Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

-------------------------------------------------------------------------

Cerita 46 – Atasanku yang Anggun

Episode Dua


Untuk lebih mengakrabkan hubungan kerja di kantor..
teman-teman kantor mengadakan acara pergi bersama ke tempat santai..
Ya.. semacam gathering gitu.. yaitu di daerah pegunungan yang berhawa dingin.

Semua teman-teman kantor pada ikut.. tidak terkecuali Mbak Tatik. Namun ada aturannya.
Bahwa semua karyawan dan karyawati harus ikut dan tidak boleh bawa pacar.. biar lebih bebas..
–Pada saat itu kami semua belum berkeluarga.. kecuali Mbak Tatik tentunya..–

Hanya Mbak Tatik saja yang diperkecualikan untuk membawa keluarga..
–dalam hati aku sangat kecewa.. karena tidak bisa bebas mendekati Mbak Tatik.. karena takut ada suaminya..–

Pada hari Jum’at sore.. setelah selesai tutup kantor.. kita semua sudah berkumpul di kantor..
untuk berangkat ke Puncak. –bukan Puncak di Cipanas lho..–

Semua yang berangkat ada 17 orang cowok-cewek.. termasuk aku.. dan Mbak Tatik bersama suaminya..
dengan membawa 2 anak kecil.. yang ternyata keponakan Mbak Tatik.

Dalam hatiku kejengkelan bertumpuk..
karena Mbak Tatik sudah bawa suami.. tambah keponakan lagi.. Wuaahh.. repot.. pikirku saat itu.

Untuk membawa ke Puncak.. sudah dipersiapkan tiga mobil Panther yang dipakai oleh karyawan..
dan satu Kijang yang dipakai oleh keluarga Mbak Tatik.. masing-masing mobil sudah disediakan supir.

“Kalau 3 mobil nggak cukup.. satu orang boleh dech ikut saya.. atau biar Dik Anton saja yang ikut mobil saya..”
kata Mbak Tatik kepada teman-teman.. matanya sambil melihatku.

Cerdik juga boss yang satu ini..!! Pikirku.. dan sangat halus sekali triknya.
Agar Mbak Tatik tetap dekat denganku.. tapi tidak terlalu mencolok..

Makanya pura-pura menawarkan tetapi langsung menutup penawaran kepadaku.
“Ayo siapa yang ikut mobil Mbak Tatik.. biar aku yang di Panther aja..!!”
Kataku pura-pura menawarkan kepada teman-teman..

Karena aku tau.. pada tidak ada yang berani satu mobil dengan Mbak Tatik..
Rata-rata mereka pada sungkan.

“Udah dech.. biar Anton aja yang ikut.. sekali-kali kita kerjain..
biar tau rasa gimana rasanya satu mobil dengan Mbak Tatik..
Mungkin sampai di tempatnya Anton sudah tegang nggak bisa bergerak..”
Kata Nita temanku sambil tertawa kecil mau mengerjai aku.

Ya bener.. sampai di tempat aku bisa tegang.. tapi bukan tegang karena sungkan.
Tapi tegang karena nggak tahan aja berdekatan dengan Mbak Tatik
.. kataku dalam hati.
Dan yang tegang hanya bagian tertentu saja.. tidak seluruh badan. Hehehe..

“Jangan aku dong.. yang cewek aja..” pintaku berpura-pura.
Tapi teman-temanku langsung lari berebut mobil masing-masing..

Hingga akhirnya aku jalan juga ke mobil Mbak Tatik.. dan sekali lagi pura-pura mengumpat mereka.
Suami Mbak Tatik hanya senyum-senyum melihat kelakuan kami.

Oh ya.. aku belum kenalin sama suami Mbak Tatik. Namanya sebut saja Mas Joko..
Orangnya besar.. gagah dan ganteng.. –kata teman-teman cewek..– dan agak pendiam.
Wajahnya mirip dengan Rahmat Kartolo.

Mas Joko duduk di jok depan dengan supir.
Sedangkan Mbak Tatik.. kedua keponakan yang masih kecil dan aku duduk di jok tengah.
Jok belakang penuh dengan perbekalan.

Begitu aku duduk di mobil.. pertama yang kulakukan adalah mempelajari situasi mobil.
Posisi kaca spion.. dan posisi duduk supir dan posisi duduk Mas Joko.

Sekiranya memungkinkan untuk melakukan serangan awal terhadap Mbak Tatik.
Dan ternyata masih memungkinkan.. kalau hanya sekedar serangan-serangan ringan.

Sorry.. agak norak sedikit melakukan serangan ringan di mobil..
Habis.. kukira siapa pun akan sayang membiarkan tangan ini tidak bersinggungan..
dengan kemulusan tubuh Mbak Tatik yang memang sintal.. padat dan berisi.

Di perjalanan.. Mas Joko banyak membaca buku.. jadi tidak banyak pembicaraan kami dengan Mas Joko.
Mbak Tatik duduk di sebelah kanan.. aku duduk di sebelah kiri.. dan kedua keponakan duduk di antara kami.

Sehingga kami cukup leluasa kalau hanya melakukan cubitan-cubitan kecil di pinggang Mbak Tatik..
kadang sedikit elusan di pantatnya.. maupun pinggangnya.

Tapi sebaliknya.. tangan Mbak Tatik terkadang juga memberikan cubitan halus di pinggangku.
Dan setiapkali aku dicubit.. rudalku langsung sudah siap mencari sasaran.
–maklum.. saat itu usiaku masih dalam taraf 'pandangan Hidup'.. haha..–

Setiapkali kusentuh pinggang atau pantatnya..
kelihatan Mbak Tatik agak menghela nafas dan wajahnya menunjukkan sedikit tegang.
Memang kuakui sih.. kalau Mbak Tatik itu tegangan tinggi juga.

Tidak ada yang istimewa yang perlu diceritakan dalam perjalanan..
karena jarak kantor kami dengan Puncak tidak lebih dari 50 km..
sehingga perjalanan cukup ditempuh tidak lebih dari 40 menit saja.

Menjelang Maghrib.. kami semua sudah sampai di Hotel. Setelah mandi dan istirahat sebentar..
malam kita gunakan untuk bercanda ria dan menikmati santap malam Kambing Guling.

Kami semua menikmati acara tersebut.. kecuali Mas Joko.
Dengan alasan mengantuk.. maka Mas Joko tidak ikut bersama-sama dengan kami.

Mas Joko lebih suka makan di kamar dan akhirnya tertidur.
Tinggallah kami semua dan Mbak Tatik bercanda ria.

Setelah selesai makan.. kami berpencar berkelompok-kelompok.
Ada yang bercerita berkelompok.. ada yang jalan-jalan menikmati malam..
Juga ada yang sekedar memainkan gitar.. dengan lagu-lagu tahun 70-an.

Mbak Tatik memberi kode ke aku untuk mendekat.. dan dia berbisik..
“Dik Anton.. anterin Mbak Tatik jalan ya..”

“Lha Mas Joko..?” Tanyaku terkejut.
“Udah dech.. nggak usah pikirin Mas Joko.. Mas Joko sudah tidur..”

“Mbak.. Mas Joko bener sudah tidur..?” Tanyaku menyelidik.
“Ya begitulah Mas Joko.. dia lebih suka menyendiri dan pasti dia sudah tidur..” kata Mbak Tatik.

Kami berjalan berdua.. dan kami saling membisu. Aku masih diliputi perasaan takut kalau Mas Joko tau..
dan pikiranku terus berputar.. kuajak ke mana Mbak Tatik ini.

“Kalau tau kita berdua gini.. gimana Mbak..?” Tanyaku memecah kebisuan.
“Dik Anton nggak usah takut.. dia percaya kok sama Dik Anton.. dikirain Dik Anton kan masih kecil..
masa’ mau ngapa-ngapain sama aku..?” Katanya menenangkanku.

“Ya masih kecil.. tapi si kecil ini kan sudah bisa gede.. dan bisa membuat anak kecil..” jawabku menggoda.
Mbak Tatik hanya terseyum dan mencubit pinggangku.
Kutangkap tangannya dan kutarik badannya.. sehingga kami jalan berdekapan.

Aku berjalan di sebelah kiri Mbak Tatik.. sehingga tangan kananku dapat dengan leluasa..
mendekap pundak Mbak Tatik.. untuk melindungi dari hawa malam yang cukup dingin.

Kami berdua berjalan.. aku tau betul liku-liku jalan di Puncak ini..
maka kubawa Mbak Tatik di tempat yang sangat aman.

Kudekap badannya.. kubelai-belai punggungnya.. sambil sesekali kucium telinganya.
Mbak Tatik mendesah mengeratkan dekapannya ke tubuhku.

Tangan kiriku mengusap-usap buah dadanya yang kenyal dan padat di balik baju sweaternya..
dan sedikit kuremas.. sedangkan tangan kananku untuk meremas pantatnya yang bundar dan padat.

Ciumanku berkali-kali kudaratkan pada tengkuk dan belakang telinganya.
Turun ke pipi.. dan akhirnya kami saling berhadapan dan berdekapan.

Kuciumi dengan halus pipinya.. turun ke bibirnya. Kukulum lidahnya.. dan bibir kami saling berpadu.
Nafas kami berdua sudah mulai tidak beraturan.

Kedua tanganku kudekapkan erat di punggung Mbak Tatik..
tangan kiriku kugunakan untuk mendekap pantat Mbak Tatik dan sedikit kutekan..

Sehingga kekenyalan batang kemaluanku dapat dirasakan oleh kewanitaannya..
Kemudian aku mulai geser-geserkan kemaluanku di kewanitaannya.

Sementara tangan kananku kutelusupkan di bawah sweaternya..
untuk mengusap kulit punggungnya yang halus.. lembut dan sudah mulai hangat oleh birahi.

Udara malam semakin dingin.. tetapi badan kami berdua sudah semakin panas.
Kami berdua sudah tidak tahan untuk tidak menyelesaikan permainan ini..
Karena serangan-serangan awal sudah dimulai sejak tadi sore.. ketika dalam perjalanan.

“Dik Anton kita cari tempat yang enak aja Dik..” bisik Mbak Tatik sambil mendesah menahan birahi.
“Nanti kelamaan.. Mbak..? Gimana kalau Mas Joko bangun..?” Kataku agak khawatir.

“Dik Anton tenang saja.. Mas joko itu kalau tidur lama kok.. dan nggak pernah bangun..
Nanti seandainya bangun.. gampang kok aku cari alasan..” kata mbak Tatik meyakinkanku.

“Oke dech Mbak.. yuk kita jalan..” balasku mulai tenang.
Aku bimbing Mbak Tatik ke arah hotel yang dekat.

Aku tau persis tempat di sini yang nyaman buat Mbak Tatik.
Hanya lima menit perjalanan kaki kami sudah sampai di hotel yang mungil.. tapi sangat bersih dan aman.

Kami memesan kamar yang nyaman. Petugas receptionist sepertinya mengerti benar kebutuhan kami.
Tidak banyak pertanyaan dan langsung mengantar ke kamar yang kami maksud.

Di dalam kamar.. setelah pintu kami kunci.. Mbak Tatik langsung melepaskan baju sweaternya.
Sehingga tinggallah kaus singlet yang tipis dengan belahan dada agak lebar.

Dipadu dengan celana jins ketat di bawah lutut.. sehingga pinggulnya kelihatan sangat bundar dan padat.
Kami berdua langsung berdekapan. Nafas kami berdua sudah memburu.

Wajah Mbak Tatik agak menengadah.. menunggu ciuman.
Matanya sedikit terpejam dan bibirnya yang tipis sedikit terbuka.

Kulumatkan bibir tipis yang sedikit terbuka. Kuisap lidahnya..
kumainkan lidahnya dengan lidahku dan kueratkan dekapanku di punggungnya.

Lama kami menikmati ciuman itu.
Baru setelah aku puas menikmati bibir yang tipis.. kugeserkan mulutku turun ke lehernya.

Aku sangat menikmati ciuman di leher ini. Karena menurutku leher Mbak Tatik itu sangat seksi.
Lehernya agak tinggi.. dengan kulit yang mulus.. dan padat berisi. Sehingga lidahku menari-nari di lehernya.

“Uhf.. uuhh.. sstt.. Diikk Aanntoonn.. awaas hati-hatii.. janggann sampai membekas..”
Nafas Mbak Tatik mulai tidak teratur.

Mbak Tatik ini kalau penampilan luar sangat anggun dan tenang..
tetapi kalau birahinya sudah mulai naik.. Mbak Tatik bisa sangat liar.. meskipun tidak sampai teriak-teriak.

Dan Mbak Tatik ini memiliki tegangan sangat tinggi.
Baru disentuh sedikit saja.. nafasnya sudah tidak karuan.

“Mmeemm.. jangan khawatirr.. Mmmbakk..” jawabku menenangkan.
Ciumanku sudah mulai turun ke sebelah atas dari buah dadanya.

Kuciumi ke dua buah dadanya yang ranum.. meskipun masih terhalang kaos dan BH.
Mbak Tatik semakin menengadah.. dan kepalanya mendongak ke belakang..
dengan mata terpejam.. dan mulut masih bergumam.

“Emm.. uugghh.. Diikk Aaantoon.. uugghh..”
Kelihatannya Mbak Tatik sudah mulai tak sabar.. dia lepaskan sendiri singletnya..

Kemudian BH-nya juga dilepaskan sendiri. Sehingga dengan jelas kedua bukit bundar.. kencang..
dengan kedua putingnya yang bulat kecil berwarna coklat yang sudah tegak.

Kedua susunya bergoyang-goyang..
sebagai akibat goyangan badan Mbak Tatik yang mulai terangsang hebat.

Tiba-tiba tangan kanan Mbak Tatik memegang kemaluanku yang dari tadi sudah tegak..
kemudian meremasnya karena sudah gemes.

“Uuhh.. mm.. janngan kenceng.. kenceng dong Mmbak.. umm.. Sakiitt.. mm..”
protesku masih sambil menciumi perutnya.
“Sstt.. ggeemess kok.. Diik.. ugghh..”

Karena Mbak Tatik sering menggerak-gerakkan badannya ke belakang.. dan sering mendongak..
maka susunya terlihat bergoyang-goyang..
Tapi aku harus menahan badan Mbak Tatik dengan kuat supaya tidak jatuh ke belakang.

Kupondong Mbak Tatik dengan kedua tanganku.. dan Mbak Tatik mendekapkan kedua tangannya di leherku..
Mbak Tatik tersenyum menggoda.. kucium susunya.. dan sekali lagi Mbak Tatik menggelinjang.

Kutidurkan Mbak Tatik dengan perlahan di atas ranjang. Mbak Tatik masih memejamkan matanya.
Kucium sekali lagi bibirnya.. sambil kuusap pipinya dengan tangan kananku.

Aku masih menikmati bibirnya.. tapi tanganku sudah mulai bergeser ke lehernya..
turun ke bawah.. melingkari lingkaran luar susunya.

Kuremas-remas susunya dengan lembut. Mbak Tatik semakin menggelinjang.
Tangan kirinya mendekap leherku.. dan tangan kanannya menjambak-jambak rambutku.

Kedua kakinya bergerak-gerak tidak karuan di atas ranjang..
membuat spreinya sudah tidak beraturan lagi.

Ciumanku kugeser ke leher.. dan terus turun ke bawah..
kulingkari kedua payudaranya dengan ciumanku.

Aku cium payudara kiri..
sedangkan payudara yang sebelah kanan tetap kuremas-remas dengan tangan kananku.

“Uuughh.. hh.. sstt..” desis Mbak Tatik menahan rangsangan.
Kuhentikan ciumanku sebentar.. karena aku mau melepaskan jins Mbak Tatik.

Waaoo.. sepasang kaki indah di balik celana jins mulai kelihatan.
Srettt..! Kuturunkan perlahan-lahan celana jins-nya.. dan akhrinya CD-nya juga kuturunkan sekalian.

Kini nampaklah kemaluan Mbak Tatik yang padat berisi dengan belahan indah di tengahnya.
Rambut halus dan hitam pekat menghiasi kemaluannya..
Sangat kontras dengan warna kulit kemaluannya yang kuning langsat.

Aku kembali menciumi sekeliling pusar Mbak Tatik.. dan kumainkan pusarnya dengan lidahku..
sementara tangan kananku membelai kedua pahanya yang padat dan mulus.

Kuusap-usapkan dengan lembut kedua pahanya.. dan selangkangannya.
Selangkangan yang kanan dengan jari manis.. dan selangkangan kiri dengan telunjuk..
Slepp.. srepp.. srepp..kuusapkan secara bersama-sama.

Kulingkari sekitar kemaluannya dengan jari-jariku.
Aku selalu menghindari untuk menyentuh klitorisnya sampai menunggu waktu yang tepat.

Kedua kaki Mbak Tatik bergoyang-goyang tidak karuan.. pinggulnya juga bergoyang-goyang naik-turun..
minta klitorisnya disentuh.. tapi aku tetap hanya menyentuh tepian dari kemaluannya dengan lembut.

Setelah puas menciumi pusarnya.. kunaikkan bibirku kembali menciumi lingkaran susunya..
baru setelah puas.. bibirku kusentuhkan dengan pentilnya..
bersamaan dengan jari tengahku menyentuh klitorisnya.

Menerima perlakuanku seperti itu.. Mbak Tatik langsung menarik nafasnya lega..
seakan terpenuhi apa yang diharapkan selama ini.. sampai ia melenguh..
“Uuugh nikmat Dikk Anntoon.. uughh.. ennaakkgghhk sseekalii.. uhhnn sstt..”

Bersamaan dengan lenguhan tersebut..
Mbak Tatik mengeratkan dekapannya di leherku dan tanganku dicepitnya dengan kedua kakinya.

Liang kemaluannya telah sangat basah dan sudah sangat merekah..
seakan-akan sudah menunggu pisang yang akan dilahapnya.

Aku masih mengulum pentilnya bergantian kiri dan kanan..
sementara ujung jari tengah tangan kananku masih membelai-belai kitorisnya dengan lembut.

Dalam mengusap klitoris ini harus hati-hati.. jangan sampai penuh dengan tekanan..
hal ini sangat disukai oleh Mbak Tatik.

Kedua kaki Mbak Tatik sudah tidak menjepit tangan kananku lagi.. tetapi sudah telentang..
sehingga liang kemaluannya merekah dengan lebar..
dan tanganku dengan leluasa mengusap klitorisnya dan bibir kemaluannya.

“Uuughhff.. uugghh eff.. Diikk.. Anntt.. oonn.. eennaakk.. sekalii.. Diikk.. uugghff..”
Lenguhan Mbak Tatik yang manja.. dan merengek-rengek semakin menambah naiknya birahiku.

Aku terus mempermainkan ujung jari tengahku di klitorisnya.. dan kurasakan kewanitaannya semakin basah.
“Diik.. Aaantoonn.. uugghff masukiin.. Dik.. akuu sudaah tiidakk tahaan.. uugghhff..”

Rengek Mbak Tatik dengan memelas.. kuhentikan ciumanku dan kuhentikan juga usapan di klitorisnya.
Aku lantas berdiri dengan kedua lututku di antara selangkangannya..
kuletakkan kedua kaki Mbak Tatik di pundakku..

Slepp.. slepp.. slepp.. dengan perlahan-lahan kuusapkan kepala kemaluanku dengan bibir kemaluannya.
Kelihatannya Mbak Tatik sudah tidak sabar untuk menerima batang kemaluanku di liang kemaluannya..

Karena kedua tangannya memegang pantatku dan menekan pantatku masuk ke lubang kemaluannya.
Slebbb..! Kumasukkan perlahan-lahan batang kemaluanku memasuki laing kewanitaannya.

Mulai dari kepala terus perlahan akhirnya sampai mentok habis ke pangkalnya.
"Nghhhh.." desah Mbak Tatik.. sangat menikmati masukan pertama batang kemaluanku.

Pada saat batang kemaluanku memasuki lubang kewanitaannya dengan perlahan..
Mbak Tatik sangat menikmati dan mengerang dengan lenguhan yang tak berarti.

“Uuugghh.. uuhhgghh..” seakan-akan merasa sangat lega..
bagaikan orang haus di padang pasir.. diberi air es yang sangat dingin.

“Uugghh.. eehh.. oohhh.. ohhh..!” Desahnya makin ramai..
Kugeser-geserkan batang kemaluanku ke seluruh permukaan liang kemaluannya ke kiri dan ke kanan.

Tetap dengan gaya yang khusus buat Mbak Tatik.. yaitu 5:1.
Pada saat 5 tusukan pertama.. di mana hanya setengah batang kemaluan yang masuk ke liang kemaluan..

Mbak Tatik menikmati rangsangan yang ada sekeliling permukaan liang kemaluan..
Maka dia hanya bergumam.. “Eeemm eemm.. sstt.. eemm..”

Namun pada saat 1 tusukan terakhir.. di mana seluruh batang kemaluan masuk ke dalam..
dan menyentuh dasar liang kemaluan Mbak Tatik yang menikmatinya..

Ia mengencangkan jepitan lubang kemaluannya ke batang kemaluanku..
kedua kakinya menjepit leherku.. dan kedua tangan Mbak Tatik meremas sprei dengan kencang..
sementara sekujur tubuhnya kelihatan mengejang..

Seketika itu juga keluar lenguhan berat dari mulutnya..
“Uughh.. uugghh.. eennaggk Diikk.. Aannttoonn.. eennakgg.. hhhh..”
Kami terus gunakan gaya 5:1 ini berulang-ulang sampai akhirnya..

“Diikk.. Aanntoonn.. akuu suudahh tiidaak kuatt.. akuu mauu.. keeluuarr..”
“Seebenntarr.. Mmbakk.. aakuu.. juggaa mauu keleuaarr..” jawabku.

Dan untuk menjaga agar kami tetap keluar bersama..
maka aku sedikit kencangkan genjotanku ke liang kemaluan Mbak Tatik..

Hingga tiba-tiba liang kemaluan Mbak Tatik bergerak-gerak.. seperti mengisap batang kemaluanku.
Nah.. ini yang kutunggu.. isapan dan sedotan liang kemaluannya sangat kuat di batang kemaluanku..

Hingga tiba-tiba.. “Diikk.. Aaanntoon.. aakuu keluuarr..!!”
Hampir dalam waktu yang bersamaan.. batang kemaluanku juga terasa mau jebol.

Jleghh..!! Kutandaskan batang kemaluanku sedalam mungkin di liang kemaluan Mbak Tatik.
“Aauughh..!!” Crreett.. creett.. creet..!! Ughhhh..!! Tubuhku terkejang beberapakali..

Seketika muncrat dan menyemprotlah semua cairan di tubuhku.. tumpah di liang kemaluannya..
Sementara liang kemaluan Mbak Tatik masih bergerak-gerak terus mengisap batang kemaluanku.

Erghhhh..!! Itu memberikan sensasi yang tidak dapat terlupakan.
Badan kami berdua lemas sekali dan berkeringat.

Aku suka sekali melihat badan Mbak Tatik basah oleh keringat.. menambah keseksian tubuhnya.
Kami berdua berdekapan sebentar.. dan akhirnya bersiap-siap kembali ke teman-teman. (. ) ( .)
---------------------------------------oOo-----------------------------------
 
------------------------------------------------------------------------------

Cerita 47 – Office Girl Montok..

Mai

Hari itu hari Sabtu. Seperti biasanya kantor kosong..
tapi lagi tidak ada anak-anak dari bagian teknis yang ikutan lembur.


Di kantor hanya ada tiga orang staf, aku, Erwin dan Dita.
Satu OB.. atau lebih tepatnya Office Girl yang standby adalah Mai.

Mai nama pendek dari Maidina ini.. badannya.. wuihhh.. montok banget..!!
Kulitnya putih rada Panlok khas orang Palembang.. giginya dibehel.

Rambutnya selalu dikuncir tarik ke belakang nunjukkin jidatnya.
Toketnya.. waow gede.. dan bokongnya semok.

Beratnya kali 65an.. tapi karena badannya agak tinggi maka kelihatannya jadi berisi.
Gayanya masih khas anak alay.. karena umurnya ngkali masih 18-19 tahunan..
Itu menjadikan dia sasaran konstan dari OB lain.. sekuriti dan staf-staf laki genit lainnya.

Kami yang sedang sibuk menyelesaikan kerjaan di ruang meeting..
yang kami sulap menjadi data room.. tiba-tiba diketuk oleh Mai.

"Mas.. mbak.. kasih tauin Mai aja ya kalo butuh apa-apa.
Kerjaan Mai udah selesai.. tapi disuruh standby sama Pak Markus.."
Pak Markus itu supervisor Mai.

Dita yang lagi suntuk-suntuk ngantuknya kemudian bilang..
"Mai, aku minta kopi aja deh, boleh ya.. sama boleh beliin cemilan gak..?

Apa gitu.. gorengan di belakang gedung ada gak..?”
"Oh.. ada kok Mbak Dita, mau apaan aja..?"

Dita kemudian menulis daftar gorengan di post it untuk pegangan Mai.. kemudian..
"Mas Erwin sama Mas Erfan butuh apa..?”

Aku nyeletuk.. "Butuh kasih sayang nih.. aahahahaha.. ngenes amat Sabtu-Sabtu kerja..!"
Mai hanya ketawa saja.. aku lanjutkan saja.. "Mai.. aku kopi juga deh kayak Dita..”

Erwin juga ngacungkan tangannya tanda ikut pesan kopi juga.
"Beres Mas-mas..” sahut Mai.

Gak lama kemudian.. gorengan dan kopi tiba bertepatan dengan selesainya laporan kami.
Dita bernafas lega dan langsung menyerbu gorengan.

"Nyantai dong Diiit.. eeeh buseet..!!"
"Biarin.. laper nih gragas udah dipending daritadi. Udah kan ya Fan..? Kita boleh balik..?”

"Boleeeh.. ni gue review aja bentar.. palingan baru Senin dicek sama bos besar.
Beresin data-datanya ya masukin dus lagi.."

Dita berujar.. "Siap komandan..!"
Setelah semuanya selesai.. Dita dan Erwin kemudian pamit.

"Jangan kelamaan ya reviewnya bos.."
"Okeeeeh.. byeeee..!!"
"Byeee..!!”

Aku kemudian lanjutkan reviewku sambil sesekali menyeruput kopi buatan Mai.
Hummm.. jadi penasaran Mai lagi apa di pantry ya..?

Atau penasaranku melebar..
Jadi memikirkan gimana rasanya ya menggenjot Mai yang super semok itu.

Piktor deh. Aku mulai bayangkan yang enggak-enggak. Hehehe..
Sesekali aku juga buka website bokep dari iphone buat nambah fantasi..
aku gak sadar kontolku udah konak total.. ngaceng keras banget..

Karena celanaku sempit.. aku jadi sering galer karena salah orbit berkali-kali.
Lalu daripada sesak.. akhirnya aku buka saja celanaku dan kukeluarkan saja batang kontolku.

Kumulai kocok-kocok perlahan sambil mereview kerjaan Dita dan Erwin.
Kocokanku lembut.. hanya untuk sekedar meredakan ketegangan..
Berabe juga kan kalo crot ke mana-mana. Hehehe..

Yang aku gak nyadarnya .. dari tadi Mai yang duduk di pantry ternyata memperhatikanku.
Aku jadi tersadar.. bagian bawahku dari tempat Mai duduk terlihat sangat jelas.

Begitu aku melihat ke arah Mai.. Mai langsung membuang pandangannya tersipu malu.
Akupun balik arah dan membenarkan celanaku.

Di otakku sudah muncul benih-benih bokep..
Dan siapa lagi pelampiasannya kalau bukan Mai. Hahaha..

Saat aku berpikir begitu tiba-tiba.. "Mas..! Halooo..??”
"Eh iya Mai.. kenapa..?" Aku gelagepan.

"Nggak Mas.. eh ummmm.. sorry.. cuma mau nanya.. Mas baliknya jam berapa..?
Aku nyamain Mas aja.. biar sekalian kunci pintunya.." Mai menjelaskan tugasnya.

"Oh iya iya.. aku balik paling setengah jam-an lagi.. gak papa..?”
"Oke Mas.."

Kami berdua kayak orang grogi canggung. Mai pun kembali ke pantry.
Di pantry ada mesin fotokopinya juga.. kadang aku minta OB yang jaga untuk copy dokumen.

Ide gilaku mulai muncul. Aku panggil Mai untuk fotokopi suatu dokumen..
gak penting sih dokumennya apa.. Yang pasti kubikin aja rada penting..
dengan meletakkan beberapa post-it di halaman-halaman tertentu.. cukup banyak.

Kemudian aku ke pantry. "Mai.. Mai..!"
Aku melihat Mai sedang bengong dengan mulut sedikit terbuka..
sedang jarinya menyentuh-nyentuh bibirnya.

"Woi Mai..!! Bengong aja..!"
"Aduhhhh.. eh iya Mas.. duh sorry.. lagi nerawang gak jelas nih.."

"Hehehehe.. nerawang apa mikir yang nggak-nggak..?"
Mai diam saja.. tapi senyumnya muncul sedikit.

"Mai, tolong copy-in ini yang aku tanda-tandain. Kalo udah, masing-masing distaples ya.."
Kilahku menyibukkan Mai. Mai dengan sigap menerima dokumen yang kuberikan padanya.

Aku kembali ke mejaku. Gak lama aku dengar mesin fotokopi berbunyi.
Aku sudah menset satu muslihat. Salahsatu halaman yang dikopi berlipat menjadi ukuran A3..
settingan mesin fotokopi di kantor untuk memprint A3 emang rada sulit.. maklum mesin jadul.

Seharusnya Mai akan memanggilku minta bantuan untuk copy-in halaman bersize A3 tadi.
Benar saja.. "Mmm.. mas, bisa bantuin gak..? Aku gak ngerti ini ngopi yang lebar gimana..?"

"Oke Mai, kamu coba dulu aja setingnya, bentaran aku ke sana, kamu buru-buru mau balik gak..?
Kalo iya yang A3 Senin aja gak papa.." pancingku.

"Nggak mas, nyantai aku bisa sepulangnya Mas kok.."
"Oke.."

Mai balik ke pantry dan aku kembali pura-pura berbenah dokumen..
yang nyatanya udah kelar dari kapan tau.

Dirasa cukup delaynya.. aku ke pantry.
Hebatnya pantry ini posisi mesin fotokopi dengan meja kitchen set di seberangnya..
hanya muat untuk dilalui satu setengah orang.

"Gimana Mai, udah bisa..?” Aku berdiri disamping kanan Mai.
"Belom mas.. ini tadi lanjutin yang A4 dulu aja.."

"Gini caranya..” Aku mulai tekan-tekan tombol setting, karena semuanya dalam Bahasa Inggris..
gak mungkin Mai tau kalau aku sedang tekan-tekan asal.

"Heummm.. kok gak bisa ya..?”
Mai terlihat agak canggung dengan keberadaanku di pantry saat itu..
mungkin karena habis melihat batang kontolku yang besar dan masih memikirkannya.

Aku bisa merasakan nafas Mai yang mulai agak berat dan berkali-kali menelan ludah.
Aku berlagak biasa saja.. kemudian.. "Kali tombol yang di sana Mai.."

"Yang mana Mas..? Yang ini..?”
"Bukan, satunya.."
Aku memerintahkan Mai menekan tombol secara acak ke control panel di sebelah kiri Mai.

Karena Mai kesulitan dengan muslihatku.. "Bentar-bentar.. yang ini maksudnya.."
Sambil aku ke belakang Mai untuk meraih tombol yang aku maksudkan.

Pada saat ini posisiku ada di belakang Mai.. dengan kontolku menempel di celana panjang Mai.
Mai tersentak.. namun kulanjutkan saja.

"Gini nih..!” Aku ambil kedua tangan Mai dari belakang..
membuatnya menjadi posisi menunjuk untuk menekan tombol-tombol yang ada.

ZZZZnnnnnnggggggnnnnnnnn..
bunyi mesin fotokopi mulai men-scan bagian dokumen A3-ku yang entah gunanya untuk apa.

Getaran mesin fotokopi terhantar ke tubuh Mai yang tertekan ke Mesin..
karena aku dorong dari belakang. "Nghhh.." Mai melenguh.

Aku menempelkan kepalaku ke kepalanya..
Mai menengadahkan kepalanya ke belakang dan mengembuskan nafasnya terengah-engah.

Aku lanjutkan meng-grepe grepe Toket Mai dari belakang dengan kedua tangan Mai sendiri.
"Maaaas..”
Aku berbisik ke kuping Mai.. "Ya Mai..? Kamu cantik banget Mai.."

Mai mungkin level hornynya meningkat..
karena aku bisa rasakan pantat Mai membalas gesekan kontolku di bokong semoknya.

Bokongnya mulai naik-turun dan goyang-goyang ke kanan dan ke kiri.
Menolehkan kepalanya kemudian aku dan Mai berhadapan..

Aku kemudian memajukan kepalaku menuju bibirnya.. namun kalah sigap..
Mai dengan segera melumat bibirku ini..

Ughhh.. ciumannya sangat hot disertain dengan erangan.
"MMmmmhhhhhhhhhhmmmmmmmhhh.. mmhh.. hhhhmmmmmm.."

Aku geser tubuh Mai.. berusaha keluar dari jepitan di antara mesin fotokopi dan kitchen set.
Sambil masih memeluk Mai dari belakang..

Aku bimbing dia berjalan ke ruang tunggu di depan resepsionis.
Di dalamnya terdapat sofa berbentuk L cukup besar.

Tidak melepaskan pelukanku dari belakang, aku dorong Mai menjatuhkannya di sofa.
Mai dalam posisi bersimpuh melepaskan sepatunya dan naik ke atas sofa.

Aku yang juga sudah tidak tahan.. akhirnya kubalikkan saja Mai dan kubugili Mai seketika itu.
Sambil saling bercumbu.. aku menarik celana Mai hingga hanya tersisa celana dalam pink.

Kemudian kini aku buka kemeja seragam OBnya dia.
Mai juga inisiatif untuk membuka celanaku.

Aku mundur untuk membuka baju, sepatu dan celanaku. Mai juga melakukan hal yang sama.
Kemejanya telah ditanggalkannya hingga terlihat toket besarnya yang ditutupi you can see warna hitam.

Segera you can seenya dilepaskan juga beserta BH di dalamnya.
Toket besarnya terlihat.. toket ranum anak ABG montok..
yang bahkan dalam posisi duduk bersimpuhpun toketnya tidak ngondoy ke bawah.

Kami berdua masih menyisakan celana dalam.. dan aku segera saja serang Mai bergulat di atas sofa.
Mai menerjang balik dengan menciumi seluruh mukaku.

Memek Mai dan kontolku bertemu.. meskipun masih terhalang celana dalam masing-masing.
Kami bergumul di atas sofa.. sama-sama bernafsu.
Nafas Mai juga wangi.. sepertinya dia sudah sikat gigi sebelumnya.

Kami berguling-guling tak sadar kalau sofanya tidak cukup lebar..
dan kami pun terpelanting ke lantai di bawah yang tertutup karpet.

Kami terjatuh dengan posisi aku di bawah menahan Mai yang lumayan berat menindihku.
Namun justru itu yang aku suka.

Mai melancarkan serangannya kembali.
Mai kemudian duduk di pahaku sambil menurunkan ciuman-ciumannya dari wajah ke leherku.
Hingga ke dadaku.. dalam prosesnya aku menciumi rambut Mai yang wangi.

Mai kemudian mundur sedikit untuk membuka celana dalamku..
yang memunculkan batang kontolku yang besar.

"Mai tadi lihat ini ya..?” Tanyaku.
"Iya Mas.. abis itu langsung gak konsen.."

Mai mulai mengurut-urut urut kontolku.
"Kupikir nanti pulang masturbasi aja.. eh gak taunya Mas Erfan nyamperin aku.. aku sedot ya..?”
Aku mengangguk.

Mai langsung melumat kontolku.. mulutnya luar biasa kempot bisa vakum..
Jilatan lidahnya sangat lihai. Ini anak jago ngentot nyepong kayaknya.

Sekali-kali sepongannya dikombinasi dengan jilatan-jilatan dari pangkal kontol lalu ke bijiku juga.
Ahhhh..!! Nikmat rasanya.. seperti sedang dibersihkan.

"Mmmmnmmmmmmhhhh.. mmmMMmmmMmMhhhhmmm.. MMmmmmhhhmmmmm..”
Gak abis-abis Mai menikmati es lilin raksasa yang dia genggam.

Sambil Mai menyepong.. aku memegangin kepalanya dan sesekali menjambaknya.
Tiap jambakan justru membuat sepongan Mai makin kempot dan vakum.
Bisa-bisa bentar lagi meledak ini.

Aku kemudian balikkan tubuh hingga Mai menjadi terlentang di bawahku.
Mai masih menyepong-nyepongin kontolku.. namun perlahan aku turunkan..
lalu gesek-gesekkan di antara kedua toketnya yang besar.

Tangan Mai menekan toket kiri dan kanannya menjepit kontolku.
Aku yang menggesek-gesekkan kontolku juga berusaha membuka celana dalam Mai.

Mai mengangkat kedua kakinya ke atas agar aku bisa menarik celana dalamnya keluar kakinya.
Kemudian aku turun kembali dan menciumi Mai lagi. Bibir Mai sangat lembut.

Kami kembali bergumul di lantai.. dan saling menggesek-gesekkan alat kelamin kami.
Kedua kaki kami menyesuaikan.. hingga kaki Mai bisa mengangkang lalu menjepit pinggulku.

Aku arahkan kontolku ke liang memeknya yang udah basah.. dan perlahan kucoblossssss..
Slebbb.. jlebb..!! “Ssshhhhhhhhaaaaaaaakkkkkkkhhh..”
Mai kemudian menjambak rambutku bersamaan dengan akhir coblosan.

"Hhhhhh.. hhhhh.. gede amat Mas Erfan.. aku gak pernah ngerasain yang kayak gi..mmmhmhmmhmmm..”
aku menutup ucapan Mai dengan cumbuan dan mulai melakukan gerakan memompa.

Mai terlihat tak kuasa menerima gempuran sosis jumbo di selangkangan dia..
hingga terlihat Mai menggigiti bibir bawahnya.
"Mmmmaaaass.. mmmmaaass.. aaakh aaahhh aaahhhh aaahhhh.." begitu desah Mai.

Saat aku rasa aku mulai capek, aku putar balikkan badanku.. kini Mai yang ada di atasku..
gantian menggenjot kontolku dengan memeknya.

Memeknya juga empot ayam.. bisa dikedut-kedut-in.
Aku meremas-remas toket besar Mai dengan kedua tanganku..
dan Mai menopangkan tubuhnya sepenuhnya ke kedua tanganku.

Tangan Mai memegangi tanganku dan kemudian lanjut menggenjoti kontolku.
Sesekali toket Mai gondal gandul naik-turun saat tak kuremas.

Pemandangan ini bikin aku makin horny.
Mai semakin dekat dengan orgasmenya hingga.. "AAAAAAaaaaahhhhkkkkkkhhh.. Maaaaaasss..”

Genjotan Mai perlahan memudar dan Mai memelukku.
Goyangan pantatku namun tidak berhenti, aku masih mencoblos Mai dari bawah.

Mai pasrah saja saat dia mengembalikan tenaga dan mengumpulkan nafasnya.
Nafas lega panjang berubah kembali menjadi nafas menderu dan berat.

Mai yang sudah terlihat horny kembali menggenjot-genjotkan kontolku dengan memeknya.
Mai semakin erat memelukku dan mengarahkan kedua toketnya bergantian untuk kujilati putingnya.
Sesekali kanan sesekali kiri.

Aku memeluk Mai dengan tangan kiriku..
sementara tangan kananku kupakai untuk menopang badanku di posisi setengah duduk.

Aku balikkan Mai ke kanan hingga dia posisi kembali di bawahku.
Aku angkat kaki Mai ke pundakku dan aku lanjutkkan genjotanku.

Mai makin bersemangat kuentotin.. "Hhhhhh.. h.. hhhh.. hhhhh.. hhhh..” tak ada ucapan..
Mai hanya melihatku sambil membelai kedua pipiku dengan tangannya.

Aku kemudian turunkan kaki Mai dari bahuku.. dan membuatnya melingkari pinggulku.
Mai kemudian menjepit pinggulku dengan erat.. menahanku untuk bergerak.

"AAAAakkkkhhh Maaaiii..” Mai kemudian memelukku..
sensasi tertahan ini membuatku semakin laju dalam menggenjot Mai.

Semakin kencang aku genjot semakin brutal pula Mai memelukku..
dan juga mendekapkan kepalaku di kedua toketnya.

Aku gak bisa bernafas.. meronta-ronta dan setiapkali aku bisa lepaskan wajahku..
dari kuncian kedua toketnya untuk mengambil nafas.. bibirku langsung dilumat lagi oleh Mai.

Jlebb-jlebb-jlebb-clebb-clebb-clebb-clebb-jlebb-jlebb-jlebb..!!
Aku genjot Mai sebegitu hebatnya.. hingga posisi kamu bergeser ke sana kemari.

Mai yang sudah dalam puncak kenikmatannya makin keras merintih..
juga terlihat dari matanya yang berputar ke atas dan mulai memutih.

"Maaaaaas.. aku mau keluarrr..”
"Aku juga Mai.. aku juga aku jugaaaa.. aaagggghhhh..”

Croooooottt.. crottt.. crott.. aku semprotkan cairan maniku ke dalam liang memek Mai..
Nyutt.. nyutt.. nyutt.. disambut pula dengan kedutan dinding vagina Mai yang sedang orgasme.

Mai tidak melepaskan pelukannya yang sangat erat.. hingga bahkan nafasnya sudah teratur.
Kami berdua saling berpandangan dan bercumbu sesekali untuk meredakan adrenalin.

Mai melepaskan pelukannya dan aku pun beranjak berdiri..
Plopp..! Aku melepaskan kontolku yang masih setengah tegang berlumuran mani.

Mai sambil berlutut.. kemudian menyepong kontolku..
Namun dengan tujuan membersihkannya.. hingga habis semuanya ditelan.

Mai kemudian mengambil tisu dari meja untuk membersihkan mani yang menetes dari vaginanya.
"Tenang aja Mai.. aku bakal tanggungjawab kok kalo kamu hamil.." kataku tulus.
Mai tertawa.. "Hihihihi.. Mas Erfan.. aku pakai KB.. jadi aman kok.." katanya tenang.

"Kalo Mas Erfan butuh.. kapan aja aku siap Mas.." lanjutnya lagi.
"Beneran nih..?” Mai mengangguk.

PD kantor sudah tinggal berdua saja.. kami berdua kemudian keluar dari ruang tunggu dalam keadaan bugil..
Hanya untuk melihat Erwin dan Dita berdiri di luar ruang tunggu.. ternganga melihat kami. Bujubuseeett..!! (. ) ( .)
-----------------------------------------------oOo----------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Petromax ..... hahhaaaaa...
Jadi beneran sange'... Udh lama gak dapet ABG niihh...
Apalagi yg nafsu tinggi kyk Mai gini....
Pasti enaakkk bgt... :tegang:

Kemaren dapet agak bule, tp kurang enaaak... Tp mayan lah....
Heheheee....:nenen:

Makasih apdet nya suhuu....
 
Bimabet
Petromax ..... hahhaaaaa...
Jadi beneran sange'... Udh lama gak dapet ABG niihh...
Apalagi yg nafsu tinggi kyk Mai gini....
Pasti enaakkk bgt... :tegang:

Kemaren dapet agak bule, tp kurang enaaak... Tp mayan lah....
Heheheee....:nenen:

Makasih apdet nya suhuu....
:panlok1: Wuahhhh.. muantaffff brada..


Hehehe.. siappp masama brada..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd