Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

--------------------------------------------------------------------------

Cerita 44 – Asmara di Balik Toserba

Tina

Namaku Wiro..
Usiaku 27 tahun.. kulit sawo matang.
Aku bekerja di sebuah toko serba ada di wilayah Lenteng Agung.

Selain aku.. di toko tersebut masih ada 4 pekerja lagi.
Tiga di antaranya perempuan. Ana 20 tahun.. Lina 24 tahun.. dan Tina 19 tahun.

Dan seorang lagi laki-laki.. Agung 21 tahun. Aku yang tertua di antara mereka.
Karena itu mereka semua memanggilku Mas.

Tina baru masuk kerja sekitar sebulan yang lalu. Dia orang Sunda.
Kulitnya putih bersih dan wajahnya sangat manis khas Sunda.

Sejak pertamakali masuk aku memang mengagumi kecantikannya.
Tina tubuhnya mungil.. tingginya sekitar 156-an cm tapi ramping. Beratnya aku taksir 40-an kg.

Toko ini menjadi ceria sejak Tina kerja di sini.. karena Tina orangnya ramai.
Aku memanggilnya gadis kecil.

Hampir setiap hari aku menggodanya. Dan setiap aku goda dia selalu tersenyum.
Tentu itu sangat memuaskan ego laki-lakiku.

Jika sedang membantu mengangkatkan barang aku sering ambil kesempatan..
seperti memegang tangannya dan dia tidak menolak.

Pernah karena terlalu lama aku pegang tangannya sampai dia terdiam dan menatapku.
Kami bertatapan. Tina mulai terlihat pura-pura marah. Akhirnya aku lepaskan.

Aku juga sering mengajak Tina main ke kosku sehabis pulang kerja.
Jika di kos kami suka ngobrol berlama-lama sambil bercanda.

Pernah saking jauhnya bercanda.. habis aku keluar dari kamar mandi.. aku sekap matanya dari belakang.
Dia minta dilepaskan. Akhirnya aku lepaskan.

Tapi aku tidak benar-benar melepaskan..
karena tanganku pindah memeluk tubuhnya dari belakang pas di bagian perutnya.

Tina berontak minta dilepaskan. Aku lepaskan lagi.
Tapi kemudian tanganku pindah ke atas, sehingga menggenggam payudaranya.

“Iihh.. kamu nakal mas..!” Dia berusaha melepaskan tanganku.
Tapi aku tidak mau melepaskan. Malah aku remas-remas payudaranya.

Lama-lama justru tangan Tina melelepaskan tanganku dan tidak berusahan menolak tanganku lagi.
Tina mendesis. Tangannya malah meraih kepalaku di belakang kepalanya.

Dan wajahnya berusaha menoleh ke belakang.
Pas ketika wajahnya ada di depan wajahku aku langsung mengecup dan mengulum bibirnya.

Tubuh Tina gemetar. Aku baringkan tubuh Tina yang sudah lemas ke kasur.
Aku tindih.. aku gesek-gesek selangkangannya dengan selangkanganku.

Aku gesek-gesek dadanya dengan dadaku. Sambil bibirku terus melumat bibirnya.
Kami bergulingan di kasur sampai kurang lebih 5 menit..
bergumul.. bergulat.. saling tindih, dan saling merengkuh.

Setelah itu aku melepaskan pelukanku. Rambut dan pakaian Tina acak-acakan.
Aku duduk. Aku tarik tangan Tina agar bangkit.

Setelah aku lumat lagi bibirnya, Tina pamitan pulang.
Pas ketika dia mau membuka pintu aku panggil namanya.. “Tina..!” Dia menoleh.

Ketika menoleh dia kaget karena aku telah ada di belakangnya.
Dan aku langsung mengulum bibirnya lagi. Sambil setengah kaget dia membalasnya.

“Emhhhh.. udah-udah, nanti Tina gak jadi pulang..”
----oOo----

Begitulah hari-hariku dengan Tina. Aku sering memeluk dan menciumnya jika sedang sendirian.
Baik di kos.. di toko.. di jalan.. atau di tempat-tempat lain.

Aku tidak tau apakah teman-teman yang lain mengetahui ini semua atau tidak.
Tapi kami tidak pernah melakukannya di depan mereka. Dan setauku belum pernah kepergok.

Ketika malam Minggu aku mengajak Tina jalan-jalan. Kami nonton film.
Sepanjang film aku selalu meremas tangannya sambil sesekali mencium pipinya.

Kami pulang sekitar jam 10 malam dan langsung ke kosku.
Aku bilang ke Tina nanti aku antar ke kosnya pakai motor.

Sampai di kos.. setelah cuci muka, kami duduk-duduk sambil nonton TV.
Tina duduk di sampingku. Aku peluk dia dari samping. Aku gesek-gesekkan pipiku ke pipinya.

Mungkin masih terpengaruh film yang banyak adegan romantisnya tadi aku agak horny.
Aku geser dudukku.. sehingga membelakangi dia. Aku peluk dari belakang.

Perlahan kuremas-remas susunya. Tina meringis sambil menyandarkan tubuhnya ke dadaku.
Aku tarik kaosnya. Aku tarik juga BH-nya. Tina tidak menolak.

Akhirnya dengan bebas aku bisa meremas-remas susunya secara langsung.
Susu Tina halus sekali, kenyal, dan anget.

Tina membalikkan badan dan menarik kaosku. Akhirnya kami bertelanjang dada.
Aku pandangi sebentar dua susunya dengan dua puting warna cokelat yang mulai mengeras itu.

Lalu aku isap putingnya dalam posisi masih duduk. Aku permainkan di antara gigi-gigiku.
Tina mencengkeram kepalaku. Kepalanya menengadah.

Aku berdiri sambil menarik tangannya sehingga dia ikut berdiri.
Aku ajak dia berdiri di depan cermin yang besar..

Sehingga memperlihatkan dengan jelas seluruh tubuhku dan tubuh Tina.
Dia tersenyum melihatnya. Lalu aku berusaha melepaskan celananya.

Dia balas melepas celana jinsku. Kembali kami melihat ke cermin.
Aku dan Tina hanya pakai celana dalam. Mata Tina tertuju pada celana dalamku.

“Wow, kok..?” suara Tina tertahan sambil menelah ludah.
“Hehe... iya. CD-nya ngak muat..”

Sambil senyum-senyum aku memegang kepala penisku yang menyembul dari CD karena tidak muat.
Sebentar kemudian aku meraih CD Tina. Aku tarik hingga lepas. Memek Tina indah sekali.

Bulu-bulunya tipis.. saking tipisnya seperti agak gundul. Gundukan memek Tina tengahnya lancip.
Seperti lereng gunung yang curam dan ditumbuhi savana yang sangat tipis.

Tina tidak mau kalah. Dia meraih CD-ku. Dia kaget karena begitu CD-nya ditarik.. Tuink..!!
Penisku yang sejak tadi sudah sangat tegang ikut ketarik dan langsung memantul mengenai mukanya.
Aku hanya senyum-senyum melihatnya.

Sambil meletakkan CD ke lantai.. mata Tina masih tertuju pada penisku yang cokelat kehitam-hitaman..
dengan kepalanya memerah agak kebiru-biruan.. panjang.. besar, berurat..

Dan kini tegak gagah.. mengacung ke atas dengan gagahnya.
Besarnya sama dengan lengan Tina. “Mas, besar sekali..?”

“Kamu pernah melihat penis sebelumnya..?”
“Iya punya Bapak. Tapi tidak sebesar itu..” jawab Tina lagi.

“Santai saja. Kamu akan menikmatinya..” kataku menenangkannya.
Sepertinya Tina menurut.
Aku kembali menuntun kepalanya agar menatap ke cermin.

Aku peluk tubuh telanjang Tina dari belakang. Sementara penisku mengganjal di punggungnya.
Ughhh.. Indah sekali pemandangan di cermin.

Tina benar-benar cantik bila telanjang, kulitnya halus mulus, mengkilat.
Tubuhnya yang ramping dan mungil tertelan dalam tubuhku di belakangnya.

Sangat kontras warna kulitku yang cokelat dengan kulitnya yang kuning berkilau terkena sinar lampu.
Susunya yang sekal dengan puting warna cokelat yang mengacung sengaja tidak aku pegang..
agar aku bisa melihatnya dengan sempurna di dalam cermin.

Tanganku mengelus-elus perutnya yang rata.
Tina kemudian mengangkat tangannya dan meraih kepalaku di belakang kepalanya.

Keteknya yang putih bersih tidak berbulu terpampang dengan sempurna.
Dalam posisi itu Tina benar-benar sexy. Dadaku berdegup.

Aku benar-benar ingin menikmati dan melumat seluruh tubuhnya malam ini.
Perlahan tanganku naik meremas susunya. Dan bibirku melumat bibirnya.

Tubuh Tina meliuk-liuk. Sesekali aku melihat ke cermin.
Kami seperti dua ular yang saling merengkuh dengan kedua tanganku yang kekar meremas..
memelintir,, dan menguyek-uyek susu Tina yang putih dan kenyal.

Masih dalam posisi berdiri di depan cermin.. aku gosokkan tanganku ke selangkangannya.
Tina membuka kedua kakinya.. melegakan tangan kananku..

Tepatnya jari tengahku untuk menggosok dan menyibak gundukan memeknya.
Ahhh.. Ternyata memek Tina sudah basah.

Setelah puas melihat liukan tubuh mungil-mulus Tina dalam pelukan dan remasan-remasanku..
aku rebahkan dia ke kasur.. kemudian langsung aku menindihnya dan mengisap putingnya.

Slrupp.. clrupp.. Aku sedot-sedor dengan halus, disertai dengan kejutan-kejutan yang berirama.
Tina makin menggelinjang dan menjambak rambutku. “Hhmmmmm..” desisnya.

Kurang lebih 5 menit aku menghisap putingnya.
Kemudian aku turunkan kecupan bibirku pada perutnya yang rata. Lidahku berputar-putar pada pusarnya.

Aku gigit-gigit kecil. Sementara dua tanganku masih tidak mau melepaskan susunya.
Tangan-tanganku yang kekar terus menguyek-uyek susunya.

Kini mulutku telah sampai ke memeknya.
Aku buka labia mayoranya dengan dua ibu jariku. Aku lihat ke dalam.

Masih terlihat jelas selaput daranya. Aku jilat-jilat dalamnya.
Tak lama kemudian aku hisap memek Tina dengan rakus.

Aku sedot-sedot, seperti orang makan kepiting
Kalau anda pernah makan kepiting pasti tau. Menyedot daging kepiting dari cangkangnya..

Tina semakin menggelinjang kelojotan. Desisannya telah berubah menjadi jeritan-jeritan kecil.
“Acchhhhhhhh...Shhhh...” desah Tina sendu.. memelas.. dan membangkitkan gairah.

Aku terus 'memakan' memeknya dengan rakus. Memek perawan memang nikmat rasanya.
Bibirku bergerak ke atas mencari klitorisnya. Ketika aku temukan aku tarik dengan bibirku.

Aku emut-emut seperti anak kecil mengemut permen kecil.
Sesekali aku gigit halus dan aku tarik. Jeritan Tina makin menjadi.

Tidak lebih dari 5 menit itu terjadi sebelum akhirnya aku merasakan ada perubahan pada memek Tina.
Aku merasakan ada kedutan yang mengejut-ngejut.

Dan benar.. beberapa detik kemudian Tina mengejang-ngejang dan menjerit.
“Achhhh..!! SSshhh.. HHHHH..”

Aku langsung mendekap tubuh Tina yang masih mengejang. Aku peluk kuat-kuat.
Slebb..! Kutekan penisku yang membujur di atas memeknya.. menyibak labia mayoranya.

Lantas kuputar-putar pantatku.. sambil menekan sekuat tenaga untuk memberikan kenikmatan tambahan.
Waktu orgasme cewek lebih merasakan kenikmatan kalau ditekan lebih besar daripada digesek.

Sampai akhirnya dia melemas dan memejamkan mata. Aku ciumi pipinya.
Entah berapa menit lamanya kami terdiam.. menikmati gairah yang baru saja lewat.

Sementara penisku masih mengganjal di memeknya.. membelah labia mayora sampai ke pusarnya.
Jdud.. jdud..!! Penisku berkedut-kedut. Aku rasakan ada aliran basah sampai ke kantong testisku.

Perlahan Tina membuka matanya. Bibirnya yang merah menyunggingkan senyum.
“Mas Wiro luar biasa..”

“Belum Tin.. itu baru permulaan. Akan ada yang lebih lagi..” balasku.
“Iya.. mas.." katanya sambil kembali memejamkan matanya, pasrah.

Aku membalik tubuh Tina agar menindihku. Dia mengerti. Lalu dia duduk dan menciumi bibirku.. leherku.
Dia menciumi hampir seluruh permukaan dada dan perutku. Dia menyedot-nyedot putingku.
Oh.. nikmat sekali rasanya.

Sementara di bawah.. Tina sengaja menggesek-gesek selangkangannya di atas penisku..
sehingga memberikan sensasi yang luar biasa.

Sampai akhirnya tangan kanan Tina meraih penis itu.
Penisku yang cokelat dan berurat itu digenggamnya.. kontras dengan warna kulit tangannya yang kuning langsat.

Kelihatannya dia sangat mengagumi itu. Dia menciumnya, menjilatinya.
Sepertinya dia ragu untuk mengulumnya.

Tidak apa-apa aku tidak akan memaksanya untuk mengemutnya. Mungkin dia juga belum terbiasa.
Lama sekali Tina memain-mainkan penisku dengan lidah.. bibir dan tangannya.

Sampai akhirnya dia kembali menindih tubuhku dan menciumi bibirku.
Aku balik tubuhnya. Aku kulum bibirnya. Aku remas-remas susunya. Tina mulai terangsang lagi.

Kembali aku menghisap pentilnya, pusarnya.. dan akhirnya memeknya.
Dan sekali lagi gadis yang masih perawan ini menggelinjang dan mendisis-desis.

Aku pikir ini saat yang tepat. Aku kangkangkan pahanya.
Dia mengerti. Kedua tangannya menuntun penisku ke arah memeknya.

Plepp.. Kepala penisku menempel di pintu masuk memeknya. Wow.. ekstrim sekali.
Kelihatannya penisku kebesaran untuk ukuran memek Tina yang mungil.

Slepp.. slepp.. Aku gosok-gosokan kepala penisku ke dua labianya, ke itilnya.
Clupp..! Aku masukkan itil Tina ke lubang kecil di kepala penisku.
Hehe... masuk juga ternyata. Sementara Tina mendisis-desis kenikmatan.

Slebbb.. Pelan-pelan aku menekan kepala penisku.
Wuihh..!! Bukannya masuk.. justru memek Tina malah ikut terdorong.

Aku tambah tenaganya.. slepp..!! Ternyata meleset. Slepp.. slepp.. slepp..
Kembali aku gosok-gosok memek Tina dengan kepala penisku.. Slebb.. kudorong lagi.. meleset lagi.

Itu sampai 6 kali. Akhirnya kembali aku isap-isap memeknya pakai mulutku.
Kembali Tina mendesis.

Aku mulai dari awal lagi.. aku basahi kepala penisku dengan cairan memek Tina dan ditambah ludahku.
Kugosok-gosokkan kepala penis.. kemudian aku tambah tenaga.. meleset lagi.

Aku gosok-gosok lagi.. aku dorong lagi..
hingga akhirnya pada percobaan ke tujuh.. clebb..! Kepalanya masuk.

Ugghh..!! Seret sekali rasanya. Sementara Tina masih mendesis-desis. Dia belum merasakan sakit.

Aku tambah ludah lagi ke memeknya biar lebih licin.
Slebbb.. Aku tekan lagi pelan-pelan.. slebb.. mili demi mili.. centi demi centi.

Tiba-tiba tangan Tina menahan pahaku. “Sakit Mas. Pelan-pelan..” katanya merintih.
“Iya sayang aku pelan sekali. Tahan sedikit ya. Nanti kalau sudah masuk akan enak.”

Aku pindahkan tangannya yang menahan pahaku.
Masih dalam posisi kepala penisku menekan lubang memeknya..
aku raih susunya dengan kedua tanganku aku remas-remas.

Aku plintir-plintir putingnya. Setelah itu aku tekan lagi penisku.
Kembali Tina menjerit dan meringis kesakitan.

Kemudian aku tarik lagi penisku untuk memberikan waktu penyesuaian pada memeknya.
Setelah itu aku dorong lagi. Kali ini lebih keras.

Sambil aku terus meremas susunya, aku tekan pantatku agak kuat.
Dan... Krkkk..!! Terasa penisku menerobos sesuatu.

“Awww..!!! Shhh... Sakit Maaaas..!!” Suara Tina menjerit. Tapi melemas di bagian akhirnya.
Kedua matanya mengeluarkan air. Tina menangis. Aku rebahkan tubuhku di tubuhnya.

Aku peluk dia kuat-kuat. Aku ciumi pipinya. Aku jilat air matanya yang mengalir di pipinya.
Aku juga menggesek-gesek dadaku untuk memberikan rangsangan pada putingnya.

Sementara aku membiarkan penisku yang baru masuk separuh di dalam memeknya.
Kurang lebih 3 menit itu berlangsung. Sampai akhirnya Tina merasa tenang.

Dengan lembut aku tatap wajahnya.. aku belai rambutnya, dan aku kecup matanya.
“Tin.. aku lanjutkan ya..? Pelan sekali sayang..” bisikku mesra.

Bibir Tina mulai menyunggingkan senyum kembali.. walaupun matanya masih berkaca-kaca.
Aku kulum lagi bibirnya yang masih tersenyum.

Sambil dalam posisi memeluk tubuhnya dan melumat bibirnya.. slepp.. aku mulai menarik penisku pelan..
Kemudian.. slebbb.. mendorongnya lagi. Aku tarik lagi. Aku dorong lagi.

Senti demi senti penisku mulai masuk makin dalam. Aku terus menggenjot pelan dan halus.
Beberapa saat kemudian Tina mulai mendesis lagi.. pertanda mulai menikmati.

Sekarang aku coba untuk menancapkan lebih dalam lagi.
Aku coba untuk duduk.. agar bisa melihat lebih jelas penisku yang menancap itu.

Aku tarik penisku sampai tinggal kepalanya saja yang tertinggal.
Kemudian dengan mantap dan pelan.. Jlebb..!! Aku mendorongnya masuk sedalam-dalamnya.

"Nghhhh.. ohhhh.. hhhhh.. maasshh.." diiringi rintihan Tina.. penisku terbenam.
Owhhh... nikmat sekali..!! Betapa sempit.. hangat dan peret.. di dalamnya sana.

Akhirnya aku bisa melihat dengan jelas seluruh penisku yang besar.. panjang.. dan berotor itu..
masuk secara sempurna ke dalam memek Tina.

Tina melenguh memejamkan mata. Dia benar-benar menikmati sensasi rupanya.
Memek itu terlihat sangat penuh dan membengkak karena kepenuhan memuat seluruh batang penisku.

Aku biarkan sejenak penisku merasakan hangatnya seluruh rongga dalam tubuh Tina.
Kemudian dengan pelan aku tarik lagi penisku.

Sruuuutt... tubuh Tina seolah ikut tertarik. Jlebb..!!
Ketika hampir semuanya keluar.. kembali aku sodok pelan hingga masuk secara sempurna lagi.

Begitu seterusnya. Penisku memompa memek Tina dengan pelan dan mantap.
Tubuhnya turun naik mengikuti irama penisku.

Dan setiap aku tusuk.. bagian dari memeknya ikut masuk ke dalam.
Begitu juga ketika aku tarik.. bagian dari kulit dalam memeknya yang berwarna merah ikut ketarik.

Aku melakukannya dengan sangat teratur dan pelan. Tina mulai mendesis-desis.
Pandangan mataku tidak pernah lepas dari tubuh Tina yang mulus, dengan susu yang putih berguncang..
wajah meringis dan kelihatan cantik sekali.

Sementara penisku yang besar dan berotot menusuk amblas dalam memeknya yang merah..
mengembang dan mengempot dengan dagingnya yang halus.. licin tapi sangat peret.

Hampir 10 menitan aku bertahan dengan irama yang teratur dan pelan.
Aku tidak mau menggunakan gaya yang macam-macam, belum saatnya.

Tubuh Tina menggeliat-geliat.. matanya merem melek menahan sensasi.
Susunya terguncang pelan dengan puting yang mencuat ke atas.

Kepalanya terkulai ke kanan dan ke kiri. Sementara tangannya kadang memegang pantaku.
Terkadang membelai-belai dan mencengkeram dadaku.

Terkadang ia meremas-remas kasur menahan nikmat. Mulutnya terus mendesis seperti ular.
‘Ohh...shhhhh.., terus Mass...”
“Iya sayang. Enak bangettt...”
“Iya... shhhh..”

Creb.. creb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. crekk... crekk..
Aku terus menggenjotnya. Penisku makin lancar masuk ke dalam memeknya, amblas secara sempurna.

Penisku sampai mengkilat.. merah dan agak kebiru-biruan.
Penis yang perkasaku itu menyeruduk.. menerobos lubang memek Tina.. –yang kini sudah tidak perawan lagi..–
Yang ranum, merah dan sempit.

Makin lama rasanya semakin nikmat. Aku merasa pantatku bergerak sendiri secara mekanis.
Kenikmatan telah mengambil alih kesadaranku dan dengan sendirinya menggerakkan..
kemudian memompakan penis yang perkasa itu ke dalam memek Tina.

Aku seperti mesin.. pantatku bergerak sendiri. Aku hanya menikmati dan menikmati.
Tubuhku mulai meneteskan keringat dan jatuh membasahi kulit putih mulusnya Tina..
yang terus menggeliat dan merintihkan kenikmatan.

Setelah kurang lebih 15 menit aku merebahkan diri ke atas tubuh Tina.
Aku peluk tubuhnya kuat-kuat. Jlleghh..! Kudorong penisku hingga menancap dalam sekali.

Tubuh Tina ikut terdorong ke atas.
Aku terus menggenjot pantatku dengan irama yang tidak berubah.

Tubuhku yang cokelat dengan tangan-tangan yang kekar..
seperti ular yang melilit tubuh Tina yang putih mulus, menggelutinya..
menggumulinya dengan rakus dan buas.

Tubuh Tina yang mungil itu seolah ditelan dalam tubuhku. Susunya terjepit di dadaku.
Putingnya yang dari tadi mencuat kini mengkeret terjepit dan menggelitik di dadaku.

Sementara pantatku tanpa henti menggenjot.. mengeluar dan memasukkan penisku..
yang besar dan berurat ke dalam memek Tina sedalam-dalamnya..
menyodok-nyodok seluruh ruang dan permukaan kulitnya.

Aku mulai menambah variasi tusukanku. Sesekali ketika seluruh penisku ada dalam memek Tina..
aku memutar-mutar pantatku.. seperti mengebor.. sambil menekannya dengan kuat.

Sehingga penisku yang ada di dalam memeknya menggilas-gilas..
Seolah mengeruk-ngeruk permukaan dan dinding kulit memeknya dari semua arah.

Wow.. nikmatnya luar biasa..!! Tubuh Tina sampai menggelinjang dan mulutnya menjerit.
Sementara jari-jari Tina mencakar-cakar punggungku.

Aku terus mengulanginya dengan irama yang teratur.
Aku tusuk dalam-dalam, kemudian aku putar, tarik lagi, tusuk biasa lagi. Begitu seterusnya.

Irama itu membuat kenikmatan yang luar biasa.
Tubuh kami yang sudah basah dengan keringat terus bergumul.. saling lilit.. saling rengkuh.. seolah
ingin mendapatkan kenikmatan sebanyak-banyaknya.

Dua puluh menitan berlalu.. dan kami terus bergumul tanpa istirahat sedetik pun.
Penisku yang seperti tongkat perkasa dan berurat dengan setia menusuk-nusuk..
mengobok-obok memek Tina tanpa ampun.. benar-benar tanpa jeda.

“Maaaaas.. rasanya aku mau pipissss..!!” Jerit Tina terputus-putus.
“Tahan sayang. Kita keluar bersama-sama..” balasku di sela-sela genjotanku.

Aku merasa tubuh Tina mengejang. Memeknya berkedut-kedut. Kepala penisku merasakan kedutan itu.
Sementara ujung kenikmatanku juga sudah mulai sampai.

Jlebb.. Jleghh..!! Kutusukkan dalam-dalam penisku sekuat tenaga sampai mentok rasanya.
Kemudian aku putar-putar.. sehingga kepala penisku menggaruk-garuk isi memek Tina.

Erghhhh..!! Bikmatnya luar biasa..!! Tubuhku menegang.
Putaran pantatku kuganti-ganti.. ke diri dan ke kanan, seperti gilingan.

“Ohhhh.. Achhh.. Masshhhh..!!!” Tina menjerit sejadinya.
Tangannya mencengkeram punggungku. Tubuhnya mengejang-ngejang dan kelojotan.

Sementara penisku yang panjang.. besar dan perkasa berputar-putar menggaruk-garuk isi memeknya.
Aku tekan dan putar terus. “Aghhrrrrrrrrrrr..” aku mengerang seperti harimau lapar.

Jlebb.. Jlebb.. Jlegghh.!! Kutekan penisku sekuat tenaga menancap dalam memek Tina..
Crutt.. crutt.. crutt.. crutt..!! kontolku menyemprotkan air mani yang banyak sekali.

Tubuhku dan tubuh Tina sama-sama mengejang.. menggelinjang-gelinjang..
Sama-sama menggelepar-gelepar.. melepaskan kenikmatan yang luar biasa.

Kedutan demi kedutan terus menyerang memek Tina..
sehingga mencengkeram penisku yang terus menancap dan menekan dengan kuat.

Hampir dua menit kami merasakan orgasme yang luar biasa itu.
Sampai akhirnya tubuh kami terhempas di atas kasur.

Kami lantas terdiam.. lunglai.. lemas.. dengan mandi keringat.
Hanya desah nafas dan degup jantung yang terdengar..

Lima menitan berlalu.. kami masih terkulai. Aku masih menindih dan memeluk tubuh Tina.
Penisku juga masih menancap dalam memeknya.. menikmati sisa-sisa sensasi tadi.

Aku gesek-gesekkan pipiku ke pipinya. Aku angkat wajahku. Tina mulai membuka mata.
Matanya berkaca-kaca. Kembali aku kecup matanya. Aku belai pipinya.

Aku seka beberapa helai rambutnya yang melekat di keningnya yang basah oleh keringat.
“Tina, menikahlah denganku...” Tina hanya tersenyum, tapi matanya masih berkaca-kaca.

Kami terus berciuman sambil sesekali berbicara dengan nada yang sangat lembut.
Tapi Tina belum menjawab ajakanku.

Setelah setengah jam berpelukan dan beristirahat.. kami terangsang kembali..
sehingga untuk yang kedua kalinya kami bersetubuh, bergulat, merengkuh kenikmatan yang luar biasa.

Malam itu aku menyetubuhi Tina tigakali..
Aku bisa mengantarkannya orgasme limakali.. enamkali dengan orgasme waktu foreplay.
----oOo----

Paginya kami bangun terlambat. Karena kasihan.. aku menyarankan Tina untuk tidak masuk kerja.
Aku antarkan dia ke kosnya.. dan aku bilang ke teman-teman di toko kalau Tina tidak enak badan.

Sejak saat itu aku rutin bercinta dengan Tina. Makin lama Tina makin ahli.
Kami melakukannya di hampir semua tempat.

Pernah malam-malam ketika semua orang pulang dari toko aku bercinta dengan Tina di kursi dan meja kasir.
Tapi semua pintu sudah aku kunci dari dalam.

Saking hotnya.. tangan Tina sampai menyenggol keramik vas bunga dan jatuh.
Untuk menutup kecurigaan orang-orang.. malam itu juga aku cari kucing tetangga..

Terus aku kasih makanan di dalam toko, setelah itu aku kunci pintunya.
Hehe, berhasil, semua orang mengira kucing itu yang menjatuhkan vas.

Hampir dua bulan berlalu. Tapi setiapkali aku ajak Tina untuk berbicara serius..
tentang hubungan kami.. dia mengalihkan pembicaraan pada yang lain.

Aku bukan hanya menikmati hubungan badan dengan Tina.. tapi lebih dari itu..
mungkin aku mulai mencintainya.

Karena itu setiap bersetubuh aku selalu mengeluarkan spermaku di dalam.
Selain itu sangat nikmat.. kalau pun ia hamil.. aku akan menikahi Tina.

Sampai suatu hari.. –hari Minggu– Tina mengajakku lari pagi ke hutan UI di depok.
Di jalan setapak dalam hutan itu.. sambil duduk santai.. Tina mengatakan..
bahwa dia sebenarnya telah dijodohkan oleh orangtuanya.

Jderr..!! Aku sangat terkejut dan benar-benar tidak mengira.
Tina menangis dalam pelukanku sambil minta maaf karena telah memberi peluang kepadaku.
Karena itu dia tidak pernah mau menjawab ajakanku untuk menikah.

“Aku akan datang ke orangtuamu. Dan apapun persyaratannya..
akan aku penuhi asal aku bisa menikahimu..” aku berusaha meyakinkan Tina.

Tina tetap diam dan memelukku. Aku belai rambutnya.. aku ciumi rambutnya.
Ini ternyata jawaban mengapa Tina selalu menghindar kalau aku ajak bicara serius.

Akhirnya kami pulang dengan pikiran tidak jelas.
Aku tidak mau memaksa Tina untuk menyetujui ideku.

Sampai di kos.. dengan nada yang halus aku kembali membuka pembicaraan.
Aku berharap bisa menambah semangatnya.

“Tina, aku akan lakukan apa pun agar orang tuamu setuju kita menikah. Kita tidak akan lari.
Kita akan hadapi mereka..”

Akhirnya Tina mau berbicara.
“Mas Wiro.. aku bukan dinikahkan paksa..! Aku dijodohkan karena aku menyetujuinya.
Itu sudah 3 tahun yang lalu. Aku tidak mau mengecewakan orangtuaku, dan Mas Hardi..”

“Jadi ..” aku agak gugup mendengarnya.
“Aku mencintai Mas Hardi, calon suamiku..” ujar Tina perlahan.

Aku lepaskan pelukanku. Aku tatap matanya lekat-lekat.

“Aku mencintai Mas Hardi. Tapi sejak ketemu kamu, aku juga menyukaimu.
Aku tidak bohong, please... mengertilah...” lanjut Tina penuh rasa bersalah.

Aku tidak bisa berbicara. Aku diam. Aku mengalihkan pandangaku ke segala arah.
Nafasku turun naik. Tiba-tiba Tina menubrukku, menciumiku, dan menggumuli aku di kasur.

Dia duduk di perutku sambil kedua tangannya memegang tanganku.
“Mas Wiro, aku mencintai kamu. Karena itu aku rela menyerahkan keperawananku.
Tapi aku tidak bisa menikah denganmu. Karena aku tidak mau mengecewakan calon suamiku.
Aku juga mencintainya..”

Aku tidak bisa berpikir.
Dan aku memang benar-benar tidak punya kesempatan lagi untuk berpikir.

Karena beberapa detik setelah menyelesaikan kalimatnya..
Tina memelukku, mencium dan melumat bibirku.
Dia tanggalkan seluruh bajunya dan bajuku. Tina seperti singa lapar. Dia memperkosaku..!
----oOo----

Hari-hari berikutnya berlalu dengan hampa. Aku lebih sering menyendiri..
merenung dan mencari-cari logika yang pas yang dengan itu aku bisa menerima jalan pikiran Tina.

Sampai akhirnya aku putuskan untuk berpikir sederhana, sesederhana pikiran Tina.
Nikmatilah cinta.. walau sesaat.. sebelum dia pergi.

Aku menyesal telah melewatkan beberapa hari ini tanpa Tina.
Aku langsung bergegas menuju kosnya.

Aku ajak Tina pergi ke puncak..
karena waktunya tinggal 3 hari lagi sebelum dia harus pulang ke Bandung.

Tina setuju. Aku minta cuti ke bosku dan bilang mau mengantarkan Tina ke tempat saudaranya..
di Sukabumi, setelah itu langsung ke Bandung. Aku ambil seluruh uang tabunganku.

Kami menginap di sebuah vila yang agak jauh dari jalan di Cipanas.
Siang itu aku ajak Tina berjalan-jalan di kebun teh.. main kejar-kejaran seperti film-film India.
Malamnya kami istirahat, dan tentu saja, bercinta.

Aku rebahkan tubuh putih mulus Tina di kasur dengan posisi telentang dan kaki lurus merapat.
Aku jilati seluruh permukaan kulitnya, senti demi senti, dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Aku nikmati seluruh permukaan kulitnya seperti anak kecil yang menjilati permen yang sangat besar.
Untuk menambah sensasi aku lumurkan madu yang telah aku siapkan.. –satu botol besar..–
sebelumnya di seluruh permukaan kulitnya.

Hal yang sama juga dilakukan Tina pada seluruh tubuhku. Hampir satu jam itu berlangsung.
Tubuh kami mengkilat, basah oleh madu bercampur air liur.

Kemudian kami bergumul. Nikmat sekali rasanya..
karena tubuh kami sama-sama licin.. ditambah bau harum madu.

Tak henti-hentinya aku mengusap punggung dan pantat Tina.. karena nikmat..
sambil terus menggumulinya, melumat bibirnya.

Aku selalu menambahkan madu pada puting susu Tina..
karena tempat itu paling sering aku sedot.

Puas bergumul aku membalikkan tubuh Tina.
Aku suruh nungging. Aku gosok-gosokkan kepala penisku ke mulut memek Tina yang mancung.

Aku gesek-gesek kepalanya searah belahan labianya.
Kemudian, dengan pelan aku dorong.. Slebbb..

“Uhhhh...!!” Tina melenguh.. ketika merasakan senti demi senti kepala penisku menyeruak..
menyusuri kulit memeknya.. merenggangkan otot-otot dalam vaginanya secara bergilir..

Kemudian meninggalkan guratan yang sangat nikmat per milimeter pada dinding-dinding itu.
Aku pun mendesis menahan nikmat. Tusukan pertama selalu memberi kenikmatan pembuka yang luar biasa.

Perbandingannya kurang lebih sama dengan orang yang minum es waktu haus.
Tegukan pertama memberikan kenikmatan yang akan selalu diingat sampai seluruh minuman itu habis.

Selanjutnya aku menusukkan penisku yang besar dan berurat itu secara teratur mendorong..
dan menancap di tengah memek Tina dengan sangat indahnya.

Memek Tina seperti gunung yang kawahnya ditancap dengan paku raksasa..
didorong dan ditarik dengan teratur.. dikocok-kocok, sampai air kawahnya keluar merembes..
membasahi seluruh permukaan gunung.

Penisku sampai mengkilat dan biru dibasahi oleh cairan memek Tina.
Seperti biasa, aku kocok terus memek Tina tanpa jeda dengan irama yang nyaris tidak berubah.

Tak ada yang terlintas dalam pikiranku.. keculali rangsangan-rangsangan yang menggelitik..
di seluruh permukaan batang penisku.

Rangsangan-rangsangan itu makin lama makin menguasai otakku..
sampai akhirnya menggerakkah seluruh tubuhku secara mekanis. Seolah kesadaranku tidak berfungsi.

Rangsangan itu secara langsung menggerakkan pantatku.. menancapkan penisku..
menusuk-nusukkannya tanpa henti..
Tanpa sedikit pun memberikan kesempatan pada kesadaranku untuk ambil bagian.

Setiap tusukanku selalu direspon oleh rintihan Tina yang menggetarkan kelakianku.
Rintihan-rintihannya menyelimuti seluruh ruangan.

Aku lihat di kaca tubuh putih mulus Tina berguncang-guncang.. susunya bergelayutan menggapai-gapai..
terdorong oleh gerakan penisku yang menancap mantap di memeknya.

Sesekali tubuhku yang besar dan cokelat memeluknya dengan kuat.. menelan tubuh mungilnya..
dan menusukkan penis yang perkasa.. mengirimkan hujaman kenikmatan yang luar biasa..
sampai ke dasar memeknya.. di pintu rahimnya.

Sampai 17 menit itu berlangsung sampai kakiku pegal.
Kemudian aku tarik tubuh Tina dengan berpegang pada susunya.

Aku berbaring, Tina duduk di atas penisku yang masih menancap.
Kemudian dia mulai menggoyang-goyangkan pantatnya sambil sesekali memutarnya.

Penisku beputar dalam rahimnya. Wow, luar biasa rasanya.
Dengan gerakan seperti itu penisku benar-benar mengaduk-aduk seluruh isi rahimnya..
mengurat seluruh permukaannya.

"Ohhhh maasshhh... HHHHHH.."
Tina sampai menggelinjang dan memejamkan mata manikmati guratan-guratan itu.

Sesekali Tina merendahkan dadanya, sehingga mencapai mulutku.
Sementara penisku mengobok-obok memeknya aku lumat putingnya dengan mulutku, aku hisap-hisap.

“Acchhhhhhhh..!!” Tina melenguh dan menjerit.
Dia menghempaskan tubuhnya ke dadaku.

Kuremas-remas susunya sambil aku tusuk memeknya dengan penisku..
melanjutkan irama goyangan Tina yang sampat terhenti.

Aku ambil alih kendali. Aku balik tubuh Tina.
Aku kangkangkan dia. Memeknya yang merah dan basah menggunduk, sangat menantang.

Segera kuarahkan kepala penisku.. Jlebb..! Dengan mantap aku menancapkannya secara sempurna.
“Ughhhh..” kembali Tina melenguh, merasakan seluruh batang penisku yang amblas ke dalam memeknya.

Jlebb.. jlebb.. jlebb.. jlebb..!! Aku segera memompanya dengan kuat dan dalam.
Setiap pompaan selalu aku dorong dengan tenaga sehingga penisku menancap dengan sempurna.
Selangkangan Tina sampai bertumpu pada selangkanganku.

Penisku benar-benar menancap dalam.. dan mentok. Kantong pelirku mengganjal ke anusnya.
Rintihan dam desahan Tina semakin keras..
mengimbangi hentakan-hentakan pantatku yang juga semakin cepat dan bertenaga.

Kepala Tina bergoyang ke kanan dan ke kiri..
sementara wajahnya meringis mengapresiasikan kenikmatan yang luar biasa di dalam memeknya.

Aku terus memompa, menggenjot, dengan kuat dan cepat.
Tubuh kami sudah basah oleh keringat bercampur madu.

Sesekali aku memeluk tubuh Tina, merengkuhnya.
Sementara pantatku terus mengenjot dan menusukkan penis yang besar ke dasar vaginanya.

Bagiku waktu semakin tidak berarti. Aku sudah tidak ingat bagaimana posisi kami.
Yang jelas kami terus bergumul dan bergumul.
Mungkin yang lebih tepat aku menggumulinya dan merengkuhnya.

Karena tubuhku yang besar dan cokelat itu..
hampir-hampir menelan seluruh tubuh Tina yang mungil dan putih mulus..
Membuatnya seperti cacing yang menggeliat-geliat dalam genggaman tangan yang perkasa.

Dengan erangan-erangannya, aku tau Tina merasakan kenikmatan yang luar biasa..
Kenikmatan tubuh mulusnya yang direngkuh kuat dan perkasa..

Kenikmatan vaginanya yang seret yang ditembus.. disodok-sodok..
Dan diobok-obok oleh penis yang besar.. panjang.. dan berurat milikku.

Kenikmatan itu menyatu dalam dirinya.. menyatu dalam jiwanya..
membuatnya setengah sadar setengah tidak.. mengerang.. menjerit..
Mengekspresikan kenikmatan yang meluap, dan meletup dalam dirinya.

Tubuh mulus Tina seolah meledak menahan kuatnya kenikmatan itu.
Tubuh putih mulus Tina menggeliat-geliat, berguncang, dan luluh oleh kenikmatan.

Waktu berjalan terus, sementara tubuh kami terus bergumul tanpa henti.
Ruangan itu menjadi bergelora oleh nafsu yang terus bergolak dan memuncak dalam dua tubuh yang bergumul itu.

Hampir seluruh sprei basah oleh keringat dan madu.
Sampai akhirnya, dengan posisiku di atas, aku merasakan memek Tina berdenyut.

Sementara penisku juga sudah merasakan aliran nikmat di ujungnya. Tina menjerit keras..
“Aaaccchhhhhhhhhhhhh..!!” Begitu keras jeritannya..
melengking menelan semua suara hentakan tubuhku di tubuhnya.

Jleghh..!! Kudorong sekuat tenaga hingga penisku menancap, menembus memek Tina.
Aku ucek-ucek pantatku.. menekan dan menancapkan penisku dengan sepenuh tenaga.

Denyutan-denyutan penisku membuat tenagaku berlipat.
Tubuh Tina tenggelam dalam kasur akibat begitu kuatnya dorongan pantatku.

Denyutan demi denyutan terus melanda penisku.. membuat kenikmatan yang luar biasa itu tumpah..
Seperti air bah.. menghilangkan seluruh kesadaranku..
Kemudian mengubahnya menjadi tenaga yang aku tancapkan terus ke dasar memek Tina.

"Errghhhh.. heggkkhh.. heggkkhh..!! Crott.. crott.. crott.. crott.. Aku meraung seperti harimau lapar..
yang sedang melumat tubuh mulus Tina yang sedang kejang dalam orgasmenya.

"Nghhhh... Ooghhhh.. aahhhh..!!" Tina mendesah.. memekik lirih.. melepas nikmatnya.
Raunganku seperti sahutan terhadap jeritan Tina yang melengking.

Semprotan spermaku muncrat dalam memek Tina, membasahi dan mengguyur dasar rahimnya..
sementara penisku mendorongnya dengan sangat kuat, mengantarkan kenikmatan sampai ke ulu hatinya.

Ruangan seperti gelap. Aku berusaha membuka mata. Tapi tidak ada yang terlihat. Semuanya tetap gelap.
Aku tidak bisa merasakan apa-apa.. selain kedutan di penisku yang membuat seluruh tubuhku mengejang.

Sementara tubuh Tina juga mengejang.. menghentak-hentak.. kelojotan seperti cacing kepanasan.
Sampai akhirnya tubuh kami terhempas.

Aku terus merengkuh tubuh Tina yang sudah lemas, seolah tidak rela kenikmatan itu pergi.
Penisku masih menancap dan sesekali berkedut.

Dua tubuh itu lunglai di atas sprei yang acak-acakan.. penuh dengan keringat dan sisa-sisa madu.
----oOo----

Malam itu aku bercinta dengan Tina sampai tengah malam.

Itu pun terpaksa aku hentikan karena Tina pingsan.
Sambil penisku masih menancap dalam memeknya aku tertidur.

Pagi harinya kami tidak bisa bangun.
Akhirnya kami istirahat total dan memanggil tukung pijit dan minum jamu.

Malam kedua kami bercinta kembali, tapi tidak sedahsyat malam pertama.
Malam ketiga kami bercinta habis-habisan. Aku minum viagra.

Sementara Tina minum jamu tradisional. Tengah malam Tina pingsan lagi.
Tapi tak lama kemudian dia sadar. Dia membangunkan aku.

“Malam ini malam terakhir. Habiskanlah aku. Rengkuhlah tubuhku sekuatmu, sepuasmu.
Remukkanlah seluruh tulang-tulangku dengan nafsumu. Puaskanlah aku..”

Tanpa menjawab aku langsung merengkuhnya. Kembali kami bergumul.
Kali ini aku lebih banyak bekerja agar Tina tidak pingsan lagi.

Entah berapa lama kami bergumul sampai akhirnya tiba-tiba hari telah terang.
Tina duduk di sebelahku menyodorkan kopi.

“Semalam kamu pingsan. Tapi tidak apa-apa. Tadi malam adalah malam paling memuaskan dalam hidupku..”
Sambil berkata Tina menyuapkan roti yang dari tadi dimakannya.

Begitu kopi dan roti itu habis, aku tarik tubuh Tina. Aku tanggalkan seluruh bajunya.
Kembali aku menyetubuhi gadis itu. Aku tidak mau kehilangan sedikitpun waktu.

Aku menyetubuhi gadis ini dengan rakus.. menggelutinya, melumat tubuhnya..
'mengoyak-ngoyak' memeknya dengan penisku yang masih perkasa.. dan meremukkan tulang-tulangnya.
Sampai akhirnya kami terhempas entah yang keberapakalinya.

Siangnya kami mandi bersama. Setelah itu aku mengantarnya ke Bandung.
Sepanjang perjalanan Tina tertidur. Aku tidak bisa tidur. Kebiasaannku kalau capek teramat sangat.

Menjelang Maghrib kami sampai di terminal. Selanjutnya Tina berangkat sendiri menumpang angkot.
Dia tidak mengizinkan aku ikut agar tidak ada yang curiga.

Sebelum pulang Tina bilang kalau ada waktu dia ingin bertemu kembali denganku.
Tentu aku menyetujuinya. Dia berjanji jika ada kesempatan akan menelponku.

Tentu, tentu aku akan datang ke Bandung dan menyetubuhinya.
Dengan catatan jika suaminya sedang keluar kota. (. ) ( .)
-----------------------------------------oOo-------------------------------------
 
Mantaabbb Suhuuu...
Biarpun udh jadi binor, tetap aj ngewe sama si Wiro tetap "terjaga"..
Cewek binal macam Tina bisa aja dientot sama cowok yg tiba2 ketemu, dia suka, langsung Jleebbb.....
 
----------------------------------------------------------------------------------

Cerita 45 – Perempuan Perempuan di Lingkungan Kantor

Episode Yuni Admin

Hai.. namaku Egi.
Masih ingat ceritaku dengan Tante Sri..? – Lihat di Cerita 72.. 'Rumput Tetangga' ..–
Aku ingin sedikit berbagi cerita tentang perselingkuhanku yang lain dengan teman di tempatku bekerja.

Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya..
Aku bekerja di sebuah pabrik di kawasan pinggiran Jakarta.. aku bekerja di bagian produksi.

Memang gaji dan fasilitas yang aku dapatkan di pabrik lebih dari cukup.
Akan tetapi lingkungan di mana aku bekerja mempunyai kekurangan.. yaitu kekurangan pekerja wanita.

Ya.. memang di divisi tempat aku bekerja hampir seluruh pekerjanya adalah laki-laki.
Pekerja wanita yang ada pun hanya beberapa orang yang sudah berumur.. dan tidaklah menarik hatiku.

Akan tetapi karena jabatanku di perusahaan itu..
aku sering mondar-mandir antara ruang produksi dan ruang administrasi.

Nah.. di divisi administrasi itulah ada pegawai wanita yang sangat menarik hatiku.
Terlebih hati ’adikku’. Namanya Yuni.

Berbeda dengan Tante Sri.. bagian tubuh Yuni yang sangat menarik perhatianku adalah payudaranya.
Kalau kata anak-anak zaman sekarang disebut TOGE..

Akan tetapi.. menurutku lebih tepat dipakai panggilan ’TOBRUT’.. alias Toket Brutal.. hahahahaha.
Oh ya.. Yuni merupakan pegawai outsourcing yang baru. Dia baru bekerja di pabrikku sekitar dua Minggu.

Aku dan Yuni memang belum pernah berkenalan.
Akan tetapi apabila kami bertemu di saat aku sedang di ruang administrasi..
dia selalu melayangkan senyumnya ke padaku.

Entah senyuman itu hanya sekedar senyuman yang dia berikan untuk pegawai senior sepertiku..
Atau dia memang selalu ramah pada semua orang.

Akan tetapi bagiku senyuman itu mempunyai makna yang berbeda.
Ah.. mungkin ini hanya khayalanku saja yang terlalu jauh.

Satu hal yang pasti niat nakalku selalu muncul apabila Yuni melayangkan senyumnya padaku.
Terbayang selalu bongkahan gunung kembar yang menantang di depan mataku.

Gambaranku sih ukuran nya sekitar 34 akan tetapi size cupnya yang menantang, Double D.
Terbayang di otakku apabila bongkahan tersebut digesekkan di mukaku dan kontolku.

Yuni termasuk kategori ABG dengan umurnya yang baru menginjak 19 tahun.
Aku yang sebenarnya lebih menyukai wanita yang lebih tua dariku.

Entah mengapa melihat Yuni hasratku selalu muncul.
Betapa tersiksanya aku apabila kontolku ini tak dapat diajak kompromi..
Karena jika melihat Yuni kontolku pasti berdiri.

Tetapi aku bekerja dengan menggunakan celana jeans yang cukup ketat..
jadinya sangatlah menyakitkan bagiku. Hingga suatu ketika..
Kesempatanku untuk ’mendekatkan diri’ kepada Yuni pun tercapai.

Waktu itu aku dan Yuni harus lembur kerja karena harus meng-input stok barang produksi..
dan mengurus beberapa PO untuk sub-kon pabrikku.

Memang aku tidak hanya berduaan saja yang ke bagian lembur..
akan tetapi aku yakin akan mendapatkan kesempatan untuk mencicipi tubuh Yuni.

Setelah istirahat sebentar akupun membawa berkas-berkas..
yang diperlukan dan beranjak menuju ruangan admin.

Di sana telah ada 4 orang admin yang sedang lembur.
Aku pun lantas mendekati Yuni yang mejanya agak jauh sendiri.

Aku lantas mengambil kursi dan langsung duduk di sebelah Yuni.
“Eh, mbak.. ini berkas yang harus di input.. tolong ya di duluin berkas saya.. supaya lekas beres kerjaannya..”
kataku sambil menyerahkan berkas yang aku bawa tadi.

Yuni menoleh ke arahku dan tersenyum.
Dia lalu berkata.. ”Oh ya Pak.. saya kerjakan setelah selesai berkas yang satu ini..”

Aku pun menjulurkan tanganku dan berkata..
”Kita belum kenalan deh. Namaku Egi.. aku di bagian produksi..”

Yuni pun menjabat tanganku dan membalas perkenalanku dengan senyum..
”Saya Yuni, Pak.. mohon dibantu karena saya masih baru di sini..”

Aku tersenyum dan berkata.. ”Tenang saja.. di sini orangnya baik-baik koq, pasti mau bantu kamu..”
Lalu kami pun larut dalam pekerjaan kami hingga tak terasa waktu telah menunjukan pukul 23:15.

Tak lama setelah itu aku oun memberaskan berkas yang telah diinput.
Yuni pun membereskan berkas-berkas dan meja kerjanya. Aku pun memberanikan diri bertanya pada Yuni..

”Yun, udah jam segini, kamu pulangnya ke mana..? Jauh ga..?”
Yuni menjawab.. ”Ngga terlalu jauh pak kalau naik angkot paling sejamlah..”

Lalu aku bertanya lagi.. ”Terus kamu pulang sama siapa..?
Jam segini kan ga ada angkot. Dijemput Suami atau cowoknya..?”

Yuni pun menggelengkan kepalanya dan menjawab..
”Tidak Pak, saya belum menikah, kalau cowok dah putus 3 bulan yang lalu..
jadi paling Yuni pulang pakai taksi saja..”

Jreng..!! Aku bersorak dalam hati. Nah ini dia kesempatanku datang..!!
Dengan PD Aku pun menawarkan diri untuk menawarkan diri menangantar Yuni pulang.

Awalnya Yuni menolak dengan alasan takut merepotkan dan tidak enak takut jadi gosip di pabrik.
Karena aku desak, dan memang aku punya alasan kuat karena arah kita pulang sejalan.

Akhirnya Yuni pun setuju untuk diantar olehku.
Aku pun beranjak menuju lapangan parkir diikuti oleh Yuni.

Melihat Yuni yang berjalan di belakangku aku pun berhenti dan berkata..
”Loh.. koq malah jalan di belakangku..? Kayak mau baris-berbaris.. sini jalannya bareng aja..”
Lalu aku pun menarik tangannya dan berjalan menuju mobilku.

Ada satu hal yang aneh menurutku.. ketika aku menarik tangannya dan berjalan sambil memegang tangannya..
Yuni tidak sekali pun melepaskan pegangan tanganku.

Tapi aku tidak berpikir jauh, takut salah tafsir nantinya. Lalu kami pun masuk ke dalam mobilku.
Aku pun menyalakan mobilku dan tak lama kami pun berangkat.

Limabelas menit pertama tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut kami berdua.
Hanya suara lagu Rihana yang terdengar dari tape mobilku.

“Hayyooo.. koq malah diam sih..? Kayak belum kenal, kan tadi udah kenalan..”
Yuni terlihat kaget dan tersenyum..
”Duh.. bikin kaget aja Pak, ga papa koq pak.. cuma saya malu ga tau mau ngobrol apa.

”Aku pun tersenyum dan berkata..
”Yah, ngobrol apa keq, ngobrol ringan, ngobrol berat terserah, ngobrol dewasa juga boleh..”

Mendengar omonganku.. kulihat Yuni melirik ke arahku.
Dia menjawab.. ”Koq ngobrol dewasa sih Pak, ga enak ah..”
“Kalau dibikin enak sebenarnya kan pasti enak, Yun..” balasku.

Tak lama kemudian kami pun mulai larut dalam obrolan-obrolan yang dimulai..
dari obrolan ringan sampai aku sengaja membawa obrolanku ke arah obrolan dewasa.

Dan ternyata Yuni menganggapi obrolanku dengan senang..
dan tak tampak di wajahnya ada keberatan dengan arah obrolan ku.

Tak lama kemudian aku belokkan mobilku ke arah sebuah restoran fast food yang buka 24 jam.
“Loh.. mau ke mana dulu Pak..?” Tanya Yuni.

“Aku lapar Yun, kamu lapar ga..?” Tanyaku balik.
“Sedikit sih Pak, tapi ga usahlah, ga papa koq. Nanti saya makan di rumah saja..” katanya sungkan.

”Gak papa Yun, sekalian aja lah. Emang kamu ditungguin sama ortu ya di rumah..?” Tanyaku.
“Gak Pak.. Yuni tinggal berdua dengan kakak Yuni yang Cowok dengan istrinya..” jawab Yuni.

Aku kembali bertanya, ”Trus Kakak kamu marah kalau kamu pulang telat..?”
Yuni menggelengkan kepalanya dan berkata.. ”Gak Pak, Kakak Yuni tau kalau Yuni pasti pulang telat lembur.
Kadang Yuni suka ke kost-an temen Yuni kalau bener-bener telat pulangnya..“

Aku menangkap ada kesempatan yang tidak boleh dilewatkan.
”Nah kan, ga ada, masalah dong kalau kita telat, yang penting kamu ntar sampe di rumah kan..”

Yuni tak menjawab hanya mengangguk pelan..
dibarengi dengan senyumnya yang membuat kontolku jadi berdiri.

Kami pun lalu memasuki fastfood tersebut dan memesan makanan.
Aku pun lantas mengambil meja yang letaknya di luar ruangan dan agak menyendiri..
agar aku dapat melancarkan rayuanku pada Yuni.

Tak lama kami pun makan sambil melanjutkan obrolan kami sewaktu di mobil tadi.
Setelah selesai makan aku pun menyalakan rokok putih kegemaranku.

Tiba-tiba Yuni berkata, ”Pak, kalau saya ngerokok boleh ga..?”
Aku pun sempat terdiam dan tak lama menjawab..

”Oh, ya silakan.. ga ada yang ngelarang koq. Ada rokoknya..?”
Yuni hanya mengangguk sambil merogoh sesuatu dan mengeluarkan rokok dari tasnya.

Kami pun melanjutkan obrolan kami dan tanpa terasa waktu telah lewat dari tengah malam.
Yuni melirik jam tangannya dan berkata..

”Pak, udah malem banget nih, pulang aja yuk.. Saya ga enak sama orang rumah..”
Aku menyalakan rokok kembali sambil berkata.. ”Tar yah tanggung.. 1 batang lagi. Ga papa kan..?
Lagian kata kamu tadi kalau pulang telat banget kan bisa nginep di kostan temen..”

Yuni tak menjawab.. lalu mengeluarkan Blackberrynya..
kemudian sibuk mengetik pesan di BB nya tersebut.

Selang beberapa saat kemudian Yuni berkata.. ”Ya sudah Pak..
Saya sudah memberitau kakak saya kalau ga pulang malem ini. Saya pulang ke kostan temen aja..”

Kemudian Yuni kembali sibuk dengan BB-nya dan beberapakali mencoba menelpon seseorang..
namun kelihatannya orang yang dituju tersebut tak menjawab telpon Yuni.

Aku pun bertanya.. ”Telpon siapa..? Kakak Kamu..?”
Yuni menggelengkan kepalanya dan menjawab.. ”Telpon temen yang kost itu, tapi ga jawab daritadi..”

Tak lama kemudian terlihat dia tersenyum senang sambil berkata.. ”Woiii.. telpon koq ga diangkat daritadi..
Gue nginep tempat lo ya..? Jangan dikunci dulu.. tar lagi gue ke situ. Hah.. sorry deh ganggu..
Tapi doi pulang atau gimana..? Yaaahhh.. terus gimana dong..? Ya udah deh.. tar gue hubungin lo lagi deh..”

Terlihat Yuni menutup BB nya dan memasang muka sedikit cemberut.
“Loh, kenapa, Yun..?” Tanyaku kepada Yuni.

Dengan muka yang masih agak cemberut Yuni pun menjawab..
”Kesel Pak, Cowoknya temen saya ternyata nginep di kostan.. trus Yuni jadi ga bisa ke kostan..”

Aku kembali bertanya, ”Loh, mank kostan nya bebas..? Koq cowok nya bisa nginep..?”
”Ya Pak bebas sekali. Tadi aja lama ga diangkat.. eh taunya temen Yuni lagi begituan..!” Jawab Yuni.

“Loh, begituan apaan? Aku ga ngerti..?” Tanyaku pura-pura bingung.
“Ah.. masa’ Bapak ga tau..? Bapak kan dah dewasa..”

“Oooooohhh.. lagi ML toh..?” Jawabku to the point.
“Nah trus gimana?” Tanyaku lagi.

“Gak tau Pak.. saya juga bingung..” Jawab Yuni.
“Ya sudah, saya bukakan Hotel saja ya.. pagi-pagi kan bisa pulang ganti baju..” ajakku kepada Yuni.

Yuni menjawab.. ”Gak ah Pak, takut saya..”
“Loh.. emang takut apaan..?” tanyaku.

Yuni kembali menjawab, ”Takut diapa-apain sama Bapak..”
Aku agak kecewa dengan jawabannya..
akan tetapi kulihat raut mukanya tidak menunjukkan penolakan terhadap ajakanku.

Maka kembali aku mengajak untuk menginap di hotel.
Dengan berbagai alasan dan rayuan akhirnya Yuni pun menyetujui ajakanku.

Aku pun bersorak dalam hati. Dan tak lama kemudian mobilku pun kupacu menuju hotel bintang 3 terdekat.
Bukan mau sombong.. tapi aku lebih memilih hotel berbintang ketimbang hotel melati ataupun losmen..
Dengan alasan jauh lebih aman dari razia polisi atau satpol PP. Yah.. untuk jaga-jaga saja.

Aku pun segera turun dan menyuruh Yuni menunggu di mobil.
Setelah check in aku kembali ke mobil dan mengajak Yuni turun dan berjalan menuju Hotel tersebut.

Tak lama kami pun sampai di depan kamar.. aku membuka kunci elektronik pintunya..
lalu mempersilakan Yuni masuk terlebih dahulu.

Tiba-tiba Yuni berkata, ”Loh koq ranjangnya satu doang Pak..?”
Aku pun menjawab.. ”Oh.. yang double udah ga ada, full semua..” Jawabku enteng.. hehe..
Padahal aku memang sengaja memesan yang ranjangnya single.

Setelah beberapa saat aku pun membuat kopi untuku..
kemudian menawarkan pada Yuni, namun Yuni menggelengkan kepalanya.

Sambil mengobrol Yuni duduk di ranjang dengan bersandar pada tembok sambil memainkan remote TV.
Aku pun duduk di samping Yuni sambil memegang kopi yang aku buat tadi.

Kami lantas mengobrol sambil diselingi dengan candaan-candaan ringan.
Pada saat bercanda itu aku sengaja menumpahkan kopi di tanganku ke baju Yuni.

"Waahhhh.. sorry banget Yun.. sini aku bersihin..!” Kataku sambil mengambil tissue..
lalu mengelap tumpahan kopiku di atas dadanya.
Aku sengaja mengelap dengan perlahan.. supaya dapat merasakan empuknya payudaranya yang super itu.

”Gak papa Pak. Udah.. biar Yuni bersihin sendiri aja di kamar mandi..” Yuni pun beranjak ke kamar mandi.
Tak lama kemudian aku mengambil kimono yang tersedia di lemari..
kemudian mengetuk pintu kamar mandi untuk menyerahkan nya ke pada Yuni.

“Yun.. ini kamu ganti pake kimono aja, biar bajunya digantung di lemari aja..” Yuni tak menjawab.
Aku pun sempat berpikir dan berkata dalam hati.. Wah.. jangan-jangan udah kebaca nih niatku..

Tapi aku berpikir untuk tidak mundur.. kecuali memang Yuni menolak dengan tegas.
Tok.. tok.. tok..!! Kembali kuketuk pintu kamar mandi.. sambil menawarkan kimononya.

Tak lama terdengar suara air mengalir dari keran kamar mandi.
Kutunggu dan kutunggu, tak ada jawaban dari dalam kamar mandi.

Aku pun mulai gelisah serta berpikiran takut kalau Yuni marah..
besoknya dia bercerita pada teman-temannya di pabrik. Wah.. mati aku kalau sampai itu terjadi.

Selagi aku kebingungan dan tenggelam dalam kegelisahanku..
kudengar suara Yuni memanggil ku dari dalam kamar mandi.

“Pak.. masuk aja dan tolong bawakan kimononya sekalian ya, please.. tolong ya..”
Masih dengan kegelisahanku..
aku pun membuka pintu kamar mandi dan hendak menyerahkan kimono nya.

Namun ternyata kegelisahanku pun musnah.
Kulihat Yuni sedang berbaring di dalam bath tub dan tersenyum padaku.

“Pak, dari awal di fastfood tadi sebenernya saya dah baca niat Bapak.
Kalau memang Bapak mau.. masuk aja sekalian ke dalam bath tub..”

Aku pun tak bergeming dan hanya melongo.. memandangi tubuh Yuni yang tak tertutup sehelai benang pun..
berbaring dan berendam di dalam bath tub.

Kembali Yuni berkata.. ”Loh koq malah bengong sih Pak..?
Bukannya bapak kepengen sama saya, makanya Bapak mengajak saya ke hotel juga..?”
Aku menjawab dengan terbata-bata karena masih bingung, ”I.. ii.. yya sih.. taa.. tapi..”

Belum selesai menjawab ajakan itu, Yuni pun kembali berkata.. ”Tenang aja Pak, ga usah takut..
Yuni juga sebenernya dah kepengen ML sewaktu kita ngobrol di mobil..
tapi saya ga tau gimana harus ngomong ke Bapak, eh ternyata saya perhatikan Bapak punya niatan begitu.
Cuma kelamaan.. makanya mending saya mulai duluan dari pada kelamaan nunggu Bapak..”

Mendengar itu.. tanpa banyak berpikir lagi aku pun menanggalkan pakaianku lantas masuk ke dalam bath tub..
kemudian dengan bernafsu kuelus-elus payudaranya..
dan kumulai menjilati dan menyedot putingnya yang telah berdiri.

Yuni pun mendesah dan memelukku.. sampai-sampai aku tak dapat bernafas..
karena mukaku tertutup oleh bongkahan payudaranya yang besar itu.

“Ahhhh.. ooouuuhhhh.. terus Paaaakkk.. isap terusssssshhh.. hhhmmppphh..”

Aku semakin bersemangat mengisap dan menjilati payudaranya.. sedangkan tanganku pun bergerilya di perut..
kemudian turun ke arah memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang tak begitu lebat.

Aku pun mulai mengusap-usap permukaan memeknya..
dan mulai menggosok-gosok jari tengahku di antara bibir memeknya.

Tak ayal lagi Yuni semakin menggeliat-geliat liar sembari mendesah semakin kencang.
“Ooouuuuhhhh.. paaaakkk,.. eennaaakkk.. ssshhhhh h..”

Kemudian aku mulai memasukkan jariku ke dalam memeknya..
lantas mulai mengocok memeknya dengan perlahan.

Yuni pun tak tinggal diam.. tangan kirinya mengelus-elus kontolku yang telah berdiri tegak..
sedangkan tangan kanannya mengusap-usap puting susuku.

Lalu kemudian aku pun berdiri dan menarik tangan Yuni untuk berpindah ke kamar.
Yuni pun mengikuti ku dan kemudian merebahkan diri di atas kasur.

Terlihat lebih jelas bentuk tubuh Yuni dengan lekukan badan yang sangat indah..
serta membangkitkan gairah pria manapun yang melihatnya.

Tanpa menunggu lama.. aku pun mulai merangkak dan menjilati tubuh Yuni..
mulai dari kaki hingga terhenti di pangkal pahanya.

Lalu aku pun mulai menjilati dan menciumi pangkal pahanya dengan jemariku..
yang mulai mengelus-elus bibir memeknya.

Yuni pun mendesah dengan liar dan meremas-remas rambutku..
sedang tangan satunya mulai meremas payudaranya sendiri.

“Paaakkkkhh.. tteerruuusss.. aaaahhhhh.. ooouuuuc chhh.. ssstt.. aahhhh..”

Lidahnya sibuk menyapu bibirnya sendiri..
sehingga menambah gairah ku untuk terus melakukan aksiku di pangkal pahanya.

Jari telunjuku mulai memasuki lobang memeknya sedangkan jempulku mengelus-elus clitorisnya.
Tampak Yuni semakin menggelinjang dan mendesah-desah tak karuan.

Tak lama kemudian tampak Yuni mengangkat badannya..
dan mnejambak rambutku dengan hentakan yang keras.

Terlihat dengan jelas memeknya berkedut-kedut dan diiringi teriakan kecil dari mulut Yuni.
“Aaaccchhhhhh.. Pppaaakkkhh.. ssaaayyyyaaa.. kk eelluuaaarrr.. oooouuucchhhhh..”

Selang tak beberapa lama, tubuh Yuni pun perlahan turun kembali dan jambakan rambutnya mulai mengendor.
Aku pun menghentikan aksiku dan mulai memposisikan tubuhku mengangkangi wajah Yuni.

Tanpa disuruh pun.. Yuni mulai mengelus-elus kontolku dan menjilati lobang kencing ku.
Sensasi yang kurasakan membuat tubuhku mengigil karena nikmat dan geli pada waktu yang bersamaan.

Lalu Yuni pun mulai memasikan kontolku ke dalam mulutnya.
Dia mulai mengisap kontolku dengan perlahan tapi pasti.

Wah.. keliatannya dia sudah mahir dalam isap-mengisap kontol nih..!! Kataku dalam hati.
Tapi aku tak memikirkan hal itu.. dan larut dalam kenikmatan yang kurasakan pada saat itu.

Tiba-tiba rasa isengku pun muncul.
Dengan sedikit hentakan kecil.. kucoba untuk memasukkan kontolku seluruhnya ke dalam mulutnya.

Otomatis terlihat Yuni terkaget-kaget dan melototkan matanya ke arahku.
Yuni pun terbatuk-batuk dan melepaskan kontolku yang menancap seluruhnya di dalam mulutnya.

“Uhhuukkk.. uhhuuukk.. Paakk.. kkaallaauu mau dimasukan semua bilang doonngg..! Uhukk.. uhuk..”
Kata Yuni sambil terbatuk-batuk.

Aku pun tersenyum kecil dan berkata.. ”Sorry Yun.. abisnya aku gemas liat kamu mengisap kontolku ini..”
Sambil kembali menyodorkan kontolku ke dalam mulutnya.

Yuni pun kembali membuka mulutnya, kali ini dia membuka mulutnya lebih lebar lagi.
Aku pun mulai memaju mundurkan pantatku dan sesekali menekan..

Slopphh..!! Hingga kontolku pun habis masuk seluruhnya..
sampai terasa sekali mentok di dalam ternggorokannya.

Tak lama kemudian aku pun bangkit kemudian berdiri di pinggir kasur.
Dan aku pun menarik kaki Yuni.. sehingga pinggulnya kutempatkan tepat di bibir kasur.

Kaki kirinya aku naikkan ke atas dadaku.. sedangkan kaki kanannya menjuntai di pinggir kasur.
Aku pun menggenggam kontolku dan mulai menggosok-gosokkan kepala nya di atas bibir memek Yuni.

“Paakk.. ayyooo.. maaassuuukkkannn.. cceepppeettta annn..” pinta Yuni seperti tak sabar.

Tanpa menunggu lebih lama.. Slebb.. aku pun mulai menekan kontolku perlahan..
Jlebb.. Blesskk..!! Mulai kumasukkan kontolku ke dalam belahan memeknya.

Tak begitu sulit bagiku untuk memasukan kontolku ke dalam memeknya. Aku pun mulai berpikir..
Wah.. sepertinya Yuni dah ga perawan nih..! Tapi ga papa deh.. kali-kali nyoba ABG.. hehehehe..

Kemudian ketika kontolku telah masuk dua pertiganya aku pun menariknya kembali..
hingga tersisa kepala kontolku saja yang terbenam di dalam memeknya.

Berkali-kali aku melakukan itu hingga terasa memek Yuni mulai makin membasah.
“Paakk.. ayyoo.. ddooongg.. diii.. cceepppeeetiiinn n...” kata Yuni dengan setengah memohon kepadaku.

“Sabar Yun.. bentar lagi ya..” Aku pun mulai mempercepat goyanganku..
sambil menjilati betis kaki kiri Yuni yang kuletakan di dadaku tadi.

“Pllookkk.. plookk.. plloookkk..” terdengar suara benturan antara dua selangkangan kami.
Yuni pun mendesah dengan liar dan kembali meremas-remas payudaranya sendiri.

“Aaaaaahhhh.. ssshhhh.. pppaakkk.. kkkoonnttoooll bbaaapppaakkk.. eennnaakkk.. bbeennerrr..
Ooou ucchhh.. hhhmmpphhh..” Aku tak menjawab, aku terus menggenjot Yuni dengan penuh semangat.

Tak lama kemudian aku pun menghentikan aksiku lalu melepaskan kontolku.
Tampak roman kecewa tampak di wajah Yuni. “Paakk.. kkeennnaaapaaaa di-ccabbuut..?”

Aku tersenyum dan menarik tubuh Yuni sambil berkata.. ”Gantian dong.. kamu yang di atas ya..?”
Kemudian aku pun berbaring dan Yuni segera menaiki tubuhku.

Dia pun berjongkok tepat di atas kontolku.. kemudian memegang kontolku serta membimbingnya..
perlahan tepat di bibir memek nya yang tampak merekah indah.

Digesek-gesekan nya sedikit.. kemudian dengan perlahan tapi pasti Yuni pun menurunkan badannya..
Slebb.. blesskk..!! Sehingga dengan mudah kontolku kembali masuk ke dalam lobang memeknya.

Yuni terdiam sebentar, tampak dia memejamkan matanya dan mendesah kecil..
”Hmmmppphhh.. sssstt.. aahhh..” Kemudian dia mulai menaik turunkan badannya.

Mula-mula Yuni melakukannya dengan perlahan.
Dan lama-lama dia mulai menaik turunkan pantatnya dengan cepat.

Kembali terdengar bunyi benturan antara selangkangan kami.
Tak lama kemudian Yuni pun mengganti posisinya, lututnya diletakkan di antara pinggulku..
sehingga kontolku pun masuk dengan sempurna ke dalam memeknya.

Dia mulai memaju mundurkan pantatnya dan menggoyangkan pinggulnya.
Posisi ini kurasakan jauh lebih enak dibandingkan dengan posisi tadi.

Aku pun tak tinggal diam.. aku mulai meremas pantatnya dan ikut membantu memaju-mundurkan pantatnya.
Kedua tangan Yuni pun bertumpu di dadaku..
sehingga tampak dengan jelas payudaranya yang besar itu tepat di depanku.

Tampak payudaranya bergoyang mengikuti irama goyangan pantat Yuni.
Aku pun tak menyia-nyiakan pemandangan tersebut.

Kedua tanganku pun berpindah dari pantat sekarang memegang kedua bukit indah yang ada di depanku.
Dan mulai meremas-remas sambil mulai menjilati putingnya.

Terkadang aku gigit-gigit kecil puting nya itu. Tampak Yuni semakin mempercepat goyangannya.
“Aaahhh.. ppaaakkk.. eeennnaaakkk.. ppaaakkk.. hhh mmmpphhh.. ooouuccchhh..”

Tangan Yuni yang sedari tadi bertumpu di dadaku pun ikut meremas dadaku.
“Paakkk.. sebbenntaarr.. laagiihh.. aaahhh.. sseebbeen taarr laagiiihhhh.. Aaahhhh.. sssttthhh.. Oouuuchhh..”

Dan Yuni pun menekan pantatnya kuat-kuat.. Blesskk..!!
Hingga amblaslah kontolku seluruhnya ke dalam memeknya.

Tangannya meremas dadaku dengan penuh tenaga.
Tubuhnya mengejang disertai kepalanya yang terlempar ke belakang.

“Ppppaaakk.. aaaahhhhh..” dan kembali tubuh Yuni ambruk melemas kedua kalinya.
Tampaknya orgasme nya yang kedua ini jauh lebih nikmat dibandingkan yang pertama tadi.

Terlihat wajahnya yang memucat sambil menggigit bibirnya..
Yuni pun bergidik disertai tubuhnya yang bergetar karena sensasi orgasmenya masih terasa.

Lalu aku pun membalikkan tubuhnya yang terdiam di atas tubuhku.
Kemudian kuangkat kedua kakinya dan kuletakan di bahuku.

Tampak dengan jelas memeknya semakin terlihat menggembung..
sehingga aku pun menjadi tak tahan ingin segera memasukan kontolku kembali ke dalam lobang kenikmatan itu.

Tangan kiriku kupakai untuk menumpu berat badanku..
tangan kananku kugunakan untuk membimbing kontolku ke dalam lobang memek nya yang telah menanti.

Ketika aku mulai menggesekkan kepala kontolku di bibir memek itu, Yuni pun menahan pinggulku.
”Ahh.. sebentar Paakkk.. hhhmmpphhhh.. biarr saayya.. istiraahhat dullluuuhh.. hhhmmpphhh..”

Tampak nafasnya masih tersengal-sengal.
Tapi aku tak mempedulikannya, dengan sekali hentak maka kontolku pun masuk ke dalam lobang memeknya.

“Aaaaahhhh.. Paaaakkkk..!!!!” Teriak Yuni sambil meremas pantatku dengan keras..
sehingga terasa pedih karena kukunya yang agak panjang.

Aku diam kan sejenak kontolku di dalam memeknya.
Terasa sekali kedutan-kedutan kecil di dalam memeknya, dan terasa nikmat sekali.

Walau sebenarnya kedutan dan kenikmatan lobang memeknya kurasakan tak sedahsyat Tante Sri.
Akan tetapi untuk wanita seumuran Yuni buatku memeknya memang super juga.

Aku masih mendiamkan kontolku terbenam seluruhnya di dalam memek Yuni.
Kemudian aku pun mencium dan melumat bibirnya.

Awalnya dia menolak.
”Maaf Paakkk.. saya hanyaa berciuman dengan cowo yang bakal jadi suami saja.. ga papa kan pak..?”

Aku hanya diam dan menatap matanya dan kembali berusaha untuk mencium bibirnya..
Penolakan kembali aku dapatkan. Yuni tampak menolehkan wajahnya ke samping.

“Ayoo dong Yun, aku ingin mencium bibir kamu, biar tambah lebih enak buatku..”
Kupegang rahang Yuni dan kupalingkan kembali wajahnya ke arahku.

Kudekatkan wajahku dan menciumnya.
Kali ini Yuni tak menoleh dan membiarkan aku menciumi, menjilati bibirmya.

Akan tetapi selama beberapa saat dia belum juga membalas ciumanku.
Aku pun tak tinggal diam.. Jlebb-jlebb-jlebb-jlebb-jlebb-jlebb..

Aku mulai menggenjot kontolku dan kugenjot dengan keras.. sehingga membuat Yuni terpekik pelan.
Pada saat dia memekik itulah aku mulai memasukan lidahku ke dalam mulutnya..
lalu mulai menyapu seluruh bagian dalam mulutnya.

Perkiraanku ternyata tepat, sambil terus menggoyangkan pantatku.. Yuni mulai membalas ciumanku.
Bahkan dialah yang menjadi lebih agresif menyedot dan menjilati lidahku.

Memang terasa berbeda sekali.. kurasakan sensasi yang lebih nikmat..
di saat menggenjot Yuni ditambah dengan aksi sedotan mulut nya.

Tak berapa lama aku semakin cepat menggenjot pantatku.
Ughhh..!! Kurasakan air maniku akan segera keluar.

Dan tampak Yuni pun ikut menggoyangkan pantatnya.
Aku tau bahwa dia pun akan segera mencapai orgasmenya yang ketigakali.

Aku pun semakin mempercepat genjotanku.. dan kemudian menekan pantatku sekuat tenaga..
Jleggh..!! Sehingga kontolku terbenam seluruhnya di dalam memek nya.

“Aaahhh.. Yunhhh.. aakkuu.. oohhh.. kkeellluuaarrrrhhh..!!! crottt.. ccroott.. ccrroottt..
Yuni pun berteriak dan mencengkram pantatku dengan kuat.

“Aaaaahhhhh.. sssshhhhh.. ooouuuucchhhh.. ssss ayyyyaaaahhh.. jjuggaaa pppaaakkkk..!!!”
Dan kurasakan memek Yuni kembali berkedut dan kali ini terasa seakan mengisap kontolku..

Sehingga kontolku serasa tersedot lebih dalam ke dalam memeknya.
Terasa seluruh syaraf yang ada di dalam tubuhku seperti tersengat listrik..
akibat kenikmatan yang luar biasa itu.

Tak lama kemjudian aku pun ambruk di sebelah tubuh Yuni yang sama tergolek lemas.
“Yunnnhh.. hhmmpphh.. memek kamu.. toopp baangeett.. dehhh..” kataku sambil mengecup jidatnya.
Yuni pun tersenyum dan menjawab.. ”Sama paakk.. kontol bapak lebih enak dari pada cowok saya..”

Aku pun bertanya kepada Yuni.. ”Tadi katanya ga mau ciuman..?
Katanya kalo ciuman cuma buat suaminya doang..? Koq mau sih dicium aku..?”

Yuni menatapku dan tersenyum sambil berkata..
“Ga tau Pak.. selama ini saya hanya berciuman dengan pacar saya.
Memang saya pernah ML dengan beberapa cowok kenalan saya.. tapi ga pernah sekali pun saya ciuman.
Ga tau kenapa sebenernya saya juga ingin berciuman dengan bapak..”

Yuni terdiam sejenak dan kembali berkata..
”Mungkin saya bener-bener suka sama Bapak.. walau baru jalan sekali ini..
tapi kontol bapaklah mungkin yang membuat saya mau dicium sama bapak..”

Aku pun berkata.. ”Saya sudah punya istri loh.. Kamu mau berhubungan dengan cowo beristri..?”
Yuni tertawa kecil dan menjawab.. ”Kalau saya ga mau.. ngapain saya ML dengan bapak..?”

Aku pun mengecup keningnya dan berkata..
”Tapi saya ga bisa kalau harus berhubungan serius dengan orang lain selain istriku.
Apa kamu mau kalau kita hanya berhubungan sebatas seks saja..?”

Yuni tersenyum dan menganggukkan kepalanya.. ”Buat saya sih ga masalah Pak.
Bapak ga usah takut saya bakalan nuntut apa pun.. karena saya juga sekedar butuh seksnya saja..”

Setelah itu.. mungkin karena kecapean.. kami pun lantas tertidur.. masih dengan berpelukan.
Ketika aku bangun tampak jam menunjukan pukul 08:30 pagi.
---oOo---

Aku pun bergegas bangun dan hendak ke kamar mandi untuk mandi dan berangkat kerja.
Akan tetapi tanganku ditarik kembali oleh Yuni.

“Pak.. kita ga usah masuk kerja hari in yuk..! Saya masih pengen ML dengan bapak hari ini.. boleh kan..?”
Aku terdiam sejenak dan tersenyum..

”Oke.. aku telpon ke kantor dulu Yang.. untuk minta ijin. Kamu juga jangan lupa telpon kantor ya ..”
Maka kami pun melanjutkan ’kegiatan kenikmatan’ kami sampai malam harinya.

Aku pun mengantarkan Yuni pulang ke rumahnya.
Dan dapat ditebak.. Yuni pun menjadi ’stok’petualangan seksku yang kedua.. setelah Tante Sri.

Masih ada target selanjutnya untuk kujadikan bagian dari petualanganku ini.
Masih ada Tante A Yung.. istri boss-ku.. dan Mbak Meri.. penjual nasi di kantin pabrikku. (. ) ( .)
--------------------------------------------oOo------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gara-gara ada update an bikin gak jadi mandi deh
Mantullll suhuuuu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd