dengan bu Melly.

Dalam mobilku aku coba menyimpulkan promosi jabatan apa yang akan Bu Melly berikan.
Seneng sih, tapi juga penuh tanda tanya. Kenapa harus makan siang di hotel..?

Terbersit di pikiranku.. mungkin Bu Melly butuh teman makan..
Teman bicara.. atau mudah-mudaha teman tidur..!!

Upss.. mana mungkin Bu Melly mau tidur dengan aku.
Dia itu kan kelas atas.. sementara aku cuma karyawan biasa.
Wuss..!! Segera aku kesampingkan pikiran kotorku tersebut.

Sekitar setengah jam aku menungu di lobby hotel.. tiba-tiba seorang bellboy menghampiriku.
Setelah memastikan namaku dia mempersilakanku menuju kamar 809..
Katanya Bu Melly menunggu di kamar itu.

Aku menurut aja melangkah ke lift yang membawaku ke kamar itu.
Ketika kutekan bel dengan perasaan berkecamuk penuh tanda tanya..
Berdebar menunggu sampai pintu dibukain.. dan Bu Melly tersenyum manis dari balik pintu.

"Maaf ya Ndy.. aku berubah pikiran dengan mengajakmu makan di kamar.
Mari.. kita ngobrol-ngobrol. Kamu mau pesen makanan apa..?”

Kata Bu Melly sambil menarik tangan membawaku ke kursi.
Aku masih gugup. "Nggak usah gugup gitu dong..” ujar Bu Melly melihat tingkahku.

"Aku sebetulnya nggak percaya dengan semua ini.. aku nggak nyangka bisa makan siang sana Ibu seperti ini.
Siapa sih yang nggak bangga diundang makan oleh wanita secantik Ibu..?”

Di tengah kegugupanku aku masih sempat menyempilkan jurus-jurus rayuan.
Aku tau pasti pujian kecil bisa membangkitkan kebanggan.

"Ahh kamu Ndy bisa aja.. emangnya aku masih cantik..” jawab Bu Melly dengan pipi memerah.
Haaaa.. tuh kan.. persis anak ABG yang lagi dipuji.

"Iya Bu. Sejujurnya aku selama ini memipikan untuk bisa berdekatan dan berduan dengan Ibu..
makanya aku sering nyari alasan masuk ke ruangan Ibu..” kataku pura-puranya polos gitu.. hehe..

"Aku sudah menduga semua itu. Soalnya aku perhatikan kamu sering nyari-nyari alasan menghadap aku.
Aku tau itu. Bahkan kamu sering curi-curi pandang menatapku kan..?”

Ditembak seperti itu aku jadi malu juga. Memang aku sering menatap Bu Melly disetiap kesempatan.
Apalagi kalau sedang rapat kantor. Rupanya tingkahku itu diperhatikannya. Kami berpandangan lama.

Lama kami berhadapan, aku di tempat duduk sedangkan Bu Melly di bibir tempat tidur.
Dari wajahnya terlihat kalau wanita ini sedang kesepian.. raut mukanya menandakan kegairahan.

Perlahan dia berdiri dan menghampiriku. Masih tetap berpandangan.. wajahnya semakin dekat.. dekat..
Aku diam aja dan hup..! Bibirnya menyentuh bibirku.

Kutepis rasa gugup.. dan segera membalas ciumannya.
Bu Melly sebentar menarik bibirnya dan menyeka lipstik merahnya dengan tisu.
Lalu tanpa dikomando lagi kami sudah berpagutan.

"Pesen makannya nanti aja ya Ndy..” katanya di sela ciuman yang semakin panas.
Wanita cantik bertinggi 169 sentimeter ini duduk di pangkuanku.

Sedikit aku tersadar dan bangga karena wanita ini seorang bossku.. duduk di pangkuanku.
Tangan kirinya melingkar di leherku sementara tangan kana memegang kepalaku.

Ciumannya semakin dalam.. aku lantas mengeluarkan jurus-jurus ciuman yang kutau selama ini.
Kupilin dan kuisap lidahnya dengan lidahku.

Sesekali ciumanku menggerayang leher dan belakang telinganya.
“Aihhh.. ahhhh..!!” Bu Melly melolong kegelian.

"Ndy kamu hebat banget ciumannya.. aku nggak pernah dicium seperti ini sama suamiku.
Bahkan akhir-akhir ini dia cuek dan nggak mau menyentuhku..” cerocos Bu melly curhat.

Aku berpikir.. bego banget suaminya tidak menyentuh wanita secantik Bu Melly.
Tapi mungkin itulah kehidupan suami istri yang lama-lama bosan.. pikirku.

Bu Melly menarik tanganku. Aku tau.. itu isyarat mengajak pindah ke ranjang.
Namun aku mencegahnya dengan memeluknya saat berdiri.

Serta merta aku langsung menyambutnya dengan dekapan dan rengkuhan hangat.
Kulingkarkan tanganku di buah dadanya.. yang tidak terlalu besar.. namun kenyal dan padat itu.

Kucium lagi berulang-ulang.. tanganku mulai aktif meraba buah dadanya.
Bu melly menggelinjang panas.
Dia cuma tertawa saat aku meremas dan mengelus-elusnya pelan dari luar baju.

Aku sudah tidak ingat lagi akan keberadaanku.. status sosialku atau fakta beliau adalah Bosku..!!
Yang ada sekarang adalah aku benar-benar tenggelam dalam pesona dahsyatnya affair kami ini.

Yang pasti akan dipenuhi kenikmatan dan gelinjangan dahsyat.
Apalagi mengingat lawan mainku ini yang sangat cantik dan seksi.. untuk wanita seusianya.

Langsung kulahap mulutnya yang tipis kemerahan dan kulumat dengan penuh nafsu..
hingga membuat dia gelagapan kesulitan bernafas.

Kumasukkan tanganku ke blasernya. Saat kuremas payudaranya.. bu Melly mendesah lirih..
sambil mencakari tubuhku. dia menekan bibirnya agar lebih kulumat lagi.

Segera kusedot lidahnya. Sekaligus juga air liurnya. Semakin basah.. aku jadi semakin bergairah.
Mulutnya seperti kujadikan tempat minumku. Sungguh.. aku sangat menikmati kegilaan ini.

Tanganku tidak kualihkan.. sambil terus melumat bibirnya..
aku juga tak henti meremasi kedua susunya yang kurasa sangat padat dan kencang.

Ahhhh..!! Seperti milik gadis ABG saja layaknya..!!
Blasernya kulempar ke kursi.. kemeja putihnya kubuka perlahan lalu celana panjangnya kuloloskan.

Bu Melly hanya terdiam mengikuti sensasi yang kuberikan.
Wow..!! Aku tersedak.. lalu perlahan mulut tenganga.. melihat pemandangan di depanku.

Kini terpampang sebuah pemandangan yang cantik luar biasa untuk mataku..!
Kulitnya putih bersih.. pantatnya berisi.. bodynya kencang dan ramping.

Celana dalam merah jambu.. sepadan warna dengan BH yang menutupi setangkup buah dada..
yang walau pun tidak besar.. tapi sangat menggairahkan.

"Ibu bener-bener wanita tercantik yang pernah kulihat..” gumamku tanpa sadar.
Bu melly kemudian mengikuti aksiku tadi dengan mulai mencopot pakaian yang kukenakan.

Namun dia lebih garang lagi.. karena pakaianku dilukarnya tanpa bersisa.. polos.
Mr. Happy yang sedari tadi tegang..

Kini seakan menunjukkan kehebatannya dengan berdiri tegak.. gagah..
Terlihat begitu keras.. seolah menantang Bu Melly.

Dia lantas memegang penisku dan mulai mengocoknya pelan.
”Uhhh.. gede banget, Ndy. Nggak salah aku milih kamu..”
Ujarnya sambil meremas pelan ketegangan batang penisku.

"Sesuai permintaan.. ibu akan kupuaskan malam ini, bu..”
sahutku sambil membalik dan menindih tubuhnya.

"Hmm.. Kamu ganteng Ndy..” katanya seraya tangannya meraup kemaluanku..
Dan .. Clruppp..!! Aahh.. bibir mungilnya sudah mengulum batang penisku.

Ohh.. nikmatnya. Sentuhan bibir dan sapuan lidahnya di ujung Mr.Happyku itu..
bener-bener bikin sensasi dan membuat nafsu kian meninggi.

Aku nggak tahan untuk berdiam diri menerima sensasi saja.
Kudorong tubuhnya ke ranjang.. segera kuloloskan celana dalam dan beha-nya.

Saat sepasang benda itu sudah terburai keluar.. aku memandanginya sejenak..
Mengagumi betapa kencang payudara itu.. meski ukurannya tidak begitu besar.

Kulit permukaannya terlihat mulus dan licin. Tampak bersinar di kamar yang tidak begitu terang ini.
Bagai dua bulatan semangka yang ditempeli puting merah keras.

Melihatnya membuatku tak tahan.
Aku segera menunduk dan mengganti usapan tanganku dengan bibir.

Kujemput payudara bulat itu penuh nafsu. Kujilat dan kusedot putingnya habis-habisan.
Di permukaannya yang halus dan licin.. kutinggalkan banyak cupang kemerahan.

Sementara remasan tanganku yang masih menyertai..
membuat benda yang aslinya berwarna putih itu berubah menjadi kemerahan.
Tapi bagiku.. jadi tampak makin indah.

“Aaghhhhh.. Ssshhhhh.. Oughhhhh..”
pemiliknya yang tidak mampu melawan.. cuma bisa menggelinjang..

Sambil ia merintih-rintih saat saraf-saraf erotisnya yang sensitif terus kurangsang.
“Auw.. ampun Ndy..hhh geli..! Argghhhh..” desahnya penuh nikmat.

Setelah mengusap-usap sebentar pahanya yang putih mulus..
merasakan betapa halus dan licinnya benda itu..
tanganku mulai merayap ke selangkangannya.. kemudian merogoh selangkangannya.

Jari tengahku menyentuh itilnya dan mulai mengelus.. basah.
“Nghhh..!!” Bu Melly terhentak.

Sesekali jari kumasukkan ke dalam vaginanya.
Berusaha membuat sensasi dengan menyentuh G-spot-nya.

Aiihh..!! Tak terperikan kenikmatan yang kurasakan..
saat bisa meraba kemaluannya yang berambut halus dan tertata rapi.

Hmmm.. bisa kupastikan kalau benda itu masih begitu sempit.
Membayangkannya saja sudah membuatku tak mampu menahan getaran jiwa dan ragaku..

Apalagi pas merasakannya nanti..
Ughhh.. bisa-bisa aku kejang duluan.. hehehe..

Dengan jari-jari kasarku.. terus kuraba permukaannya yang makin lama terasa semakin membasah.
Sasaranku adalah kelentit..!! Ya.. alias itil.. alias klitorisnya.

Saat sudah kutemukan bulatan mungil kaku itu.. langsung aku menjepit dan menyerangnya bertubi-tubi.
“Auuoogghhhsss..!!” Bu Melly memekik panjang saat menerimanya.

Tubuhnya langsung melengkung dengan cengkeraman jarinya di kemaluanku terasa semakin erat.
Aku sampai kesakitan.

Segera kubalas dengan menusukkan jari-jariku ke lubang vaginanya dan mengocok cepat di sana.
Clepp-clepp-clekk-clekk-clekk-clepp-clepp..!! Ayo.. sekarang siapa yang nggak tahan..!?

Menggelinjang keenakan.. tubuh bu Melly terbanting keras ke ranjang.. lepas dari pelukanku.
Menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan.. dia merintih-rintih..
merasakan ujung-ujung jariku yang terus bermain di lubang kemaluannya.

Cairan birahinya yang keluar semakin banyak, kuusapkan-usapkan ke permukaaanya..
lalu kuratakan sebagai pelumas untuk memudahkan kocokan jari-jariku.

Sementara bibir dan tanganku yang nganggur.. kugunakan untuk kembali menyerang puting susunya..
dengan mengisap dan melumatnya rakus.

”Ooghhhhh.. ampun Ndy..hhh.. geli banget..! Aku nggak tahan.. ampun.. aahhhhh.. hentikan..!!”
Dia menghiba.. tapi tidak kupedulikan. Terus kuserang dan kugumuli tubuh sintalnya.

Aku sudah terlanjur bergairah.. nanggung kalau harus berhenti sekarang.
Tubuhnya yang sudah polos telanjang memudahkanku untuk merangsek ke ketiaknya.

Kujilat dan kusedoti kulit mulus yang bersih tanpa bulu itu.
Dia nampak sekali menikmatinya, terlihat dari rintihannya yang semakin keras dan bertubi-tubi.

Sementara jari-jariku terus menusuki lubang vaginanya..
menggelitik dinding-dindingnya yang penuh saraf birahi dengan tanpa henti.

Membuat wanita berkulit putih itu serasa kelenger penuh kenikmatan.
Dan tak terbendung lagi, cairan birahinya mengalir semakin deras.

Yang semula satu jari.. kini disusul lagi jari lainnya. Dua jari kini masuk..
Lalu mengocok semakin cepat. Kenikmatan yang kuberikan pada bu Melly semakin bertambah.

Dengan pengalamanku, aku tau persis dimana titik-titik kelemahan seorang wanita.
Jari-jariku kuarahkan ke G-spotnya.

Dan tak ayal lagi, dengan jilatan di ketiak dan kobokan jari-jari di lubang vaginanya..
aku bisa menggiring wanita cantik itu sampai titik di mana dia tidak mampu lagi membendung orgasmenya.

Saat rasa itu datang.. perempuan itu merangsek balik kepadaku.
Dengan terkejang-kejang.. dia menjatuhkan tubuhnya yang sintal ke atas tubuhku.

Segera kuraih kepalanya dan kuremasi rambutnya yang panjang.
Dengan sayang kupeluk tubuhnya yang montok itu erat-erat..

Clepp..!! Kembali kuhujamkan jariku dalam-dalam ke lubang vaginanya.
Seperti ingin menyumbat celah sempit itu agar cairannya tidak sampai tumpah keluar membasahi sprei.

”Aarrgghhhhhhh..!!” Menjerit keenakan.. bu Melly menarik apa saja yang bisa ia raih.
Bantalan ranjang teraduk.. selimut tempat tidur terangkat lepas dan terlempar ke lantai.

Sementara kakinya menghentak-hentak.. menahan kedutan vaginanya saat memuntahkan sperma.
’Sperma’ seorang perempuan yang berupa cairan bening yang memancar keluar dari dalam kemaluannya.

Pahanya yang putih mulus menjepit tanganku.. sementara pantatnya yang bulat terangkat-angkat..
menjemput kocokan tanganku yang mulai memelan.

Dia tampak sedang menanggung kegatalan birahi yang amat sangat.
Kuusap keringat yang mengucur deras di mata, pipi dan bibirnya..
lalu kukecup dia sekali lagi, panjang dan mesra.

Kusibakkan rambutnya yang tergerai basah untuk mengurangi gerahnya di kamar yang ber AC ini.
Kuelus bulatan payudaranya, sambil kusisir rambutnya yang awut-awutan dengan jari-jariku.

Sementara di bawah, kuperhatikan cairan cintanya merembes keluar dari celah-celah bibir vaginanya.
Melenguh puas, bu Melly menyandarkan tubuhnya dengan mesra di dadaku.

Hawa dingin AC dengan cepat meredakan orgasmenya..
membuatnya kembali bisa bernafas normal dan berpikir jernih.

”Ahh.. kamu hebat banget, Ndy.. bisa ngantar aku cuma dengan tangan.
Sepertinya malam ini aku bakal puas sekali..” bisiknya lirih.

Kukecup bibirnya yang mungil sebagai jawaban.
Dia menyambut ciumanku dan sekali lagi kami berpagutan mesra.

”Saya ambilkan minum dulu ya, bu..” kataku sambil beranjak dari tempat tidur.
Dia sempat menggenggam sebentar batang penisku yang masih ngaceng berat..
sebelum menepikan tubuhnya.. memberi jalan bagiku.

Dengan tubuh telanjang.. dan kemaluan tegang.. aku melangkah menuju kulkas kecil di sudut kamar.
”Air putih atau soft drink..?” Tawarku.

”Air putih aja..” dia menjawab dengan nafas masih sedikit ngos-ngosan.
Payudaranya yang putih terlihat semakin mengkilap karena keringat yang menempel di permukaannya.

Kuberikan air putih dingin di tanganku kepadanya.
Dia meminumnya sedikit sebelum menyerahkannya kembali kepadaku.

Kuhabiskan sisanya dan kutaruh gelas yang sudah kosong di meja.
Lalu kembali aku naik ke tempat tidur.

Bu Melly diam saja saat aku mulai menciumi dan mengusel-uselkan hidung ke tubuhnya.
Kuciumi perut.. pinggul dan payudaranya.

Dia belum merespon.. hanya nafas panjangnya saja yang terdengar.
Mungkin dia masih kelelahan akibat orgasmenya barusan..

Dan sekarang masih berusaha untuk mengumpulkan tenaganya kembali.
Tidak apa.. aku bisa mengerti.

Aku terus menciumi payudaranya yang bulat sempurna itu..
Kuisap dan kujilati keringat yang mengalir di permukaannya sampai benda itu menjadi bersih.

Sementara putingnya yang merah mencuat.. kugelitik dan kucucup berkali-kali dengan lidahku.
Beberapa saat kemudian.. atas inisiatifku kami bertukar posisi.. gaya 69.

Jilatan lidahnya semakin sensasional dengan menulur hingga ke pangkal kemaluanku.
Dua buah bijiku diseruputnya Ahhhhh..!! Bener-bener wuenakk..!!

Kini gantian aku merangkai kenikmatan buat Bu Melly.
Kusibakkan rambut-rambut halus yang tertata rapi dan kusentuh labia mayoranya dengan ujung lidah.

Dia menggeliat. Tanpa kuberi kesempatan untuk berpikir.. slrupp.. slrupp..
Slrupp.. slrupp..! Kujilati semua sudut vaginanya. Sesekali itilnya kugigit-gigit.

Bu melly menggelinjang tajam dan.. "Ndy.. aku keluar lo.. nggak tahan..” katanya di sela rintihan.
Tubuhnya menegang dan tiba-tiba terhempas lemas, Bu Melly kembali orgasme.

Bangga juga aku bisa membuat wanita cantik ini puas hanya dalam lima menit jilatan.
"Ahh.. enak Ndy.. aku bener-bener nafsu sama kamu. Dan ternyata kamu pintar muasin aku.
Makasih ya Ndy..” ujarnya dengan lemas.. namun bernada kepuasan.

"Jangan terimakasih dulu Bu, soalnya ini belum apa-apa.. nanti Andy kasih yang lebih dahsyat..” sahutku.
Kulihat matanya berbinar-binar.

"Bener ya Ndy. Aku sudah setahun aku nggak merasakan orgasme..
suamiku sudah bosan kali sama aku..” bisiknya agak merintih lirih.

Sejujurnya.. aku sungguh sangat menunggu detik-detik ini.
Detik-detik di mana kontolku untuk pertamakalinya merambah dan menembusi memeknya.

”Terimakasih, Ndy. Ditemani seperti sekarang aja, aku sudah senang kok..”
Sahutnya dengan tubuh kembali bergetar.. saat aku mulai mendorong batang penisku.

Slebbb..!! ”Ughhh..” aku melenguh.. tubuhku seakan terlempar ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar.
Nikmat sekali rasa perempuan cantik Bos-ku ini. Campuran antara panas.. lengket.. sempit.. dan menggigit.

”Auwhhh..!” Wanita paruh baya nan jelita itu menjerit kecil..
saat kepala tumpul yang bulat gede milikku menyentuh dan menguak bibir vaginanya.

Rasa kejut saraf-saraf di bibir kemaluannya langsung bereaksi.
Saraf-saraf itu menegang dan membuat lubangnya menjadi menyempit.

Seakan tidak mengizinkan kontolku untuk menembusnya lebih jauh. Itu membuatku jadi penasaran.
”Santai aja, bu.. Jangan tegang..” bisikku di tengah deru hawa nafsuku yang menyala-nyala.

”Ahhh.. h-habisnya, kon.. eh.. burung kamu gede banget sih. Jauh sama punya suamiku.
Aku jadi takut..” sahutnya terus terang.

Aku tersenyum. “Loh kok takut, bu..? Harusnya malah seneng dong..?”
Terus kugesek-gesekkan penisku. Kalau dia memang belum siap.. aku tidak akan memaksa.

”Iya, Ndy..” dan dengan kata-kata itu.. ia pun menyerahkan sepenuhnya tubuhnya kepadaku.
Bibir vaginanya menyerah dan merekah.. kini menyilakan kontolku untuk menembusnya.

Kepala penisku yang tadi tertahan.. slebb.. tiba-tiba bisa meluncur masuk meski masih agak sulit.
Bahkan kini vaginanyalah yang aktif menyedot agar seluruh batang kontolku bisa dilahapnya.

Tanpa perlu usaha yang berarti.. akhirnya ’helm tentara’ itu pun berhasil masuk menguak ’gerbangnya’.
”Uugghhhh..” aku merasakan geli yang amat sangat..
saat batangku yang kaku dan keras memasuki lubang kemaluannya.

Ahhh.. Terasa sesak.. penuh.. hingga tak ada ruang dan celah yang tersisa.. Ughh.. terasa begitu nikmat.
Rrrbbbb..!! Aku terus mendesaknya masuk hingga mentok di mulut rahimnya.

”Ughhh.. Ndy. Terus terang.. seumur-umur belum pernah rahimku ngerasain disentuh kontol seperti sekarang.
Kon.. eh.. burung suamiku paling-paling menembus sampai tengahnya saja..
masih banyak sisa ruang yang longgar..” rintihnya mesum.

Tanpa diberitau pun.. aku sudah tau. Vagina bu Melly memang sangat sempit.. seperti gadis saja layaknya.
Benar-benar beruntung aku bisa mendapatkannya.

”Saat dia tarik maupun dorong pun.. aku tidak merasakan sesak atau penuh seperti sesak..
dan penuhnya burungmu mengisi rongga vaginaku saat ini..” katanya saat aku mulai melakukan pompaan.

“Nikmati aja, bu. Akan kupuaskan ibu malam ini..” clebb.. crebb.. creb.. crebb.. clebb.. clebb..
Dengan pelan dan berirama.. aku terus menarik pelan pinggulku kemudian mendorongnya lagi.

Begitu berulang-ulang dengan frekuensi yang makin sering dan semakin cepat.
”Ahhhh.. iya, Ndy. Enak banget..! Terus..” dan bu Melly mengimbanginya dengan pintar.

Secara refleks.. pantatnya bergerak ke atas ke bawah.. mengejar dorongan dan tusukanku.
Sesekali dia juga bergerak memutar, sedikit ngebor apabila aku bergoyang pelan.

Tak lupa juga ia menggoyangkan kegelnya untuk makin memanjakanku.
”Ughhh.. enak banget bu.. hhhh..” aku mendengus.

Untuk membalasnya.. secara beruntun kukocok vaginanya dengan sangat cepat dan dalam.
Ia langsung berteriak keenakan. ”Aahhhh.. Ndy.. aarghhhh..!!”

Payudaranya bergoncang-goncang.. rambutnya terburai.. keringatku dan keringatnya mengalir berjatuhan di sprei.
Goyangan itu juga membuat ranjang kokoh yang kami pakai sampai berderak-derak tak karuan.

Segera kuremas-remas payudaranya sebagai pelampiasan rasa nikmat yang semakin dominan.
Kami sudah hilang kontrol. Aku terus bergerak cepat, sementara bu Melly sudah tidak mengeluh sakit lagi.

Seluruh gerak.. suara.. nafas.. bunyi.. desah dan rintih hanyalah nikmat saja isinya.
Posisi nikmat ini berlangsung kurang dari lima menit.

Kulihat tubuh montok wanita cantik itu sudah berkilatan oleh keringatnya.. makin menambah keseksiannya.
Dengan gemas terus kupermainkan puting susunya yang mencuat mungil.

Kugigit.. kujilat dan kupilin-pilin penuh nafsu. Sodokan kontolku makin lama juga makin kencang.
Berselang lima menit kemudian kugiring tubuh Bu melly duduk di atas pinggulku.

Slebbb..!! Mr.Happy kembali kumasukkan ke dalam vaginanya dan.. blesskk..!!
Ahhhhh..!! Lancar karena sudah basah.

Tanpa dikomando Bu Melly sudah bergerak naik-turun. Posisi ini membuatku bernafsu..
Karena aku bisa menatap tubuh indah putih mulus dengan wajah yang cantik.. sepuasnya.

Lama kami bereksplorasi saling merangsang.
Terkadang aku mengambil posisi duduk dengan tetap Bu Melly di pangkuanku.

Kupeluk tubuhnya kucium bibirnya.
"Ahh.. enak sekali Ndy..” ntah sudah berapakali kata-kata ini diucapkannya.

Mr.Happyku yang belum terpuaskan semakin bergejolak di sasarannya.
Aku lantas mengubah posisi dengan membaringkan tubuh Bu Melly.. dan aku berada di atas tubuh mulusnya.

Sambil mencium bibir indahnya.. kumasukkan lagi Mr.Happy ke belahan vaginanya.
Slebb..!! Crebb.. clebb.. crebb.. clebb.. crebb.. clebb.. crebb..

Pinggulku kuenjot naik turun.. kian lama makin cepat.. mengaduk-aduk liang nikmatnya.
Kulihat Bu Melly merem-melek menahan kenikmatan.
Pinggulnya juga mulai bereaksi dengan bergoyang melawan irama yang kuberikan.

Lama kami dalam posisi itu dengan berbagai variasi.. kadang kedua kakinya kuangkat tinggi..
Kadang hanya satu kaki yang kuangkat. Sesekali kusampirkan kakinya ke pundakku.

Bu Melly hanya menurut dan menikmati apa yang kuberikan.
Mulutnya mendesis-desis menahan nikmat.

Tiba-tiba Bu melly mengerang panjang dan.. "Ndy... aahhh.. aku mau keluar lagi..!!
Aku bener-bener nggak tahan..!!” Katanya sedikit berteriak.

"Saya juga mau keluar bu.. hhhh.. kita bareng yuk..!!” Ajakku.
Dan beberapa detik kemudian kami berdua melolong panjang..

"Ahhhhhh..!!" Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..
Kurasakan spermaku menyemprot deras dan dalam sekali..

“Ughhhh..!!” Bu Melly tersentak menerima muntahan lahar panas Mr. Happyku.
Lalu kami sama sama terkulai.

"Kamu hebat Ndy, bisa bikin aku orgasme duakali dalam waktu dekat..” katanya di sela nafas yang tersengal.
Aku cuma bisa tersenyum bangga.

"Bu Melly nggak salah milih orang.. aku hebat kan..?"
Kataku berbangga yang dijawabnya dengan ciuman mesra.
----oOo----

Setelah mengaso sebentar Bu Melly kemudian menuju kamar mandi dan membasuh tubuhnya dengan shower.
Dari luar kamar mandi yang pintunya nggak tertutup aku memandangi tubuh semampai Bu melly.

Tubuh indah seperti Bu Melly memang sangat aku idamkan.
Aku yang punya kecenderungan sexual Oedipus Complex.. bener-bener menemukan jawaban dengan Bu Melly.

Uhhh.. Bosku ini bener-bener cantik.. maklum mantan peragawati. Tubuhnya jelas terawat tanpa cela.
Ahh..! Betapa aku sangat beruntung bisa menikmatinya.. batinku.

Mr. Happyku tanpa dikomando kembali menegang melihat pemandangan indah itu.
Perlahan aku bangun dari ranjang dan melangkah ke kamar mandi.

Bu melly yang lagi merem menikmati siraman air dari shower kaget ketika kupeluk.
Kami berpelukan dan berciuman lagi. Kuangkat pantatnya dan kududukkan di meja toilet.

Kedua kakinya kuangkat setengah berjongkok lalu kembali kujilati vaginanya.
Slrupp.. slrupp.. “Ngggghhhh ahhhhhh..!!” Bu Melly kembali melolong.

Ada sekitar lima menit keberi dia kenikmatan sapuan lidahku..
lantas kuganti jilatanku dengan memasukkan Mr. Happyku. Slebb.. Jlebb..!!

Posisiku berdiri tegak.. sedangkan Bu Melly tetap setengah berjongkok di atas meja.
Kugenjot pantatku dengan irama yang pasti. Clebb. Clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. clekk.. clekk..

Dengan posisi begini.. kami berdua bisa melihat jelas aktifitas keluar-masuknya batang penis di dalam vagina..
Dua-duanya kini telah terlihat memerah tanda nikmat.

Setelah puas dengan posisi itu.. kutuntun Bu Melly turun dan kubalikkan badannya.
Kuposisikan tangannya menumpu di meja.. sementara badannya berposisi agak membungkuk.

Dengan gerakan gemulai dan mengundang hasrat.. ia kemudian menaikkan pantatnya..
Bersiap menerima batang kejantananku dalam doggy style penetration.

Ehmmm..!! Sejenak aku menikmati bayangan indah di cermin.
Rambut bu Melly yang panjang dan kini terlihat awut-awutan itu menggantung.

Matanya tertutup sambil agak menengadah.
Bibirnya yang merah mungil itu agak terbuka.. menghiasi wajahnya yang cantik.

Wajah itu jelas memancarkan gelora birahi yang menggila dan butuh pemuasan.
Buah dadanya yang ranum itu menggelantung dengan indahnya..
bergerak naik turun seirama nafasnya yang memburu.

Pahanya sudah membuka lebar.. memperlihatkan celah kemaluannya yang seperti berteriak tak sabar.
Rambut kemaluannya yang tipis.. kini basah dan elekat di pinggir mulut gua gelap itu.

Aku mendekatinya. Tanganku menyapu lembut kulit pantatnya yang mulus tapi padat.
Dari bayangan cermin kulihat Bu Melly menggigit bibirnya dan menahan napas..
seolah tak sabar menanti penetrasi batang kejantananku.

Nah.. posisi doggie style ini sangat kusukai..
karena dengan posisi ini aku ngerasa kalau vagina bisa menjepit punyaku dengan mantap.

Kulingkarkan tanganku di kedua pahanya.. lalu kuarahkan batang kemaluanku ke lubang kenikmatannya.
Slebbb..! Perlahan-lahan ujung kemaluanku yang melebar dan telah memerah mengkilap itu..
menyelusup di antara celah pangkal pahanya.. lalu menerobosi kemaluannya.

“Hhssshhh.. HHHHH..” bu Melly mendongak dan dari mulutnya terdengar desisan liar.
Sejenak aku berhenti dan membiarkan ia menikmatinya. "Aacchh..!” Bu Melly mengerang keras.

Kuatur nafasku.. lalu secara mendadak kuhentakkan pinggulku keras ke depan.. menghujam.
Jlebb..!! Sehingga terbenamlah seluruh batang kejantananku di liang kewanitaannya.

“Aghhh..!!” Uupps..! Bu Melly kembali terpekik. Kupikir dia kesakitan.. tapi ternyata tidak.
"Lanjutin Ndy, enak banget.. ohh.. kamu hebat sekali..” bisiknya mendesah lirih.

Aku menjambak rambutnya.. sehingga wajah yang cantik itu mendongak ke atas.
Sambil terus menggenjot kemaluannya.. aku menikmati perubahan mimik wajahnya..
menahan rasa nikmat yang bergelora dan menjalari seluruh tubuhnya.

Wajahnya yang memerah itu dialiri butiran-butiran keringat.
Kedua buah dadanya berguncang-guncang seirama..
dengan gerakan keluar masuk kemaluanku di liang nikmatnya.

Bunyi kecipak cairan vaginanya terdengar merdu berirama.. diiringi desahan dan lenguhan..
yang terus menerus keluar dari mulutnya yang mungil.

Ada sekitar 20 menitan dalam posisi kesukaanku ini.. hingga aku nggak tahan lagi mau keluar.
"Bu.. aku keluar ya..”? Kataku di sela-sela sodokan batang penisku di liang nikmatnya.
"Ayo sama-sama aku juga mau.. HHHH..” balasnya.. pun di sela erangan kenikmatannya.

Mendengar hal itu.. aku semakin bernafsu. Aku mempercepat gerakan pantatku.
Kemaluanku terasa semakin membesar dan memanjang.

Erangan dan lenguhan Bu Melly berubah menjadi jeritan histeris penuh birahi yang meledak-ledak.
"Oohh..! Lebih keras..!!" Jerit Bu Melly penuh nikmat.

"Ayo.. cepat. Cepat. Lebih keras lagii..!!" Ceracaunya semakin keras.
Keringatku deras menetesi pungguh dan dadaku. Wajahku pun telah basah oleh keringat.

Rambut Bu Melly semakin keras kusentak. Kepalanya semakin mendongak.
Lalu.. Jleghh..!! Dengan satu sentakan keras.. kubenamkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya.

“Okkkhhhh.. HHHHH..!! Bu Melly menjerit karena orgasme yang menggelora.
Kusentakkan tubuh Bu Melly ke atas.

Kedua tanganku menggapai kedua buah dadanya dan meremas-remas dengan penuh nafsu.
Sementara itu Ia juga menghentakkan pantatnya ke belakang agar lebih penuh menerima batang kemaluanku.

Pantatnya bergetar hebat. “Errrghhh..!!” Aku menggeram seperti singa lapar.
Di saat itulah kurasakan spermaku menyemprot dengan derasnya ke dalam rahim Bu Melly.

Rasanya tak ada habis-habisnya. Ughhh..!! Dinding-dinding vagina Bu Melly menjepit kemaluanku.
Erghhhh..!! Rasanya seperti terpilin-pilin.

Dan.. ohh aku lagi-lagi memuncratkan sperma ke dalam vaginanya yang diikuti erangan puas dari Bu Melly.
Aku memeluk kencang dari belakang.. lama kami menikmati sensasi multi orgasme ini.

Sangat indah karena posisi kami berpelukan juga menunjang.
Beberapa saat kemudian kami diam di tempat.. dengan kelamin yang tetap bersatu sepenuhnya.
Menggeletar dan mengejang.. mereguk segala kenikmatan yang hanya dapat ditemukan dalam persetubuhan.

Kulihat bayangan di cermin.. kupeluk Bu Melly dari belakang..
dengan kedua tanganku memegang dua bukit kembarnya..
sementara tangannya merangkul leherku dan yang lebih indah.

Aku belum mencopot si Mr. Happy.. dari bekapan hangat liang nikmatnya.. Oohh.. indahnya.
----oOo----

Selesai mandi bersama kami pun memesan makan.
Selesai makan kami kembali ke kantor dengan mobil sendiri-sendiri.

Sore hari di kantor seperti tidak ada kejadian apa-apa.
Sebelum jam pulang Bu Melly memanggilku lewat sekretarisnya.

Duduk berhadapan sangat terasa kalau suasananya berobah, tidak seperti kemarin-kemarin.
Sekarang beraroma cinta.

"Ndy.. kamu mau kan kalau di kantor kita tetep bersikap wajar layaknya atasan sama bawahan ya.
Tapi kalo di luar.. aku mau kamu bersikap seperti suamiku ya..” katanya tersenyum manja.

"Baik Bu cantik..” sahutku bergurau.
Sebelum keluar dari ruangannya kami masih sempat berciuman mesra.

Sejak itu aku resmi jadi 'suami simpanan' bosku.
Tapi aku menikmati.. karena sebenarnya aku juga jatuh cinta dengan wanita cantik idaman hati ini.

Sudah setahun hubungan kami berjalan tanpa dicurigai siapapun.
Karena kami bisa menjaga jarak kalau sedang berada di kantor. Hehehe.. (. ) ( .)
--------------------------------------------oOo-----------------------------------------
 
Bimabet
-----------------------------------------------------------------------------------

Cerita 50 – Gairahku

Aku terdiam melamun di ruang kerja eksekutif kantor pusat X group ini..
sambil memandangi satu-satunya foto masa SMA yang kumiliki.

Saat ini.. diperusahaan milik seorang Konglomerat ternama di Nusantara itu..
Aku menduduki jabatan yang begitu strategis. Aku direktur SDM.. umurku tak lebih dari 29 tahun.

Di ruangan sebelah kiri dari ruanganku.. adalah ruangan Direktur Utama group bisnis besar..
yang berkantor di sebuah pencakar langit bilangan MH Thamrin. Ia tak lain adalah ibu angkatku sendiri.

Orang memanggilnya Bu Siska. Nama lengkapnya Francisca Katherine S.
Beliaulah yang sejak aku berumur 14 tahun mengangkatku sebagai anak..
dan mengantarkan aku pada kehidupan maha mewah seperti saat ini.

Usianya saat ini sudah memasuki 47 sekarang.. perawakannya bongsor.
Berkulit putih.. sedikit gemuk.. sesuai tinggi badannya yang 169cm.

Saat itu hari minggu pagi dan aku baru saja menyelesaikan tugas dari beliau..
yang memang mendesak untuk dikerjakan..
Karena keesokannya ada recruitment cukup besar untuk sebuah pabrik kami di Jababeka.

Biasanya hari minggu kuisi dengan jalan-jalan bersama beliau.. tapi minggu ini kami semua sibuk..
dan beliau harus berada langsung kantor cabang kami di Tangerang..
untuk mengawasi langsung persiapan kerja Senin keesokannya.

Karyawanku di bagian SDM sudah kuperintahkan untuk pulang setelah merampungkan tugas-tugasnya.
Jam menunjukkan pukul 10.30 WIB, tinggal aku sendiri di ruanganku yang luas ini..
melamun membayangkan review perjalanan hidupku sejak 15 tahun yang lalu.

Rasanya aku hampir tak mempercayai dengan umur yang dini ini hidupku begitu sesak dengan dinamika.
Terlahir dari sebuah keluarga miskin di propinsi kaya minyak bagian timur Indonesia.

Bapakku meninggal saat aku masih dalam kandungan..
menyusul setahun kemudian ibuku sakit keras dan meninggal.

Jadilah aku yatim piatu. Kakak perempuanku yang mengasuhku waktu itu berumur 18 tahun..
menikah dengan seorang PNS di propinsi itu yang mengasuh aku sejak bayi.

Aku tumbuh dalam keluarga kakakku yang miskin juga.
Namun syukurlah.. kakakku mampu menyekolahkan adik-adik dan anaknya hingga aku SMP.

Setelah itu kakakku merasa bebannya terlalu berat.. hingga aku diserahkan pada keluarga kaya Bu Siska..
yang pada waktu itu tinggal di daerah yang sama.

Bu Siska dan Suaminya, pak Jimmy.. memang berasal dari daerah itu.
Mereka punya perusahaan tambang yang cukup berkembang..
hingga saat ini menjadi salahsatu yang terbesar di Indonesia bahkan di dunia.

Karena hanya memiliki dua anak yang semuanya perempuan.. bu Siska dengan senang hati..
menerima aku untuk tinggal.. dan sekaligus menjadi saudara angkat kedua anaknya.. Rani dan Rina.

Rani berumur sama denganku.. sedangkan mbak Rina lebih tua 5 tahun.
Keluarga itu memang sangat menginginkan anak laki-laki.

Namun oleh sebuah masalah kesehatan.. Papa Jim.. –begitu aku memanggil bapak angkatku..–
tidak mampu lagi memberikan keturunan. Mbak Rina dan Rani juga sangat menyayangiku.

Kehadiranku ditengah keluarga mereka semakin membuat cerah kondisi keluarga itu..
Hingga pada suatu saat tragedi keluarga –yang sebenarnya menurutku adalah anugerah..– itu terjadi.

Ketika aku dan Rani berusia 15 tahun.. setamat dari SMP.. keluarga itu memutuskan untuk pindah ke Jakarta.
Om Jim memiliki beberapa rumah mewah di Menteng dan Pondok Indah.

Bisnis keluarga itu juga telah berkembang pesat hingga kebanyakan transaksinya harus dilakukan di Jakarta.
Sebelum itu, aku dan Rani sudah sering pula diajak dalam perjalanan bisnis Bu Siska ke Jakarta.

Om Jim lebih sering bepergian sendiri ke luar negeri.. sehingga aku dan Rani lebih dekat dengan Bu Siska..
daripada dengan Om Jim.. sedangkan Rina waktu itu sudah kuliah di London.

Aku dan Rani bersekolah di tempat yang sama di Jakarta.
SMA di kawasan elite Menteng.. tempat anak-anak pejabat tinggi negara dan konglomerat bersekolah.

Aku dan Rani dekat sekali. Kami tidak saja merasa seperti saudara.. tapi sudah lebih jauh dari itu.
Ia merasa aku pacarnya.. sebaliknya aku juga merasa Rani adalah pacarku.

Bu Siska tau itu.. dan tak pernah mempermasalahkannya.
Ia mengerti.. aku dan Rani tidak memiliki hubungan darah.
Lagipula keluarga itu sangat mengerti bahwa aku adalah anak yang baik.

Prestasiku di sekolah sangat bagus.. tak pernah meleset dari rangking 1..
yang membuat mereka semua bangga padaku.

Kalau di rumah aku lebih sering membaca buku..
dan mengajari Rani pelajaran yang ia tidak mengerti dengan baik.

Kadang-kadang aku tertidur di kamar Rani yang berada persis di samping kamarku.
Lantai 3 rumah luas itu.

Di luar kamarku juga ada teras yang menghadap kebun belakang halaman rumah..
Aku dan Rani sering ‘pacaran’ di sana.

Dan Bu Siska sering menggoda kami dengan mengatai.. “Romeo dan Juliet mabok..!” Tapi ia tidak marah.
Malah seringkali di waktu luangnya.. Bu Siska membuatkan jajanan untuk kami berdua.

Sesekali ia juga sempatkan untuk bergabung ngobrol masalah-masalah ringan seputar studi kami.
-----oOo-----

Rani, Cinta dan Seks Pertama


Aku ingat hari itu di bulan November, aku dan Rani sedang berduaan di teras kamar Rani.
Kami ngobrol lepas soal teman-teman centil kami di sekolah.

Aku dan Rani waktu itu duduk di kelas 2 SMA. Rani jurusan Biologi dan aku di kelas Fisika.
Rani duduk di pangkuanku..

Aku memeluk sambil sesekali menciumi rambut hitam sebahunya dari arah belakang.
“Say.. kamu tadi ada di perpustakaan ya..?” Tanyaku pada Rani.

Oh ya.. sejak dua tahun sebelumnya.. aku mulai memanggil Rani dengan sebutan ‘sayang’..
Itu pula yang menyebabkan keluarga itu menyebut kami ‘Romeo & Juliet’.

“Iya.. emang kenapa..? Kamu cemburu..?” Jawabnya enteng,
“Ngga sih.. hanya saja kalau aku yang begitu pasti udah disemprot..!”

“Iya.. iya.. maaf.. aku ngga-ngapain kok..!” Ia mendaratkan sebuah ciuman di pipiku.
Dan untuk pertamakali dalam hidupku aku membalas ciuman itu di bibirnya.. bukan ciuman tapi melumat.

Hanya beberapa detik tapi cukup untuk membuatnya gemas dan melotot penuh arti.
Selepas ciuman pertama itu ia menatapku.. tatapan serius yang cukup sulit untuk diartikan.

Ada senyum terbersit di bibir tipisnya.. namun warna muka yang berubah merah itu..
bisa mengacaukan perasaan orang yang ditatapnya.

“Kamu marah say..?” Aku mengeratkan pelukan di pinggangnya.
“Hmmm.. hhh..” ia bangkit dan berbalik menghadap aku.. tapi kemudian memeluk.

Ada beberapa titik air mata terasa menetesi belakang leherku.
Kulepaskan pelukan dan menatapnya. Ah.. si cantik saudara angkatku.. pacarku.. cantik sekali..!

“Kamu jahat..!” Ia memberanikan diri memelukku lagi.
“Kenapa sayaaaang..?” Aku jadi tidak mengerti

“Tadi kamu juga duduk bareng sama si Mira.. aku lihat waktu jalan ke perpustakaan.
Kamu ngerayu dia kan..? Kamu ngga sayang aku lagi..! Kamu jahat..!”

“Ya ampuuun.. sayang.. gitu aja dicemburuin..? Iiiihhh.. kan dia cuman minta tolong ditulisin rumus kimia itu..”
aku membelai rambutnya.

“Sedekat itu untuk sekedar nanya rumus..?”
“Iya.. iya.. aku minta maaf lagi deh. Tapi sumpah demi Allah.. aku ngga ada apa-apa ama dia..”

Kucium lagi pipinya, terus ke bibir.
“Mmhh.. benar..?”

Ia melepaskan lumatanku sambil merengek manja.
“Beneerr..! Sueeerrr..!!!”

Aku melumat lagi.. kali ini ada desiran geli di bawah sana.
Sehari-hari aku memang sering memeluknya..
Tapi kali ini terasa lain.. ada gelora dan sayang yang lebih terasa.

Kami terus berciuman, melumat.. tanganku masuk ke dalam bajunya yang berkancing depan.
“Boleh..?” Kataku meminta izin.

“He-eh..!” Rani mengangguk lemah.
Dan inilah pertamakali dalam hidupku merasakan penjelajahan tubuh wanita dengan tanganku.

Kancing pengait BH nya yang juga di depan itu kulepas..
Dan tergapailah bukit payudaranya yang cukup ranum.

Rani memang memiliki payudara besar seperti ibu dan kakaknya..
Mungkin secara genotip keluarga ini punya bentuk payudara yang besar membusung.

“Auuuhhhffff.. sayaaangg.. kamu yakin..?”
Ia menatapku sejenak.. untuk meyakinkan bahwa ini pasti akan lebih jauh dari sekedar petting.

Ini yang pertama bagi kami. Aku menariknya ke kamar. Kami menuju tempat tidurnya yang luas.
Ranilah yang lebih dulu melepas celana pendekku.. lalu baju kaus putih yang kukenakan.
Dan terakhir CDku. Kini aku bugil di hadapannya.. Rani langsung mendekap

“Aku pasrah sayang..” sejenak ia menghentikan eksplorasi itu..
Mencium pipi dan melumuri wajahku dengan lidahnya

“Aku yakin kita memang dijodohkan untuk ini. Dan hari ini.. detik ini.. jadilah orang pertama yang ..”
Ia terdiam.. tak melanjutkan. Kemudian ia terduduk di hadapanku.

Aku meloloskan daster tipis itu dari tubuhnya.. lalu celana dalamnya.. behanya dan.. hmmm..
Saudari angkatku.. pacarku.. kekasihku.. alangkah indahnya tubuhmu..!!

“Untuk cinta kita, sayang. Kamu harus janji nggak akan ninggalin aku..” katanya mengajuk.
“Aku bersumpah, sayang..” jawabku tegas.. namun dengan suara tergetar.

Dan terjadilah peristiwa itu. Pelan dan lembut sekali..
Rani menghantarkan aku ke daerah pangkal pahanya.. yang ternyata sudah banjir itu.

Dengan pasrah Rani menyerahkan seluruh jiwa raganya untukku..
Aku juga mengakhiri keperjakaanku.

Penisku yang baru kali ini merasakan hal itu otomatis mendorong masuk.
Kami sama-sama mabuk asmara.

Dengan penuh kasih sayang kusetubuhi saudara angkatku yang telah begitu baik padaku itu.
Saat itu.. dengan air mata berderai.. diiringi rintihan Rani dan cumbuanku.

Darah perawannya mengalir deras.. aku jadi tak tega pada awalnya.
“Kenapa nangis sayang..?”

Kuhentikan gerakanku.. penisku masih terbenam dalam liang vagina..
yang baru saja tertembus penis untuk pertamakalinya itu.

“Yang pelan aja sayang.., punyaku sakiiit banget..!” Lirih dia memprotes aksi coblosanku.
“A-pa kita berhenti dulu..?” Tanyaku risau.

“Jangan say.. aku rela. Aku bahagia bisa mempersembahkan kehormatanku buat kamu..”
Tangisnya terus mengalir seiring kata-kata mesra itu.

Aku yang tak tahan untuk terus berdiam.. kugoyang perlahan sambil terus mengecup bibir indahnya.
“I.iyyahh.. sayang.. ouff.. pelan-pelan.. yahh.. Uffhh mulai.. enaakkhh ouhh.. aku sayang kamuuhh..!!”

“Akuuhh jugahh.. sayaang.. ohh, kalauu sakiit.. hhhh biiill aangg yaahh..?”
Sambil terengah-engah menikmati goyanganku..
aku mencoba menjawab cumbuan kata-kata mesra dari bibir mungil itu.

“Boleh aku di atas, yang..?”
Pintanya setelah beberapa saat aku menindihnya dengan gaya konvensional.
“I..iyahh.. sayang, ayo.. kamu juga harus puas..!”

“Kamu masih lama, kan..?”
“Hhk..ehh..” kuangkat tubuhnya sambil merebahkan diriku ke samping.. kemaluan kami masih terpaut.

Kini ia berada di atasku.. mengangkang di sana..
Ahhhh.. betapa menggairahkannya posisi ini kalau dilihat dari bawah..

Susunya berayun-ayun mengundang tanganku menjamahnya.
Aku meremas.. Rani sudah tak merasa sakit lagi. Ganti ia yang banyak mendesah.

Malah kini berteriak-teriak histeris sambil menghempaskan pantatnya dengan keras.
Aku pasif saja menikmatinya..
Hanya tangan dan bibirku terus memainkan payudaranya yang kencang dan ranum itu.

“Aku.. uohhh.. mauuuhhh samm.. aahh.. saampaaaiii.. ouh.. ahhh.. keluuaarr.. sayang..! Hhhhhh..!!!”
Rani menjerit keras.. diiringi dengan hempasan yang sangat kuat ke arah pinggangku.

Ia menghenyakkan pangkal pahanya setandasnya.. sangat rapat di selangkanganku.
Jleghh..!! Penisku otomatis menghujam keras dan mentok di dasar liang rahimnya.

Berdenyut di situ.. dan dengan segala sisa tenaganya Rani menjambak rambutku..
Menunduk dan menyedot bibirku keras.. lalu pindah ke dadaku.. ia menggigit di situ.

“Aku juuuugaaahhhhhh.. keluuuaaarhhhhhh oooohhh.. saaaayaaaanggg..!”
Geramku panjang.. karena mendadak penisku seperti tersedot nikmat dalam vaginanya..

Hingga tak dapat lagi kutahan cairan spermaku meluncur dengan deras di dalam liang nikmatnya.
“Sama.. samaa.. sayaangg.. aakuu nggak kuaaat lagiii iiiihhhhh aahhh..!”

“Raaaaaannnnnn..iiiiii.. saaayaaaanggggg..!! Aahhh..!!” Crett.. crettt.. crett.. crett..!!
Tergolek lemas kami berdua.. masih berpelukan.. dengan degub jantung berangsur normal.

Berebut mengambil nafas kepuasan yang terpancar di wajah kami berdua. Rani Bahagia sekali.
Dan dasar pemula.. kami masih saling merangsang.. lagi dan lagi. Seperti tak ada hari esok.

Waktu merayap.. tak terasa selama 4 jam lebih kami melakukannya.
Sore hingga malam harinya kami saling tindih.. saling rengkuh..

Darah perawannya berceceran di sprei.. di karpet dan di sofa. Akhirnya kami tertidur.
Sejak saat itu aku dan Rani jadi semakin ketagihan.

Hubungan kami tak lagi seperti saudara.. tapi lebih sebagai suami istri.
Di sekolah kami saling mengawasi.. kasih sayang kami jadi benar-benar tak bisa dipisahkan.

Walau pun kami masih melakukannya secara sembunyi-sembunyi.
Rupanya Bu Siska mengetahui perubahan pada diri anaknya.. namun tetap saja ia menyayangi kami berdua.

Bahkan sesekali ia menyuruhku tidur di kamar Rani saat ia tidak di rumah.
Dan kalau kami makan bersama.. Rani selalu mengambilkan makanan di meja itu untukku.

Ia tak lagi canggung di depan keluarganya..
Bahkan kini Papa Jim seringkali menyindirku dengan bertanya.. “Istrimu sehat, Bud..?”
Maksudnya tak lain adalah anaknya sendiri si Rani.

Kalau bicara denganku Papa Jim memang lebih sering menggunakan terminologi ‘istrimu’..
daripada ‘anakku’ si Rani.

Sewaktu dia mendapatkan lembar ulangan Rani yang buruk nilainya..
malah dia langsung menelponku dengan mengatakan..
“Aduh Bud.. gimana istrimu itu. Nilai kok hancur begitu..?” Ah.. beruntungnya aku.

Tapi aku yakin.. keluarga itu tidak pernah tau..
bahwa aku dan Rani sudah melakukan hubungan badan layaknya suami istri.

Mereka paling hanya melihat tingkah kami yang mesra itu tanpa tau sejauh mana hubungan kami.
-----oOo-----

Dua bulan setelah itu keluarga itu mengalami ujian yang sangat berat.
Dari Rani aku mengetahui rahasia keluarganya yang sebelumnya gelap gulita bagiku.

Ternyata Papa Jim memiliki simpanan yang cukup banyak..
perjalanan bisnisnya keluar negeri atau keluar daerah selama ini..
hanya jadi kesempatan baginya untuk menjalin affair dengan banyak wanita.

Bu Siska sebenarnya sudah mengetahui semua itu sejak awal..
namun ia tak kuasa begitu memikirkan keharmonisan keluarganya.

Sebagai seorang ibu yang mencintai keluarganya ia lebih mementingkan keutuhan rumahtangga..
daripada ego pribadi kepada suaminya itu.

Ternyata selama itu pula keluarga Bu Siska menyembunyikan disharmoni keluarganya dariku..
Bahwa kemesraan antara Bu Siska da Papa Jim hanya sandiwara untukku saja.

Rani mengakui ia telah kehilangan figur bapak pada diri papanya dan oleh karena itulah..
ia begitu mendambakan saudara pria.. hingga begitu aku memasuki kehidupannya..
ia langsung menumpahkan segala perasaan sayangnya kepadaku.

Mbak Rina juga memutuskan untuk studi luar negeri.. karena merasa muak dengan papanya.
Mereka bertiga sudah merasa tak lagi memiliki ayah atau suami.. sejak mengetahui rahasia papanya itu.

Ternyata pula perusahaan besar itu adalah milik keluarga Bu Siska.
Papa Jim awalnya hanyalah seorang karyawan di sana..
yang karena pernikahannya dengan Bu Siska mendapat jabatan direktur.

Entah kenapa semenjak mengetahui cerita tersebut dari Rani.. aku jadi ikut-ikutan menjustifikasi Papa Jim.
Kini ia tak lebih baik dari seorang bajingan tengik yang tak tau diri.

Akhirnya pada bulan itu juga.. aku lupa tanggalnya..
terjadi pertengkaran yang hebat antara Bu Siska dan suaminya.

Banyak kata-kata sumpah serapah yang keluar dari mulut Papa Jim..
sedang Bu Siska tampak lebih bisa menguasai diri.

Tapi ujungnya mereka memutuskan untuk bercerai dan Papa Jim tidak diperkenankan lagi..
menduduki jabatan di perusahaan itu, alias dipecat!

Aku menghela nafas panjang mendengar penuturan Rani..
sore itu setelah semua hal yang berkaitan dengan perceraian dan kepergian Papa Jim dari rumah itu..
kami –Aku.. Rani dan Bu Siska..– duduk santai di beranda belakang lantai dua rumah itu.

Bu Siska segaja membiarkan anaknya menuturkan semua rahasia itu padaku..
ia hanya terdiam sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.

Kami bertiga memang lebih akrab lagi sejak peristiwa perceraiannya.
Aku dan Rani sepakat untuk saling membantu menghibur mamanya..
agar cepat melupakan kenangan buruk itu.

Aku duduk berselonjor kaki di lesehan empuk beranda itu, bersandar di tembok.
Di pundak kananku ada kepala Bu Siska sedang Rani tiduran dengan kepalanya di atas pahaku.

Tak ada perasaan apa-apa waktu itu.. karena hal yang sangat lumrah bagi kami bertiga..
yang hampir tiap sore curhat di tempat itu.

Sampai kemudian Bu Siska menyuruh Rani agar masuk tidur..
karena terlihat matanya yang sembab menahan tangis ketika bertutur tadi.
Rani pun mengiyakan dan beranjak ke kamarnya.

Tinggal aku dan Bu Siska di sana.. ia masih bersandar di bahuku..
Lama kelamaan mungkin karena pegal.. ia pindah dan berbaring di pahaku.

Aku pun sudah terbiasa dengan hal itu.. kubelai rambutnya yang sebahu.. lebat dan hitam terawat.
Ehmmm.. Keharuman tubuhnya menyeruak seketika ia mengangkat tangannya membelai pipiku.

“Bud..” panggilnya pelan sekali.
“Iya Bu..” lembut kubalas.

“Ibu sayang sama kamu. Ibu sudah menganggap kamu seperti anak ibu sendiri..”
Tangannya masih membelai pipi kiriku dengan lembut.
“Terimakasih Bu. Budi juga sangat sayang pada ibu.. Mbak Rina dan Rani..”

“Dan ibu juga ingin kamu benar-benar menjaga Rani dengan baik.
Ibu tau kalian tak sekedar main-main dengan hubungan kalian kan..?”

Degg..!! “Bu.. dari mana ibu tau hubungan kami..?” Aku terkejut juga.. wajahku berubah pucat..
membayangkan apa yang akan ia katakan kepadaku mengetahui hubunganku dengan Rani.

Aku khawatir sekali.. jangan-jangan ia marah dan memutuskan hubungan itu..
Lebih parah lagi jika ia mengusirku dari rumahnya. Wah.. bakalan buyarlah masa depanku.

Tapi melihat sikapnya yang biasa saja.. aku jadi sedikit tenang.. dan berharap tak akan ada apa-apa saat itu.
Bu Siska masih memejamkan mata dan membelai pipiku manja.

“Ibu juga pernah muda Bud, ibu tau hubungan kalian sudah jauh.
Kalian sudah layaknya suami istri.. itu ibu bisa mengerti.
Dan ibu tidak mempermasalahkan itu.. karena ibu sangat menyayangi kalian berdua..” katanya lirih.
CONTIECROTT..!!
---------------------------------------------OOo-----------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd