Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

----------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------------

Cerita 112 - Rumah Pantai

Marissa

Hmmm..!
Rasanya seperti menari sambil duduk. Segala sesuatunya terjadi dalam urutan dan irama yang sempurna.
Setiapkali tuas gas kupuntir ke belakang.. sepeda motorku langsung melonjak..
Dan menderu maju bagai seekor kuda balap terlecut cambuk. Ahh..! Begitu mengasyikkan.

Hari itu Sabtu malam, limabelas menit sebelum dimulainya sebuah pesta. Dan bukan sekedar pesta biasa.
Pesta ini.. adalah sebuah pesta intim senilai 2 miliar rupiah yang diselenggarakan oleh Barry Nugroho dan istrinya, Annisa.

Salahsatu dari banyak pasangan konglomerat di negeri ini.
Tempatnya di sebuah Rumah Pantai besar seharga 40 miliar milik mereka. Dan aku terlambat..!

Kuinjak persneling ke gigi lima.. sekali lagi menyentak gas dan membiarkan sepeda motorku..
melesat membawaku membelah lalulintas yang untungnya malam ini tidak begitu ramai.

Bagiku.. sepeda motor adalah tempat berpikir yang paling tenang.
Ini kuketahui dari kakakku, Jack, si mahasiswa hukum semester akhir. Biasanya dia yang sering melakukannya.

Tapi akhir-akhir ini aku juga ikutan.. sambil meliuk-liuk menghindari mobil aku memikirkan kelakuanku.
Aku sadar, di usiaku yang sudah 25 tahun.. aku tidak tumbuh dengan baik dan benar.

Duaratus meter mendekati rumah itu aku sudah bisa melihat gemerlapnya lampu pesta menerangi halamannya.
Aroma garam dan wangi bunga bakung perlahan mengisi hidungku.

Seorang Satpam gendut bersetelan putih menyeringai lebar dan melambai padaku..
mengizinkanku masuk melewati pintu gerbang.

Aku melaju pelan memasuki halaman depan yang luas. Kupandangi rumah besar di depanku.
Meski sudah sering ke mari.. aku masih tetap terkagum-kagum setiapkali melihatnya.

Berdiri di atas lahan seluas 45.500 meter per segi.. rumah itu nampak mewah, gagah, berlebihan..
Serasi dengan tamannya yang luas dan indah.. yang penuh dengan deretan semak dan bunga..
Yang melandai langsung ke pantai berpasir putih alami.

Di sepanjang jalan masuk yang bertabur kerikil putih..
tampak beberapa mobil di parkir sembarangan, semuanya mobil mahal keluaran terbaru.
Aku tersenyum.. tampaknya aku belum begitu terlambat.

Pesta malam ini termasuk kecil.. kurang dari 40 orang, tapi semuanya termasuk pesohor di negeri ini.
Ada pengacara.. pengusaha.. miliarder.. hingga anggota DPR.

Tersebar sebagai penggembira pesta.. tampak beberapa artis.. penyanyi..
hingga host dan penyiar berita yang semuanya cewek.
Tapi jangan keburu iri dulu. Aku juga tidak tercatat dalam daftar tamu. Aku di sini untuk memarkir mobil..!!

Pelanggan pertamaku datang 2 menit kemudian.. seorang pengacara senior yang sering muncul di TV.
Di sampingnya.. menggelayut manja layaknya kekasih.. seorang gadis muda yang sangat cantik.

Pakaiannya sudah awut-awutan. Dia berusaha menutupi pahanya saat aku mengambil alih mobil.
Aku cuma tersenyum. Aku sudah biasa melihat pemandangan seperti itu.

Dalam waktu 10 menit.. aku sudah mengisi pelataran parkir dengan empat sedan Eropa tipe terbaru.
Di bawah cahaya bulan.. mobil sedan-mobil sedan itu berkilau bagai tanaman metalik.
Aku suka menjadi tukang parkir.. hanya sibuk di awal dan akhir acara.. selebihnya bisa nyantai.

Mobil terbaik datang saat pesta sudah dimulai..
Sebuah Ferrari merah hati yang dikendarai seorang artis muda yang cantik.

“Perlakukan dengan lembut, ya..!?”
Dia berbisik mesra di telingaku dan menekan 200 ribu rupiah ke telapak tanganku.

Periode awal yang sibuk pun berlalu. Aku mengambil sekaleng minuman soda dan sepiring nasi jatah.
Duduk di rerumputan di samping jalan masuk.. kunikmati makan malamku.

Dari situ.. aku bisa mendengar apa yang terjadi di dalam rumah. Teriakan.. jeritan.. desis dan bisikan..
Semua tercampur menjadi satu.. bersahut-sahutan dengan suara tawa dan umpatan-umpatan kotor..
yang seharusnya tidak mungkin keluar dari 'orang-orang seperti mereka'.

Aku cuma menghela nafas. Yah.. inilah dunia.
Apa yang terlihat baik di luar.. belum tentu sama dengan kenyataan sebenarnya.

Awalnya aku juga kaget saat pertamakali bekerja di rumah ini, 5 tahun yang lalu.
Tapi setelah sering melihat dan kadang-kadang merasakan juga –Kalau lagi beruntung– aku jadi maklum.
Seks kan merupakan kebutuhan dasar manusia.. tak peduli dia berasal dari mana.

Aku sedang menikmati brownies gulung.. sewaktu seorang pramusaji berjas hitam bergegas mendekat.
Sambil memberikan senyum yang penuh arti.. ia menjejalkan sepotong kertas merah darah ke dalam saku kemejaku.

Kertas itu pasti sudah disemprot parfum. Aroma tajamnya menusuk hidungku sewaktu aku membukanya.
Isinya singkat dan jelas.. Tiga Huruf: Tiga Angka: IZD235.

Aku memandang pria itu untuk meminta penjelasan.. tapi dia cuma nyengir dan berlalu meninggalkanku.
Aku berpikir.. apa maksud ini semua..?

Aku lalu menyelinap menjauhi rumah dan berjalan melintasi deretan mobil-mobil mahal yang tadi kuparkir.
Sepertinya aku melihat tulisan itu di salahsatunya.

Dan benar.. aku menemukannya tertempel di kaca belakang sebuah Mercedes Benz hijau tua.
Kucoba untuk membuka pintunya.. ternyata tidak terkunci. Padahal aku yakin sekali kalo sudah menguncinya tadi.

Tanpa curiga sedikitpun.. aku masuk dan duduk di kursi penumpang depan.
Dengan teliti.. kuperiksa mobil itu. Di balik penghalang matahari, tidak ada apa-apa.

Kuaduk-aduk kompartemen yang ada di sebelahku..
Di dalam kotak kacamata.. kutemukan sebatang rokok ***** berhiaskan pita merah.
Kusulut rokok itu setelah terlebih dahulu membuang pitanya.

Kulihat lagi barang-barang yang lain.. tidak ada yang penting, ataupun berbahaya.
Kuembuskan asap kekuningan melintasi jendela. Aku mulai berpikir kalau ini tidaklah terlalu buruk.

Aku mulai merasa gerah ketika rokok ganjaku sudah hampir habis.
Saat akan membuangnya.. saat itulah ada tangan besar mencengkeram bahuku.

“Hai, Fer..!” Sapaku tanpa perlu melihat siapa orangnya.
“Halo, Rabbit..!” Feri memanggil menggunakan nama kecilku.
Lalu menjulurkan tangannya dan mengambil sisa rokokku. “Sudah ada yang kau tiduri..?” Dia bertanya.

Ferdiansyah nama lengkapnya. Seorang anggota polisi yang tidak begitu jujur.
Kalau melihat sepak terjangnya selama ini.. sudah untung dia bisa duduk di posisinya yang sekarang.

“Kau tau aku, Fer. Aku tidak pilih sembarang perempuan..”
“Sejak kapan..?” Dia tertawa.

“Hmm.. mungkin sejak sore tadi, dengan istrimu..”
Dia berhenti tertawa dan meninju bahuku. “Dasar bajingan. Gimana, kau puas..?”

Aku mengangkat dua jempol dan mengarahkan ke mukanya.. “Sip..!!” Dan dia kembali memukulku.
Tapi tidak terasa sakit sama sekali.

Percakapan ini jelas hanya bisa dilakukan oleh dua orang yang sudah benar-benar akrab.
Ya.. semacam sahabat atau teman sejak kecil.

Aku dan Feri sudah termasuk kategori itu. Kami teman sejak mulai dari TK hingga SMA.
Baru saat kuliah kami berpisah. Feri masuk ke kepolisian.. sementara aku, kuliah sambil malas-malasan.

Beberapa bulan lalu kami bertemu kembali, itu pun secara tidak sengaja.
Saat itu Feri sedang patroli rutin ketika melihatku dikejar-kejar massa. Dengan sigap dia menyelamatkanku.

Dan bukannya membawaku ke kantor.. dia malah mengajakku mampir ke rumahnya..
Kemudian memperkenalkan aku pada istrinya yang cantik.

Dia tidak menanyai aku macam-macam.
Dia sepertinya lupa kalau tadi aku sempat diuber-uber massa.. Feri tidak menanyakan alasannya.

Dia malah sibuk bernostalgia tentang kenakalan kami waktu kecil dulu.
Aku sih senang saja diperlakukan seperti itu. Malam itu.. aku menginap di rumahnya.

Besok paginya, aku pamit. Sebelum pergi.. aku sempat berjanji:
Aku siap menolong kapan saja kalau dia butuh bantuan.
Saat itu.. niatku cuma basa-basi saja. Mana ada sih polisi minta tolong pada penjahat jalanan kaya aku.
-------ooOoo-------

Tapi ternyata aku keliru. Satu minggu yang lalu.. ponselku berbunyi. Dari Feri.
Tumben dia telepon.. batinku. Kukira dia mau mengajak makan atau apalah.. tapi ternyata tidak.

Dia mengajakku ketemuan untuk membahas hal yang sangat penting.
Ini menyangkut karir dan nasib keluarganya, begitu katanya.

Akhirnya.. di sebuah kafe sepi di pinggiran kota, kami bertemu.
Di situ, Feri menumpahkan segala uneg-unegnya.

“Tolong aku, Pitt. Cuma kamu yang bisa melakukan ini..!”
Dia memohon dengan muka merah menahan tangis.

Sepertinya persoalan ini begitu berat..
Hingga membuat seorang Ferdiansyah yang biasanya kejam menjadi seperti ini.

“Ceritakanlah, aku akan berusaha membantu semampuku..” ujarku tetap berusaha tenang.
Dia pun lantas berbicara. Dan memang benar.. masalahnya begitu rumit.

Feri baru saja kehilangan pistol dinasnya..!
Dia diserang di dekat rumahnya saat pulang dalam keadaan mabuk.

Pemuda berandalan itu mengambil pistolnya dan menggunakannya untuk merampok toko emas.
Dia menembak mati dua penjaga toko dan melukai 3 lainnya. Feri benar-benar terpojok sekarang.

Dia memang tidak melaporkan telah kehilangan pistol itu. Feri belum siap menerima sanksinya:
2 tahun tidak diperkenankan memegang senjata.
Apa artinya seorang Polisi kalau tidak pegang senjata..? Padahal dia bertugas di lapangan.

Jadi Feri berniat untuk menemukan pistol itu dengan usahanya sendiri.
Tapi dengan adanya peristiwa perampokan itu.. semuanya jadi tidak berjalan sesuai rencana.
Dia harus cepat menemukan pistol itu sebelum hasil Labor keluar.

Kalau sampai diketahui kalau peluru yang bersarang di tubuh korban berasal dari pistolnya..
Dia bisa didakwa melakukan perampokan dan pembunuhan..!!
Selain dipecat.. dia juga bisa dihukum mati. Dan Feri tidak mau itu terjadi. Jadi dia menghubungiku.

Sebagai orang yang besar di jalan dan kenal banyak pelaku kriminal.. mudah saja bagiku untuk melakukannya.
Kujanjikan padanya waktu 3 hari. Feri langsung memelukku.

“Terimakasih kawan.. aku tau kau bisa diandalkan..” ujarnya terlihat senang.
Aku cuma mengangguk dan mengelus punggungnya, menenangkan.
“Bukan masalah. Ini sudah kewajibanku. Sebagai teman.. kita harus selalu tolong menolong..”

“Eh.. apa yang bisa kuberikan sebagai rasa terimakasih..?” Dia bertanya.
“Tidak usah.. ini murni bantuan dariku..” jawabku tulus.

“Tidak. Katakan saja. Pasti kuusahakan..” Ia setengah memaksa.
“Tidak perlu repot-repot seperti itu..” aku masih bertahan untuk tidak menerima.

“Aku memaksa..” tandasnya kemudian.
“Hhmm.. gimana ya..? Begini saja.. urusan itu kita bicarakan belakangan saja, kalau barang sudah kudapat.
Untuk saat ini.. berpikirlah untuk merawat dirimu. Lihat.. penampilanmu kaya orang gila..!” Aku tertawa.

Feri memperhatikan dirinya dan tersenyum.
“Kamu benar..” Itulah untuk pertamakalinya hari itu kulihat Feri tertawa, aku menjadi sedikit lega.
Akhirnya.. kami pun berpisah.

Tanpa perlu usaha keras.. aku berhasil melacak jejak pistol itu.
Yang memegangnya ternyata si Udin Rompal, sang spesialis perampok toko emas.
Dia orang yang sadis tapi bodoh.

Dengan sedikit trik dan tipu muslihat, aku berhasil mendapatkan pistol itu.
Aku menukarnya dengan besi batangan.
Aku tau dia bakal marah besar kalau sampai tau.. tapi itu masih berbulan-bulan lagi.

Aku segera menelepon Feri untuk mengabarkan berita baik ini.
Dia tampak begitu gembira saat mendengarnya.. dia tertawa-tawa sampai bikin kupingku sakit.

Tapi tawanya langsung berhenti saat kubilang imbalan apa yang kuinginkan.
“Kau serius..?” Dia bertanya.. berusaha meyakinkan.
“Sangat serius..” jawabku santai.

“Tidak ingin yang lain..?”
“Tidak..”
Feri terdiam sejenak, sepertinya sedang berpikir keras.

“Aku tidak bisa memberi keputusan sekarang.. harus kubicarakan dulu dengan istriku..”
“Tidak apa, aku bisa menunggu..” Pembicaraan pun berakhir di situ.

Aku sudah memikirkan soal imbalan ini sejak pulang dari rumah Feri.
Dengan beberapa pertimbangan, aku menganggap ini keputusan yang terbaik.
Dan aku yakin Feri tidak akan menolaknya.

Dia tidak dalam posisi yang bisa menawar sekarang.. kendali permainan ada di tanganku.
Sambil tersenyum licik.. aku memejamkan mata dan tertidur pulas.
Salah sendiri kenapa menjanjikan imbalan kepada orang seperti aku. Hehehe..
-------ooOoo-------

Keesokan paginya.. ponselku berbunyi saat aku sedang menikmati sarapan di dapur.
Kulihat nama yang tertera di layarnya, dari Feri.

“Bagaimana..?” Aku langsung bertanya tanpa basa-basi.
“Oke.. istriku setuju. Nanti sore datanglah ke rumah..!”
Terdengar ada sedikit nada kesal dalam suaranya.

“Jam tiga..” aku menyanggupi.
“Terserah. Jangan lupa barang pesananku..”
“Beres..!”
Pembicaraan pun berakhir.

Kuteruskan sarapanku yang sudah tinggal sedikit..
Kemudian mandi dan pergi ke mini market untuk belanja bulanan.

Jam 14:35, sambil menenteng tas kecil, aku pergi ke rumah Feri.
Dia sudah menungguku di teras depan saat aku tiba.

“Mana pistolku, ada..?” Dia bergerak menghampiri.
Aku menahan tubuhnya.. “Sebentar, sebaiknya kita masuk dulu ke dalam..” ajakku.

Dengan bersungut-sungut, Feri mengikutiku masuk ke dalam rumah.
Dia langsung menyambar tas kecilku begitu kami sudah berada di ruang tamu.
Feri tersenyum saat melihat isinya.

“Tepat seperti yang kau minta..!” Aku menambahkan.
“Terimakasih, sobat..!” Dia menepuk bahuku.

“Aku ke sini bukan untuk mendengar ucapan terimakasih darimu. Aku ke sini untuk mengambil hadiahku..”
Feri langsung menarik tangannya.. tampangnya kembali jutek lagi kaya tadi.

“Pergi dari sini. Dasar kau bajingan sialan..!” Dia berusaha mendorongku keluar.
“Kau yakin..?” Tapi aku tetap bersikap tenang. Aku tau pasti akan diperlakukan seperti ini.

“Pergi, sebelum aku membunuhmu..!”
“Apa yang akan kau gunakan..? Pistolmu..?”

Feri menarik keluar logam dingin itu dan membidikkannya padaku.
“Ya, kalau itu memang harus kulakukan..” ujarnya dingin.

Saat itulah dia melihatnya. Pistol itu tidak utuh.. tempat pelurunya tidak ada.
“Apa ini..?” Feri bertanya kebingungan.

Aku tersenyum.. “Berikan hadiahku, maka pistolmu akan kembali utuh..”
Feri mengumpat dan membanting pistolnya.

“Dasar licik. Kau...!!” Dia sudah akan memukulku saat tiba-tiba terdengar tangis bayi dari dalam kamar.
“Jangan berteriak. Kau membangunkan bayimu..” Feri menarik tangannya.

Mukanya masih merah dan nafasnya masih ngos-ngosan saat dia berbalik dan menghempaskan tubuh di kursi.
Dia menendang pot bunga keramik yang ada di sebelahnya untuk melampiaskan amarah.

Aku diam saja saat melihat pot malang itu pecah berantakan.
Sengaja kubiarkan dia berpikir agar bisa mengerti siapa yang berkuasa di sini.
Detik-detik penuh kesunyian itu berjalan begitu lambat.

Aku sudah hampir meninggalkan tempat itu saat Feri tiba-tiba mendongakkan kepala dan berbisik..
“Baiklah, kau menang. Tapi kapan akan kuperoleh magazine-ku kalau kuberikan hadiahmu..?”
“Malam ini. Temui aku di tempat kerja..!” Aku tau dia mengerti tempat mana yang aku maksud.

Feri mengangguk. “Dia ada di kamar. Langsung saja ke sana..”
Tanpa permisi atau mengucapkan terimakasih.. aku langsung meluncur ke belakang.

Di situ terlihat dua kamar. Aku pilih yang sebelah kiri karena kamar itu yang lampunya menyala.
Dan lagi.. tangis bayi tadi sepertinya berasal dari situ.

Aku mengetuk pintunya pelan tigakali.
“Masuk saja, tidak dikunci..!” Terdengar lembut suara wanita dari dalam.

Aku membuka pintu dan melangkah masuk. Kamar itu tidak begitu besar.
Cat biru mudanya sudah mulai kusam. Tidak ada hiasan atau lukisan di dindingnya.
Lantainya yang gelap ditutupi semacam karpet berenda.

Semuanya tampak begitu sederhana.
Lemari besar yang sudah ketinggalan zaman berdiam sendirian di sudut..
berdampingan dengan ranjang besar yang berseprei putih bersih.

Di atasnya.. terlihat Marissa, istri Feri, yang sedang menyusui bayinya.
Wanita cantik itu tersenyum saat melihatku.

“Maaf.. aku harus menidurkan si kecil dulu..” Dia memandangi bayi mungilnya.
“Tidak apa-apa. Teruskan saja..” balasku santai.. dan memang tak ada yang harus dikejar.. ya nggak..?

Aku mendekat dan duduk di sebelahnya. “Berapa umurnya..?”
“Minggu depan tepat tiga bulan..” Marissa menjelaskan sembari membenahi susunya.

Marissa menggeser tubuhnya. Dia membiarkan aku memandangi payudaranya yang menyembul keluar.
“Kau menyukainya..?” Dia bertanya.
“Iya, dia lucu sekali..” kuelus pipi bayi itu.

Kulihat mulut mungilnya yang kenyot-kenyot menyedot puting payudara Marissa.
Puting itu berwarna merah kecoklatan. “Bukan. Maksudku, kau menyukai dadaku..?”

Aku tidak bisa menjawab.
Aku benar-benar tidak menyangka kalau dia akan bertanya langsung seperti itu.
“Indah..” hanya kata itu yang keluar dari mulutku.

Dan itu memang benar. Payudara Marissa memang benar-benar indah.
Bentuknya bulat sempurna.. dengan ukuran yang cukup besar karena berisi air susu.

Permukaannya yang putih mulus tampak seperti kulit bayi.
Begitu menggoda hingga membuatku tak rela untuk mengedipkan mata.

“Kamu tidak ingin melihat yang satunya..?” Marissa mengagetkanku.
“Tentu saja,.!” Aku menyahut cepat.

Memang saat itu, cuma bulatan kiri saja yang dikeluarkan.
Yang kanan masih berada di dalam.. tertutup BeHa dan daster putih tipis.

“Kalau begitu, lakukan. Tunggu apa lagi..!?” Dia berkata.
Akupun beraksi. Dengan pelan.. kuturunkan tali dasternya ke bawah.

Kini tubuh atas wanita cantik itu sudah setengah telanjang.
“Sepertinya.. kamu sudah tidak sabar..”
Gumamnya saat merasakan aku menarik payudaranya yang kanan dengan kasar.

“Memang. Siapa juga yang tahan kalau lihat pemandangan seperti ini..”
Aku meremas-remas bulatan daging itu. Kupijit perlahan-lahan hingga putingnya mengeluarkan air susu.

“Terserah, itu memang jatahmu. Tapi jangan pegang yang kiri selama bayiku belum tidur. Oke..?”
Dia memperingatkan. Aku cuma mengangguk.

Aku tidak bisa menjawab karena sekarang mulutku asyik menempel di putingnya.
Aku menjelajah.. menjilat kecil dan mencucupnya berkali-kali.

Hingga tak lama.. benda bulat mungil itupun berdiri tegak. “Kau terangsang..”
Aku mengatakan sesuatu yang sudah jelas. “Memangnya kamu tidak..?”

Dengan isyarat mata.. Marissa menunjuk selangkanganku yang kini sudah tampak menggembung.
Apa pun yang ada di dalamnya.. kini sudah menggeliat bangun.
Aku tersenyum dan kembali mencucup puting itu.

Sambil mengisap.. aku juga meremas-remasnya pelan.
Ehmm..!! Rasanya begitu nikmat. Empuk.. hangat dan kenyal bercampur menjadi satu.

Permukaannya yang halus juga hampir membuatku tergelincir beberapakali.
Ahhh..!! Benar-benar mainan yang sempurna. Aku menyukainya.

Di saat aku sedang asyik itulah, Marissa tiba-tiba berbisik.. “Bayiku sudah tidur..”
“Terus..?” Aku bertanya bodoh.. inilah akibatnya kalau mikir pake nafsu.

“Berhenti sebentar.. aku mau menaruhnya dulu..” Marissa beranjak.
“Oh.. iya. Iya..!” Aku baru mengerti.

Dengan santai Marissa lantas berdiri dan berjalan menuju Box bayi besar yang ada di seberang ranjang.
Saat itulah.. tanpa bisa dicegah.. tanganku menepuk bokong bulatnya..

PLAKK..!! “Auw, nakal ya..” Dia menoleh.
Tapi tidak ada nada marah dalam suaranya. Dia juga tidak protes saat aku bangkit mengikutinya.

“Kenapa kamu mau melakukan ini..?” Aku bertanya.
“Kamu perlu alasan..?”

“Tidak juga sih. Cuma penasaran saja..”
“Begini, kalau kamu jadi aku.. apa yang akan kau lakukan..?”

Aku berpikir sebentar.. “Hhmm, mungkin juga sama..”
“Ya.. itulah alasannya..” Marissa meletakkan bayinya.

Karena dia menunduk.. kedua payudaranya yang besar jadi menggelantung ke bawah.
Ctapp..!! Aku segera menangkap keduanya dari belakang.

“Tapi sepertinya kamu tidak keberatan sama sekali untuk melakukan ini. Aneh..!”
“Apanya..?” Dia berbalik.

“Kukira aku harus memperkosa dulu untuk mendapatkan tubuhmu. Tidak mudah dan gampang seperti saat ini..”
“Kamu ingin yang sulit..?”
“Tidak juga sih, tapi ..”

“Sudahlah. Jangan cerewet. Nikmati saja malam ini.
Daripada ribut soal itu, mending segera saja kau nikmati tubuhku. Sebelum aku berubah pikiran..”

Aku mengangguk. Tentu saja aku tidak mau menyia-nyiakannya.
Setelah dengan susah payah mendapatkannya, masa aku mau melewatkannya begitu saja.

Segera kuajak Marissa untuk kembali ke ranjang. Kurebahkan tubuh sintal menggoda itu di bawah tubuhku.
“Kamu cantik..!” Bisikku sebelum mulutku turun dan melumat habis bibir merahnya.

Marissa mengimbangi dengan menyedot dan menggigit bibirku berkali-kali.
Lidah kami yang basah saling membelit dan mengisap.

Dia mendesis saat aku juga menjelajahi pipi dan lehernya yang jenjang.
Wanita itu tampak sangat menikmati setiap sentuhanku.

“Turun. Isap payudaraku..!” Dia mendorong kepalaku agar menuju ke dadanya.
Tanpa disuruh pun aku pasti akan menuju tempat itu.

Benda itulah yang sudah membuatku tergila-gila dari tadi. Tapi aku tidak langsung melakukannya.
Aku ingin memandangi dulu bukit kembar itu sebentar. Kembali mengagumi keindahannya.

Baru kali ini aku melihat payudara yang begitu sempurna. Baik itu ukuran, bentuk, maupun rasanya.
Marissa yang melihat kelakuanku, tersenyum dengan bangga.

Sebagai wanita.. tentu saja dia senang kalau ada lelaki lain yang memandang tubuhnya seperti itu.
Berarti dia masih menarik.

Dan ngomong-ngomong soal menarik.. sekarang Marissa sudah menarik celanaku ke bawah.
Dengan lihai dia mempreteli sabuk dan celana dalamku.

Saat kemaluanku sudah kelihatan.. dia segera menggenggamnya dengan erat.
“Besar sekali..!!” Dia berbisik di telingaku.
Aku cuma tersenyum, bukan cuma dia yang pernah bilang seperti itu.

Sementara dia mengocok-ngocok penisku.. aku berusaha untuk menyingkap celana dalam tipisnya.
Aku menariknya ke bawah.. tapi sulit sekali. Kusingkirkan ke samping juga tidak bisa.

Daripada sulit-sulit dan menghabiskan waktu.. aku langsung saja merobeknya jadi dua.
“Ihhh..!” Marissa memekik lirih saat tau apa yang kulakukan.

“Sudah tidak tahan, ya..!?” Tanyanya sambil membuka kakinya lebar-lebar.
Kini kami berdua sudah sama-sama telanjang. Aku meringis.. “Iya.. maaf..”
“Sudahlah. Cepat lakukan..”

Kupegang penisku dan kuarahkan tepat ke lubang vaginanya. Slebb..!
“Agrhhh..!
Wanita itu menjerit tertahan saat perlahan burungku menembus masuk dan memenuhi seluruh kemaluannya.

“Hhhggh, tahan dulu..” Dia mengerang.
Meski sudah tiga bulan berlalu.. ternyata luka bekas melahirkan di bibir vaginanya masih belum sembuh benar.

“Sakit..?” Aku bertanya. Marissa cuma mengangguk.
Dua bulir air mata tampak merembes keluar dari matanya yang sayu.

Aku jadi tidak tega untuk meneruskan.. padahal aku sudah sangat bernafsu sekali saat itu.
“Gak jadi aja, ya..?” Aku bertanya.
“Tidak apa-apa.. ini cuma sakit di awal saja. Nanti kalau sudah terbiasa juga bakal enak sendiri..”

“Nggak ah.. aku gak tega..” Aku sudah akan mencabut penisku.. tapi Marissa menahan pinggulku.
“Jangan. Aku sudah lama ingin merasakan penis besar seperti punyamu..”

“Memang punya Feri seberapa..?”
“Masih kalah pokoknya..”

“Tapi kamu kesakitan..”
“Gak pa-pa. Percayalah padaku..”

“Beneran..?” Marissa mengangguk sungguh-sungguh..
“Tapi tunggu sampai kemaluanku melar dulu..” dia menambahkan.

Sambil menunggu.. aku bermain-main dengan dada Marissa yang besar.
Aku meremas dan menciumi daging bulat itu bergantian.

Slrupp.. Kuisap putingnya dan kupilin-pilin dengan ujung jariku.
Marissa melotot saat aku mencucup dan meminum air susunya yang merembes keluar.

“Eh.. jangan dihabiskan. Nanti anakku minum apa..!?” Dia menegurku sambil tertawa.
Kurasakan kemaluan Marissa menjadi sedikit lebih longgar sekarang.

Cairan kewanitaannya juga semakin banyak menetes keluar. Mungkin ini sudah saatnya.
“Bagaimana..?” Aku menunjuk penisku yang masih terdiam di bawah sana.
“Oh iya.. tapi pelan-pelan ya..” bisiknya.

“Nanti bilang kalau sakit..” Slepp.. aku menarik pinggulku pelan.
“Nghhhh..!!” Marissa cuma merintih saat penisku ikut tertarik keluar.

Slebbb.. blesskk..!! Tapi saat aku mendorongnya kembali.. dia menjerit.
Namun sebelum aku sempat bertanya.. Marissa sudah berbisik.. “Teruskan.. tidak apa-apa..”
Dia menggigit bibirnya untuk menahan sakit.

Slebb.. slebb.. slebb.. slebb..!! Aku menggerakkan pinggulku sekali lagi.
Kali ini Marissa sudah tidak berteriak.. dia cuma merintih lirih.
Suatu kemajuan yang sangat berarti buatku.

Slepp.. Kutarik lagi pinggulku.. jlebb.. lalu mendorongnya.
Tarik lagi. Dorong lagi. Tarik. Dorong. Tarik. Dorong. Tarik. Dorong.

Dan setelah goyangan yang kesekian, rintihan Marissa yang tadinya penuh kesakitan..
sekarang sudah berubah jadi rintihan penuh kenikmatan.

Aku berhasil. Marissa sudah melewati masa penyesuaian. Kini aku jadi makin bersemangat.
Clebb.. crebb.. clebb.. crebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb.. crebb..!!

Dengan mantab dan kecepatan konstan, kusetubuhi wanita cantik itu.
Kunikmati dengan sangat remasan.. lumatan dan mpotan dinding-dinding liang vaginanya.

Berbagai gaya dan variasi kami coba. Mulai dari yang normal sampai yang aneh-aneh.
Kalau tidak kesakitan gini.. Marissa adalah pasangan tidur yang sempurna.

Di saat kami sedang asyik itulah.. tiba-tiba pintu kamar terbuka.
Feri masuk untuk mengambil lencana polisinya yang tergantung di dalam lemari.

“Teruskan saja. Aku cuma mau mengambil ini..!”
Dia memasukkan lempengan logam mengkilat itu ke dalam dompetnya.

Aku sempat berpikir untuk menghentikan permainan.
Sungkan juga kan kalau menyetubuhi seorang wanita sedangkan suaminya berada sekamar bersama kita.

Tapi Marissa menahan tubuhku. "Biarkan saja..!” Dia berkata. Dan terus menggoyang tubuhnya.
Aku yang berada di bawah cuma bisa pasrah karena saat itu Marissalah yang memegang kendali permainan.

Wanita itu seperti tidak peduli lagi dengan keberadaan suaminya. Dia sudah sangat dipengaruhi nafsu.
Posisi kami memang sudah nanggung saat itu. Kami sudah sama-sama hampir mencapai orgasme.
Jadi eman-eman kalau diputus sekarang.. mungkin begitu pikir Marissa.

“Aku pergi dulu.. ada panggilan mendadak dari kantor..” Feri berpamitan pada istrinya.
Tapi bukannya menyahut.. Marissa malah menjerit keras dan roboh menimpa tubuhku.

Wanita itu orgasme. Kurasakan cairan hangat menyiram dan menyemprot memenuhi vaginanya.
Kami tidak bergerak untuk beberapa saat.

Batang penisku yang masih tegak berdiri bagai tiang pancang menunjang liang vaginanya itu..
kubiarkan terus menancap di liang nikmatnya yang tengah bendenyut nikmat.

Aku ingin memberi waktu bagi Marissa untuk menikmati orgasmenya.
Kunikmati juga denyutan lembut dinding liang nikmatnya yang berkontraksi simultan.

Feri sudah tidak terlihat lagi di kamar. Aku tidak tau kapan dia keluar. Tapi aku juga tidak peduli.
Aku lebih senang dia tidak ada.. jadi aku bisa lebih puas menikmati tubuh istrinya.

Kugeser tubuh sintal Marissa saat kurasakan dia sudah tidak gemeteran lagi.
Kuminta dia untuk telentang. Marissa yang yang sudah kecapekan menurut tanpa membantah.

Dia sekarang pasrah saja dengan apa yang kulakukan pada tubuhnya.
Orgasmenya barusan telah menguras sisa-sisa tenaga wanita itu hingga tak tersisa.

“Bertahanlah.. sudah tidak lama lagi..” Aku berbisik menyemangatinya.
Tapi Marissa tidak merespon sama sekali.

Dia cuma memejamkan mata dan membiarkan aku bergerak sendirian menikmati vaginanya yang lezat.
Dalam waktu tak sampai satu menit.. jleggh..!! Kutekan setandasnya penisku di dalam liang nikmatnya.

"Errgggghhhh..!!" Geramku melepas nikmat. Aku pun menyusul. Crattt.. crratt.. cratt.. cratt..!!
Spermaku berhamburan keluar.. memenuhi vagina Marissa..

Semprotan hangat cairanku itu bercampur dengan cairan kewanitaannya yang membanjir tadi..
Hingga membuat vagina wanita itu seperti gua lengket jaman purba.

Saat aku menarik penisku.. sebagian ikut merembes dan meleleh keluar..
Membasahi sprei putih yang sekarang sudah basah oleh keringat.

Marissa membuka matanya dan tersenyum. “Kau puas..?” Dia bertanya.
“Lebih dari yang aku bayangkan..” balasku sambil mengatur napas.

Kucium bibirnya yang merekah manis di depanku. Marissa menyambutnya pelan.
“Kau akan pergi sekarang..?” Dia tampak berat untuk melepasku.
“Perjanjiannya cuma satukali..”

“Tapi sekarang Suamiku sudah tidak ada. Kau bebas tinggal sampai kapan pun..”
“Tidak. Sebentar lagi aku harus bekerja..”
“Kumohon.. pliss..”

Aku paling tidak bisa mengecewakan seorang wanita.. apalagi yang cantik dan pake memohon segala.
“Jam berapa sekarang..?” Aku bertanya.
Marissa mengambil HaPenya.. “19:32..” balasnya singkat.

“Kamu punya waktu 30 menit..” imbuhnya lagi.
“Akan kumanfaatkan dengan baik..” kataku menegaskan.

Marissa lantas merosot turun menuju penisku.
Cropp.!! Dia memasukkan benda hitam yang setengah lemas itu ke dalam mulutnya.
Slrepp.. slrupp.. clrupp..!! Marissa menjilat dan mengulumnya agar segera siap untuk babak kedua.

Inilah alasan kenapa aku datang telat ke pesta.
Waktu 30 menit yang kusediakan ternyata molor menjadi 1 jam.

Selain Marissa yang terus merengek minta tambah.. aku juga tidak tega untuk meninggalkannya.
Siapa juga yang mau berpisah dengan wanita secantik dia.

Jadi kami mengulanginya lagi dan lagi. Feri tidak tau hal ini. Dia tetap mengira satukali.. sesuai perjanjian awal.
Tapi mana ada sih penjahat yang menepati janji, iya nggak..? Hehe..
-------ooOoo-------

Setelah berbasa-basi sebentar.. aku segera menyerahkan sisa utangku. Kuberikan magazine itu.
Feri memeriksanya sebentar. Setelah yakin kalau itu asli.. dia menepuk pundakku. “Oke.. sampai jumpa lagi..”

Dengan terhuyung-huyung, Feri berjalan pergi menembus malam yang dingin ini.
Aku tetap duduk di dalam mobil.. menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tiba-tiba saja telepon berdering dari bangku belakang. Aku sempat melonjak dan terbentur pintu karena kaget.
“Sialan..!” Kuambil telepon itu. “Halo..?” Aku menerimanya.

Ternyata dari seorang wanita. Ia berbisik.. ”Peter, kau menikmati hadiahmu..?”
“Lumayan.. sesuai dengan anjuran dokter. Terimakasih..!” Aku balas berbisik.

“Aku lebih senang kau berterimakasih padaku secara langsung di pantai..”
“Banyak orang di sini, bagaimana aku tau yang mana dirimu..?”
“Coba saja. Kau akan tau sewaktu melihatku..!” Dan dia mematikan telepon.

Aku mencoba menghubungi balik, tapi ternyata tidak ada pulsa dalam ponsel itu.
Aku turun dari mobil dan berjalan perlahan menuju pantai.
Aku bertanya-tanya.. siapa yang mungkin menantiku.

Yang seru dari Rumah Pantai adalah kejutannya. Wanita tadi bisa saja 15 atau 55 tahun.
Bisa juga cantik dan menggairahkan.. tapi tak jarang juga gendut dan keriput.

Ia mungkin datang seorang diri atau bersama teman.. bahkan malah suaminya..?
Aku juga tidak tau. Aku cuma bisa menebak-nebak.

Aku duduk di pasir.. sekitar 18 meter dari karang yang paling ujung.
Ombak begitu keras malam ini, sisa-sisa dari badai minggu kemarin.

Bunyi derunya yang bergemuruh membuatku terlena..
Hingga aku tidak mendengar ketika mereka datang mendekat.

Tiga orang, dengan jas hitam dan badan kekar.
Yang terpendek.. dengan kepala dicukur plontos.. langsung menendangku tepat di dada.

Aku terjerembab. Nafasku sesak dan kurasa beberapa tulang rusukku ada yang patah.
Aku semakin panik saat mereka bertiga mulai mengeroyokku.
Mereka dikirim ke sini bukan cuma untuk memberiku pelajaran. Ini jauh lebih serius.

Sia-sia aku melawan. Mereka terus menghujaniku dengan pukulan dan tendangan. Tanpa berhenti.
Salahsatu dari mereka berkata.. “Rasakan ini, Peter Rabbit sialan..!!”

Aku mendengar bunyi derak tulang patah –tulangku. Tapi aku tidak merasakan sakit.
Saat itulah aku tau aku akan mati.

Mungkin ini tidak penting lagi.. tapi aku tau siapa yang membunuhku..I!
F(. )I( .)N
----------------------------------------------------------ooOoo--------------------------------------------------------

By: Ikan Asin
---------------------------------------
 
Terakhir diubah:
----------------------------------------------------------oOoo---------------------------------------------------------

Cerita 113 – Skandal di Rumah

Eps. 01 – Nyonya Linda dan Jongosnya

Namaku Lily.. usia baru 26 tahun
dan sudah menikah dengan Michael, suamiku yang berusia 32 tahun.
Sudah sekitar 3 tahun ini kuarungi bahtera rumah tangga.

Setelah menikah kami membeli rumah yang lumayan bagus di Kota Wisata, Cibubur.
Setiap pagi pukul 6, suamiku yang adalah seorang manager sebuah bank asing berangkat kerja.

Sengaja ia berangkat pagi karena untuk menghindari macet..
Dan dia baru pulang ke rumah sekitar pukul 9 atau 10 malam.

Dia memang seorang yang sibuk dan bertanggungjawab dalam pekerjaannya.
Hingga.. akhirnya dia boleh dibilang sukses dalam meniti karirnya.

Oh iya.. Michael anak pertama dari dua bersaudara.
Adiknya bernama Linda.. seorang wanita berusia 29 tahun.. lebih tua sekitar 3 tahun dari usiaku.

Linda juga sudah menikah dan sudah dikarunia seorang anak perempuan yang berusia 3 tahun.
Ia menikah terlebih dahulu, meskipun dia adalah adik suamiku.

Katanya yang aku dengar, Linda sudah hamil duluan.
Untung pacarnya itu mau bertanggungjawab dan akhirnya menikahinya.

Aku pernah bertanya: "Kapan si Merry –anaknya itu..– punya dede..?”
“Ah, nanti sekitar 2 tahun lagi..” jawabnya santai.

Linda dengan suaminya tinggal di Sentul City, rumahnya termasuk megah.
Jarak satu rumah dengan rumah yang lain cukup jauh. Fasilitasnya pun lengkap, ada kolam renangnya.

Di rumah itu.. selain Linda tinggal dengan suami Alex dan anaknya.. ada seorang babysitter yang merawat Merry..
Sepasang suami istri yang menjadi pembantu rumah dan supirnya.

Pak Abdul yang berusia 55 tahun dan bu Ijah yang berusia 52 tahun.
Serta seorang anak Pak dan Bu Abdul, yakni Ujang.

Usia Ujang sekitar 25 tahunan. Dia tidak pernah dapat pekerjaan tetap. Selama ini pekerjaannya serabutan.
Pernah jadi kuli tani.. kuli angkut barang di Tanjung Priok.. dan terakhir menjadi tukang kebun dari rumah ke rumah.

Karena itu kulit Ujang hitam legam. Kelihatan bahwa dia adalah orang yang biasa bekerja kasar.
Maklumlah.. kata orangtuanya pendidikan Ujang tidak tamat SMP.

Karena pekerjaannya yang tidak jelas.. maka Alex dan Linda..
atas permintaan kedua orangtuanya menerimanya bekerja di rumah mereka.
Terkadang pekerjaannya menghidupkan mobil, nyapu ngepel, memotong rumput, membersihkan kolam renang, dsbnya.

Alex dan Linda memiliki 3 mobil, ada Mercy untuk keperluan Alex bekerja.
Sebuah Alphard yang biasanya dipakai Merry untuk pergi ke pre-school dengan diantar oleh Pak Abdul dan babbysitternya..
kemudian sebuah BMW seri 5 yang biasa dibawa oleh Linda.

Meskipun rumah itu besar.. praktis rumah itu sepi. Apalagi kalau Merry sudah pergi sekitar jam 9 pagi.
Baru pulang sekitar jam 3an lebih. Sedangkan Alex sama seperti Michael. Pergi pagi pulang malam.

Bila mereka pergi semua, di rumah besar itu hanya ada Linda, bu Abdul dan Ujang.
Terkadang bu Abdul pun sering pulang ke rumahnya, di sebuah kampung yang jaraknya 20 km.

Linda memang senang jalan dan sering mengajakku kalau jalan-jalan.
Tempat yang kami kunjungi biasanya mall. Maklum untuk rilex.

Perlu diketahui bahwa Linda adalah tipe perempuan yang necis, wangi, dengan pakaian dan tas bermerk.
Kulitnya begitu putih. Maklum setiap minggu dia luluran di spa terkenal di daerah Jakarta Pusat.

Kadangkala kalo pergi dengannya, terkadang Linda menjadi objek tatapan mata lelaki iseng.
Maklumlah, tidak pernah ia memakai pakaian tertutup.

Dengan santai dan berani, ia biasa pakai tank top dan rok mini jeansnya.
Sehingga belahan dada dan pahanya selalu menjadi sasaran tatapan mata liar para lelaki yang melihatnya.

Pastilah setiap lelaki yang melihatnya akan terpesona akan keseksiannya.
Memang, ci Linda begitu cantik, putih bersih, mulus, dengan dada yang lemayan besar.
Pinggang yang ramping. Kalau melihat dia memakai rok mini, betapa putih, segar dan mulusnya paha itu.

Akupun yang tadinya agak malu memakai pakaian seperti itu jadi berani juga mencobanya.
Memang betapa bangganya hati ini bila ada yang memperhatikan aku.

Aku juga bolehlah dibilang cantik. Kulitku pun sama putihnya dengan ci Linda.
Maklumlah kami adalah keturunan Tionghoa –Chinese..– dan kebetulan dari keluarga berada.
Waktu SMA saja ada 5 cowok temanku yang memperebutkan aku. Mereka ingin menjadi pacarku.

Nah.. terkadang bila ci Linda tidak mengajakku jalan, aku kerap ke rumahnya.
Toh hanya sekitar 35 menitan dari rumahku ke rumahnya.

Biasanya aku nyetir mobil Camry sendiri. Maklum tidak ada supir.
Yang ada hanya pembantu cowok yang tololnya minta ampun. Usianyapun sebaya dengan Ujang.

Nama pembantu di rumahku Otong.. usianya pun masih muda, sekitar 23 tahun.
Biasanya sekitar jam 10an aku berangkat ke rumah Linda.

Begitu sampai di halaman rumah itu, kulihat Ujang menghampiriku.
Lho koq Ujang telanjang dada.. tidak pakai kaos dan hanya mengenakan celana pendek saja..?
Ah.. mungkin sedang sibuk memotong rumput lalu keringetan
.. begitu pikirku.

Meski badannya kurus dan mukanya kampungan dan jelek.. aku bisa melihat betapa Ujang begitu kekar.
Otot-otot tangan dan kakinya begitu kekar.
Dengan balutan tubuh yang hitam legam dan tidak terlalu tinggi, aku bisa melihat betapa machonya pemuda ini.

Setelah aku masuk ke ruangan tamu Ci Linda menghampiriku. Seperti biasa kami cipika-cipiki dulu sebelum duduk.
"Ci, ngapain aja nih..?” Tanyaku sambil memperhatikannya.
"Lagi santai aja di rumah. Tuh lagi ngurus tanaman..!” Penampilan ci Linda kali ini sangat seksi sekali.

Aku terkagum-kagum oleh tubuhnya yang begitu menantang.
Ci Linda mengenakan tank top berwarna putih yang begitu pendek..
sehingga memperlihatkan setengah payudaranya dan sebagian perutnya.

Betapa putih dan mulusnya pangkal lengan, payudara dan perutnya.
Pusernya pun bebas ke mana-mana.
Dan, beraninya lagi, dia tidak memakai BeHa. Jelas puting susunya membayang di balik kaosnya.

Celana hotpans berwarna krem yang dikenakannya juga begitu pendek sekali.
Bukan hanya pahanya yang kelihatan.
Pangkal pahanya dan bongkahan pantatnya yang menawan itu pun begitu menantang.

Kalau diperhatikan terus, bisa kelihatan bayang-bayang hitam bulu kemaluannya.
Apakah ci Linda tidak pakai CD juga..?
"Iya nih.. hawanya panas, makanya cici pakai baju santai aja. Sambil ngurus tanaman..!”

"Oh yah ci, sama si Ujang..?” Tanyaku.. lalu melanjutkan.. "Kan pakaian cici hot banget.
Nggak pakai BeHa dan celdam lagi. Ntar si Ujang ngaceng lho.. hehehehe..?” Candaku.

"Ah.. mana berani dia sama aku, paling cuma lihat aja. Paling cuma ngaceng aja. Nggak level-lah.. hihihi..!”
Katanya sambil melihat Ujang yang lagi asyik mencabuti rumput liar di halaman samping.
Tampak keringat Ujang yang menetes melumuri tubuh hitam legamnya.

"Koq si Ujang juga telanjang sih..? Apa cici nggak risih..?” Tanyaku penasaran.
"Ah.. nggak apa-apa. Cici sih no problem..” jawabnya tetap santai.

Memang Ci Linda dan aku mengakui, meskipun Ujang tampangnya jelek..
tapi badannya perkasa, termasuk idaman perempuan kali.

"Hati-hati aja diperkosa lho Ci..? Apalagi cici cantik dan seksi. Mana rumah sepi lagi.
Cuma cici berdua dengan Ujang..!?” Kataku memperingatkan.

"Oh yah.. hehehe. Jangan dong.. jangan sampai nggak. Hehehehe..!”
Aku kaget dengan kalimat terakhirnya itu.
Lalu aku timpali.. "Mau ci diperkosa orang kampung..? Tiko kaya gitu. Hitam dan jelek lagi ..?”

Ci Linda menimpali.. "Ah, cici kan mesti pilih-pilih dulu. Meskipun sudah jarang dapet jatah batin. Kan mesti selektif..!”
Oh.. rupanya aku ngerti.. kalo ci Linda sudah jarang dapat nafkah batin dari suaminya.

Lalu aku bertanya.. "Lha gimana kalo kepengen ci..?”
Ci Linda menjawab dengan bercanda.., "Ada ketimun.. hehehe..!”

“Ci.. liat tuh, kelihatannya Ujang tadi ngelirik terus ke Cici lho.. !? Jangan-jangan dia nafsu juga.
Dia ngelirik ke payudara dan paha cici terus.. !“

“Daripada pakai ketimun ci.. enakan yang asli lho. Hehehe. Kelihatannya sudah ngaceng tuh si Ujang..”
aku menggodanya.
"Memang gede banget.. eh nggak, bisa aja sih begitu. Ah kamu ada-ada aja nih..?”

Jderr.!! Aku agak terkejut mendengar pengakuannya itu. Koq ci Linda bisa bilang 'memang gede banget..!?'
Aku berpura-pura tidak menangkap.
Lantas terpikir olehku.. hmm.. angan-jangan ada 'sesuatu' dengan ci Linda dan Ujang, si jongos itu.

Habis.. sudah sekitar 10 hari ini jarang ngajak aku pergi.
Dan kenapa Ci Linda tampil begitu seksi dan Ujang telanjang dada..?

Kami pun melanjutkan ngobrol sebentar. Sekitar 30 menit, aku pamitan.
Ada senyum yang lebar di bibir Ci Linda ketika aku pamitan pulang. Ci Linda menghantarku ke mobil.

Aku melirik ke Ujang yang dari tadi memperhatikan Ci Linda dan aku yang meninggalkan rumah itu.
Dalam hati aku berpikir.. aku akan keliling kompleks ini, membeli bakmi dan pura-pura mengantar bakmi itu.
Aku tidak memberitahu ci Linda, akan datang sekitar 30 menitan lagi.

Aku pun lantas keluar dengan mobilku dan mau melihat apa yang terjadi selanjutnya antara nyonya dan kacungnya itu.
Setelah membeli bakmi dan kembali ke rumah ci Linda yang hanya ditemani Ujang, kulihat rumah itu sepi.
Kebetulan pintunya tidak dikunci aku pun masuk ke dalam.

Aku mengendap-endap masuk ke rumah besar itu. Tidak kutemukan Ujang di halaman samping.
Aku pun naik ke kamar Ci Linda, tidak ada dia di sana. Di kamar anak-anak dan di ruang studio juga tidak ada siapapun.
Kamar tamu pun kosong, garasi juga kosong.

Oh iya.. ada satu bagian lagi yang belum kulihat.. kamar pembantu.
Di mana Ujang sering tidur di sana. Orangtuanya tidak tidur di kamar itu.

Mereka akan pulang bila pekerjaan sudah beres kecuali Ujang dan babbysitter..
yang mendapat kamar khusus dekat kamar Merry.
Karena diberi gaji 3x lipat dan mendapat banyak tunjangan, maka babysitter itu mau bekerja 24 jam.

Lalu aku naik perlahan-lahan menaiki tangga kecil di belakang garasi menuju kamar Ujang.
Aku agak terkejut sebab baru naik beberapa langkah..
aku melihat tank top putih yang tadi dipakai ci Linda tergeletak begitu saja.

Dan beberapa langkah setelah itu aku pun melihat celana hotpans krem yang tadi juga dipakai Linda.
Wahh.. ada apa ini..!? Aku pun berpikir dalam hati.. jangan-jangan ci Linda benar-benar diperkosa.
Tapi kenapa pakaian ci Linda berserakan di sini..?


Perlahan aku menaiki tangga itu. Dan aku mulai menangkap ada suara.. Yah itu suara tawa kegelian Ci Linda.
Aku berpikir apa yang menyebabkan Ci Linda cekikikan.
Dan kudengar lagi suara lelaki.. iya tidak salah lagi itu suara Ujang. Apa ya.. yang mereka lakukan di dalam..?

Aku pun perlahan mengintip dari kaca nako, apa yang kulihat di dalam.
Astaga.. !! Benar-benar pemandangan yang bisa bikin heboh.

Benar saja, ci Linda sudah bugil alias telanjang bulat, telentang di atas kasur tidur Ujang.
Ujang masih mengenakan Celdamnya yang sudah usang. Ci Linda tidak berusaha menutupi tubuhnya.

Tetapi membiarkan mata jongosnya itu melahap tubuh bugilnya yang putih bak pualam dan mulus itu.
Ci Linda pun sengaja merentangkan pahanya yang putih memperlihatkan vaginanya yang merah jambu.

"Kenapa say..? Kamu nafsu yah kalau lihat aku bugil..?” Katanya seraya menggoda Ujang.
"I..iya nyah.. Nyonya putih sekali, cantik dan mulus..!” Jawab Ujang terdengar seperti gemetar.

"Yang bener, Jang. Toketku gimana menurutmu..?” Tanya Ci Linda.
"Luar biasa Nyah. Toket nyonya besar dan montok. Pentilnya ini lho merah jambu..”
jawab Ujang lagi sambil mengelusi paha putih bening Ci Linda.

Sambil melipat paha ci Linda dan merentangkannya, Ujang dapat dengan jelas melihat vagina cici iparku itu.
"Coba Jang, lihat vaginaku.. ..” sahut Ci Linda sambil membukakan bibir vaginanya dengan jari.
"Iya nyah, memek nyonya cuma segaris yah..!” Katanya kini terdengar gugup.

"Kamu sering ngintip aku kan kalau aku pakai baju seksi..?” Tanya ci Linda.
Ujang cuma mengangguk dan mengiyakannya.

"Iya, nyonya seksi sekali kalau di rumah. Kontol saya selalu ngaceng kalo lihat nyonya di rumah.
Apalagi kalo lihat nyonya berenang. Uhhhh..!! Ujang bener-bener nggak kuat..!”

Nah kann..!? Itulah akibatnya kalo ci Linda pakai baju super seksi di rumah..! Pikirku.
"Jujur aja.. Ujang pernah lihat nyonya melepaskan pakaian renang sampai bugil.
Lalu nyonya menutup tubuh pake handuk..”

"Hehehe kalo dulu kan cuma lihat, itupun nggak jelas. Kalo sekarang.. silakan lihat sepuasnya..
Lihat payudaraku, vaginaku, tubuhku yang bugil ini..!"

Iya nyah.. tubuh nyonya bagus sekali. Saya raba yah..!”
"Iya Jang, rabalah sepuasmu. Nikmati tubuh bugil nyonyamu.. nikmati sepuasmu..”
Kata Linda mendesah ketika jari-jari Ujang mengelus bibir kemaluannya.

Ujangpun kagum melihat payudara montok Ci Linda. Lalu dirabanya juga.
"Diremas Jang, toket saya. Seperti kemarin itu..!”

Hah.. !? Rupanya ci Linda sudah pernah melakukannya dengan Ujang.
Tapi.. yah sudahlah, Ujang memang beruntung. Atau keduanya beruntung..!?

Ujang pun terlihat mulai meremas-remas kedua payudara Ci Linda yang putih mulus itu.
Sambil tangannya memijiti kedua putingnya. "Aaaaahhhh ee.. eee.. nnnakk Jang. Terusinnn..!”

Dari desahannya terlihat kalau ci Linda sudah nafsu sekali. "Saya isep yah nyah..?” Kata Ujang.
"Boleh aja say.. eeehhhh aaaaahhh eeehhh enak sekali Jang..!”

Ujangpun sudah melahap puting payudara ci Linda. Dilahapnya payudara itu. Diisap dan digigit lembut.
Ujang terus mencumbunya sambil tangannya meremasi payudara yang satunya lagi.

Hanya erangan yang keluar dari mulut ci Linda, seperti orang kepedasan.
Sambil memejamkan matanya ci Linda terus menerus mendesah keenakan.

"Enak yah nyah..?”
“Luar biasa Jang. Suami saya aja sedotannya kurang mantap dibanding kamu eeeehhh aaaahhh..!”
Ujang pun terlihat begitu nafsu memberi service pada payudara ci Linda.

Setelah situasi sudah tenang dan ci Linda tidak mengerang lagi..
Tiba-tiba Ujang menyambar bibir ci Linda yang tipis itu dengan bibirnya yang dower.

Bibir Ujang menempel erat pada bibir ci Linda. Luar biasa.. mereka berciuman dari bibir ke bibir..
Ya.. seperti layaknya sepasang kekasih. Padahal mereka adalah Nyonya dan jongosnya.

Sambil mencium bibir ci Linda, Ujang berkali-kali meremas dada ci Linda.
Lalu Ujang kembali menelusuri lembutnya perut ci Linda.

Memainkan jarinya di sekitar pusarnya. Lalu dielusnya bulu kemaluan ci Linda.
"Jembutnya tebal yah nyah..!?”
Ci Linda hanya bergumam lirih menahan nafsunya. "Iiiyyyyaaahhh, oohhh eeennakkk Jjjanngg.ehg"

Duhhhh..!! Aku jadi membayangkan betapa nikmatnya sensasi yang dialami ci Linda.
Ia pun melebarkan pahanya. Sambil terus berpagutan, Ujang meraba vagina ci Linda

"Memeknya rapet banget nyah.. Legit nih. Pegang ahh..!”
"Eeeggghhh aaahhh..” ci Linda mengeluh nikmat.

Ujang mengelus liang vaginanya dengan penuh nafsu.
Ci Linda mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya membiarkan vaginanya diobok-obok Ujang.

"Wuiihh memek nyonya rapet banget. Memek nyonya amoy nih. Cantik lagi..!”
"Eeegghhh aaahhh eehh sssttt sstt..!” Ci Linda mendesah kenikmatan.

"Enak nggak nyah, memeknya diobok-obok jongos..?”
"Aaahhh nnnaaaa.. kkaaalll kaaammmuuu Jaannnggg hhhh..!”

Muka ci Linda sudah merah karena vaginanya terus diraba dengan kasar oleh Ujang.
Lengan Ujang yang hitam itu bermain di selangkangan putih dan vagina sempit itu.

Jari-jari Ujang yang kasar terus menggesek vagina ci Linda.
Terlihat jari-jari yang besar dan panjang itu menggesek vagina ci Linda.

Akhirnya Ujang membuka liang vagina ci Linda. Dipandanginya vagina itu dengan penuh kagum.
Lubangnya terlihat masih seret dan sudah basah.

"Nyonya sudah nafsu yah..?” Goda Ujang sambil bermain di bibir lubang vagina ci Linda.
"Iiiiyyyaaahhh J-jaannnggg ehh. Eeennnaaakkk..!!” Ci Linda mendesah penuh gairah.

"Memek nyonya dientot sama jari Ujang dulu yah..?”
"Iiiyyyaa Jangggg.. Oohhhh puuaasskan akkuuu..” erangan ci Linda kian syahdu.

"Eeegghh aaaduuuhhhh Jaaaannngggg, ennnaaaakkk ssee.. kkkaa.. llliiii..”
Mata ci Linda tiba-tiba mendelik karena Ujang memasukkan jari tengahnya ke dalam vaginanya.

"Uhhh..!! Peret banget nyah. Sempit amat..!!" Gerutu si Ujang.
Wahhh..!! Aku melihat jari tengah Ujang yang besar dan panjang itu, perlahan-lahan masuk..
Membenam ke dalam liang vagina ci Linda.

Wuih..!! Baru masuk setengah saja sudah seperti cacing kepanasan, apalagi semua. Pikirku dalam hati.
"Ooooohhhhhggghhhh.. eeesssstttt..” Lenguhan kencang diikuti mata ci Linda yang mendelik..
Ketika akhirnya jari tengah Ujang.. jongosnya itu, masuk seluruhnya ke liang vaginanya.

Sekujur tubuh ci Linda dibasahi keringat dan dialiri nafsu birahi yang menggelegar..
ketika vaginanya digempur oleh jari tengah Ujang. Jari Ujangpun menyentuh klitorisnya dan memainkannya.

Ci Linda kelihatan sudah dikuasai nafsu.
Ia tidak melihat derajatnya yang adalah nyonya majikan dan Ujang adalah jongosnya.
Yang ada pada mereka bukan hanya perbedaan status.. tapi juga ras dan warna kulit.. cantik dengan jelek.

Ujang nampak semakin dalam mengobok-obok vagina ci Linda.
Untuk meningkatkan nafsu nyonyanya, Ujang pun terus menciumi payudaranya sambil menyedoti puting susunya.

Tampak tanda-tanda kemerahan seperti cupangan di sekujur payudaranya.
Putingnya sudah menegang keras ngacung dan terus diisapi Ujang.

"Nyah.. memeknya sudah basah nih. Enak yah nyah..!?”
"Niikk.. mmaaatt Jaannnggg. Ohgghhh..!” Ci Linda makin ramai desahannya.

Auhhh..!! Aku bisa membayangkan betapa nikmatnya ci Linda sambil telentang di ranjang itu, sedang dioboki Ujang.
Nampak ci Linda pun menaik-turunkan pantatnya mengikuti kocokan jari Ujang.

"Ooogghhh JJaaanngg, akkuu .. mm.. aa.. uu ke.. lluu.. aaarrr ehhhhh..!”
"Ayo nyah keluarin. Saya kocok yah..!”

"Ooohhh Jjaaannggg.. aakkkuuu keee.. llluuu.. aaaarrr.. oooooouuugghhhhhh..” Ci Linda menaikkan pantatnya..
Sedangkan Ujang menekan jari tangannya dalam-dalam.. sambil mempermainkan klitorisnya.

Jari Ujang masih berada di dalam liang senggama ci Linda. Tampak ci Linda sungguh puas akan kocokan jari Ujang.
"Luar biasa Jang enak banget..!”

"Iya, nih jari saya basah sama lendir memeknya nyonya..”
Kata Ujang memperlihatkan lendir di jarinya kepada ci Linda, lalu Ujang menjilat jarinya itu.

"Luar biasa Jang, jarimu saja bisa bikin aku orgasme..” kata ci Linda.
"Kalo gitu naikkin dong gaji Ujang..?” begitu permintaan Ujang.
"Iya deh, aku naikkan 3x lipat, asal Ujang bisa bikin aku puas..!”

"Oke nyah.. pokoknya Ujang akan bikin Nyonya puas. Ini baru dengan jari. Belum sama kontol Ujuang yang yahud.
Kalo gaji Ujang dinaikkin, nanti saya akan naikkin nyonya dan genjot nyonya sampai puas deh..”
Kata Ujang sambil kembali mengelus bulu jembut ci Linda yang lebat.

"Kenapa Jang..?” Tanya ci Linda melihat Ujang terpana di depan vaginanya yang tertutup bulu hitam lebat itu.
"Lihat memek nyonya dong..!” Ujang mengajuk.. dengan nakalnya.

Tanpa malu-malu ci Linda membuka pahanya membiarkan jongosnya melihat vaginanya.
Bukan cuma melihat, Ujang pun menciumi paha dan selangkangan ci Linda dengan lidahnya.

"Auhhhhh..!! Gila Jang.. geli bangeeett..!!” Seru ci Linda menggeliatkan tubuhnya.
Dia pun hanya bisa pasrah memperlihatkan vaginanya ke Ujang.
Idihhh..!! Betapa beruntungnya Ujang bisa menikmati ci Linda yang cantik ini.

Lalu.. "Eeehhh..!” Rupanya Ujang sudah menjilati vagina itu. Kembali vagina itu diciumi dan dijilati Ujang.
Lidahnya nampak bermain di dalam rongga vagina ci Linda, menyentuh klitorisnya.

"JJaanngg..!?” Tampak ci Linda berbicara.. "Kontolnya dong..!?”
"Oh.. nyonya mau kontol saya..!?” Sahut Ujang antusias.
"Mau dong kontol kamu yang besar..!" Rengek ci Linda meminta.

Sretttt..!! Ujang lalu memelorotkan CDnya yang kusam dan dekil itu.
Lalu.. Tuiinkk..!! Astagaaaaa..!! Tersembullah penis Ujang yang hitam.. tapi besar dan panjang.

Mungkin ada sekitar 22 cm panjangnya.. diameternya sekitar 6 cm.
Wuahhhhhh..!! Ini jauh lebih besar dari penis suamiku. Mungkin ada sekitar 3x besarnya.
Sontak aku melotot. Aku mau tidak mau jadi terangsang juga menyaksikannya

"Besar mana dengan kontol tuan, Nyah..?” Tanya Ujang menggoda.. sambil menggoyangkan penisnya.
"Hmmm.. ya jauh lebih besar dan lebih nikmat kontolmu Jang. Punya tuan kecil, cuma sepertiganya aja.
Cuma bisa buat ngilik-ngilik aja..!”

"Nggak apa nyah kalo nyonya mau dientot sama kontol Ujang, bilang aja. Pokoknya Ujang siap..
Siap sedia ngentotin nyonya kapan pun juga..!” Kata Ujang sambil menepuk-nepuk batang penisnya.
Wah.. kali gini mah.. sama-sama untung dong kalo begitu..! Seruku membatin.

"Nih kontol Ujang. Isep dong nyah, seperti kemarin..!” Ujang menyodorkan kobranya ke ci Linda.
"Ehemm.. Oke say.. saya juga udah kepengen..!”

Ctapp..!! Jari-jari halus ci Linda memegang penis itu dan mengurut-urutnya.
"Saya berdiri nyah. Nyonya berlutut di depan saya..!” Perintah Ujang mengarahkan.

Gila..!! Ci Linda kini mengikuti perintah Ujang.
Dia pun lantas berlutut di depan Ujang dan membuka mulutnya.

Seorang wanita Chinese.. dalam keadaan bugil.. polos.. berlutut di depan jongosnya yang hitam.. pribumi..
Kemudian memanggilnya dengan ‘say’ pula..!?
Duhhh.. bulu kudukku seketika merinding menyaksikan kegilan mereka.

Ujang menyodorkan penisnya ke mulut ci Linda. "Sekarang mulut nyonya, Ujang entot yah..!”
"Oohh..” kini Ujang yang merasakan nikmat ketika penisnya dikulum dan dihisap ci Linda.

Tampak Ujang memaju-mundurkan pantatnya seperti orang bersetubuh, tapi dilakukan di mulut ci Linda.
"Enak sekali nyaahh. Nyonya hobby nyepong juga yah..!?” Erang Ujang keenakan.

Saking nikmatnya ujang memegang kepala ci Linda sambil menekannya kuat-kuat..
Supaya penisnya masuk ke dalam mulut, bahkan kerongkongan ci Linda.
Gilanya ci Linda ini.. kepalanya dipegang dan ditekan ke penisnya.

Bergantian tangan Ujang kiri dan kanan meremasi rambut kepala ci Linda..
Bahkan kedua tangan itu pun menekan kepala..
Dan sesekali agak menjambak rambut sang majikan yang sebahu itu.

Waduhh..!! Luar biasa pemandangan yang aku lihat. Betapa nikmatnya ci Linda menikmati penis itu.
Dan betapa nikmatnya Ujang.. jongosnya menikmati service sepongan dari sang nyonyanya yang cantik itu.

Ada sekitar 10 menitan penis Ujang diemut.
Akhirnya ci Linda bilang ke Ujang: "Jang, sekarang entot vagina aku yah..!?”
"Beres nyah, sekarang nyonya telentang dan ngangkang deh..” timpal Ujang.

Ci Linda naik merebahkan tubuh mulusnya telentang.. bersiap untuk dicoblos penis Ujang yang sudah ereksi full.
Setelah mengangkangkan pahanya.. kembali Ujang bergumam: "Luar biasa memek ini, nikmat banget..!”

Tadi saja.. dimasukin jari Ujang terasa peret banget. Apalagi kalau dimasukkin penisnya itu.
Bagaimana yah reaksi ci Linda..? Aku makin penasaran.

Terlihat kemudian Ujang memegang penisnya lalu mengarahkannya ke liang vagina ci Linda.
Slebbb.. Clebb..!! "Eeehhhh..” erang ci Linda.

"Sempit banget nyah, memek nyonya..” kata Ujang yang memasukkan kepala penisnya yang luar biasa besar itu.
Baru kepala penisnya masuk.. ci Linda mengejang..
"Pelan-pelan Jang.. kkoonnttoooollll kkaaammuu eeehhh.. gggeeedddeee siiihh..!”

"Iya nyah.. ini juga sudah pelan. Ujang tekan pelan-pelan yah, tahan..!”
Ci Linda tampak menikmati penetrasi oleh penis Ujang yang mantap perkasa itu.

"Oooohhhh sssaaaakkkiiiittt Jaaa..nnnggg. Phee..lllaannn.. phhheee..lllllaaannn JJJaaa..nnnggg..!!”
Kelihatan penis Ujang sudah masuk setengahnya. "Iya nyah. Memek nyonya juga perett..ssstt.. Sempitt banget.
Coba nyonya buka lagi pahanya agak lebar biar saya tarik dulu..!”

"IIIyyyaaa JJaanngg, ka..mmuu ttaarrriiikkk dduulluuu yaaahh..!” Ci Linda lantas mengangkangkan pahanya lebih lebar..
Dengan maksud supaya Ujang menarik dulu penisnya dari liang vaginanya, tapi apa yang terjadi..

"Ooohhhh.. nnnaaa.. kkkaaaalllll kkkaaaammmuu JJaaannggg. Jjjeebboolll deehh me.. mheekkkuu..!!” Erang ci Linda.
Ujang bukannya menarik penisnya, tapi justru menekan pantatnya sedalam-dalamnya ke selangkangan ci Linda..
Sehingga kobra hitam besar dan panjang itu melesak terbenam masuk sepenuhnya di liang vagina ci Linda.

Clebb.. clebb.. crebb.. crebb..clebb..clebb..crebb..!! Selanjutnya Ujang mengenjot vagina ci Linda dengan penisnya.
Setelah keluar masuk beberapakali dan sudah keluar 'minyak pelumasnya'.. kini ci Lina tidak lagi merasa sakit.

Yang dirasakan justru kenikmatan yang luar biasa. "Enak yah nyah, kontol saya ini..!?” Ujang mengajuk.
"EEhhmm en.. tttooottt te.. rrruuusss Jaaannnggh..!” Ci Linda membalas dengan desahan erotis.

Uhhhhh..!! Tak bisa kubayangkan vagina ci Linda digenjot oleh kobra hitam yang besar panjang itu.
"Esshh.. esssttt.. eshhh..!!" Terdengar suara mendesah kenikmatan dari mereka berdua, nyonya dan jongosnya.

Tubuh putih mulus bak pualam.. dengan kaki jenjang dan pantat membulat..!
Ditindih tubuh hitam legam dengan penis yang mengacung besar menancap di vagina sang nyonya.

Ada hampir sekitar setengah jam Ujang menggenjot nyonyanya.
Tubuh ci Linda ditindihnya sambil mendesak-desakkan penisnya masuk mengobrak abrik vaginanya.

Goyangan pantat kedua insan itu terlihat bersemangat. Selama 30 menit, kelihatannya ci Linda orgasme sampai 5 kali.
Tentu saja ini tidak pernah ia dapatkan dari suaminya. Akhirnya Ujang pun mempercepat genjotannya

"K-kell..lluarinhh di-mma..nnaahh nih nyaahhh.. peju.. saaa..yahhh..!?” Ujang mengerang-erang.
"D-di..dalam aja Jaaannnggg oooggghhh..!” Balas ci Linda sembari memeluk tubuh Ujang erat.

"Ng.***k tak..khuut hamm..miil nyahhh..!?” Tanya Ujang di tengah genjotannya.
"Akkuu ppaakkaaii ka..bbehhhh..hhhh..!!” Jawab Ci Linda sambil mendesah panjang.

"Iiyyaa nnyyaahh.. leeebbiihhh.. enakk di dalamm yyah.. Oohhh.. ssaa.. yyaa.. khee.. lluu.. aarrr Nyahh.. ogggrhh..!!"
"Iyaaaa Jaaa..nnngg.. akkhhuuu juuggaa khheee..lluuuuaaaarrrr laghhhiii.. ouughhh..!!”

Terdengar lenguhan mereka berdua. Kembali ci Linda orgasme untuk keenamkalinya.
Ujang pun sudah sampai pada puncaknya. Tubuhnya beberapakali mengejat-ngejat.

Sambil Ujang menekankan pantatnya.. ci Linda menaikkan pantatnya..
Sehingga kelihatan gerakan turun naik yang penuh nafsu itu.

Akhirnya.. Crrooottt ccrrrooottt ccrrrooootttt..!!
Ujang menyemburkan spermanya di dalam himpitan dinding liang vagina ci Linda.
Akhirnya tubuh mereka pun melemas.

Dengan masih menindih tubuh ci Linda..
Tampak Ujang memeluk ci Linda dan ci Linda pun menyambut pelukan itu.

Dalam keadaan bugil mereka berpelukan. Yang terlihat adalah kepuasan dalam diri mereka.
Kelihatannya Ujang bagaikan kucing yang diberi daging nikmat.

Kenapa ci Linda membiarkan dirinya disetubuhi Ujang yang adalah jongosnya..?
Bukankah ketika kuliah dulu ..
Begitu banyak cowok-cowok kaya dari kalangan elit mendekatinya untuk menjadi pacarnya..?


Seribu satu pertanyaan memenuhi benakku. Dan jantungku sangat berdebar-debar menyaksikan mereka.
Ahhh.. naluri seksku bangkit.
Dan tak bisa kusangkal.. aku juga merasa ingin merasakan kenikmatan yang dirasakan ci Linda tadi.

CONTIECROTT..!!
----------------------------------------------------------oOoo---------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
wuikk nyang terbaru :):):)
nostalgia sama nci lily dan mamang ujang hihihi
lancrotkaan suhuuuu :beer::beer::beer::beer:
 
hu sorry oot, dulu hamba pernah baca salah satu cerita diforum ini, sales mobil cowok yang selingkuh sama admin sales tempat kerja nya, kira - kira ada yang masih ingat judulnya kah?. atau hamba lupa bukan baca di forum ini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd